Makalah Paling Fix - Internal Audit

70
MAKALAH GOOD CORPORATE GOVERNANCE Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Internal Audit Dosen Pembing: Ibu Ismawati Haribowo,SE.,M.Si Disusun oleh; 1. Umi Basiroh (1110082000021) 2. Isna Fauziah (1110082000094) 3. Mia Nurul Hikmawati (1110082000099) 4. Leonita Mahardika (1110082000107) 5. Rizqi Awaliya Nikmah (1110082000123) 6. Diah Augraheni (1110082000124) Kelas Audit B AKUNTANSI Good Corporate Governance-Internal Audit |i

Transcript of Makalah Paling Fix - Internal Audit

Page 1: Makalah Paling Fix - Internal Audit

MAKALAH

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Internal Audit

Dosen Pembing: Ibu Ismawati Haribowo,SE.,M.Si

Disusun oleh;

1. Umi Basiroh (1110082000021)2. Isna Fauziah (1110082000094)3. Mia Nurul Hikmawati (1110082000099)4. Leonita Mahardika (1110082000107) 5. Rizqi Awaliya Nikmah (1110082000123)6. Diah Augraheni (1110082000124)

Kelas Audit B AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Good Corporate Governance-Internal Audit|i

Page 2: Makalah Paling Fix - Internal Audit

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA

2013 M/1433 H

KATA PENGANTAR

Assalaamu ‘alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Kehadirat Allah SWT, penguasa alam semasta, yang

telah memberikan kekuatan kepada penulis untuk tetap teguh

dalam menjalankan kewajiban sebagai hamba-Nya dan telah

mnecurahkan rahmat dan hidayah kepada penulis yang dengan

karunia-Nya ini, penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “ Good Corporate Governance ”

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada teladan umat

manusia, pemimpin teringgi umat islam,pemberi safaat dihari

akhir,rasulullah saw. Beserta para sahabat dan penerusnya

sampai hari kiamat. Aamiin

Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan partisipasi

dari semua pihak, baik berupa saran dan motivasi yang bersifat

moril bantuan material, penulisan buku ini tidak mungkin

terwujud sebagaimana mestinya. Karena itu, suatu kewajiban

penulis untuk mengucapkan terimma kasih kepada semua pihak.

Ucapan terimakasih yang pertama, penulis sampaikan kepada

DOSEN yang telah membimbing penulis yang dengan ketulusan

dan kegairahannya berkenan mengoreksi,mengarahkan, dan

membimbing dalam penulisan makalah ini.

Penghargaan yang sangat tulus penulis persembahkan kepada

ayahanda dan ibunda yang telah mendidik dan membina penulis

sehingga dapat menempuh pendidikan tinggi.

Good Corporate Governance-Internal Audit|ii

Page 3: Makalah Paling Fix - Internal Audit

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada

teman-teman kelas Akuntansi 2a yang memberi saran, motivasi

dan memberikan kritik-kritiknya selama pembuatan makaalah

ini.

Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan

kekeliruan, kami kira makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kritik

dan saran konstruktif sangat diharapkan guna kesempurnaan

penulisan ini. Akhirnya kepada teman-teman dan pihak-pihak

yang tidak mungkin dapat disebutkan satu-persatu yang telah

memberikan bantuannya, penulis ucapkan terimakasih. Semoga

Allah SWT membalas segala amal kebaikannya. Aamiin

Ciputat, 7 Juni 2013

Penulis

Good Corporate Governance-Internal Audit|iii

Page 4: Makalah Paling Fix - Internal Audit

DAFTAR ISI

Kata

Pengantar ................................................................ ii

Daftar isi.........................................................................

iv

BAB I,

PENDAHULUAN ........................................................ 5

BAB II,

PEMBAHASAN ......................................................... 9

A. Sejarah Timbulnya

GCG ........................................... 9

B. Sejarah lahirnya GCG dan

Perkembangannya ................. 12

C. Pengertian

GCG ...................................................... 15

D. Arti Penting

GCG ..................................................... 17

E. Konsep

GCG ........................................................... 18

F. Tujuan

GCG ........................................................... 19

G. Peran Penerapan

GCG .............................................. 20

1. Landasan-Landasan

Teori…................................... 21

Good Corporate Governance-Internal Audit|iv

Page 5: Makalah Paling Fix - Internal Audit

2. Manfaat dan Faktor Penerapan

GCG........................ 24

3. Peranan GCG Dalam Pengembangan Perusahaan

....... 27

H. Hubungan GCG dengan Audit

Internal ......................... 30

I. Jurnal Peranan Auditor Internal dalam Menunjang

Pelaksanaan Good Corporate

Governance.................... 42

BAB III, PENUTUP ............................................................

43

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................

44

Good Corporate Governance-Internal Audit|v

Page 6: Makalah Paling Fix - Internal Audit

BAB I

PENDAHULUAN

Corporate Governance menjadi suatu isu dan concern di dunia usaha atau

lembaga publik yang serius dibicarakan diseluruh dunia akhir-akhir ini. Deretan

peristiwa yang dialami dunia bisnis dan kolapsnya perekonomian suatu negara

telah menjadi pendorong penerapan “mandatory” atau secara paksa

praktik corporate governance di segala aspek. Pemerintah Indonesia melalui

Kementrian BUMN telah menerbitkan Surat Keputusan No.

Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan GCG di

BUMN. Sejak itu, Pertamina langsung bergerak menyusun langkah-langkah

berupa tahapan pelaksanaan implementasi GCG dengan Tim Corporate

Governance BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembagunan) sebagai

mitra kerja sekaligus sebagai konsultan.

Tim Pengembangan dan Penerapan Praktik-Praktik (TP3) GCG di

Pertamina didasarkan pada Surat Keputusan Direktur Utama Nomor

055/C00000/2004-S0 tanggal 1 Nopember 2004, dengan agenda utama

mensosialisasikan GCG sekaligus melaksanakan Diagnostic Self Assessment GCG

diseluruh tingkatan baik di pusat maupun daerah. Kerja keras telah membuahkan

hasil yang sangat berarti yaitu dapat dilaksanakannya self assessment atas

implementasi GCG di Pertamina selama 3 tahun terakhir dengan nilai capaian

skor secara korporat adalah 55,73 (2004), 62,45 (2005), dan 62,86 (2006) dari

skor 100.

Keberhasilan implementasi governance sangat dipengaruhi oleh prinsip-

prinsip yang mendasarinya, dan bukan pada pemilihan nilai-nilai strategis dalam

organisasi. Secara umum prinsip-prinsip yang dianut oleh lembaga/unit usaha

sangat bervariasi (biasanya diringkas menjadi 9 item), namun Pertamina

mengadopsi 5 prinsip, yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian

(independence), dan kewajaran (fairness).

Good Corporate Governance-Internal Audit|6

Page 7: Makalah Paling Fix - Internal Audit

Dengan mengimplementasikan GCG, masyarakat dan stakeholder akan

memberikan penilaian apakah insentif atau penalti. Insentif berupa “trust”

sedangkan penanti berupa rusaknya image atau reputasi Pertamina atas kualitas

implementasi Good Governance. Terkait dengan penilaian tersebut yang tentunya

sangat menentukan kinerja keuangan dalam jangka panjang, kita berharap peran

yang lebih besar dari profesi akuntansi secara umum dan internal auditor

khususnya. Di tengah menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi

auditor terkait dengan berbagai kasus manipulasi dan kolusi, maka internal auditor

harus melakukan perubahan mindset dan keluar dari kemapanan melalui

peningkatan peran yang lebih besar dalam penegakkan governance.

Sejak akhir dekade ’90-an fungsi dan peran audit intern telah memasuki

orientasi baru dari peran tradisionalnya sebagai polisi atau pihak yang terkesan

mencari kesalahan pihak lain dalam organisasi tanpa rekomendasi solusi, kearah

fungsi dan peran yang baru sebagai mitra dan atau konsultan intern sehingga

keberadaan audit intern diapresiasi secara positif sebagai problem solver danagent

of change.

Dimana fokus kerja audit intern telah bergeser dari fungsi mendeteksi

pengendalian usaha menjadi pemberi solusi bagi penyempurnaan pengendalian

usaha. Reformasi peran tersebut memerlukan komitmen yang kuat dari

manajemen dan stakeholderuntuk menciptakan sound business practices dan good

governance. Di sisi lain, audit intern harus mampu menjawab tantangan tersebut

dengan meningkatkan kualitas kerjanya sehingga keberadaannya dapat

memberikan nilai tambah yang signifikan efisien dan efektif.

Di lain pihak, perusahaan mengandalkan fungsi audit intern untuk

membantu memastikan bahwa proses manajemen risiko, lingkup pengendalian

secara keseluruhan dan efektivitas kinerja dari proses usaha telah konsisten

dengan ekspektasi manajemen. Auditor yang di masa lalu bertindak pasif dan

hanya berorientasi pada audit kepatuhan, maka tuntutan peran saat ini adalah

sebagaibusiness partner sebagai pemberi deteksi dini dalam mengidentifikasi

Good Corporate Governance-Internal Audit|7

Page 8: Makalah Paling Fix - Internal Audit

risiko usaha dan berorientasi pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Terlepas dari reputasinya yang sempat terpuruk oleh berbagai kasus kolapsnya

beberapa perusahaan terkemuka seperti kasus ENRON atau WORLD.COM yang

melibatkan peran auditor, maka profesi internal auditor semakin hari semakin

dihargai dalam organisasi.

Perubahan paradigma dan perannya dalam organisasi yang

memandang business unit atau auditee-nya sebagai customer daripada obyek telah

merubah cara pandang auditor dari kesan “cop” menjadi “coach”. Dengan

perubahan peran tersebut, tuntutan internal auditor juga semakin berat, auditor

dituntut sebagai “resource center” dan memberikan berbagai layanan yang

meberikan nilai tambah bagi organisasi, dan bukan lagi sebagai “cost center”.

Dengan demikian, cara pandang business unit juga berubah, tidak lagi

menganggap auditor sebagai polisi organisasi namun sebagai business

partner yang menjadi bagian internal dari suatu manajemen risiko, sistem

pengendalian dan governance process.

Terkait dengan pencapaian Good Corporate Governancedan kaitannya

dengan peranan internal auditor sebagai salah satu profesi di bidang akuntansi

yang merupakan jantung dari keseluruhan proses bisnis juga internal auditorlah

yang merupakan garda terdepan dalam penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance (GCG) di Pertamina.

Maka dengan demikian terjadi pergeseran peranan internal auditor saat ini,

yaitu dari sekadar pelaksana fungsi “penilai (appraisal)” pelaksana kepatuhan

yang cenderung memperlakukanauditee sebagai objek, ke arah peran “penjamin

(assurance)” melalui perannya sebagai konsultan. Sehingga dalam pelaksanaan

audit tidak sekedar dituntut menemukan permasalahan namun sekaligus menjadi

bagian dari solusi dan memberikan usulan perbaikan.

Selain itu, dari “detector” yang bersifat expose ke arah “pencegahan”.

Internal auditor terlibat dan berperan aktif memantau aktivitas sesuai bisnis unit

dan memberikan peran konsultatif dalam pelaksanaan proses operasi perusahaan.

Good Corporate Governance-Internal Audit|8

Page 9: Makalah Paling Fix - Internal Audit

Dari “operation” ke “strategy”. Internal auditor lebih berorientasi pada

strategi tujuan perusahaan dan bekerja “hand to hand” dengan unit bisnis. Dari

peran pengendalian yang sebelumnya dikatakan apabila telah mampu membantu

efisiensi operasi suatu bisnis unit melalui pencegahan penyimpangan atas sistem

dan prosedur yang telah ditetapkan, bergeser ke arah pengendalian risiko melalui

deteksi dini, pengelolaan risiko dan implementasi aspek Good Corporate

Governance.

Good Corporate Governance-Internal Audit|9

Page 10: Makalah Paling Fix - Internal Audit

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Timbulnya Good Corporate Governance

Corporate Governance dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

dengan ‘pengendalian perusahaan’ atau ‘tata-kelola perusahaan’, atau ada juga

yang menterjemahkan dengan ‘tata-pamong perusahaan’. Namun karena padanan

bahasa Indonesia ini belum cukup baku, maka dalam tulisan ini sengaja digunakan

istilah aslinya saja, yaitu Corporate Governance.

Tata-kelola atau governance memang lain dengan pengelolaan atau

manajemen sebagaimana nanti dapat dilihat dari rumusan pengertian atau

definisinya. Semua perusahaan membutuhkan suatu kerangka-kerja tata-kelola

yang meliputi misi yang akan dicapai dan aturan-aturan serta konvensi yang jelas

untuk pedoman pencapaian misi tersebut.

1. Pemicu Timbulnya Corporate Governance

Timbulnya berbagai skandal besar yang menimpa perusahaan-perusahaan

baik di Inggris maupun Amerika Serikat pada tahun 1980an berupa

berkembangnya budaya serakah dan pengambilalihan perusahaan secara agresif

lebih menyadarkan orang akan perlunya sistem tata-kelola ini. Bagaimanapun

juga dalam suatu perusahaan selalu saja terjadi pertarungan antara kebebasan

pribadi dan tanggung jawab kolektif, dan inilah sentral dari pengaturan yang

menjadi obyek corporate governance. Suatu lembaga itu tidak mempunyai jiwa,

sedangkan yang mempunyai adalah orang-orang yang bekerja di dalamnya, yang

dipengaruhi oleh interaksi dalam mengejar kepentingan pribadi dan kepentingan

bersama.

Selalu ada potensi konflik antara pemilik saham dan pimpinan perusahaan,

antara pemilik saham majoritas dan minoritas, antara pekerja dan pimpinan

perusahaan, ada potensi mengenai pelanggaran lindungan lingkungan, potensi

kerawanan dalam hubungan antara perusahaan dan masyarakat setempat, antara

Good Corporate Governance-Internal Audit|10

Page 11: Makalah Paling Fix - Internal Audit

perusahaan dan pelanggan ataupun pemasok, dan sebagainya. Bahkan besarnya

gaji para eksekutif dapat merupakan bahan kritikan.

Pada tahun 1992 misalnya masyarakat industri otomotif Jepang mengkritik

industri otomotif Amerika Serikat yang memberikan gaji terlalu tinggi pada para

eksekutifnya. Bahkan ketika resesi pada tahun 1989, gaji mereka terus meningkat

sebesar rata-rata 6,7% sedangkan nilai pemegang saham pada waktu yang sama

merosot sebesar 9%. Untuk itu diperlukan suatu tata-kelola perusahaan yang jelas

dan bertanggung jawab.

Tadinya paham corporate governance hanya berkembang di negara-negara

berbahasa Inggris seperti Inggris dan Amerika, tetapi segera pula berkembang di

negara-negara lain. Dalam corporate governance selalu ada dua hal yang perlu

diperhatikan. Apakah aturan atau sistem tata-kelola sudah ada secara jelas,

lengkap dan tertulis? Apakah aturan dan sistem yang sudah jelas tersebut

dilaksanakan dengan konsisten atau tidak? Kedua hal tersebutlah yang

menentukan apakah sudah ada good corporate governance dalam suatu

perusahaan.

Dewasa ini, corporate governance sudah bukan merupakan pilihan lagi

bagi pelaku bisnis, tetapi sudah merupakan suatu keharusan dan kebutuhan vital

serta sudah merupakan tuntutan masyarakat. Setiap tindakan memerlukan

pertanggungjawaban, baik itu tindakan bisnis, tindakan dalam dunia olah raga dan

sebagainya, bahkan juga tindakan dalam perang. Bagi Indonesia, good corporate

governance dewasa ini merupakan salah satu persyaratan yang diminta oleh IMF

yang harus diusahakan oleh Pemerintah Indonesia.

2. Elemen Corporate Governance

Tidak ada model yang baku mengenai corporate governance, karena bisa

sangat berbeda antara satu organisasi dengan organisasi yang lain, tergantung dari

jenis organisasi, besar kecilnya organisasi, dan budaya organisasi. Di sisi ekstrim

yang satu, ada jenis perusahaan publik di mana model corporate governancenya

Good Corporate Governance-Internal Audit|11

Page 12: Makalah Paling Fix - Internal Audit

sangat dipengaruhi oleh peraturan yang ketat, sedangkan di lembaga keagamaan,

sangat dipengaruhi oleh kepercayaan dan tradisi.

Namun ada semacam aturan atau elemen umum yang perlu dikembangkan

oleh setiap bagian organisasi atau perusahaan yaitu sebagai berikut:

1. Ada identitas untuk setiap bagian.

2. Ada definisi dari tujuannya.

3. Bagaimana tujuan tersebut dicapai.

4. Kriteria keanggotaan atau kepemilikan.

5. Bagaimana bagian tersebut diatur.

6. Bagaimana bagian tersebut saling berhubungan.

7. Bagaimana kinerja bagian tersebut diukur.

8. Bagaimana pengaturan penghentian keanggotaan/kepemilikan.

3. Corporate Governance Modern

Cikal bakal corporate governance modern adalah apa yang dapat ditimba

dari pengalaman skandal Watergate di Amerika Serikat. Sebagai hasil dari

berbagai investigasi yang dilakukan oleh para penyidik, para legislator

berkesimpulan bahwa rupanya terdapat tidak cukup pengawasan yang dilakukan

oleh perusahaan untuk menghindari pemberian kontribusi politik ilegal dan

penyuapan pegawai pemerintah federal.

Pengalaman ini menyebabkan penyempurnaan Foreign and Corrupt

Practice Act tahun 1977. Ini kemudian diikuti dengan usulan Securities and

Exchange Commision Amerika Serikat pada tahun 1979 untuk mengharuskan

pelaporan keuangan internal. Pada tahun 1985, setelah terjadi kegagalan bisnis

oleh perusahaan keuangan yang sangat terkenal yaitu Savings and Loan,

terbentuklah Komisi Treadway.

Tugas utama Komisi ini ialah mengidentifikasi sebab-sebab utama dari

kesalahan interpretasi dari laporan keuangan dan memberikan rekomendasi untuk

Good Corporate Governance-Internal Audit|12

Page 13: Makalah Paling Fix - Internal Audit

menghilangkan atau mengurangi kesalahan tersebut. Tahun 1987, Komisi

Treadway mengeluarkan laporan yang berisi rekomendasi perlunya suatu

lingkungan pengawasan yang mencukupi seperti komite audit independen dan

obyektif, perlunya kriteria untuk audit internal, perlunya laporan keuangan yang

diumumkan secara publik, dan sebagainya.

Sesuai dengan perkembangan di Amerika Serikat tersebut, di Inggris

dibentuk COSO (Committee of Sponsoring Organisations). Laporan COSO pada

tahun 1992 menyatakan suatu kerangka kerja pengawasan, yang sebetulnya sudah

dikembangkan dalam empat laporan sebelumnya yaitu laporan Cadbury,

Rutteman, Hampel dan Turnbull.

B. Sejarah Lahirnya Good Corporate Governance dan Perkembangannya

di Indonesia

Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa

Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan

bagi emiten yang tercatat di BEJ yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris

independen dan membentuk komite audit pada tahun 1998, Corporate Governance

(CG) mulai di kenalkan pada seluruh perusahaan public di Indonesia.

Setelah itu pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepakatan

(Letter of Intent) dengan International Monetary Fund (IMF) yang mendorong

terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi penerapan CG. Pemerintah Indonesia

mendirikan satu lembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai

Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menteri Negara

Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Nomor:

KEP-31/M.EKUIN/06/2000. Tugas pokok KNKCG merumuskan dan menyusun

rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan

memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia.

Good Corporate Governance-Internal Audit|13

Page 14: Makalah Paling Fix - Internal Audit

Melalui KNKCG muncul pertama kali pedoman Umum GCG di tahun

2001, pedoman CG bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris

Independen dan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Pada tahun

2004 Pemerintah Indonesia memperluas tugas KNKCG melalui surat keputusan

Menteri Koordinator Perekonomian RI No. KEP-49/M.EKON/II/TAHUN 2004

tentang pemebentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang

memperluas cakupan tugas sosialisasi Governance bukan hanya di sektor

korporasi tapi juga di sector pelayanan public.

KNKG pada tahun 2006 menyempurnakan pedoman CG yang telah di

terbitkan pada tahun 2001 agar sesuai dengan perkembangan. Pada Pedoman

GCG tahun 2001 hal-hal yang dikedepankan adalah mengenai pengungkapan dan

transparansi, sedangkan hal-hal yang disempurnakan pada Pedoman Umum GCG

tahun 2006 adalah:

1. Memperjelas peran tiga pilar pendukung (Negara, dunia usaha, dan

masyarakat) dalam rangka penciptaan situasi kondusif untuk

melaksanakan GCG.

2. Pedoman pokok pelaksanaan etika bisnis dan pedoman perilaku.

3. Kelengkapan Organ Perusahaan seperti komite penunjang dewan

komisaris (komite audit, komite kebijakan risiko, komite nominasi dan

remunerasi, komite kebijakan corporate governance);

4. Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi yang mencakup lima hal

dalam kerangka penerapan GCG yaitu kepengurusan, manajemen risiko,

pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial;

5. Kewajiban perusahaan terhadap pemangku kepentingan lain selain

pemegang saham seperti karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat serta

pengguna produk dan jasa.;

6. Pernyataan tentang penerapan GCG;

7. Pedoman praktis penerapan Pedoman GCG;

Good Corporate Governance-Internal Audit|14

Page 15: Makalah Paling Fix - Internal Audit

Secara strategis tahapan mengenai implementasi CG di Indonesia melalui

beberapa-tahap:

1. Pemberdayaan dewan komisaris agar mekanisme Check and Balance

berjalan secara efektif. Dewan komisaris yang menjalankan prinsip-prinsip

CG dapat secara efektif bekerja sesuai dengan peraturan dan best practices

yang ada dalam dunia bisnis. Independensi komisaris diperlukan dalam

rangka mewujudkan fungsi check and balance sebagai perwujudan dari

asas akuntabilitas dalam perseroan. Saat ini selain pedoman komisari

independen dan komite audit yang diterbitkan oleh KNKG, pihak otoritas

Pasar Modal, BUMN, dan Perbankan juga telah mewajibkan penunjukan

komisaris independen.

2. Memperbanyak agen-agen perubahan melalui program sertifikasi

komisaris dan direktur. Melalui institusi pelatihan dan sertifikasi komisaris

dan direktur materi CG disampaikan sebagai sarana untuk internalisasi

prinsip CG dalam mengelola korporasi. Lembaga Komisaris dan Direktur

Indonesia (LKDI) sebagai lembaga pelatihan dan sertifikasi kedirekturan

yang di naungi oleh KNKG telah menjalankan fungsinya sejak tahun 2001

untuk menciptakan agen-agen perubahan didalam perusahaan yang

konsisten menerapkan prinsip CG. Selain LKDI tercatat juga IICD dan

lembaga-lembaga universitas yang turut serta dalam upaya menciptakan

agen-agen perubahan.

3. Memasukkan asas-asas GCG kedalam pearturan perundangan seperti

UUPT, UUPM, Peraturan Perundangan mengenai BUMN, Peraturan

Perundangan mengenai Perbankan khususnya yang terkait dengan asas

transparansi, akuntabilitas, dan fairness.

4. Penyusunan Pedoman-Pedoman oleh Komite Nasional Kebijakan

Governance.

5. Sosialisasi dan implementasi pedoman-pedoman diantaranya berupa

kewajiban assessment di Perbankan dan BUMN.

Good Corporate Governance-Internal Audit|15

Page 16: Makalah Paling Fix - Internal Audit

Secara keseluruhan penegakan aturan untuk penerapan CG belum ada

sanksi yang memberikan efek jera bagi perusahaan yang tidak menerapkannya,

namun di sektor perbankan telah dicoba untuk dimasukkan beberapa hal yang

terkait dengan kewajiban Bank dalam menerapkan CG yang berujung pada sanksi

bagi bank-bank yang tidak mengikuti aturan tersebut.

C. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Pengertian Corporate Governance menurut Turnbull Report di Inggris

(April 1999) yang dikutip oleh Tsuguoki Fujinuma adalah sebagai berikut.

“Corporate governance is a company’s system of internal control, which has as

its principal aim the management of risks that are significant to the fulfilment of

its business objectives, with a view to safeguarding the company’s assets and

enhancing over time the value of the shareholders investment”.

Berdasarkan pengertian di atas, corporate governance didefinisikan

sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan

utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui

pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham

dalam jangka panjang.

Sebagai sebuah konsep, Good Corporate Governance (GCG) ternyata tak

memiliki definisi tunggal. Komite Cadburry, misalnya, pada tahun 1992 - melalui

apa yang dikenal dengan sebutan Cadburry Report mengeluarkan definisi

tersendiri tentang GCG. Menurut Komite Cadburry, GCG adalah prinsip yang

mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara

kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan

pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya, dan 

stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan pengaturan

kewenangan Direktur, manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang

berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.

Good Corporate Governance-Internal Audit|16

Page 17: Makalah Paling Fix - Internal Audit

Sejumlah negara juga mempunyai definisi tersendiri tentang GCG.

Beberapa negara mendefinisikannya dengan pengertian yang agak mirip walaupun

ada sedikit perbedaan istilah. Kelompok negara maju (OECD), umpamanya

mendefinisikan GCG sebagai cara-cara manajemen perusahaan bertanggung

jawab pada shareholder-nya. Para pengambil keputusan di perusahaan haruslah

dapat dipertanggungjawabkan, dan keputusan tersebut mampu memberikan nilai

tambah bagi shareholders lainnya. Karena itu  fokus utama di sini terkait dengan

proses pengambilan keputusan dari perusahaan yang mengandung nilai-

nilai transparency, responsibility, accountability, dan tentu saja fairness.

Sementara itu, ADB (Asian Development Bank) menjelaskan bahwa GCG

mengandung empat nilai utama yaitu: Accountability,  Transparency, 

Predictability  dan  Participation. Pengertian lain datang dari Finance Committee

on Corporate Governance Malaysia. Menurut lembaga tersebut GCG merupakan

suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus

mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis

dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai

saham dalam jangka panjang tetapi tetap memperhatikan berbagai kepentingan

para stakeholder lainnya.

Di Indonesia sendiri istilah corporate governance sering diartikan sebagai

tata kelola perusahaan. Menurut pasal 1 surat keputusan Menteri BUMN No.

117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN

menyatakan bahwa corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang

digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan

akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka

panjang dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholder)

lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate

Governance merupakan:

Good Corporate Governance-Internal Audit|17

Page 18: Makalah Paling Fix - Internal Audit

1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran

dewan komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.

2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian

perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan

yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.

3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,

pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.

4. GCG dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih,

transparan dan profesional (BTPP). Implementasi prinsip-prinsip GCG

secara konsistem di perusahaan akan menarik minat para investor, baik

domestik maupun asing. Hal ini sangat penting bagi perusahaan yang

akan mengembangkan usahanya, seperti melakukan investasi baru maupun

proyek ekspansi.

D. Arti penting Good Corporate Governance (GCG)

GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien,

transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG

perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan

perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat

sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip dasar yang harus

dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:

1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan

yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan,

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum

secara konsisten (consistent law enforcement) .

2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman

dasar pelaksanaan usaha.

Good Corporate Governance-Internal Audit|18

Page 19: Makalah Paling Fix - Internal Audit

3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak

yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan

kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif

dan bertanggung jawab.

E. Konsep GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Implementasi prinsip-prinsip GCG menyangkut pengembangan dua aspek

yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: perangkat keras (hardware) dan

pernagkat lunak (software). Hardware yang lebih bersifat teknis mencakup

pembentukan atau perubahan struktur dan sistem organisasi. sedangkan software

yang lebih bersifat psikososial mencakup perubahan paradigma, visi, misi, niali

(values), sikap (attitude) dan etika keprilakuan (behavioral ethics). Dalam praktik

nyata di dunia bisnis, sebagian besar perusahaan ternyata lebih menekankan pada

aspek hardware seperti penyusunan sistem dan prosedur serta pembentukan

struktur organisasi. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena aspek hardware

hasilnya lebih mudah dilihat dan dapat dilakaukan lebih cepat dibandingkan aspek

software.

Menurut ahli dari Indonesian institute for corporate governance (IICG),

menyatakan dalam GCG tersirat secara implisit bahwa sebuah perusahaan

bukanlah mesin pencetak keuntungan bagi pemiliknya, melainkan sebuah entitas

untuk menciptakan nilai bagi semua pihak yang berkepentingan. Selain itu

perusahaan bukanlah sekedar mesin yang mengubah input menjadi output

melainkan lembaga insani, sebuah masyarakat yang punya nilai cita-cita, jati diri

dan tanggung jawab sosial. Konsp GCG mencerminkan pentingnya sikap berbagi,

peduli dan melestarikan. Semua hal itu menyangkut aspek kejiwaan dari GCG.

Dengan demikian, jelas bahwa perubahan menuju praktik GCG yang lebih

baik haruslah mencakup perubahan pada dimensi teknis (sistem dan struktur) dan

aspek psikososial (paradigma, visi dan nilai-nilai) organisasi. Dalam perubahan

dimensi psikososial perusahaan peran kepemimpinan sangatlah penting.

Kepemimpinan dalam hal ini berperan besar dalam menumbuhkan aspirasi,

Good Corporate Governance-Internal Audit|19

Page 20: Makalah Paling Fix - Internal Audit

menanamkan nilai serta menumbuhkan idealisme dan kesadaran akan tujuan pada

anggota perusahaan.

Terlepas dari model dan sistem yang digunakan oleh sebuah korporasi,

perangkat tata kelola (governance) dari suatu organisasi sebagai sistem yang

terbuka terdiri atass struktur tata kelola, mekanisme tata kelola dan prinsip-prinsip

tata kelola. Ketiga perangkat ini berjalan sebagai siatu kesatuan dalam bentuk

sistem tata kelola yang berinteraksi dengan lingkungan internal dan eksternal

organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Efektivitas perangkat tata kelola ini dinilai dari seberapa jauh sistem dimaksud

mampu memberikan hasil tata kelola yang diharapakan.

F. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance

Penerapan sistim GCG diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi

semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) melalui beberapa tujuan berikut:

A. Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan suatu organisasi

yang memberikan kontribusi kepada terciptanya kesejahteraan pemegang

saham, pegawai dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang

elegan dalam menghadapi tantangan organisasi kedepan

B. Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan terbuka, adil,

dan dapat dipertanggungjawabkan

C. Mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para share holders dan

stakeholders.

Dalam menerapkan nilai-nilai Tata Kelola Perusahaan, Perseroan

menggunakan pendekatan berupa keyakinan yang kuat akan manfaat dari

penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik. Berdasarkan keyakinan  yang kuat,

maka akan tumbuh semangat yang tinggi untuk menerapkannya sesuai standar

internasional. Guna memastikan bahwa Tata Kelola Perusahaan diterapkan secara

konsisten di seluruh lini dan unit organisasi, Perseroan menyusun berbagai acuan

sebagai pedoman bagi seluruh karyawan. Selain acuan yang disusun sendiri, 

Perseroan juga mengadopsi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Good Corporate Governance-Internal Audit|20

Page 21: Makalah Paling Fix - Internal Audit

Dalam hal penerapan prinsip GCG harus disadari bahwa penerapan Tata

Kelola Perusahaan yang baik hanya akan efektif dengan adanya asas kepatuhan

dalam kegiatan bisnis sehari-hari, terlebih dahulu diterapkan oleh jajaran

manajemen dan kemudian diikuti oleh segenap karyawan. Melalui penerapan

yang konsisten, tegas dan berkesinambungan dari seluruh pelaku bisnis.

G. Peranan Penerapan Good Corporate Governance

Ekonomi yang melanda Asia Timur pada akhir tahun 1997 telah memicu

terjadinya diskusi tentang pentingnya sistem tatakelola dalam suatu

negara. Iskandar dan Chamlou (2000) menyampaikan bahwa krisis ekonomi yang

terjadi di kawasan asia tenggara dan negara lain bukan hanya akibat faktor

ekonomi makro namun juga karena lemahnya Good Corporate Goverance (GCG)

yang ada di negara-negara tersebut'seperti lemahnya hukum' standar akuntansi dan

pemeriksaan keuangan (auditing) yang belum mapan, pasar modal yang masih

under-regulated, lemahnya pengawasan komisaris, dan terabaikannya hak

minoritas. Hal ini berarti bahwa GCG tidak saja berakibat positif bagi pemegang

saham, namun juga bagi masyarakat yang lebih luas yang berupa pertumbuhan

ekonomi nasional. Karena itulah berbagai lembaga-lembagaekonomi dan

keuangan dunia seperti World Bank dan International Monetary Fund sangat

berkepentingan terhadap penegakan corporate governance (CG) di negara-negara

penerima dana, karena mereka menganggap bahwa CG merupakan bagian penting

sistem pasar yang efisien.

  Penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB

2000)menyimpulkan bahwa di negara-negara Asia' termasuk Indonesia' kondisi

yang sering terjadi adalah (a) tidak berfungsinya mekanisme pengawasan dewan

komisaris untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan (b) belum

dilakukannya pengelolaan perusahaan secara profesional Menurut Crosby, praktik

korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di negara-negara Asia telah menjalar secara

sistemik dan menjadi semacam budaya. Konglomerasi yang dijalankan oleh

kelompok-kelompok kepentingan yang memiliki link dengan institusi-institusi

Good Corporate Governance-Internal Audit|21

Page 22: Makalah Paling Fix - Internal Audit

keuangan yang besar bahkan dengan negara' menutupkemungkinan bagi

pengawasan pihak luar. 

Para konglomerat dengan memanfaatkan koneksi tingkat tinggi mereka

dan jaminan pemerintah' dapat mengakses utang dari luar tanpa melalui proses

kontrol yang memadai. Sementara para investor' kreditor' para pemegang saham

minoritas baik dari dalam maupun luar negeri tidak diberi wewenang untuk

memonitor perusahaan. Hal ini akan menghasilkan over-investment yang menj

erat korporasikorporasi tersebut dan menghancurkan kepercayaan pasar

(Swa' 2005). Buruknya peleksanaan corporate governance dapat meningkatkan

risiko berinvestasi yang berimplikasi pada rendahnya minat investor atau kreditur

untuk menyalurkan investasi atau kreditnya.

1. Landasan-Landasan Teori

Dua teori utama yang terkait dengan corporate

governance adalah stewardship theory dan agency theory. Stewardship

theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa

manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh

tanggung jawab memiliki, integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain.  Inilah

yang tersirat dalam hubungan fidusia yang dikehendaki para pemegang

saham.  Dengan kata lain, stewardship theory memandang manajemen

sebagai dapatdipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan

publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya.

Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson,

seorang professor dari Harvard, memandang bahwa manajemen perusahaan

sebagai ‘agents’ bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh

kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan

bijaksana serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana diasumsikan

dalam stewardship model. Bertentangan dengan stewardship theory, agency

theorymemandang bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak

dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya

Good Corporate Governance-Internal Audit|22

Page 23: Makalah Paling Fix - Internal Audit

maupun shareholders pada khususnya. Dengan demikian, “managers could not be

trusted to do their job – which of course is to maximize shareholder value’

(Tricker, Opcit).

Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respons lebih

luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada.  Berbagai

pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu

pada agency theory di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan

dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh

kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.  Upaya ini

menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut teori ini harus

dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang

timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya enforcement-nya.

Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang

saham; biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang

transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal; serta

biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham

sebagai bentuk‘bonding expenditures’ yang diberikan kepada manajemen dalam

bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan

manajemen dengan pemegang saham. Meskipun demikian, potensi untuk

munculnya agency problem tetap ada karena adanya pemisahan antara

kepengurusan dengan kepemilikan perusahaan, khususnya di perusahaan-

perusahaan publik. 

Bagaimanaperbandingankegiatanantaracorporate governance dan corporat

e management memperlihatkan bahwa corporate governance sangat terkait dengan

aspek pengawasan dan akuntabilitas, sementaracorporate management terkait

dengan keputusan-keputusan dan pengendalian eksekutif serta manajemen

operasional. Sementara itu, titik temu atau irisan antara keduanya dalam banyak

hal terwujud dalam pengambilan keputusan-keputusan strategik perusahaan

Good Corporate Governance-Internal Audit|23

Page 24: Makalah Paling Fix - Internal Audit

Penerapan prinsip ini diharapkan membuat perusahaan menyadari bahwa

dalam kegiatan operasionalnya seringkali ia menghasilkan eksternalitas (dampak

luar kegiatan perusahaan) negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat. Di luar

hal itu, lewat prinsipresponsibility ini juga diharapkan membantu peran

pemerintah dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja

pada segmen masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme

pasar.

Prinsip-prinsip di atas perlu diterjemahkan ke dalam lima aspek yang

dijabarkan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and

Development) sebagai pedoman pengembagan kerangka kerja legal, institutional,

dan regulatory untuk corporate governance di suatu negara. Lima aspek tersebut

antara adalah:

1. Hak-hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan: Hak-hak pemegang

saham harus dilindungi dan difasilitasi.

2. Perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham: Seluruh pemegang

saham termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing

harus diperlakukan setara. Seluruh pemegang saham harus diberikan

kesempatan yang sama untuk mendapatkan perhatian bila hak-haknya

dilanggar. 

3. Peran stakeholders dalam corporate governance: Hak-hak para

pemangku kepentingan (stakeholders) harus diakui sesuai peraturan

perundangan yang berlaku, dan kerjasama aktif antara perusahaan dan

para stakeholders harus dikembangkan dalam upaya bersama

menciptakan kekayaan, pekerjaan, dan keberlanjutan perusahaan.

4. Disklosur dan transparansi: Disklosur atau pengungkapan yang tepat

waktu dan akurat mengenai segala aspek material perusahaan, termasuk

situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan governance perusahaan.

Good Corporate Governance-Internal Audit|24

Page 25: Makalah Paling Fix - Internal Audit

5. Tanggung jawab Pengurus Perusahaan (Corporate Boards): Pengawasan

Komisaris terhadap pengelolaan perusahaan oleh Direksi harus berjalan

efektif, disertai adanya tuntutan strategik terhadap manajemen, serta

akuntabilitas dan loyalitas Direksi dan Komisaris terhadap perusahaan

dan pemegang saham.

2. Manfaat dan Faktor Penerapan GCG

Esensi corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui

sepervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas

manajemen terhadap shareholders dan pemangku kepentingan lainnya,

berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku (Tri Gunarsih,

2003).  Untuk meningkatkan akuntabilitas, antara lain diperlukan auditor, komite

audit, serta remunerasi eksekutif. GCG memberikan kerangka acuan yang

memungkinkan pengawasan berjalan efektif sehingga tercipta mekanisme checks

and balances di perusahaan.

Seberapa jauh perusahaan memperhatikan prinsip-prinsip dasar GCG telah

semakin menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan

investasi.  Terutama sekali hubungan antara praktik corporate governance dengan

karakter investasi internasional saat ini.  Karakter investasi ini ditandai dengan

terbukanya peluang bagi perusahaan mengakses dana melalui ‘pool of investors’

di seluruh dunia.   Suatu perusahaan dan atau negara yang ingin menuai manfaat

dari pasar modal global, dan jika kita ingin menarik modal jangka panjang yang,

maka penerapan GCG secara konsisten dan efektif akan mendukung ke arah

itu.  Bahkan jikapun perusahaan tidak bergantung pada sumber daya dan modal

asing, penerapan prinsip dan praktik GCG akan dapat meningkatkan keyakinan

investor domestik terhadap perusahaan. Di samping hal-hal tersebut di atas, GCG

juga dapat:

1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung

pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak

manajemen. Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita

Good Corporate Governance-Internal Audit|25

Page 26: Makalah Paling Fix - Internal Audit

perusahaan sebagai akibat penyalahgunaan wewenang (wrong-doing),

ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya

hal tersebut.

2. Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari

pengelolaan perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas

dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil

seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.

3. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra

perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.

4. Menciptakan dukungan para stakeholder (para pihak yang berkepentingan)

dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai

strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya

mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat

maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan

kemakmuran dan kesejahteraan.

Manfaat GCG ini bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga dalam jangka

panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh kembangnya perusahaan

sekaligus pilar pemenang era persaingan global. Akan tetapi, keberhasilan

penerapan GCG juga memiliki prasyarat tersendiri. Di sini, ada dua faktor yang

memegang peranan, faktor eksternal dan internal.

1. Faktor Eksternal

Yang dimakud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari

luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di

antaranya:

a.    Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya

supremasi hukum yang konsisten dan efektif.

Good Corporate Governance-Internal Audit|26

Page 27: Makalah Paling Fix - Internal Audit

b.    Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang

diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government

menuju Good Government Governance yang sebenarnya.

c.    Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat

menjadi standard pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata

lain, semacam benchmark (acuan).

d.      Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di

masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif

berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG

secara sukarela.

e.       Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan

implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi

yang berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan beroperasi disertai

perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja.  Bahkan

dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat mempengaruhi

kualitas dan skor perusahaan dalam implementasi GCG.

2. Faktor Internal

Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan

praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud

antara lain:

a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung

penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di

perusahaan.

b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu

pada penerapan nilai-nilai GCG.

c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-

kaidah standar GCG.

Good Corporate Governance-Internal Audit|27

Page 28: Makalah Paling Fix - Internal Audit

d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan

untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami

setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan

publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah

perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.     

Di luar dua faktor di atas, aspek lain yang paling strategis dalam mendukung

penerapan GCG secara efektif sangat tergantung pada kualitas, skill, kredibilitas,

dan integritas berbagai pihak yang menggerakkan organ perusahaan

3. Peranan Good Corporate Governance Dalam Pengembangan Perusahaan

Publik

Indonesia terperosok dalam krisis ekonomi beberapa tahun silam,

makagood corporate governance menjadi bagian untuk pembenahan dan

pengembangan pengelolaan perusahaan. Setiap emiten, direksi dan komisaris

harus dengan tulus dan ikhlas bersedia setiap gerak dari usaha mereka, telah

mencerminkan prinsipprinsip good corporate governance tersebut. Adapun untuk

dapat menilai dunia usaha di Indonesia saat ini adalah ;

1. Ketertutupan diri pengusaha, baik pemilik maupun manager.

2. Tidak mempergunakan kaedah-kaedah usaha dengan baik dalam

mengerjakan usaha melainkan lebih menyenangi lobi.

3. Kurangnya kesiapan menjadi enterpreneur yang mampu membawanya ke

dunia usaha murni.

Hal ini membawa enterpreneur jauh dari good corporate

governance, sehingga tingkat kepercayaan dan kekuatan yang diterima dari relasi

usaha rendah, oleh sebab itu mudah terombangambing gelombang perekonomian

global, saatsituasi usaha bekerja dalam kondisi perekonomian baik memang

Good Corporate Governance-Internal Audit|28

Page 29: Makalah Paling Fix - Internal Audit

pengaruh ini tidak tampak namun apabila kondisi perekonomian kurang baik

maka kehancuran perusahaan tidak dapat terelakkan lagi.

Secara formal good corporate governance hanya ditujukan untuk

perusahaan yang mempunyai status perusahaan publik, khususnya emiten yang

telah menyerap dana dari masyarakat dan telah memiliki saham publik yang

sifatnya minoritas dan independent dan secara sederhana dapat dilukiskan sebagai

bentuk dari pelaksaan tanggung jawab antara perusahaan sebagai badan hukum,

direksi dan komisaris sebagai pengurus dengan para pemegang saham. Caranya

dengan menjalankan ketentuan Anggaran Dasar (AD) dalam rangkaian kewajiban

untuk transparansi, bertanggung j awab, adil dan akuntabel.

Board of Directors harus mampu dan mau  secara tulus dan ikhlas

menerapkan good corporate governance maka secara otomatis akan mempunyai

kekuatan dan daya tahan terpaan serta ancaman dari faktor-faktor internal dan

eksternal perusahaan.

Good corporate governance telah memiliki nilai-nilai positif untuk

menjaga konsistensi serta profesionalisme perusahaan dalam melakukan berbagai

macam tindakan guna menuju kearah kinerja yang hebat. Apabila perusahaan

tidak mau bekerja dengan menerapkan good corporate governance maka berbagai

potensi negatif akan bersarang dan berkembang untuk merusak moral dan etika

kerja dari sumber daya manusianya secara total.

Sebagian besar perusahaan yang mengalami oleng atau tidak stabil,

disebabkan oleh sikap dan cara pengelolaan yang tidak menerapkan nilai-

nilaigood corporate governance secara tepat pada waktu-waktu yang krusial.

Untuk menjaga agar perusahaan oleng, maka semua kekuatan sumber daya

perusahaan secara keseluruhan dan utuh harus mampu menjaga efektivitas,

efisiensi dan produktivitas dari asset–liability–equity perusahaan, termasukcash

flow dan profit perusahaan dalam keseimbangan yang tepatdengan cara-cara

pengelolaan yang patuh padapenerapan prinsip-prinsipgood corporate governance.

Good Corporate Governance-Internal Audit|29

Page 30: Makalah Paling Fix - Internal Audit

Ketika perusahaan mengalami kegagalan dalam bekerja dengan

menerapkangood corporate governance, maka sistem pengendalian perusahaan

sulit mengukur semua resiko secara baik, sistem keuangan perusahaan akan

menjadi tidak konsisten, para pelanggan beserta stakeholders lainnya akan merasa

bosan dengan etika dan moral pelayanan yang kurang baik dan tidak

menyenangkan, serta ada beberapa hal lain yang dapat menyebabkan perusahaan

berada dalam genggaman potensi negatif, dan semua itu akan menggerogoti

daya saing, cash flow, sumber daya manusia, produksi serta jasa perusahaan,

sehingga perusahaan akan sulit untuk bernafas dengan baik yang artinya

perusahaan sudah tidak dapat berjalan dengan baik atau diambang kehancuran.

Peranan penerapan good corporate governance sangat penting untuk

meningkatkan daya saing perusahaan dalam kompetisi pasar global yang sudah

ketat sekali. Dengan melalui penerapan good corporate governance perusahaan

akan mempunyai kemampuan dan kekuatan dalam menciptakan pertumbuhan

maupun perkembangan bisnis sesuai target yang telah direncanakan.

Penerapan good corporate governance yang berintikan pada budaya

korporasi adalah merupakan sikap profesionalisme yang beretika dan bermoral

tinggi, sehingga semua kekuatan manusia korporasi tidak lagi melakukan

politik praktis di dalam perusahaan, melainkan bersatu padu untuk meningkatkan

kualitas perusahaan menjadi kuat, kokoh dan lebih sehat serta dapat

mengembangkan perusahaan.

Peranan good corporate governance selain dapat membuat

perusahaan menjadi kuat dan kokoh dari terpaan segala macam badai krisis

multidemensi, yang secara pasti tidak akan menggerogoti semua potensi hebat

dari perusahaan, good corporate governance juga selalu menjaga dan dapat

mengendalikan semua kewajibankewajibannya kepada para pemegang

saham maupunstakeholders lainya seperti gaji karyawan, biaya-biaya opersional

rutin, biaya bunga pinjaman, baik biaya- biaya tetap maupun biaya- biaya tidak

tetap lainnya, dengan melalui sistem dan kultur atau budaya korporasi yang

Good Corporate Governance-Internal Audit|30

Page 31: Makalah Paling Fix - Internal Audit

terkaitdengan etika dan moral serta nilai-nilai penerapan prinsip-prinsip good

corporate governance dengan tepat, bersih dan sehat.

Adapun yang menjadi rahasia keberhasilan dari implementasi good

corporate governance adalah terletak pada kepemimpinan yang kuat, tangguh dan

mempunyai daya tahan untuk bekerja dalam organisasai perusahaan yang

serbaberwarna-warni, sebab akar good corporate culture juga terletak pada sikap

dan perilaku pimpinan perusahaan. Kepemimpinan yang sanggup memberikan

motivasi dan meyakinkan pada setiap sumber daya manusia perusahaan, untuk

tetap mempunyai semangat tinggi dalam kerja sama serta saling menghargai dan

menjaga rasa hormat diantara mereka dengan kesabaran tinggi dan kerja

kerastiada henti. Kepemimpinan yang dapat memberikan contoh-contoh positif

dalam proses implementasi good corporate governance adalah merupakan

pemimpin yang secara sepenuh hati mengabdikan pada keselamatan serta

kelangsungan hidup perusahaan, dan mereka adalah sebagai pemimpin yang tidak

egois dengan kepentingan pribadinya sendiri tetapi selalu bekerja demi

kepentingan visi serta misi perusahaan.

H. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Pendirian suatu organisasi sudah tentu ada tujuan yang hendak dicapai.

Apalagi menyangkut organisasi bisnis yang pastinya ada peluang untuk meraup

keuntungan dari usahanya tersebut. Dapat diawali dengan melakukan riset pasar

untuk membuat pemetaan agar mendapat informasi yang lengkap dan gambaran

yang jelas terkait ruang lingkup bisnisnya.

Selanjutnya semua itu tertuang dlam visi dan misi peusahaan. Visi dan

misi tersebut merupakan pernyataan tertulis tentang tujuan-tujuan kegiatan usaha

yang akan dilakukannya. Tentunya kegiatan terencana dan terprogram ini dapat

tercapai dengan keberdaan sistem tatakelola perusahaan yang baik GCG (Good

Corporate Government). GCG ini menjadi acuan suatu korporasi dalam

menjalankan operasional hariannya agar berjalan lancar. Dalam Undang-undang

Good Corporate Governance-Internal Audit|31

Page 32: Makalah Paling Fix - Internal Audit

No 40 Tahun 2007 prinsip-prinsip Good Corporate Governance harus

mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut :

1.  Transparency (Keterbukaan Informasi)

Yaitu keterbukaan yang diwajibkan oleh Undang-Undang seperti misalnya

mengumukan pendirian PT dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia

ataupun Surat Kabar. Serta keterbukaan yang dilakukan oleh perusahaan

menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam hal penerapan

management, dan keterbukaan informasi kepemilikan Perseroan yang akurat, jelas

dan tepat waktu  baik kepada share holders maupun stakeholder.

Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri, perusahaan harus

menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai

pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Setiap perusahaan,

diharapkan pula dapat mempublikasikan informasi keuangan serta informasi

lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara

akurat dan tepat waktu. Selain itu, para investor harus dapat mengakses informasi

penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan. Audit yang dilakukan atas

informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang

saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang

saham dapat ditingkatkan.

Ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari penerapan prinsip ini. Salah

satunya, stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam

melakukan transaksi dengan perusahaan. Kemudian, karena adanya informasi

kinerja perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan

dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan terjadinya efisiensi pasar.

Selanjutnya, jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, dalam

manajemen.

Good Corporate Governance-Internal Audit|32

Page 33: Makalah Paling Fix - Internal Audit

2. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)

Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur,

sistem dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. apabila prinsip ini diterapkan

secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan

wewenang serta tanggungjawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan

dewan direksi. Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan

perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang

saham. Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan dan wajib

memberikan nasihat kepada direksi atas pengelolaan perusahaan dapat tercapai.

Pemegang saham bertanggung atas keberhasilan pembinaan dalam rangka

pengelolaan perusahaan.

3. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Adanya keterbukaan informasi dalam bidang financial, dalam hal ini ada

dua pengendalian yang dilakukan oleh direksi dan komisaris. Direksi menjalankan

operasional perusahaan, sedangkan komisaris melakukan pengawasan terhadap

jalannya perusahaan oleh Direksi, termasuk pengawasan keuangan. Sehingga

sudah sepatutnya dalam suatu perseroan, Komisaris Independent  mutlak

diperlukan kehadirannya. Sehingga adanya jaminan tersedianya mekanisme, peran

dan tanggungjawab jajaran manajemen yang professional atas semua keputusan

dan kebijakan yang diambil sehubungan dengan aktivitas operasional perseroan.

Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (patuh) di dalam

pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan

perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini termasuk yang

berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan

hidup, kesehatan/ keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang

sehat. Beberapa contoh mengenai hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kebijakan sebuah perusahaan makanan untuk mendapat sertifikat 

“HALAL”. Ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat. Lewat

sertifikat ini, dari sisi konsumen, mereka akan merasa yakin bahwa makanan yang

Good Corporate Governance-Internal Audit|33

Page 34: Makalah Paling Fix - Internal Audit

dikonsumsinya itu halal dan tidak merasa dibohongi perusahaan. Dari sisi

Pemerintah, perusahaan telah mematuhi peraturan perundang-undangan yang

berlaku (Peraturan Perlindungan Konsumen). Dari sisi perusahaan, kebijakan

tersebut akan menjamin loyalitas konsumen sehingga kelangsungan usaha,

pertumbuhan, dan kemampuan mencetak laba lebih terjamin, yang pada akhirnya

memberi manfaat maksimal bagi pemegang saham.

Kebijakan perusahaan mengelola limbah sebelum dibuang ke tempat

umum. Ini juga merupakan pertanggungjawaban kepada publik. Dari sisi

masyarakat, kebijakan ini menjamin mereka untuk hidup layak tanpa merasa

terancam kesehatannya tercemar. Demikian pula dari sisi Pemerintah, perusahaan

memenuhi peraturan perundang-undangan lingkungan hidup. Sebaliknya dari sisi

perusahaan, kebijakan tersebut merupakan bentuk jaminan kelangsungan usaha

karena akan mendapat dukungan pengamanan dari masyarakat sekitar lingkungan.

4. Fairness (Kewajaran)

Secara sederhana kewajaran (fairness) bisa didefinisikan sebagai perlakuan

yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul

berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.

Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum

dan penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor – khususnya

pemegang saham minoritas – dari berbagai bentuk kecurangan. Bentuk

kecurangan ini bisa berupa insider trading (transaksi yang melibatkan informasi

orang dalam), fraud (penipuan), dilusi saham (nilai perusahaan berkurang), KKN,

atau keputusan-keputusan yang dapat merugikan seperti pembelian kembali

saham yang telah dikeluarkan, penerbitan saham baru, merger, akuisisi, atau

pengambil-alihan perusahaan lain.

Fairness diharapkan membuat seluruh aset perusahaan dikelola secara baik

dan prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang

saham secara fair (jujur dan adil). Fairness juga diharapkan memberi perlindungan

kepada perusahaan terhadap praktek korporasi yang merugikan seperti disebutkan

Good Corporate Governance-Internal Audit|34

Page 35: Makalah Paling Fix - Internal Audit

di atas. Pendek kata, fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin

perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan.

Namun seperti halnya sebuah prinsip, fairness memerlukan syarat agar

bisa diberlakukan secara efektif. Syarat itu berupa peraturan dan perundang-

undangan yang jelas, tegas, konsisten dan dapat ditegakkan secara baik serta

efektif. Hal ini dinilai penting karena akan menjadi penjamin adanya perlindungan

atas hak-hak pemegang saham manapun, tanpa ada pengecualian. Peraturan

perundang-undangan ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

menghindari penyalahgunaan lembaga peradilan (litigation abuse). Di antara

(litigation abuse) ini adalah penyalahgunaan ketidakefisienan lembaga peradilan

dalam mengambil keputusan sehingga pihak yang tidak beritikad baik mengulur-

ngulur waktu kewajiban yang harus dibayarkannya atau bahkan dapat terbebas

dari kewajiban yang harus dibayarkannya.

Kalau menurut Undang-undang No 40 Tahun 2007 prinsip-prinsip Good

Corporate Governance hanya ada empat. Tetapi ada juga yang mengatakan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance ada lima. Tambahannya yaitu

independency (kemandirian).

5. Independency (Kemandirian)

Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa

ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun

yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Dengan kata lain,

prinsip ini menuntut bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang

dimilikinya tanpa ada tekanan. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola

perusahaan harus tetap memberikan pengakun terhadap hak-hak stakeholders

yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan.

Prinsip GCG yang paling relevan dengan pengembangan sistem dan

mekanisme internal perusahaan adalah accountability. Berdasarkan prinsip ini,

pertama-tama masing-masing komponen perusahaan, seperti komisaris, direksi,

internal auditor dituntut untuk mengerti hak, kewajiban, wewenang dan tanggung

Good Corporate Governance-Internal Audit|35

Page 36: Makalah Paling Fix - Internal Audit

jawabnya. Hal tersebut penting sehingga masing-masing komponen mampu

melaksanakan tugas secara professional.

Dengan demikian masing-masing pihak baik Direksi maupun Komisaris

perlu mengamankan investasi dan aset perusahaan. Dalam hal ini Direksi harus

memiliki sistem dan pengawasan internal, yang meliputi bidang keuangan,

operasional, risk management dan kepatuhan (compliance). Sedangkan Komisaris

menjaga agar tidak terjadi mismanagement dan penyalahgunaan wewenang oleh

Direksi dan para pejabat eksekutif perusahaan.

I. Hubungan Good Corporate Governance dengan Audit Internal

Konsep Good Corporate Governance (GCG) adalah konsep yang sudah

saatnya diimplementasikan dalam perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia,

karena melalui konsep yang menyangkut struktur perseroan, yang terdiri dari

unsure-unsur RUPS, direksi dan komisaris dapat terjalin hubungan dan

mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang

harmonis, baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan meningkatkan nilai

perusahaan demi kepentingan shareholders dan stakeholders.

Arti GCG secara awam: “Mengurus Perusahaan Secara Baik”. GCG

merupakan sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat

dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan (hard

definition), maupun ditinjau dari “nilai-nilai” yang terkandung dari mekanisme

pengelolaan itu sendiri (soft definition). GCG dari segi soft definitionyang mudah

dicerna, sekalipun orang awam, yaitu: Komitmen, Aturan Main, Serta Praktik

Penyelenggaraan Bisnis Secara Sehat dan Beretika.

Berdasarkan hasil penelitian, terjadinya skandal bisnis (business gate),

misalnya Enron, Worldcom, Tyco, Global Crosing  ternyata salah satunya

disebabkan prinsip-prinsip GCG tidak dijalankan secara sungguh-sungguh,

konsekuen dan konsisten. Respon pihak Pemerintah, BUMN, perusahaan swasta

maupun perusahaan multinasional sangat positif atas upaya mewujudkan GCG

tersebut. Perusahaan yang tidak mengimplementasikan GCG, pada akhirnya dapat

Good Corporate Governance-Internal Audit|36

Page 37: Makalah Paling Fix - Internal Audit

ditinggalkan oleh para investor, kurang dihargai oleh masyarakat (publik) dan,

dapat dikenakan sanksi apabila berdasarkan hasil penilaian ternyata perusahaan

tersebut melanggar hukum.

Perusahaan seperti ini akan kehilangan peluang (opportunity) untuk dapat

melanjutkan kegiatan usahanya (going concern) dengan lancar. Namun sebaliknya

perusahaan yang telah mengimplementasikan GCG dapat menciptakan nilai

(value creation) bagi masyarakat (publik), pemasok (supplier), distributor,

pemerintah, dan ternyata lebih diminati para investor sehingga berdampak secara

langsung bagi kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Dan dalam mendorong

terwujudnya GCG di perusahaan internal auditor dapat melaksanakan perannya

sebagai berikut :

Mendorong transparansi (transparency) dan integritas (integrity) dalam pelaporan

keuangan (financial reporting) perusahaan.

1. Mendorong akuntabilitas (accountability) dalam pengelolaan aset

perusahaan.

2. Mendorong pertanggungjawaban (responsibility) perusahaan kepada

public melalui Corporate Social Responsibility /CSR, Community

Development atau Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL).

3. Mendorong independensi (independency) perusahaan terhadap pihak-

pihak terkait, termasuk pemegang saham minoritas.

4. Mendorong kewajaran (fairness) dalam pengadaan barang & jasa termasuk

dipastikannya tidak ada pelanggaran terhadap UU anti monopoli &

persaingan usaha yang sehat.

Selain itu dengan berlakunya Sarbanes Oxley Act (SOA) pada tahun 2002

mempunyai pengaruh yang sangat besar pada auditor internal, terutama pada

perusahaan . Walaupun pemberlakuan peraturan ini di Amerika, tetapi karena

lingkup bisnis Amerika terdapat  di seluruh dunia, maka SOA dalam konteks

auditor intenal juga akan berpengaruh ke seluruh dunia. SOA pada bagian 404

tentang manajemen penilaian pengendalian internal,mengharuskan laporan

Good Corporate Governance-Internal Audit|37

Page 38: Makalah Paling Fix - Internal Audit

tahunan yang memuat laporan internal control yang menyatakan tanggung jawab

manajemen untuk menerapkan dan menjaga kecukupan sistem intenal control,

termasuk assessment atas efectivitas prosedur internal control pada setiap akhir

tahun buku.

Auditor intenal mempunyai kewajiban untuk mereview dan memberi

penilaian (assess) atas efectivitas control.Fungsi audit internal yang aktif

menemukan kelemahan terhadap kepatuhan akan mendorong langkah

perbaikan,sehingga  top manajemen dapat mengambil alih masalah tersebut dan

segera melaksanakan langkah – langkah perbaikan sehingga  Good Corporate

Governance ( GCG ) dapat terwujud. GCG sebagai tata kelola perusahaan juga

tidak akan lepas dari penerapan prinsip-prinsip corporate governance.  Prinsip-

prinsip tersebut bersifat universal sehingga dapat berlaku bagi semua negara atau

perusahaan dan diselaraskan dengan sistem hukum, aturan atau tata nilai yang

berlaku di negara masing-masing..Penerapan GCG oleh perusahaan wajib

dievaluasi untuk mengetahui area-area yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan,

menyesuaikan dengan perubahan peraturan dan praktik terbaik mengenai GCG

terkini. Pedoman GCG, pedoman perilaku, dan kebijakan-kebijakan perusahaan

perlu dipahami oleh para karyawan, sehingga perlu diberikan sosialisasi atas

langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan perusahaan sehubungan dengan

penerapan GCG.Serangkaian strategi bagi fungsi audit internal dan organisasinya

dalam melaksanakan evaluasi terhadap aktivitas governance, berkonsentrasi pada

area sebagai berikut:

1. Lingkungan governance – budaya, struktur, dan kebijakan yang menjadi

dasar bagi governance yang baik.

2. Proses governance – kegiatan-kegiatan khusus yang mendukung

lingkungan governance.

Akan tetapi dalam perkembangannya, dalam penerapan prinsip GCG yang

tidak sungguh –sungguh juga terjadi karena banyak praktik – praktik yang

memberikan peluang bagi organisasi dalam melakukan berbagai penyelewengan

Good Corporate Governance-Internal Audit|38

Page 39: Makalah Paling Fix - Internal Audit

dan korupsi,dan accounting choice merupakan salah satu cara dalam creative

accounting practices (Mulford dan Comiskey, 2002) yang sering digunakan untuk

melakukan penyelewengan. Dalam kasus Enron, perusahaan menerapkan creative

accounting untuk hal-hal seperti off balance sheet SPEs, timing of revenue

recognition and estimation of value of merchant investment. Dengan pemilihan

metode akuntansi, perusahaan secara kreatif dapat merancang tampilan kinerja

yang diinginkan manajemen sebagaimana yang terjadi dalam income smoothing

(Moses, 1997).Realita menunjukkan ketidakberdayaan profesi akuntan dalam

mewujudkan good governance, yang dipicu dengan terjadinya korupsi dalam

permintaan dan penawaran.(Tanzi, 1998).

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, pengawasan memainkan peranan

yang penting dalam monitoring implementasi pelaksanaan tugas dan pencapaian

tujuan yang tercantum dalam anggaran entitas. Berbagai penelitian dalam

pengawasan menyimpulkan bahwa prinsipal (pemberi amanah) menginginkan jasa

pengawasan dalam rangka mengurangi permasalahan tersebut yang juga disebut

sebagai konflik keagenan (Chow, 1981; Simunic, 1980; DeAngelo, 1981 dan

Watts & Zimmerman, 1983).

Pengawasan merupakan fungsi yang tidak terpisah dari pengelolaan

organisasi modern. Fungsi pengawasan diperlukan untuk membantu setiap

manajemen yang bertanggung jawab pada suatu aktivitas atau kegiatan, untuk

mencapai tujuan organisasi dengan cara yang paling sejalan dengan kepentingan

organisasi. Dengan kondisi yang semakin turbulence yang mendorong complexity

dan chaos (Sanders, 1998) dan tuntutan akan social acceptance yang semakin

besar, kualitas jasa dan produk menjadi indikator kinerja yang harus dicapai

organisasi.

Pengawasan dituntut untuk memberi added value dalam proses

pembentukan dan pencapaian nilai organisasi. Fungsi pengawasan terdiri dari

beberapa kegiatan, di antaranya adalah kegiatan pemeriksaan (audit). Pemeriksaan

Good Corporate Governance-Internal Audit|39

Page 40: Makalah Paling Fix - Internal Audit

(audit), sebagai salah satu kegiatan dalam fungsi pengawasan,menurut the

American Accounting Association adalah suatu proses sistematik untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-

pernyataan kegiatan dan kejadian ekonomi. Hal ini diperlukan untuk menentukan

tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak

yang berkepentingan.

Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan transparansi, kegiatan audit

sangat esensial. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua pihak yang

terkait dengan organisasi. Untuk itulah keseluruhan proses audit harus dilakukan

secara berhatihati dan konsisten dengan kaidah-kaidah profesi. Proses audit

melalui prosedur yang berjenjang, dan setiap tahapan akan melibatkan judgmen

auditor atas suatu kejadian atau fakta.Dalam menjalankan tugas-tugas auditnya

auditor menggunakan keahliannya dalam pengumpulan bukti-bukti termasuk

dengan judgmen. Menurut Kida (1984) auditor membuat judgment dalam

mengevaluasi pengendalian intern, menilai risiko audit, merancang dan

mengimplementasikan pemilihan sampel dan menilai serta melaporkan aspek-

aspek ketidakpastian.

Auditor secara eksplisit maupun implisit memformulasikan suatu

hipotesis terkait dengan tugas-tugas judgemen mereka. Setelah hipotesis itu

dibingkai, kemudian mereka mencari data untuk menguji hipotesis-hipotesis

(dugaan-dugaan) yang diformulasikan. Sebelum tahun 1900, audit difokuskan

untuk memenuhi kebutuhan akan independent check pada balance sheet audit.

Auditor melaksanakan berbagai tugas audit, termasuk di dalamnya pengamatan

pada pemeriksaan fisik barang, verifikasi dan inspeksi dokumentasi yang

mendukung angka – angka dalam neraca, konfirmasi pada pihak ketiga, dan

lainnya. Untuk memenuhi audit ini, auditor harus memahami metode pembukuan

(bookkeeping) dan prosedur pencatatannya. Pada akhir abad ke-19, akuntansi dan

auditing mengalami perubahan yang cukup radikal, dikarenakan masyarakat barat

Good Corporate Governance-Internal Audit|40

Page 41: Makalah Paling Fix - Internal Audit

berpindah dari sistem pertanian ke sistem industri. Perubahan ini berpengaruh

pula pada akuntansi dan auditing pada saat sekarang ini, terutama dalam hal

pengambilan keputusan oleh manajemen berdasarkan informasi laporan

keuangan.Lebih jauh, guna memelihara hubungan antara masyarakat anggota

organisasi dengan manajemen, pelaksanaan kegiatan audit dipandang sebagai

pendekatan atau solusi yang paling ekonomis dan praktis (Wallace, 1987). Fungsi

yang dimaksudkan disini diharapkan dapat menjadi kepanjangan tangan dan mata

masyarakat untuk menilai dengan kompetensi khusus tindakan dan laporan yang

disampaikan oleh manajemen.Karena itu, dewasa ini sukar ditemukan organisasi

sosial dan ekonomi yang berorientasi pada hak-hak demokrasi anggotanya yang

eksis tanpa lembaga audit.

Dengan demikian,audit merupakan fungsi yang sangat instrumental dalam

perwujudan manajemen yang dapat beroperasi dengan good corporate

governance.Tuntutan profesionalisme bagi auditor antara lain:

(1) meningkatkan dan mengembangkan ilmu dan seni akuntansi,

(2) menjaga kepercayaan publik kepada profesi,

 (3) mengadakan dan menjalankan setiap program dan kegiatan profesi yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas jasa yang diberikan profesi.

Dengan  lingkup aktivitas profesi akuntan yang semakin luas, tentunya

memiliki implikasi yang luas pula salah satunya adalah tantangan bagaimana

akuntan mampu mengembangkan kualitas profesinya. Sebab untuk dapat

melaksanakan aktivitas.Dalam konteks ini, untuk mengimbangi luasnya lingkup

aktivitas profesi akuntan,maka keahlian-keahlian atau pengetahuan berikut perlu

dimiliki para akuntan.

Pertama pengetahuan tentang hukum bisnis. Tujuannya adalah, agar para akuntan

mampu mengidentifikasi perilaku-perilaku bisnis (seperti monopoli, kartel,

oligopoli, dansebagainya).

Good Corporate Governance-Internal Audit|41

Page 42: Makalah Paling Fix - Internal Audit

 Kedua, pemahaman tentang ekonomi industri. Pemahaman ini diperlukan agar

para akuntan mampu mengidentifikasi struktur industri serta posisi entitas dalam

industri.

Secara institusi, dengan adanya tuntutan yang begitu besar terhadap peran

akuntan dalam mewujudkan good governance, IAI perlu menata kembali aktivitas

yang dilakukan para anggotanya. Selain membekali berbagai keahlian seperti

tersebut di atas, melalui berbagai program Pendidikan Profesi Berkelanjutan,

secara legalitas IAI juga perlu memperkuat landasan bagi profesi akuntan. Dalam

konteks ini, jika selama ini standar akuntansi dan auditing yang telah ditetapkan

IAI masih mengacu pada catatan keuangan (kuantitatif) semata, maka kini saatnya

klausul-klausul kualitatif, ikut tercakup dalam standar.

Dengan demikian, bagi IAI kini sudah saatnya untuk mempertimbangkan

membuat suatu standar agar klausul-klausul kualitatif menjadi bagian dalam

pelaporan keuangan yang terpublikasi. Sementara itu, pertimbangan penentuan

opini terhadap sebuah laporan keuangan, juga sudah tidak relevan lagi jika hanya

didasarkan pada kewajaran laporan keuangan, tetapi juga termasuk di dalamnya

perlu dipertimbangkan klausul-klausul kualitatif yang terjadi pada perusahaan,

seperti kewajaran transaksi.

Dengan tuntutan yang sedemikian besarnya terhadap auditor, maka perlu

dipersiapkan auditor yang mampu memenuhi harapan semua pihak tersebut.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh auditor mencakup kemampuan untuk

menggambarkan posisi keuangan dan kinerja keuangan pemerintah, apakah telah

disajikan secara wajar serta di dukung dengan bukti-bukti yang handal.

Audit Internal memegang peranan yang cukup penting dalam terwujudnya 

Good Corporate Goverment ( GCG )  hal ini terkait erat dengan fungsi dan tugas

dari internal audit untuk aktif dalam menemukan kelemahan terhadap kepatuhan

dan mendorong langkah perbaikan,sehingga  top manajemen dapat mengambil

Good Corporate Governance-Internal Audit|42

Page 43: Makalah Paling Fix - Internal Audit

alih masalah tersebut dan segera melaksanakan langkah – langkah perbaikan

sehingga  Good Corporate Governance ( GCG ) dapat terwujud.

Selain itu tugas  pengawasan yang dilakukan oleh audit internal

memainkan peranan yang penting dalam monitoring implementasi pelaksanaan

tugas dan pencapaian tujuan yang tercantum dalam anggaran entitas.Pengawasan

merupakan fungsi yang tidak terpisah dari pengelolaan organisasi modern.Akan

tetapi dalam perkembangannya, dalam penerapan prinsip GCG yang tidak

sungguh –sungguh juga terjadi karena banyak praktik – praktik yang memberikan

peluang bagi organisasi dalam melakukan berbagai penyelewengan dan korupsi.

Realita yang terjadi menunjukkan ketidakberdayaan profesi akuntan dalam

mewujudkan good governance, yang dipicu dengan terjadinya korupsi dalam

permintaan dan penawaran. Olek karena itu sebagai sebuah institusi auditor  IAI

dalam membantu  mewujudkan good governance, perlu menata kembali aktivitas

yang dilakukan para anggotanya. Selain membekali berbagai keahlian, melalui

berbagai program Pendidikan Profesi Berkelanjutan, secara legalitas IAI juga

perlu memperkuat landasan bagi profesi akuntan. Dalam konteks ini, jika selama

ini standar akuntansi dan auditing yang telah ditetapkan IAI masih mengacu pada

catatan keuangan (kuantitatif) semata, maka kini saatnya klausul-klausul

kualitatif, ikut tercakup dalam standar.Dengan demikian, bagi IAI kini sudah

saatnya untuk mempertimbangkan membuat suatu standar agar klausul-klausul

kualitatif menjadi bagian dalam pelaporan keuangan yang terpublikasi.Sehingga

diharapkan kedepannya dengan segala perbaikan dalam penerapan prinsip GCG,

perbaikan terhadap kompetensi dan kapabilitas serta peraturan pengawasan audit

internal dapat mendukung sepenuhnya terhadap nterwujudnya Good Corporate

Governance.

J. Jurnal Peranan Auditor Internal dalam Menunjang Pelaksanaan Good

CorporateGovernance

Jurnal terlampir.

Good Corporate Governance-Internal Audit|43

Page 44: Makalah Paling Fix - Internal Audit

BAB III

PENUTUP

Saat ini terjadi pergeseran paradigma, auditor yang dahulu bertindak pasif

sekarang telah menjadi business partner pada perusahaan-perusahaan sebagai

pemberi deteksi dini dalam mengidentifikasi risiko usaha dan berorientasi pada

kinerja perusahaan secara keseluruhan.Dengan demikian, cara

pandang business unit juga berubah, tidak lagi menganggap auditor sebagai polisi

organisasi namun sebagai business partner yang menjadi bagian internal dalam

sebuah manajemen.

Terkait dengan pencapaian Good Corporate Governance dan kaitannya

dengan peranan internal auditor garda terdepan dalam penerapan prinsip-

prinsip Good Corporate Governance (GCG) di Pertamina. Auditor berperan

sebagai pencegah bukan lagi sebagai penilai perusahaan dimana mencari-mencari

kesalahan dari perusahaan tersebut.

Auditor juga membantu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan

dan bekerja "hand in hand" dengan unit bisnis. Auditor mampu melakukan

pengendalian terhadap penyimpangan atas sistem dan prosedur yang telah

ditetapkan sesuai dengan aspekGood Corporate Governance.

Good Corporate Governance-Internal Audit|44

Page 45: Makalah Paling Fix - Internal Audit

DAFATAR PUSTAKA

IASB-FASB Update Report to the Financial Stability Board Plenary on Accounting Convergence [April 5, 2012]

en.wikipedia.org/wiki/corporate_governance

Kuncoro, Mudrajat. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Erlangga: Yogyakarta

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007).

Azhar Maksum, Pidato Pengukuhan Guru Besar: Tinjuan atas Good Corporate Governance di Indonesia, (Medan: Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara, 2005).

Crown Dirgantoro, Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus,dan Implementasi, (Jakarta: Grasindo, 2001).

Adrian Sutedi, Good Corporate Governance, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001).

http://www.blogger.com/commentiframe.g?blogID=5507137554223710716&postID=5507656754725282296&blogspotRpcToken=4617031

http://rson-r-son.blogspot.com/2009/01/good-corporate-governance.htm

http://aldianegara.wordpress.com/2012/01/23/tugas-kuliah-good-corporate-governance/

http://sarilovely.blogspot.com/2009/11/peranan-penerapan-good-corporate.html

paksis.files.wordpress.com/2008/01/gcg-dan-pns.doc

www.elearning-ujb.net/.../00-2411-7401Dyah%20Permata%20Budi%20Asri.doc

http://yogya-indonesia.blogspot.com/2006/09/good-corporate-governance.html 

Good Corporate Governance-Internal Audit|45