makalah karsinoma lambung
-
Upload
samuel-h-sihotang -
Category
Documents
-
view
94 -
download
0
description
Transcript of makalah karsinoma lambung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker lambung merupakan keganasan yang berasal dari mukosa lambung,
dengan angka prevalensi keempat terbanyak dari semua jenis kanker yang ada, dan
menempati urutan kedua terbanyak penyebab kematian akibat kanker di dunia. Setiap
tahunnya sekitar 880.000 orang yang terdiagnosa sebagai kanker lambung, dan
700.000 orang diantaranya meninggal dunia akibat penyakit ini.
Insidensinya bervariasi dan berhubungan dengan letak geografi. Enam puluh
persen kanker lambung terdapat di Negara yang sedang berkembang. Angka insidensi
yang tertinggi ditemukan di Asia bagian Timur, pegunungan Andes Amerika Selatan
dan Eropa bagian Timur, sementara insidennya paling rendah di Amerika Utara dan
Eropa Bagian Utara.
Di Jepang, Chili, Costa Rica dan Eropa bagian Timur, insidensinya meningkat
hingga lebih dari 20 kali dibandingkan Amerika Utara, Eropa bagian Utara, Afrika
dan Asia Tenggara. Program skrining endoskopik terhadap massa telah berhasil
menurunkan insidensi yang tinggi seperti di Negara Jepang, dimana hampir 35%
kasus baru terdeteksi sebagai kanker dini lambung, dimana pertumbuhan tumor masih
terbatas pada lapisan mukosa dan sub-mukosa lambung.
Namun, program skrining ini membutuhkan biaya yang tinggi sehingga bukan
merupakan ‘cost-effective’ pada daerah dengan insidensi rendah, dan kasus yang
terdeteksi sebagai kanker dini lambung hanya di bawah 20% seperti Amerika Utara
dan Eropa bagian Utara. Walaupun perbedaan penurunan angka mortalitas pada
berbagai daerah belum jelas, namun penurunan insiden kanker lambung yang telah
dilaporkan pada berbagai Negara bagian Barat lainnya, menyokong bahwa faktor
lingkungan dan diet ikut berperan dalam perkembangan kanker lambung.
Sejak ditemukannya Helicobacter pylori oleh Dr. Warren dan Marshall pada
tahun 1983, telah terjadi perubahan di dunia kedokteran terutama dalam bidang
gastroenterologi. Infeksi Helicobacter pylori, dengan berbagai keragaman insidensi
terjadi di seluruh dunia. Prevalensi pada orang dewasa berkisar < 15-100% pada
daerah yang sedang berkembang, dan pada umumnya menginfeksi pada usia yang
lebih muda dibandingkan Negara yang sudah berkembang. Ini berhubungan dengan
status sosioekonomi yang rendah.
1
Infeksi Helicobacter pylori, merupakan ko-faktor yang penting dalam
perkembangan kelainan saluran pencernaan bagian atas seperti tukak duodenum
maupun lambung, infeksi Helicobacter pylori juga dapat merangsang terjadinya
perubahan fenotip yang mengawali perkembangan kanker lambung serta MALT-oma
lambung (Gastric mucosa-associated lymphoid-tissue lymphoma, <0,01%)
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dilaporkan bahwa pasien
yang terdapat antibodi anti-Helicobacter pylori di dalam serumnya selama lebih dari
10 tahun berisiko menderita kanker lambung. Helicobacter pylori merupakan patogen
lambung yang penting di dalam berbagai langkah kaskade karsinogenik.
Proses pre-kanker yang panjang, seperti gastritis kronik-gastritis atrofi yang
multifokal-metaplasia intestinal dan neoplasia intra-epitel dibutuhkan dalam
perkembangan kanker lambung. Secara epidemiologi telah terbukti bahwa
perkembangan kanker lambung adenokarsinoma mempunyai hubungan yang penting
terhadap infeksi Helicobacter pylori.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI
Lambung terbagi atas daerah kardia, fundus, korpus, antrum-pilorik dan
pilorus. Bagian proksimal lambung yang berbatasan dengan esofagus disebut kardia,
dan bagian distal yang beruhungan dengan duodenum disebut pilorik. Bagian antrum
pilorik merupakan daerah rawan terhadap infeksi H.pylori, gastritis atrofi, tukak
peptik dan karsinoma. Lengkungan kecil pada lambung dikenal sebagai kurvatura
minor, daerah ini sering dilalui oleh makanan dan minuman, adalah daerah yang
rawan untuk terjadinya ulkus.
Sedangkan lengkungan besar (kurvatura mayor), tempat melekatnya omentum.
Pada daerah kurvatura minor maupun mayor banyak dijumpai kelenjar getah bening,
ini penting terutama dalam penanganan keganasan pada lambung dalam menentukan
stadium tumor. Dinding lambung terdiri dari lapisan mukosa, sub-mukosa, muskularis
3
propia, lapisan sub-serosa dan serosa. Identifikasi lapisan-lapisan ini pada sediaan
reseksi lambung penting dalam menentukan kelainan patologik pada lambung, seperti
dalam menentukan dalamnya tukak lambung maupun invasif sel-sel ganas pada
keganasan lambung.
Dalam keadaan kosong, lambung membentuk lipatan-lipatan (rugae). Seluruh
dinding bagian dalam lambung terdiri dari mukosa yang dilapisi oleh selapis epitel
kolumner yang menghasilkan musin netral. Epitel mukosa ini meluas ke bawah
membentukcelah kecil (invaginasi) disebut ”gastric pits” yang berfungsi sebagai
saluran sekresi. Bagian dalam pit yang berhubungan dengan kelenjar sero-mukosa
disebut ”zona generatif”, sebagai tempat regenerasi selular. Semakin ke bawah, pit
dilapisi epitel kubus yang mengandung sedikit musin.
Jadi kelenjar lambung terdiri dari komponen foveola/sel mukosa (disebut juga
sebagai kripta/pit) dan komponen sekresi yaitu bagian leher dan kelenjar mukosa.
Mukosa lambung (bagian foveola) merupakan kelenjar bentuk tubular sederhana,
sedangkan bagian sekresi (fundus dan korpus) merupakan kelenjar berbentuk
kompleks.
Ada 4 daerah lambung dengan jenis mukosa yang berbeda dan terdapat
daerah transisional diantaranya. Perbedaan jenis- jenis mukosa lambung tergantung
pada perbandingan relatif antara bagian foveola dan kelenjar (bagian sekresi) serta
komposisi secara mikroskopisnya. Foveola pada kelenjar di fundus (oxyntic,
acidopeptic) hanya ¼ bagian dari ketebalan mukosa, bentuk kelenjar lurus dengan
sebaran sel ”chief” (”zymogen”), sel parietal, sel endokrin dan sel ”mucous neck”.
Kelenjar di kardia dan antrum-pilorik mempunyai gambaran histologi yang
hampir sama, dengan perbandingan bagian foveola dengan kelenjar adalah : Pada
kelenjar terdapat 4 jenis sel epitel yaitu
(1). Sel ” chief” yang menghasilkan pepsin;
(2). Sel ”Argentaffin” yang terdapat di antara sel ”chief”;
(3). Sel ”parietal”, penghasil asam lambung dan
(4). Sel ”mucous neck” terletak di antara sel ”parietal”.
Sel parietal lebih banyak dijumpai pada daerah yang lebih superfisial, sel ini
menghasilkan faktor intrinsik, bersama vitamin B12 akan diserap di ileum terminalis.
Sel ”chief” terletak lebih profunda dibandingkan sel parietal. Kelenjar padadaerah ini
sebagian besar menghasilkan musin.Pada antrum-pilorik terdapat sel G (50%) yang
4
menghasilkan gastrin; sel EC / enterochromaffin (30%) menghasilkan 5-
HT[serotonin]) dan 15% sel D yang menghasilkan somatostatin.
Sedangkan pada fundus dan korpus tidak terdapat sel G, namun banyak
dijumpai sel ECL (EC-like). Pembuluh darah lambung terdapat di sub-mukosa
membentuk pleksus venous sub-mukosa. Susunan pembuluh darah ini dapat beperan
sebagai pertahanan mukosa lambung terhadap asal di dalam lumen lambung. Sel
parietal mensekresi H+ ke kanalikulus. OH-dan CO akan membentuk HCO3- dengan
bantuan enzim Carbonic anhydrase. HCO3- selanjutnya dialirkan melalui pembuluh
kapiler ke lumen permukaan menyebar pada lapisan mukus.
2.2. FISIOLOGI
Epitel lambung mempunyai 4 jenis sekresi yaitu cairan mukus, asam lambung
(HCl), enzim protease (pepsinogen) dan hormon (gastrin). Berdasarkan strukturnya
hormon gastrointestinal dapat dibagi atas kelompok Gastrin dan Cholecytokinin
(CCK) yang memiliki carboxy-10 terminal pentapeptide yang sama. Hormon-hormon
ini bekerja lebih aktif pada reseptornya masing-masing.
Rangsangan nervus vagus, peptida (makanan) dan asam amino merupakan
rangsangan untuk menghasilkan gastrin pada antrum, sedangkan asam (pH<3)
menghambat pelepasan gastrin. Gastrin berfungsi untuk merangsang sekresi sel
parietal untuk menghasilkan asam lambung dan pertumbuhan epitel kelenjar fundus.
Pada daerah antrum, sel D yang mengandung somatostatin dapat
mempengaruhi sel gastrin. Somatostatin akan mengurangi sekresi gastrin melalui aksi
parakrin lokal. Hormon sekretin dan CCK dapat merangsang parakrin melepaskan
prostaglandin, sedangkan somatostatin menurunkan sekresi sel parietal.
Secara biologi molekuler, sel parietal mempunyai 3 reseptor pada membran
basolateral yang berfungsi untuk merangsang sekresi asam yaitu histamin, reseptor
kholinergikdan reseptor CCK-B untuk gastrin.
(1). Reseptor Histamin, dilepaskan oleh sel yang mirip Enterochromaffin
(ECL) dan sel mast pada lamina propia. Histamin berikatan dengan reseptor histamin
(H2) pada sel epitel.
(2). Reseptor Acetylcholine, dilepaskan dari nerve endings yang akan
berinteraksi dengan reseptor sel parietal, reseptor sel ECL (yang dilepaskan histamin)
serta sel D (untuk mengurangi pelepasan peptida inhibitor, somatostatin).
5
(3). Reseptor Gastrin, dihasilkan oleh sel D di antrum, dipengaruhi oleh
makanan (asam amino), distensi antrum dan neuron yang melepaskan peptida pelepas
gastrin (GRP).
Gastrin berikatan dengan gastrin/reseptor CCK-B pada sel parietal dan sel
ECL (yang merangsang sekresi dengan melepaskan histamin). Potensiasi dapat terjadi
bila 2 atau lebih peptida berikatan dengan reseptor sel parietal; respons kombinasi
lebih besar daripada jumlah respons tersendiri. Ikatan terhadap reseptor pada
permukaan sel parietal, akan diikuti interseluler messenger seperti Ca+dan cAMP
active protein kinase yang memicu sekresi asam.
Jalur akhir ini menghasilkan H+ke dalam lumen kanalikuler dalam pertukaran
terhadap K+dengan aksi pompa proton (H+/K+ATPase) yang berlokasi di antara
membran lumen kanalikuli sekretori sel parietal. Pemberian benzimidazoles
(Omeprazol, Lansoprazol) bertumpuk dalam rongga asam yang teraktifasi.
Selanjutnya akan berikatan dengan H+K+-ATPase, sehingga enzim tidak
teraktifasi. Dalam mengoptimalkan pengobatan, Proton Pump Inhibitiors (PPIs)
diminum 30 menit sebelum makan, agar dapat terabsorbsi dan terakumulasi pada
kanalikuli sel parietal seperti H + K+ -ATPase yang dirangsang oleh makanan.
Fungsi lambung :
1. Tempatmenyimpanmakanan
2. Tempatmencampurmakanan dengangetahlambungkimu
3. Tempatmengosongkanmakanan
4. Mencegahmasuknyasebagiankuman
5. Tempatabsorbsialkohol + obat-obatan
6
2.3. Karsinoma Lambung (Gaster)
Karsinoma lambung (gaster) merupakan lesi ganas pada epitel. Kanker
lambung memperlihatkan dua tipe morfologik, yang disebut intestinal dan difus.
Varian intestinal diperkirakan berasal dari sel mukus lambung yang mengalami
metaplasia intestinal pada gastritis kronis. Pola kanker ini cenderung berdiferensiasi
baik dan merupakan tipe yang sering ditemukan pada populasi berisiko tinggi.
Karsinoma tipe intestinal adalah pola yang frekuensinya terus berkurang di
Amerika serikat. Sebaliknya, varian difus diperkirakan timbul de novo dari sel mukus
lambung asli, tidak berkaitan dengan gastritis kronis, dan cenderung kurang
berdiferensiasi. Yang lebih penting, karsinoma lambung difus tidak banyak berubah
frekuensinya dalam 60 tahun terakhir dan sekarang membentuk sekitar separuh dari
karsinoma lambung di Amerika Serikat.
Karsinoma tipe intestinal terutama timbul setelah usia 50 tahun dengan
predominansi laki-laki 2:1, karsinoma difus timbul pada usia lebih dini tanpa
predominansi laki-laki. Hampir pasti bahwa terdapat dua bentuk karsinoma lambung
yang berbeda.
2.4. Insidens dan epidemiologi
Di antara tumor ganas yang terdapat di lambung, karsinoma merupakan yang
terpenting dan tersering (90% sampai 95%). Urutan berikutnya dalam frekuensi
adalah limfoma dan karsinoid (masing-masing 4 % dan 3 %, dan tumor sel gelendong
mesenkim 2 %. Karsinoma merupakan penyakit mendunia dengan insidensi sangat
bervariasi.
Di negara ini insidensnya diatas Ca paru-paru dan usus besar pada laki-laki
dan pada wanita dijumpai sesudah Ca dari payudara, uterus dan usus besar. Pada
distribusi hampir dijumpai di seluruh dunia walaupun kadang-kadang dijumpai
prevalensi pada satu-satu ras istimewa di jepang.
Insidens yang tinggi ditemukan di cina, jepang, dan chili. Di jepang, insidens
mencapai 70 per 100000, di eropa tengah 40 per 100000, sedangkan di amerika
insidens pada lelaki 10 per 100000 populasi per tahun.Namun disebagian besar negara
terjadi penurunan tetap insidensi dan mortalitas kanker lambung. Tetapi kanker ini
masih merupakan kanker pembunuh utama, menyebabkan 3 % dari semua kematian
akibat kanker di Amerika Serikat.
7
Hal ini disebabkan oleh angka harapan hidup 5 tahun yang mengecewakan,
yaitu tetap dibawah 20 %. Pada setiap umur dapat dijumpai dan paling banyak pada
umur 50-70 tahun. Jarang ditemukan pada kelompok usia di bawah 40 tahun, risiko
meningkat dengan meningkatnya umur. Orang dengan anemia pernisiosa. Insidens
meninggi padInsidens tertinggi pada dekade ke-6. Lelaki lebih banyak terserang
dibanding perempuan atau 2:1.
2.5. Etiologi
Sebab timbulnya karsinoma lambung (karsinoma ventrikulum) tidak diketahui.
Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kejadian karsinoma lambung adalah diet
(ikan asap, sayuran yang diasamkan, benzypiren, nitrosamin), diet rendah serat,
makanan terlalu asin, pedas atau asam, alkohol dan aklorhidria, tukak lambung,
gastrektomi parsial sebelumnya, gastritis atrofikans, anemia pernisiosa, polip
adenomatosa gaster, hipogamaglobulinemia familial dan dijumpai hubungan ikatan
dengan penerita golongan darah A yang dicurigai sebagai faktor genetis.
Sekali-kali Ca lambung timbul pada ulkus lambung yang sudah kronis.
Kecuali gastritis atrofikans tidak ada hubungan dengan karsinogenesis kanker
lambung. Iperkirakan bahwa 1 % dari ulkus lambung yang benigna mengalami
degenerasi maligna.
8
Tabel 3. FAKTOR RISIKO UNTUK KARSINOAM LAMBUNG
Adenokarsinoma Tipe-Intestinal
- Makanan
Nitrit yang berasal dari nitrat (ditemukan dalam makanan dan air
minum, dan digunakan sebagai pengawet daging) dapat mengalami
nitrosasi untuk membentuk nitrosoamin dan nitrosamida
Makanan yang diasapkan dan acar
Asupan garam berlebihan
Menurunnya asupan buah dan sayuran segar : antioksidan yang
terdapat dalam makanan ini mungkin bersifat protektif dengan
menghambat nitrosasi
- Gastritis kronis dengan metaplasia intestinal
Infeksi Helicobacter pylori
Anemia pernisiosa
- Kelainan anatomi
Setelah gastrektomi distal subtotal
Karsinoma Difus
Faktor risiko belum diketahui, kecuali mutasi herediter E-
kaderin (jarang ditemukan)
Sering tidak terdapat infeksi Helicobacter pylori dan
gastritis kronis
2.6. Patogenesis
Faktor utama yang diperkirakan mempengaruhi pembentukan kanker ini
adalah lingkungan. Faktor risiko yang menyebabkan peningkatan karsinoma difus
umumnya tidak diketahui, walaupun pernah dilaporkan mutasi sel germinativum di E-
kaderin sehingga terjadi pewarisan dominan autosomal karsinoma lambung difus.
Gastritis kronis yang berkaitan dengan infeksi H. Pylori masih erupakan
faktor risiko utama untuk karsinoma lambung. Mekanisme bagaimana H. Pylori
menyebabkan transformasi neoplastik masih belum jelas. Mungkin peradangan kronis
menghasilkan radikal bebas yang merusak DNA, dan mutasi yang terjadi
menyebabkan hiperproliferasi yang tidak diimbangi oleh apoptosis.
2.7. Morfologi
9
Letak karsinoma lambung di dalam lambung adalah sebagai berikut : pilorus
dan antrum, 50 % hingga 60 %; kardia, 25 %; serta sisanya di korpus dan fundus.
Kurvatura minor terkena pada sekitar 40 % dan kurvatura mayor 12 % kasus. Oleh
karena itu, lokasi yang sering adalah kurvatura minor regio antropilorus.
Walaupun lebih jarang, lesi ulseratif di kurvatura mayor lebih besar kemungkinannya
ganas.
Karsinoma lambung diklasifikasikan berdasarkan kedalaman invasi, pola
pertumbuhan makroskopik, dan subtipe histologi. Gambaran morfologik yang paling
besar dampaknya pada prognosis klinis adalah kedalaman invasi.
Karsinoma lambung dini didefinisikan sebagai lesi yang terbatas di
mukosa dan submukosa, tanpa memandang ada tidaknya metastasis ke kelenjar
getah bening perigastrik. Karsinoma lambung lanjut adalah neoplasma yang
telah meluas melewati submukosa ke dinding otot dan mungkin telah tersebar luas.
Displasia mukosa lambung adalah lesi prekursor yang diperkirakan untuk kanker
lambung dini, yang pada akhirnya berubah menjadi lesi “lanjut”.
Tiga pola pertumbuhan makroskopik karsinoma lambung, yang mungkin
nyata pada stadium dini dan lanjut, adalah :
1. Eksofitik, dengan penonjolan massa tumor ke dalam lumen,
2. Rata atau cekung, tidak jelas ada massa tumor di dalam mukosa, dan
3. Berlubang (excavated), terdapat kawah erosif dalam atau dangkal di dinding
lambung
Tumor eksofitik mungkin mengandung bagian suatu adenoma. Keganasan
yang datar atau cekung bermanifestasi hanya sebagai hilangnya pola mukosa
permukaan normal secara regional. Kanker yang membentuk lubang mungkin mirip,
dalam ukuran dan penampakan, ulkus peptik kronis, tetapi lesi dengan stadium lebih
lanjut memperlihatkan tepi yang meninggi.
Walaupun jarang, keganasan dapat menginfiltrasi dinding lambung secara luas
atau bahkan seluruhnya. Lambung yang kaku dan menebal ini disebut leather bottle
stomach atau linitis plastika; karsinoma metastatik dari payudara dan paru dapat
menimbulkan gambaran klinis serupa.
Terdapat banyak klasifikasi gambaran histologik kanker lambung, tetapi dua
tipe yang terpenting adalah tipe intestinal dan tipe difus. Varian intestinal terdiri atas
sel ganas yang membentuk kelenjar intestinal neoplastik mirip dengan yang terdapat
10
pada adenokarsinoma kolon. Varian difus terdiri atas sel mukosa tipe-lambung yang
umumnya tidak membentuk kelenjar, tetapi menembus mukosa dan dinding sebagai
sel “signet-ring” (cincin cap) yang tersebar atau kelompok kecil pada pola
pertumbuhan “infiltrat”.
Apapun varian histologiknya, semua karsinoma lambung akhirnya menembus
dinding dan mengenai serosa, menyebar ke kelenjar getah bening regional dan jauh,
serta bermetastasis secara luas. Karena sebab yang belum diketahui, metastasis
kelenjar getah bening terdini kadang-kadang mengenai kelenjar supraklavikula (nodus
Virchow).
2.8. Patologi
Satu tumor yang sangat penting dan sering dijumpai. Ada berbagai bentuk
adenokarsinoma lambung. Bentuk yang bisa ditemukan adalah karsinoma ulseratif,
karsinoma polipoid, karsinoma superfisial, dan karsinoma linitis plastika yang
menyebar ke seluruh dinding lambung. Bentuk linitis plastika prognosisnya paling
jelek.
Patologi secara makroskopis
Sepertiga secara difus mengenai lambung, seperempat dijumpai di daerah
pilorus dan selebihnya mengenai hampir seluruh daerah lambung. Secara makroskopis
ada empat bentuk.
1. Tukak yang maligna pada pinggir tukak meninggi dan menonjol dari
permukaan mukosa.
2. Tumor yang berbentuk polipoid menonjol ke dalam lambung.
3. Berbentuk kolloid tumbuhan yang massif dan gelatinous.
4. Lambung yang berbentuk kantongan kulit (linitis plastika) terjadi karena
infiltrasi submukosal dari tumor dengan reaksi fibrous. Hal ini mengakibatkan
lambung yang menebal serta mengecil atau dengan hanya ulserasi yang
superfisial, yang menyebabkan perdarahan jarang dijumpai.
Patologi bentuk secara mikroskopis
Tumor-tumor ini semuanya adalah adeno Ca dengan tingkatan diferensiasi
yang berbeda. Kanker lambung dini (terbatas pada mukosa atau submukosa). Yang
11
linitis plastika terdiri dari sel-sel anaplastis yang berkelompok yang dikelilingi
jaringan fibrotis.
Satu Ca yang berbentuk tukak (degenerasi maligna pada tukak, yang benigna)
bisa dicurigai apabila satu tukak yang kronis dengan tanda yang khusus yaitu
destruksi yang sempurna dari jaringan otot yang digantikan oleh jaringan ikat fibrous
dengan sel-sel radang dan didaerah pinggir luka terjadi Ca. Kanker lambung lanjut
(menembus muskularis propria) mungkin polipoid, ulserasi atau infiltrasi.
Bagan 1. Karsinoma lambung
Patologi Adenokarsinoma, bentuk bertukak, polipoid, penyebaran superfisial
Etiologi Tidak jelas, faktor yang berhubungan dengan terjadinya: makanan,
alkohol, aklorhidria, merokok
Diagnosis Nyeri epigastrium, muntah, berat badan turun, melena atau hematemesis,
disfagia; foto kontras ganda: deformitas, defek isian, tukak gastroskopi :
biopsi histologik.
Tata laksana Pembedahan : gastrektomi radikal atau paliatif kemoterapi : paliatif
2.9. Stadium penyakit
Klasifikasi didasarkan atas derajat histologik tumor dan luasnya perjalanan
setempat, ke kelenjar limf, dan ke alat lain ( sistem TNM).
Bagan 1. Klasifikasi karsinoma lambung berdasarkan sistem TNM
12
T Tumor primer
T1 Tumor terbatas di mukosa
T2 tumor mencapai serosa tetapi belum menembusnya
T3 tumor menembus serosa dengan atau tanpa invasi struktur di sekitarnya
T4 tumor secara difus mengenai seluruh tebal dinding lambung tanpa batas yang
jelas ( termasuk linitis plastika)
Tx derajat penetrasi tidak diketahui
N limfonodus (In) regional
N0 tidak ada metastasis di kelenjar limf regional
N1 metastasis ke kelenjar limf perigastrik yang dekat dengan tumor primer
N2 metastasis ke kelenjar limf perigastrik jauh dari tumor primer atau In di kedua
kurvatura lambung terkena
NX metastasis ke kelenjar limf tidak diketahui
M metastasis jauh
M0 tidak ada metastasis jauh
M1 secara klinis, radiologik, maupun pada waktu eksplorasi, ditemukan metastasis
jauh, termasuk adanya metastasis ke kelenjar limf di luar bidang regional tumor
primer
2.10. Metastase
1. Lokal
Penyebaran cara ini susah dilihat dengan mata yang biasanya ke esofagus atau
ke bagian pertama dari duodenum. Organ tetangga (pankreas, dinding
abdomen, hepar, meso-kolon transversum dan kolon transversum) dapat
langsung dikenai. Fistula gastro-kolika bisa terjadi.
2. Limfogen
Kelenjar sepanjang kurvatura mayor dan minor biasanya terlibat. Drainase
limfogen dari daerah kardia ujung dan dari lambung dapat mengenai daerah
mediastinum dan dari sini ke daerah kelenjar supra-klavikuler dari Virchov di
sebelah kiri (Troissier’s sign). Pada daerah ujung pilorus keterlibatan kelenjar
didaerah sub-pilorus dan daerah hepar bisa dijumpai.
3. Hematogen
Disseminasi terjadi melalui vena porta ke hepar dan dari sini ke paru-paru dan
tulang-tulang.
4. Metastase transcoelomik, mengakibatkan peritonitis carcinomatosa dan
tumor Krukenberg kiri-kanan karena kedua ovarium yang kena.
13
2.11. Differensial diagnosa
Ada empat penyakit yang biasa yang memberikan gejala bentuk klinik yang
serupa dari satu penderita yaitu pucat sedikit, anemia dan berat badan yang hilang.
Keempatnya adalah Ca lambung, Ca sekum, anemia pernisiosa dan uremia.
Differensial diagnosa yang utama dari Ca lambung adalah tukak lambung yang
benigna.
2.12. Gambaran klinis
Pada stadium awal, karsinoma lambung sering tanpa gejala karena lambung
masih berfungsi normal. Gejala biasanya baru timbul setelah massa tumor cukup
besar sehingga menimbulkan gangguan aktivitas motorik pada suatu segmen
lambung, gangguan pasase, infiltrasi tumor di alat sekitar lambung, atau terjadi
metastasis. Keluhan bisa disebabkan efek lokal dari tumor atau karena metastase atau
gejala umum dari satu penyakit Ca.
Keluhan lokal adalah tidak merasa enak atau sakit didaerah epigastrium, sakit
yang menjalar ke punggung (dicurigai pankreas sudah terkena), muntah terutama
tumor pada pilorus atau antrum yang mengakibatkan obstruksi dari pilorus, atau
disfagia pada tumor di daerah kardia. Sekali-kali dapat membuat perdarahan dan
perforasi. Karena metastase biasanya ke hepar, dapat membuat ikterus dan distensi
abdomen karena adanya cairan.
Kalau massa tumor sudah besar, keluhan epigastrium biasanya samar-samar,
seperti rasa berat dan kembung. Akhirnya terjadi anoreksia (keluhan yang paling
sering), cepat kenyang, penurunan berat badan, dan kelemahan yang berkaitan dengan
anoreksia dan penurunan berat badan. Anemia terjadi karena kehilangan darah kronik,
tetapi perdarahan masif jarang ditemukan. Disfagia kemungkinan besar disebabkan
oleh tumor di kardia atau fundus. Karsinoma di dekat pilorus dapat memberikan tanda
obstruksi.
Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, teraba massa pada colok dubur, dan
kelenjar limf supraklavikuler kiri (limfonodi Virchow) yang membesar menunjukkan
penyakit yang lanjut dan sudah menyebar. Bila terdapat ikterus obstruktiva, harus
dicurigai adanya penyebaran di porta hepatik.
Pada pemeriksaan fisik diagnostik, lokal massa dapat diraba pada daerah
abdomen atas; hepar dapat dipalpasi karena adanya metastase di hepar, diikuti oleh
14
adanya ikterus atau tidak, asites, kelenjar yang membesar dan keras diraba pada
daerah supra-klavikuler atau massa yang dapat dipalpasi pada pemeriksaan vagina
karena adanya metastase didaerah cavum douglasi; berat badan yang berkurang
disertai anemi nampak jelas.
Nyeri perut pada karsinoma lambung merupakan gejala lanjut
2.13. Diagnosis
Foto kontras ganda lambung memberikan kepekaan diagnosis sampai 90%.
Dicurigai adanya keganasan bila ditemukan deformitas, tukak, atau tonjolan di lumen.
Gastroskopi dengan biopsi multipel dan pemeriksaan sitologi terhadap bahan sikatan
tukak diperlukan untuk memastikan diagnosis. Untuk menilai stadium penyakit, selain
pemeriksaan jasmani yang teliti, diperlukan foto paru, uji fungsi hati, pemayaran hati
dan limfa, serta pemeriksaan tulang.
Diagnosis dini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan tahunan pada kelompok
risiko tinggi , umpamanya penderita tukak lambung yang punya riwayat keluarga
yang menderita keganasan. Dengan cara tersebut, dapat ditemukan kasus-kasus pada
stadium awal sehingga kesembuhan mencapai 90%.
2.14. Pemeriksaan penunjang
- DPL
- Ureum + elektrolit
- LFT (liver function test)
- EGD (lihat lesi dan lakukan biopsi untuk membedakan dari ulkus gaster
jinak).
- Barium meal (space-occupying lesion/ulkus dengan tepi melingkar). Paling
baik untuk pasien yang tidak mampu mentoleransi EGD.
- CT-scan (heliks) : stadium penyakit lokal dan sistemik.
- Laparoskopi : digunakan untuk menyingkirkan keterlibatan peritoneum dan
hati sekunder yang tidak terdiagnosis sebelum pertimbangan reseksi.
15
2.15. Tata laksana
Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan paliatif. Untuk tujuan
kuratif, dilakukan operasi radikal, yaitu gastrektomi ( subtotal atau total) dengan
mengangkat kelenjar limf regional dan organ lain yang terkena, sedangkan untuk
tujuan paliatif hanya dilakukan pengangkatan tumor yang mengalami perforasi atau
berdarah atau mungkin hanya sekadar membuat jalan pintas lambung.
Kemoterapi diberikan untuk kasus yang tidak dapat direseksi atau di operasi
tidak radikal. Kombinasi sitostatik memberikan perbaikan 30-40% untuk 2-4 bulan (5
FU, adriamisin, dan mitromisin).
Kriteria rujukan setelah observasi 2 minggu untuk tersangka kanker saluran cerna bagian
atas
Disfagia yang baru terjadi (semua usia)
Dispepsia + penurunan berat badan/anemia/muntah
Dispepsia + riwayat keluarga dengan kanker/esofagus Barrett/riwayat
operasi ulkus peptikum/gastritis atrofik/anemia pernisiosa
Dispepsia yang baru terjadi pada usia > 55 tahun
Ikterus
Massa abdomen bagian atas
2.16. Prognosis
Tergantung dari stadium tumornya serta bentuk mikroskopisnya. Selanjutnya
keadaan umum penderita akan menentukan apakah dia ocok untuk operasi besar
secara kuratif. Secara umum pronose sangat jelek hanya 5 % yang dapat hidup sampai
lima tahun. Walaupun begitu 20 % penderita yang mengalami radical kuratif surgery
dapat hidup sampai akhir lina tahunnya.
Kasus stadium awal yang masih dapat dibedah untuk tujuan kuratif (NO,MO)
memberikan angka ketahanan hidup 5 tahun sampai 50 %. Bila telah ada metastasis
ke kelenjar limf (N+), angka tersebut menurun menjadi 10 %.
Indikator prognostik terpenting adalah stadium tumor saat reseksi
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar, Cotran & Robbins. Buku Ajar Patologi. Ed. 7. Penerbit: EGC. Jakarta,
2004. hal. 629-631
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34694/5/Chapter%20I.pdf
3. Fine G, Chan K. Alimentary Tract. In:Kissane JM, editor. Anderson’s
Pathology. 9th ED. Vol 2. The C.V. Mosby Company. Philadelphia.1990:
p.1180 – 3
4. S Phillip Bralow , Early Gastric Cancer A Case Report, available at:
http://patients.uptodate.com/topic.asp?file=gicancer/6577
5. Gastric Carcinoma, available at :
http://www.thedoctorsdoctor.com/disease/stomach ca.htm
17
6. Stomach Cancer, available at : http://en.wikipedia.org/wiki/stomach_cancer
7. Letters : Management of Early Gastric Cancer in Japan, available at :
http://jjco.oxfordjournals.org/cgi/content/full/27/2/119
18