Makalah Pak Rifa'i

28
MAKALAH KONSEP DASAR MANAJEMEN MUTU DAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PELAYANAN KESEHATAN Disusun oleh : 1. Muhammad Dhani Rahman (120701078) 2. Devi Kumalasari (120701061) 3. Livia Kurniasari(120701076) 4. Oktalia Sandi Nugraha (120701086) 5. Rohma Dwi Maslakhah (120701093) 6. Herlina Yuliani (120701104) i

description

bab 1 2 3

Transcript of Makalah Pak Rifa'i

MAKALAH

KONSEP DASAR MANAJEMEN MUTU DAN

MANAJEMEN RESIKO DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Disusun oleh :1. Muhammad Dhani Rahman (120701078)2. Devi Kumalasari (120701061)3. Livia Kurniasari(120701076)4. Oktalia Sandi Nugraha (120701086)5. Rohma Dwi Maslakhah (120701093)6. Herlina Yuliani (120701104)PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS 3B

STIKES PEMKAB JOMBANGTAHUN 2014 / 2015KATA PENGANTARAlhamdullillahhirobilalamin, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini, sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin ya robal alamin.

Karena anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Komunitas yang berjudul Konsep Dasar Manajemen Mutu dan Manajemen Resiko Dalam Pelayanan Kesehatan dengan tepat waktu. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan kepada para pembaca umumnya. Jombang ,26 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISIHalaman Judul

iKata Pengantar

iiDaftar Isi

iiiBab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Tujuan

11.3 Rumusan Masalah

1Bab II Pembahasan

2.1 Konsep dasar mutu pelayanan

22.2 Kaidah dan standart mutu

32.3 Ruang lingkup mutu

32.4 Upaya menjaga mutu (quality assurance)

4 2.5 Prinsip upaya menjaga mutu ............................................................... 5 2.6 Pentingnya Upaya Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan ................... 5 2.7 Manajemen resiko ................................................................................ 6

2.8 Gambaran Umum/Identifikasi Risiko Bahaya Di tempat

Pelayanan Kesehatan ............................................................................. 82.9 Kejadian tidak diharapkan ..................................................................... 92.10 Sistem Manajemen Resiko dalam K3 Di Rumah Sakit ........................ 11

Bab IV Penutup

3.1 Kesimpulan

13DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 14

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Puskesmas ataupun Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Puskesmas ataupun Rumah sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatannya. Rumah sakit sebagai tempat kerja yang unik dan kompleks tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya.

Potensi bahaya di sarana pelayanan kesehatan, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di tempat pelayanan tersebut, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan puskesmas dan rumah sakit.1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana Konsep Dasar Manajemen Mutu dan Manajemen Resiko Dalam Pelayanan Kesehatan ?1.3 Tujuan 1. Agar memahami Konsep Dasar Manajemen Mutu dan Manajemen Resiko Dalam Pelayanan Kesehatan

BAB IIPEMBAHASANA. KONSEP DASAR MUTU PELAYANANa.Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti dalam bahasa Inggris quality artinya taraf atau tingkatan kebaikan; nilaian sesuatu. Jadi mutu berarti kualitas atau nilai kebaikan suatu halMutu tidak lepas dari kata kualitas atau mutu itu sendiri.kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna seperti;

1. Mutu adalah kualitas

2. Bebeas dari kerusakan atau cacat

3. Kesesuaian penggunaan (fitness of use), persyarataan atau tuntutan

4. Melakukan segala sesuatu secara benar sejak awal

5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat

6. Kepuasan klien dalam arti dan keluarga klien

Mutu juga didefinisikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan pelanggan baik,berupa kenutuhan yang dinyatakan,maupun yang tersirat.dengan kata lain,mutu adalah kualitas,kesesuain penggunaan sumber daya,serta kepuasan pengguna dan konsumen. Perlu dipahami bahwa masing-masing organisasi orientasi,gambaran,dan perbedaan penilaian terhadap mutu dapat digambarkan sebagai berikut.

1Rumah sakit A ;Menilai mutu atas dasar kepuasan klien

2Rumah sakit BMenilai mutu atas dasar dasar penilaian perilaku dan kinerja perawat

3Rumah sakit CMenilai berdasarkan standar penilaian bila tidak ada insiden penyakit infeksi nosokomial

4Rumah sakit DMenilai pada orientasi QT dan TQM (total quality management)

B. KAIDAH DAN SATANDAR MUTU

Berikut ini adalah kaidah mutu pada keperawatan

1. Mutu pelayanan kesehatan yang terjangkau,tersedia,wajar,efektif,efisiensi,dan berkelanjutan.puskesmas adalah derajat kesempurnaan atau tingkat kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan

2. Tuntutan terhadap mutu selalu berubah dan tinggi.3. Mutu adalah kunci sukses.

Sementara standar mutu mencakup hal-hal sebagai berikut.

1. Standar mutu input,termasuk dalam hal ini adalah mutu petugas,bahan,alat,dan sebagainya.biasanya dikaitkan dengan penggunaan dan penguasan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

2. standar proses,mencakup mutu kerja dan mutu pelayanan, biasanya menggunakan standar etika atau kepuasan rata-rata komunitas.3. Standar output atau produk,biasanya dikaitakan dengan performance atau kinerja pemberi pelayanan kesehatan.pengelolaan mutu harus selalu menghasilkan standardisasi petunjukkan hasil dan mencegah terulangnya masalah.Upaya menjaga mutu pelayanan institusi pelayanan kesehatan termasuk puskesmas adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif yang menyangkut struktur,proses,dan hasilnya secara obyektif,sistematik,dan berkelanjutan,memantau dan menilai mutu,secara kewajaran pelayanan terhadap klien.upaya tersbut ditindak lanjuti dengan memecahkan masalah-masalah yang terungkap,sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan melalui puskesmas bagi komunitas masyarakat dapat berdaya guna dan berhasil gunaC. RUANG LINGKUP MUTUDipuskesmas melingkupi mutu petugas termasuk kualifikasi,mutu kerja,bahan,alat,fasilitas,obat,pelayanan,dan informasi.Sasaran yang ingin dicapai dalam upaya peningkatan mutu antara lain;

1. Rumah sakit kematian

2. Rumah sakit kecacatan

3. Meningkatkan kepuasan masyarakat dan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat,terutama diwilayah kerjanya.

4. Penggunaan obat secara rasional serta tindakan pengobatan yang wajar.

D. UPAYA MENJAGA MUTU (QUALITY ASSURANCE)

Sebelum membahas tentang upaya menjaga mutu (quality assurane),terlebih dahulu harus dipahami tentang total quality management (TQM).penerapam TQM mengarah pada optimalisasi sumber daya,terutama sumber daya manusia. Menurut widodo (1990) peneran TQM berfokus pada peningkatan mutu, sebetulnya justru menrunkan biaya (cost) dan meningkatkan kinerja atau produktivitas,karena;

1. Peningkatan mutu akan mengurangi variasi system pelayanan dan system produksi.

2. Penurunan biaya yang disebabkan kurangnya kerja ulang, berkurangnya kesalahan,berkurangnya penundaan,penggunakan peralatan dengan tepat, waktu efisien, penggunaan biaya lebih stabil,konsumen meluas,member jaminan untuk persaingan dimasa mendatang dan pengembangan modal terendah.

Upaya menjaga mutu (QA) merupakan system menejemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi pelayanan dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Upaya menjaga mutu juga didefinisikan sebagai seluruh kegiatan terencana dan sistematik yang diimplementasikan didalam system mutu untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai bahwa suatu produk akan memenuhi persyaratan mutu.Mactos dan keller(1989)mendefinisikan upaya menjaga mutu sebagai upaya berkesinambungan, sistematik, objektif dalam memantau, dan menilai pelayanan yang diselanggarakan,disbanding standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan dengan perbaikan mutu pelayanan,sedangkan falmer (1983) mendefinisikan TA sebgai suatu proses yang mencakup :1. Kegiatan mengukur mutu pelayanan yang diselenggarakan

2. Menganalisis berbagai kekurangan.

3. Menetapkan tindakan perbaikan

4. Menilai hasil yang dicapai serta berdaur ulang berdasarkan standar yang telah ditetapkan, yaitu; sistematik,berkesinambungan,objektif,dan terpadu

Karakteristik kualitas meliputi empat hal,yaitu;

1. Effectiveness2. Efficiency3. Acceptability,dan

4. Legitimacy.

Sedangkan 10 dimensi mutu antara lain meliputi efektifitas, efisiensi, kompetisi, keamanan,kenyamanan,accessibility,kesinambungan.informatif.komunikatif, dan ketepatan waktu.E. PERINSIP UPAYA MENJAGA MUTU

Prinsip yang digunakan dalam menjaga mutu adalah sebagai berikut

1. Selalu berusaha meningkatkan mutu (continuity improvement).2. Perhatian ditunjukan tiap langkah dan tiap proses

3. Semua orang berpartisipasi aktif dalam upaya meningkatkan mutu

4. Berorientasi pada kepuasan klien dan karyawan.

F. PENTINGNYA UPAYA MENJAGA MUTU PELAYANAN KESEHATAN DIPUSKESMAS

Adanya peningkatan status social ekonomi masyarakat,disamping terjadinya transisi demografi,dan transisi epidemologi membaawa pengaruh pada perubahan kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Puskesmas dipandang sebagai pusat kesehatan untuk masyarakat golongan miskin dan tidak bermutu.Berdasarkan pemikiran tersebut,praktis dibidang kesehatan harus memikirkan dan mengubah citra tersbut dengan cara meningkatkan mutu pelayanan secara terus-menerus,baik mutu dari segi sumberdaya maupun pelayanan kesehatan yang diberikan.puskesmas merupakan satuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat terpadu, menyeluruh, merata, dapat diterima, dan biaya terjangkau oleh masyarakat, melibatkan peran serta masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan optimal,tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.Tujuan dan ssaran QA, natara lain sebagai berikut.

1. Menungkatkan pelayanan puskesmas agar dapat memenuhi kebutuhan klien (client oriented)

2. Menyelenggarakan pelayanan secara efisien dan efektif.

3. Mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.

4. Petugas puskesmas dapat mengganti dan mampu melaksanakan program menjaga mutu sesuai dengan standart yang telah ditemukan.G. Manajemen Resiko

Untuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko. Adapun beberapa definisi manajemen risiko dari berbagai literatur yang didapat, antara lain :a. Manajemen risiko merupakan proses formal dimana faktor-faktor risiko secara sistematis diidentifikasi, diukur, dan dicarib. Manajemen risiko merupakan metoda penanganan sistematis formal dimana dikonsentrasikan pada pengientifikasian dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.c. Manajemen risiko, dalam konteks proyek, adalah seni dan pengetahuan dalam mengidentifikasi, menganalisa, dan menjawab faktor faktor risiko sepanjang masa proyek.Tabel1. Definisi manajemen risikoDefinisi Manajemen RisikoSumber Referensi

Manajemen risiko merupakan pengenalan, pengukuran, dan perlakuan terhadap kerugian dari kemungkinan kecelakaan yang munculWilliams dan Heins, 1985

Manajemen risiko merupakan sebuah proses untuk mengidentifikasi terjadinya kerugian yang dialami oleh suatu organisasi dan memilih teknik yang paling tepat untuk menangani kejadian tersebutRedja, 2008

Manajemen risiko adalah sebuah proses formal untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan merespon sebuah risiko secara sistematis, sepanjang jalannyapekerjaan, untuk mendapatkan tingkatan tertinggi atau yang bisa diterima, dalam hal mengeliminasi risiko atau kontrol risikoAl Bahar dan Crandall, 1990

Manajemen risiko merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasiWilliams, Smith, Young, 1995

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tahapan dalam manajemen risiko. Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pendapat mengenai tahapan-tahapan dalam manajemen risiko. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel2. Tahapan manajemen risikoTahapan Manajemen RisikoSumber Referensi

a.Identifikasi risiko

b.Menafsir kerugian yang dapat terjadi (menentukan probabilitas dan dampaknya)

c.Menangani risiko

d.Pengimplementasian

e.Memonitor dan mengevaluasi pengimplementasiannyaWilliams dan Heins, 1985

a.Identifikasi misib.Menafsir risiko dan ketidakpastianc.Mengontrol risikod.Membiayai risikoe.Pengadministrasian programWilliams, Smith, Young, 1995

a.Identifikasi risikob.Evaluasi risikoc.Memilih teknik manajemen risikod.Mengimplementasikan dan meninjau kembali keputusan yang dibuatTrieschmann, Gustavon, Hoyt, 1995

a.Menafsir risiko

b.Menganalisa risiko (menentukan probabilitas dan konsekuensinya)

c.Menangani risiko

d.Mendokumentasikan proses manajemen risikoKerzner, 1995

a.Mengidentifikasi kerugianb.Menganalisa kerugianc.Memilih teknik pengangan yang tepat (mengontrol risiko dan membiayai risiko)d.Mengimplementasikan dan memonitor program manajemen risikoRedja, 2008

a.Mengidentifikasi risikob.Menafsir dan menganalisa risikoc.Mengontrol risikoLoosemore, Raftery, Reilly, Higgon, 2006

a.Identifikasi risikob.Analisa risiko dan proses evaluasic.Respon manajemen

d.Administrasi systemAl Bahar dan Crandall, 1990

Tahapan pertama dalam proses manajemen risiko adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatupekerjaan, harus diidentifikasi.Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi.Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:

a. Brainstormingb. Questionnairec. Industry benchmarking

d. Scenario analysis

e. Risk assessment workshop

f. Incident investigation

g. Auditing

h. Inspection

i. Checklist

j. HAZOP (Hazard and Operability Studies)

k. dan sebagainyaH. Gambaran Umum/Identifikasi Risiko Bahaya Di tempat Pelayanan KesehatanSarana pelayanan kesehatan ini mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan peluang kecelakaan. Misalnya, petugas acapkali menggunakan dan menyerahkan instrumen benda-benda tajam tanpa melihat atau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang mereka lakukan. Ruang kerja yang terbatas dan kemampuan melihat apa yang sedang terjadi di area operasi bagi sejumlah anggota tim (perawat instrumen atau asisten) dapat menjadi buruk. Hal ini dapat mempercepat dan menambah stres kecemasan, kelelahan, frustasi dan kadang-kadang bahkan kemarahan. Pada akhirnya, paparan atas darah acapkali terjadi tanpa sepengetahuan orang tersebut, biasanya tidak diketahui hingga sarung tangan dilepaskan pada akhir prosedur yang memperpanjang durasi paparan. Pada kenyataannya, jari jemari acap kali menjadi tempat goresan kecil dan luka, meningkatkan risiko infeksi terhadap patogen yang ditularkan lewat darah. Kondisi gawat darurat dapat terjadi setiap waktu dan mengganggu kegiatan rutin. Mencegah luka dan paparan (agen yang menyebabkan infeksi) pada kondisi ini sesungguhnya suatu yang menantang (Advanced Precaution for Todays OR). Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu manajemen resiko di temapt pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 rumah sakit lebih efektif, efesien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen resiko di rumah sakit baik bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit.

I. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD) (Adverse Event)Pengertian:

Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commision) atau karena tidak bertindak (ommision), dan bukan karena underlying disease atau kondisi pasien (KKP-RS).KTD yang tidak dapat dicegah (unpreventable adverse event): - suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir (KKP-RS).Masalah KTD bisa terjadi dikarenakan (AHRQ Publication No.04-RG005,Agency for Healthcare Research and QualityDecember 2003):

Masalah komunikasi. Penyebab yang paling umum terjadi medical errors. Kegagalan komunikasi: verbal/tertulis, miskomunikasi antar staf, antar shif, informasi tidak didokumentasikan dengan baik / hilang, masalah-masalah komunikasi: tim layanan kesehatan di 1 lokasi, antar berbagai lokasi, antar tim layanan dengan pekerja non klinis, dan antar staf dengan pasien.

Arus informasi yang tidak adekuat.Ketersediaan informasi yang kritis saat akan merumuskan keputusan penting, komunikasi tepat waktu dan dapat diandalkan saat pemberian hasil pemeriksaan yang kritis, koordinasi instruksi obat saat transfer antara unit, informasi penting tidak disertakan saat pasien ditransfer ke unit lain / dirujuk ke RS lain.Masalah SDM. Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses, dokumentasi suboptimal dan labeling spesimen yang buruk, kesalahan berbasis pengetahuan, staf tidak punya pengetahuan yang adekuat, untuk setiap pasien pada saat diperlukanHal-hal yang berhubungan dengan pasien. Idenifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak lengkap, kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak adekuatTransfer pengetahuan di rumah sakit. Kekurangan pada orientasi atau training, tingkat pengetahuan staf untuk jalankan tugasnya, transfer pengetahuan di RS pendidikanPola SDM / alur kerja. Para dokter, perawat,, dan staf lain sibuk karena SDM tidak memadai, pengawasan / Supervisi yang tidak adekuatKegagalan-kegagalan teknis. Kegagalan alat / perlengkapan: pompa infus, monitor. Komplikasi / kegagalan implants atau grafts. Instruksi tidak adekuat, peralatan dirancang secara buruk bisa sebabkan pasien cidera. Kegagalan alat tidak teridentifikasi secara tepat sebagai dasar cideranya pasien, dan diasumsikan staf yang buat salah. RCA yang lengkap, sering tampilkan kegagalan teknis, yang mula-mula tidak tampak, terjadi pada suatu KTDKebijakan dan prosedur yang tidak adekuat. Pedoman cara pelayanan dapat merupakan faktor penentu terjadinya banyak medical errors. Kegagalan dalam proses layanan dapat ditelusuri sebabnya pada buruknya dokumentasi, bahkan tidak ada pencatatan, atau SOP klinis yang adekuat.TINGKAT PROBABILITASLEVELDESKRIPSIINSIDEN

4Sering(Frequent)Hampir sering muncul dalam waktu yang relative singkat (mungkin terjadi beberapa kali dalam 1 tahun)

3Kadang-kadang(Occasional)Kemungkinan akan muncul

(dapat terjadi beberapa kali dalam 1 sampai 2 tahun)

2Jarang(Uncommon)Kemungkinan akan muncul(dapat terjadi dalam >2 sampai 5 tahun)

1HampirTidak Pernah(Remote)Jarang terjadi (dapat terjadi dalam > 5 sampai 30 tahun)

Analisis HazardJ. Sistem Manajemen Resiko dalam K3 Di Rumah SakitKesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit merupakan upaya untuk memberikan jaminan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Manajemen resiko dalam K3 di rumah sakit adalah suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk memberdayakan K3 di rumah sakit.

Sistem Manajemen resiko tidak terlepas dari pembahasan manajemen secara keseluruhan. Manajemen merupakan suatu proses pencapaian tujuan secara efisien dan efektif, melalui pengarahan, penggerakan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam suatu bentuk kerja. Sedangkan sistem manajemen merupakan rangkaian proses kegiatan manajemen yang teratur dan integrasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja akhir-akhir ini terus berkembang seiring dengan kemajuan sains dan teknologi dalam bidang industri. Keadaan ini merubah pandangan masyarakat industri terhadap pentingnya penerapan K3 secara sungguh-sungguh dalam kegiatannya.

K. Tujuan PenerapanTujuan dari diterapkannya Sistem Manajemen K3 yang termasuk di dalamnya manajemen resiko ini pada Rumah Sakit adalah terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS. Kesehatan kerja menurut Sumamur didefinisikan sebagai spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya, agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Adapun tujuan keselamatan kerja menurut Sumamur (1987) adalah sebagai berikut :

1.Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan untuk meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2.Menjamin setiap keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3.Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.Menurut WHO / ILO (1995), Kesehatan kerja bertujuan,

1.Untuk peningkatan dan pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan

2.Pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan

3.Perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.

Adapun beberapa hal strategis yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam kebijakan keselamatan kerja tersebut, antara lain :

a.Orientasi karyawan, untuk meningkatkan pengetahuan keselamatan kerja karyawan tersebut

b.Penggunaan alat pelindung diri

c.Penataan tempat kerja yang baik dan aman

d.Pertolongan pertama pada kecelakaan, meliputi latihan, kelengkapan peralatan P3K, pertolongan pada kasus luka dan mengatasi perdarahan, pada kasus patah tulang, terkilir, luka bakar, cedera otot dan persendian, kasus cedera mata

e.Pencegahan kebakaran

f.Perizinan, yaitu perizinan untuk kegiatan yang dapat menimbulkan sumber nyala api, perizinan untuk penggalian, untuk kelistrikan.BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tujuan dari diterapkannya manajemen resiko yang terintegrasi dalam K3 ini pada Rumah Sakit adalah terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS, pasien serta pengunjung ke sarana layanan kesehatan ini. Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja menurut Peraturan Menteri Kesehatan 2007 terdiri atas meliputi langkah-langkah sebagai berikut Tahap persiapan (komitmen dan kebijakan), Tahap perencanaan, Tahap penerapan atau pelaksanaan, Tahap Pengukuran dan evaluasi, Tahap peninjauan ulang dan peningkatan.

Bentuk kegiatan yang mendukung terselengaranya sistem manajemen resiko yang terintegrasi dalam K3 agar berjalan dengan benar, meliputi penyuluhan K3 ke semua petugas RS, pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihanDAFTAR PUSTAKAFeri Efendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta ; Salemba MedikaWahid Iqbal Mubarak & Nurul Chayatin. (2009). Ilmu keperawatan komunitas. Jakarta : Salemba Medikaiii