Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

24
PERAN PERS DAN MEDIA TERHADAP PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK DALAM RUANG SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA Makalah Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Pengantar Jurnalisme Semester Ganjil Tahun 2009 Oleh: Nama : Fauzan Al-Rasyid Kelas : Pengantar Jurnalisme NPM : 0806346060 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI JURNALISME PROGRAM PENDIDIKAN S1 REGULER 2009

Transcript of Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

Page 1: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

PERAN PERS DAN MEDIA TERHADAP PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK

DALAM RUANG SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA

Makalah

Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester

Pengantar Jurnalisme

Semester Ganjil Tahun 2009

Oleh:

Nama : Fauzan Al-Rasyid

Kelas : Pengantar Jurnalisme

NPM : 0806346060

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI JURNALISME

PROGRAM PENDIDIKAN S1 REGULER

2009

Page 2: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbicara mengenai komunikasi berarti berbicara mengenai media. Media kini sudah

menjadi bagian dari hidup manusia yang sudah tidak dapat terpisahkan. Sejak kecil, seorang

anak sudah dikenalkan dengan media sebagai bentuk sosialisasi. Setiap hari dan setiap saat

kitas selalu berhubungan dengan media. Salah satu bentuk media yang paling dekat dengan

hidup masyarakat adalah media massa. Media massa, sesuai namanya, dapat diartikan sebagai

media penghubung atau media komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat.

Masyarakat memperoleh segala macam pengetahuan mengenai berita dan informasi yang

terjadi setiap hari melalui berbagai jenis media, baik cetak maupun elektronik, yang dibuat

oleh para jurnalis. Sebagi pers, jurnalis sangat berperan penting dalam menentukan isi media.

Isi media sangat berpengaruh pada sikap dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat. Salah

satu bentuk nyata dari pengaruh media terhadap masyarakat adalah munculnya pendapat

umum atau opini publik di tengah masyarakat. Opini publik yang muncul akibat dari

pemberitaan kasus atau isu-isu tertentu di media massa menggiring khalayak dalam bersikap

dan berpikir. Pada akhirnya, dari pers, media, dan publik yang kemudian membentuk suatu

opini publik terhadap suatu hal akan menghasilkan sebuah lingkaran sistem komunikasi yang

menunujukkan bahwa setiap unsur dalam sistem tersebut saling terkait satu sama lain dan

suatu hal yang dihasilkan oleh salah satu unsur akan menyebabkan adanya tanggapan atau

feedback dari unsur yang lain.

Sebagai contoh, salah satu isu yang sempat menjadi berita hangat di tanah air dan

menggiring opini publik adalah berita perseteruan antara KPK dengan Polri yang sangat jelas

memberi berdampak luar biasa bagi masyarakat. Hal ini bukan saja karena melibatkan dua

institusi yang seharusnya memberikan contoh penegakan hukum, tetapi juga karena kasus ini

sudah mengarah pada gengsi antar lembaga. Polisi merasa gengsi dan harus membela diri

karena (merasa) dipojokkan, sementara itu KPK bisa menjadi besar kepala karena merasa

didukung oleh semua elemen masyarakat. Namun, perseteruan ini masih menyisakan

persoalan karena semakin membuat rumit opini yang berkembang di masyarakat. Pihak

kepolisian membela diri, sementara KPK juga tidak jauh berbeda. Masyarakat yang tidak

Page 3: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

kritis tentu akan menerima begitu saja berita-berita yang berasal dari media massa. Akibatnya

maka muncullah opini publik di tengah masyarakat mengenai Polri dan KPK. Ketika

masyarakat ternyata lebih berpihak pada KPK maka media pun semakin mengagendakan

bahwa masyarakat memang harus mendukung KPK, dengan kata lain, media menggiring

opini publik agar opini tersebut semakin kuat.

Selain itu, sebagai suatu sistem komunikasi, antara pers dengan media dan keterkaitan

keduanya terhadap timbulnya opini publik, keduanya sudah seharusnya berkewajiban dalam

memberikan informasi dan berita yang bertanggung jawab, khususnya bila berita tersebut

memang dimaksudkan untuk menggiring opini publik maka baik pers maupun media harus

benar-benar obyektif dalam membuat pemberitaan dan tanpa adanya bias sedikit pun. Karena

terkadang dengan adanya bias tertentu membuat berita menjadi tidak obyektif dan bila

diberikan kepada masyarakat yang kurang kritis dalam menanggapi berita maka akan berita

tersebut akan dianggap sebagai sesuatu yang benar sesuai dengan kacamata media dan pers

yang menulis berita.

Saat ini pembahasan mengenai opini publik menjadi semakin menarik karena

melibatkan banyak unsur dan elemen, serta berbagai macam faktor yang mendukung. Seperti

halnya kasus “Cicak vs. Buaya” yang kemudian berhasil membawa opini publik untuk

mendukung KPK, di Indonesia, peran pers dan media sangat mempengaruhi arah pandang

masyarakat terhadap suatu isu atau kasus tertentu. Oleh karena itu, berdasarkan uraian hal-hal

tersebut, penulis membuat sebuah pengamatan kepada masalah ini, yaitu pengaruh yang

dihasilkan oleh media terhadap munculnya opini publik dengan harapan dapat menambah

pengetahuan mengenai seluk-beluk pers dan media baik untuk diri penulis sendiri maupun

untuk orang banyak. Oleh karena itu, penulis memberi judul makalah ini “Peran Pers dan

Media Terhadap Pembentukan Opini Publik dalam Ruang Sistem Komunikasi Indonesia”.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah dengan judul “Peran Pers dan Media Terhadap

Pembentukan Opini Publik dalam Ruang Sistem Komunikasi Indonesia” ini adalah untuk

mengulas lebih dalam mengenai pengaruh yang dihasilkan oleh pers dan media massa

terhadap pembentukan opini publik atau pendapat umum di tengah masyarakat di lihat dalam

ruang lingkup sistem komunikasi Indonesia, serta untuk memenuhi Ujian Akhir Semester

Page 4: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

(UAS) mata kuliah Pengantar Jurnalisme Semester Ganjil tahun 2009, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

1.3. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, penulis ingin mengetahui hal-hal berikut:

1. Bagaimana kaitan antara pers dan media dalam sebuah sistem komunikasi?

2. Apakah yang dimaksud dengan sistem pers?

3. Bagaimana hubungan antara kebebasan pers dan pelaksanaan HAM?

4. Apa sesungguhnya makna opini publik?

5. Bagaimana pers dan media dapat mempengaruhi terciptanya opini publik?

6. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan munculnya opini publik?

7. Bagaimana tahapan-tahapan terjadinya opini publik di tengah masyarakat?

1.4. Metodologi

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan.

Dengan demikian data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber bacaan, baik dari

referensi media cetak maupun media online, yang merupakan bahan acuan utama dalam

penulisan.

1.5. Sistematika Penulisan

Makalah ini dirangkai menjadi tiga bab. Secara umum bab-bab tersebut tersusun

dalam pokok-pokok bahasan sebagai berikut:

I. BAB I: Pendahuluan

I.1. Latar belakang

Page 5: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

I.2. Tujuan Penulisan

I.3. Rumusan Masalah

I.4. Metodologi

I.5. Sistematika Penulisan

II. BAB II: Pembahasan

2.1 Peran Pers dan Media dalam Sistem Komunikasi Indonesia

2.2 Sistem Pers

2.3. Kebebasan Pers Sebagai Perwujudan Pelaksanaan HAM

2.4. Pengertian dan Perkembangan Opini Publik dalam Masyarakat

III. BAB III: Penutup

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

Page 6: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Peran Pers dan Media dalam Sistem Komunikasi Indonesia

Di awal subbab pembahasan ini penulis akan menjelaskan mengenai keterkaitan

antara pers dan media dalam sistem komunikasi Indonesia. Namun, sebelum membahas peran

pers dan media tentunya kita harus mengenal definisi atau penegertian dari sistem

komunikasi Indonesia. Pertama, membahas mengenai sistem komunikasi Indonesia sudah

pasti berbicara mengenai sistem. Ada banyak definisi mengenai sistem. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa sistem adalah seperangkat unsur yang secara

teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Definisi lainnya mengenai

sistem disebutkan oleh Tatang M. Amirin (1996), yaitu sekumpulan unsur yang melakukan

kegiatan atau menyusun skema atau tata cara melakukan suatu kegiatan pemprosesan untuk

mencapai sesuatu atau beberapa tujuan dan hal ini dilakukan dengan cara mengolah data

dan/atau barang (benda) di dalam jangka waktu tertentu guna menghasilkan informasi

dan/atau energi dan/atau barang (benda).

Dengan demikian, jika dikaitkan dengan komunikasi maka sistem komunikasi bisa

didefinisikan sebagai sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu

kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan simbol, lambang menjadi pesan

dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu

sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.

Menurut Nurudin (2005), jika definisi tersebut dijadikan alat untuk mengamati dunia

surat kabar, misalnya, bisa diartikan sebagai sekumpulan orang, alat, mesin, fasilitas yang

bekerja mengolah suatu berita/informasi lain dengan mengolahnya menjadi lembaran-

lembaran tulisan guna memproduksi informasi yang telah direncanakan pada saat para

langganan memerlukannya.

Dengan demikian jika diringkas, dalam sebuah definisi sistem komunikasi paling

tidak atau minimal selalu ada:

1. Sekumpulan unsur (wartawan, karyawan, komputer, mesin, barang, buku, kertas, dan

fasilitas lain).

Page 7: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

2. Tujuan sistem (menyebarkan informasi pada khalayak, membentuk citra postif dalam

humas dan persuasi).

3. Wujud hasil kegiatan atau proses sistem selama jangka waktu tertentu (media cetak.,

penerbitan intern, press release).

4. Pengolahan data dan/atau energi dan/atau bahan (bahan berita berupa 5W1H, bagaimana

diolah menjadi berita straight news atau depth news, kolom, tajuk rencana, artikel, fact

finding, dan lain-lain).

Dengan melihat definisi dan contoh di atas, sesuatu disebut sistem apabila memiliki

ciri-ciri paling tidak sebagai berikut:

1. Adanya interdependensi, artinya komponen-komponen itu saling berkaitan, berinteraksi,

dan berinterdependensi secara keseluruhan. Tidak bekerjanya suatu unsur akan

mempengaruhi kinerja unsur-unsur yang lain.

2. Keluaran (output) dari suatu sistem sesuai dan konsisten dengan tujuan yang sudah

direncanakan.

3. Eksistensi kesatuan (totalitas) suatu sistem dipengaruhi oleh komponen-komponennya,

sebaliknya eksistensi masing-masing komponen itu dipengaruhi oleh kesatuannya.

4. Sebagai suatu kesatuan yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output) atau

tujuan tertentu.

Dari definisi dan penjelasan di atas diketahui bahwa satu hal yang menjadi ciri dan

sekaligus penting dalam sebuah sistem adalah adanya interdependensi, output yang sesuai

dengan tujuan, adanya kesatuan antarunsur, serta adanya input dan output yang jelas. Dalam

kaitannya dengan pers dan media, tentu kita dapat melihat keterkaitan ini. Pers dan media

merupakan salah satu contoh bentuk sistem komunikasi. Baik pers maupun media, keduanya

saling berkaitan satu sama lain, saling berinterdepensi. Artinya, pers tidak akan eksis tanpa

bantuan media dan begitu juga dengan media yang tidak akan hidup tanpa adanya pers.

Keduanya pun memiliki tujuan yang jelas dalam menghasilkan output-nya. Pers yang

dianggap sebagai pilar keempat demokrasi bertujuan dan bertugas untuk mencari dan

memberitakan kebenaran (telling the truth) sesuai dengan prinsip dan etika jurnalisme,

sedangkan media bertugas sebagai sarana atau medium untuk menyampaikan apa yang

diberitakan oleh pers kepada khalayak. Media dan jurnalisme harus objektif dalam segala hal,

Page 8: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

tetapi objektivitas bukanlah tujuan. Objektivitas adalah disiplin dalam melakukan verifikasi

karena itulah sosok nilai kebenaran yang diharapkan.

Sebagai dua unsur yang saling terkait dalam sistem komunikasi, pers dan media

memiliki tanggung jawab besar kepada publik untuk menyiarkan berita sesuai dengan etika

dan nilai-nilai kebenaran. Hal ini dikarenakan segala hal yang diberitakan oleh pers lewat

media akan menimbulkan pendapat umum di tengah masyarakat. Pendapat umum yang terus

berkembang dan semakin menjadi isu inilah yang kemudian disebut sebagai opini publik.

Opini publik yang berkembang dalam masyarakat merupakan hasil penafsiran masyarakat

terhadap berita atau isu yang diangkat di media yang bersumber dari pers. Opini publik ini

bisa menjadi sesuatu yang positif, tetapi bisa juga menjadi sesuatu yang negatif. Namun,

sebelum membahas lebih lanjut mengenai opini publik, penulis akan menjelaskan mengenai

sistem pers dan keterkaitannya dengan kebebasan pers sebagai wujud pelaksanaan HAM.

2.2. Sistem Pers

Sistem pers adalah subsistem dari sistem komunikasi. Sistem ini mempunyai

karakteristik tersendiri dibandingkan dengan sistem lainnya, misalnya sistem informasi

manajemen dan sistem dalam komunikasi organisasi. Unsur yang paling penting dalam

sistem pers adalah media massa, baik cetak maupun elektronik. Media massa menjalankan

fungsi untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat, termasuk dalam hal membentuk

opini publik. Melalui media, masyarakat dapat menyetujui dan menolak kebijakan

pemerintah. Lewat media pula berbagai inovasi atau pembaruan bisa dilaksanakan oleh

masyarakat.

Marshall Mc Luhan menyebutkan bahwa media sebagai the extension of man (media

adalah ekstensi manusia). Dengan kata lain, media adalah perpanjangan dan perluasan dari

kemampuan jasmani dan rohani manusia (F. Rafhmadi, 1990). Berbagai keinginan, aspirasi,

pendapat, sikap perasaan manusia bisa disebarluaskan melalu pers. Sosialiasai kebijakan

tentang kenaikan atau penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) atau kenaikan gaji

Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang perlu diketahui secara cepat oleh masyarakat, tidak perlu

dilakukan dengan komunikasi tatap muka. Pemerintah cukup melakukan press release ke

media atau mengundang wartawan untuk jumpa pers. Dalam waktu singkat injformasi itu

akan tersebar luas ke tengah masyarakat.

Page 9: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

Mengutip pendapat Wilbur Schramm (1973), tidak bisa dipungkiri bagi masyarakat,

pers bisa dianggap sebagai pengamat, forum, dan guru (watcher, forum, and teacher).

Artinya, setiap hari pers memberikan laporan, ulasan mengenai kejadian, menyediakan

tempat (forum) bagi masyarakat dari segala generasi. Dengan kata lain, pers mengamati

kejadian dan melaporkannya kepada masyarakat, menjadi tempat “diskusi” (mengeluarkan

ide atau gagasan dan menanggapinya) serta kemampuan mendidik masyarakat ke arah

kemajuan (pers memberikan ilmu pengetahuan serta mengarahkan masyarakat pada

pembaruan). Kemudian, pers juga memiliki dua sisi kedudukan. Pertama, pers sebagai

medium komunikasi yang tertua dibandingkan dengan medium yang lain. Kedua, pers

sebagai lembaga kemasyarakatan atau institusi sosial merupakan bagian integral dari

masyarakat dan bukan merupakan unsur asing atau terpisah (F. Rachmadi, 1990).

2.3. Kebebasan Pers Sebagai Perwujudan Pelaksanaan HAM

Jika kita berbicara tentang kebebasan pers maka berarti secara implisit kita juga

berbicara tentang hak asasi manusia (HAM). Alasannya karena kebebasan pers berawal dari

kebebasan komunikasi antarmanusia (human communication). Komunikasi menuntut

kebebasan karenan manusia tidak dapat hidup tanpa komunikasi (one cannot not

communicate). Paling sedikit, kebutuhan komunikasi sama dengan kebutuhan manusia untuk

makan, minum, dan berlindung dari udara dingin, panas, dan hujan. Oleh karena itu,

berkomunikasi adalah HAM, sama halnya seperti menjalani hidup (to live) bagi manusia

adalah HAM. Hak untuk berkomunikasi sama dengan hak untuk hidup. Kebebasan mencari

dan mendapatkan informasi merupakan HAM pula sebab informasi adalah bagian integral

dari komunikasi antarmanusia.

Keberadaan pers dalam komunikasi antarmanusia (tahun 1445) merupakan fenomena

kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Dengan menggunakan pers jangkauan

komunikasi (penyampaian pesan) menjadi luas, jauh, mencapai banyak orang (penerima

pesan) dan pesan menjadi lebih diterima masyarakat karena dilakukan secara tertulis

(tercetak) sehingga lebih jelas. Keberadaan pers pun meningkatkan kemampuan manusia

untuk berkomunikasi.

Ketika pers hadir dalam kehidupan manusia hak asasi komunikasi pun melebar

kepada saluran komunikasi massa. Kebebasan komunikasi itu pun mengikuti tahap-tahap

Page 10: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Pada akhirnya saat ini kebebasan komunikasi

sebagai hak asasi manusia telah memasuki dunia maya informasi yang disebut

cybercommunication. Akibatnya pun sangat dramatis. Rambu-rambu lama seketika menjadi

benda kuno (archaid) dan hampir tidak berguna lagi (futile) menurut sebuah seminar yang

diselenggarakan oleh Asian Institute of Development Communication (AIDCOM) di Kuala

Lumpur bulan November 1997 yang dipandu oleh A. Muis penulis buku “Indonesia di Era

Dunia Maya: Teknologi Informasi dalam Dunia Tanpa Batas”.

Namun, kebebasan berkomunikasi tidak berlaku mutlak. Hal ini dikarenakan semua

orang memiliki hak untuk bebas berkomunikasi demi kelanjutan hidupnya. Dengan

demikian, kebebasan berkomunikasi dibatasi oleh kebebasan komunikasi pula. Karena pers

adalah bagian yang tak terpisahkan dari komunikasi antara manusia maka kebebasan pers pun

harus tunduk pada rambu-rambu hukum dan etika, tetapi pembatasan yuridis itu tidak boleh

bersifat pencekalan terhadap kebebasan pemberitaan (pre-public penalty), seperti sensor,

pembredelan, SIT, SIUPP, dan sejenisnya karena hal itu berarti melanggar HAM.

2.4. Pengertian dan Perkembangan Opini Publik dalam Masyarakat

Sebelum membahas lebih dalam mengenai opini publik, penulis akan membasa

mengenai definisi opini publik terlebih dahulu. Dari berbagai referensi mengenai opini

publik, ternyata banyaknya definisi mengenai opini publik sebanyak jumlah penulis tentang

opini publik itu sendiri.

Kata opini publik terdiri atas dua unsur, yaitu kata opini dan publik. Secara sederhana,

opini adalah pendapat, gagasan, atau ide yang dikemukan manusia atas suatu kejadian atau

peristiwa yang dia lihat atau ketahui, sedangkan pengertian publik secara umum adalah

sekelompok individu dalam jumlah besar, sedangkan dari beberapa pakar dapat diperoleh

beberapa pengertian sebagai berikut:

1. Publik adalah sejumlah orang yang bersatu dalam satu ikatan dan mempunyai pendirian

sama terhadap suatu permasalahan sosial (Emery Bogardus).

2. Publik adalah sekelompok orang yang (1) dihadapkan pada suatu permasalahan, (2)

berbagi pendapat mengenai cara pemecahan persoalan tersebut, (3) terlibat dalam diskusi

mengenai persoalan itu (Herbert Blumer).

Page 11: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

Kemudian ketika kata opini dan publik disatukan membentuk istilah opini publik,

pada dasarnya bermakna sebagai opini yang berkembang karena pengaruh pemberitaan dari

media massa. Menurut Machiavelli yang pertama kali menggunakan istilah opini publik atau

disebut juga sebagai pendapat umum, dalam buku Discourses, dia menyatakan bahwa orang

yang bijaksana tidak akan mengabaikan pendapat umum mengenai soal-soal tertentu, seperti

pendistribusian jabatan dan kenaikan pangkat. Namun, seperti kebanyakan penulis, ia

kemudian menganggap bahwa istilah tersebut sudah cukup dikenal dan dimengerti sehingga

tidak perlu didefinisikan.

Kemudian pendapat selanjutnya mengenai pendapat umum atau opini publik

diutarakan oleh James Madison. James Madison menulis bahwa pendapat umum atau opini

publik adalah kedaulatan yang nyata (real sovereign) dalam setiap negara merdeka, bukan

karena pimpinannya dapat mengetahui atau mengikuti setiap mayoritas, tetapi karena

pendapat massa menetapkan batasan yang tak dapat dilampaui para pembuat kebijakan

(policymakers) yang bertanggung jawab. Madison juga segera melihat bahwa partai politik

yang longgar dan bersifat terpusat dapat menghimpun – “mengagregasikan” – berbagai

pendapat dan karenanya memberikan sarana utama untuk menjaga agar para pemimpin tetap

dalam batas yang dapat diterima publik.

Namun, studi modern tentang pendapat umum kemungkinan telah dimulai sejak

diterbitkannya Public Opinion and Popular Government karya A. Lawrence Loweel tahun

1919 dan Public Opinion karya Walter Lippman pada tahun 1922. Para penulis tahun 1920-

an dan 1930-an, dengan mengandalkan konsep-konsep dan bahan-bahan yang baru

diorganisasi yang dikemukakan oleh para psikolog dan sosiolog, telah mengembangkan

cukup banyak teori dan hipotesis. Kuliah pendapat umum diberikan di berbagai universitas di

Amerika oleh para ilmuwan politik, sosiolog, psikolog social, dan para wartawan.

Kemudian pendapat pakar lainnya, Leonard W. Doob dalam buku Public Opinion and

Propaganda menyebutkan bahwa pendapat umum mengacu pada sikap rakyat tentang suatu

isu jika mereka adalah anggota dari kelompok sosial yang sama. David Truman menyatakan,

pendapat umum terdiri atas pendapat sekelompok individu yang bersama-sama membentuk

masyarakat yang sedang mereka diskusikan. Hal itu tidak mencakup semua pendapat

individu, tetapi hanya yang berhubungan dengan isu atau keadaan yanga menentukan mereka

sebagai suatu masyarakat. Dengan demikian, berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat

ditarik suatu pemahaman umum bahwa opini publik adalah kompleks preferensi yang

Page 12: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

dinyatakan sejumlah orang tertentu mengenai isu yang menyangkut kepentingan umum

(Bernard Hennessy, 1981).

Kini perkembangan opini publik yang cukup relevan jika dikaitkan dengan

problematika di Indonesia saat ini adalah mengenai kasus “Cicak vs. Buaya” yang sempat

menarik perhatian masyarakat luas. Perseteruan antara Kapolri, dengan Bibit Samad Rianto

dan Chandra M. Hamzah yang diberitakan di berbagai media massa akhirnya membentuk

opini publik di tengah masyarakat. Berbagai rentetan peristiwa antara “Cicak vs. Buaya”

yang cukup kompleks kemudian diberitakan secara luas dan menyeluruh oleh media massa

(cetak dan elektronik). Rentetan peristiwa itu kemudian diikuti oleh opini-opini yang

dibangun berdasarkan fakta-fakta yang berasal dari opini narasumber. Ketika kemudian

opini-opini tersebut diberitakan oleh media massa dan pengaruhnya juga sampai ke pembaca,

penonton atau pendengarnya maka inilah yang disebut dengan public opinion (opini publik).

Opini publik ini menjadi opini yang berkembang karena pengaruh pemberitaan dari

media massa, meskipun ada juga opini publik yang bisa dibangun bukan dari media massa,

tapi media massa mempunyai kekuatan untuk memperkuat dan mempercepat tersebarnya

sebuah opini. Dalam hal ini opini publik bisa disebabkan oleh dua hal, direncanakan (planned

opinion) dan tidak direncanakan (unplanned opinion). Opini publik yang direncanakan

dikemukakan karena memang ada sebuah rencana tertentu yang disebarkan media massa agar

menjadi opini publik. Ia mempunyai organisasi, kinerja dan target yang jelas. Misalnya, opini

yang sengaja dibuat oleh elite politik tertentu bahwa Pancasila adalah sumber dari segala

sumber hukum. Ide ini dikemukakan di media massa secara gencar dengan perencanaan

matang. Sementara itu, opini publik yang tidak direncanakan muncul dengan sendirinya tanpa

rekayasa. Media hanya sekadar memuat sebuah peristiwa yang terjadi, kemudian

diperbincangkan di tengah masyarakat. Dalam posisi ini, media massa hanya mengagendakan

sebuah peristiwa dan memberitakannya. Peristiwa atau kasus yang dibahas di media

kemudian menjadi pembicaraan publik karena publik menganggap isu itu penting untuk

diperbincangkan. Karena menjadi pembicaraan di masyarakat, media massa kemudian

memberi penekanan tertentu atas sebuah isu dan akhirnya ia pun menjadi opini publik.

Melihat apa yang terjadi dengan kasus “Cicak vs. Buaya” sehingga menghasilkan

dukungan yang besar dari publik kepada KPK, dapat kita lihat bahwa efek dari opini publik

yang merupakan pengaruh dari media massa sangat luar biasa. Namun, sesungguhnya proses

terjadinya opini publik bukanlah suatu proses yang singkat. Kemunculan opini publik di

Page 13: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

tengah masyarakat melalui berbagai proses yang tidak mudah. Ferdinand Tonnies (Nurudin,

2001: 56 – 57) dalam bukunya Die Offentlichen Meinung pernah mengungkapkan bahwa

opini publik terbentuk melalui tiga tahapan; pertama, die luftartigen position. Pada tahap ini,

opini publik masih semerawut seperti angin ribut. Masing-masing pihak mengemukakan

pendapatnya berdasarkan pengetahuan, kepentingan, pengalaman dan faktor lain untuk

mendukung opini yang diciptakannya.

Kedua, die fleissigen position. Pada tahap ini, opini publik sudah menunjukkan ke

arah pembicaraan lebih jelas dan bisa dianggap bahwa pendapat-pendapat tersebut mulai

mengumpul ke arah tertentu secara jelas. Artinya, sudah mengarah, mana opini mayoritas

yang akan mendominasi dan mana opini minoritas yang akan tenggelam. Ketiga, die festigen

position. Pada tahap ketiga ini, opini publik telah menunjukkan bahwa pembicaraan dan

diskusi telah mantap dan suatu pendapat telah terbentuk dan siap untuk dinyatakan. Dengan

kata lain, siap untuk diyakini kebenarannya setelah melalui perdebatan dan perbedaan

pendapat yang tajam sebelumnya.

Kemudian, setelah suatu opini publik tercipta di tengah masyarakat tentu

menghasilkan efek tertentu bagi masyarakat tersebut. Di era reformasi saat ini atau dapat

dikatakan sebagai era serba “kebebasan”, setiap orang menuntut segala macam kebebasan

yang bisa didapat. Pers sebagai salah satu pilar demokrasi pun terkadang tanpa disadari

berlaku menuntut segala kebebasan, dalam hal ini adalah kebebasan mendapatkan informasi

dan menyebarkan informasi. Setelah mendapatkan berita, pers kemudian meletakkan segala

macam informasi yang didapat di dalam media. Media kemudian disebarkan dan dikonsumsi

oleh publik. Akhirnya segala hal yang ada di media mengatur segala bentuk pandangan dan

pemikiran publik mengenai suatu persistiwa atau kasus tertentu. Media pun secara tidak

disadari memberitakan hal-hal seperti apa yang memang diinginkan oleh publik.

Sebagai perumpamaan, dalam dunia pemasaran (marketing), Seth Godin dalam

bukunya yang berjudul All Marketers Are Liars mengatakan bahwa fungsi marketers adalah

menceritakan apa yang sebenarnya ingin didengar oleh konsumen, dan bukan sebaliknya,

yaitu mempersuasi konsumennya seperti yang selama ini dibayangkan. Begitu pula dengan

pembentukan opini publik. Pembentukan opini publik melalui media di dalam banyak hal

juga tidak jauh berbeda. Media memang mendidik masyarakat, tetapi lebih banyak diarahkan

ke arah yang dikehendaki oleh masyarakat itu sendiri.

Page 14: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab pembahasan, pada

bab ini penulis ingin menyampaikan beberapa kesimpulan. Selain itu, untuk lebih

menyempurnakan makalah ini, penulis juga ingin menyampaikan beberapa saran.

3.1. Kesimpulan

Sebagai dua unsur elemen yang saling terkait dalam sistem komunikasi, pers dan

media memiliki tanggung jawab besar kepada publik untuk menyiarkan berita sesuai dengan

etika dan nilai-nilai kebenaran. Walaupun komunikasi adalah salah satu bentuk HAM,

kebebasan berkomunikasi tidak berlaku mutlak. Hal ini dikarenakan semua orang memiliki

hak untuk bebas berkomunikasi demi kelanjutan hidupnya. Oleh karena itu, kebebasan

berkomunikasi dibatasi oleh kebebasan komunikasi pula. Karena pers adalah bagian yang tak

terpisahkan dari komunikasi antara manusia maka kebebasan pers pun harus tunduk pada

rambu-rambu hukum dan etika. Jika sebuh media meng-expose suatu berita atau kasus

tertentu secara terus-menerus dan berkelanjutan, dari berita tersebut dapat muncul suatu opini

publik di tengah masyarakat.

Opini publik atau pendapat umum yang berkembang dalam masyarakat merupakan

hasil penafsiran masyarakat terhadap berita atau isu yang diangkat oleh media yang

bersumber dari pers. Opini publik ini bisa berupa sesuatu yang positif, tetapi bisa juga berupa

sesuatu yang negatif. Opini publik ini pun bisa disebabkan oleh dua hal, yang yang

direncanakan (planned opinion) dan tidak direncanakan (unplanned opinion). Namun,

pembentukan opini publik melalui media pada dasarnya lebih banyak diarahkan ke arah yang

dikehendaki oleh masyarakat itu sendiri.

3.2. Saran

1. Pers dan media harus tetap menjalankan prinsip-prinsip dan etika jurnalisme dalam

membuat dan menyebarkan berita. Tidak boleh berat sebelah dalam pembuatan berita

Page 15: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

(tidak obyektif) karena segala hal yang diberitakan di media dapat membentuk opini

publik terhadap isu atau kasus tertentu.

2. Kebebasan pers sebaiknya tidak menjadi alasan terhadap pembuatan dan penyebaran

berita yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah jurnalisme.

3. Sebagai salah satu pilar demokrasi, pers seharusnya dapat mengendalikan opini publik

yang tercipta di tengah masyarakat dan menggiring opini tersebut ke sebuah

pemecahan atau solusi dari sebuah kasus atau isu yang dibahas.

4. Masyarakat harus tetap kritis dalam membaca dan menanggapi segala berita yang

dimuat di media. Masyarakat sebaiknya tidak langsung menerima begitu saja apa

yang ditulis oleh media karena ada selalu ada kemungkinan bahwa berita yang dimuat

tidak obyektif.

5. Masyarakat sebaiknya tidak hanya terpaku pada satu jenis media tertentu, tapi harus

melihat pada media lain sebagai bahan perbandingan terhadap keakuratan isi suatu

media dalam membuat berita.

Page 16: Makalah Komunikasi Peran Pers Dan Media Terhadap Pembentukan Opini Publik

DAFTAR PUSTAKA

Gamble, Michael and Teri Kwal Gamble. 2005. Communication Works. New York:

McGraw-Hill Education.

Hennessy, Bernard. 1981. Public Opinion, terj. Amiruddin Nasution. Jakarta: Erlangga.

Muis, A. 2001. Indonesia di Era Dunia Maya: Teknologi Informasi dalam Dunia Tanpa

Batas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Ruben, Brent D. and Lea P. Stewart. 2006. Communication and Human Behavior. USA:

Allyn and Bacon.

West, Richard and Lynn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory Analysis and

Application. New York: McGraw-Hill Education.

http://netsains.com/2007/10/seberapa-banyak-kita-harus-percaya-pada-opini-publik/

http://pbhmi.org/opini-publik-sebagai-hukuman-sosial/

http://ppsdms.org/peran-strategis-media-dalam-pembentukan-opini-publik.htm

http://sarlito.hyperphp.com/articles/psychological-and-physical-disorders/pengaruh-opini-

publik-terhadap-teori-diagnosis-dan-terapi-gangguan-jiwa.html

http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/sosial-politik/1439-mengarahkan-opini-

publik.html

http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=206741&actmenu=35