makalah hidrosefalus
-
Upload
wiwitputriakirrahayu -
Category
Documents
-
view
207 -
download
17
description
Transcript of makalah hidrosefalus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif
yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak, walaupun pada kasus
hidrosefalus eksternal pada anak-anak cairan akan berakumulasi didalam
rongga araknoid. Jumlah cairan serebrospinal (CSS) dalam rongga
serebrospinal yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan sehingga dapat
merusak jaringan saraf. Keadaan ini disebut hidrosefalus yang berarti
‘kelebihan air dalam kubah tengkorak’. Hidrosefalus merupakan penumpukan
cairan serebrospinal secara aktif yang menyebabn dilatasi sistem ventrikel
otak; walaupun pada kasus hidrosefalus eksternal pada anak-anak cairan akan
berakumulasi di dalam rongga araknoid.
Hershey BL mengatakan kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak adalah
kongenital yang biasanya sudah tampak pada masa bayi. Jika hidrosefalus
mulai tampak setelah umur 6 bulan biasanya bukan oleh karena
kongenital.Mujahid Anwar dkk mendapatkan 40-50% bayi dengan perdarahan
intraventrikular derajat 3 dan 4 mengalami hidrosefalus. Pongsakdi
Visudiphan dkk pada penelitiannya mendapatkan 36 dari 49 anak-anak dengan
meningitis tuberkulosa mengalami hidrosefalus, dengan catatan 8 anak dengan
hidrosefalus obstruktif dan 26 anak dengan hidrosefalus komunikans.
Hidrosefalus yang terjadi sebagai komplikasi meningitis bakteri dapat
dijumpai pada semua usia, tetapi lebih sering pada bayi dari pada anak-anak.
Hidrosefalus bisa didapat seseorang sejak lahir (kongenital) atau pada
umur berikutnya dan bahkan setelah dewasa. Yang tersering didapat adalah
pada kongenital. Penyebabnya antara lain ada saluran yang tersumbat, infeksi,
tumor otak, trauma kepala, radang otak, stroke. Kasus hidrosefalus dari sejak
waktu lahir terbanyak sekitar 4-5 per 1000 kelahiran. Penyakit ini diderita
1
anak sejak dilahirkan. Jadi, faktor ibu memegang peran utama penyebab
hidrosefalus. Selama ini diyakini faktor kekurangan gizi ibu selama hamil,
konsumsi obat-obatan tertentu, serta virus toksoplasma dan cetomegalopus
menjadi penyebab penyakit hidrosefalus. Cara menegakkan diagnosa
hidrosefalus dapat melihat dari gejala klinis yang dijumpai, pemeriksaan
dengan wawancara yang teliti dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
neurologis sangat berarti dalam menegakkan hidrosefalus. Untuk menegakkan
suatu hidrosefalus juga dapat dibantu dengan pemeriksaan pembantu yaitu CT
scan dan juga MRI.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi hidrosefalus?
2. Bagaimana etiologi hidrosefalus?
3. Bagaimana patofisiologi hidrosefalus?
4. Bagaimana WOC hidrosefalus?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik hidrosefalus?
6. Bagaimana penatalaksanaan terapi hidrosefalus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang hidrosefalus
2. Untuk mengetahui etiologi hidrosefalus
3. Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC hidrosefalus
4. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hidrosefalus
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan terapi hidrosefalus
2
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Jumlah cairan serebrospinal (CSS) dalam rongga serebrospinal yang
berlebihan dapat meningkatkan tekanan sehingga dapat merusak jaringan
saraf. Keadaan ini disebut hidrosefalus yang berarti ‘kelebihan air dalam
kubah tengkorak’.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif
yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak; walaupun pada kasus
hidrosefalus eksternal pada anak-anak cairan akan berakumulasi di dalam
rongga araknoid.
B. Klasifikasi
Ada beberapa istilah dalam klasifikasi hidrosefalus: (satyanegara, 2010)
1. Hidrosefalus interna:
Menunjukkan adanya dilatasi ventrikel
2. Hidrosefalus eksternal:
Cenderung menunjukkan adanya pelebaran rongga subarachnoid diatas
permukaan korteks
3. Hidrosefalus komunikans:
Keadaan hidrosefalus dimana ada hubungan antara system ventrikel
dengan rongga subarachnoid otak dan spinal
4. Hidrosefalus nonkomunikans bila ada blok didalam sistem ventrikel atau
salurannya kerongga subarachnoid.
C. Etiologi
Hidrosefalus dapat terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam system
Ventrikel atau oleh produksi berlebihan likour. Hedrosefalus obstruksif atau
non Komonikans terjadi bila sirkulasi likuor otak terganggu, yang kebanyakan
disebabkan oleh stenosis akuaduktus Sylvius, Atresia foramen megendi dan
3
luscha, malformasi vaskuler, atau tumor bawaan. Hidrosefalus komunikans
yang terjadi karena produksi karena produksi berlebihan atau gangguan
gangguan penyerapan juga jarang ditemukan.
Secara teoritis, pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan
absorpsi yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun
dalam klinik sangat jarang terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa
penyumbatan pada addenomata pleksus koroidatis. Penyebab penyumbatan
aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak yaitu kelainan bawaan
infeksi, neoplasma dan perdarahan.
1. Kelainan Bawaaan
a. Stenosis Akuaduktus Sylvius, merupakan penyebab terbanyak pada
hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90% ). Akuaduktus dapat
merupakan saluran buntu atau abnormal lebih sempit dari biasa.
Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau progresif
dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida, hidrosefalus pada kelainan ini
biasanya berhubungan dengan sindroma Arnord-Chiari akibat
tertariknya medulla spinalis, dengan medulla oblongata dan
serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum
sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker,merupakan atresiakongenital foramen
Luschka dan Magendi dengan akibat hidrosefalus obstruktif
dengan pelebaran system ventrikel, terutama ventrikel IV yang dapat
sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di
daerah fossa posterior.
d. Kista arakhnoid,dapat terjadi congenital maupun didapat akibat
trauma sekunder suatu hematoma.
e. Anomaly pembuluh darah, dalam kepustakaan dilaporkan
terjadi hidrosefalus akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai
arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus tranversus
4
dengan akibat obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi, akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga
terjadi obliterasi ruang subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut
meningitis purulenta terjad bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi
mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvius atau sisterna basalis.
Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan
sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan
jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama
terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan
interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya lebih
tersebar.
3. Neoplasma, hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di
setiap tempat aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada
penyebabnya dan apabila tumor tidak bisa dioperasi, maka dapat
dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran
buatan atau pirau. Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan
penyumbatan ventrikel IV dan akuaduktus Sylvius bagian terakhir
biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan
penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu
kraniofaringioma.
4. Perdarahan, telah banyak dibuktikan bahwa perdarahn sebelum dan
sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen
terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi
akibat organisasi dari darah itu sendiri.
D. Patofisiologi
Secara teoritis hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme
yaitu; produksi liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liquor,
peningkatan tekanan sinus venosa. Sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme
diatas adalah peningkatan tekanan intracranial sebagai upaya
5
mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbs. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel masib belum dipahami dengan jelas, namun hal ini
bukanlah hal yang sederhana sebagaimana akumulasi akibat dari
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbs. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda beda tiap saat
tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai
akibat dari :
1. Kompensasi sistem serebrovascular
2. Redistribusi dari liquor serebrospinal atau cairan ekstraseluler atau
kedunya dalam susunan sistem saraf pusat.
3. Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak, gangguan
viskoelastisitas otak, kelainan turgor otak)
4. Efek tekanan denyut liquor serebrospinal (masih diperdebatkan)
5. Hilangnya jaringan otak
6. Pembesaran volume tengkorak (pada penderita muda) akibat adanya
regangan abnormal pada sutura cranial.
Produksi liquor yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh
tumor pleksus khoroid (papiloma dan karsinoma). Adanya produksi yang
berlebihan akan menyebabkan tekanan intracranial meningkat dalam
mempertahankan keseimbangan antara sekresi dan absorbs liquor, sehingga
akhirnya ventrikel akan membesar. Adapula beberapa laporan mengenai
produksi liquor yang berlebihan tanpa adanya tumor pada pleksus khoroid, di
samping juga akibat hipervitaminosis
Gangguan aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan dari kasus
hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran
akan meningkatkan tekanan liquor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang. Derajat peningkatan resistensi
aliran cairan liquor adan kecepatan perkembangan gangguan hidrodinamik
berpengaruh pada penampilan
6
E. Web Of Caution (WOC)
7
Predisposisi sistemik, meliputi : sepsis, obat-
obatan, gangguan elektrolit, infarkmiokard,
penemonia, trauma, biller, dan gijal kolik,
cidera kepala, dn prosedur bedah saraf,
inflamasi intra abdomen dan peritonitis,
hematoma retroperitonial
Predisposisi pascaoperatif bedah abdominan
Hipomotilitas (kelempuhan) intestinal
ILEUS
Gangguan gastrointastinal
MK: nyeri
Dintensi abdomen
Mual, muntah, kembung, anoreksi
Kehilangan cairan dan elektrolit
Mk : Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Asupan nutisi tidak adekuat
Mk: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan
Respons lokal saraf terhadap inflamasi
F. Pemeriksaan diagnostik
1. X Foto kepala, didapatkan
a. Tulang tipis
b. Disproporsi kraniofasia
c.Sutura melebar
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a) Hidrosefalus tipe kongenital/infantile
b) Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup
maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan
tekanan intrakranial.
2. Transiluminasi ; penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari
batas, frontal 2,5 cm, oksipital 1 cm
3. Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel/punksi
fontanela mayor. Menentukan :
a. Tekanan
b. Jumblah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan / infeksi
c. Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan
d. Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan
kepekaan antibiotic
4. Ventrikulografi yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni
atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanella
anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk
langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang
melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
ontuk memaukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada karanium
bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit dan
mempunyai resiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki
fasilitas CT scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. CT scan kepala
a. Pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan adanya
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
8
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar.
Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan
densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
b. Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi
ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di
proksimal dari daerah sumbatan.
Keuntungan CT scan :
1) Gambaran lebih jelas
2) Non traumatic
3) Meramal prognose
4) Penyebab hidrosefalus dapat diduga
c. USG
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka.
Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang
melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti
halnya pada pemeriksaan CT scan.
G. Penatalaksanaan Terapi
1. Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya
mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorpsinya.
Dapat dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat- pusat
kesehatan dimana sarana bedah sarf tidak ada.
Obat yang sering digunakan adalah :
9
a. Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis: Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat
ditingkatkan sampai maksimal1.200 mg/hari
b. Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB
1x/hari atau injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari
Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk
operasi.
2. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan
progresivitas hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi
lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara
intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan
lebih mudah.
Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama
pada hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid,
periventrikular-intraventrikular dan meningitis TBC.
Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak
bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi (impending
herniation)
Cara:
a. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-
3 atau L3-4 dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya
gravitasi.
b. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang
memakai cara setiap LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.
c. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar
kurang dari 5 ml, LP diperjarang (2-3 hari).
d. Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap
minggu.
e. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT 10
scan 3 minggu berturut-turut. f.
f. Tindakan ini dianggap gagal jika :
1) Dilatasi ventrikel menetap
2) Cortical mantel makin tipis
3) Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks
4) Dilatasi ventrikel yang progresif
Komplikasi: herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi,
hipoproteinemia dan gangguan elektrolit.
3. Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada
penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan :
Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu
10-30 menit.
a. “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma
optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang
sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
b. Operasi pintas/”Shunting”
Ada 2 macam :
1) Eksternal :
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk
terapi hidrosefalus tekanan normal.
2) Internal
a) CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
(1) Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna
(Thor-Kjeldsen)
(2) Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
(3) Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
(4) Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
(5) Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
11
(6) Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga
peritoneum
b) Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy
secara perkutan.
Komplikasi shunting :
1) infeksi
2) Hematoma subdural
3) Obstruksi
4) Keadaan CSS yang rendah
5) Asietas
6) Kraniosinostosi
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat penyakit/keluhan utama : Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi,
lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan
perifer.
2. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir
menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh
dengan kepala terbentur. Keluhan sakit perut.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
a) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
b) Pembesaran kepala.
c) Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
2. Palpasi
a) Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
b) Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga
fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3. Pemeriksaan Mata
a) Akomodasi.
Gerakan bola mata.
b) Luas lapang pandang
c) Konvergensi.
d) Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat
keatas.
e) Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
13
4. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
a) Peningkatan sistole tekanan darah.
b) Penurunan nadi / Bradicardia.
c) Peningkatan frekwensi pernapasan.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d Kehilangan cairan dan elektrolit
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Asupan nutisi tidak
adekuat
3. nyeri b.d Distensi abdomen
D. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d Kehilangan cairan dan
elektrolit
Tujuan : dalam waktu 2x60 menit Anak dapat mendemonstrasikan tidak ada
tanda dehidrasi yang ditandai dengan berat badan stabil, turgor kulit baik,
kadar elektrolit stabil, membrane mukosa lembab.
Kriteria hasil :
intervensi Rasional
Pantau asupan dan haluaran cairan
secara teliti.
pemantauan kehilangan cairan secara
teliti mendeteksi kehilangan cairan.
Timbang berat badan pada waktu
yang sama setiap hari
peningkatan atau berkurangnya berat
badan merefleksikan status hidrasi.
Catat frekuensi dan jumlah
muntah.
Muntah merupakan tanda umum
peningkatan TIK, dapat berpengaruh
terhadap status hidrasi anak.
Pantau kadar elektrolit serum pada
anak, setiap hari jika muntah
terjadi. Berikan perhatian saksama
kehilangan natrium, kalium dan
elektrolit lainnya dalam jumlah besar
dapat terjadi sebagai akibat muntah.
14
pada kadar natrium dan kalium.
Berikan nutrisi parenteral sesuai
saran.
pemberian cairan parenteral akan
membantu mengembalikan jumlah
cairan secara normal serta
keseimbangan elektrolit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Asupan nutisi
tidak adekuat
Tujuan : Dalam waktu 2x60 menit kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
Menunjukkan BB semula
Bebas dari tanda /gejala adanya hipoglikemia
Glukosa darah normal
Tidak adanya awitan letargi
Tidak ada tremor
Intervensi Rasional
Monitor BB setiap hari Persediaan nutrisi yang cukup untuk
kesembuhan.
Awasi masukan dan keluaran
secara periodik
Berguna dalam mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan cairan
Selidiki adanya muntah,awasi
frekuensi,volume dan konsistensi
feces
Mengidentifikasi area pemecahan
masalah untuk meningkatkan
pemasukan/penggunaan nutrisi
Berikan terapi IV sesuai indikasi Meminimalkan fluktuasi aliran
vaskuler,TD dan TIK,mempertahankan
volume sirkulasi dan tekanan osmotik
3. Nyeri b.d Distensi abdomen
Tujuan : Dalam waktu 2x60 menit nyeri teratasi (kebutuhan rasa nyaman
terpenuhi )
15
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda dan gejala nyeri yang tidak
terkontrol
Intervensi Rasional
Monitor nyeri ,TTV tiap jam
dengan cara adanya peningkatan
heart rate/TD
Memberikan alat untuk evaluasi
keefektifan analgesik
Berikan lingkungan yang tenang
dan posisi yang nyaman
Mengurangi stimulus yang berlebihan
Berikan analgesik sesuai indikasi Penelitian menunjukkan dukungan ide
bahwa banyak orang mengalami sedikit
nyeri setelah pembedahan
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jumlah cairan serebrospinal (CSF) dalam rongga serebrospinal yang
berlebihan dapat meningkatkan tekanan sehingga dapat merusak jaringan
saraf. Keadaan ini disebut hydrocephalus yang berarti “kelebihan air dalam
kubah tengkorak”. Jadi, hydrocephalus dapat diakibatkan oleh pembentukan
cairan berlebihan oleh pleksus koroideus, absorpsi yang inadekuat, atau
obstruksi aliran keluar pada salah satu ventrikel atau lebih.
Ada dua jenis hydrocephalus : nonkomunikans, yaitu aliran cairan dari
sistem ventrikel ke ruang subarachnoid mengalami sumbatan dan komunikans
yaitu tidak ada sumbatan. Sindroma klinis yang berhubungan dengan dilatasi
yang progresif pada sistem ventrikuler serebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi. CSF yang ada menigkatkan
kecepatan absorpsi oleh vilii arachnoid. Akibat berkelebihannya cairan
serebrospinal dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya
peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya cairan. Penyebab penyumbatan
aliran CSF yang sering terjadi pada bayi dan anak adalah kelainan bawaan
(kongenital), infeksi, neoplasma, dan perdarahan.
B. Saran
Tindakan alternatif selain oprasi di terapkan khususnya bagi kasus –
kasus yang mengalami sumbatan di dalam system ventrikel. Dalam hal ini
maka tindakan terapeutik semacam ini perlu.
17
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda. 2013. Nanda Nic-Noc Jilid 1. Yogyakarta: Media Action
18