MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
Transcript of MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
1/55
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
2/55
2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa :
Kami mempunyai salinan dari makalah ini yang bisa kami serahkan ulang jika
makalah yang di kumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri (kelompok 1) dan bukan karya orang
lain kecuali yang telah kami tuliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun
yang membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Bangkalan,
Penulis,
Kelompok 1
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
3/55
3
LEMBAR PENILAIAN
MAKALAH DAN PRESENTASI KELOMPOK
FORMAT PENIALAIAN MAKALAH (50 %)
No Aspek yang
dinilai
Kriteria Penilaian Nilai
max
1. Pendahuluan a.Menjelaskan topik,tujuan dan deskripsi
singkat makalah
b.Spesifik
0-5
2. Isi dan
kesimpulan
Laporan lengkap 0-20
3. Daftar
pustaka
a.Menggunakan aturanpenulisan daftar
pustaka yang baik dan
benar
b.Jumlah minimalreferensi: buku (3),
internet (5) dan jurnal
(1)
4. Penulisan
makalah
a. Jumlah halaman min.10 (bab 1-penutup)
b.Penulisan bahasaIndonesia yang baik
dan benar termasuk
tanda bacac.Logo (5x5 cm)d.Penggunaan Theme
font times new roman
font 12 spasi 1,5
e.Kertas A4 minimal 70gram
f. Teknik mengutip dari
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
4/55
4
referensi
g.Kelengkapan formpenilaian (wajib ada)
5. Proses
Konsultasi
a.Keaktifan konsultasib.Kemampuan diskusi
(responsive dan
analisis)
0-10
NILAI TOTAL (max 50)
KOMENTAR FASILITATOR
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.............................................................................................................................
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
5/55
5
PRESENTASI KELOMPOK (maksimal 50)
NO ASPEK
YANG
DINILAI
Nilai
1. Kemampuan
mengemukakan
intisari
makalah
0-10
2. Kemampuan
menggunakan
media dan IT
0-10
3. Kemampuan
berdiskusi
(responsif,
analisis)
0-30
NILAI TOTAL
Nb: Untuk nilai presentasi kelompok, jika tidak hadir maka otomatis 0. Jika
ingin menambah nilai, ada penugasan dari pengempu dengan nilai maksimal 20
(menghadap wajib h+1)
Soft Skill yang dinilai selama diskusi : teamwork, komunikasi
Komentar fasilitator:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
6/55
6
Penilaian mahasiswa lain/audien (maksimal 100)
POINT
PENILAIAN
ASPEK YANG
DINILAI
Selama proses
diskusi (nilai
65-100)
Aktif bertanyaAktif memberikan
pendapat
Inovatif dan kreatifdalam memberikan
pendapat
Kamampuananalitik dalam
mangajukan
pertanyaan dan
memberikan solusi
Mahasiswa yang tidak hadir:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kriteria penilaian
a. Mahasiswa yang bertanya/memberikan pendapat/menyimpulkan penilaiansama seperti di atas
b. Mahasiswa hadir tapi tidak bertanya/memberikan pendapat/menyimpulkan,penilaian 60
c. Mahasiswa tidak hadir (nilai otomatis 0), kalau menginginkan nilai tambahanmenghadap pengempu, h+1, nilai maksimal 56
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
7/55
7
DAFTAR ISI
Halaman judul ................................................................................................ i
Lembar Pernyatan ......................................................................................... 2
Lembar Penilaian ........................................................................................... 3-6
Daftar Isi ......................................................................................................... 7
Bab I Pendahuluan ...................................................................................... 8-9
Bab II Pembahasan ....................................................................................... 11
Bab III Asuhan keperawatan ....................................................................... 32
Bab VI Kesimpulan dan saran....................................................................... 52
Daftar Pustaka ................................................................................................ 55
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
8/55
8
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakangHydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu
hydrocephalus dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan
teknologi yang semakin berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin
meningkat pula yang pada akhirnya menjadi faktor penyebab suatu penyakit, yang
mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang
dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini
secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan
hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang
sangat memerlukan pelayanan keperawatan yang khusus.
Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam
ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi
yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun
banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa
terjadi pada orang dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih
jelas sehingga lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi
ubun-ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat
dikompensasi dengan melebarnya tulang- tulang tengkorak. Sedang pada orang
dewasa tulang tengkorak tidak mampu lagi melebar.
Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan
50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-
kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan
distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup
akan menjadi masalah pediatri sosial.
Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada
anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan
kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital
dan resiko terjadi dekubitus.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
9/55
9
Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan
menanggulangi masalah hidrosefalus dengan student center learning berupa
pembuatan makalah dan diskusi antar teman di kelas.
1.2 Rumusan masalah
1.1.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi kepala?1.1.2 Apa pengertian dari hidrosefalus?1.1.3 Apa etiologi dari hidrosefalus ?1.1.4 Sebutkan klasifikasi dari hidrosefalus ?1.1.5 Bagaimana patofisiologi dari hidrosefalus ?1.1.6 Apa saja manifestasi klinis pasien yang mengalami hidrosefalus ?1.1.7 Bagaimana evaluasi diagnostik pada pasien hidrosefalus ?1.1.8 Bagaimana penatalaksanaan pada hidrosefalus ?1.1.9 Bagaimana komplikasi yang timbul pada pasien hidrosefalus?1.1.10 Bagaimana prognosis pada hidrosefalus?1.1.11 Bagaimana pencegahan primer, sekunder dan tersier yang harus
dilakukan pada pasien hidrosefalus ?
1.1.12 Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien yangmengalami hidrosefalus ?
1.3Tujuan1.3.1Tujuan umum
Menjelaskan tentang apa itu hidrosefalus dan bagaimana asuhan
keperawatan yang harus dilakukannya
1.3.2Tujuan khusus1.3.3 Menjelaskan anatomi dan fisiologi kepala1.3.4 Menjelaskan tentang hidrosefalus1.3.5 Menjelaskan etiologi dari hidrosefalus1.3.6 Menjelaskan klasifikasi dari hidrosefalus1.3.7 Menjelaskan patofisiologi dari hidrosefalus
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
10/55
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
11/55
11
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Kepala (Menurut Maulana, 2010)A.Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit,
connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika,
loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium.
B.Tulang tengkorakTulang tengkorak terdiri dari kubah
(kalvaria) dan basis kranii. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu
frontal, parietal, temporal dan oksipital.
Kalvaria khususnya diregio temporal
adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot
temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar
otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar
dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat
temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan
serebelum.
C.MeningenSelaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan
yaitu :
1.Dura mater (luar)
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan lapisan mpotensial (ruang subdura) yang terletak antara
dura mater dan arachnoid, dimana sering
dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera
otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan
pada permukaan otak menuju sinus sagitalis
superior di garis tengah atau disebut Bridging
Veins, dapat mengalami robekan dan
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
12/55
12
menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan darah
vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat
mengakibatkan perdarahan hebat.
Arteri-arteri meningeal terletak antara dura mater dan permukaan dalam dari
kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan
laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling
sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa
temporalis (fosa media).
2. Selaput Arakhnoid (tengah)Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang.
Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah
luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang
potensial, disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid
yang terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid umumnya
disebabkan akibat cedera kepala.
a) Ruang subaraknoid memisahkan lapisan arakhnoid dari pia mater danmengandung cairan serebrospinalis, pembuluh darah, serta jaringan penghubung
seperti selaput yang memepertahankan posisi arakhnoid piamater di bawahnya.
b) Berkas kecil jaringan arakhnoid. Vili arakhnoid, menonjol ke dalam sinusvena (dural) dura mater.
3. Pia mater (dalam)Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Pia mater adalah
membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masukkedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan
menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak
juga diliputi oleh pia mater.
D.OtakOtak merupakan suatu struktur
gelatin yang mana berat pada orang
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
13/55
13
dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon (otak
depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan
rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan
serebellum.
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan
dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal
berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal
mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggungjawab dalam proses
penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular
yang berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada medula oblongata
terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi
koordinasi dan keseimbangan.
E.Cairan serebrospinalisCairan serebrospinal (CSS)
dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam.
Pleksus koroid adalah jaring-jaring
kapiler berbentuk bungan kol yang
menonjol dari piamater ke dalam dua ventrikel
otak. CSS mengalir dari ventrikel lateral
melalui foramen monro menuju ventrikel III,
akuaduktus dari sylvius menuju ventrikel IV.
CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena
melalui granulasio arakhnoid yang terdapat
pada sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat
granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan
kenaikan takanan intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa
volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.
Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari
system ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subaraknoid yang
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
14/55
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
15/55
15
waktu. Keadaan normal dari TIK bergantung pada posisi pasien dan berkisar 15
mmHg. Ruang cranial yang kalau berisi jaringan otak (1400 gr), Darah (75 ml),
cairan cerebrospiral (75 ml), terhadap 2 tekanan pada 3 komponen ini selalu
berhubungan dengan keadaan keseimbangan Hipotesa Monro Kellie
menyatakan : Karena keterbatasan ruang ini untuk ekspansi di dalam tengkorak,
adanya peningkatan salah 1 dari komponen ini menyebabkan perubahan pada
volume darah cerebral tanpa adanya perubahan, TIK akan naik.
Peningkatan TIK yang cukup tinggi, menyebabkan turunnya batang otak
(Herniasi batang otak) yang berakibat kematian.
I. Ventrikel otak
Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah
ventrikel lateral, ventrikel III dan
ventrikel IV. Ventrikel lateral terdapat
di bagian dalam serebrum, masing-
masing ventrikel terdiri dari 5 bagian
yaitu kornu anterior, kornu posterior,
kornu inferior, badan dan atrium.
Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di garis tengah yang berbentuk corong
unilokuler, letaknya di tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian korpus
unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan otak tengah
dan diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding hipothalanus. Disebelah
anteropeoterior berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus sylvii.
Ventrikel IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah
ventral serebrum dan dorsal dari pons dan medula oblongata.
Fisiologi Kepala
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial,
cairan secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang
dewasa dalam posisi terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari
lumbal pungsi yaitu 410 mmHg. Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak
dan menyebabkan atau memperberat iskemia. Prognosis yang buruk terjadi pada
penderita dengan TIK lebih dari 20 mmHg, terutama bila menetap.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
16/55
16
Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus
bertambah sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan
darah intravaskuler mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan
meningkat. Sebuah konsep sederhana dapat menerangkan tentang dinamika TIK.
Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus selalu konstan, konsep
ini dikenal dengan Doktrin Monro-Kellie.
Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16%
dari cardiac output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup. Aliran
darah otak (ADO) normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per
100 gram jaringan otak per menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar tergantung
pada usainya. ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam pertama sejak cedera
pada keadaan cedera otak berat dan koma. ADO akan meningkat dalam 2-3 hari
berikutnya, tetapi pada penderita yang tetap koma ADO tetap di bawah normal
sampai beberapa hari atau minggu setelah cedera. Mempertahankan tekanan
perfusi otak/TPO (MAP-TIK) pada level 60-70 mmHg sangat direkomendasikan
untuk meningkatkan ADO.
2.2 Pengertian HidrosefalusHidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro"
yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering
dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran
cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan
cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di
sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkanbertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS. Harus di bedakan dengan pengumpulan cairan lokal tanpa
tekanan intrakranial yang meninggi seperti pada kista porensefali atau pelebaran
ruangan CSS akibat tertimbunnya CSS yang menempati ruangan sesudah
terjadinya atrofi otak ( Ngastiyah, 1997).
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
17/55
17
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinalis secara
berlebihan di dalam rongga ventrikulus otak, paling sering terjadi pada neonatus.
Keadaan ini juga dapat ditemukan pada dewasa sebagai akibat cedera atau
penyakit. Pasda bayi, hidrosefalus membuat kepala membesar dan pada bayi
maupun dewasa, kompresi yang ditimbulkan dapat merusak jaringan otak (Mayer,
2003).
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang
tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem
Ventricular. Ketika produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan
cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008).
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai
akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut
menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
ubun (DeVito EE et al, 2007:328).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang dapat
mengakibatkan gangguan dari cairan serebrospinal yang berubah menjadi banyak,
disebabkan oleh karena obstruksi aliran cairan serebrospinal, gangguan produksi
dan atau produksi cairan serebrospinal yang berlebihan (Aziz, 2006)
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan diruang yang secara normal terdapat
dalam otak, hidrosefalus terjadi apabila produksi cairan otak tidak seimbang
dengan penyerapannya sehingga cairan otak terbendung, sistem ventrikel akan
melebar, dan tekanan dalam rongga kepala akan meningkat (Arif, 2000)
2.3
EtiologiCairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam
ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang
subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan
perlindungan serta nutrisi (Cristine Brooker : The Nurses Pocket Dictionary).
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke
dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
18/55
18
dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa
normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml,
neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam
ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005).
Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke
ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke
ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang
subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan
gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32)
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS)
pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel
dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi
dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis pembentukan
CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan
menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah
1) Kelainan Bawaan (Kongenital)
1.Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%).
Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal,
yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir
atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
2.Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindromArnould-Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan
cerebellum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi
penyumbatan sebagian atau total.
3.Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan
hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV,
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
19/55
19
yang dapat sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu kista yang besar di
daerah fosa pascaerior.
4. Kista araknoid
Dapat terjadi kongenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
5. AnomaliPembuluh Darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus akibat aneurisma
arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni sinus
transverses dengan akibat obstruksi akuaduktus.
2) InfeksiAkibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi
obliterasi/buntu ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut
meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik
eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis. Hidrosefalus banyak
terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa
minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis
terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
20/55
20
daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama
terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis,
sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.
3) Neoplasma (tumor)
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan
apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan
mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan
ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari
serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
2.4Klasifikasi(Menurut Zulkarnain, 2011)
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan
dengannya, berdasarkan :
1. Gambaran klinisDikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus
tersembunyi (occult hydrocephalus). Hidrosefalus yang tampak jelas dengan
tanda-tanda klinis yang khas disebut hidrosefalus yang manifest. Sementara itu,
hidrosefalus dengan ukuran kepala yang normal disebut sebagai hidrosefalus yang
tersembuni.2. Waktu pembentukan
Dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita. Hidrosefalus
yang terjadi pada neonates atau yang berkembang selama intra uterin disebut
hidrosefalus congenital. Hidroseflaus yang terajdi karena cedera kpala selama
proses kelahiran disebut hidrosefalus infantile. Hidrosefalus akuisita adalah
hidrosefalus yang terjadi setelah masa neonates atau disebabkan oleh factor-faktor
lain setelah masa neonates (Harsono, 1996).
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
21/55
21
3. Proses terbentuknyaDikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik. Hidrosefalus akut
adalah hidrosefalus yang terjadi secara mendadak sebagai akibat obstruksi atau
gangguan absorpsi CSS (berlangsung dalam beberapa hari). Disebut hidrosefalus
kronik apabila perkembangan hidrosefalus terjadi setelah aliran CSS mengalami
obstruksi beberapa minggu (bulan-tahun). Dan diantar waktu tersebut disebut
hidrosefalus subakut.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus nonkomunikans.
5. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefaluseksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan
korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi
pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik
dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-
faktor yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif
lagi. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang
diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono,
2005)
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
1. KongenitalMerupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga :
Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan
intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
22/55
22
2. DidapatBayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak
dimana pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi
kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga
perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan
otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada
bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
1. Hydrocephalus komunikanApabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat
aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini
tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya
villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid
(klien memperkembangkan tanda dan gejalagejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid
untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan
karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala gejala
peningkatan ICP)
2. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga
menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada
hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk
hidrosefalus non komunikan.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
23/55
23
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah
bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang
berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau
diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa
dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau
bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system
ventricular. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anakanak
dibawah usia 1218 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim,
tandatanda dan gejalagejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang
garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan
pembesaran kepala.
3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi
jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya
normal, gejalagejala dan tandatanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait,
incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage
serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 6070
tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.
2.5 PatofisiologiBanyak yang menjadi penyebab hidrosefalus antara lain kelainan
bawaan/kongenital, infeksi, neuplasma, dan perdarahan. Jika terdapat obstruksi
pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebri
melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengerut dan menyobek garisependimal. Substansia alba di bawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis. Pada substansia grisea terdapat pemeliharaan yang
bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran,
substansia grisea tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan
proses yang tiba-tiba(akut) dan dapat juga selektif bergantung pada kedudukan
penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus kegawatan. Pada bayi dan anak
kecil, sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
24/55
24
massa cranial. Jika Fontanela anterior tidak tertutup, maka fontanel ini tidak akan
berkembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaduktus menyebabkan
titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan
kepala berbentuk khas, yaitu dahi tampak menonjol secara dominan (dominan
frontal blow). Sindrom dandy-Walker terjadi jika karena adanya obstruksi pada
foraminal di luar pada ventrikel IV. Ventrikel IV melebar dan fosa pascaerior
menonjol memenuhi sebagian besar ruang di bawah tentorium. Klien dengan tipe
hydrochepalus di atas akan mengalamai pembesaran cerebrum yang secara
simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Pada orang yang lebih
tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak,
akibatnya gejala peningkatan tekanan intracranial terjadi sebelum terjadi ventrikel
serebri menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorpsi dan sirkulasi CSS
adalah hydrocephalus tidak komplet. CSS melebihi kapasitas normal system
ventrikel setiap 6-8 jam dan tidak adanya absorpsi total akan menyebabkan
kematian. Ventrikular yang melebar menyebabkan sobeknya garis ependimal
normal, khusunya pada dinding rongga sehingga mengakibatkan peningkatan
absorpsi. Jika rute kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventricular lebih lanjut
maka akan terjadi keadaan kompensasi.
Dalam keadaan normal tekanan likuor berkisar 50-200 mm, praktis sama
dengan 50-200 mmH20. Ruang tengkorak bersama dura yang tidak elastis
merupakan suatu kotak tertutup yang berisikan jaringan otak dan medulla spinalis
sehingga volume otak total (kranio spinal) ditambah dengan volume darah dan
likuor merupakan angka tetap (hukum Monroe Kellie). Bila terdapat peningkatan
volume likuor akan menyebabkan peningkatan TIK. Keadaan ini terdapat pada
perubahan volume likuor, pelebaran dura, perubahan volume pembuluh darahterutama volume vena, perubahan jaringan otak (bagian putih otak berkurang pada
hidrosefalus obstruktif). Pada umumnya volume otak serta tekanan likuor berubah
oleh berbagai pengaruh sehingga volume darah selalu akan menyesuaikan diri
(Harsono, 1996).
Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi sebagai akibat dari 3 mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
25/55
25
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Sebagai konsekuesi dari 3 mekanisme di atas adalah peningakatan tekanan
intrakranial sebagia upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.
Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel masih belum dapat dipahami secara
terperinci, namun hal ini bukannlah hal yang sederhana sebagaimana akumulasi
akibat dari ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi. Mekanisme
terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda setiap saat
selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari:
1. Kompresi sistem serebro vaskuler
2. Redistribusi dari likuor serebro spinalis atau cairan ekstraseluler atau keduanya
di dalam sistem susunan saraf pusat.
3. Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak, gangguan
viskoelastisitas otak, kelainan turgor otak)
4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis (masih diperdebatkan)
5. Hilangnya jaringan otak
6. Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat adanya regangan
abnormal pada sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh karena
tumor pleksus khoroid (papiloma atau karsinoma). Adanya produksi yang
berlebihan akan menyebabkan TIK meningkat dalam mempertahankan
keseimbangan antara sekresi dan resorbsi likuor, sehingga akhirnya ventrikel akan
membesar. Ada pula beberapa laporan mengenai produksi likuor yang berlebihan
tanpa adanya tumor pada pleksus khoroid, disamping juga akibat hipervitaminosis
A.
Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasushidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran akan
meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan
resobrsi yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai 2
konsikuensi yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan
volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan intrakranial sampai batas
yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena
yang relatif tinggi.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
26/55
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
27/55
27
WOC Hidrosefalus
Kelainan
kongenital
Infeksi Neoplasma Perdarahan
1. Obstruksi salah satutempat pembentukan
(ventr.III/IV).
2. Obstruksi pada duktusrongga tengkorak.
3. Gangguan absorpsi LCS(Foramen Mondroe,
Luscha, dan Magendie).
Hydrocephalus
nonkomunikans
Radang
jaringan otak
Fibrosis
leptomeningens
pada daerah basal
otak
Obstruksi oleh
perdarahan
Jumlah cairan dalam
ruang sub araknoid
meningkat
Hydrocephalus
komunikans
1. Obstruksi tempatpembentukan/penyerapan
LCS.
2. Rangsangan produksi LCS.
Peningkatan jumlah cairan
serebrospinal
Peningkatan TIKPembesaran relatif kepala
Kesulitan bergerak
Kerusakan
mobilitas fisik
Penekanan
total
Gangguan
integritas kulit
Tingkatan pembedahan
Terpasang shunt
Adanya Port de
Entre dan benda
asing masuk ke
otak
Risiko infeksi
Herniasi falks
serebri dan ke
foramen
Kompresi
batang
otak
Gangguan
persepsi
sensori visual
Koma
Depresi
saraf
kardiovasku-
lar dan
erna asan
Penekanan
pada saraf
cranial II
Papil edema
Respons
inflamasi
Disfungsi persepsi
visual-spasial dan
kehilangan sensorik
Hipertermi
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
28/55
28
Kematian Koma
Penurunan
kesadaran
Kopingkeluarga
tidak efektif
Kerusakan
fungsi motorik
Defisit
perawatan diri
Otak semakin
tertekan ke
bagian bawah
pada batang
otak
Hipotalamus
semakin tertekan
Kejang
Resiko cedera
Mual,
muntah
Penurunan
BB
Kebutuhan
nutrisi : kurang
dari kebutuhan
tubuh
PK : Penurunan
kesadaranNyeri akut
Sakit
kepala
Kesadaran
menurun
Sarafsaraf pusat
akan semakin
tertekan
Perfusi jaringan
serebral tidak
efektif
Aliran darah
ke otak
Pembuluh
darah
tertekan
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
29/55
29
2.6 Manifestasi klinis (Menurut Mayer, 2003)
Pada bayi terdapat tanda dan gejala yang biasanya ditemukan mencakup :
1. Pembesaran kepala yang tidak proporsional dengan pertumbuhan bayi (tandakhas yang paling sering ditemukan ) akibat peningkatan volume cairan
serebrospinalis.
2. Distensi vena-vena kulit kepala akibat peningkatan tekanan cairanserebrospinalis.
3. Kulit kepala yang tampak tipis, mengkilat dan rapuh akibat peningkatantekanan cairan serebrospinalis.
4. Otot-otot leher yang tidak berkembang akibat peningkatan berat badan.5. Depresi atap orbita (atap orbita tertekan) disertai pergeseran bola mata ke
bawah dan sklera yang menonjol sebagai akibat peningkatan tekanan.
6. Tangisan yang melengking dan bernada tinggi, iritabilitas (rewel), serta tonusotot yang abnormal sebagai akibat kompresi saraf.
7. Muntah proyektil (muntah menyembur) akibat peningkatan tekananintrakranial.
8. Pelebaran tengkorak untuk mengakomodasi peningkatan tekanan.
Pada dewasa dan anak yang sudah besar, tanda- tanda yang menunjukkan
hidrosefalus meliputi :
1. Penurunan tingkat kesadaran akibat peningkatan tekanan intrakranial.2. Ataksia akibat kompresi pada daerah-daerah motorik.3. Inkontinensia (ketidakmampuan spinter untuk menahan urine)4. Gangguan intelektual.
(Menurut Endang, 2011)
Bayi:
Pada bayi, kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan gejala :
1. Kepala makin membesar2. Veba-vena kepala prominen3. Ubun-ubun melebar dan tegang4. Sutura melebar
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
30/55
30
5. Cracked-pot sign, yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau buahsemangka pada perkusi kepala
6. Perkembangan motorik terlambat7. Perkembangan mental terlambat8. Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (refleks lutut/akiles)9. Cerebral cry, yaitu tangisan pendek, bernada tinggi dan bergetar10. Nistagmus horisontal11. Sunset phenomena, yaitu bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan
penipisan tulang tulang supraorbita, sklera tampak di atas iris, sehingga iris
seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam.
Anak:
1. Bila sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan tekananintrakranial
2. Muntah proyektil3. Nyeri kepala4. Kejang5. Kesadaran menurun6. Papiledema7. Pada dewasa gejala yang paling sering dijumpai adalah nyeri kepala.
Sementara itu gangguan visus, gangguan motorik/berjalan, dan kejang terjadi
pada 1/3 kasus hidrosefalus pada usia dewasa. Pemeriksaan neurologik pada
umumnya tidak menunjukkan kelainan, kecuali adanya edema papil dan/atauadanya paralisis n.abdusens.
2.7 Evaluasi diagnostik
(Menurut Mayer, 2003)
1. Foto rontgen kranium memperlihatkan penipisan tulang tengkorak disertaipemisahan sutura dan pelebaran fontanel.
2. Angiografi memperlihatkan kelainan pembuluh darah yang disebabkan olehperegangan.
3. Pemeriksaan CT scan dan MRI menunjukkan variasi densitas jaringan dancairan di dalam sistem ventrikulus.
4. Pungsi lumbal mengungkapkan peningkatan tekanan cairan serebrospinalispada hidrosefalus komunikantes.
5. Ventrikulografi memperlihatkan dilatasi ventrikulus otak dengan cairanserebrospinalis yang berlebihan.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
31/55
31
(Menurut Zulkarnain, 2011)
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1) Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaransutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio
digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka darifoto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intrakranial.
2) Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3
menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor.
Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis
kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala
dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan
suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4) Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke
dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor
pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
32/55
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
33/55
28
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Mayer, 2003 :
Satu-satunya penanganan pada hidrosefalus adalah dengan koreksi melalui
pembedahan melalui pemasangan :
1. Ventriculoperitoneal shunt (VP shunt)Untuk mengangkut cairan serebrospinal yang berlebihan dari ventrikel
lateralis ke dalam kavum peritoneal.
2. Venriculoatrial shunt(pemasangan alat ini lebih jarang dilakukan )Untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari dari ventrikulus lateralis otak
ke dalam atrium kanan jantung agar cairan tersebut dapat mengalir sendiri ke
dalam peredaran darah vena.
Perawatan supportif juga harus dilakukan pada kasus ini.
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori live saving and live
sustaining yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan
dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan
dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis
dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal (Holter, 1992; Scott, 1995;Anthony JR, 1972)
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural (Rasohoff, 1954)
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi (Maston, 1951)
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
4. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui
kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan
pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang
dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak
dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
34/55
34
5. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu
selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah
perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit
hingga tidak terlihat dari luar.
6. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan
jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. VRIES (1978)
mengembangkan fiberoptik yang dilengkapi perawatan bedah mikro dengan
sinar laser sehingga pembedahan dapat dipantau melalui televisi.
7. Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.
Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) Mengurangi produksi CSS
b)Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :
1) Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.
2) Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A,
reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
35/55
35
malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar
ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
3) Operasi pemasangan pintas ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun
kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid
lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu
pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran
dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan
kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian
2.9 Komplikasi
Komplikasi hidrosefalus menurut Mayer, 2003 :
1. Retardasi mental2. Gangguan fungsi motorik3. Kehilangan penglihatan4. Herniasi otak5. Kematian akibat peningkatan tekanan intrakranial6. Infeksi7. Malnutrisi8. Infeksi pada shunt(sesudah pembedahan)9. Septikemia (sesudah pemasangan shunt)10.
Ileus paralitik, adhesi, peritonitis, dan perforasi usus (sesudah pemasanganshunt)
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. Kerusakan otak
4. Retardasi mental
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
36/55
36
5. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
6. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
7. Kerusakan jaringan saraf
8. Proses aliran darah terganggu
2.10 Prognosis
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada
atau tidaknya anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari
hidrosefalus yang bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata).
Prognosis hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak
dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan
meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi
yang bertahan memiliki kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf dan
penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa
bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan
motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih
buruk.
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan
neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan
meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh
karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus)
sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper,
2005).
Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi
sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi
mental ringan. Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut
jangka panjang dengan kelompok multidisipliner. (Darsono, 2005)
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
37/55
37
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Anamnesis : Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat
Keluhan utama:
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
bergantung seberapa jauh dampak dari hidrosefalus pada peningkatan tekanan
intracranial, meliputi muntah, gelisah nyeri kepala, letargi, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, dan kontriksi penglihatan perifer.
Riwayat penyakit sekarang:
Adanya riwayat infeksi (biasanya riwayat infeksi pada selaput otak dan
meningens) sebelumnya. Pengkajian yang didapat meliputi seorang anak
mengalami pembesaran kepala, tingkat kesadaran menurun (GCS
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
38/55
38
Pengkajian psikososiospritual :
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga (orang
tua) untuk menilai respon terhadap penyakit yang diderita dan perubahan peran
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengruhnya dalam kehidupan
sehari-hari. Baik dalam keluarga maupun masyarakata. Apakah ada dampak yang
timbul pada klien dan orang tua, yaitu timbul seperti ketakutan akan kecatatan,
rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal.
Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan
dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
Perspektif perawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah: keterbatasan yang
diakibatkan oleh deficit neurologis dalam hubungan dengan peran sosial klien dan
rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis
didalam system dukungan individu.
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Pada keadaan hidrosefalus umumnya mengalami penurunan kesadaran
(GCS
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
39/55
39
Auskultasi: bunyi nafas tambahan, seperti nafas berbunyi stridor, ronkhi pada
klien dengan adanya peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien hidrosefalus dengan penurunan
tingkat kessadaran.
B2 (Blood)
Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan dengan homeostasis tubuh
dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer. Nadi brakikardia
merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan otak. Kulit kelihatan pucat
merupakan tanda penurunan hemoglobin dalam darah. Hipotensi menunjukan
adanya perubaha perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari suatu syok. Pada
keadaan lain akibat dari trauma kepala akan merangsang pelepasan antideuretik
hormone yang berdampak pada kompensasi tubuh untuk melakukan retensi atau
pengeluaran garam dan air oleh tubulus. Mekanisme ini akan meningkatkan
konsentrasi elektroloit sehingga menimbulkan resiko gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit pada system kardiovaskuler.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap
disbanding pengkajian pada system yang lain. Hidrosefalus menyebabkan
berbagai deficit neurologis terutama disebabkan pengaruh peningkatan tekanan
intracranial akibat adanya peningkatan CSF dalam sirkulasi ventrikel.
Kepala terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan tubuh. Hal ini
diidentifikasi dengan mengukur lingkar kepala suboksipito bregmatikus
disbanding dengan lingkar dada dan angka normal pada usia yang sama. Selain itupengukuuran berkala lingkar kepala, yaitu untuk melihat pembesaran kepala yang
progresif dan lebih cepat dari normal. Ubun-ubun besar melebar atau tidak
menutup pada waktunya, teraba tegang atau menonjol, dahi tampak melebar atau
kulit kepala tampak menipis, tegang dan mengkilat dengan pelebaran vena kulit
kepala.
Satura tengkorak belum menutup dan teraba melebar. Didapatkan pula
cracked pot sign yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi kepala.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
40/55
40
Bola mata terdorong kebawah oleh tekanan dan penipisan tulang subraorbita.
Sclera tanpak diatas iris sehingga iris seakan-akan matahari yang akan terbenam
atau sunset sign.
Pengkajian tingkat kesadaran
Tingkat keterrjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indicator
paling sensitive untuk disfungsi system persarafan. Gejala khas pada hidrosefalus
tahap lanjut adalah adanya dimensia. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien
hidrosefalus biasanya berkisar pada tingkat latergi, stupor, semikomatosa sampai
koma.
Pengkajian fungi serebral, meliputi:
Status mental. Obresvasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah dan aktivitas motorik klien. Pada klien hidrosefalus tahap lanjut biasanya
status mental klien mengalami perubahan. Pada bayi dan anak-anak pemeriksaan
statuss mental tidak dilakukan.
Fungsi intelektual. Pada beberapa kedaan klien hidrosefalus didapatkan
penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Pada pengkajian anak, yaitu sering didapatkan penurunan dalam
perkembangan intelektual anak dibandingkan dengan perkembangan anak normal
sesuai tingkat usia.
Lobus frontal. Kerusakkan fungsi kognitif dan efek psikologik didapatkan jika
jumlah CSS yang tinggi mengakibatkan adanya kerusakan pada lobus frontal
kapasitas, memori atau kerusakan fungsi intelektual kortikal yamg lebih tinggi.
Disfungsi ini dapat ditunjukka pada lapang perhatian terbatas, kesulitan dalampemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang menyebabka klien ini menghadapi
masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka.pada klien bayi dan anak-
anak penilaian disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
41/55
41
Pengkajin saraf cranial, meliputi:
1. Saraf I (Olfaktori). Pada beberapa keaaan hidrosefalus menekan anatomi danfisiologis saraf ini klien akan mengalami kelainan pada fungsi penciuman/
anosmia lateral atau bilateral.
2. Saraf II (Optikus): pada anak yang agak besar mungkin terdapat edema pupilsaraf otak II pada pemeriksaan funduskopi.
3. Saraf III, IV dan VI (Okulomotoris, Troklearis, Abducens): tanda diniherniasi tertonium addalah midriasis yang tidak bereaksi pada penyinaran .
paralisis otot-otot ocular akan menyusul pada tahap berikutnya. Konvergensi
sedangkan alis mata atau bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas,.
Strabismus, nistagmus, atrofi optic sering di dapatkan pada nanak dengan
hidrosefalus.
4. Saraf V (Trigeminius):5. karena terjadinya paralisis saraf trigeminus, didapatkan penurunan
kemampuan koordinasi gerakan mengunyah atau menetek.
6. Saraf VII(facialis): persepsi pengecapan mengalami perubahan7. Saraf VIII (Akustikus): biasanya tidak didapatkan gangguan fungsi
pendengaran.
8. Saraf IX dan X( Glosofaringeus dan Vagus): kemampuan menelan kurangbaik, kesulitan membuka mulut
9. Saraf XI (Aksesorius): mobilitas kurang baik karena besarnya kepalamenghambat mobilitas leher klien
10. Saraf XII (Hipoglosus): Indra pengecapan mengalaami perubahan.
Pengkajian system motorik.Pada infeksi umum, didapatkan kelemahan umum karena kerusakan pusat
pengatur motorik.
Tonus otot. Didapatkan menurun sampai hilang
Kekuatan otot. Pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan otot
didapatkan penurunan kekuatan otot-otot ekstermitas.
Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena
kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam berjalan.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
42/55
42
Pengkajian refleks
Pemeriksaan reflex profunda, pengetukan pada tendon, ligamentum atau
periosteum derajat reflex pada respon normal. Pada tahap lanjut, hidrosefalus
yang mengganggu pusat refleks, maka akan didapatkan perubahan dari derajat
refleks. Pemeriksaan refleks patologis, pada fase akut refleks fisiologis sisi yang
lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul
kembali didahului dengan refleks patologis.
Pengkajian system sensorik.
Kehilangan sensori karena hidrosefalus dapat berupa kerusakan sentuhan
ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan
untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam
menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius.
B4 (Bledder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine, termasuk
berat jenis urine. Peningkatan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
terjadi akibat menurunya perfungsi pada ginjal. Pada hidrosefalus tahap lanjut
klien mungkin mengalami inkontensia urin karena konfusi, ketidak mampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidak mampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan system perkemihan karena
kerusakan control motorik dan postural. Kadang-kadang control sfingter urinarius
eksternal hilang atau steril. Inkontensia urine yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis luas.
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, serta
mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah akibat peningkatan
produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic usus. Adanya
kontensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakann neurologis luas.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
43/55
43
Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan peniaian ada tidaknya lesi pada
mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi.
Pemeriksaan bising usus untuk untuk menilai keberadaan dan kualitas bising usus
harus dikaji sebelum melakukan palpasi abdomen. Bising usus menurun atau
hilang dapat terjadi pada paralitik ileus dan peritonitis. Lakukan observasi bising
usus selama 2 menit. Penurunan motilitas usus dapat terjadi akibat tertelanya
udara yang berasal dari sekitar selang endotrakeal dan nastrakeal.
B6 (Bone)
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan fisik umum, pada bayi
disebabkan pembesaran kepala sehingga menggangu mobilitas fisik secara umum.
Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgon kulit. Adanya perubahan warna
kulit; warna kebiruaan menunjukkan adanya sianosis (ujung kuku,
ekstermitas,telingga, hidung, bibir dan membrane mukosa). Pucat pada wajah dan
membrane mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya kadar hemoglobinatau
syok. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanyadamam atau infeksi.
Integritas kulit untuk menilai adanya lesi dan dekubitus. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralisis/hemiplegia,
mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
Pemeriksaan diagnostic
CT scan (dengan atau tanpa kontras): mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan, ventrikuler dan perubahan jaringan otak.
MRI: digunakan sama denga CT scan dengan atau tanpa kontras radioaktif
Rongen kepala: mendeteksi perubahan struktur garis sutura.Pemeriksaan CSS dan Lumbal pungsi: dapat dilakukan jika diduga terjadi
perdarahan subarachoid. CSS dengan atau tanpa kuman dengan kultur yaitu
protein LCS normal atau menurun, leukosit meningkat/ tetap, dan glukosa
menurun atau tetap
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
44/55
44
Pengkajian Penatalaksanaan medis
1. Tirah baring total, bertujuan untuk mencegah resiko/gejala peningkatan TIK,
untuk mencegah resiko cedera dan mencegah gangguan neurologis
2. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
3. Pemberian obat-obatan
1)Deksametason sebagai pengobatan antiedema serebral, dosis sesuai beratringannya truma.
2)Pengobatan anti edema, larutan hipetonis, yaitu manitol 20% atau glukosa 40% atau gliserol 10%.
3)Antibiotika yang mengandung barier darah otak (penisilin) atau untuk infeksianaerob diberikan metronidazole.
4)Makanan atau cairan, jika muntah dapat diberikan cairan infuse dekstrosa 5%2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
5)Beberapa teknik pengobatan yang telah dikembangkan meliputi penurunanproduksi LCS dengan merusak sebagian fleksus (koroidalis).
Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial b.d peningkatan jumlah cairanserebrospinal.
2. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial.3. Hipertermi berhubungan dengan adanya respon inflamasi karena masuknya
bakteri ditandai dengan suhu tubuh pasien 390
C.
4. Resiko tinggi infeksi b.d portd entere organism sekunder akibat trauma.5. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan kejang6.
Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilitas, tidak adekuatnya sirkulasiperifer.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d muntah sekunderakibat kompresi serebral dan iritabilitas.
8. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan alirandarah ke otak ditandai dengan vena-vena di area cerebral melebar, sutura
melebar.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
45/55
45
9. Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan perubahan sensoripersepsi (penekanan cranial 2) ditandai dengan sunset phenomenon.
10. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan menginterpretasi informasi,tidak mengenal sumber-sumber informasi, ketegangan akibat krisis
situasional
Intervensi
1. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial b.d peningkatan jumlah cairanserebrospinal.
Tujuan: Setelah dilakukan atau diberikan asuhan keperawatan 1 x 24 jam klien
tidak mengalami peningkatan TIK.
Kriteria hasil : Kriteria hasil: Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan
muntah, GCS 4,5,6 tidak terdapat papil edema, TTV dalam batas normal.
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi ketat tanda-tandapeningkatan TIK
2. Tentukan skala coma3.
Hindari pemasangan infusdikepala
4. Hindari sedasi5. Jangan sekali-kali memijat atau
memopa shunt untuk memeriksa
fungsinya
6. Ajari keluarga mengenai tanda-tanda peningkatan TIK
1. Untuk mengetahui secara dinipeningkatan TIK
. Penurunan keasadaranmenandakan adanya peningkatanTIK
. Mencegah terjadi infeksi sistemik
. Karena tingkat kesadaranmerupakan indikator peningkatan
TIK
. Dapat mengakibatan sumbatansehingga terjdi nyeri kepala
karena peningkatan CSS atau
obtruksi pada ujung kateter
diperitonial
. Keluarga dapat berpatisipasidalam perawatan anak dengan
hidrosefalus
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
46/55
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
47/55
47
3. Hipertermi berhubungan dengan adanya respon inflamsi karena masuknya
bakteri ditandai dengan suhu tubuh pasien 390 C.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
hipertermi teratasi
Kriteria hasil : Suhu klien dalam batas normal (36,0-37,50)
INTERVENSI RASIONAL
1. Mandikan klien denganmenggunakan air hangat
2. Ciptakan lingkungan yangnyaman bayi klien
3. Sesuaikan temperatur ruangandengan kebutuhan klien
4. Berikan kompres hangat
1. Meningkatkan kenyamanan klien. Lingkungan yang nyaman akan
mampu meningkatkan perbaikan
status kesehatan klien.
. Menjaga suhu yang sesuai dalammeningkatkan perbaikan status
kesehatan klien.
. Menurunkan suhu tubuh kliensehingga dapat berada dalam
batas normal
4. Resiko tinggi infeksi b.d portd entere organism sekunder akibat trauma,
pemasangan drain/shunt
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam tidak terdapat tanda-
tanda infeksi
Kriteria hasil : TD dalam batas normal, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat
kemerahan
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda infeksi(letargi, nafsu makan menurun,
ketidakstabilan, perubahan
warna kulit)
2. Lakukan rawat luka3. Pantau asupan nutrisi4. Kolaborasi dalam pemberian
1. Mengetahui penyebab terjadinyainfeksi
. Mencegah timbulnya infeksi
. Asupan nutrisi dapat membantumenyembuhkan luka
. Antibiotik dapat mencegah
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
48/55
48
antibiotik timbulnya infeksi
5. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan kejang
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam Tidak terjadi peningkatan
TIK
Kriteria hasil :Tanda vital normal, pola nafas efektif, reflek cahaya positif, tidak
tejadi gangguan kesadaran, tidak muntah dan tidak kejang.
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi ketat tanda-tandapeningkatan TIK
2. Tentukan skala coma3. Hindari pemasangan infus
dikepala
4. Hindari sedasi5. Jangan sekali-kali memijat atau
memopa shunt untuk memeriksa
fungsinya6. Ajari keluarga mengenai tanda-
tanda peningkatan TIK
1. Untuk mengetahui secara dinipeningkatan TIK
. Penurunan keasadaranmenandakakan adanya
peningkatan TIK
. Mencegah terjadi infeksi sistemik
. Karena tingkat kesadaranmerupakan indikator peningkatan
TIK. Dapat mengakibatan sumbatan
sehingga terjadi nyeri kepala
karena peningkatan CSS atau
obtruksi pada ujung kateter
diperitonial
. Keluarga dapat berpatisipasidalam perawatan anak dengan
hidrosefalus
6. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilitas, tidak adekuatnya sirkulasi
perifer.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan klien
mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
49/55
49
INTERVENSI RASIONAL
1. Ubah posisi setiap 2 jam2. Observasi terhadap eritema,
kepucatan, dan palpasi area
sekitar terhadap kehangatan dan
pelunakan jaringan tiap
mengubah posisi
3. Jaga kebersihan kulit seminimalmungkin hindari trauma
terhadap panas terhadap kulit
4. Instruksikan pengunjung untukmencuci tangan saat memasuki
dan meninggalkan ruangan klien
5. Cuci tangan sebelum dansesudah setelah melakukan
perawatan kepada klien
1. Menghindari tekanan danmeningkatkan aliran darah
. Hangat dan pelunakan adalahtanda perusakan jaringan
. Mempertahankan keutuhan kulit
. Mencegah resiko infeksinosokomial
. Mencegah resiko infeksinosokomial
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d muntah sekunder
akibat kompresi serebral dan iritabilitas.
Tujuan : Setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan baik
Kriteria hasil : tidak terjadi penurunan berat badan sebesar 10% dari berat awal,
tidak adanya mual-muntah
INTERVENSI RASIONAL
1. Pertahankan kebersihan mulutdengan baik sebelum dan
sesudah mengunyah makana
2. Tawarkan makanan porsi keciltetapi sering untuk mengurangi
perasaan tegang pada lambung
1. Mulut yang tidak bersih dapatmempengaruhi rasa makanan dan
meninbulkan mual
. Makan dalam porsi kecil tetapisering dapat mengurangi beban
saluran pencernaan. Saluran
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
50/55
50
8. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d penurunan aliran darah ke otak
ditandai dengan vena-vena di area cerebral melebar, sutura melebar.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
perfusi jaringan serebral kembali efektif
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi pupil atau perubahantanda-tanda vital, penurunan
tingkat kesadaran dan/atau
fungsi motor
2. Baringkan klien (tirah baring)total dengan posisi tidur
terlentang tanpa bantal.
3. Monitor tanda-tanda vital,seperti suhu, dan frekuensi
pernapasan.
4. Monitor kadar hemoglobindalam darah (nilai normal : 9,0-
14,0 g/dL)
1. Memberikan deteksi awal danintervensi untuk meminimalkan
penekanan intrakranial
. Perubahan pada tekananintrakranial akan dapat
menyebabkan risiko terjadinya
herniasi otak.
. Mengetahui keadaaan umum klien
. Hemoglobin berperan dalampengangkutan oksigen ke jaringan
otak
3. Atur agar mendapatkan nutrienyang berprotein/ kalori yang
disajikan pada saat individu
ingin makan
4. Timbang berat badan pasien saatia bangun dari tidur dan setelah
berkemih pertama.
5. Konsultasikan dengan ahli gizimengenai kebutuhan kalori
harian yang realistis dan
adekuat.
pencernaan ini dapat mengalami
gangguan akibat hidrocefalus
. Agar asupan nutrisi dan kaloriklien adeakuat
. Menimbang berat badan saat barubangun dan setelah berkemih
untuk mengetahui berat badan
mula-mula sebelum mendapatkan
nutrient
. Konsultasi ini dilakukan agarklien mendapatkan nutrisi sesuai
indikasi dan kebutuhan kalorinya.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
51/55
51
9. Gangguan sensori persepsi visual b.d perubahan sensori persepsi (penekanan
cranial 2) ditandai dengan sunset phenomenon.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan
gangguan sensori persepsi visual klien berkurang
Kriteria hasil : Kemampuan penglihatan klien meningkat, Sunset phenomenon
berkurang.
INTERVENSI RASIONAL
1. Gunakan siaran TV sebagaibagian dari rencana program
stimulasi sensorik
2. Monitor adanya tandakemerahan pada mata klien
3. Bantu klien untuk tidakmenyentuh mata bagian dalam
1. Meningkatkan kemampuansensorik klien
. Kemerahan pada matamenunjukkan iritasi ringan
. Menyentuh mata bagian dalamdapat meningkatkan resiko infeksi
dan iritasi
10. Kurang pengetahuan orang tua b.d penyakit yang di derita oleh anaknya
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita
anaknya
Kriteria hasil : Kecemasan orang tua pada kondisi kesehatan anaknya dapat
berkurang , orang tua mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, pengobatan
dan perubahan pola hidup yang dibutuhkan
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
52/55
52
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri kesempatan orang tua untukmengekspresikan kesedihannya
2. Beri kesempatan orang tua untukbertanya mengenai kondisi
anaknya
3. Jelaskan tentang kondisipenderita, prosedur, terapi dan
prognosanya.
4. Ulangi penjelasan tersebut bilaperlu dengan contoh bila
keluarga belum mengerti
1. Keluarga dapat mengemukakanperasaannya sehinnga perasaan
orang tua dapat lebih lega
. Pengetahuan orang tua bertambahmengenai penyakit yang di derita
oleh anaknya sehinnga kecemasan
orang tua dapat berkurang
. Pengetahuan kelurga bertambahdan dapat mempersiapkan
keluarga dalam merawat klien
post operasi
. Keluarga dapat menerima seluruhinformasi agar tidak menimbulkan
salah persepsi.
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
53/55
53
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Hidrosefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkanbertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS
2. Penyebab hidrosefalus adalah karena kongenital, infeksi, neuplasma/tumor, danperdarahan
3. Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitandengannya, berdasarkan :
Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan
hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus
akuisita.
Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non
komunikans.
4. Gejala dari hidrosefalus antara lain, pembesaran kepala, gangguan intelektual,penurunan kesadaran, kulit kepala tipis, muntah proyektil, Cracked-pot sign,
sunset phenomena,dan Cerebral cry.
5. Penanganan hidrosefalus adalah dengan Ventriculoperitoneal shunt (VP shunt)dan Venriculoatrial shunt
6. Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari hidrosefalus adalah : Retardasi mental;Gangguan fungsi motorik; Kehilangan penglihatan; Herniasi otak; Kematianakibat peningkatan tekanan intrakranial; Infeksi; Malnutrisi; Infeksi pada shunt
(sesudah pembedahan); Septikemia (sesudah pemasangan shunt); Ileus
paralitik, adhesi, peritonitis, dan perforasi usus (sesudah pemasangan shunt)
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
54/55
54
4.2 Saran
1.Kepada orang tua khususnya harus lebih waspada dalam memerhatikantahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak
2.Kami selaku penulis menyarankan kepada para pembaca baik individu,keluarga maupun masyarakat serta teman-teman, agar kiranya dapat
memerhatikan adanya pembesaran kepala atau hidrosefalus karena bila hak
tersebut dibiarkan bisa berakibat fatal
-
7/30/2019 MAKALAH hidrosefalus Kelompok 1
55/55
DAFTAR PUSTAKA
Ethel, Sloane. 1994.Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC
Ngastiyah, 1997. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC
Mayer, Brena. 2011.Buku ajar patofisiologi. Jakarta : EGC
Zulkarnain. 2011. Asuhan keperawatan hidrosefalus. http://nuzulul-
fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-
Askep%20Hidrosefalus.html. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2012 pada
pukul 15:16
Rizki. 2012. Asuhan keperawatan hidrosefalus.
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/asuhan-
keperawatan-hidrosefalus.html . Diakses pada tanggal 14 Oktober 2012
pada pukul 8:13
Yudi. 2012.Asuhan keperawatan hidrosefalus.
http://yuudi.blogspot.com/2012/06/askep-hidrosefalus.html. Diakses pada
tanggal 14 Oktober 2012 pada pukul 8:13
Endang. 2012.Hidrosefalus (um).
.http://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&i
d=140:hidrosefalus-um-heading&catid=36:laporan-kasus-bedah-umum&Itemid=76.Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012 pada pukul
20:27 WIB
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-Askep%20Hidrosefalus.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-Askep%20Hidrosefalus.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-Askep%20Hidrosefalus.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-Askep%20Hidrosefalus.htmlhttp://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-hidrosefalus.htmlhttp://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-hidrosefalus.htmlhttp://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-hidrosefalus.htmlhttp://yuudi.blogspot.com/2012/06/askep-hidrosefalus.htmlhttp://yuudi.blogspot.com/2012/06/askep-hidrosefalus.htmlhttp://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=140:hidrosefalus-um-heading&catid=36:laporan-kasus-bedah-umum&Itemid=76http://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=140:hidrosefalus-um-heading&catid=36:laporan-kasus-bedah-umum&Itemid=76http://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=140:hidrosefalus-um-heading&catid=36:laporan-kasus-bedah-umum&Itemid=76http://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=140:hidrosefalus-um-heading&catid=36:laporan-kasus-bedah-umum&Itemid=76http://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=140:hidrosefalus-um-heading&catid=36:laporan-kasus-bedah-umum&Itemid=76http://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=140:hidrosefalus-um-heading&catid=36:laporan-kasus-bedah-umum&Itemid=76http://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=140:hidrosefalus-um-heading&catid=36:laporan-kasus-bedah-umum&Itemid=76http://yuudi.blogspot.com/2012/06/askep-hidrosefalus.htmlhttp://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-hidrosefalus.htmlhttp://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-hidrosefalus.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-Askep%20Hidrosefalus.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-Askep%20Hidrosefalus.htmlhttp://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-Askep%20Hidrosefalus.html