MAKALAH MIKROBIOLOGI
-
Upload
febrinia-tika-maratus-sholihah -
Category
Documents
-
view
110 -
download
43
Transcript of MAKALAH MIKROBIOLOGI
Mikrobiologi
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Umum
yang dibimbing oleh Ibu Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph.D dan
Bapak Dr. Sueb, M.Kes
Dan dipresentasikan pada hari Senin, 05 November 2012
OLEH :
(Kelompok 10 , off C , Pendidikan Biologi)
1. Muhammad Hilmi Firdausi 120341321932
2. Valeria Christy Octavia 120341421940
3. Eka Budiarti Nengseh 120341421946
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2012
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah biologi umum
ini telah selesai. Pada cakupan materi ini mambahas beberapa permasalahan yang
dipandang penting dalam memahami mikrobiologi, yaitu berbagai kehidupan
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur; pemakaian mikroskop sebagai alat
bantu, teknik-teknik dasar mikrobiologi, pertumbuhan mikroorganisme, respirasi
mikroba, reproduksi mikroba, fungsi enzim, dan pengendalian mikroorganisme.
Terima kasih kepada Ibu Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph.D dan Bapak
Dr.Sueb, M.Kes , selaku pembimbing yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami yakin dalam pengerjaan makalah ini masih banyak kekurangan
dalam berbagai hal. Meskipun demikian diharapkan makalah ini dapat membantu
mahasiswa dalam memahami mikrobiologi. Dan tak lupa kami mengharapkan
kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih.
Malang, 01 Oktober 2012
Penulis
2
BAB I
Berbagai Kehidupan Mikroorganisme (Bakteri, Virus, Jamur)
A. Bakteri
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya
dibandingkan mahluk hidup lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies
yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat yang ekstrim. Bakteri
ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan.
Bakteri memiliki ciri yang membedakan dengan mahluk hidup
yang lain, yaitu :
a. organisme uniseluler dan prokariot.
b. tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis).
c. hidup secara bebas dan parasit
d. hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas, kawah
atau gambut dengan dinding selnya tidak mengandung
peptidoglikan
e. hidup secara kosmopolit diberbagai lingkungan dengan dinding
selnya mengandung peptidoglikan
Bakteri memiliki struktur yang terbagi menjadi dua macam yaitu :
a. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan
protein dan polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi
bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal
dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).
2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi
sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein.
3. Sitoplasma adalah cairan sel
4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma,
tersusun atas protein dan RNA.
5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan
makanan yang dibutuhkan
3
b. Struktur tambahan (dimiliki oleh beberapa jenis bakteri)
1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel
pada jenis bakteri tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul
dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan
lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang
atau spiral yang menonjol dari dinding sel
3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut
halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan
flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil
dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram
negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih
pendek daripada pilus.
4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran
plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya
untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada
bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan
berfotosintesis
6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis
bakteri gram positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika
kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri.
Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan
ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein
dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan,
radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi
lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi
sel bakteri baru.
4
Bakteri juga memiliki bentuk yang berbeda. Di antaranya adalah :
1. Bakteri kokus (berbentuk bulat) :
a. Monokokus berupa sel bakteri kokus tunggal
b. Diplokokus berupa dua sel bakteri kokus berdempetan
c. Tetrakokus berupa empat sel bakteri kokus berdempetan
membentuk segi empat
d. Sarkina delapan sel bakteri kokus berdempetan
membentuk kubus
e. Streptokokus lebih dari empat sel bakteri kokus
berdempetan membentuk rantai.
f. Stapilokokus lebih dari empat sel bakteri kokus
berdempetan seperti buah anggur.
2. Bakteri basil (berbentuk lonjong)
a. Monobasil berupa sel bakteri basil tunggal
b. Diplobasil berupa dua sel bakteri basil berdempetan
c. Streptobasil berupa beberapa sel bakteri basil berdempetan
membentuk rantai
3. Bakateri Spirilla (berbentuk spiral)
a. Spiral merupakan bentuk sel bakteri bergelombang
b. Spiroseta merupakan bentuk sel bakteri seperti sekrup
c. Vibrio merupakan bentuk sel bakteri seperti tanda baca
koma
Dalam pergerakannya, bakteri memiliki alat gerak yang unik yaitu
berupa flagellum atau bulu cambuk. Flagelum tersebut mempunyai
struktur berbentuk spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum
memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang
menguntungkan dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi
kehidupannya.
5
Flagellum memiliki jumlah yang berbeda pada bakteri dan letak
yang berbeda pula yaitu :
1. Monotrik, bila hanya berjumlah satu
2. Lofotrik, bila banyak flagellum disatu sisi
3. Amfitrik, bila banyak flagellum dikedua ujung
4. Peritrik, bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri
Bakteri juga mempunyai ciri lain yaitu berkembangbiak sehingga
bakteri bisa disebut sebagai makhluk hidup. Pertumbuhan atau
perkembangbiakan pada bakteri memiliki pengertian perbanyakan sel dan
peningkatan ukuran populasi. Oleh sebab itu, bakteri memiliki beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangbiakannya , yaitu :
1. Suhu
2. Derajat keasamaan atau pH
3. Konsentrasi garam
4. Sumber nutrisi
5. Zat sisa metabolisme
6. Zat kimia
Akan tetapi, beberapa faktor di atas, bergantung pada jenis
bakterinya. Perkembangbiakan bakteri dilakukan secara aseksual yaitu
melalui pembelahan biner dan rekombinasi genetik.
1. Pembelahan biner yaitu setiap selnya membelah menjadi dua sehingga
bakterinya bertambah banyak
2. Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a. Transformasi
Pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari satu
sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.
6
b. Transduksi
Pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri lainnnya
dengan perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus
bakteri).
c. Konjugasi
Pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung
melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan
diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada
bakteri gram negatif.
Dalam kehidupan manusia, bakteri mempunyai peranan yang
menguntungkan maupun merugikan.
1. Bakteri yang menguntungkan bagi kehidupan manusia :
a. Pembusukan (penguraian sisa mahluk hidup contohnya
Escherichia colie)
b. Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya
Acetobacter pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaricus
pada pembuatan yoghurt, Acetobacter xylinum pada pembuatan
nata de coco dan Lactobacillus casei pada pembuatan keju
yoghurt.
c. Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen
yaitu Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan
akar tanaman kacang-kacangan dan Azotobacter chlorococcum
d. Penyubur tanah contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang
berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang
dibutuhkan tanaman
e. Penghasil antibiotik contohnya adalah Bacillus polymyxa
(penghasil antibiotik polimiksin B untuk pengobatan infeksi
bakteri gram negatif, Bacillus subtilis penghasil antibioti untuk
pengobatan infeksi bakteri gram positif, Streptomyces griseus
penghasil antibiotik streptomisin untuk pengobatan bakteri gram
7
negatif termasuk bakteri penyebab TBC dan Streptomyces rimosus
penghasil antibiotik terasiklin untuk berbagai bakteri
f. Pembuatan zat kimia misalnya aseton dan butanol oleh
Clostridium acetobutylicum
g. Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan
sehinggga menghasilkan energi alternatif metana berupa biogas.
Contohnya Methano bacterium
h. Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang.sebagai
contoh dalam bidang kedokteran dihasilkan obat dan produk kimia
bermanfaat yang disintesis oleh bakteri, misalnya enzim, vitamin
dan hormon
2. Bakteri yang merugikan bagi kehidupan manusia :
a. Pembusukan makanan contohnya Clostridium botulinum
b. Penyebab penyakit pada manusia contohnya Mycobacterium
tuberculosis ( penyebab penyakit TBC ), Vibrio cholerae
( penyebab kolera atau muntaber ), Clostridium tetani (penyebab
penyakit tetanus ) dan Mycobacterium leprae (penyebab penyakit
lepra )
c. Penyebab penyakit pada hewan contohnya Bacilluc antrachis
(penyebab penyakit antraks pada sapi )
d. Penyebab penyakit pada tanaman budidaya contohnya
Pseudomonas solanacearum (penyebab penyakit pada tanaman
tomat, lombok, terung dan tembakau) serta Agrobacterium
tumafaciens (penyebab tumor pada tumbuhan)
B. VIRUS
Virus adalah organisme mikrobiologi yang hampir sama dengan
bakteri. Virus bersifat patogen sehingga menyebabkan kerugian bagi
manusia maupun makhuk hidup lainnya.
Virus mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan
mikroorganisme lainnya yaitu :
8
1. Virus mengandung salah satu nukleat di dalam tubuhnya, yaitu
DNA atau RNA saja.
2. Dalam reproduksinya, virus hanya memerlukan RNA saja.
3. Berukuran sangat kecil sekitar 20 – 300 milimikron
4. Memanfaatkan makhluk hidup lain sebagai sel inangnya untuk
bereproduksi, karena virus hanya dapat bertahan hidup pada sel
inangnya.
5. Multiplikasi terjadi pada sel-sel hospes.
6. Dapat dikristalkan (sebagai benda tak hidup) dan dapat
dicairkan kembali.
Virus memiliki bentuk tubuh yang diklasifikasikan menjadi
beberapa kelompok, yaitu :
1. Bentuk virus
Virus berbentuk oval, batang (memanjang), huruf T, dan
berbentuk bulat. Virus memiliki struktur yang sangat
sederhana. Virus hanya terdiri dari materi genetik berupa DNA
atau RNA yang dikelilingi oleh suatu protein pelindung yang
disebut kapsid . Kapsid dibangun oleh subunit-subunit yang
identik satu sama lain yang disebut kapsomer. Bentuk
kapsomer-kapsomer ini sangat simetris dan suatu saat dapat
mengkristal. Pada beberapa virus, seperti virus herpes dan virus
influenza, dapat pula dilengkapi oleh sampul atau envelope dari
lipoprotein (lipid dan protein). Pembungkus ini merupakan
membran plasma yang berasal dari sel inang virus. Suatu virus
dengan materi genetik yang terbungkus oleh pembungkus
protein disebut partikel virus partikel virus atau virion virion.
Virus bukan sel atau makhluk hidup karena tidak memiliki
sitoplasma dan organel sel tidak melakukan metabolisme serta
berukuran sangat kecil sehingga tidak mungkin memiliki
struktur sel.
9
2. Bagian tubuh virus
Bentuk virus (bakteriofage) terdiri dari kepala, selubung, dan
ekor. Kepala berbentuk heksagonal, terdiri dari kapsomer yang
mengelilingi DNA-nya. Satu unit protein yang menyusun
kapsid disebut kapsomer. Selubung ekor berfungsi sebagai
penginfeksi. Serabut-serabut ekor terdapat di dasar selubung
ekor, berfungsi sebagai penerima rangsang. Selain virus
influenza, inti virus hanya terdiri dari satu rangkaian asam
nukleat. Satu rangkaian asam nukleat mengandung 3.500
sampai 600.000 nukleotida. Deoxyribonucleid Acid (DNA)
dan Ribonucleid Acid (RNA) adalah substansi genetik yang
membawa kode pewarisan sifat virus. Berdasarkan penyusun
intinya, virus dibedakan menjadi virus DNA dan virus RNA.
Contoh virus DNA adalah virus cacar. Contoh virus RNA
adalah virus influenza dan HIV.
3. Ukuran virus
Virus berukuran sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron. Ukuran virus sekitar 20 ––
300 milimikron, jauh lebih kecil dari ukuran bakteri, yaitu 10
mikron. Untuk membuktikan bahwa ukuran virus sangat kecil,
Iwanovski dan M. Beijerinck melakukan eksperimen dengan
penyaringan. Ternyata virus tetap lolos dari saringan keramik,
serangkan bakteri tersaring karena ukurannya lebih besar
daripada virus.
Virus tidak dapat berdiri sendiri atau hidup bebas di alam ini. Virus
hidup secara parasit pada bakteri, tumbuhan, hewan, dan manusia.
1. Virus bakteri
Tidak ada satu bakteri pun yang tidak mengandung virus. Virus
yang menginfeksi bakteri adalah bakteriofage. Bakteriofage
dapat berkembang cepat sehingga dalam waktu yang singkat
dapat menghancurkan sejumlah bakteri. Bakteriofag memiliki
inti asam nukleat berbentuk DNA ganda berpilin atau tunggal
10
berpilin atau RNA rantai tunggal. Contoh bakteriofag adalah E.
coli.
2. Virus pada tumbuhan
Sebagian besar penyakit pada tumbuhan disebabkan oleh virus.
Serangan virus ini dapat mengakibatkan kerugian secara
ekonomi yang sangat besar, misalnya, virus yang menyerang
tanaman kentang dan tembakau. Bahan genetik dari virus
tumbuhan adalah RNA. Virus ini dapat memasuki bagian
dalam sel secara aktif atau dapat melalui cedera, misalnya,
cedera akibat gosokan pada daun. Di alam virus ditularkan
secara kontak langsung atau melalui vektor. Sejumlah besar
virus dapat juga ditularkan melalui serangga. Virus sering
memperbanyak diri di dalam saluran pencernaan serangga
(virus persisten). Virus dapat menginfeksi tumbuhan lain
setelah terjadi masa inkubasi di dalam serangga. Sementara itu,
virus yang tidak persisten dapat ditularkan melalui gigitan
serangga secara langsung.
3. Virus patogen pada hewan
Bahan genetik virus hewan adalah DNA ganda berpilin atau
RNA polinukleotida tunggal. Virus dapat menimbulkan
penyakit rabies (anjing gila), sampar pada ayam, ebola pada
kera, dan penyakit kuku pada ternak. Virus ini dapat ditularkan
secara kontak langsung atau melalui perantara serangga. Untuk
penelitiannya, diperlukan hewan percobaan atau telur ayam
yang sudah dierami. Selain itu, virus juga dapat diperbanyak
dengan kultur jaringan. Perbanyakan ini dapat dilakukan di
laboratorium.
4. Virus yang menyerang manusia
Virus yang menyerang manusia, antara lain, virus cacar air,
cacar, campak, influenza, polio, mata belek, hepatitis, demam
berdarah, diare, HIV AIDS, dan virus AI. Virus pada manusia
dapat ditularkan secara kontak langsung maupun tidak
11
langsung. Mata belek, influenza, dan cacar dapat ditularkan
secara kontak langsung atau lewat udara. Hepatitis dan polio
dapat ditularkan melalui air sumur yang tercemar dan sendok
atau piring bekas penderita ataupun keringat penderita. Demam
berdarah dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Sementara itu, virus HIV AIDS dapat ditularkan
melalui jarum suntik, air ludah, transfusi darah, air susu,
plasenta ibu hamil pada janinnya, hubungan kelamin,serta
cairan vagina dan sperma.
Perkembangbiakan Virus dibagi menjadi 2 tahap yaitu siklus
Lisogenik dan Litik yaitu :
1. Siklus Litik
a. Tahap Adsorpsi
Pada tahap ini, ekor virus mulai menempel di dinding sel
bakteri. Virus hanya menempel pada dinding sel yang
mengandung protein khusus yang dapat ditempeli protein
virus. Menempelnya virus pada dinding sel disebabkan oleh
adanya reseptor pada ujung serabut ekor. Setelah
menempel, virus akan mengeluarkan enzim lisozim yang
dapat menghancurkan atau membuat lubang pada sel inang.
b. Tahap Injeksi
Proses injeksi DNA ke dalam sel inang ini terdiri atas
penambatan lempeng ujung, kontraksi sarung, dan
penusukan pasak berongga ke dalam sel bakteri. Pada
peristiwa ini, asam nukleat masuk ke dalam sel, sedangkan
selubung proteinnya tetap berada di luar sel bakteri. Jika
sudah kosong, selubung protein ini akan terlepas dan tidak
berguna lagi.
c. Tahap Sintesis (Pembentukan)
Virus tidak dapat melakukan sintesis sendiri, tetapi virus
akan melakukan sintesis dengan menggunakan sel
inangnya. Setelah asam nukleat disuntikan ke dalam sel
12
inang, segera menimbulkan perubahan-perubahan besar
pada metabolisme sel yang terinfeksi (sel inang atau
bakteri). Enzim penghancur yang dihasilkan oleh virus akan
menghancurkan DNA bakteri yang menyebabkan sintesis
DNA bakteri terhenti. Posisi ini digantikan oleh DNA virus
yang kemudian mengendalikan kehidupannya. Dengan
fasilitas dari DNA bakteri yang sudah tidak berdaya, DNA
virus akan mereplikasi diri berulang kali dengan jalan
mengopi diri dalam jumlah yang sangat banyak. Sintesis
DNA virus dan protein terbentuk atas kerugian sintesis
bakteri yang telah rusak. DNA virus ini kemudian akan
mengendalikan sintesis DNA dan protein yang akan
dijadikan kapsid virus.
d. Tahap Perakitan
Pada tahap ini, kapsid virus yang masih terpisah antara
kepala, ekor, dan serabut ekor. Kemudian bagian ini akan
mengalami proses perakitan menjadi kapsid yang utuh.
e. Tahap Litik
Dinding sel bakteri yang sudah dilunakkan olen enzim
lisozim akan pecah dan diikuti oleh pembebasan virus baru
yang siap untuk mencari sel inang yang baru. Pemecahan
sel bakteri secara eksplosif dapat diamati dengan mikroskop
lapangan gelap. Jangka waktu yang dilewati lima tahap ini
dan jumlah virus yang dibebaskan sangat bervariasi,
tergantung dari jenis virus, bakteri, dan kondisi lingkungan.
2. Siklus Lisogenik
a. Tahap Adsorpsi dan Tahap Injeksi
Tahap adsorpsi dan tahap injeksi pada siklus lisogenik sama
seperti tahap adsorpsi dan tahap injeksi siklus litik.
13
b. Tahap Penggabungan
Tahap ini adalah tahap ketika DNA virus masuk ke dalam
tubuh bakteri dan terjadinya penggabungan antara DNA
bakteri dan DNA virus. Proses ini terjadi ketika DNA yang
berbentuk kalung tak berujung pangkal terputus dan DNA
virus menyisip di antara DNA bakteri yang terputus tadi.
Kemudian, terbentuklah rangkaian DNA yang utuh yang
telah terinfeksi atau tersisipi DNA virus.
c. Tahap Pembelahan
DNA virus telah tersambung dengan DNA bakteri. DNA
virus tidak dapat bergerak atau disebut sebagai profag.
Karena bergabung dengan DNA bakteri, ketika DNA
bakteri melakukan replikasi selnya secara langsung, profag
juga melakukan replikasi. Demikian juga ketika sel bakteri
mengalami pembelahan, secara langsung dua anak sel
bakteri yang mengandung profag tersebut juga ikut
mengalami pembelahan. Dengan kata lain, jumlah profag
sama dengan jumlah sel bakteri inangnya.
d. Tahap Sintesis
Pada kondisi lingkungan tertentu, profag menjadi aktif.
Profag dapat saja memisahkan diri dengan DNA bakteri
dan merusak DNA bakteri. Kemudian menggantikan peran
DNA bakteri dengan DNA virus untuk sistesis protein yang
berfungsi sebagai kapsid bagi virus baru dan replikasi
DNA.
e. Tahap Perakitan
Pada tahap ini, terjadi perakitan kapsid virus yang utuh
sebagai selubung virus. Setelah kapsid virus utuh, diisi
dengan DNA hasil replikasi, terjadilah virus baru.
14
f. Tahap Litik
Tahap ini sama dengan tahap litik pada siklus litik saat
dinding bakteri akan pecah dan virus baru berhamburan
keluar. Virus baru ini selanjutnya akan menyerang bakteri
yang lain. Begitu seterusnya, virus akan mengalami siklus
litik atau lisogenik.
Berdasarkan asam intinya, replikasi virus dapat dibedakan menjadi
virus yang berasam inti DNA dan virus yang berasam inti RNA.
a. Virus dengan Asam Inti DNA
Virus ini menginfeksi sel inang dan memperbanyak diri
menjadi beberapa DNA. Beberapa DNA virus mengalami
transkripsi menjadi mRNA penghasil selubung protein
virus. mRNA menghasilkan enzim yang dapat
menghancurkan dinding sel inang. Hancurnya sel inang
menjadikan virus-virus baru berhamburan keluar dan virus-
virus baru ini siap menginfeksi sel inang lain. Contoh virus
berasam inti DNA adalah virus cacar, virus herpes, dan
bakteriofage.
b. Virus dengan Asam Inti RNA
Contohnya adalah virus AIDS. RNA virus AIDS
menginfeksi sel inang, lalu melakukan penerjemahan balik
membentuk RNA-DNA baru dan membentuk DNA virus.
Selanjutnya, DNA virus masuk ke dalam inti sel inang
yang menyebabkan DNA inang mengandung DNA virus.
DNA virus membentuk mRNA dari inti. RNA virus
membentuk protein virus di dalam sitoplasma sel inang.
RNA virus dan protein virus akhirnya bergabung
membentuk HIV.
15
Virus memiliki beberapa peranan bagi manusia, yaitu peranan yang
menguntungkan dan peranan yang merugikan :
a. Peranan virus yang menguntungkan
- Memproduksi Vaksin
- Membuat Antitoksin
- Melemahkan Bakteri
b. Peranan virus yang merugikan
- Influenza
- Cacar
- Polio
- Herpes Zoster
- Rabies
- Gondong
- Ebola
- Kanker
- Demam Berdarah (DB)
- AIDS
- Hepatitis A, B, dan C
- Herpes Genitalis
C. JAMUR
Jamur adalah kingdom tersendiri dalam sistem klasifikasi 5
kingdom yang tidak disatukan dengan tumbuhan karena memiliki ciri
khas. Ciri jamur yaitu :
1. Jamur merupakan makhluk hidup yang sudah mempunyai membran
inti (eukariot), tetapi tidak dapat membuat makanan sendiri karena
tidak mengandung klorofil. Jamur memperoleh makanan dari
lingkungan di sekitarnya.
2. Jamur ada yang bersel satu, tetapi umumnya bersel banyak.
3. Tubuh jamur bersel banyak terdiri atas miselium dan spora.
4. Bersifat saprofit dan parasit.
16
Jamur dapat berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual.
Perkembangan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan sel
(fragmentasi) dan pembentukan spora. Pembentukan spora berfungsi
untuk menyebarkan spesies dalam jumlah besar. Spora jamur dibedakan
menjadi dua, yaitu spora aseksual dan spora seksual. Spora aseksual
membelah secara mitosis dan spora seksual membelah secara meiosis.
Contoh spora aseksual adalah zoospora, endospora, dan konidia.
Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan peleburan dua sel inti
yaitu melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium
menyebabkan terjadinya Singami, yaitu penyatuan sel dari dua individu.
Singami terjadi dalam tiga tahap, yaitu plasmogami, kariogami , dan
meiosis. Pada tahap plasmogami, terjadi penyatuan dua protoplas
membentuk sel yang mengandung dua inti yang tidak menyatukan diri
selama pembelahan sel (stadium dikariot). Pada saat bersamaan, terjadi
pula pembelahan inti bersama. Setelah pembentukan benda buah,
terjadilah peleburan sel haploid (kariogami) inti zigot yang diploid.
Setelah ini, baru terjadi meiosis, yaitu pembelahan sel dan pengurangan
jumlah kromosom menjadi haploid kembali. Beberapa tipe spora seksual
adalah askospora, basidiospora, zigospora, dan oospora. Perkawinan jamur
Ascomycota menghasilkan askospora. Basidiospora adalah spora yang
dihasilkan oleh jamur Basidiomycota. Askospora terdapat di dalam askus
dan berjumlah 8 spora, sedangkan basidiospora terdapat di dalam basidium
dan berjumlah 4 spora.
Klasifikasinya dibedakan menjadi 4 macam yaitu Zygomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, Deuteromycota.
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, ada yang
merugikan dan ada yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan
antara lain, sebagai berikut:
1. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri
keju, roti, dan bir.
2. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
3. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.
17
4. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan
berprotein tinggi.
5. Rhizopus sp. dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan,
yaitu dalam pembuatan tempe dan oncom.
Sementara itu, jamur yang merugikan, antara lain, sebagai berikut:
1. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru
manusia.
2. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
3. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.
18
BAB II
PERANAN MIKROSKOP DALAM MIKROBIOLOGI
Pemakaian mikroskop dalam dunia mikrobiologi adalah sangat penting.
Melalui mikroskop, dapat diamati apa saja yang ada di dalam suatu sel yang tidak
dapat dilihat oleh mata telanjang.
Leewenhoek adalah seorang penemu mikrobiologi melalui mikroskop
sederhana yang dibuatnya dari tumpukan lensa yang dipasang pada lempengan
perak. Melalui mikroskop sederhananya inilah beliau dapat melihat benda
bergerak yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata. Sehingga, mikroskop
sangat penting dalam mikrobiologi karena melalui mikroskop kita dapat melihat
struktur dalam sebuah sel.
19
BAB III
TEKNIK DASAR MIKROBIOLOGI
Ada beberapa teknik dasar di dalam analisa mikrobiologi yang harus
diketahui, meliputi :
1. Teknik transfer aseptis
2. Agar Slants (Agar miring)
3. Turbiditas media broth (kekeruhan kaldu)
4. Teknik Dilusi (pengenceran)
5. Teknik Pour-Plate (lempeng tuang)
6. Teknik Spread Plate (lempeng sebar)
7. Teknik Streak Plate (lempeng gores)
TEKNIK TRANSFER ASEPTIS
Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak
terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini
sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh
seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi.
Ada beberapa aturan yang harus diketahui dan dipenuhi di dalam teknik transfer
aseptis ini, sebagaimana terangkum dalam tabel di bawah :
Tabel 4 : Aturan Teknik Transfer Aseptis
Sebelum Pelaksanaan :
- Singkirkan semua barang yang tidak diperlukan dari meja dan ruang kerja
- Kenakan pakaian atau jas laboratorium yang bersih dan higinis sebelum
masuk ke dalam laboratorium
- Dianjurkan untuk mengenakan masker yang bersih dan higinis
- Kenakan penutup rambut yang bersih dan higinis
- Jangan sekali-kali meletakkan tabung dan peralatan laboratorium lainnya di
luar laboratorium
Sebelum dan Setelah Pelaksanaan :
20
- Cuci tangan anda dengan bersih dan gunakan antiseptis
- Sanitasi dan desinfeksi ruang kerja (laboratorium dan sekitarnya) dengan
desinfektan yang memadai, termasuk Laminar Air Flow dan Inkubator
- Sterilisasi semua alat dan bahan sebelum digunakan
Ketika Pelaksanaan Kultur :
- Jangan berbicara
- Bekerjalah di dekat api (pembakar bunsen) dan di dalam Laminar Air Flow
- Bukalah tabung atau cawan di atas api dan jauhkan dari hidung dan mulut
anda
- Usahakan jangan meletakkan tutup (kapas penutup) tabung reaksi di atas
lantai/alas meja atau laminar
- Miringkan tutup cawan petri yang akan dibuka sebagai penghalang antara
kultur dengan mulut dan hidung anda
- Jangan buka tutup cawan petri terlalu lebar dan terlalu lama
- Bekerjalah dengan cepat
Setelah Pelaksanaan :
- Segera tutup semua tabung atau cawan yang masih terbuka
- Singkirkan segera semua peralatan atau bahan sisa yang sudah tidak
digunakan lagi
- Bersihkan dan keringkan segera tumpahan-tumpahan media yang ada
- Sanitasi dan desinfeksi ulang ruang kerja (laboratorium anda)
- Lepas pakaian kerja dan jas laboratorium anda sebelum meninggalkan
ruang kerja anda
Di dalam teknik transfer aseptis ada beberapa teknik yang perlu difahami, yaitu :
1) Inoculating (inokulasi) dengan jarum ose
2) Pipetting (mentransfer dengan pipet)
3) Alcohol Flamming (mentransfer dengan forsep yang dibakar dengan alkohol)
a) Inoculating dengan jarum ose
21
a) Bakar jarum ose dari bagian pangkal dalam terus hingga ke bagian lup (ujung)
sampai berpijar merah.
b) Biarkan selama beberapa detik sampai pijar menghilang, kemudian segera
ambil tabung reaksi yang berisi kultur bakteri, buka penutupnya dengan ketiga jari
tengah, manis dan kelingking sedangkan jari telunjuk dan ibu jari memegang
jarum ose.
c) Bakar bibir tabung reaksi dengan cara memutar tabung sehingga semua bagian
bibir tabung terkena api.
d) Segera masukkan jarum ose ke dalam tabung reaksi, lalu segera keluarkan.
Usahakan ketika memasukkan jarum ose jangan sampai menyentuh dinding
tabung dan lakukan di dekat pembakar bunsen.
e) Bakar kembali bibir tabung reaksi dan segera tutup. Ingat, jarum ose jangan
dibakar kembali karena akan membunuh bakteri yang akan diinokulasikan.
f) Ambil tabung reaksi lainnya yang akan diinokulasi, buka tutupnya dengan cara
yang sama dengan cara (b) dan bakar bibirnya dengan cara yang sama dengan
cara©
g) Segera masukkan jarum ose ke dalam tabung tadi sebagaimana cara (d).
h) Bakar bibir tabung reaksi dan tutup sebagaimana cara©.
i) Bakar kembali jarum ose sebagaimana cara (a).
j) Lakukan kembali dengan cara yang sama apabila diperlukan dilusi atau
pengenceran.
b) Pipetting
a) Ambil pipet yang telah steril, buka pembungkusnya dan pasang katup karetnya.
b) Bakar ujungnya dibakar atas bunsen selama beberapa detik. Jangan terlalu lama
karena dapat merusak ujung pipet.
c) Ambil tabung reaksi yang berisi kultur bakteri, buka penutupnya dengan kedua
jari manis dan kelingking sedangkan jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari
memegang pipet.
e) Segera masukkan pipet ke dalam tabung reaksi, tekan katup karet penghisap
tombol [S] (lihat gambar di bawah) lalu segera keluarkan. Usahakan ketika
22
memasukkan pipet jangan sampai menyentuh dinding tabung dan lakukan di dekat
pembakar bunsen.
f) Bakar kembali bibir tabung reaksi dan segera tutup.
g) Ambil tabung reaksi lainnya yang akan diinokulasi, buka tutupnya dengan cara
yang sama dengan cara (b) dan bakar bibirnya dengan cara yang sama dengan
cara.
h) Segera masukkan pipet ke dalam tabung tadi, kemudian keluarkan cairan yang
telah diinokulasi dari pipet dengan menekan tombol [E].
i) Bakar bibir tabung reaksi dan tutup sebagaimana cara.
j) Pindahkan pipet dan ganti dengan pipet baru apabila akan
melakukan pipetting kembali.
k) Lakukan kembali dengan cara yang sama apabila diperlukan dilusi atau
pengenceran.
c) Alcohol Flamming
Biasanya digunakan untuk meletakkan kertas cakram atau instrumen lain ke dalam
cawan petri yang berisi media.
a) Ambil forsep, celupkan ujungnya ke dalam alkohol, lalu segera bakar ujungnya
di atas bunsen selama beberapa detik secara mendatar. Ingat, jangan miring
sebagaimana gambar di bawah.
b) Ambil kertas cakram steril atau instrumen lainnya dengan forsep tadi.
c) Ambil tabung reaksi yang berisi zat anti mikrobial, celupkan kertas cakram tadi
ke dalam cairan di dalam tabung reaksi.
d) Ambil cawan petri yang telah berisi biakan bakteri di dalam agar, buka
penutupnya dengan cara memiringkan beberapa derajat hingga hanya pada satu
sisi bagian saja yang terbuka. Ingat jangan terlalu lebar membukanya atau me
mbuka seluruh tutupnya dari cawan.
f) Segera masukkan kertas cakram steril atau instrumen lainnya dengan forsep
secara hati-hati agar tidak merusak permukaan agar. Lakukan di dekat pembakar
bunsen.
g) Segera tutup dan bakar kembali bibir cawan.
23
h) Lakukan kembali dengan cara yang sama apabila diperlukan.
BAB IV
PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah semua komponen dari suatu
organism secara teratur. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan
kuantitas konstituen seluler dan struktur organism yang dapat dinyatakan dengan
ukuran, diikuti dengan pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel,
pertambahan berat atau massa. Pada organisme uniseluler pertumbuhan lebih
diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran
koloni yang semakin besar, substansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut
semakin banyak (Aguskrisno, 2011). Pertumbuhan untuk mikroba mengacu pada
perubahan di dalam pertambahan massa sel dan bukan perubahan pada individu.
Selama fase pertumbuhan seimbang, pertambahan massa bakteri
berbanding lurus dengan pertambahan komponen seluler yang lain seperti DNA,
RNA, dan protein. Dengan demikian setiap kali sel membelah maka jumlah sel
dalam populasi bakteri akan menjadi dua kali lipat dari jumlah sel semula. Jika
jumlah sel mula-mula adalah satu, maka populasi akan bertambah secara
geometrik (Purnomo, 2004):
Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari satu sel menjadi dua sel
sempurna disebut waktu generasi. Waktu yang diperlukan oleh sejumlah sel atau
massa sel menjadi dua kali jumlah/massa sel semula disebut doubling time atau
waktu penggandaan. Waktu penggandaan tidak sama antara berbagai mikroba,
dari beberapa menit, beberapa jam sampai beberapa hari tergantung kecepatan
pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan jumlah atau
massa sel per unit waktu.
Pada pertumbuhan mikroba terdapat empat fase pertumbuhan adalah
sebagai berikut (Budiyanto, 2010) :
1) Fase Adaptasi (fase Lag)
Fase Lag merupakan fase adaptasi. Pada fase ini terjadi reorganisasi
konstituen makro dan mikro molekul. Ada yang lama ada juga yang cepat.
24
Tergantung kondisi lingkungan. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya:
a. Medium dan lingkungan pertumbuhan
Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan
lingkungan sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika
nutrient yang tersedia dan kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan
sebelumnya, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim.
b. Jumlah inokulum
Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi.
Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya: (1)
kultur dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan
nuriennya terbatas, (2) mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium
baru dengan komposisi sama seperti sebelumnya.
2) Fase Perbanyakan (Eksponensial)
Fase Eksponensial merupakan fase pertumbuhan sebenarnya. Jika dilihat
dalam kurva akan dilihat kenaikan jumlah mikroba berdasarkan bertambahnya
waktu. Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti
kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh
medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrien, juga kondisi
lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini mikroba
membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase lainnya. Pada fase ini kultur
paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir fase log, kecepatan
pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :
a) Nutrien di dalam medium sudah berkurang.
b) Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat
pertumbuhan mikroba
3) Fase stasioner
Pada fase ini penambahan dengan pengurangan jumlah mikroba hampir sama.
Sehingga di kurva dapat dilihat berupa garis lurus. Hal ini disebabkan karena
mulai menipisnya jumlah nutrisi dalam médium yang ditempati. Ukuran sel pada
fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat nutrisi sudah
habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi
25
yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel lebih
tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan
kimia.
Fase Kematian
Ada kalanya setelah fase stasioner jumlah mikroba menurun. Mikroba
menghasilkan metabolisme skunder yang hasilnya menjadi toxic untuk mikroba
lainnya. Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian
karena beberapa sebab yaitu:
a. Nutrien di dalam medium sudah habis.
b. Energi cadangan di dalam sel habis.
Faktor lingkungan baik yang abiotik dan biotik merupakan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba (Syariffauzi, 2006)
Faktor Abiotik
o Konsentrasi nutrien
Konsentarasi nutrien sangat menentukan kecepatan transport nutrien
ke dalam sel. Pada konsentrasi rendah, transpor lebih sulit dilakukan
sehingga mempengaruhi ketersediaan nutrien di dalam sel.
o Temperatur
Temperatur mempengaruhi pertumbuhan mikroba karena enzim yang
menjalankan metabolisme sangat pekak terhadap temperatur.
Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum, mikroba
dapat digolongkan menjadi tiga kelompok :
- Mikroba termofilik (politermik) : batas temperatur
minimum dan maksimum anatara 400C sampai dengan 800C
sedangkan temperatur optimumnya 550C – 650C
- Mikroba mesofilik (mesotermik): batas temberatur antara
50C – 600C sedangkan temperatur optimumnya antara 250C
– 400C.
- Mikroba psikrofil (oligotermik): batas temperatur antara
00C - 300C sedangkan temperatur optimumnya antara 100C
– 200C
26
o pH
Enzim, transpor elektron dan sistem transpor nutrien pada
membran sel mikroba sangat peka terhadap pH, di mana mikroba pada
umumnya menyukai pH netral (pH 7), kecuali jamur umumnya dapat
hidup pada kisaran pH rendah . Apabila mikroba ditanam pada media
dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila
pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan
pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan, mikroba
dapat digolongkan menjadi :
- Mikroba asidofilik : pH antara 2,0 – 5,0
- Mikroba mesofilik : pH antara 5,5 – 8,0
- Mikroba alkalifilik : pH antara 8,4 – 9,5
o Tekanan osmosis
Tekanan osmosis sangat erat hubungannya dengan kandungan
air, dimana konsentrasi zat terlarut akan menetukan tekanan osmosis
suatu larutan. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut semakin tinggi
pula tekanan osmosis tersebut. Demikin pula sebaliknya, tekanan
osmosis mempengaruhi sel mikroba karena berkaitan dengan air bagi
sel mikroba. Mikroba yang tahan pada tekanan osmosis tinggi disebut
mikroba osmofilik, misalnya khamir yang tumbuh dalam sirup.
Sedangkan mikroba yang tahan pada kadar garam tinggi disebut
dengan halofilik. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis,
maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya
membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma.
Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan
mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke
dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
o Oksigen
Meskipun banyak mikroba yang tidak dapat tumbuh bila tidak
tersedia oksigen tetapi ada pula mikroba yang tidak dapat tumbuh bila
27
ada oksigen bebas. Berdasarkan keperluan oksigen ini maka mikroba
ada yang bersifat aerob, anaerob anaerob fakultatif dan mikroaerofil.
o Senyawa toksik
Ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Zn, Li, dan Pb walaupun
pada kadar yang sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroba
karena ion logam berat bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya
bunuh logam berat pada kadar rendah disebut daya oligodinamik.
o Radiasi
Umumnya cahaya mempunyai daya merusak kepada sel mikroba
yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Jika energi radiasi
diabsorpsi oleh mikroba akan menyebabkan terjadinya ionisasi
komponen sel. Energi radiasi sinar x, sinar γ dan terutama sinar ultra
violet banyak digunakan untuk sterilisasi, pengawetan bahan makanan
dan untuk mendapatkan muatan.
Faktor biotik di antaranya :
1) Hubungan antar spesies
a. Mutualisme
Mutualisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana
masinmasing spesies mendapat keuntungan. Contoh : bakteri
Rhizobium dengan Leguminosae
b. Komensalisme atau metabiosis
Komensalisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana
satu spesies mendapat keuntungan sedang yang lain tidak
diuntungkan. Contoh : Saccharomyces dengan Acetobacter
c. Parasitisme
Parasitisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana
satu pihak diuntungkan sedangkan yang lainnya dirugikan.
Contoh : bakteriofage dengan bakteri
d. Antagonisme/Antibiosis/Amensalisme
Antagonisme merupakan hubungan antara dua spesies dimana
salah satu akan terhambat atau terbunuh pertumbuhannya
28
karena senyawa yang dihasilkan oleh spesies yang lain. Contoh
: pigmen biru Psedomonas deruginosa
e. Sinergisme
Sinergisme merupakan hubungan antara spesies di mana
kegiatan makhluk hidup berupa suatu urutan yang saling
menguntungkan. Contoh : pembuatan tape yang mengandung
Aspergillus, Saccharomyces, Candida, Hansenula dan
Acetobacter.
f. Kompetisi
Kompetisi merupakan bentuk hubungan antar spesies di mana
terjadi persaingan karena adanya keperluan akan zat makanan
yang sama. spesies yang dapat bertahan yang akan mengalami
pertumbuhan paling subur. Misalnya, bila persediaan oksigen
dalam suatu medium berkurang, maka bakteri aerob akan
dikalahkan oleh bakteri aerob fakultatif. Jika persediaan
oksigen habis, maka pertumbuhan bakteri anaerob fakultatif
akan berhenti sedang bakteri anaerob akan tumbuh subur.
2) Bebas Hama
Hewan percobaan yang bebas mikroba disebut mengalami
kehidupan aksenik atau tanpa benda asing. Hewan aksenik yang
telah diinfeksi dengan suatu jasad disebut gnotobiosis. Misalnya
marmut gnotobiosis yang diinfeksi dengan Entamoeba histolytica
tidak menderita penyakit disentri karena di dalam usus marmut
gnotobiosis tidak terdapat bakteri yang berfungsi sebagai makanan
Entamoeba histolytica. Bakteri tersebut tidak mampu berkembang
biak sehingga tidak mampu menyebabkan penyakit.
Pengukuran populasi mikroba pada umumnya dapat dilakukan dengan
mengukur jumlah sel, massa sel, atau kegiatan metabolisme sel. Untuk membuat
kurva pertumbuhan, sebelumnya harus dilakukan penghitungan (Ristiati, 2000).
Untuk menghitung jumlah sel dapat dilakukan dengan metode:
1. Lempeng agar (viable count)
29
2. Penggunaan ruang penghitung (penghitungan langsung)
3. Penggunaan turbidometer
4. Lempeng Agar (Viable Count)
Penghitungan dengan menggunakan lempeng agar dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu menyiapkan beberapa tabung yang berisi aquades steril sebanyak
9 ml. Masing-masing tabung kemudian ditambahkan 1 ml sampel yang akan
diperiksa secara bertahap yaitu:
1 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung pertama, hingga konsentrasi
larutan di dalam tabung pertama menjadi 10-1.
Tuangkan 1 ml larutan di tabung pertama ke tabung kedua, hingga
konsentrasi larutan di dalam tabung kedua menjadi 10-2 demikian
seterusnya hingga tercapai larutan dengan konsentrasi terendah.
Dari tiap tabung kemudian diambil 1 ml larutan dan ditanamkan ke dalam
cawan petri yang berisi media padat. Pertumbuhan koloni yang kemudian timbul
pada tiap cawan dihitung. Di dalam penghitungan harus diperhatikan kerapatan
pertumbuhan koloni, jangan terlalu rapat dan jangan terlalu jarang. Diperlukan
adanya pemilihan cawan petri yang ditumbuhi koloni paling tinggi
kemungkinannya untuk dihitung.
Dari gambar di atas terlihat cawan yang paling memungkinkan untuk
dihitung adalah cawan dengan pengenceran 10-3 yang menghasilkan jumlah koloni
159 sel sehingga penghitungan menjadi:
159 x 103 = 1,59 x 105 sel/ml, dimana:
159 = jumlah bakteri dalam cawan
103 = faktor pengenceran
1,59 x 105 = jumlah mikroba per ml sampel dari bahan sel
2. Penggunaan ruang penghitung Petroff-Hausser
Pada penghitungan langsung dengan penggunaan ruang penghitung
Petroff-Hausser, hasil pengenceran tidak ditanamkan ke dalam cawan petri yang
berisi media tetapi diteteskan ke dalam ruang penghitung. Pemeriksaan
selanjutnya dilakukan di bawah mikroskop dalam kolom penghitung.
30
Misal didapatkan 12 sel maka penghitungan jumlah sel adalah:
12 x 25 x 50 x 103 = 1,5 x 107 sel/ml
Di mana 12 = jumlah sel yang terhitung dalam 1 kotak, 25 = jumlah kotak
pada ruang penghitung, 50 = volume tiap kotak (mm3) dan 103 = pengenceran
sampel.
3. Penggunaan Turbidometri
Pengukuran ini didasarkan atas asumsi bahwa apabila sinar diarahkan
kepada suspense sel bakteri maka jumlah sel bakteri di dalam suspense
berbanding lurus dengan jumlah cahaya yang dihamburkan, atau berbanding
terbalik dengan cahaya yang diteruskan. Ukuran kekeruhan dinyatakan dengan
nilai O.D (Optical density). Untuk mengukur nilai O.D suatu populasi bakteri
dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer.
31
BAB V
RESPIRASI MIKROBA
Respirasi didefenisikan sebagai penggunaan serangkaian transpor elektron
untuk mentransfer elektron menuju aseptor elektron terakhir. Energi diperoleh
melalui fosporilasi oksidatif tetapi dalam prosesnya bisa menggunakan oksigen
sebagai aseptor elektron terakhir (respirasi aerob) atau senyawa anorganik lain
(resfirasi anaerob).
Respirasi aerob, banyak organisme mampu menggunakan oksigen sebagai
aseptor elektron terakhir. Dalam hal ini tidak diperlukan reduksi senyawa
intermediator seperti dalam fermentasi. Hasilnya senyawa intermediet tersebut
dapat dioksidasi sempurna menjadi karbon dioksida dan air. Ini merupakan
keuntungan yang sangat besar bagi organisme karena jumlah energi yang
dihasilkan dari oksidasi sempurna satu molekul glukosa jauh lebih besar bila
dibandingkan melalui fermentasi. Hal ini disebabkan rangka aliran elektron dari
NADH ke O2 melalui serangkaian karir Cytocrom menghasilkan 3 ATP. Energi
tersebut, bersama dengan energi yang diperoleh dari oksidasi piruvat menjadi
asetil COA menghasilkan 36 ATP yang dihasilkan dari metabolisme glukosa
menjadi CO2 dan H2O.
Perbandingan antara dua ATP yang dibentuk dari satu molekul glukosa
melalui fermentasi alkohol atau asam laktat, maka metabolisme aerob jauh lebih
efesien dibanding dengan permentasi. Hal ini dipenuhi melalui proses degradasi
disebut tricarboxylic Acid Cycle (TCA Cycle) atau dikenal dengan siklus asam
sitrat maupun siklus Krebs. Setiap kali oksalo asetat bergabung dengan asetil
COA yang berasal dari Piruvat masuk ke dalam siklus akan membentuk senyawa
6 karbon yang dikenal dengan asan sitrat sehingga dinamakan siklus asam sitrat.
Dalam setiap putaran menghasilkan serangkaian oksidasi menyebabkan terjadinya
reduksi NAD atau FAD dan membebaskan 2 molekul CO2. Jadi senyawa 6
karbon asam sitrat kembali ke bentuk semula yaitu senyawa 4 karbon oksalo
asetat yang siap bergabung kembali dengan asetat / astil COA. Akhirnya semua
32
senyawa NADH dan FADH mengalami posforilasi oksidatif dengan melepaskan
elektron melalui serangkain cyticrom ke oksigen menghasilkan air dan 3 molekul
ATP untuk setiap pasang elektron dari NADH.
Respirasi Anaerob, di samping metabolisme aerob, dan fermentasi terdapat
metabolisma lain yang pada umumnya bersifat anaerob. Akan tetapi
mikroorganisme tersebut tidak melakukan fermentasi. Bakteri tersebut
menggunakan senyawa anorganik sebagai aseptor elektron terakhirnya.
Organisme tersebut dapat dibagai dalam 3 kelompok yaitu : reduser sulfat, reduser
nitrat dan bakteri metan. Pada metabolisme anaerob, elektron yang dibebaskan
melalui reaksi oksidasi ditransfer melalui serangkaian transfer elektron dan energi
dihasilkan melalui fosforilasi oksidatif. Letak perbedaan antara resfirasi aerob dan
anaerob yaitu respirasi anaerob yang berperan sebagai aseptor elektron terakhir
adalah senyawa anorganik, bukan oksigen (Dwidjo 1988).
Hasil Uji Biokimia
1. Hidrolisis pati hasilnya ( + ), karena terdapat zona bening setelah
ditambah lugols Iodin.
2. Uji Methyl Red hasilnya ( + ) , karena warna tetap merah setelah ditambah
methyl red.
3. Uji sitrat hasilnya ( – ), karena tetap berwarna hijau.
4. Uji TSIA hasilnya ( + ) , karena media naik kepermukaan.
5. Uji karbohidrat hasilnya manitol ( – ), karena tidak ada gelembung dalam
tabung durham hanya terjadi kekeruhan. Dexstrosa (+), karena terdapat
gelembung di dalam tabung durham dan terjadi kekeruhan. Sukrosa ( – ),
karena tidak terdapat gelembung udara dalam tabung durham.
6. Uji motilitas hasilnya ( + ) , karena terjadi motility ( pergerakan bakteri ).
7. Uji katalase hasilnya ( + ) , karena terdapat gelembung saat diamati
dengan mikroskop.
33
BAB VI
REPRODUKSI MIKROBA
Reproduksi mikroba dapat terjadi secara aseksual dan secara seksual. Pada
bakteri misalnya, perkembangbiakan secara aseksual terjadi secara pembelahan
biner, yaitu satu sel induk membelah menjadi dua sel anak. Kemudian masing-
masing sel anak akan membentuk dua sel anak lagi, dan seterusnya sehingga
jumlahnya akan semakin berlipat ganda. Selama sel membelah maka akan terjadi
keselarasan replikasi DNA sehingga tiap sel anak akan menerima sedikit satu
koloni (salinan) dari genom. Sebuah sel bakteri dalam suatu lingkungan yang
sesuai akan menjadi suatu koloni keturunan melalui pembelahan biner. Baik
pembelahan mitosis maupun meiosis tidak terjadi pada prokariota dan inilah
perbedaan mendasar lain antara prokariota dan eukariota (Waluyo, 2004).
1. Perkembangbiakan Aseksual Pada Mikroba
a. Pembelahan biner
Pembelahan sederhana yang membentuk 2 sel baru yang identik.
Dimana masing-masing sel anak akan membentuk dua sel anak lagi,
dan seterusnya sehingga jumlahnya akan semakin berlipat ganda.
Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut:
Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak
lurus
Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang
Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik. Ada bakteri
yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula
bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri
demikian merupakan bentuk koloni.
Pembelahan biner ini terjadi pada bakteri, Amoeba, Paramecium,
Euglena, Entamoeba histolica, dsb.
b. Fragmentasi
34
Fragmentasi terjadi pada sel-sel yang disebut hormogonium. Pemutusan
bagian secara sederhana dan bagian yang terpisah akan tumbuh menjadi
sel baru. Organisme yang matang pecah menjadi dua atau lebih
potongan atau fragmen. Fragmen kemudian tumbuh menjadi organisme
lengkap. Contohnya terjadi pada Spirogyra.
c. Pembentukan spora aseksual
Proses pembentukan spora aseksual ini terjadi pada fungi dimana terjadi
melalui peleburan nucleus dari dua sel induk. Spora aseksual yang
berfungsi untuk menyebarkan spesies dibentuk dalam jumlah besar.
Terdapat lima jenis spora aseksual yaitu konidiospora, sporangiospore,
oidium, klamidospora, dan blatospora.
2. Perkembangbiakan Seksual Pada Mikroba
Perkembangbiakan secara seksual pada mikroba umumnya terjadi pada
fungi (jamur) dan mikroalga serta secara terbatas pada bakteri.
Perkembangbiakan secara seksual ini dapat terjadi secara :
a. Konjugasi
Pemindahan DNA secara langsung melalui kontak sel pada kedua sel
yang berdekatan. Misalnya konjugasi pada bakteri Escherichia coli,
protozoa yang bergerak dengan menggunakan silia (Paramecium
caudatum, Vorticella, Balantidium coli)
b. Isogami
Peleburan dua gamet bila sel jantan dan sel betina mempunyai bentuk
dan ukuran yang sama. Contohnya Chlorococcum, Chlamydomonas,
Hydrodictyon
c. Anisogami
Peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama. Contohnya pada Ulva
d. Oogami
Peleburan dua gamet yagn satu kecil dan bergerak (sebagai sperma)
yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur). Contohnya Valva,
Spirogyra, Aedogonium
3. Reproduksi Pada Bakteri
35
Bakteri berkembang biak secara seksual dan aseksual.
Perkembangbiakan aseksual dilakukan dengan pembelahan biner. Setiap
sel membelah secara melintang dan sel hasil pembelahan membentuk
koloni bakteri. Bentuk koloni sangat bervariasi tergantung pada arah
pembelahan dan jenis bakterinya. Pada kondisi yang memungkinkan
bakteri akan membelah diri dengan sangat cepat. Pada keadaan normal
bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika
pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan
sel. Hasil penelitian mengenai proses pembelahan sel memperlihatkan hal-
hal berikut :
a. Terdapat kenaikan jumlah bahan inti yang terpisah menjadi dua
unit, satu untuk masing-masing sel anakan
b. Dinding sel dan membrane sel tumbuh ke arah luar dan membrane
sel tumbuh meluas ke dalam sitoplasma pada suatu titik di tengah-
tengah sel. Pada perbatasan tersebut disintesis dua lapisan bahan
dinding sel
c. Pembentukan mesosom menjadi lebih jelas. Mesosom mempunyai
kaitan dengan pembentukan septum dan juga memungkinkan
perpautan dengan daerah inti.
Perkembangbiakan secara seksual dilakukan tanpa melibatkan
gamet dan peleburan sel, tetapi berupa pertukaran materi genetic atau
DNA. Materi genetic dapat berpindah dari satu bakteri ke yang lain tanpa
menghasilkan zigot. Proses perpindahan materi genetic ini sering disebut
rekombinasi genetic. DNA hasil pertukaran materi genetic yang
mengandung gen kedua induk disebut DNA rekombinan. Rekombinasi
genetic dapat dilakukan dengan tiga metode sebagai berikut :
a. Transformasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri
ke bakteri lain. Pada proses transformasi tersebut DNA bebas sel
bakteri donor akan mengganti sebagian dari sel bakteri penerima,
tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung. Diduga transformasi
ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain.
36
Misalnya pada bakteri Pneumococci yang menyebabkan
Pneumonia dan pada bakteri patogen yang semula tidak kebal
antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena
transformasi. Proses ini pertama kali ditemukan pada Streptococus
pneumonia oleh Frederick Grifith tahun 1982. Pengamatannya
menunjukkan bahwa ada dua macam tipe koloni pada bakteri
tersebut yaitu koloni halus (tipe S atau smooth) yang bersifat
patogen dan koloni kasar (tipe R atau rought) yang non patogen.
Dalam percobaannya ditemukan jika campuran bakteri tipe S yang
telah dimatikan dengan pemanasan dan sel tipe R hidup
disuntikkan pada tikus maka tikus akan mati dan dari bangkai tikus
dapat diisolasi bakteri tipe S yang hidup. Griffith mengatakan
bahwa ada substansi yang berasal dari bakteri tipe S (mati) diambil
oleh bakteri tipe R (hidup) sehingga tipe R ke tipe S inilah yang
disebut dengan transformasi. Cara transformasi ini hanya terjadi
pada beberapa spesies saja. Contohnya : Streptococcus
pnemoniaeu, Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas.
b. Transduksi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetik dari sel bakteri
satu ke bakteri lain dengan perantaraan virus (bakteriofage).
Selama transduksi, kepingan ganda DNA dipisahkan dari sel
bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage. Bila virus
baru sudah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri,
bakteriofage yang nonvirulen (menimbulkan respon lisogen)
memindahkan DNA dan bersatu dengan DNA inangnya, Virus
dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA bakteri dan
membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA
virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya.
Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang dikenal
dengan partikel transduksi (transducing particle). Proses inilah
yang dinamakan Transduksi. Cara ini dikemukakan oleh Norton
Zinder dan Jashua Lederberg pada tahun 1952
37
c. Konjugasi
Konjugasi adalah pemindahan bahan genetic dari suatu sel bakteri
yang bertindak sebagai donor kepada sel bakteri yang bertindak
sebagai resipien. Bakteri yang memindahkan bahan genetiknya
disebut bakteri donor, sedangkan penerimanya disebut bakteri
resipien. Bahan genetic yang dipindahkan dari bakteri donor akan
bergabung dengan bahan genetic bakteri resipien sehingga terjadi
perubahan sifat. Jika baktri resipien membelah akan dihasilkan sel
anakan bakteri dengan sifat baru. Pemindahan ini dikode oleh
plamid. Plasmid adalah unsur genetis ekstra kromosomonal (diluar
kromosom) dan dapat melangsungkan replikasi di dalam
sitoplasma sel bakteri. Plasmid adalah potongan bundar DNA yang
merupakan gen tambahan. Bila plasmid ini dapat bereplikasi dan
terpadu ke dalam kromosom bakteri disebut episom. Hal ini
membedakan episom dari plasmid, karena plasmid tidak terpadu ke
dalam kromosom. Pada bakteri gram negatif, misalnya Escherichia
coli, konjugasi terjadi dengan cara perlekatan antara sel donor
dengan sel resipien melalui phili sex atau faktor F (faktor
kesuburan atau fertility faktor). Pada bakteri gram positif, misalnya
Streptococus faeccalis, perlekatan antara sel donor dan resipien
tidak melalui phili.
38
BAB VII
FUNGSI ENZIM
Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan dalam
aktivitas biologis. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan sifatnya
sangat khas. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi
tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan hasil
reaksinya. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena panas, asam dan basa kuat,
pelarut organik atau apa saja yang bisa menyebabkan denaturasi protein. Enzim
dinyatakan mempunyai sifat yang sangat khas karena hanya bekerja pada substrat
tertentu. Fungsi penting dari enzim adalah sebagai biokatalisator, reaksi kimia
secara kolektif membentuk metabolisme perantara sel, suatu bagian yang sangat
kecil dari suatu molekul besar protein enzim sangat berperan untuk katalis reaksi.
Enzim mempunyai peranan katalis dalam menurunkan aktivitas dari reaksi energi.
Aktivasi dapat diartikan sebagai sejumlah energi atau kalori yang diturunkan oleh
suatu mol zat pada temperatur tertentu untuk membawa molekul ke dalam
keadaan aktifnya. Fungsi enzim antara lain, yaitu:
a. menurunkan energi aktivasi
b. mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan tetap tanpa mengubah
besarnya tetapan seimbangnya
c. mengendalikan reaksi
39
BAB VIII
PENGENDALIAN MIKROORGANISME
Alasan utama pengendalian mikroorganisme adalah :
1. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.
2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
3. Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.
Dari alasan tersebut tercetuslah suatu gagasan untuk mengendalikan
mikroorganisme yang selalu bertambah jumlahnya tidak terduga. Para peneliti
menemukan berbagai macam cara untuk mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme ini diantaranya adalah :
Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah
populasi mikroorganisme pada suatu ruang atau tempat. Prinsip
cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat
menyediakan sumber nutrisi bagi per-tumbuhan mikroba sekaligus
membunuh sebagian besar populasi mikroba.
Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap
peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif
mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna
untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap
tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan cara menghambat aktivitas mikroba.
Sterilisasi atau cuci hama
40
Adalah proses menghancurkan semua jenis kehidupan mikroorganisme
sehingga menjadi steril. Sterilisasi sering kali dilakukan dengan
pengaplikasian udara panas.
Ada dua metode yang sering digunakan, yaitu Panas kering dan Panas
lembab :
1) Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat
laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160oC selama 2 jam. Alat
yang digunakan pada umumnya adalah oven.
2) Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk
sterilisasi karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses
cepat, daya tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga
mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang
menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121oC pada
tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang
digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort
Pengendalian mikroba dengan suhu panas lainnya
1) Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan
dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif
sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat yang terkandung di
dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan
adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
2) Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu
terkendali berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen
yang paling resisten untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang
terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab
kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya
dilakukan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya.
Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.
3) Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan
disterilkan pada suhu 100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat
membunuh sel vegetatif bakteri yang patogen maupun non
patogen. Namun spora dan beberapa virus masih dapat hidup.
41
Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik,
pipet, dll.
4) Red heating : Pemanasan langsung di atas api
bunsen burner (pembakar spiritus) sampai berpijar merah.
Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana
seperti jarum ose.
5) Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas
pembakar bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya
pemijaran.
Pengendalian Mikroba dengan Radiasi. Bakteri terutama bentuk sel
vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran sinar ultraviolet (UV)
dan sinar ionisasi.
1) Sinar UV : Bakteri yang berada di udara atau yang berada di
lapisan permukaan suatu benda yang terpapar sinar UV akan mati.
2) Sinar Ionisasi : yang termasuk sinar ionisasi adalah sinar X, sinar
alfa, sinar beta dan sinar gamma. Sterilisasi dengan sinar ionisasi
memerlukan biaya yang besar dan biasanya hanya digunakan pada
industri farmasi maupun industri kedokteran.
- Sinar X : Daya penetrasi baik namun perlu energi
besar.
- Sinar alfa : Memiliki sifat bakterisidal tetapi tidak
memiliki daya penetrasi
- Sinar beta : Daya penetrasinya sedikit lebih besar daripada
sinar X.
- Sinar gamma : Kekuatan radiasinya besar dan efektif
untuk sterilisasi bahan makanan
Pengendalian mikroba dengan bahan kimia
Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh
mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan
atau alat yang didisinfeksi. Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini
digolongkan menjadi :
1) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
42
- Golongan Surfactants (Surface Active Agents),
yaitu golongan anionik,kationik dan nonionik.
- Golongan fenol.
2) Agen kimia yg merusak enzim mikroba.
- Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri,
dll.
- Golongan oksidator seperti golongan halogen, hidrogen
peroksida dan formaldehid.
3) Agen kimia yang mendenaturasi protein
Agen kimiawi yg menyebabkanterjadinya koagulasi dan presipitasi
protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan
alkalis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Efektivitas Agen
kimia di dalam mengendalikan mikroba, yaitu :
- Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi
konsentrasinya maka efektivitasnya semakin meningkat.
- Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak
dengan bahan yang disterilkan maka hasilnya akan semakin
baik.
- Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul
dan berspora resisten dibandingkan yang tidak berkapsul
dan berspora.
- Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan
organik dapat menurunkan efektivitas agen kimia.
- pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia
dapat berubah seiring dengan perubahan pH.
43
DAFTAR RUJUKAN
Kistinnah, I. , dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi untuk SMA/MA. (Halaman :
87-108). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sulistyorini, Ari. 2009. Biologi 1:untuk SMA/MA kelas X. (Halaman : 105-116).
Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Suwarno. 2009. Panduan Belajar Biologi. (Halaman : 19-30). Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Yani, Riana. Musarofah. Tintin Arikah. Widi Purwianingsih. 2009. Biologi 1 :
Kelas X SMA dan MA. (Halaman : 91-110). Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Budiati, Herni. 2009. Biologi : untuk SMA dan MA kelas X. (Halaman : 25-29).
Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
44