Makalah Kaidah Pembentukan Kata

35
MAKALAH KAIDAH PEMBENTUKAN KATA Disusun Oleh Kelompok 3 : FIKA SUSANTI MISLENSI JEPLIKA MUHAMMAD RIDHO PRANDIKI SAPRIL TOHA PUTU KRISTIANTO RIRIN ERLINA RISKY AMELIA SAFITRI ROLEN AMERO ROYYAN MASTHUR SYAMSTA SASRA ANDIKA SHINDY RIZKY ANANDA i

Transcript of Makalah Kaidah Pembentukan Kata

MAKALAH KAIDAH PEMBENTUKAN KATA

Disusun OlehKelompok 3 :

FIKA SUSANTI

MISLENSI JEPLIKA

MUHAMMAD RIDHO

PRANDIKI SAPRIL TOHA

PUTU KRISTIANTO

RIRIN ERLINA

RISKY AMELIA SAFITRI

ROLEN AMERO

ROYYAN MASTHUR SYAMSTA

SASRA ANDIKA

SHINDY RIZKY ANANDA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PERGURUAN TINGGI MITRA LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya

sehingga makalah ini dapat tersusun. Shalawat serta salam tercurahkan selalu kepada

junjungan nabi besar Muhammad SAW, karena beliau yang telah membawa manusia dari

zaman kebodohan menuju zaman modern yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam

penyelesaian makalah ini. Penyusunan makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas pada

mata kuliah Bahasa Indonesia.

Penyusun tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga

dapat dijadikan bahan acuan yang bermanfaat.

Bandar Lampung, 04 Desember 2012

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pembentukan Kata..........................................................................................3

2.1.1 Prefiks....................................................................................................3

2.1.2 Infiks......................................................................................................10

2.1.3 Sufiks.....................................................................................................11

2.1.4 Konfiks/Simulfiks (Gabungan Awalan dan Akhiran)...........................11

2.2 Perubahan Suara dalam kata Kompleks.........................................................12

2.3 Pengecualian untuk Aturan-aturan N (Nasal)................................................13

2.4 Reduplikasi Dasar..........................................................................................15

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................16

3.2 Saran...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan

kalimat. Kata merupakan tataran terendah & kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika

Anda menulis, kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh

karena itu, sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide

dan pesan seseorang dapat mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang

digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata

sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi,

kata-kata tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.

Pembentukan kata dengan afiksasi merupakan sebuah pembentukan kata dari

bentuk dasar ke bentuk kompleks atau bentuk berimbuhan. Proses ini merupakan proses

pembubuhan afiks pada betuk dasar. Akibat dari proses ini terbentuk kata berimbuhan.

Afiks dalam bahasa Indonesia dapat ditinjau berdasarkan posisi pelekatnya, afiks dalam

bahasa Indonesia dapat dibedakan atas prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran),

konfiks ( gabungan awalan dan akhiran secara bersamaan), dan simulfiks (gabungan

awalan dan akhiran secara tidak bersamaan).

Dalam beberapa hal. Mempengaruhi kata ,pengaruh,. Dasar dari pengaruh,

mungkin hasil interpretasi dari kata memiliki awalan peN-. Namun, mempunyai memiliki

dasar ’punya’ harus dianggap sebagai pengecualian dalam bahasa modern. Kaji dengan

baik kemungkinan terjadi tapi berbeda dengan arti: mengaji ’yang menceritakan Al-

Quran’, pengajian ’,membaca Al-Quran’ dan mengkaji ’untuk penelitian, kami

melakukan studi’, pengkajian memiliki arti ’kajian, penelitian’. Dari segi tiu terjadi

perbedaan arti karena terjadi pengimbuhan.

1

1.2 Rumusan Masalah

Setelah materi makalah ini dipelajari secara seksama, mahasiswa diharapkan

memiliki sedikit pengetahuan tentang morfologi. Baik berupa pembentukan kata atau

berupa kaidah-kaidah yang terdapat dalam morfologi.

1.3 Tujuan

Makalah ini diharapkan akan menjadi suatu bahan yang akan mendukung materi

perkuliahan yang akan melengkapi tugas-tugas berikut mengenai morfologi.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembentukan Kata

Pembentukan kata dengan afiksasi merupakan sebuah pembentukan kata dari

bentuk dasar ke bentuk komplek atau bentuk berimbuhan. Proses ini merupakan proses

pembubuhan afiks pada betuk dasar. Akibat dari proses ini terbentuk kata berimbuhan.

Afiks dalam bahasa Indonesia dapat ditinjau berdasarkan posisi pelekatnya, afiks dalam

bahasa Indonesia dapat dibedakan atas prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran),

konfiks ( gabungan awalan dan akhiran secara bersamaan), dan simulfiks (gabungan

awalan dan akhiran secara tidak bersamaan).

2.1.1 Prefiks

Prefiks dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas prefiks meN-, peN-, ber-,

per, ter, di-, ke-, dan se-. pembubuhan awalan tersebut dapa dilihat sebagai berikut:

a. Prefiks meN-

Prefiks meN-memiliki alomorf me-,mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-.

Alomorf tersebut merupakan variasi dari prefiks meN-.

1). Prefiks meN- berubah menjadi me- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem

awal /l/, /r/, /m/, /n/, /ng/, /w/, dan /y/.

contoh:

meN-   + lihat              → melihat

meN-   + rasa               → merasa

3

2). Prefiks meN- berubah menjadi mem- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /b/, /p/, /f/.

Contoh:

meN-   + bantu            → membantu

meN-   + pakai                        → memakai

meN-   + fitnah           → memfitnah

3). Prefiks meN- berubah menjadi men- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

berfonem awal /d/,/t/, /c/, /j/, /sy/,/z/

contoh:

meN-   + dengar          → mendengar

meN-   + tulis              → menulis

meN-   + cuci              → mencuci

meN-   + jual               → menjual

meN-   + syarat +-kan → mensyaratkan

meN-   + ziarah+-I      → menziarahi

4). Prefiks meN- berubah menjadi meny- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

berfonem awal /s/.

contoh:

meN-   + sewa             → menyewa

4

5). Prefiks meN- berubah menjadi meng- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /g/, /h/,dan /k/.contoh:

meN-   + ajar               → mengajar

meN-   + edit               → mengedit

meN-   + ukir               → mengukir

meN-   + ikat               → mengikat

meN-   + ukur              → mengukur

meN-   + olah              → mengolah

meN-   + gali               → menggali

meN-   + klasifikasi     → mengklasifikasi

6). Prefiks meN- berubah menjadi menge- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

bersuku satu.

Contoh:

meN-   + pel                → mengepel

meN-   + bor                → mengebor

meN-   + cat                → mengecat

meN-   + tik                 → mengetik

meN-   + lap                → mengelap

5

b. Prefiks peN-

Prefiks peN-memiliki alomorf pe-,pem-, pen-, peny-, peng-, dan penge-. Alomorf

tersebut merupakan variasi dari prefiks peN-.

1). Prefiks peN- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem

awal /l/, /r/, /m/, /n/, /ng/, /w/, dan /y/.

contoh:

peN-    + panjat           → pemanjat

peN-    + rasa               → perasa

2). Prefiks peN- berubah menjadi pem- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

berfonem awal /b/, /p/, /f/.

Contoh:

peN-    + bantu            → pembantu

peN-    + pakai                        → pemakai

peN-    + pukul            → pemukul

3). Prefiks peN- berubah menjadi pen- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem

awal /d/,/t/, /c/, /j/, /sy/,/z/

contoh:

peN-    + dengar          → pendengar

peN-    + tulis              → penulis

peN-    + cuci              → pencuci

peN-    + jual               → penjual

6

peN- + jajah → penjajah

4). Prefiks peN- berubah menjadi peny- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

berfonem awal /s/.

contoh:

peN-    + sewa             → penyewa

5). Prefiks peN- berubah menjadi peng- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

berfonem awal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /g/, /h/,dan /k/.

contoh:

peN-    + ajar               → pengajar

peN-    + edit               → pengedit

peN-    + ukir               → pengukir

peN-    + ikat               → pengikat

peN-    + ukur              → pengukur

peN-    + olah              → pengolah

peN-    + gali               → penggali

peN-    + klasifikasi     → pengklasifikasi

6). Prefiks peN- berubah menjadi penge- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang

bersuku satu.

Contoh:

peN-    + pel                → pengepel

7

peN-    + bor                → pengebor

peN-    + cat                → pengecat

peN-    + tik                 → pengetik

peN-    + lap                → pengelap

c. Prefiks ber-

Prefiks ber- memiliki alomorf be- dan bel- .

Prefiks ber- berubah menjadi be- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal

/r/ dan suku pertama ditutup dengan /er/.

Contoh:

ber- + runding → berunding

ber- + rebutan → berebutan

ber- + kerja    → bekerja

ber- + cermin → becermin

Prefiks ber- berubah menjadi bel- hanya terjadi jika d imbuhkah padabentuk dasar ajar.

Contoh:

ber- + ajar → belajar

8

d. Prefiks per-, ter-.

Prefiks per- memiliki alomorf  pe- dan pel-

Prefiks per- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal

/r/

Contoh:

Per- + redam → peredam

Per- + rasa → perasa

Per- + raga → peraga

Prefiks per- berubah menjadi pel- jika diimbuhkan pada bentuk dasar ajar.

Contoh:

Per- + ajar → pelajar

Prefiks ter- memiliki alomorf te-

Prefiks ter- berubah menjadi te- jiak diimbuhkan pada  bertuk dasar yang berfonem

awal /r/  atau suku pertama ditutup dengan /er/

Contoh:

ter- + renggut → terenggut

ter- + rasa → terasa

ter- + pergok →tepergok

9

e. Prefiks di-, ke-, se-.

Prefiks di-, ke-, se- tidak memiliki kaidah morfofonemik, oleh karena itu prefiks

tersebut tidak mempunyai alomorf sebagaimana awalan lainnya. Awalan itu juga ditulis

serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Contoh:

di- + jemput    → dijemput

di- + kasih       → dikasih

di- + sayang    → disayang

ke- + tua          → ketua

ke- + kasih       → kekasih

se- + bapak      → sebapak

2.1.2 Infiks

Infiks merupakan bentuk terikat yang diimbuhkan pada bentuk dasar.

Pengimbuhannya ditempatkan ditengah atau diantara bentuk dasar. Infiks dalam bahasa

Indonesia antara lain: -el-, -em-, -er-, -in-.

Contoh:

-el- + tunjuk    → telunjuk

-er- + gigi        → gerigi

-em- + guruh   → gemuruh

-in- + kerja       → kinerja

10

2.1.3 Sufiks

Sufiks adalah bentuk terikat yang diimbuhkan pada akhir bentuk dasar. Sufiks

dalam bahasa Indonesia adalah –an, -kan, -i. Sufiks tersebut tidak mengalami proses

morfofonemik, sehingga sufiks itu tidak mengalami perubahan apabila diimbuhkan pada

bentuk dasar dimanapun.

Contoh:

-an       + pikir              → pikiran

-an       + marah           → satuan

-kan     + tambah         → tambahkan

-kan     + bersih           → bersihkan

-i          + khianat         → khianati

-i          + sayang          → sayangi

2.1.4 Gabungan awalan dan akhiran (konfiks/simulfiks)

Penggabungan awalan-akhiran dalam bahasa indonesia dapat dilakukan dengan

dua cara. Penggabungan/pengimbuhan yang dilakukan dengan bersamaan pada bentuk

dasar, gabungan awal itu dinamakan konfiks. Artinya bentuk dasar yang diimbuhkan

awalan-akhiran secara bersamaan itu tidak mempunyai tataran kata sebelumnya.

Contoh:

Per-an + tani               → pertanian

Ke-an  + rajin              → kerajinan

di-kan  + kerja             → dikerjakan

11

ber-an  + lanjut            → berkelanjutan

Pengimbuhan awalan-akhiran dalam bahasa Indonesia yang mempunyai tataran kata

sebelumnya, pengimbuhan ini dinamakan simulfiks. Artinya pengimbuhan awalan-

akhiran itu dilakukan secara bertahap, sehingga mempunyai tataran sebelum bentuk

kompleks itu terwujud.

Contoh:

ber- + sama      → bersama + -an         → bersamaan

peN- + tani      → petani + -an            → pertanian

di- + marah      → dimarah + -I           → dimarahi

2.2 Perubahan Suara dalam kata kompleks

Sejumlah perubahan terjadi ketika adanya imbuhan dan menggabungkan dasar.

Perubahan suara yang terjadi mempengaruhi imbuhan walaupunwalaupun yang kecil dan

yang berkaitan dengan diskusi di masing-masing imbuhan. Simbol-simbol yang

digunakan untuk suara perubahan antara lain, sebuan tanda tambah (+)menunjukkan

urutan imbuhan dan bentuk dasarnya.dan tanda anak panah (→) menunjukkan hasil yang

merupakan kombinasi dari pengimbuhan tersebut. Dengan demikian dapat diterangkan

ber-+ lari → berlari berarti bila awal ber-dasar lari dan digabungkan hasilnyha kompleks

kata berlari.

12

2.3 Pengecualian untuk aturan-aturan N (nasal)

a. jika prefiks meN- diikuti oleh prefiks per- awal

meN-               + per-               + lebar             → memperlebar

meN-               + per-               + oleh              → memperoleh

b. jika bentuk dasar diawali per-C, yaitu per- diikuti oleh konsonan, awal p tersebut luluh

dengan tidak selalu:

meN-               + percaya         + -i                   → mempercayai

meN-               + pergok          + -i                   → memergoki

meN-               + percik           + -i                   → memerciki

c. huruf P yang dari awalan per- dan dasar awal per-C, terluluh prefiks peN- berikut:

peN-                + per-               + satu              → pemersatu

peN-                + per-               + oleh + -an     → pemerolehan

peN-                + perkosa                                 → pemerkosa

Dengan beberapa hal yang dasar awal /t/, /s/, /k/ dan tidak hilang. Jika /s/ tidak hilang

menjadi N (nasal). Awal suara yang kemungkinan besar akan tetap jika masih merasa

asing. Oleh karena itu ingatan dari suara umum dalam kata-kata lain dimulai dengan

konsonan kelompok, yang tidak terjadi di kata dalam bahasa Indonesia.

meN-               + proklamasi +-kan                 → memproklamasikan

meN-               + traktir                                   → mentraktir

meN-               + swadaya +-kan                     → menswadayakan

meN-               + klasifikasi +-kan                   → mengklasifikasikan

13

fonem awal /t/, /s/, /k/ kadang-kadang disimpan di mana tidak ada awalan konsonan rangkap.

Yang sangat jelas terjadi di sini adalah huruf p yang luluh apabila diimbuhkan pada bentuk meN-.

Selama transisi kedua bentuk akan terjadi:

meN-               + protes                                   → memprotes, memrotes

meN-               + taat               +-i                    → mentaati, menaati

meN-               + sukses           +-kan               → mensukseskan, menyukseskan

meN-               + kritik                                     → mengkritik, mengritik

Pada saat dimana pergantian terjadi dan panjang transisi periode yang berbeda

dari kata ke kata. Oleh karena itu, oleh karena itu menaati dan mentaati ’taat’  terus ada

pihak-pihak oleh. Sementara setelah bertahun-tahun penggunaan menerjemahkan telah

diganti sepenuhnya oleh menerjemahkan dalam periode yang sangat shor pada

pertengahan 1980-an.

Dalam beberapa hal. Mempengaruhi kata ,pengaruh,. Dasar dari pengaruh,

mungkin hasil interpretasi dari kata memiliki awalan peN-. Namun, mempunyai memiliki

dasar ’punya’ harus dianggap sebagai pengecualian dalam bahasa modern. Kaji dengan

baik kemungkinan terjadi tapi berbeda dengan arti: mengaji ’yang menceritakan Al-

Quran’, pengajian ’,membaca Al-Quran’ dan mengkaji ’untuk penelitian, kami

melakukan studi’, pengkajian memiliki arti ’kajian, penelitian’. Dari segi tiu terjadi

perbedaan arti karena terjadi pengimbuhan.

Prefiks peng- terjadi pada kata lihat, rajin, dan lepas: seperti pada kata penglihatan

’mata’, pengrajin ’tukang’, penglepasan ’ rilis’. Selama awal tahun 1990-an ada

kecenderungan untuk meningkatkan pengrajin yang akan disetarakan dengan kata perajin.

Awal suku kata yang luluh dari dasar kata syair menjadi penyair. Begitulah yang

merupakan pembentukan kata dai perfiks peng-.

14

2.4 Reduplikasi dasar meN- dan peN-

Ketika kata dasar diawali dengan meN- adalah reduplikasi N tetap pada

menggandakan dasar dimana konsonan awal telah luluh.  Simbol R mewakili penuh dasar

reduplikasi tersebut.

Contoh:

meN-               + bagi-R                      → membagi-bagi

meN-               + amat-R+-i                 → mengamat-amati

meN-               + minta-R                    → meminta-minta

meN-               + pijit-R                       → memijit-mijit

meN-               + tulis-R                      → menulis-nulis

meN-               + kayuh-R                   → mengayuh-ngayuh

Ketika meN- adalah realisasi sebelum menge- satu suku kata dasar. Urutan menge-

terjadi pada reduplikasi dasar.

Dalam reduplikasi terjadi proses pengulangan bentuk dasar baik secar utuh

keseluruhan ataupun sebagian. Reduplikasi adalah proses morfemis dan proses

morfologis yang mengulang bentuk dasar. Pengulangan bentuk ini membentuk kata

ulang.

15

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Morfologi tidak pernah lepas dari kata dan kalimat. Pemebentukan kata selalu

memerlukan kaidah morfofonemik. Kaidah morfofonemik yang terdapat dalam bahasa

Indonesia terdiri dari meN-, peN, ber-, per-, ter-.

Huruf kapital N mewakili suara perubahan yang tergantung pada suara dasar. N dapat

muncul sebagai salah satu nasal m, n, ny, ng, atau nol. Kadang-kadang sengau sebelum

datang pertama suara dasar dan kadang-kadang ia menggantikan suara pertama. Atruan-

aturan yang digambarkan meN- tetapi berlaku untuk peN- dan peN…-an.

meN- memiliki alomorf me-, men-, mem-, meny-, menge-, meng-.

Prefiks ber- memiliki alomorf be- dan bel- .

Prefiks ber- berubah menjadi be- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal

/r/ dan suku pertama ditutup dengan /er/.Prefiks per- memiliki alomorf  pe- dan pel-

Prefiks per- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal

/r/.prefiks ter- memiliki alomorf te-.Prefiks ter- berubah menjadi te- jika diimbuhkan

pada  bertuk dasar yang berfonem awal /r/  atau suku pertama ditutup dengan /er/.

3.2 Saran

Kepada yang membaca makalah sederhana ini, harapan kami semoga dapat

memahami kaidah pembentukan kata, sehingga dapat mengerti dan mempergunakan

dalam kehidupan.

16

DAFTAR PUSTAKA

James Neil Sneddon, (1996) Indonesia Reference Grammar, Australia: First Publishing.

Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Moeliono, Anton M. 1982 “Diksi atau Pilihan Kata: Suatu Spesifikasi di dalam kosa

kata” Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia.  Jilid III. Nomor 3. Jakarta: Bharata.

http://dinamika.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/

28102008121137_PAPER_BAHASA_INDONESIA1_fix.doc

http://www.google.co.id/search?

hl=id&cr=countryID&q=pilihan+kata+dalam+bahasa+indonesia&star=10&sa=N

17