MAKALAH KELOMPOK (1)

73
A. Konsep Bimbingan dan Konseling Remaja 1. Konsep perkembangan remaja Perkembangan remaja merupakan konsep perubahan remaja yang mengarah kepada kualitas substansi perilakunya, akibat proses perubahan fisik maupun proses pembelajaran. Prinsip-prinsip perkembangan itu adalah: a. Prinsip kematangan Kematangan remaja terdiri dari taraf kematangan kognitif, sosial dan emosional serta moral. Remaja yang matang secara kognitif mampu memahami konsep-konsep abstrak, seperti nilai kebenaran yang murni menghubungkan peristiwa sekarang dengan peristiwa yang akan datang. Demikian juga dengan kematangan sosial, emosional dan moral. b. Prinsip kesatuan organisasi Pada prinsip ini anak merupakan suatu kesatuan antara fisik dan psikis dan ketentuan komponen dari kedua unsur tersebut. Perkembangan aspek fisik atau psikis berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Setiap aspek tidak berkembang secara sendiri-sendiri tetapi perkembangan

Transcript of MAKALAH KELOMPOK (1)

Page 1: MAKALAH KELOMPOK (1)

A. Konsep Bimbingan dan Konseling Remaja

1. Konsep perkembangan remaja

Perkembangan remaja merupakan konsep perubahan remaja yang

mengarah kepada kualitas substansi perilakunya, akibat proses perubahan

fisik maupun proses pembelajaran.

Prinsip-prinsip perkembangan itu adalah:

a. Prinsip kematangan

Kematangan remaja terdiri dari taraf kematangan kognitif,

sosial dan emosional serta moral. Remaja yang matang secara

kognitif mampu memahami konsep-konsep abstrak, seperti nilai

kebenaran yang murni menghubungkan peristiwa sekarang dengan

peristiwa yang akan datang. Demikian juga dengan kematangan

sosial, emosional dan moral.

b. Prinsip kesatuan organisasi

Pada prinsip ini anak merupakan suatu kesatuan antara fisik

dan psikis dan ketentuan komponen dari kedua unsur tersebut.

Perkembangan aspek fisik atau psikis berkaitan satu sama lain dan

saling mempengaruhi. Setiap aspek tidak berkembang secara

sendiri-sendiri tetapi perkembangan satu aspek berpengaruh

terhadap aspek yang lain.

c. Prinsip tempo dan irama perkembangan

Prinsip ini menyatakan bahwa remaja berkembang dengan

tempo dan irama perkembangan sendiri-sendiri. Setiap remaja

memiliki tempo dan irama perkembangan yang berbeda dengan

remaja lain. Ada remaja yang cepat dan ada pula remaja yang

lambat pertumbuhannya.

d. Prinsip kesamaan pola

Prinsip ini mengemukakan bahwa anak sebagai manusia

mengikuti pola umum yang sama dalam perkembangannya. Prinsip

ini mempunyai beberepa implikasi dalam pelaksanaan pendidikan,

yaitu sebagai berikut:

Page 2: MAKALAH KELOMPOK (1)

1) Pada umumnya pendidikan dapat dilaksanakan secara klasikal

terhadap remaja yang berumur kronologis sama.

2) Dapat dilaksanakan keseragaman pendidikan untuk anak

tingkat umur kronologis tertentu.

3) Dapat disediakan alat-alat permainan tertentu yang dapat

digunakan dari generasi ke generasi berikutnya untuk anak

sebaya.

e. Prinsip kontinuitas

Menurut prinsip kontinuitas, perkembangan berlangsung

secara terus menerus dan berkesinambungan. Perkembangan pada

periode awal mempengaruhi pencapaian perkembangan periode

berikutnya. Jika pada periode awal dapat dicapai dengan sempurna

maka periode berikutnya dapat diselesaikan dengan baik. Pada

prinsip ini periode awal menentukan hasil pada periode

selanjutnya.

2. Aspek Perkembangan Remaja

Ada 8 aspek perkembangan manusia di antaranya: perkembangan

fisik (kinestetik), perkembangan intelegensi, perkembangan  emosi,

perkembangan bahasa, perkembangan psikososial, perkembangan

kepribadian, perkembangan moral, dan perkembangan beragama.

Kedelapan aspek perkembangan tersebut memiliki keterkaitan dan

hubungan yang saling mempengaruhi apabila salah satu atau beberapa

aspek-aspek itu tidak dimiliki manusia maka hasilnya kurang maksimal.

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik sudah di mulai pada masa praremaja

dan terjadi cepat pada masa remaja awal yang akan makin

sempurna pada masa remaja pertengahan dan remaja akhir.

Perkembangan fisik merupakan dasar dari perkembangan aspek

lain yang mencakup perkembangan psikis dan sosialis. Artinya jika

perkembangan fisik berjalan secara baik dan lancar, maka

Page 3: MAKALAH KELOMPOK (1)

perkembangan psikis dan sosial juga akan lancar. Jika

perkembangan fisik terhambat sulit untuk mendapat tempat yang

wajar dalam kehidupan masyarakat dewasa.

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif remaja menurut Piaget (dalam

Elisabet,1999:117) menjelaskan bahwa selama tahap operasi

formal yang terjadi sekiyar usia 11-15 tahun. Seorang anak

mengalami perkembangan penalaran dan kemampuan berfikir

untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya berdasarkan

pengalaman langsung. Struktur kognitif anak mencapai

pematangan pada tahap ini. Potensi kualitas penalaran dan berfikir

(reasoning dan thinking) berkembang secara maksimum. Setelah

potensi perkembangan maksimum ini terjadi, seorang anak tidak

lagi mengalami perbaikan struktural dalam kualitas penalaran pada

tahap perkembangan selanjutnya.

Remaja yang sudah mencapai perkembangan operasi

formal secara maksimum mempunyai kelengkapan struktural

kognitif sebagai mana halnya orang dewasa. Namun, hal itu tidak

berarti bahwa pemikiran (thinking) remaja dengan penalaran

formal (formal reasoning) sama baiknya dengan pemikiran aktual

orang dewasa karena hanya secara potensial sudah tercapai.

c. Perkembangan Emosi

Emosi merupakan salah satu aspek psikologis manusia

dalam ranah efektif. Aspek psikologis ini sangat berperan penting

dalam kehidupan manusia pada umumnya, dan dalam

hubungannya dengan orang lain pada khususnya. Keseimbangan

antar ketiga ranah psikologis sangat di butuhkan sehingga manusia

dapat berfungsi dengan tepat sesuai dengan stimulus yang di

hadapinya.

Pada masa remaja, ekspresi emosi yang nampak kadang-

kadang tidak mengembangkan kondisi emosi yang sebenarnya,

Page 4: MAKALAH KELOMPOK (1)

misalnya orang yang marah, ia akan diam. Ekspresi emosi sifatnya

sangat individual atau subjektif, tergantung pada kondisi pribadi

masing-masing orang.

d. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial terdiri dari (a) proses individuasi

dan identitas, (b) Perkembangan hubungan dengan orangtua, (c)

Perkembangan dengan teman sebaya, (d) Perkembangan

seksualitas, (e)Perkembangan proaktivitas dan (f) Perkembangan

resiliensi.

Perkembangan identitas pada masa remaja menjadi

landasan bagi perkembangan psikososial dan relasi interpersonal

pada masa dewasa. Karena kehidupan atau perilaku remaja sangat

berperan penting pada masa dewasa seseorang. Hal-hal yang dapat

mempengaruhi perkembangan psikososial remaja adalah

perkembangan idividuasi dan identitas ,hubungannya dengan orang

tua, hubungannya dengan teman sebaya, perkembangan

seksualitas, perkembangan proaktivitas dan kemampuan resiliensi.

e. Perkembangan bahasa

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

yaitu umur, kondisi lingkungan, kecerdasan, kondisi fisik dan

status sosial ekonomi keluarga. Bertambah umur akan semakin

matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman, dan

meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang

sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.

Sedangkan kondisi ingkungan tempat anak tumbuh dan

berkembang memberi andil yang cukup besar dalam berbahasa.

Misalnya perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan

berbeda dengan di lingkungan pedesaan. Begitu pula

perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan, dan daerah-

daerah terpencil dan di kelompok sosial lain. 

Page 5: MAKALAH KELOMPOK (1)

Adapun kecerdasan dalam perkembangan bahasa yakni

adanya proses peniruan misalnya meniru lingkungan tentang bunyi

atau suara, gerakan, dan mengenal tanda-tanda, memerlukan

kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik seseorang

berkolerasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat

berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-

kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik, dan

memahami atau menangkap maksud pernyataan pihak lain, amat

dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.

Status sosial dan ekonomi keluarga berpengaruh terhadap

perkembangan bahasa karena keluarga yang berstatus sosial

ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi

perkembangan bahasa anak-anak dan anggota keluarganya.

Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota

keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak

perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup didalam

keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan

keluarga pengaruh pula terhadap perkembangan bahasa.

Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi kesehatan anak.

Seseorang yang cacat yang terganggu kemapuannya untuk

berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap, atau organ suara tidak

sempurna akan menggangu perkembangan berkomunikasi dan

tentu saja akan mengganggu perkembangannya dalam berbahasa.

f. Perkembangan moral

Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku

orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung

tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus

dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh

kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya

agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi,

Page 6: MAKALAH KELOMPOK (1)

didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-

anak.

Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang

berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang

akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.

g. Perkembangan agama

Latar belakang kehidupan keagamaan remaja dan ajaran

agamanya berkenaan dengan hakekat dan nasib manusia,

memainkan peranan penting dalam menentukan konsepsinya

tentang apa dan siapa dia, dan akan menjadi apa dia.

Agama, seperti yang kita temukan dalam kehidupan sehari-

hari, terdiri atas suatu sistem tentang keyakinan-keyakinan, sikap-

sikap danpraktek-praktek yang kita anut, pada umumnya berpusat

sekitar pemujaan. Dibandingkan dengan masa awal anak-anak

misalnya, keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan

yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika

mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Tuhan

dibayangkan sebagai person yang berada diawan, maka pada masa

remajamereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang

lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan

pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat

dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.

Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak ia

telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada

masa remaja mereka mengalami kemajuann dalam perkembangan

kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang kebenaran

keyakinan agama mereka sendiri.

Page 7: MAKALAH KELOMPOK (1)

3. Tugas Perkembangan Remaja

Havigrust dalam Hurlock, 1973 mendefinisikan tugas perkembangan adalah

tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan

individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa

keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau

gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi

tugas-tugas berikutnya.

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap

dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan

bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan

remaja menurut Havighurst dalam Hurlock, 1973 :

a) Mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya

baik sesama jenis maupun lawan jenis, pada tahap ini remaja sudah

mulai mampu berinteraksi dengan orang lain selain dari keluarganya.

Remaja akan belajar bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain. Di

tahap ini remaja sudah mampu memilih mana pilihan yang baik dan

mana pilihan yang tidak baik.

b) Mencapai peran sosial Laki laki dan Perempuan. pada masa ini remaja

sudah mulai mengetahui peran hidupnya apakah dia laki – laki atau dia

perempuan. Ini bisa dilihat dari bagaimana ia berperilaku. Ketika dia

tahu bahwa dia adalah laki – laki ia akan berperilaku seperti laki – laki

seperti bermain bola, berpakaian layaknya seorang laki – laki, berbadan

tegap, dan lain – lain. dan ketika dia tahu bahwa dia adalah perempuan

ia akan berperilaku layaknya perempuan seperti memakai rok, memakai

jepit, berperilaku lemah lembut dan lain – lain.

c) Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif.

Tahap dimana remaja sudah menerima diri dan mengakui kekurangan

maupun kelebihan yang dimilikinya.

d) Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang

dewasa lainnya. Tahapan dimana remaja sudah memliki rasa tanggung

jawab dan belajar hidup secara mandiri.

Page 8: MAKALAH KELOMPOK (1)

e) Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi. Tahapan ini adalah

tahapan dimana remaja sudah mampu mengatur untuk kebutuhan

hidupnya. Tahap ini juga bisa dikatakan tahapan dimana remaja sudah

mulai bertanggung jawab dengan dirinya sendiri untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

f) Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Tahapan

dimana remaja sudah siap untuk memiliki pekerjaan yang baik. Ini

bertujuan untuk dia bisa hidup mandiri dan bisa mengatur hidupnya

sendiri.

g) Mempersiapkan diri untuk memasuki tahap pernikahan dan kehidupan

keluarga. Ini adalah tahapan dimana remaja sudah siap untuk memiliki

keluarga barunya sendiri. Tahapan ini biasanya terjadi pada remaja

akhir. Dimana remaja sudah siap untuk hidup dan memulai mencari

pasangan hidupnya.

h) Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk

tercapainya kompetensi sebagai warga negara. Tahapan dimana remaja

sudah memiliki tanggung jawab. Baik saat dia bertindak maupun ketika

dia memilih sebuah keputusan. Ini adalah tahapan yang dimiliki oleh

remaja akhir.

i) Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat

dipertanggungjawabkan secara sosial. Tahapan dimana remaja sudah

mulai mengetahui hasil dari sikap yang ia pilih dan mampu

mempertanggung jawabkan pilihan yang menurut dia lebih baik.

j) Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman

perilaku. Yang terkhir adalah tahapan dimana remaja sudah mulai

memiliki sistem nilai dan etika dalam berperilaku. ini adalah tahapan

dimana remaja sudah tidak boleh lagi bertingkah seperti anak – anak.

Remaja harus sudah tahu bagaimana ia harus bersikap yaitu memiliki

sopan santun, berperilaku sewasa, berpikir positif dan lain – lain.

Page 9: MAKALAH KELOMPOK (1)

4. Kompetensi Kemandirian

a. Landasan Hidup Religius

No TATARAN/

INTERNALISASI TUJUAN

SLTP SLTA

1. Pengenalan Mengenal arti dan tujuan ibadah. Mempelajari hal ihwal ibadah.

2. Akomodasi Berminat dan mempelajari arti

dan tujuan setiap bentuk ibadah.

Mengembangkan pemikiran

tentang kehidupan beragama.

3. Tindakan Melakukan berbagai kegiatan

ibadah dengan kemauan sendiri.

Melaksanakan ibadah atas

keyakinan sendirin disertai sikap

toleransi.

b. Landasan Perilaku Etis

No TATARAN/

INTERNALISASI TUJUAN

SLTP SLTA

1. Pengenalan Mengenal alas an perlunya

menaati aturan atau norma

berperilaku.

Mengenal keragaman sumber

norma yang berlaku di

masyarakat.

2. Akomodasi Memahami keragaman aturan

atau patokan berperilaku dalam

konteks budaya.

Menghargai keragaman sumber

norma sebagai rujukan

pengambilan keputusan.

3. Tindakan Bertindak atas pertimbangan diri

terhadap norma yang berlaku.

Berperilaku atas dasar keputusan

yang mempertimbangkan aspek-

aspek etis.

c. Kematangan Emosi

No TATARAN/

INTERNALISASI TUJUAN

SLTP SLTA

1. Pengenalan Mengenal cara-cara

mengekspresikan perasaan

secara wajar.

Menghindari cara-cara

menghindari konflik dengan

orang lain.

2. Akomodasi Memahami keragaman ekspresi

perasaan diri dan orang lain.

Bersifat toleran terhadap ragam

ekspresi perasaan diri sendiri

Page 10: MAKALAH KELOMPOK (1)

dan orang lain.

3. Tindakan Mengekspresikan perasaan atas

dasar pertimbangan kontekstual.

Mengekspresikan perasaan

dalam cara-cara yang bebas,

terbuka dan tidak menimbulkan

konflik.

d. Kematangan Intelektual

No TATARAN/

INTERNALISASI TUJUAN

SLTP SLTA

1. Pengenalan Mempelajari cara-cara

pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah.

Mempelajari cara-cara

pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah secara

objektif.

2. Akomodasi Menyadari adanya resiko dari

pengambilan keputusan.

Menyadari akan keragaman

alternative keputusan dan

konsekuensi yang dihadapinya.

3. Tindakan Mengambil keputusan

berdasarkan resiko yang

mungkin terjadi.

Mengambil keputusan dan

pemecahan masalah atas dasar

informasi atau data secara

objektif.

e. Kesadaran Tanggung Jawab Sosial

No TATARAN/

INTERNALISASI TUJUAN

SLTP SLTA

1. Pengenalan Mempelajari cara-cara

memperoleh hak dan

melaksanakan kewajiban dalam

kehidupan lingkungan sehari-

hari.

Mempelajari keragaman

interaksi social.

2. Akomodasi Menghargai nilai-nilai

persahabatan dan keharmonisan

dalam kehidupan sehari-hari.

Menyadari nilai-nilai

persahabatan dan keharmonisan

dalam konteks keragaman

interaksi social.

Page 11: MAKALAH KELOMPOK (1)

3. Tindakan Berinteraksi dengan orang lain

atas dasar nilai-nilai

persahabatan dan keharmonisan

hidup.

Berinteraksi dengan orang lain

atas dasar kesamaan (equality).

f. Kesadaran Gender

No TATARAN/

INTERNALISASI TUJUAN

SLTP SLTA

1. Pengenalan Mengenal peran-peran social

sebagai laki-laki atau

perempuan.

Mempelajari perilaku kolaborasi

antar jenis dalam ragam

kehidupan.

2. Akomodasi Menghargai peranan diri dan

orang lian sebagai laki-laki atau

perempuan dalam kehidupan

sehari-hari.

Menghargai peran laki-laki atau

perempuan sebagai asset

kolaborasi dan keharmonisan

hidup.

3. Tindakan Berinteraksi dengan lain jenis

secara kolaboratif dalam

memerankan peran jenis.

Berkolaborasi secara harmonis

dengan lain jenis dalam

keragaman peran.

g. Pengembangan Pribadi

No TATARAN/

INTERNALISASI TUJUAN

SLTP SLTA

1. Pengenalan Mengenal kemampuan dan

keinginan diri.

Mempelajari keunikan diri

dalam konteks kehidupan social.

2. Akomodasi Menerima keadaan diri secara

positif.

Menerima kaunika diri dengan

segala kelebihan dan

kekurangannya.

3. Tindakan Menampilkan perilaku yang

merefleksikan keragaman diri

dalam lingkungannya.

Menampilkan keunikan diri

secara harmonis dalam

keragaman.

Page 12: MAKALAH KELOMPOK (1)

h. Perilaku Kewirausahaan

No TATARAN/

INTERNALISASI TUJUAN

SLTP SLTA

1. Pengenalan Mengenal nilai-nilai perilaku

hemat, ulet, sungguh-sungguh,

dan kompetitif dalam kehidupan

sehari-hari.

Mempelajari strategi dan

peluang untuk berperilaku

hemat, ulet, sungguh-sungguh,

dan keompetitif dalam

keragaman kehidupan.

2. Akomodasi Menyadari manfaat perilaku

hemat, ulet, sungguh-sungguh

dan kompetitif dalaam

kehidupan sehari-hari.

Menerima nilai-nilai hidup

hemat, ulet, sungguh-sungguh

dan kompetitif sebagai asset

untuk mencapai hidup mandiri.

3. Tindakan Membiasakan diri hidup hemat,

ulet, sungguh-sungguh dan

kompetitif dalaam kehidupan

sehari-hari.

Menampilkan hidup hemat, ulet,

sungguh-sungguh dan kompetitif

atas dasar kesadaran sendiri.

i. Wawasan dan Kesiapan Karir

No TATARAN/

INTERNALISASI TUJUAN

SLTP SLTA

1. Pengenalan Mengekspresikan ragam

pekerjaan, pendidikan dan

aktivitas dalam kaitan dengan

kemampuan diri.

Mempelajari kemampuan diri,

peluang dan ragam pekerjaan,

pendidikan dan aktifitas yang

terfokus pada pengembangan

alternative karir yang lebih

terarah.

2. Akomodasi Menyadari keragaman nilai dan

persyaratan dan aktivitas yang

menuntut pemenuhan

kemampuan tertentu.

Internalisasi nilai-nilai yang

melandasi pertimbangan

pemilihan alternative karir.

3. Tindakan Mengidentifikasi ragam

alternative pekerjaan, pendidikan

Mengembangkan alternative

perencanaan karir dengan

Page 13: MAKALAH KELOMPOK (1)

dan aktivitas yang mengandung

relevansi dengan kemampuan

diri.

mempertimbangkan

kemampuan, peluang dan ragam

karir.

j. Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya

No TATARAN/

INTERNALISASI TUJUAN

SLTP SLTA

1. Pengenalan Mempelajari norma-norma

pergaulan dengan teman sebaya

yang beragam latar belakangnya.

Mempelajari cara-cara membina

kerjasama dan toleransi dalam

pergaulan dengan teman sebaya.

2. Akomodasi Menyadari keragaman latar

belakang teman sebaya ynag

melandasi pergaulan.

Menghargai nilai-nilai kerjasama

dan toleransi sebagai dasar untuk

menjalin persahabatan denagn

teman sebaya.

3. Tindakan Bekerjasama dengan teman

sebaya yang beragam latar

belakngnya.

Mempererat jalinan

persahabatan yang lebih akrab

dengan memerhatikan norma

yang berlaku.

k. Kesiapan Diri untuk Menikah dan Berkeluarga

No TATARAN/

INTERNALISASI TUJUAN

SLTP SLTA

1. Pengenalan - Mengenal norma-norma

pernikahan dan berkeluarga.

2. Akomodasi - Menghargai norma-norma

pernikahan dan berkeluarga

sebagai landasan bagi

terciptanya kehidupan

masyarakat yang harmonis.

3. Tindakan - Mengekspresikan keinginannya

untuk mempelajari lebih intensif

tentang norma pernikahan dan

berkeluarga.

Page 14: MAKALAH KELOMPOK (1)

B. Masalah yang Dihadapi Remaja

1. Perkembangan Kognitif

Pada masa remaja seharusnya individu harus sudah dapat berpikir

secara abstrak, namun pada kenyataannya, masih banyak sekali remaja

yang belum mampu berpikir dewasa. Sebagian masih memiliki pola pikir

yang sangat sederhana. Hal ini terjadi karena sistem belajar yang salah

sehingga daya kritis belajar individu kurang terasah. Bisa juga karena pola

asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja seperti

anak-anak sehingga mereka tidak punya keleluasan dalam memenuhi tugas

perkembangan sesuai dengan usianya.

Remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar karena reamaja berada

pada perkembangan kognitif yang fleksibel, tapi banyak remaja yang

menyalurkan rasa ingin tahu dengan cara yang negatif maka hal itu bisa

merusak dirinya sendiri. Para remaja belum dapat menerima informasi apa

adanya, mereka tidak memproses informasi itu serta tidak

mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.

2. Perkembangan emosi

Ditilik dari bahasa Inggris, emosi yaitu “emotion” merujuk pada

sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau

mengganggu.Sementara itu, Chaplin (1989) dalam Dictionary of

Psychology mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang

dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang

mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan

emosi dengan perasaan dan mendifinisikan persaan (feelings) adalah

pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal

maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.

Meskipun emosi itu sedemikian kompleksnya, namun Daniel

Goleman (1995) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai

berikut :

Page 15: MAKALAH KELOMPOK (1)

a) Amarah, di dalamnya meliputi brutal, mangamuk, benci,

marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit,

berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan

kebencian patologis.

b) Kesedihan, di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram,

suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak,

putus asa, dan depresi.

c) Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup,

khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih , waspada,

tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan fobia.

d) Kenikmatan, di dalamnya meliputi bahagia, gembira,

ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan

indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang,

senang sekali, dan mania.

e) Cinta, di dalamnya meliputi peneriamaan, persahabatan,

kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,

kasmaran, dan kasih sayang.

f) Terkejut, di dalamnya meliputi terkesiap, takjub, dan

terpana.

g) Jengkel, di dalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual,

benci, tidak suka, dan mau muntah.

h) Malu, di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal

hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil

dan penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat

cepat. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kematangan hormon yang

terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik

yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.

Menurut Havighurst remaja bertugas mencapai kemandirian emosional

dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya. Hal ini bisa membuat remaja

melawan keinginan atau bertentangan pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri

Page 16: MAKALAH KELOMPOK (1)

khas remaja yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan pendapat ini

seringkali membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini

tidak terselesaikan, terutama orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung

mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-

teman sebaya yang senasib. Seringkali karena yang dihadapi adalah remaja yang

seusia yang punya masalah yang kurang lebih sama dan sama-sama belum

berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa jadi solusi yang

ditawarkan kurang bijaksana. Kehadiran problem emosional tersebut bervariasi

pada setiap remaja.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi remaja

antara lain :

a. Perubahan Jasmani

Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan danya pertumbuhan yang

sangat cepat dari anggota tubuh.Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya

terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh

menjadi tidak seimbang.Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat

tak terduga pada perkembangan emosi remaja.Tidak setiap remaja dapat

menerima perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat.Hormon-

hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya

sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali

menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi.

Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri

saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan annank, acuh tak acuh,

tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua

seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan kematangan emosi remaja. Cara

memberikan hukuman misalnya, kalu dulu anak dipukul karena nakal, pada masa

remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan ketegangan yang lebih berat

antara remaja dengan orang tuanya. Dalam konteks ini Gardner (1992)

Page 17: MAKALAH KELOMPOK (1)

mengibaratkan dengan kalimat Too Big to Spank yang maknanya bahwa remaja

itu sudah terlalu besar untuk dipukul.

Pemberontakan terhadap orang tua menunjukkan bahwa mereka dalam

konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orang tua. Mereka tidak

merasa puas kalu tidak pernah sama sekali menunjukkan perlawanan terhadap

orang tua karena ingin menunjukkan seberapa jauh dirinya telah berhasil menjadi

orang yang lebih dewasa. Jika mereka berhasil dalam perlawanan terhadap orang

tua sehingga menjadi marah, mereka pun belum puas karena orang tua tidak

menunjukkan pengertian yang mereka inginkan.Keadaan semacam ini sangat

berpengaruh terhadap kematangan emosi remaja.

c. Perubahan interaksi dengan teman sebaya

Remaja sering kali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara

khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama denan

membentuk semacam geng. Interaksi antaranggota dalam suatu kelompok geng

biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat

tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti sebaiknya diusahakan

terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk

memenuhi minat mereka bersama. Usahakan dapat menghindarkan pembentukan

kelompok geng itu ketika sudah memasuki masa remaja tengah atau remaja

akhir.Pada masa ini para anggotanya biasanya membutuhkan teman-teman untuk

melawan otoritas atau melakukan perbuatan yang tidak baik atau bahkan

kejahatan bersama.

Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah

hubungan cinta dengan lawan jenis.Pada masa remaja tengah, biasanya remaja

benar-benar mulai jatuh cinta dengan teman lawan jenisnya.Gejala ini sebenarnya

sehat bagi remaja, tetapi tidak jarang juga menimbulkan konflik atau gangguan

emosi pada remaja jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang tua atau orang

yang lebih dewasa.Oleh sebab itu, tidak jarang orang tua justru merasa tidak

gembira atau bahkan cemas ketika anak remajanya jatuh cinta.Gangguan

emosional yang mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak terjawab atau

Page 18: MAKALAH KELOMPOK (1)

karena pemutusan hubungan cinta ddadri satu pihak sehingga dapat menimbulkan

kecemasan bagi orang tua dan bagi remaja itu sendiri.

d. Perubahan pandangan luar

Faktor penting yang dapat mempengaruhi kematangan emosi remaja selain

perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan

dunia luar dirinya.

Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan

konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut.

- Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang-kadang

mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan

penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali

mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan

pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi

tingkah laku emosional.

- Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda

untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki-laki memiliki

banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat popular dan

mendatangkan kebanggaan.Sebaliknya, apabila remaja putrid mempunyai

banyak teman laki-laki sering dianggap tidak baik atau bahkan mendapat

predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika

tidak disertai pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan

remaja bertingkah laku emosional.

- Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak

bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke

dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai

moral. Misalnya, penyalahgunaan obat terlarang, minum minuman

keras.Serta tindak kriminal dan kekerasan. Perlakuan dunia luar semacam

ini akan sangat merugikan perkembangan emosional remaja.

- Perubahan interaksi dengan sekolah. Pada masa anak-anak, sebelum

menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang

Page 19: MAKALAH KELOMPOK (1)

diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting

dalam kehidupan mereka selain tokoh intelektual, guru juga merupakan

otoritas bagi para peserta didiknya.Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak

lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada

kepada orang tuanya.Posisi guru semacam ini sangat strategis apabila

digunakan untuk mengembnagkan emosi anak melalui penyampaian

materi-materi yang positif dan kontruktif.

Untuk mencapai kematangan emosi, remaja haruslah dapat :

a. Belajar pada situasi-situasi yang mana dapat menyebabkan emosinya

bereaksi. Seorang individu pada khususnya remaja harus bisa

mengikutsertakan dirinya pada kegiatan-kegiatan social karena dengan

begitu remaja dapat merasakan atau berempati terhadap permasalahan

kehidupan orang lain yang kemungkinan hal tersebut akan menjadikan

emosi remaja menjadi lebih matang. Lain halnya jika seorang remaja tidak

mau merasakan permasalahan atau kesulitan oranglain di sekelilingnya,

remaja akan bersikap angkuh dan egois, gaya hidupnya hedonis dan

kematangan emosinya akan berjalan lambat.

b. Menceritakan berbagai permasalahan yang di alaminya kepada orang tua,

keluarga, guru, teman atau orang-orang-orang yang dapat dipercaya lainnya.

Keterbukaan terhadap orang lain ini dipengaruhi oleh rasa aman dalam

hubungan social dan sebagian oleh tingkat kesukaannya kepada seseorang

yang dimana kepada orang tersebut remaja dapat mengutarakan apa yang

menjadi kesulitannya (orang sasaran) dan oleh penerimaan orang sasaran

tersebut. Jika remaja dapat mengutarakan kesulitannya kepada orang yang

dipercaya dan pemikirannya lebih dewasa maka remaja tersebut akan dapat

menghadapi kesulitan tersebut dengan sikap yang dewasa sehingga

emosinyapun akan menjadi lebih matang karena input-input yang

diterimanya dari orang dewasa di sekelilingnya.

Page 20: MAKALAH KELOMPOK (1)

c. Belajar menggunakan katarsis emosi untuk menyalurkan emosinya. Adapun

cara yang dapat dilakukan adalah latihan fisik yang berat, bermain atau

bekerja, tertawa atau menangis. Emosi remaja akan menjadi lebih matang

jika misalnya saja sedang mengalami kekecewaan remaja tersebut

menyalurkannya kepada hal-hal atau kegiatan yang positif.

3. Perkembangan Sosial

Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja

memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi

mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan

sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan

dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Syamsu Yusuf (2007)

menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian

kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula

diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-

norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan

dan saling berkomunikasi dan kerja sama.

Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-

remaja untuk berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat

penganut aliran kontemporer memasukan mereka dalam kategori remaja.

Adanya peningkatan kecenderungan para remaja untuk melanjutkan

sekolah atau mengikuti pelatihan kerja (magang) setamat SLTA, membuat

individu yang berusia 19 hingga 22 tahun juga dimasukan dalam golongan

remaja, dengan pertimbangan bahwa pembentukan identitas diri remaja

masih terus berlangsung sepanjang rentang usia tersebut.

Lebih lanjut Thornburgh membagi usia remaja menjadi tiga

kelompok, yaitu:

a. Remaja awal : antara 11 hingga 13 tahun

b. Remaja pertengahan: antara 14 hingga 16 tahun

c. Remaja akhir: antara 17 hingga 19 tahun.

Page 21: MAKALAH KELOMPOK (1)

Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja

Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi

sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Anak mulai memiliki kesanggupan

menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja

sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Dalam

penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan

mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku

sebelumnya di dalam keluarganya.

1. Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai

norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat

penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma

pergaulan sesama remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa

depan untuk memilih teman hidup.

2. Pada masa remaja berkembang ”sosial cognition”, yaitu kemampuan untuk

memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang

unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun

perasaannya.

3. Menurut “Erick Erison” Bahwa masa remaja terjadi masa krisis, masa

pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang

didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial

remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.

4. Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan

untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan,

kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Apabila kelompok

teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara

moral dan agama dapat dipertanggungjawabkan maka kemungkinan besar

remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya,

apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang

melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan

melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.

Page 22: MAKALAH KELOMPOK (1)

5. Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual

dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang

tertutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya.

6. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok –

kelompok, baik kelompok besar maupun klelompok kecil.

Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih

luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa

dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan

tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang

lebih muda. Perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan fisik dan

kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan oleh

peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga,

lingkungan, dan pekerjaan. Berkat perkembangan sosial, anak dapat

menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan

lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah,

kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai

dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga

fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta

didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling

menghormati dan betanggung jawab.

Tingkah Laku Sosial Pada Periode Remaja

Masa remaja adalah saat mencoba melakukan peranan sosial yang baru

yang menuntut cara-cara bertingkah laku sosial tertentu. Dalam suasana mencoba

melaksanakan peranan sosial dan tingkah laku sosial yang baru ini, remaja dapat

saja mengalami berbagai rintangan dan kegagalan. Ada berbagai macam

kekhususan tingkah laku sosial remaja yang penting untuk dipahami, yaitu :

1. Ketertarikan terhadap lawan jenis. Hal ini merupakan suatu perubahan

hubungn sosial yang menonjol pada periode remaja. Ketertarikan terhadap

lawan jenis dapat dilihat dari kegembiraan dalam kelompok anggota yang

Page 23: MAKALAH KELOMPOK (1)

yang kelompok anggotanya heterogan, yaitu terdiri dari pria dan wanita

yang sebelumnya remaja menyukai berkelompok dengan anggota

kelompok yang homogen, yaitu terdiri wanita sama wanita pria sama pria.

Adda beberapa criteria yang harus dimiliki remaja untuk dapat menjadi

popular diantaranya penampilan fisik yang menarik ( pria dengan bentuk

tubuh gagah dan wanita dengan wajah yang menawan dan tubuh yang

seimbang, sikap yang tenang namun periang, dan penuh perhatian)

( Hurlock, 1980).

2. Kemandirian bertingkah laku sosial. Tingkah laku lainnya yang

berkembang pada priode remaja adalah tingkah laku sosial yang mandiri,

artinya remaja memilih dan menentukan sendiri dengan siapa dia akan

berteman. Karena remaja berusaha mandiri dalam bersosialisasi maka

diharpkan remaja dapat mengambil keputusan tingkah laku yang tepat

dalam menghadapi orang-orang yang baru dalam situasi yang baru, dan

semua ini memerlukan proses belajar.

3. Kesenangan berkelompok. Hidup berkelompok teman sebaya merupakan

kebutuhan pada masa remaja. (Hurlock, 1980).

a. Kelompok temen dekat. Kelompok ini muncul pada masa remaja awal

atau puber yang terdiri dari dua atau tiga orang teman dekat dengan

jenis kelain yang sama. Dalam kelompok terjadi saling membantu

pemecahan masalah, berbagai rasa aman namun tidak jarang terjadi

pertengkaran, tapi mereka akan rukun kembali.

b. Kelompok kecil. Teman yang dipilih cenderung yang sama minat dan

sama pandangan dalam memahami permasalahan hidup.

c. Kelompok besar. Kelompok ini terbentuk sejalan dengn peningkatan

aktivitas remaja itu seperti kegiatan rekreasi, acara-acara kesenian,

olah raga, dll.

d. Kelompok terorganisasi. Merupakan kelompok pemuda yang

terorganisir oleh orang dewasa untuk tujuan pembinaan terhadap

remaja. Kegiatannya diarahkan kepada kegiatan yang bermanfaat bagi

perkembangan remaja itu sendiri maupun masyarakat.

Page 24: MAKALAH KELOMPOK (1)

e. Kelompok Geng. Kelompok ini beranggotakan remaja yang ditolak

atau tidak puas dalam kelompok terorganisasi, lalu menggabungkan

diri menjadi kelompok yang disebut geng.

Fungsi teman sangat penting bagi remaja terutama sebagai tempat berbagi

rasa dan penderitaan maupun kebahagiaan serta belajar cara-cara

menghadapi masalah yang banyak timbul karena tugas-tugas

perkembangan yang harus mereka kuasai. Pada masa remaja akhir teman

lawan jenis sangat penting walaupun teman sesama jenis tetap dibutuhkan.

Teman yang dipilih cenderung yang sama pandangan dan memahami

permasalahan kehidupan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan

kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan

sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan

lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga

berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada

dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses

pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih

banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana

norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas

ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga. Faktor – faktor keluarga yang

mempengaruhi perkembangan sosial remaja:

a. Keberfungsian Keluarga

Keluarga yang fungsional (normal) yaitu keluarga yang telah

mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana yang telah

Page 25: MAKALAH KELOMPOK (1)

dijelaskan. ditandai oleh karakteristik: Saling memperhatikan dan

mencintai, bersikap terbuka dan jujur, orangtua mau mendengar

anak, menerima perasaannya dan menghargai pendapatnya, ada

“Sharing” masalah atau pendapat diantara keluarga, mampu

berjuang mengatasi masalah hidupnya, saling menyesuaikan

dirinya dan mengakomodasi, orang tua melindungi (mengayomi)

anak, komunikasi antar anggota berlangsung dengan baik, keluarga

memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai – nilai

budaya, dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan atau

melaksanakan fungsi – fungsi seperti diatas, keluarga tersebut

berarti mengalami stagnasi (kemandegan) atau disfungsi yang pada

gilirannya akan merusak kekokohan konstelasi keluarga tersebut

(khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak).

Adapun ciri – ciri keluarga yang mengalami disfungsi yaitu:

Kematian salah satu atau kedua orangtua, kedua orangtua

bercerai(Divorce), hubungan kedua orangtua tidak baik (por

marriage), hubungan orangtua dengan anak tidak baik (por parent –

child relationship), suasana rumah tangga yang tegang tanpa

kehangatan (high tensión and low warmth), orangtua sibuk dan

jarang di rumah (parent’s absence), dan salah satu atau kedua

orangtua mengalami kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan

(personality or psychological disorder).

b. Pola Hubungan Keluarga

Peck (Loree, 1970: 144) telah meneliti hubungan antara

karakteristik emocional dan pola perlakuan keluarga dengan

elemen – elemen Struktur kepribadian remaja. yaitu sebagai

berikut:

Page 26: MAKALAH KELOMPOK (1)

a) Remaja yang memiliki “ego strenght” secara konsisten

berkaitan erat dengan pengalamannya dilingkungan keluarga

yang saling mempercayai dan menerima.

b) Remaja yang memiliki “super ego strenght”, sangat berkaitan

erat dengan keteraturan dan konsistensi kehidupan

keluarganya.

c) Remaja yang “friendliness” dan “spontanetty”, berhubungan

erat dengan iklim keluarga yang demokratis.

d) Remaja yang bersikap bermusuhan dan memiliki perasaan

gelisah atau cemas terhadap dorongan – dorongan dari dalam,

berkaitan dengan keluarga yang otoriter.

c. Kelas Sosial dan Status Ekonomi

Pikunas (1976: 72) mengemukakan pendapat Becker, Deutsch,

Kohn dan Sheldon, tentang kaitan antara kelas sosial dengan cara

atau teknik orangtua dalam mengatur (mengelola/memperlakukan)

anak, yaitu bahwa:

a) Kelas Bawah (Lower Class) cenderung lebih keras dalam

“toilet training” dan lebih sering meggunakan hukuman fisik,

dibandingkan dengan kelas menengah.

b) Kelas Menengah (Middle Class) cenderung lebih memberikan

pengawasan, dan perhatiannya sebagai orangtua.

c) Kelas Atas (Upper Class) cenderung lebih memanfaatkan

waktu luangnya dengan kegiatan – kegiatan tertentu, lebih

memiliki latar belakang Pendidikan yang reputesinya tinggi,

dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya.

2. Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan resmi yang bertanggung

jawab untuk memberikan pendidikan untuk siapapun yang berhak.

Oleh karena itu remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah

Page 27: MAKALAH KELOMPOK (1)

semenjak berumur empat tahun. Dengan demikian sekolah

mempengaruhi tingkah laku remaja khususnya tingkah laku sosialnya.

3. Pengaruh teman sebaya

Kelompok teman sebaya memungkinkan remaja belajar keterampilan

sosial, mengembangkan minat yang sama dan saling membantu dalam

mengatasi kesulitan dalam rangka mencapai kemandirian. Teman

sebaya dijadikan tempat memperoleh sokongan dan kekuatan, guna

melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang tua. Begitu

pentingnya peran teman sebaya bagi perkembangan sosial remaja,

maka apabila terjadi penolakan dari kelompok teman sebaya dapat

menghambat kemajuan dalam hubungn sosial. Penolakan sosial dapat

menghancurkan kehidupan remaja yang sedang mencari identitas diri.

(Campbel, 1969)

4. Kematangan anak

Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu

mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima

pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan

emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula

menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan

baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah

mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

5. Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status

kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat

akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan

tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga

anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial

Page 28: MAKALAH KELOMPOK (1)

anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang

berlaku di dalam keluarganya.

Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan

kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan

dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga”

status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud

“menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan

dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat

lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat

lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

6. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi

Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti

kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang

berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa

secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi,

kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara

seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial

anak.Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain

merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan

dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual

tinggi.

Dari beberapa factor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku remaja

diatas, tiga factor pertama merupakan factor penting yang sangat

mempengaruhi tingkah laku sosial remaja.

Permasalahan Sosial Yang Sering Muncul Pada Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan antara anak dan masa dewasa. Pada

masa remaja biasanya sering timbul gejala emosi, menarik diri dari orang tua,

serta banyak mengalami masalah baik di rumah, sekolah, dan lingkungannya

seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar,

Page 29: MAKALAH KELOMPOK (1)

depresi dll. Permasalahan sosial pada remaja yang sering terjadi karena adanya

penyimpangan sosial. Definisi-definisi penyimpangan sosial menurut para pakar :

a. James W. Van Der Zanden:

Penyimpangan perilaku merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar

orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.

b. Robert M. Z. Lawang:

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari

norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari

mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku

menyimpang.

Penyimpangan yang sering dibicarakan pada saat – saat ini pada remaja

diantaranya geng motor, narkoba, tawuran, merokok dan masih banyak lagi

penyimpangan sosial remaja lainnya. Ini terjadi karena kurangnya perhatian dari

orang tua, serta kurangnya kasih sayang, minimnya pemahaman tentang

keagamaan, dan pengaruh dari lingkungan sekitar, pengaruh budaya barat serta

pergaulan dengan teman sebaya yang sering mempengaruhinya untuk mencoba

dan akhirnya terjadilah penyimpangan sosial.

Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam

Penyelenggaraan Pendidikan

Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya

memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknyha. Mereka

belum mamahami benar tentang norma-norma sosial yang berlaku didalam

kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang

kurang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma seksual dengan

kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung

dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan

adanya upaya pengembangan hubungan sosial remaja yang diawali dari

lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.

1. Lingkungan Keluarga

Page 30: MAKALAH KELOMPOK (1)

Orang tua hendaknya mengikuti kedewasaan remaja dengan jalan

memberikan kebebasan terbimbing untuk menghambil keputusan dan

tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan

kesempatan secara maksimal terhadap pertumbuhan dan perkembangan

anak akan dapat membantu anak memiliki kebiasaan psikologis untuk

mengungkapkan perasaannya. Dengan cara demikian remaja akan merasa

bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan dihormati sebagai manusia

oelh orang tua dan anggota keluarga lainnya. Dalam konteks bimbingan

orang tua terhadap remaja Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola

asuh orang tua yaitu:

a. Pola Asuh Bina Kasih (Induction) Yaitu pola asuh yang diterapkan

orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan

penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan

yang diambil oleh anaknya.

b. Pola Asuh Unjuk Kuasa (Power Acsertion) Yaitu pola asuh yang

diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa

memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak

tidak dapat menerimanya.

c. Pola Asuh Lepas Kasih (Love Withdrawai) Yaitu pola asuh yang

diterapkan orang tua dalam medidik anaknya dengan cara menarik

sementara kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang

dikehendaki orang tuanya. Akan tetapi jika anak sudah mau

melaksanakan apa yang dikehendaki orang tuanya maka cinta kasihnya

itu akan dikembalikan seperti sedia kala.Dalam konteks

pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya

perkembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh

Hoffman (1989) untuk diterapkan adalah pola asuh bina kasih

(induction). Artinya setiap keputusan yang diambil oleh orang tua

tentang anak remajanya atau setiap pelakuan yang diberikan orang tua

terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan

atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat

Page 31: MAKALAH KELOMPOK (1)

mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan

mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya.

2. Lingkungan Sekolah

Didalam mengembankan hubungan sosial remaja, guru juga harus

mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis.

Guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup

menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran

yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru

tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya,

selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer

pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para peserta

didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan

demikian, perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat

berkembangsecara maksimal.

3. Lingkungan Masyarakat

a. Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk

memberikan rangsang kepada mereka kearah perilaku yang

bermanfaat.

b. Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti, bakti karya untuk dapat

mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.

4. Perkembangan Fisik dan Motorik

Berikut ada beberapa cirri perkembangan fisik dan motorik pada

masa remaja:

1) Perkembangan Fisik Remaja

a) Perempuan

Pertumbuhan payudara.

Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan.

Pertumbuhan badan.

Menstruasi.

Pertumbuhan bulu ketiak.

Page 32: MAKALAH KELOMPOK (1)

Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan

tumbuhnya bulu ketiak).

b) Laki-laki

Pertumbuhan testis.

Pertumbuhan rambut pubis atau kemaluan.

Pembesaran badan.

Pembesaran penis.

Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama

dengan pembesaran penis).

Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah

rambut pubis).

Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan

tumbuhnya bulu ketiak).

Berejakulasi.

2) Perkembangan fisik Otak Remaha

Pada masa remaja, struktur otak semakin sempurna dan

meningkatkan kemampuan kognitif, seperti: Mulai berfikir logis

tentang suatu gagasan yang abstrak, mulai bisa membuat rencana,

strategi, membuat keputusan, memecahkan masalah, serta mulai

memikirkan massa depan, belajar berinstrospeksi diri, dan

wawasan semakin luas tentang segala hal.

3) Perkembangan Kapasitas sensoris

Perubahan pada kapasitas sensoris remaja ditandai dengan

semakin pekanya fungsi panca indera terhadap rangsangan dari luar.

4) Perkembangan Motorik Remaja

Pada tahap ini, perubahan yang terjadi ditandai dengan

pekerjaan bisa dilakukan dengan lebih cepat dan tangkas.

Namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidak

sesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan beberapa

masalah, seperti rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga,

Page 33: MAKALAH KELOMPOK (1)

perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada

masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh

norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.

C. Dimensi/Aspek dan Faktor

1. Pertumbuhan

a) Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai Perubahan yang bersifat

kuantitatif baik perubahan secara alamiah ataupun hasil belajar.

Pertumbuhan juga merupakan perubahan secara fiologis sebagai hasil

dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik, yang berlangsung secara

normal pada diri anak yang sehat.

b) Aspek-aspek Pertumbuhan

1) Pertumbuhan sebelum lahir.

Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan

perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu

merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan susunan jaringan

syarap membentuk system yang lengkap. Kelahiran pada dasarnya

merupakan pertanda kematangan biologis dan jaringan syaraf masing-

masing komponen biologis mampu berfungsi secara sendiri.

2) Pertumbuhan setelah lahir

Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan lanjutan

pertumbuhannya sebelum lahir dan berlangsung sampai masa dewasa.

Pertumbuhan fisik anak di bagi menjadi empat periode utama, dua

periode di tandai dengan pertumbuhan yang cepat dan dua periode

lainnya di cirikan oleh pertumbuhan yang lambat. Faktor-faktor

pertumbuhan individu

c) Faktor-faktor pertumbuhan

1) Faktor Internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

individu. seperti: Sifat jasmani, dan kematangan.

Page 34: MAKALAH KELOMPOK (1)

2) Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri. seperti:

Kesehatan fisik, Makanan yang bergizi, dan Lingkungan.

d) Konsep perkembangan remaja

Perkembangan remaja merupakan konsep perubahan remaja yang

mengarah kepada kualitas substansi perilakunya, akibat proses

perubahan fisik maupun proses pembelajaran.

Prinsip-prinsip perkembangan itu adalah:

1. Prinsip kematangan

Kematangan remaja terdiri dari taraf kematangan kognitif, sosial

dan emosional serta moral. Remaja yang matang secara kognitif mampu

memahami konsep-konsep abstrak, seperti nilai kebenaran yang murni

menghubungkan peristiwa sekarang dengan peristiwa yang akan datang.

Demikian juga dengan kematangan sosial, emosional dan moral

2. Prinsip kesatuan organisasi

Pada prinsip ini anak merupakan suatu kesatuan antara fisik dan

psikis dan ketentuan komponen dari kedua unsur tersebut. Perkembangan

aspek fisik atau psikis berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi.

Setiap aspek tidak berkembang secara sendiri-sendiri tetapi

perkembangan satu aspek berpengaruh terhadap aspek yang lain.

3. Prinsip tempo dan irama perkembangan

Prinsip ini menyatakan bahwa remaja berkembang dengan tempo

dan irama perkembangan sendiri-sendiri. Setiap remaja memiliki tempo

dan irama perkembangan yang berbeda dengan remaja lain. Ada remaja

yang cepat dan ada pula remaja yang lambat pertumbuhannya.

4. Prinsip kesamaan pola

Prinsip ini mengemukakan bahwa anak sebagai manusia mengikuti

pola umum yang sama dalam perkembangannya. Prinsip ini mempunyai

beberepa implikasi dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu sebagai berikut:

a. Pada umumnya pendidikan dapat dilaksanakan secara klasikal terhadap

remaja yang berumur kronologis sama.

Page 35: MAKALAH KELOMPOK (1)

b. Dapat dilaksanakan keseragaman pendidikan untuk anak tingkat umur

kronologis tertentu.

c. Dapat disediakan alat-alat permainan tertentu yang dapat digunakan

dari generasi ke generasi berikutnya untuk anak sebaya.

5. Prinsip kontinuitas

Menurut prinsip kontinuitas, perkembangan berlangsung secara terus

menerus dan berkesinambungan. Perkembangan pada periode awal

mempengaruhi pencapaian perkembangan periode berikutnya. Jika pada

periode awal dapat dicapai dengan sempurna maka periode berikutnya

dapat diselesaikan dengan baik. Pada prinsip ini periode awal menentukan

hasil pada periode selanjutnya.

2. Perkembangan Remaja

a) Dimensi/ Aspek perkembangan

Ada 8 aspek perkembangan manusia di antaranya:

perkembangan fisik (kinestetik), perkembangan intelegensi,

perkembangan  emosi, perkembangan bahasa, perkembangan

psikososial, perkembangan kepribadian, perkembangan moral, dan

perkembangan beragama. Kedelapan aspek perkembangan tersebut

memiliki keterkaitan dan hubungan yang saling mempengaruhi

apabila salah satu atau beberapa aspek-aspek itu tidak dimiliki

manusia maka hasilnya kurang maksimal.

b) Faktor perkembangan

1. Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada

tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik.

Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan

berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ

seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari

tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi

tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan

Page 36: MAKALAH KELOMPOK (1)

fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan

kemampuan kognitif.

Pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna pada saat

masa puber berakhir dan juga belum sepenuhnya sempurna pada

akhir masa awal remaja. Terdapat penurunan dalam laju

pertumbuhan dan perkembangan internal lebuh menonjol dari

pada perkembangan eksternal. Hal ini tidak mudah diamati dan

diketahui sebagaimana halnya pertumbuhan tinggi dan berat tubuh

atau seperti perkembangan ciri-ciri seks skunder.

2. Motorik

Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor

yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara

keseluruhan.Kecakapan motorik yaitu kemampuan melakuakan

koordinasi kerja system syaraf motorik yang menimbulkan reaksi

dalam bentuk gerakan-gerakan atau kegiatan secara tepat, sesuai

antara rangsangan dan responnya.Dalam perkembangan masa

remaja, perkembangan aspek motorik bukanlah aspek yang

mengalami banyak perubahan, atau tidak terlihat ciri-ciri yang

menonjol. Sebagaimana pertumbuhan internal lebih menonjol

pada pribadi remaja dibandingkan dengan pertumbuhan eksternal,

perkembangan fisik, emosi dan sosial pun pada masa ini jauh

lebih menonjol dibandingkan dengan perkembangan motoriknya.

3. Kognitif

Kemampuan berfikir pada usia remaja disebabkan oleh

meningkatnya ketersediaan sumberdaya kognitif. Peningkatan ini

disebabkan oleh automaticity atau kecepatan pemrosesan,

pengetahuan lintas bidang yang makin luas, meningkatnya

kemampuan dalam menggabungkan informasi abstrak dan

menggunakan argumen-argumen logisserta makin banyaknya

strategi yang dimiliki dalam mendapatkan dan menggunakan

informasi.

Page 37: MAKALAH KELOMPOK (1)

4. Bahasa

Dapat diidentifikasi faktor perkembangan bahasa yakni

faktor kognisi, pola komunikasi dalam keluarga, jumlah anak atau

anggota keluarga, posisi anak dalam keluarga, kedwibahasaan.

Kognisi menurut kamus bahasa Indonesia adalah kegiatan

memperoleh pengetahuan melalui pengalaman

sendiri(kemampuan berfikir seseorang). Tinggi rendahnya

kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat

lambatnya perkembangan bahasa individu.

Pola komunikasi dalam keluarga yakni jika dalam suatu

keluarga memiliki pola komunikasi yang banyak arah atau

interaksinya relative demokratis akan mempercepat

perkembangan bahasa anggota keluarganya dibandingkan yang

menerapkan pola komunikasi yang sebaliknya.

Suatu keluarga yamg memiliki banyak anak atau banyak

anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat

dibandingkan dengan anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga

lain selain keluarga inti. Hal ini dikarenakan terjadi komunikasi

yang bervariasi.

Kemudian posisi anak dalam keluarga yakni anak yang

dilahirkan ditengah lebih cepar perkembangan bahasanya

dibandingkan dengan si sulung atau si bungsu. Hal ini desebabkan

karena si sulung atau si bungsu hanya berkomunikasi 1 arah,

maksudnya dalah jika sisulung hanya berkomunikasi kebawah (ke

adik-adiknya) dan si bungsu hanya berkomunikasi ke atas(dengan

kakaknya), namun tidak bagi yang ada ditengah, ia dapat

berkomunikasi keatas maupun kebawah(kakak dan adiknya).

Terkait kedwibahasaan (bilingualism)yakni anak yang

dibesarkan dikeluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu

akan lebih cepat perkembangan bahasnya dibandingak dengan

yang dikeluarganya hanya menggunakan satu bahasa saja, hal ini

Page 38: MAKALAH KELOMPOK (1)

karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi.

Sebagai contoh didalam rumah ia menggunakan bahasa Madura

dan diluar rumah menggunakan bahasa Indonesia

5. Emosi

Pada tingkat emosional pada masa remaja dianggap sebagai

periode “badai dan tekanan”, suatu masa di mana ketegangan

emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.

Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang

tidak stabil dan penuh gejolak.Pada masa ini mood (suasana hati)

bisa berubah dengan sangat cepat. Seorang remaja dikatakan

emosinya telah mencapai kematangan ketika dia memahami waktu

dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan

cara-cara yang efektif, dan dapat mengontrol emosinya di hadapan

orang lain.

Oleh karena itu semua orang dewasa yang ada di sekitar

remaja harus dapat mengawasi dan membimbing remaja agar dapat

memiliki psikososial dan emosi yang sehat.

6. Sosial / interaksi dengan lingkungan

Perkembangan identitas pada masa remaja menjadi

landasan bagi perkembangan psikososial dan relasi interpersonal

pada masa dewasa. Karena kehidupan atau perilaku remaja sangat

berperan penting pada masa dewasa seseorang. Hal-hal yang dapat

mempengaruhi perkembangan psikososial remaja adalah

perkembangan idividuasi dan identitas , hubungannya dengan

orang tua, hubungannya dengan teman sebaya, perkembangan

seksualitas, perkembangan proaktivitas dan kemampuan resiliensi.

Perubahan-perubahan fisik, kognitif dan sosial yang terjadi

dalam perkembangan remaja mempunyai pengaruh besar terhadap

hubungan dengan lingkungan. Salah satunya dengan orang tua,

keterikatan dengan orang tua selama masa remaja dapat berfungsi

adaptif, menyediakan landasan yang kokoh dimana remaja dapat

Page 39: MAKALAH KELOMPOK (1)

menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dan suatu

dunia sosial yang luas dengan cara-cara yang sehat secara

psikologis.

3. Pembelajaran

Dimensi belajar ini terdiri atas lima tipe berpikir yang bersifat

interaktif, yaitu sikap dan persepsi positif terhadap belajar, pemerolehan

dan pengitegrasian pengetahuan, perluasan dan penghalusan pengetahuan,

penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan kebiasaan berpikir

produktif. Dimensi belajar dalam Adi Rahmat pertama kali diperkenalkan

oleh Robert J Marzano tahun 1992 dalam bukunya yang berjudul A

different kind of classroom. Ada 5 dimensi belajar yaitu :

a. Mengembangkan Sikap dan Persepsi Positif.

Mudah untuk dipahami bahwa sikap dan persepsi si belajar sangat

mempengaruhi proses belajar. Sikap dapat mempengaruhi belajar

secara positif, sehingga belajar menjadi mudah, sebaliknya sikap juga

dapat membuat belajar menjadi sangat sulit. Ada dua kategori sikap

dan persepsi yang mempengaruhi belajar:

a) sikap dan persepsi tentang iklim (suasana) belajar,

b) sikap dan persepsi terhadap tugas-tugas kelas.

Guru yang efektif memberikan penguatan terhadap kedua kategori itu

dengan teknik yang jelas dan sesuai.Guru seyogyanya membantu

menumbuhkan sikap dan persepsi siswa yang positif terhadap iklim

belajar dengan menekankan aspek-aspek internal siswa (suasana

mental yang kondusif) daripada aspek-aspek eksternal. Guru dapat

membantu menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap

Page 40: MAKALAH KELOMPOK (1)

tugas-tugas kelas dengan cara memberikan pemahaman akan nilai

tugas, kejelasan tugas, dan kejelasan sumber.

b. Belajar untuk Pemerolehan dan Pengintegrasian Pengetahuan

Ahli psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses interaksi

yang tinggi dalam membangun makna secara personal dari informasi

yang diperoleh dengan pengetahuan yang sudah ada menjadi

pengetahuan baru. Menerima pengetahuan melibatkan proses interaksi

antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingin dipelajari, dan

setelah itu mengintegrasikan informasi tersebut menjadi langkah-

langkah sederhana yang mudah digunakan.

Menurut E.D. Gagne (1985), pengetahuan dapat dikategorikan menjadi

dua, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Banyak

ahli yakin bahwa pemerolehan tipe pengetahuan yang berbeda

memerlukan proses yang berbeda pula.

c. Perluasan dan Penghalusan Pengetahuan

Pada dimensi ini aspek-aspek belajar melibatkan pengujian apa yang

diketahui agar mencapai tingkat yang lebih dalam dan analitis.

Kegiatan memperluas dan memperhalus pengetahuan ini dilakukan

dengan:

a) comparing (identifikasi dan artikulasi hal-hal atau benda-benda

yang mirip dan berbeda),

b) classifying (pengelompokan jenis-jenis benda ke dalam kategori

berdasarkan atribut dasarnya),

c) inducing (pendugaan prinsip-prinsip atau generalisasi yang belum

diketahui dari observasi atau analisis),

d) deducing (pendugaan kondisi yang belum ternyatakan dari prinsip-

prinsip atau generalisasi tertentu),

e) analyzing error (identifikasi dan artikulasi kesalahan di dalam

pikiran sendiri maupun orang lain),

Page 41: MAKALAH KELOMPOK (1)

f) constructing support (pengkostruksian sistem dukungan kebenaran

atau bukti untuk suatu pernyataan yang tegas),

g) abstracting (identifikasi dan artikulasi tema penting atau pola

umum suatu informasi), dan

h) analyzing perspetive (identifikasi dan artikulasi perspektif personal

tentang berbagai macam isu).

d. Belajar Menggunakan Pengetahuan secara Bermakna.

Pada umumnya kita belajar dengan baik jika pengetahuan yang kita

pelajari itu diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Keberadaan

tujuan umum akan dicapai dengan cara-cara umum di mana kita

menggunakan pengetahuan itu secara bermakna. Cara guru membantu

siswa agar dapat menggunakan pengetahuan secara bermakna

dilakukan dengan:

a) Decision making, yaitu suatu proses menjawab pertanyaan .

b) Investigation; ada tiga tipe dasar investigasi, yakni definitional

investigation yang meliputi pemerolehan jawaban atas pertanyaan,

historical investigation meliputi pemerolehan jawaban atas

pertanyaan, dan projective investigation yang meliputi

pemerolehan jawaban atas pertanyaan.

c) Experimental inquiry, yaitu proses memperoleh jawaban atas

pertanyaan

d) Problem solving, yaitu menjawab pertanyaan

e) Invention, yaitu proses penciptaan sesuatu untuk memenuhi

kebutuhan;

e. Mengembangkan Kebiasaan Berpikir Produktif.

Dimensi ini menumbuhkan kebiasaan mental untuk dapat berpikir

secara produktif yang ditandai dengan:

a) self-regulated thinking and learning, yakni kebiasaan mengetahui

apa yang sedang dipikirkannya, tindakan yang terencana,

mengetahui sumber-sumber yang penting, sensitif terhadap umpan

balik, dan evaluatif terhadap keefektifan tindakan;

Page 42: MAKALAH KELOMPOK (1)

b) critical thinking and learning, yang dicirikan oleh tindakan yang

cermat, jelas, terbuka, bisa mengendalikan diri, sensitif terhadap

tingkat pengetahuan; dan

c) creative thinking and learning, yang ditandai oleh semangat tinggi,

berusaha sebatas kemampuan, percaya diri, teguh, dan

menciptakan hal-hal atau cara-cara baru.

Cara membantu siswa mengembangkan dan memelihara kebiasaan

berpikir produktif adalah dilakukan dengan: menumbuhkan sikap

kebiasaan berpikir produktif, kebiasaan berpikir yang diantarkan

dengan mengintegrasikan ke dalam tugas-tugas di kelas.

a) Aspek – aspek Pembelajaran

Aspek-aspek yang terlibat dalam pembelajaran yang meliputi

a. sikap guru,

b. bahan pelajaran,

c. media pembelajaran dan

d. hasil belajar siswa dalam belajar.

Sikap atau tingkah laku guru dijadikan model oleh siswa-siswanya. Para

siswa meniru sikap atau tingkah laku guru, yang baik maupun yang buruk.

Gaya guru dalam memberi pelajaran juga mempengaruhi suasana kelas

dan kegiatan siswa dalam belajar. Ada beberapa aspek dari hasil belajar

yaitu

a. Kognitif

b. Psikomotorik

c. Afektif

Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris, maka ranah kognitif

paling banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran di sekolah. Hal

ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar aspek pengetahuan termasuk

tingkat kognitif yang paling rendah, meliputi pengetahuan faktual dan

Page 43: MAKALAH KELOMPOK (1)

pengetahuan hafalan atau untuk diingat. Namun, tipe hasil belajar

pengetahuan menjadi prasarat bagi pemahaman.

Aspek hasil belajar pemahaman meliputi tiga katagori, yakni 1)

pemahaman terjemahan, 2) pemahaman penafsiran, dan 3) pemahaman

ekstrapolasi. Pemahaman terjemahan menyangkut terjemahan atau arti dari

suatu konsep. Pemahaman penafsiran, menyangkut kemampuan

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan pengetahuan berikutnya,

atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, atau

membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok. Sedangkan

pemahaman ekstrapolasi menyangkut kemampuan melihat dibalik yang

tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuesi atau dapat

memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun

masalahnya.

b) Faktor – faktor Pembelajaran

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran.

Menurut Rasyad (2003: 103) faktor-faktor itu adalah sebagai berikut.

a. Faktor endogen, antara lain seperti minat belajar, kesehatan, perhatian,

ketenangan jiwa sewaktu belajar, motivasi, kegairahan diri, cita-cita,

kebugaran jasmani, kepekaan alat-alat indra dalam belajar. Dengan kata

lain alat-alat indra berfungsi dengan baik atau sebaliknya seperti mata

sakit, pendengarannya terganggu dan lain-lain.

b. Faktor eksogen yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik

antara lain seperti keadaan lingkungan belajar (suasana kelas), cuaca, letak

sekolah ( di tempat yang ramai/tidak), faktor interaksi sosial dengan teman

sebangku, interaksi peserta didik dengan pendidiknya.

Muhibbin Syah (2001: 130) menyebutkan, bahwa secara global faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam,

yakni sebagai berikut.

Page 44: MAKALAH KELOMPOK (1)

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani

dan rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya keberhasilan belajar siswa

dipengaruhi oleh dua jenis faktor, yaitu dari dalam dan dari luar. Kedua faktor

tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Positif, artinya mendukung

keberhasilan belajar. Sedangkan negatif, artinya menghambat keberhasilan

belajar.

Page 45: MAKALAH KELOMPOK (1)

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. B. (1973). Adolescent Development. Tokyo : McGraw Hill Inc.

Supriatna, M. (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

Muhibbin Syah, (2001). Psikologi belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Rasyad, A. (2003). Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.

Rahmat, Adi, (2007), lerning dimension Based teaching, Balitbang : Depdiknas

Admin, (2012), Aspek hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik,

(Online) tersedia : http://elearning.milaulas.com/mod/page/view.php?id=23

(16 September 2012).

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Caesar, Arihdya. (2010). Resume perkembangan kognitif dan bahasa pada masa

remaja. [online]. Tersedia di:http://arihdyacaesar.wordpress.com/.../resume

perkembangan-kognitif-dan-bahasa-masa-remaja/ -Tembolok.[12 Maret

2011]

Ahmad, Haris. (2010). Perkembangan Kognitif Remaja. [online]. Tersedia di:

http://harisahmad.blogspot.com/.../perkembangan-kognitif-remaja.html.

Page 46: MAKALAH KELOMPOK (1)

Tembolok. [12 Maret 2011].

KONSEP-KONSEP DASAR BIMBINGAN BELAJAR REMAJA

Tugas Kelompok

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Belajar remaja yang diampu oleh dosen Dr. Suherman, M.Pd.

Oleh

Langgeng wening Puji 1001465

Intan ayu Anjarwati 1002931

Lilis Rani Nur’aeni 1004566

Mira Dwi Rahayu 1005656

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

Page 47: MAKALAH KELOMPOK (1)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012