makalah pendidikan dan pembentukan karakter

21
Pendidikan dan Pembentukan Karakter Makalah ini disusun sebagai tugas Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan Dosen Pengampu : Dr. Sabarudin DISUSUN OLEH: Mir’atun Nur Arifah (10411057) PAI-B PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN 1

description

tugas mata kuliah sosiologi pendidikan

Transcript of makalah pendidikan dan pembentukan karakter

Page 1: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

Pendidikan dan Pembentukan KarakterMakalah ini disusun sebagai tugas

Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Sabarudin

DISUSUN OLEH:

Mir’atun Nur Arifah (10411057)

PAI-B

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2012/2013

1

Page 2: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan karakter merupakan kajian mengenai pendidikan yang sedang

menjadi trend pada saat ini. Banyak orang dari berbagai lapisan, mulai dari

mahasiswa, guru, dosen, sampai pakar pendidikan tak bosan-bosan untuk

membahasnya. Minimnya pendidikan karakter yang ditanamkan pada anak diduga

mempengaruhi munculnya berbagai permasalahan kepribadian yang banyak

merugikan orang lain, seperti korupsi, tawuran pelajar, suap menyuap, dan lain

sebagainya.

Pendidikan yang ada selama ini barulah merambah aspek kogitif anak, padahal

seluruh aspek lain dalam diri anak seperti aspek afektif dan psikomotorik juga butuh

dikembangkan secara seimbang. Hal itu bertujuan agar generasi penerus bangsa yang

nantinya terbentuk tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual saja, tetapi juga

kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial. Karna itulah saat ini pemerintah dan

pakar-pakar pendidikan sedang gencar melakukan sosialsasi dan perombakan

berbagai kebijakan yang dirasa kurang sesuai dengan penanaman karakter, khususnya

kebijakan mengenai pendidikan. Mengenai apa dan bagaimana penanaman

pendidikan karakter akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian karakter dan pendidikan karakter?

2. Bagaimana mekanisme pembentukan karakter?

3. Apa esensi pendidikan karakter?

4. Bagaimana kaidah dan strategi pembentukan karakter?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian karakter dan pendidikan karakter?

2. Untuk mengetahui mekanisme pembentukan karakter?

3. Untuk mengetahui esensi pendidikan karakter?

4. Untuk mengetahui kaidah dan strategi pembentukan karakter?

2

Page 3: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

D. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan

dan pengetahuan bagi para mahasiswa yang juga merupakan calon guru, sehingga

nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi kegiatan

belajar mengajar.

3

Page 4: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

1. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani “character” yang berakar dari diksi dari

“charassein” yang berarti memahat atau mengukir, sedangkan dalam bahasa Latin

karakter bermakna memberikan tanda.1 Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter

diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan orang lain.2 Karakter juga dapat diibaratkan seperti

sebuah ukiran. Sebuah ukiran akan melekat kuat pada benda yang diukir dan tidak

mudah termakan waktu. Sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan, yang

melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan disebut sebagai

karakter.3

Sedangkan definisi pendidikan karakter menurut para ahli diantaranya:

a. Menurut Hornby & Parnwell, karakter adalah kualitas mental atau moral,

kekuatan moral, nama atau reputasi.

b. Menurut Hermawan Kertajaya, karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh

suatu benda atau individu. Ciri khas ini asli dan mengakar pada benda atau

individu, sehingga mempengaruhi perilaku dan pemikiran sehari-harinya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan

sesuatu mendasar dan bersifat abstrak yang ada dalam diri seseorang yang

mepengaruhi sikap, tindakan, dan cara berfikir sehari-hari.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha

1 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia, 2011), hal. 1

2 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 11

3 Abdullah Munir, Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010) , hal. 3

4

Page 5: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil.4

Semua komponen pendidikan harus dilibatkan dalam pelaksanaan pendidikan

karakter di sekolah. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah isi kurikulum,

proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,

pengelolaan sekolah, pemberdayaan sarana prasarana, dan lain sebagainya. Guru

merupakan pembimbing yang dapat membantu membentuk dan mempengaruhi

karakter peserta didik. Sehingga guru dituntut untuk memiliki keteladanan yang

nantinya dapat dicontoh peserta didik. Keteladanan ini terdiri dari perilaku guru, cara

guru berbicara atau menyampaikan materi, cara guru bertoleransi, dan lain

sebagainya.

Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya.5

Selain itu, pengertian pendidikan karakter menurut para ahli diantaranya adalah:

a. Menurut Screnko, pendidikan karakter adalah upaya sungguh-sungguh dengan cara

dimana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui

keteladanan, kajian,dan praktik emulasi atau usaha yang maksimal untuk

mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari.

b. Menurut Lickona, pendidikan karakter adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk

membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-

nilai atis.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan proses penanaman

dan pengarahan agar peserta didik mampu menjadi manusia seutuhnya dan

berkarakter dalam berbagai dimensi.

B. Mekanisme Pembentukan Karakter

1. Proses Pembentukan Karakter

Pondasi awal terbentuknya karakter sebenarnya sudah dimulai sejak anak baru

lahir sampai usia 3 atau 5 tahun. Pada masa itu anak masih menggunakan pikiran

4 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran..., hal. 17

5 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 44

5

Page 6: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

bawah sadar karena kemampuan penalarannya belum tumbuh. Sehingga ia akan

menerima begitu saja semua informasi dan stimulus yang diberikan padanya.

Pembentukan karakter tidak bisa berhenti begitu saja, karena merupakan proses yang

berlangsung seumur hidup. Orang tua dan lingkungan keluargalah yang berperan

penting dalam peletakan pondasi ini. Keluarga merupakan pendidik utama dan

pertama dalam kehidupan anak karena dari keluargalah anak mendapatkan pendidikan

untuk pertama kalinya serta menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di

kemudian hari.6 Anak yang mendapat kesan baik dalam interaksinya di lingkungan

keluarga maka konsep diri anak akan menjadi baik pula, begitu juga sebaliknya.

Konsep diri inilah yang akan berdampak ketika si anak sudah tumbuh dewasa.

Hal yang diakui sebagai faktor yang mempengaruhi karakter adalah faktor

keturunan/gen. Jika tidak ada proses berikutnya yang memiliki pengaruh kuat, boleh

jadi faktor genetis inilai yang akan menjadi karakter anak.7 Munir mengemukakan

bahwa masih faktor lain yang juga dapat mempengaruhi karakter seseorang. Faktor-

faktor itu adalah makanan dan teman.

Membangun karakter anak merupakan proses yang terus menerus atau

berkesinambungan agar terbentuk tabiat, watak, dan sifat-sifat kejiwaan yang

kondusif dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta dilandasi dengan

nilai-nilai dan falsafah hidup. Sehingga dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa

karakter sebenarnya dapat dibentuk.

2. Tahap-Tahap Pembentukan Karakter

Pendidikan karakter anak haruslah disesuaikan dengan usia anak, karena nilai

karakter atau moral yang berkembang pada tiap individu mengikuti perkembangan

usia dan konteks sosialnya.

Tahap-tahap perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan menurut Piaget:

a. Tahapan pada domain kesadaran aturan: Usia 0-2 tahun: aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat memaksa Usia 2-8 tahun: aturan disikapi bersifat sakral dan diterima tanpa pemikiran Usia 8-12 tahun: aturan diterima sebagai hasil kesepakatan

b. Tahapan pada domain pelaksanaan aturan: Usia 0-2 tahun: aturan dilakukan hanya bersifat motorik Usia 2-6 tahun: aturan dilakukan dengan orientasi diri sendiri Usia 6-10 tahun: aturan dilakukan sesuai kesepakatan

6 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran..., hal. 5

7 Abdullah Munir, Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah..., hal. 6

6

Page 7: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

Usia 10-12 tahun: aturan dilakukan karena sudah dihimpun8

Selain itu, Islam juga memiliki pandangan tersendiri dalam tahapan

pengembangan dan pembentukan karakter anak. Menurut Islam, pembentukan dan

pengembangan karakter bisa dimulai sedini mungkin. Hal ini sesuai dengan hadis-

hadis Rasulullah mengenai pendidikan untuk anak. Diantara hadis tersebut adalah:

“Jadikanlah kata-kata pertama yang diucapkan seorang anak, kalimat La Ilaha

illallah. Dan bacakan kepadanya menjelang maut, kalimat La Ilaha illallah.” (H.R.

Ibnu Abbas)

“Anas berkata bahwa Rasulullah bersabda: Anak itu pada hari ke tujuh dari

kelahirannya disembelihkan akikahnya, serta diberi nama dan disingkirkan dari

segala kotoran-kotoran. Jika ia telah berusia 6 tahun dia dididik beradab susila, jika

ia telah berumur 9 tahun dipisahkan tempat tidurnya dan jika telah beusia 13 tahun

dipukul agar mau shalat (diharuskan). Jika ia telah berusia 16 tahun boleh

dikawinkan, setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya dan mengatakan: saya

telah mendidik, mengajar, dan mengawinkan kamu, saya mohon perlindungan kepada

Allah dari fitnah-fitnahan di dunia dan siksaan di akhirat.” (H.R. Ibnu Hibban)

Tahap-tahap pendidikan karakter menurut Islam:

a. Tauhid

Tahap pertama mengenai tauhid dapat diajarkan pada anak usia 0 sampai 2

tahun. Pada tahap ini, anak yang baru belajar berbicara diajarkan untuk

mengucapkan kalimat “La Ilaha Illallah” agar ucapan yang pertama kali ia

ucapkan dan suara yang pertama kali ia dengar adalah pengetahuan mengenai

keesaan Allah.

b. Adab

Penanaman adab dilakukan pada saat anak berusia 5 sampai 6 tahun. Nilai-

nilai karakter yang dapat diajarkan pada usia ini adalah jujur atau tidak

berbohong, mengenal mana yang benar dan mana yang salah, mengenal mana

yang baik dan mana yang buruk, mengenal mana yang diperintah (diperbolehkan)

dan mana yang dilarang (tidak diperbolehkan). Sehingga nantinya anak dapat

mengenal mana yang baik, mana yang buruk dan mana yang diperbolehkan, mana

yang tidak diperbolehkan.8 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam..., hal. 21

7

Page 8: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

c. Tanggung jawab

Tanggung jawab diajarkan pada anak sejak usia 7 tahun. Selain itu karakter-

karakter lain yang dapat diajarkan pada usia ini adalah tertib dan disiplin. Hal ini

sesuai dengan hadis Rasulullah yang memerintahkan orang tua untuk mengajarkan

anak menjalankan shalat pada usia tersebut. Dengan kata lain, mendidik anak

untuk melaksanakan shalat sama dengan mendidiknya agar bertanggung jawab,

tertib, dan disiplin.

d. Kepedulian

Kependulian diajarkan pada anak sejak berusia 9 sampai 10 tahun. Karakter-

karakter yang ditanamkan terkait dengan kepedulian ini adalah peduli terhadap

orang lain, terutama teman-teman sebaya, menghormati orang yang lebih tua,

menyayangi yang lebih muda, menghormati hak-hak orang lain, menolong orang

lain, dan bekerja sama. Karakter-karakter tersebut penting untuk diajarkan agar

anak bisa bertanggung jawab kepada orang lain selain bertanggung jawab

terhadap dirinya sendiri dan juga dapat menumbuhkan nilai-nilai kepemimpinan.

e. Kemandirian

Kemandirian dapat diajarkan pada anak sejak berusia 11 sampai 12 tahun.

Kemandirian merupakan karakter lanjutan dari karakter-karakter lain yang

sebelumnya telah dimatangkan dalam diri anak. Sehingga ketika anak dididik

kemandirian, ia tidak hanya mengenal mana yang baik, mana yang buruk, namun

juga dapat menerapkannya dalam kehidupannya dan juga memahami konsekuensi

apabila ia melanggar aturan.

f. Bermasyarakat

Setelah anak berusia 13 tahun keatas, anak dapat dididik bermasyarakat. Pada

usia ini, anak dianggap sudah siap memasuki kondisi kehidupan masyarakat,

sehingga ia dapat bergaul dengan bekal karakter-karakter yang sudah tertanam

pada dirinya. Usia selanjutnya, yang perlu dilakukan hanyalah menyempurnakan

dan mengembangkan karakter-karakter tersebut.

C. Esensi Pendidikan Karakter

1. Tujuan Pendidikan Karakter

8

Page 9: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

Tujuan pendidikan karakter menurut Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar

permana adalah:

a. Memfasilitasi pennguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama.9

2. Pilar-Pilar Pendidikan Karakter

William Kilpatrick menyebutkan salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang

berlaku baik meskipun ia telah memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral

knowing) adalah karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan (moral

doing).10 Karna itulah pilar-pilar pendidikan karakter secara keseluruhan harus

ditanamkan pada anak secara seimbang. Pilar-pilar tersebut terdiri dari 3 hal:

a. Moral Knowing

Moral knowing atau pengetahuan mengenai kebaikan memiliki 6 unsur.

Keenam unsur tersebut adalah kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-

nilai moral, penentuan sudut pandang, logika moral, keberanian mengambil

menentukan sikap, dan pengenalan diri.

b. Moral Loving atau Moral Feeling

Setelah memiliki pengetahuan moral, seorang anak harus memiliki kesadaran

jati diri dan bentuk sikap yang harus ia terapkan. Moral loving merupakan

aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter.11 Pedidikan mengenai

pilar ini lebih pada pemberian contoh, bukan pada pemberian pengetahuan

teoritis. Karakter yang termasuk dalam moral loving adalah percaya diri,

kepekaan terhadap derita orang lain, cinta kebenaran, pengendalian diri, dan

kerendahan hati.

c. Moral Doing atau Moral Acting

Manusia adalah makhluk sosial, ia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Karna

itulah seorang dituntut untuk dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang 9 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran...,

hal. 1710 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam..., hal. 3111 Ibid..., hal 34

9

Page 10: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

lain. Moral doing lebih terkait pada bagaimana seseorang dapat melakukan

kebaikan, sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain.

Selain itu menurut Character Counts di Amerika, pilar karakter dapat

diidentifikasi menjadi 10 pilar yaitu dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian,

tanggung jawab, jujur, peduli, kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, dan

integritas.

3. Ciri Dasar Pendidikan Karakter

Ciri dasar pendidikan karakter menurut Foerster ada 4, yaitu:

a. Keteraturan interior di mana setiap tindakan di ukur berdasarkan hierarku nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

b. Koherensi yang memberi kebenaran membuat seseorang teguh pada prinsip, dan tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau takut resiko.

c. Otonomi. Di sana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh desakan pihak lain.

d. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna menginginkan apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.12

4. Fungsi Pendidikan Karakter

Fungsi pendidikan karakter diantaranya adalah:

a. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik

b. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikulturc. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia13

D. Kaidah dan Strategi Pembentukan Karakter

1. Kaidah Pembentukan Karakter

Menurut Anis Matta ada 5 kaidah dalam pembentukan karakter, khususnya

dalam membentuk karakter Muslim. Kelima kaidah tersebut adalah:

a. Kaidah kebertahapanProses pembentukan dan pengembangan karakter harus dilakukan secara bertahap. Orientasi kegiatan ini adalah pada proses bukan hasil.

b. Kaidah kesinambunganProses yang berkesinambungan nantinya akan membentuk rasa dan warna berpikir seseorang yang lama-lama akan menjadi kebiasaan dan seterusnya menjadi karakter pribadinya yang khas.

c. Kaidah momentum

12 Ibid..., hal 3713 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran...,

hal. 17

10

Page 11: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

Pergunakan berbagai momentum peristiwa untuk fungsi pendidikan dan latihan. Misalnya bulan Ramadhan untuk mengembangkan sifat sabar, kemauan yang kuat, kedermawanan, dan sebagainya.

d. Kaidah motivasi instrinsikKarakter yang kuat akan terbentuk sempurna jika dorongan yang menyertainya benar-benar lahir dari dalam diri sendiri. Pendidikan harus menanamkan motivasi/keinginan yang kuat dan “lurus” serta melibatkan aksi fisik yang nyata.

e. Kaidah pembimbinganPembentukan karakter ini tidak bisa dilakukan tanpa seorang guru/pembimbing. Kedudukan seorang guru/pembimbing ini adalah untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan seseorang.14

2. Strategi Pembentukan Karakter

Pendidikan karakter dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan dan dapat

berupa berbagai kegiatan yang dilakukan secara intra kulikuer maunpun ekstra

kulikuler.15 Karakter memiliki strategi yang dapat dilakukan melalui sikap-sikap

dalam pembentukannya. Sikap-sikap tersebut adalah:

a. Keteladanan

Dalam pembentukan pendidikan karakter keteladanan sangat diperlukan

agar apa yang diajarkan kepada siswa tidak dipahami sebagai teori saja. Karna

itulah guru dituntut untuk memenuhi standar kelayakan tertentu agar bisa

memberikan teladan pada siswa. Selain itu untuk menjadi orang yang bisa

diteladani, seorang guru tidak hanya memberikan contoh dalam melakukan

sesuatu, namun juga terkait dengan kebiasaan-kebiasaan atau segala hal yang

bisa diteladani. Seseorang yang dapat dijadikan teladan memiliki 3 kriteria,

yaitu:

1.) Siap menjadi cermin bagi diri sendiri ataupun orang lain

2.) Memiliki kompetensi minimal baik berupa sikap, ucapan, ataupun perilaku

sehingga dapat dijadikan cerminan baik bagi diri sendiri ataupun orang

lain.

3.) Memiliki kesamaan antara ucapan dengan tindakannya. Bagi seorang guru,

ia harusm memiliki komitmen dan konsistensi terhadap profesi yang

diembannya.

b. Penanaman Kedisiplinan

14 Ibid..., hal. 715 M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta: Yuma Pustaka,

2010), hal. 39

11

Page 12: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

Disiplin penting untuk ditegakkan agar sesuatu yang diinginkan dapat

tercapai tepat pada waktunya. Jika kedisiplinan lemah, maka motivasi

seseorang untuk melakukan sesuatu menjadi berkurang. Penegakan disiplin ini

dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah peningkatan

motivasi, penegakan aturan, penerapan reward dan punishment.

c. Pembiasaan

Pedidikan karakter tidak cukup hanya diajarkan melalui mata pelajaran

di kelas, tetapi sekolah dapat juga menerapkannya melalui pembiasaan.16

Pembiasaan ini penting, sebagaimana ungkapan Dorothy Low Nolte yang

menggambarkan bahwa anak akan tumbuh sebagaimana lingkungan yang

mengajarinya dan lingkungan tersebut juga merupakan sesuatu yang menjadi

kebiasaan yang dihadapinya setiap hari.

d. Menciptakan Suasana yang Kondusif

Suasana yang kondusif merupakan modal awal dalam menciptakan

lingkungan yang memungkinkan untuk membangun karakter. Tanggung jawab

dalam penciptaan suasana yang kondusif ini ada pada orang-orang yang ada di

sekeliling anak, mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat, ataupun pemerintah.

e. Integrasi dan Internalisasi

Internalisasi diperlukan agar pendidikan karakter yang diajarkan pada

anak bisa mengkristal dalam dirinya dan dapat tumbuh dari dalam sehingga

dapat mewarnai seluruh aspek kehidupan. Internalisasi ini kemudian dapat

diintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan lain baik di sekolah ataupun di luar

sekolah karena pendidikan karakter merupakan landasan dari seluruh aspek

dan tidak bisa dipisahkan dengan aspek lainnya.

Sedangkan strategi pembentukan karakter yang biasanya digunakan di negara

maju diantaranya adalah:

a. Strategi pemanduan (cheerleading)

16 Ibid..., hal. 52

12

Page 13: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

Strategi ini menggunakan media poster atau spanduk yang di pasang di papan

pengumuman yang di up-date setiap bulan tentang berbagai nilai kebajikan,

slogan atau moto tentang karakter atau nilai.

b. Pujian dan hadiah (praise and reward)

Landasan yang digunakan dalam strategi ini adalah pemikiran yang positif dan

menerapkan peguatan positif, sehingga ingin menunjukkan anak yang sedang

berbuat baik.

c. Definisikan dan latihkan (define and drill)

Cara kerja strategi ini adalah dengan meminta siswa mengingat tentang nilai-

nilai kebaikan dan mendefinisikannya sehingga nilai-nilai moral siswa dapat

terlihat dari perkembangan kognitifnya.

d. Penegakan disiplin (forced formality)

Strategi ini pada prinsipnya ingin menedakkan disiplin dan melakukan

pembiasaan kepada siswa untuk secara rutin melakukan sesuatu yang bernilai

moral.17 Contohnya mengucapkan salam, berbaris saat masuk kelas, dan lain

sebagainya.

e. Perangai bulan ini (traits of the month)

Strategi ini mirip dengan strategi pemanduan, namun juga menggunakan

segala hal yang terkait dengan pendidikan karakter, misalnya pelatihan,

sambutan Kepala Sekolah pada upacara, dan lain sebagainya.

BAB III

KESIMPULAN

17 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter..., hal. 145

13

Page 14: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

Karakter merupakan sesuatu mendasar dan bersifat abstrak yang ada dalam diri

seseorang yang mepengaruhi sikap, tindakan, dan cara berfikir sehari-hari. Sedangkan

pendidikan karakter merupakan proses penanaman dan pengarahan agar peserta didik mampu

menjadi manusia seutuhnya dan berkarakter dalam berbagai dimensi. Mekanisme

pembentukan karakter terdiri dari proses pembentukan karakter dan tahap-tahap

pembentukan karakter. Proses pembentukan karakter dimulai sejak anak berusia 0 sampai 5

tahun, namun dalam penyempurnaan dan pengembangannya dibutuhkan waktu seumur

hidup. Tahap-tahap pendidikan karakter dapat di golongkan sesuai dengan tingkatan usia

anak agar sesuai pula dengan proses perkembangan dirinya.

Esensi pendidikan karakter terdiri dari tujuan, pilar-pilar, ciri dasar, dan fungsi

pendidikan karakter. Kaidah pendidikan karakter terdiri atas 5 hal, yaitu kaidah kebertahapan,

kaidah kesinambungan, kaidah momentum, kaidah motivasi instrinsik, dan kaidah

pembimbingan. Sedangkan strategi dalam penanaman pendidikan karakter dapat dilakukan

dengan keteladanan, penanaman kedisiplinan, pembiasaan, menciptakan suasana yang

kondusif, dan integrasi serta internalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: makalah pendidikan dan pembentukan karakter

Hidayatullah, M. Furqon. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta:

Yuma Pustaka. 2010.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2012.

Munir, Abdullah. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah.

Yogyakarta: Pedagogia. 2010.

Narwanti, Sri. Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter dalam

Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia. 2011.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2011.

15