Makalah Tutor Hidrosefalus

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial. Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus. Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan menanggulangi masalah hidrosefalus dengan student center learning berupa pembuatan makalah dan diskusi antar teman di kelas. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah definisi Hidrosefalus? 1

description

fdsdfghhh

Transcript of Makalah Tutor Hidrosefalus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGHidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial.

Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.

Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan menanggulangi masalah hidrosefalus dengan student center learning berupa pembuatan makalah dan diskusi antar teman di kelas.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi Hidrosefalus?

2. Bagaimana klasifikasi hidrosefalus?

3. Apakah etiologi hidrosefalus?

4. Bagaimanakah manifestasi klinis hidrosefalus?

5. Apasajakah pemeriksaan penunjang pada hidrosefalus?

6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada hidrosefalus?

7. Apasajakah komplikasi padahidrosefalus?

8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada hidrosefalus?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui definisi hidrosefalus

2. Mengetahui klasifikasi hidrosefalus

3. Mengetahui etiologi hidrosefalus

4. Mengetahui manifestasi klinis padahidrosefalus

5. Mengetahui pemeriksaan penunjangpada hidrosefalus

6. Mengetahui penatalaksanaan pada hidrosefalus

7. Mengetahui komplikasi pada hidrosefalus

8. Mengetahui asuhan keperawatan pada hidrosefalus1.4 MANFAAT

Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Hydrocephalus.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Hidrocephalus adalah kelainan di mana terjadi peningkatan jumlah cairan cerebrospinal dalam rongga otak dan atau spinal.

Hidrocephalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruang tempat mengeluarkan liguor.

2.2 KLASIFIKASI

Menurut (Ngastiyah, 1997), hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi dua, yaitu :

1. Kongenital

Merupakan hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga :

a. Pada saat lahir otak bayi berbentuk kecil

b. Terdesak oleh banyaknya cairan di dalam kepala dan tingginya TIK sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.

2. Didapat

Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya, trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.

Pada hidrosephalus didapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian TIK sehingga perbedaan hidrosephalus kongenital dengan didapat terletak pada pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.Hidrosephalus pada anak, berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosephalus pada bayi dan anak juga terbagi dalam dua bagian, yaitu :

1. Hidrosephalus komunikan

Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala-gejala peningkatan ICP)

2. Hidrosephalus non komunikan

Apabila obstruksinya terdapat di dalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF, biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosephalus kongenital adalah pada sistem ventrikel sehingga terjadi bentuk hidrosephalus non komunikan.Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersirkulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi kongenital pada sistem syaraf pusat atau diperoleh dari lesi ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sitem ventrikular atau bentuka jaringan adhesi atau bekas luka di dalam sistem ventrikular. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak-anak di bawah usia 12-18 bulan dengan TIK tinggi mencapai ekstrim, tanda-tanda dan gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.

3. Hidrosephalus bertekanan normal

Ditandai pembesaran sistem basilar dan ventrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. TIK biasanya normal, gejala-gejala dan tanda-tanda lainnya meliputi : dimensia, ataxic gait, inkontenensia urin. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, meningitis; pada beberapa kasus (kelompok umur 60-70 tahun) ada kemungkinan ditemukan hubungan tersebut.

2.3 ETIOLOGI

1. Sebab-sebab prenatal

Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya hidrosephalus kongenital yang timbul in-utero ataupun setelah lahir. Sebab-sebab ini mencakup malformasi (anomali perkembangan sporadis), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologinya tidak dapat diketahui dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosephalus idiopatik.

2. Sebab-sebab postnatal

a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior. Tumor lain yang menyebabkan hidrosephalus adalah tumor di daerah mesencephalon. Kista arachnoid dan kista neuroepitelial merupakan kelompok lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan liquor berlokasi di daerah supraselar atau sekitar foramen magnum.

b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera kepala, ruptura malformasi vaskuler.

c. Meningitis, semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosephalus akibat dari fibrosis leptomeningeal. Hidrosephalus yang terjadi biasanya multi okulasi, hal ini disebabkan karena keikutsertaan karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak.d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan anatomis dan fungsional seperti akhindroplasia dimana terjadi gangguan penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah :

a. Kelainan bawaan

1. Stenosis aquaductus sylvii : merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%). Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala hidrosephalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.

2. Spina bifida dan cranium bifida : biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum.letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.

3. Sindrom Dandy-Walker : merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat hidrosephalus obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.

4. Kista Arachnoid : dapat terjadi kongenital membagi etiologi menurut usia

5. Anomali pembuluh darah

b. Infeksi

Menyebabkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi ruang subarakhnoid, misalnya meningitis

c. Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

d. Neoplasma

Terjadinya hidrosephalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain :

1. Tumor ventrikel III

2. Tumorfossa posterior

3. Pailloma pleksus khoroideus

e. Degeneratif

Histositosis X, inkontenensia pigmenti, dan penyakit krabbe

f. Gangguan vaskuler

1. Dilatasi sinus dural

2. Trombosis sinus venosus

3. Malformasi V. Galeni

4. Ekstaksi A. Basilaris

5. Arterio venosusmalformasi

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Menurut Price SA, Wilson LM, 1994 manifestasi klinis sebagai berikut :1. Bayi

a. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun

b. Keterlambatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak

c. Tanda-tanda peningkatan TIK, antara lain :

1. Muntah

2. Gelisah

3. Menangis dengan suara tinggi

4. Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, letargi-stupor

d. Peningkatan tonus otot ekstremitas

e. Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas

f. Alis mata dan bulu mata ke atas sehingga sklera terlihat seolah-seolah di atas iris

g. Bayi tidak dapat melihat ke atas sunset eyes

h. Strabismus, nystagmus, atropi optic

i. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas

2. Anak yang telah menutup suturanya

Tanda-tanda peningkatan TIK :

a. Nyeri kepala

b. Muntah

c. Letargi, lelah, apatis, perubahan personalitas

d. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun

e. Pengelihatan ganda, kontruksi pengelihatan perifer

f. Strabismus

g. Perubahan pupil

Gejala yang nampak dapat berupa :

1. TIK yang meninggi : muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II

2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak

3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh

4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, terba tegang dan mengkilat dengan perabaan vena di kulit kepala

5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar

6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)

7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita

8. Sklera mata tampak di atas iris

9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat

10. Kerusakan syaraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang, yaitu :

1. Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.

b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.

2. Transimulasi

Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.

3. Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.

Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.

4. Ventrikulografi

Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

5. Ultrasonografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.

6. CT Scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.

7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.2.6 PENATALAKSANAAN

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori live saving and live sustaining yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.

2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarakhnoid

3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:

a. Drainase ventrikule-peritoneal

b. Drainase Lombo-Peritoneal

c. Drainase ventrikulo-Pleural

d. Drainase ventrikule-Uretrostomi

e. Drainase ke dalam anterium mastoid

f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.

4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.

5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.

Ada 2 macam terapi pintas / shunting :

1. Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.

2. Internal

a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain

- Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)

- Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior

-Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.

- Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum

- Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.

b. Lumbo Peritoneal Shunt

CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.Teknik Shunting:

1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.

2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.

3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.

4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7).5. Ventriculo-Peritneal Shunt

a. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan

b. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.

2.7 KOMPLIKASI

1. Peningkatan TIK

2. Pembesaran kepala

3. kerusakan otak

4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen

5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun

6. Kerusakan jaringan saraf

7. Proses aliran darah terganggu.2.8 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian1. Identitas

Insiden hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insiden hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insiden untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subarakhnoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior.

2. Riwayat keperawatan

a. Keluhan utamaMuntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.b. Riwayat penyakit sekarangUkuran lingkar kepala bertambah secara berangsur angsur,vena terlihat jelas, bunyi cracked pot pada perkusi, tanda setting-sun, penurunan kesadaran, opisthotonus, dan spastik pada ekstrimitas bawah, alis mata tertarik keatas,kemampuan makan yang berkurang, tanda peningkatan TIK (mual, muntah, pusing, papil edema), bingung, menangis dengan nada melengking tinggi.bila menangis ubun-ubun menonjol.c. Riwayat penyakit dahulu

Adanya salah satu atau lebih faktor predisposisi terjadinya hidrosefalus,antara lain :Riwayat meningitis, infeksi atau perdarahan intrakranial, anoksia perinatal, atau infeksi intrauterin, tumor otak,malformasi arnold chiari,perdarahan subarakhnoid,papiloma plexus koroideus,aquaduktus sylvii menyempit,hematoma subdural dan malformasi dandy walker.

d. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Berdasarkan komplikasi Hidrosefalus, resiko mengalami pembesaran kepala, kerusakan otak, ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun

e. Riwayat nutrisi

Berdasarkan manifestasi klinis anak muntah sebagai tanda-tanda peningkatan TIK

f. Dampak hospitalisasi anak penderita hidrosefalus dan keluarganyaReaksi hospitalisasi :

Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang demilikinya, pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.

a. Reaksi anak pada hospitalisasi :

1. Masa bayi (0-1 tahun)

Dampak perpisahan

Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang. Usia anak > 6 bulan terjadi ansietas/cemas.

Menangis keras

Pergerakan tubuh yang banyak

Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan

2. Masa todler (2-3 tahun)

Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Di sini respon perilaku anak dengan tahapannya.

Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain

Putus asa menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis

Denial

Mulai menerima perpisahan

Membina hubungan secara dangkal

Anak mulai menyukai lingkungannya3. Masa prasekolah (3-6 tahun)

Menolak makan

Sering bertanya

Menangis perlahan

Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

Perawatan di rumah sakit

a. Kehilangan kontrol

b. Pembatasan aktivitas

Seringkali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau bekerjasama dengan perawat.

4. Masa sekolah (6-12 tahun)

Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik.

5. Masa remaja (12-18 tahun)

Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat MRS cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas kehilangan kontrol.

Reaksi yang muncul :

A. Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan

B. Tidak kooperatif dengan petugas

Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :

a. Bertanya-tanya

b. Menarik diri

c. Menolak kehadiran orang lain

d. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi

Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi :

1) Takut dan cemas, perasaan sedih dan frustasi kehilangan anak yang dicitainya : Prosedur yang menyakitkan

Informasi yang buruk tentang diagnosa medis

Perawatan yang tidak direncanakan

Pengalaman perawatan sebelumnya

2) Perasaan sedih

Kondisi terminal perilaku isolasi/tidak mau didekatiorang lain

3) Perasaan frustasi :

Kondisi yang tidak mengalami perubahan perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan.Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di RS : marah, cemburu, benci, rasa bersalah.

3. Pemeriksaan fisik

a. B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas

b. B2 (Blood) : Pucat, peningkatan sistole tekanan darah, penurunan nadi

c. B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilatpembesarankepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatanperifer, strabismus, tidak dapat melihat ke atas, sunset eyes, kejang

d. B4 (Bladder) : Oliguria

e. B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan

f. B6 (Bone) : Kelemahan, lelah, Peningkatan tonus otot ekstrimitas

4. Diagnosa keperawatan

1. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan akumulasi cairan serebrospinal.

2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis karena meningkatnya TIK.

3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya

4. Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk

5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran kepala

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain/shunt

5. Intervensi 1. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan akumulasi cairan serebrospinal.

Tujuan: Tidak terjadi peningkatan TIK

Kriteria Hasil:

- Kesadaran Komposmetis

- Tidak terjadi nyeri kepala

- TTV normal

Intervensi Rasional

1. Observasi ketat tanda-tanda peningkatan TIK (Nyeri kepala, muntah, lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas, ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer strabismus, Perubahan pupil)

Rasional : Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK

2. Pantau terus tingkat kesadaran anak

Rasional : Penurunan keasadaran menandakakan adanya peningkatan TIK

3. Pantau terus adanya perubahan TTV

Rasional : Untuk mengetahui kondisi aliran darah dan aliran oksigen ke otak

4. Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan pembedahan, untuk mengurangi peningkatan TIK

Rasional : Dengan dilakukan pembedahan, diharapkan cairan cerebrospinal berkurang, sehingga TIK menurun, tidak terjadi penekanan pada lobus oksipitalis dan tidak terjadi pembesaran pada kepala.

2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis karena meningkatnya TIK

Tujuan : Tidak terjadi disorientasi pada anak

Kriteria Hasil :

- Penurunan visus tidak bertambah lebih parah

- Anak bisa mengenali lingkungan sekitarnya

Intervensi Rasional1. Mempertahankan visus agar tidak terjadi penurunan visus yang lebih paraha. Membantu ADL pasien

b. Membantu orientasi tempat

c. Berikan tempat yang nyaman dan aman ( pencahayaan terang, bed plang dll dipasang agar tidak cedera )Rasional : Ketidakmampuan dalam penglihatan tidak bertambah parah, klien tidak mengalami disorientasi tempat, Klien merasa nyaman dan aman

2. Membantu pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang terganggu.

Rasional : Klien tidak banyak bergantung pada orang lain.3. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di derita oleh anaknya

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita anaknya

Kriteria Hasil :

- Kecemasan orang tua pada kondisi kesehatan anaknya dapat berkurang- Orang tua mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, pengobatan dan perubahan pola hidup yang dibutuhkan.

Intervensi Rasional1. Beri kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya

Rasional : Keluarga dapat mengemukakan perasaannya sehinnga perasaan orang tua dapat lebih lega

2. Beri kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya

Rasional : Pengetahuan orang tua bertambah mengenai penyakit yang di derita oleh anaknya sehinnga kecemasan orang tua dapat berkurang

3. Jelaskan tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.

Rasional : Pengetahuan kelurga bertambah dan dapat mempersiapkan keluarga dalam merawat klien post operasi

4. Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti.

Rasional : Keluarga dapat menerima seluruh informasi agar tidak menimbulkan salah persepsi.5. Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk

Tujuan : Jalan nafas tetap efektif

Kriteria Hasil :

- Anak tidak sesak napas

- Tidak terdapat ronchi

- Tidak retraksi otot bantu pernapasan

- Pernapasan teratur, RR dalam batas normal

Intervensi Rasional1. Posisikan klien posisi semifowler

Rasional : Klien merasa nyaman dan tidak merasa sesak napas

2. Pemberian oksigen

Rasional : Suplai oksigen klien dapat tercukupi sehingga klien tidak mengalami hipoksia

3. Observasi pola dan frekuensi napas

Rasional : Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan pola napas

4. Auskultasi suara napas. Rasional : Untuk mengetahui adanya kelainan suara

5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran kepala

Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Kriteria Hasil :

- Pertumbuhan dan perkembangan klien tidak mengalami keterlambatan dan sesuai dengan tahapan usia.Intervensi Rasional1. Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuhan

Rasional : Mempertahankan berat badan agar tetap stabil

2. Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak.

Rasional : Agar perkembangan klien tetap optimal.6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain/shunt

Tujuan: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( 3 x 24 jam )

Kriteria Hasil:

- TD dalam batas normal

- Tidak terdapat perdarahan

- Tidak terdapat kemerahan

Intervensi Rasional1. Pantau tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun, ketidakstabilan, perubahan warna kulit )

Rasional : Mengetahui penyebab terjadinya infeksi

2. Lakukan rawat luka

Rasional : Mencegah timbulnya ifeksi

3. Pantau asupan nutrisi

Rasional : Asupan nutrisi dapat membantu menyembuhkan luka

4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

Rasionala : Antibiotik dapat mencegah timbulnya infeksi.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hidrocephalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.

Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :

Hidrochepalus komunikan

Hidrochepalus non-komunikan

Hidrochepalus bertekanan normal.

Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing rumah sakit.3.2 SARAN

Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacan ini perlu.DAFTAR PUSTAKA

Anonymuous, 2010. http://ms32.multiply.com/journal/item/23. Diakses tanggal 23 Oktober 2010

Anonymous,2010.http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/hidrosefalus/.Diakses tanggal 23 Oktober 2010

Anonymuous, 2010.http://Asuhan keperawatan pada klien HIDROSEFALUS Blog Penuh Cinta.htm. Diakses tanggal 23 Oktober 2010

Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005.Adams And Victors Principles Of Neurology: Eight Edition. USA.

Anonymuous 2010. http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-anak-dengan.html tanggal akses 20 Oktober 2010 pukul 18.00 WIB

Anonymuous ,2010 .http://putrisayangbunda.blog.com/2009/11/30/asuhan-keperawatan-pada-klien-hidrosefalus-2/.tanggal akses 20 Oktober 2010 pukul 18.15 WIB

Muttaqin, arief. 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Persyarafan hal 396-399.Jakarta, Salemba Medika.

Cecily LB & Linda AS. 2000.Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta:EGCSuriadi & Rita Yuliani. 2001.Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta:CV Sagung Seto

Ngastiyah. 1997. PERAWATAN ANAK SAKIT. EGC : Jakarta Wong, Donna L dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatric vil.2. EGC : Jakarta

Wong, Donna L. 2004. Pedoman klinis keperawatan pediatric Ed.4. EGC: Jakarta.10