Makalah Kelompok 3 Organisasi Profesi Kependidikan
-
Upload
abhie-furqon-sunrise -
Category
Documents
-
view
37 -
download
6
Transcript of Makalah Kelompok 3 Organisasi Profesi Kependidikan
Makalah Profesi Kependidikan
Organisasi Kependidikan
Oleh :
1.M.Furqon (06101011006)2.Dwi Pratiwi (06101011007)3.Fanesa P. Valiza (06101011012)4.Yuyun Zulhiyati (06101011031)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Profesi Kependidikan dengan judul “Organisasi Profesi kependidikan”
ini dengan tepat waktu.
Pada kesempatan yang baik ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada Drs. Syarifuddin Gani, M.Si. dan Dra. Zuraida Asmuni selaku dosen
Profesi Kependidikan Universitas Sriwijaya yang senantiasa memberikan
dukungan dan nasihatnya, dan telah membimbing kami sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih tak lupa juga kami ucapkkan kepada
sahabat-sahabat kami yang selalu memberikan dukungan serta semangatnya
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun mengharapkan makalah ini dapat membuka wawasan serta
memberikan manfaat bagi yang membacanya. “Tak ada gading yang tak retak”,
penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya menjadi lebih baik.
Inderalaya, Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR…………………………………......................... ii
DAFTAR ISI…………………………………........................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3. Tujuan ...................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................... 3
2.1 Pengertian organisasi professional kependidikan ..................... 3
2.2 Ruang lingkup organisasi profesional kependidikan………...... 5
2.3 Macam-macam organisasi profesi kependidikan di Indonesia.... 7
2.4 Fungsi organisasi profesional kependidikan............................... 11
2.5 Tujuan organisasi profesional kependidikan…………………..... 12
BAB III. PENUTUP ......................................................................................
3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 13
3.2. Saran ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 15
LAMPIRAN............................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta
perubahan sosio-kultural yang terkadang sulit diprediksi, profesi pendidikan
seakan-akan dihdapkan pada dilema yang kompleks. Di satu pihak, masyarakat
pengguna jasa kependidikan menuntut akan kualitas layanan jasa kependidikan
secara lebih baik, tetapi di pihak lain para penyandang profesi kependidikan
dihadapkan pada pelbagai keterbatasan. Bahkan secara individual mereka
dihadapkan pula pada suatu realitas bahwa kesejahteraannya perlu mendapat
perhatian khusus. Imbalan jasa kependidikan yang kurang sesuai menurut ukuran
kebutuhan hidup realistis masih menjadi topik diskusi keseharian masyarakat.
Padahal masyarakat yakin betul bahwa kelangsungan hidup bangsa ini akan
sangat ditentukan oleh keberhasilan proses sistem pendidikan.
Yang masih terasa membelenggu kalangan pendidikan antara lain gelar
pahlawan tanpa tanda jasa bagi para guru di Indonesia. Gelar ini bukan sesuatu
yang tidak baik, tetapi kalau penafsirannya tidak tepat akan menghasilkan
implilkasi yang justru menyudutkan para guru. Apa artinya gelar sebagus itu jika
tidak memberikan jaminan hidup yang layak?
Itulah sekelumit permasalahan yang sesungguhnya akan terasa amat sulit
jika dihadapi secara individual. Artinya, kalangan profesional kependidikan
dipandang perlu untuk membentuk suatu organisasi profesi dan masuk di
dalamnya sebagai anggota. Melalui fungsi pemersatu organisasi ini, penyandang
profesi kependidikan memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam menjalankan tugas
keprofesiannya. Bukan hanya itu, suatu organisasi kependidikan berupaya
meningkatkan dn mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional,
martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan.
Banyak hal yang bermanfaat bagi penyandang profesi kependidikandari
organisasi profesinya sendiri. Sebab itu, disi dipandang penting untuk dibahas.
Berikut ini dikemukakan pengertian, fungsi, tujuan, ruang lingkup, dan maam-
macam organisasi profesi kependidikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan organisasi profesi kependidikan?
2. Apa saja kah ruang lingkup organisasi profesi kependidikan dan
bagaimanakah pengembangannya?
3. Apa sajakah jenis-jenis organisasi profesi kependidikan?
4. Bagaimanakah peranan organisasi profesi kependididkan?
1.3 Tujuan
Dari pembuatan makalah ini, mahasiswa diharapkan:
1. Memahami organisasi kependidikan dan ruang lingkupnya
2. Memahami pengembangan organisasi profeesi kependidikan
3. Memahami jenis-jenis organisasi profesi kependidikan
4. Memahami peranan organisasi profesi kependidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Organisiasi Profesional Kependidikan
Organisasi modern saat ini, tidak lagi mengutamakan segi kuantitas
anggota belaka, namun lebih fokus terhadap kualitas massanya. Lebih utama lagi
jika yang dimaksud merupakan organisasi profesi. Organisasi profesi harus
mampu menjadi dan dijadikan wadah pengembangan anggota. Kesadaran anggota
terhadap pentingnya organisasi profesi tersebut, menuntunnya masuk dan
mengembangkan diri di dalam organisasi tersebut. Organisasi profesi
kependidikan adalah wadah yang berfungsi sebagai penampungan dan
penyelesaian masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan pendidikan dan
diselesaikan secara bersama.
Sebagai suatu organisasi, organisasi profesi keguruan mempunyai suatu
sistem yang senatiasa mempertahankan keadaan yang harmonis. Ia akan menolak
komponen sistem yang tidak mengikuti atau meluruskannya. Dalam praktek
keorganisasian, anggota yang mencoba melanggar aturan main organsasi akan
diperingatkan, bahkan dipecat. Jadi dalam suatu organisasi profesi, ada aturan
yang jelas dan sanksi bagi pelanggar turan.
Namun, jika yang terjadi sebaliknya, anggota organisasi tidak atau kurang
merasakan ada manfaatnya masuk menjadi anggota organisasi tersebut, maka
tinggal menunggu waktu organisasi tersebut akan ditinggalkan. Ditinggalkan,
tidak hanya berarti tersurat, namun jika organisasi terlihat “melempem” tak punya
kegiatan dan selalu ketinggalan dalam aksinya, maka itu cirri organisasi yang
ditinggalkan anggotanya, meskipun tak ada sat orang anggota pun yang nyata
mengundurkan diri. Guru sebagai profesi tentu mempunyai pula organisasi
profesi. Hal ini juga ditegaskan dalam UU Guru dan Dosen. Seperti organisasi
profesi lainnya, organisasi guru juga tentu bertujuan meningkatkan harkat,
martabat, kesejahteraan, dan nilai dari guru sebagai anggotanya. Bagaimana
guru menjadi profesi yang disegani dan tak mudah menjadi “objek eksploitasi”
baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Organisasi guru harus mampu
menjadi tempat mengadu dan meminta perlidungan jika merasa kegiatan
profesinya terkendala. Organisasi guru juga harus mengembangkan kualitas
diri dan wawasan guru dengan cara-cara yang professional. Organisasi guru
harus menghindari pemanfaatan organisasi untuk hal-hal yang berhubungan
dengan politik dan “nilai-nilai pendekatan” yang tidak professional.
Banyaknya tanggungjawab dan “pekerjaan” organisasi guru tentu
mengharapkan para pengurusnya tidak sekedar “tampang nama dan Jabatan” saja,
tapi harus punya kepekaan dalam menyadari tuntunan anggotanya. Banyaknya
permasalahan yang dihadapi guru saat ini, baik langsung maupun tidak langsung
membuktikan pada organisasi guru bahwa tak ada waktu untuk vakum atau
“tenang-tenang saja”.
2.2 Ruang Lingkup Organisasi kependidikan
A) Bentuk dan Corak Organisasi Kependidikan
Bentuk organisaasi profesi kependidikan begitu bervariasi dipandang dari
segi derajat keeratan dan keterkaitan antar anggotanya. Ada tiga bentuk
organisaasi profesi kependidikan. Pertama, berbentuk persatuan (union), antara
lain di Ausrtalia, Singapura, dan Malaysia, misalnya: Ausrtalian Education Union
(AUE), National Tertiary Education Union (NTEU), Singapore Teachers’ Union
(STU), National Union of the Teaching Profession (NUTP), dan Sabah Teachers
Union (STU). Kedua, berbentuk federasi (federation) antara lain di India dan
Bangladesh, misalnya: All India Primary Teachers Federation (AIPTF), dan
Bangladesh Teachers’ Federation (BTF). Ketiga, berbentuk aliansi (alliance),
antara lain di Pilipina, seperti National Alliance of Teachers and Office Workers
(NATOW). Keempat, berbentuk asosiasi (association) seperti yang terdapat di
kebanyakan negara, misalnya, All Pakistan Government School Teachar
Association (APGSTA) di Pakistan, dan Brunei Malay Teachers’ Association
(BMTA) di Brunei.
Ditinjau dari kategori keanggotaannya, corak organisasi profesi kependidikan
beragam pula. Corak organisasi profesi ini dapat dibedakan berdasarkan :
(1) Jenjang pendidikan di mana mereka bertugas (SD, SMP, dll).
(2) Status penyelenggara kelembagaan pendidikannya (negeri, swasta).
(3) Bidang studi keahliannya (bahasa, kesenian, matematika, dll).
(4) Jender (Pria, Wanita).
(5) berdasarkan latar belakang etnis (cina, tamil, dll) seperti China education
Society di Malaysia.
B) Struktur dan Kedudukan Organisasi Kependidikan
Berdasarkan struktur dan kedudukannya, organisasi profesi kependidikan
terbagi atas tiga kelompok, yaitu :
(1) Organisasi profesi kependidikan yang bersifat lokal (kedaerahan dan
kewilayahan), misalnya Serawak Teachers’ Union di Malaysia
(2) Organisasi profesi kependidikan yang bersifat nasional seperti Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI)
(3) Organisasi profesi kependidikan yang bersifat internasional seperti
UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization).
C) Keanggotaan Organisasi Profesi Kependidikan
Dengan adanya keragaman bentuk dan corak serta struktur dan kedudukan
Organisasi Profesi Kependidikan/Keguruan seperti telah dipaparkan di muka,
dengan sendirinya keanggotaan Organisasi Profesi Kependidikan ini beragam
pula. Akan tetapi pada umumnya Organisasi profesi kependidikan yang bersifat
asosiasi atau persatuan langsung dari setiap pribadi pengemban profesi yang
bersangkutan. Sedangkan keanggotaan organisasi profesi kependidikan yang
bersifat federasi cukup terbatas oleh pucuk organisasi yang berserikat saja.
D) Program Operasional Organisasi Profesi Kependidikan/Keguruan
Sebagaimana organisasi profesi kependidikan memiliki tujuan dan fungsi,
bahkan visi dan misi tersendiri. Untik merealisasikan hal tersebut organisasi
profesi ini lazimnya memiliki program operasional tertentu yang secara terencana,
dan pelaksanaannya harus dipertanggungjawabkan kepada para anggotanya
melalui forum resmi, seperti termaktub dalam anggaran dasar (AD) atau anggaran
rumah tangga (ART) atau bahkan hasil konvensi anggota profesi kependidikan.
Kandungan program tersebut mencakup hal-hal berikut:
Upaya-upayayang menunjang terjaminnya pelaksanaan hak dan kewajiban
para anggotanya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Upaya-upaya yang memajukan dan mengembangkan kemampuan
profesionaldan karier para anggotanya, melalui berbagai kegiatan
ilmiahdan profesional seperti seminar, simposium, loka karya dan
sebagainya.
Upaya-upaya yang menunjang bagi terlaksananya hak dan kewajiban
pengguna jasa pelayanan profesional, baik keamanan maupun kualitasnya.
Upaya-upaya yang bertalian dengan pengembangan dan pembangunan
yang relevan dengan bidang keprofesiannya.
2.3 Jenis-jenis Organisasi Profesional Kependidikan di Indonesia
Secara kuantitas, tidak berlebihan jika banyak kalangan pendidik
menyatakan bahwa organisasi profesi kependidikan di indonesia berkembang
pesat bagaikan tumbuhan di musim penghujan. Sampai sampai ada sebagian
pengemban profesi pendidikan yang tidak tahu menahu tentang organisasi
kependidikan itu. Yang lebih dikenal kalangan umum adalah PGRI.
Disamping PGRI yang satu-satunya organisasi yang diakui oleh pemerinta
juga terdapat organisasi lain yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) yang didirikan atas anjuran Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
Sayangnya, organisasi ini tidak ada kaitan yang formal dengan PGRI. Selain itu
ada juga organisasi profesional guru yang lain yaitu ikatan serjana pendidikan
indonesia (ISPI), yang sekarang suda mempunyai nanyak devisi yaitu Ikatan
Petugas Bimbingan Belajar (IPBI), Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan
Indonesia (HSPBI), dan lain-lain, hubungannya secara formal dengan PGRI juga
belum tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerjasama yang saling
menunjang dalam meningkatkan mutu anggotanya.
A. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama
Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama
menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki misi profesi
juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris,
dan misi kesejahteraan.
Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai
penegak dan pelaksana pendidikan nasional. Guru merupakan pioner pendidikan
sehinnga dituntut oleh UUSPN tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun
1992, pasal 61 agar memasuki organisasi profesi kependidikan serta selalu
meningkatkan dan mengembagkan kemampuan profesinya.
Misi politis-deologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise,
yaitu komitmen terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa
indonesia, juga penanaman nilai-nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan
benegara, yaiitu panca sila. Itu sesungguhnya misi politis-ideologis PGRI, yang
dalam perjalanannya dikhawatirkan terjebak dalam area polotik praktis sehingga
tidak dipungkiri bahwa PGRI harus pernah menelan pil pahit, terperangkap oleh
kepanjangan tangan orde baru.
Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan
peaturan keorgaisasian , terutama dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi,
dan kode etik keelasan sruktur organisasi sangatlah diperlukan.
Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya,
PGRI berbentuk persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya
bertaraf nasional, kewilayahan, serta kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi
ini bersifat langsung dari setiap pribadi pengemban profesi kependidikan. Kalau
demikian, sesunguhnya PGRI merupakan organisasi profesi yang memiliki
kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru indonesia. Arrtinya, PGRI memiliki
potensi besar untuk meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih
jauh lagi bangsa dan negara.
B. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun
1960-an. Pada awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional
karena berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya. Keadaan seperti
ini berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19
Mei 1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu:
(a) Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh
Indonesia.
(b) meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya.
(c) membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam
rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan Negara.
(d) mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang
ilmu, seni, dan teknologi pndidikan.
(e) meindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota.
(f) meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi pendidikan;
dan (g) menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi
Ilmiah (FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah
ada himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia
(HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.
C. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada
tanggal 17 Desember 1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat
keilmuan dan profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut serta
secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung
jawabnya sebagai guru pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan para
petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan
bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.
Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
adalah sebagai berikut ini.
1. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
2. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan
keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di
Indonesia di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan
pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.
3. Meingatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan
profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin,
maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI,
1975).
Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat kegiatan, yaitu:
1. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
2. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
3. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga lin,
baik dalam maupun luar negeri; dan
4. Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga (ART IPBI,
1975) sebagai berikut ini.
1. Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bmbingan Indoesia dan
brosur atau penerbitan lain.
2. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
3. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.
4. Penelitian di bidang bimbingan.
5. Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain
yang sejenis.
6. Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan
bimbingan.
2.4 Peran Organisasi Profesi Kependidikan
Sebagai suatu organisasi profesi kependidikan yang menjadi wadah untuk
pengembangan diri di dalam berorganisasi serta sebagai wadah penampungan dan
penyelesaian masalah kependidikan, organisai kependidikan ini memiliki peran
dalam peningkatan kualitas pendidikan dasar .
Adapun peran organisai keguruan dalam peningkatan kualitas pendidikan dasar
adalah sebagai berikut :
1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dan memberikan masukan-masukan
pada pemerintah dalam menyusun perencanaan pendidikandasar.
2. Pendukung (supporting agency) yang bersifat pemikiran maupun tenaga ahli
dalam penyelenggaraan, pembinaan, dan pengembangan pendidikan dasar
serta memberikan perlingdungan hukum terhdap guru dalm melaksanakan
profesinya maupun dalm tugas pengabdian kepada masyarakat.
3. Mengkritisi dan mengontrol (controling agency) dalam rangka akuntabilitas
penyelenggaraan pendidikan dasar.
4. Mediator (communicating agency) antara guru dengan pemerintah.
Organisasi kependidikan selain sebagai cirri suatu profesi kependidikan,
sekaligus juga memiliki fungsi sebagai pemersatu seluruh anggota dalam
kiprahnya menjalankan tugasnya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan
professional, kedua fungsi tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :
a) Fungsi Pemersatu
Organisasi profesi kependidikan merupakan organisasi profesi sebagai
wadah pemersatu berbagai potensi profesi kependidikan dalam menghadapi
kopleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna pengguna jasa
kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan organisasi
profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam menentukan
kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu upaya untuk melindungi dan
memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi kependidikan itu sendiri
dan kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi ini.
b) Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Fungsi ini telah tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang
berbunyi “ Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah
untuk peningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan
professional, martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan.”
PP tersebut menunjukkan adanya legalitas formal yang secara tersirat
mewajibkan para anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan
kemampuan profesionalnya melalui organisaasi atau ikatan profesi kependidikan.
Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989, Pasal 31; ayat 4 dinyatakan bahwa:
Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan
kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi serta pembangunan bangsa.
Kemampuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah apa yang disebut dengan
istilah kompetensi , yang oleh Abin Syamsuddin dijelaskan bahwa kopetensi
merupakan kecakapan atau kemampuan mengerjakan pekerjaan kependidikan.
Guru yang memiliki kemampuan atau kecakapan untuk mengerjakan pekerjaan
kependidikan disebut dengan guru yang kompeten.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
Jabatan sebagai guru akan menghadapi berbagai masalah dalam
menjalaninya. Artinya, kalangan profesional kependidikan dipandang perlu untuk
membentuk suatu organisasi profesi dan masuk di dalamnya sebagai anggota.
Melalui fungsi pemersatu organisasi ini, penyandang profesi kependidikan
memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam menjalankan tugas keprofesiannya.
Bukan hanya itu, suatu organisasi kependidikan berupaya meningkatkan dn
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan
kesejahteraan tenaga kependidikan. Banyak hal yang bermanfaat bagi penyandang
profesi kependidikan dari organisasi profesinya sendiri. Sebab itu, dipandang
penting untuk dibahas.
Organisasi kependidikan memiliki berbagai peran dalam dunia kependidikan
yang merupakan manfaat adanya organisasi kependidikan. Di Indonesia ada
beberapa organisasi pendidikan sseperti PGRI dan lain sebagainya. Di dalam
setiap organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai bersama, yang pada
hakikatnya menginginkan kepraktisan dalam menyelesaikan masalah dan
mempermudah dalam meningkatkan kualitas out put dari dunia pendidikan.
Fungsi organisasi kependidikan diantaranya sebagai pemersatu dari aktifitas
pendidikan dan juga guna meningkatkan profesionalitas sehingga menghasilkan
peserta didik yang berkapabilitas. Fungsi ini telah tertuang dalam PP No. 38 tahun
1992, pasal 61 yang berbunyi “ Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan
profesi sebagai wadah untuk peningkatkan dan mengembangkan karier,
kemampuan, kewenangan professional, martabat, dan kesejahteraan tenaga
kependidikan.
3.2 Saran
Ssetelah mengetahui pengertian, macam – macam dan fungsi serta tujuan
organisasi kependidikan agar guru ataupun calon guru dapat mengaplikasikannya
dalam bentuk kerja nyata, bukan hanya sebagai pengetahuan saja sementara tidak
ada kerja nyata yang merupakan hasil karya dari partisipasi dalam organisasi
kependidikan. Bentuk partisipasi anggota profesi tidak sebatas terdaftar menjadi
anggota dengan memberikan sejumlah iuran rutin, namun lebih dalam bentuk
nyata yang bersifat professional. Diharapkan pada guru untuk turut serta dalam
beberapa bentuk partisipasi dalam organisasi profesi guru berupa :
1. Aktif mengomunikasikan berbagai pikiran dan pengalaman yang mengarah
kepada pembaharuan dan perbaikan mutu pendidikan.
2. secara aktif melakukan evaluasi diri, baik secara perorangan mapun kelompok
dalam hal praktek professional dengan mengacu kepada standart profesi yang
telah ditetapkan oleh organisasi
3. Bentuk partisipasi mewujudkan perilaku dan sikap professional dalam
kehidupan dan lingkungan kerja guru
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1992. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992.
_________. 1989. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989.
Engkoswara dan Husna Asmara. 1995. Pendidikan dan Prospeknya terhadap
Pembangunan Bangsa dalam PJP II (Ilmu dan Organisasi Profesi Pendidikan).
Jakarta: ISPI.
Kosasi, Raflis. 1994. Profesi keguruan. Jakarta: Rineka Citra.
Hamalik, Oemar. 1984. Pendidikan Guru; Konsep – Kurikulum – Strateggi.
Bandung: Pustaka Martiana.
________. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Saud, Udin Syaefudin. 2008. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfa Beta.
Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita
Karaya Nusa.
Syamsuddin, M. Abin. 1999. Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga
Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Zanti, Sutan dan Syahmiar Syahrun. 1992. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta:
Depdikbud.
http://maktabatelfauzy.wordpress.com/2009/11/01/organisasi-profesi-
kependidikan/
http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/hakikat-fungsi-dan-tujuan-organisasi.html