Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

36
MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI RIFAMPISIN JURUSAN FARMASI (B) Di Susun Oleh : Rizky Dimas (12330095) Deby Anggraini (12330097) I Gusti Agung KW (12330098) Michael Argasio S (12330099) M Syukron (12330100) Oky Yuliati Zaenida (12330102) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

description

rifampicin

Transcript of Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

Page 1: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

RIFAMPISIN

JURUSAN FARMASI (B)

Di Susun Oleh :

Rizky Dimas (12330095)

Deby Anggraini (12330097)

I Gusti Agung KW (12330098)

Michael Argasio S (12330099)

M Syukron (12330100)

Oky Yuliati Zaenida (12330102)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA SELATAN

2013

Page 2: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penyusun Panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendak-

Nyalah makalah Mikrobiologi dan Virologi yang berjudul “Rifampisin”.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun tidak terlalu banyak mengalami

kesulitan, karena referensi yang didapatkan oleh penyusun merupakan rekomendasi langsung

dari dosen matakuliah yang bersangkutan, hal ini tidak meminimkan pengetahuan para

penyusun dalam penyelesaian makalah. Selain itu, penyusun pun mendapatkan berbagai

bimbingan dari beberapa pihak yang pada akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan para pembaca

tentang Antibiotik Rifampisin. Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata

bahasa maupun dalam hal materi yang disampaikan, untuk itu besar harapan kami jika ada

kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami di

lain waktu.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah mikrobiologi dan

virologi yaitu Dra. Tatat Hayati, Apt. yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk

menyusun makalah ini dengan baik. Dan pada Akhirnya kepada Allah jualah penyusun

mohon taufik dan hidayah, semoga usaha kami mendapat manfaat yang baik. Serta mendapat

ridho Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.

Jakarta, Oktober 2013

Penyusun

2

Page 3: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah........................................................................... 4

B. Rumusan masalah................................................................................... 4

C. Tujuan..................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Antimikroba............................................................................................ 6

B. Antibiotik................................................................................................ 8

C. Rifampisin............................................................................................... 10

D. Mycobacterium Tuberculosis................................................................... 14

BAB III PENUTUP

Kesimpulan...................................................................................................... 20

LAMPIRAN..................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 26

3

Page 4: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan

manusia. Dalam pembicaraam disini, yang dimaksudkan dengan mikroba terbatas pada

jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit. Antibiotika adalah segolongan

senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan

suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.

Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga

untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara profilaktis juga diberikan

pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi. Diperkirakan

bahwa antibiotik bekerja setempat didalam usus dengan menstabilisir floranya hewan

tersebut. Kuman-kuman buruk yang merugikan dikurangi jumlah dan aktivitasnya,

sehingga zat-zat gizi dapat dipergunakan lebih baik. Pertumbuhan dapat distimulasi

dengan rata-rata 10 %. Meskipun di kebanyakan Negara Barat penyalahgunaan ini

dilarang dengan keras, namun masih tetap banyak digunakan dalam makanan ternak,

terutama makrolida dan glikopeptida.

B. Rumusan Masalah

Apakah yang dimaksud antimikroba dan antibiotik?

Apakah yang dimaksud mycobacterium tuberculosis?

Bagaimana cara penularan bakteri TBC?

Apakah yang dimaksud dengan refampisin?

Bagaimana mekanisme kerja refampisin?

C. Tujuan

4

Page 5: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

Dalam makalah ini, kami membagi tujuan atas 2 macam :

1. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari makalah ini tak lain adalah untuk memenuhi tugas kelompok

mata kuliah mikrobiologi dan virologi berupa mengumpulkan suatu diskusi dan

mempresentasikan hasil diskusi tersebutb dengna materi “Rifampicin” dengan

penugasan akhir yaitu penyerahan makalah dari hasil presentasi tersebut.

2. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini, antara lain:

a. Memahami pengertian antimikroba dan antibiotic

b. Memahami pengertian mycobacterium tuberculosis

c. Mengetahui bagaimana cara penularan bakteri TBC

d. Mengenal lebih detail salah satu antibiotik yaitu Rifampicin

e. Mengetahui bagaimana mekanisme kerja rifampicin

BAB II

5

Page 6: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antimikroba

Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang

merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas

pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit. Obat yang digunakan untuk

membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat

toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya , obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik

untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang

absolut belum atau mungkin tidak akan diperoleh.

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat

pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan ada yang bersifat

membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan

untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal

sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba

tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar

antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM.

Sifat antimikroba dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Umpumanya, penisilin G

bersifat aktif terutama terhadap bakteri gram-positif, sedangkan bakteri gram-negatif pada

umumnya tidak peka ( resisiten) terhadap penisilin G :Streptomomisin memiliki sifat yang

sebaliknya ; tetrasiklin aktif terhadap beberapa bakteri gram-positif maupun bakteri gram-

negatif, dan juga terhadap Rickettsia dan Chlamydia. Berdasarkan sifat ini antimikroba

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu berspektrum sempit, misalnya benzyl penisilin dan

streptomizin, dan berspektrum luas umpamanya tetrasiklin dan kloramfenikol. Batas

antara kedua jenis spectrum ini terkadang tidak jelas.

Mekanisme Kerja Antimikroba

Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih

tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes. Peranan lamanya kontak

antara mikroba dan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat menentukan untuk

mendapatkan efek khususnya pada tuberculostatik. Berdasarkan mekanisme kerjanya,

antimikroba dibagi dalam lima kelompok:

6

Page 7: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

1. Yang menganggu metabolisme sel mikroba

Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamide, trimetropim,

asam p-aminosalisilat dan sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek

bakteriostatik.

Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan

mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar, kuman patogen harus mensintesis

sendiri asam folat dari asam amino benzoate (PABA) untuk kebutuhan hidupnya.

Apabila sulfonamide atau sulfon menang bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan

dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk analog asam folat yang nonfunsional.

Akibatnya, kehidupan mikroba akan terganggu. Berdasarkan sifat kompetisi, efek

sulfonamide dapat diatasi dengan meningkatkan kadar PABA.

2. Yang menghambat sintesis dinding sel mikroba

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, sefalosporin, basitrasin,

vankomisin dan sikloserin. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu

kompleks polimer mukopeptida. Sikloserin menghambat reaksi yang paling dini dalam

proses sintesis dinding sel, diikuti berturut-turut oleh basitrasin, vankomisin dan

diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin yang menghambat reaksi terakhir dalam

rangkaian reaksi tersebut. Oleh karena tekanan osmotic dalam sel kuman akan

menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman

yang peka.

3. Yang menganggu permaebilitas membrane sel mikroba

Obat yang termasuk kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai

antimikroba kemoterapeutik, misalnya antiseptic surface active agents. Polimiksin

sebagai senyawa ammonium-kuartener dapat merusak membrane sel setelah bereaksi

dengan fosfat pada fosfolipid membrane sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap

kuman garam-positif karena jumlah-jumlah fosfor bakteri ini rendah. Bakteri tidak

sensitif terhadap antibiotik polien, karena tidak memiliki struktur sterol pada membrane

selnya.

4. Yang menghambat sintesis protein sel mikroba

7

Page 8: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan aminoglikosit, makrolit,

linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu

mensintetis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan

mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri dari 2 sub unit, yang berdasarkan

konstanta sedimentasi di nyatakan sebagi ribosom 3OS dan 5OS. Untuk berfungsi pada

sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi

ribosom 7OS. Penghambatan sintesis protein terjadi dengan berbagai cara.

5. Yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba

Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin dan golongan

kuinolon. Yang lainnya walaupun bersifat antimikroba, karena sifat sitotoksisitasnya,

pada umumnya hanya digunakan sebagai obat antikanker; tetapi beberapa obat dalam

kelompok terakhir ini dapat pula digunakan sebagai antivirus. Yang akan dikemukakan

disini hanya kerja obat yang berguna sebagai antimikroba, yaitu rifampisin dan

golongan kuinolon.

B. Antibiotik

Antibiotik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios = hidup. Jadi,

antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah,

yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedangkan

toksisitasnya terhadap manusia relative kecil.

Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana inggris dr. Alexander fleming pada

tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun

1941 oleh dr. Florey kemudian banyak zat yang berkhasiat antibiotik diisolir oleh

penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat

digunakan sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat sintesis atau semi sintesis.

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat untuk melawan bibit penyakit, khususnya

kuman.

Ada beragam jenis kuman, ada kuman yang besar, ada yang kecil, dengan sifat yang

beragam pula. Antibiotika digunakan jika ada infeksi oleh kuman. Infeksi terjadi jika

kuman memasuki tubuh. Kuman memasuki tubuh melalui pintu masuknya sendiri-sendiri.

8

Page 9: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

Ada yang lewat mulut bersama makanan dan minuman, lewat udara napas memasuki paru-

paru, lewat luka renik di kulit, melalui hubungan kelamin, atau masuk melalui aliran

darah, lalu kuman menuju organ yang disukainya untuk bersarang.

Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi,

meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi

terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan

atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.

Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya.

Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi

kuman untuk hidup. Antibiotika yang ideal harus memenuhi syarat-syarat antara lain

mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan

mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic), tidak menimbulkan pengaruh

samping (side effect) yang buruk pada host, tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari

mikroorganisme patogen serta konsentrasi antibiotik dalam jaringan harus mencapai taraf

cukup tinggi sehingga mampu menghambat atau mematikan penyebab infeksi (Pelczar dan

Chan, 2005).

Turunan zat-zat ini yang dibuat secara semi sintetis juga termasuk kelompok ini,

begitu pula semua senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri. Berdasarkan khasiat

terhadap bakteri kemoterapi dibedakan atas :

Bakterisida yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat untuk mematikan hama.

Bakteriostatika yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat menghentikan

pertumbuhan dan pembiakkan bakteri, sedangkan pemusnahan selanjutnya dilakukan

oleh tubuh sendiri secara fagositosis.

Mekanisme Kerja Antibiotik

1. Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna

dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan pecah

(penisilin dan sefalosforin).

2. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan

pembentukannya hingga bersifat lebih permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel

dapat keluar (kelompok polipeptida).

9

Page 10: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

3. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk

(kloramfenicol, tetrasiklin, dan eritromisin).

4. Menghambat metabolisme sel bakteri (sulfonamide).

5. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA & RNA), akibatnya sel tidak dapat

berkembang (rifampisin dan golongan kuinolon).

Penghambatan pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan terhadap transkripsi

replikasi mikroorganisme. Yang termasuk antibiotik penghambat sintesis asam nukleat ini

adalah antibiotik golongan kuinolon dan rifampin atau rifampisin.

C. Rifampisin

1. Sejarah Rifampisin

Rifamycins pertama kali diisolasi pada tahun 1957 dari kultur fermentasi

Streptomyces mediterranei di laboratorium Gruppo Lepetit SpA di Milan oleh dua

ilmuwan bernama Piero Sensi (1920) dan Maria Teresa timbal (1925-1969), bekerja sama

dengan Israel ilmuwan Pinhas Margalith menemukan bakteri baru.

Spesies baru ini muncul dan memimbulkan kepentingan ilmiah yang besar karena itu

menghasilkan kelas baru molekul dengan aktivitas antibiotik. Karena para peneliti

menyukai Perancis dan kejahatan dari cerita Rififi (tentang pencurian permata dan geng

saingan), mereka memutuskan untuk memanggil senyawa ini "Rifamycins". Akhirnya,

sekitar tujuh rifamycins ditemukan, bernama Rifamycin A, B, C, D, E, S, dan SV.

10

Page 11: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

Dari berbagai rifamycins, Rifamycin B adalah yang pertama diperkenalkan secara

komersial. Lepetit mengajukan perlindungan paten Rifamycin B di Inggris pada bulan

Agustus 1958 dan di Amerika Serikat pada Maret 1959. The British paten GB921045

diberikan Maret 1963, dan US Patent 3.150.046 diberikan pada bulan September 1964.

Obat ini secara luas dianggap telah membantu menaklukkan masalah TB yang resistan

terhadap obat pada tahun 1960.

Setelah dua tahun upaya untuk mendapatkan produk semisintetik lebih stabil, sebuah

molekul baru dengan keberhasilan tinggi dan toleransi yang baik diproduksi pada tahun

1959 dan diberi nama "Rifampisin". Rifampisin juga dikenal sebagai rifaldazine, R/AMP,

rofact (di Kanada), dan rifampisin di Amerika Serikat. Ada berbagai jenis rifamycins,

tetapi bentuk rifampisin dengan kelompok 4-metil-1-piperazinaminyl adalah yang paling

efektif secara klinis.

2. Pengenalan Rifampicin

Rifampisin adalah derivat semisintetik rifamisin B yaitu satu anggota kelompok

antibiotik makrosiklik yang disebut rifamisin. Rifampisin biasanya digunakan untuk

mengobati infeksi Mycobacterium, termasuk tuberkulosis dan penyakit Hansen.

Kelompok zat ini dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Senyawa ini berbentuk

kristal gepeng berwarna merah jingga (hasil rekristalisasi aseton) dengan titik leleh pada

183-188oC yang disertai dengan penguraian. Rifampicin larut dalam pelarut organik

seperti kloroform dan DMSO dan air yang pH nya asam.

11

Page 12: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

Streptomyces mediterranei pertama kali diisolasi pada tahun 1957 dari sampel tanah

yang diambil di dekat kota pantai-side dari St Raphael di selatan Perancis. Nama ini

awalnya diberikan oleh dua ahli mikrobiologi bekerja dengan obat perusahaan Italia Grup

Lepetit SpA di Milan, Italia Grazia Beretta, dan Pinhas Margalith Israel.

Pada tahun 1969, bakteri ini berganti nama Nocardia mediterranei ketika ilmuwan lain

bernama Thiemann menemukan bahwa ia memiliki dinding sel khas spesies Nocardia.

Kemudian, pada tahun 1986, bakteri ini berganti nama lagi Amycolatopsis mediterranei,

sebagai spesies pertama dari genus baru, karena seorang ilmuwan bernama Lechevalier

menemukan bahwa dinding sel kekurangan asam mycolic dan tidak dapat terinfeksi oleh

Nocardia dan fag Rhodococcus. Berdasarkan urutan rRNA 16S, Bala et al. berganti nama

menjadi spesies pada tahun 2004 Amycolatopsis rifamycinica.

3. Hubungan Struktur dan Aktifitas

Modifikasi struktur pada bagian alifatik dari molekul rifamfisin umumnya menekan

atau menurunkan aktivitas obat. N,N-diaksetoksiamida pada C4 senyawa yang aktif.

Substitusi turunan aldehida pada C3 memberikan hasil rifampin yang paling aktif.

4. Aktivitas Antibakteri

Rifampisin menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram-positif dan gram-negatif.

Terhadap kuman gram-positif kerjanya tidak sekuat penisilin G tetapi sediklt lebih kuat

daripada eritromisin, linkomisin, sefalotin. Terhadap kuman gram-negatif kerjanya lebih

lemah daripada tetrasiklin, kloramfenikol, kanamisindan kolistin. Antibiotik ini sangat

aktif terhadap N meningitis; kadar hambat minimalnya berkisar 0,1 - 0,8 µg/ml. Obat

ini dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis virus.

In vitro, rifampicin dalam kadar 0,005 - 0,2 µG/ml dapat menghambat pertumbuhan

M.tuberkulosis. Di antara mikobakteria atipik, M. Kansasii dihambat pertumbuhannya

dengan kadar 0,25 - 1 µG/ml; sebagian besar turunan M. Serofuloceum dan M.

Intracellulare dihambat dengan kadar 4 µG/ml, tetapi beberapa galur baru dihambat bila

kadar melebihi 16 µG/ml. M. Fortuitum sangat resisten terhadap obat ini. Rifampicin juga

12

Page 13: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

aktif in vitro melawan beberapa kokus gram positif dan gram negatif, beberapa bakteri

enterik, mikobakteri, klamidia, dan poxyvirus.

In vivo, rifampisin meningkatkan aktivitas streptomisin dan isoniazid terhadap

M.tubercolosis, tetapi tidak bersifat aditif terhadap etambutol.

Rifampicin sangat aktif terhadap Neisseria meningiditis dengan konsentrasi hambat

minimum antara 0, 1- 0,8 µG/ml. Rifampicin juga dapat menghambat pertumbuhan virus,

tetapi secara klinis belum digunakan.

5. Mekanisme Kerja Rifampisin

Rifampisin berkaitan kuat pada RNA polymerase dependent DNA sehingga

menghambat sintesis RNA dalam bakteri. Rifampisin bekerja dengan membunuh bakteri

yang menyebabkan infeksi. Cara kerja obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim bakteri

yang disebut RNA polimerase. Bakteri menggunakan RNA polimerase untuk membuat

protein dan untuk menyalin informasi genetik (DNA) mereka sendiri. Tanpa enzim ini

bakteri tidak dapat berkembang biak dan bakteri akan mati.

Rifampisin terutama aktif terhadap sel yang sedang bertumbuh. Kerjanya menghambat

DNA-dependent RNA polymerase dari mikobakteria dan mikroorganisme lain dengan

menekan mulai terbentuknya (bukan pemanjangannya) rantai dalam sintesis RNA. Inti

RNA Polymerase dari berbagai sel eukariotik tidak mengikat rifampisin dan sintesis RNA-

nya tidak dipengaruhi. Rifampisin dapat menghambat sintesis RNA mitokondria mamalia

tetapi diperlukan kadar yang lebih tinggi daripada kadar untuk penghambatan pada kuman.

Penggunaan rifampisin pada konsentrasi tinggi untuk menginhibisi enzim bakteri dapat

pula sekaligus menginhibisi sintesis RNA dalam mitokondria mamalia.

6. Resistensi

M. fortuitum sangat resisten terhadap rifampin. Secara in vitro mikroorganisme

termasuk mikrobakteri dapat menjadi resisten terhadap obat ini.

13

Page 14: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

7. Efek Samping dan Toksisitas

Rifampisin pada umumnya dapat diterima dengan baik oleh tubuh penderita. Kadang-

kadang muncul gangguan perut, nyeri pada otot dan persendian, rasa kaku pada kaki.

Gejala ini terutama muncul pada minggu pertama pengobatan.

Pada periode pertama pemakaian obat ini dapat terjadi sakit kuning asimptomatik yang

mungkin disebabkan karena kenaikan ekskresi biliar akibat induksi enzim. Terjadinya

gangguan hati lebih lanjut dapat dikurangi dengan menekan dosis pemakaian obat ini,

tetapi bila tetap muncul gejala hepatitis maka pemakaian obat harus di hentikan. Selain

karena kenaikan ekskresi empedu oleh sel-sel hati, sakit kuning dapat disebabkan oleh

pertukaran kompetitif bilirubin dimana kemudian masuk dalam peredaran darah dalam

bentuk konyugasinya. Keadaan terakhir ini terutama dapat muncul bila fungsi hati lemah

atau bila pemakaiaan rifampisin dikombinasi dengan isomiazid atau obat hepatotoksik

potensial lainnya. Pruritus dengan atau tanpa RASH dapat terjadi pada kurang lebih 30%

dari penderita yang menggunakan obat ini. Rifampin dan metaboliknya dapat memberikan

pewarnaan merah jingga dalam urin feses salifa, keringat, air mata, serta perubahan warna

pada lensa kontak penderita.

Miopati yang diinduksi oleh rifampin jarang terjadi. Belum ada data tentang efek

teratogeniknya, tetapi ini masih belum menjamin pemakaian obat ini pada wanita hamil

dan menyusui.

D. Mycobacterium Tuberculosis

1. Pengenalan Mycobacterium Tuberculosis

Hasil pindai mikrograf elektron Mycobacterium tuberculosis

14

Page 15: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

Mycobacterium Tuberculosis adalah bakteri penyebab penyakit tuberkulosa.

Penyebab penyakit TBC pertama kali dideskripsikan pada 24 Maret 1882 oleh seorang

ilmuwan berkebangsaan Jerman, Robert Koch (1843-1910). Sejak saat itu, 24 Maret

diperingati sebagai hari TBC dunia. Dan atas temuannya itu, Robert Koch dianugerahi

hadiah Nobel dalam bidang fisiologi dan pengobatan pada 1905.

Berikut adalah klasifikasi dari Mycobacterium tuberculosis:

Kingdom : Bacteria

Filum : Actinobacteria

Ordo : Actinomycetales

Subordo : Corynebacterineae

Famili : Mycobacteriaceae

Genus : Mycobacterium

Spesies : Mycobacterium tuberculosis

Binomial name : Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman batang lurus atau agak bengkok,

berukuran panjang 1 - 4 µ dan lebar 0,2 - 0,8 µ, dapat ditemukan bentuk sendiri maupun

berkelompok. Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri

gram positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna

basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi

iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri tahan asam (BTA) yang bersifat

tidak bergerak, tidak berspora, dan tidak bersimpai. 

Mycobacterium tuberculosis tampak seperti manik-manik atau tidak terwarnai secara

merata. Kehidupan bakteri tergantung pada kondisi lingkungan, kuman TB cepat mati

dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang

gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama

beberapa tahun. Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten terhadap faktor

15

Page 16: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan

pertumbuhan bergerombol.

Tuberkulosis atau tuberkulosa biasa kita kenal sebagai penyakit TB atau TBC.

Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bernama

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menyerang seluruh tubuh manusia dan

teralirkan melalui pembuluh darah. Meskipun demikian, bakteri Mycobacterium

tuberculosis biasanya menginfeksi dan menyerang paru-paru.

2. Cara Kuman Membelah Diri

Bakteri ini adalah jenis bakteri obligat aerob, artinya bakteri ini dapat hidup jika di

lingkungannya ada oksigen. Tanpa oksigen, bakteri ini tak dapat hidup. Mycobacterium

tuberculosis berkembang biak secara membelah diri setiap 16 hingga 20 jam. Berbeda

dengan bakteri biasa yang membelah lebih cepat, bahkan dalam hitungan menit

(contohnya saja E. coli yang membelah kurang dari 20 menit). Bakteri ini ukurannya

sangat kecil, yaitu sepersepuluh juta hingga dua persepuluh juta meter atau 0,1 - 0,2

mikrometer. Bentuknya batang kecil dan kebal terhadap desinfektan. Bakteri ini juga

mampu bertahan hidup di tempat yang kering. Ia juga bersifat parasit terhadap inangnya.

Bakteri TBC mempunyai dinding sel tebal yang mengandung zat lilin. Zat lilin ini

berperan dalam terbentuknya fase atau formasi granoluma atau bintil atau nodul yang

terlihat pada hasil foto rontgen paru-paru penderita TBC.

3. Cara Penularan

Sumber penularannya adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk, bersin,

bicara, menyanyi, atau meludah, penderita sedang menyemprotkan titis-titis aerosol

infeksius dengan diameter 0.5 hingga 5 µm. Bersin dapat melepaskan partikel kecil-kecil

hingga 40,000 titis. Tiap titis bisa menularkan penyakit Tuberkulosis karena dosis

infeksius penyakit ini sangat rendah. (Seseorang yang menghirup kurang dari 10 bakteri

saja bisa langsung terinfeksi).

Penderita juga menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan dahak).

Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama

16

Page 17: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran

pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman

TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran

darah, sistem saluran linfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian

tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin

menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman),

maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB

ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Orang-orang yang melakukan kontak dalam waktu lama, dalam frekuensi sering, atau

selalu berdekatan dengan penderita TB, beresiko tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan

angka infeksi sekitar 22%. Seseorang dengan Tuberkulosis aktif dan tidak mendapatkan

perawatan dapat menginfeksi 10-15 (atau lebih) orang lain setiap tahun. Biasanya, hanya

mereka yang menderita TB aktif yang dapat menularkan penyakit ini.

Orang-orang dengan infeksi laten diyakini tidak menularkan penyakitnya.

Kemungkinan penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain tergantung pada beberapa

faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain jumlah titis infeksius yang disemprotkan oleh

pembawa, efektifitas ventilasi lingkungan tempat tinggal, jangka waktu paparan,

tingkat virulensi strain  M. tuberculosis, dan tingkat kekebalan tubuh orang yang tidak

terinfeksi. 

Untuk mencegah penyebaran berlapis dari satu orang ke orang lainnya, pisahkan

orang-orang dengan TB aktif ("nyata") dan masukkan mereka dalam rejimen obat anti-TB.

Setelah kira-kira dua minggu perawatan efektif, orang-orang dengan infeksi aktif

yang non-resisten biasanya sudah tidak menularkan penyakitnya ke orang lain. Bila

ternyata kemudian ada yang terinfeksi, biasanya perlu waktu tiga sampai empat minggu

hingga orang yang baru terinfeksi itu menjadi cukup infeksius untuk menularkan penyakit

tersebut ke orang lain.

17

Page 18: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

4. Perjalanan MTB di Tubuh Manusia

MTB memasuki tubuh manusia melalui inhalasi droplet kecil, terhirup kemudian

memasuki alveoli. Selain melalui inhalasi udara, MTB juga dapat memasuki tubuh melalui

suntikan, transpalasental, atau inhalasi cairan amnion yang terinfeksi MTB. Respon imun

yang pertama kali terjadi adalah mekanisme imunologis nonspesifik. Masuknya MTB ini

akan segera difagosit oleh makrofag alveoli. Hampir seluruh MTB mati dengan proses ini

pada pejamu dengan imunitas baik. Namun ada beberapa kuman yang tetap hidup dan

bereplikasi di dalam makrofag. MTB itu terus berkembang biak dan menyebabkan

makrofag lisis dan MTB akan membentuk koloni pada jaringan tersebut. Lokasi pertama

koloni MTB di jaringan paru disebut fokus primer Ghon.

Dari fokus primer, MTB akan menyebar melalui saluran limfe. Penyebaran ini

menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe dan di kelenjar limfe yang terkena dan

terbentuklah kompleks primer. Kompleks primer adalah gabungan dari fokus primer,

kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis), dan saluran limfe yang meradang

(limfangitis). Waktu yang diperlukan mulai dari masuknya MTB hingga membentuk

kompleks primer ini disebut sebagai masa inkubasi MTB. Masa inkubasi MTB biasanya

berlangsung antara 2-12 minggu, dengan nilai rata-rata 4-8 minggu. Selama masa inkubasi

ini terjadi pertumbuhan MTB hingga mencapai jumlah yang cukup untuk merangsang

imunitas seluler yaitu CMI dan DTH.  Pada saat inilah uji tuberkulin dapat memberikan

hasil positif.

Setelah kompleks primer terbentuk, dan imunitas seluler terbentuk terbentuklah

nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Begitu juga dengan kelenjar limfe regional. Namun

biasanya penyembuhannya tidak sebaik di jaringan paru sehingga MTB dapat dorman dan

bertahan bertahun-tahun. Pada suatu saat, nekrosis perkijuan ini dapat mencair dan

kemudian akan keluar melalui bronchus dan menyebar menyebabkan TB milier. Selain itu

MTB juga dapat menyebar melalui pembuluh limfe dan secara hematogen dan akhirnya

menimbulkan TB ekstra paru.

Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah penyebaran hematogenik

tersamar. Melalui cara ini MTB menyebar secara sporadik dengan jumlah sedikit demi

sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Namun bisa juga MTB menyebar secara

hematogenik generalisata akut. Pada saat ini MTB dalam jumlah besar akan menyebar ke

seluruh tubuh dan timbullah TB diseminata.

18

Page 19: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

5. Gejala-Gejala Tuberkulosis

Gejala Umum :

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.

Gejala Lain Yang Sering Dijumpai :

Dahak bercampur darah.

Batuk darah.

Sesak napas dan rasa nyeri dada.

Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan

(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih

dari sebulan.

6. Penanganan Tuberkulosis

Pengobatan TB menggunakan antibiotik untuk membunuh bakterinya.

Pengobatan TB yang efektif ternyata sulit karena struktur dan komposisi kimia

dinding sel mikobakteri yang tidak biasa. Dinding sel menahan obat masuk sehingga

menyebabkan antibiotik tidak efektif. Dua jenis antibiotik yang umum digunakan

adalah isoniazid dan rifampicin, dan pengobatan dapat berlangsung berbulan-bulan.

Pengobatan TB laten biasanya menggunakan antibiotik tunggal. Penyakit TB aktif

sebaiknya diobati dengan kombinasi beberapa antibiotik untuk menurunkan resiko

berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Pasien dengan infeksi laten

juga diobati untuk mencegah munculnya TB aktif di kehidupan selanjutnya. WHO

merekomendasikan directly observed therapy atau terapi pengawasan langsung,

dimana seorang pengawas kesehatan mengawasi penderita meminum obatnya.

Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah penderita yang tidak meminum obat

antibiotiknya dengan benar. Bukti yang mendukung terapi pengawasan langsung

secara independen kurang baik. Namun, metode dengan cara mengingatkan penderita

bahwa pengobatan itu penting ternyata efektif.

19

Page 20: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil diskusi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Yang termasuk antibiotik penghambat sintesis asam nukleat ini adalah antibiotik

golongan kuinolon dan rifampin atau rifampisin.

2. Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada

kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.

3. Rifampisin bekerja dengan membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. Cara kerja

obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim bakteri yang disebut RNA polimerase.

Bakteri menggunakan RNA polimerase untuk membuat protein dan untuk menyalin

informasi genetik (DNA) mereka sendiri.

Kombinasi obat anti tuberkulosis dikombinasikan sampai empat obat karena bakteri

penyebab tuberkulosis mudah mengalami resistensi. Tuberkulosis yang mengenai pasien

ini kemungkinan mengalami tuberkulosis paru BTA positif atau tuberkulosis ekstra paru.

Pasien didiagnosis menderita penyakit tuberkulosis BTA positif karena dilihat dari

kombinasi obat yang diberikan dan berdasarkan pusataka yang dirumuskan oleh dokter

paru Indonesia dijelaskan bahwa pengobatan terhadap penyakit tuberkulosis tersebut

harus mengkonsumsi keempat obat diatas selama 2 bulan, obat-obat yang dimaksud

adalah isoniazid (INH), Ripamficin, Piracinamid, dan Ethambutol setiap hari, dan 4

bulan berikutnya harus mengkonsumsi Isoniazid dan Rifampicin tiga kali dalam

seminggu, pengobatan dilakukan tiga kali dalam seminggu untuk memantau dan

memastikan apakah masih terdapat perkembangan penyakit tuberkulosis yang mungkin

terjadi pada pasien atau mungkin sudah berkurang.

20

Page 21: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

LAMPIRAN

21

Page 22: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

22

Page 23: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

23

Page 24: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

24

Page 25: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

25

Page 26: Makalah Mikrobiologi Dan Virologi (1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Jawetz Melnick dan Adelberg, Mikrobiologi Kedokteran edisi 20

2. Farmakologi dan Terapi edisi 4 , Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia, Jakarta

1995

3. Wattimena Joke,dkk. Farmakodinamis dan Terapi Antibiotik, Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta, 1991

4. http://en.wikipedia.org/wiki/Rifamycin

5. http://ekadarmahartana.blogspot.com/2011/05/mycobacterium-tuberculosis_26.html

6. http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis

26