Makalah k3 Pa Yosi
-
Upload
yohanor-saputera -
Category
Documents
-
view
78 -
download
2
description
Transcript of Makalah k3 Pa Yosi
H
Makalah tentang k3 dalam
pelepasan dan pemasangan roda
MOBIL
Disusun Oleh :
AHMAD SAUKI
PROGRAM KEAHLIAN : TEKNIK MESIN
PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN
POLITEKNIK SYEKH SALMAN AL FARISI RANTAU
TAHUN AKADEMIK 2010/2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa
pengasih lagi penyayang yang sampai saat ini telah memberikan kesempatan dan
kekuatan kepada saya serta rahmat dan karunianya yg telah dilimpahkan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: K3 PADA PELEPASAN DAN
PEMASANGAN RODA MOBIL.
Makalah ini merupakan susunan hasil dari pembacaan beberapa buku yang saya
baca dalam beberapa minggu ini dan dari informasi yang saya peroleh dari internet.
Pekerjaan makalah ini secara keseluruhan berjalan dengan lancar, Kesulitan yang
dihadapi selama mengerjakan makalah ini dapat segera di atasi dengan bantuan dan
bimbingan dari semua pihak. Untuk ini saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Seluruh Dosen Teknik Mesin.
2. Seluruh Dewan Dosen dan Staf Tata Usaha POLTEK Syekh Salman Al Farisi Rantau.
3. Orang Tua Saya Sendiri.
4. Serta Semua Pihak Yang Mendukung Pembuatan Makalah Ini.
Yang telah banyak memberikan bahan atau bimbingan kepada saya. Atas jerih
payah yang telah di berikan, saya mengucapkan banyak- banyak terima kasih.
Saya selaku penulis berharap makalah ini ada gunanya bagi saya sendiri,
mahasiswa Politeknik Syekh Salman Al Farisi Rantau dan masyarakat pada umumnya.
Amuntai, 14 Nopember 2010
Penulis
Ahmad Sauki
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………………...i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………………………………………………………………………...1
B.Tujuan K3…………..…………………………………………………………………1
C.Sejarah K3 ……………………………………………………………………………2
BAB II PENJELASAN
A.Pengertian K3………………………………………………………………………....5
BAB III K3 PADA PELEPASAN DAN PEMASANGAN RODA
A.Prosedor Melepasan Roda …..……..…………………………………………………7
B.Prosedor Melepas Roda(Roda depan) .…………………………………………….....8
C.Lokasi Pengangkatan Dan Penopangan Kendaraan..…………………………………9
D.Rangkuman…………………………………………………………………………...9
BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan……….………………………………………………………………….11
B.Saran……….………………………………………………………………………...12
Daftar Pustaka………………………………………………………………………..13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGl
Sejalan dengan pembangunan dewasa ini, kita akan memajukan industri yang maju dan
mandiri dalam rangka mewujudkan Era Industrialisasi. Proses Industrialisasi maju
ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi dan modernisasi.
Dalam keadaaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat,
instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut
disamping memberi kemudahan proses produksi dapat pula menambah dan ragam
sumber bahaya di tempat kerja. Di dalam hal lain akan terjadi pula lingkungan kerja yang
kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya, serta peningkatan
intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah tersebut diatas akan sangat
mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan,
Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam usaha berproduksi khususnya para pengusaha
dan tenaga kerja diharapkan dapat mengerti, memahami dan menerapkan K3 di tempat
kerja masing-masing. Agar terdapat keseragaman dalam pengertian, pemahaman dan
persepsi K3, maka perlu adanya suatu pola yang baku tentang K3 itu sendiri.
B. TUJUAN K3
a. Menjamin kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan
budayanya.
b. Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan PAK (Penyakit Akibat Kerja)
c. Menjamin:
1) Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat
perlindungan atas keselamatannya.
1
2) Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien
3) Proses produksi berjalan lancar
Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran,
peledakan, dan PAK dapat dicegah dan ditanggulangi. Oleh sebab itu setiap usaha K3
adalah:
USAHA K3 = USAHA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KECELAKAAN
ditempat kerja.
Usaha K3 haruslah ditujukan untuk MENGENAL DAN MENEMUKAN SEBAB-
SEBABNYA bukan gejalanya. Dengan demikian dapat semaksimal mungkin
menghilangkan atau mengeleminirnya.
C. SEJARAH K3
Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
manusia bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami kecelakaan dalam bentuk cidera
atau luka. Dengan akal pikirannya mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan
serupa dan ia dapat mencegah kecelakaan secara preventif.
Selama pekerjaan masih dikerjakan secara perseorangan atau dalam kelompok maka
usaha pencegahan tidaklah terlalu sulit, sifat demikian segera berubah, tatkala revolusi
industri dimulai, yakni sewaktu umat manusia dapat memanfaatkan hukum alam dan
dipelajari sehingga menjadi ilmu pengetahuan dan dapat diterapkan secara praktis.
Penerapan ilmu pengetahuan tersebut dimulai pada abad 18 dengan munculnya industri
tenun, penemuan ketel uap untuk keperluakn industri. Tenaga uap sangat bermanfaat bagi
dunia industri, namun pemanfaatannya juga mengandung resiko terhadap peledakan
karena adanya tekanan.
2
Selanjutnya menyusul revolusi listrik, revolusi tenaga atom dan penemuan-penemuan
baru di bidang teknik dan teknologi yang sangat bermanfaat bagi umat manusia.
Disamping manfaat tersebut, pemanfaatan teknik dan teknologi dapat merugikan dalam
bentuk resiko terhadap kecelakaan apabila tidak diikuti dengan pemikiran tentang upaya
K3.
Sebagai gambaran sejarah K3:
Kurang lebih tahun 1700 sm. Raja Hamurabi dari kerajaan Babylonia dalam kitab
undang-undangnya menyatakan bahwa: ” Bila seorang ahli banguanan membuat rumah
untuk seseorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik sehingga rumah itu
roboh dan menimpa pemilik rumah hingga mati, maka ahli bangunan tersebut dibunuh” .
Zaman Mozai lebih kurang 5 abad setelah Hamurabi, dinyatakan bahwa ahli bangunan
bertanggungjawab atas keselamatan para pelaksana dan pekerjanya, dengan menetapkan
pemasangan pagar pengaman pada setiap sisi luar atap rumah.
Leih kurang 80 tahun sesudah masehi, Plinius seoarang ahli Encyclopedia bangsa
Roma mensyaratkan agar para pekerja tambang diharuskan memakai tutup hidung.
Tahun 1450 Dominico Fontana diserahi tugas membangun obelisk ditengah lapangan
St. Pieter Roma. Ia selalu mensyaratkan agar para pekerja memakai topi baja.
Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut menggambarkan bahwa masalah K3 manusia pekerja
menjadi perhatian para ahli waktu itu.
Sejak revolusi industri di Inggris dimana banyak terjadi kecelakaan, dan banyak
membawa korban, para pengusaha pada waktu itu berpendapat bahwa hal tersebut adalah
bagian dan resiko pekerjaan dan penderitaan para korban, karena bagi pengusaha sendiri,
hal tersebut dapat dengan mudah ditanggulangi dengan jalan memperkerjakan tenaga
baru. Akhirnya banyak orang berpendapat bahwa membiarkan korban berjatuhan apalagi
tanpa gantgi rugi bagi korban dianggap tidak manusiawi. Para pekerja mendesak
pengusaha untuk mngambil langkah-langkah yang positif untuk menanggulangi masalah
3
tersebut. Yang diusahakan pertama-tama ialah memberikan perawatan kepada para
korban dimana motifnya berdasarkan peri kemanusiaan.
Di Inggris pada mulanya aturan perundangan yang hampir sama telah diberlakukan,
namun harus dibuktikan bahwa kecelakaan tersebut bukanlah terjadi karena kesalahan si
korban. Jika terbukti bahwa kecelakaan yang terjadi adalah akibat kesalahan atau
kelalaian si korban maka ganti rugi tidak akan diberikan. Karena para pekerja berada
pada posisi yang lemah, maka pembuktian salah tidaknya pekerja yang bersangkutan
selalu merugikan korban. Akibatnya peraturan perundangan tersebut diubah tanpa
memandang apakah si korban salah atau tidak.
Berlakunya perundangan tersebut dianggap sebagai permulaan dari gerakan keselamatan
kerja, yang membawa angin segar dalam usaha pencegahan kecelakaan industri.
HW. Heinrich dalam bukunya yang terkenal ”Industri Accident Prevention ”(1931),
dianggap sebagai suatu titik awal, yang bersejarah bagi semua gerakan keselamatan kerja
yang terorganisir secara terarah. Pada hakekatnya, prinsip-prinsip yang dikemukakan
Heinrich di tahun 1931 adalah merupakan unsur dasar bagi program keselamatan kerja
yang berlaku saat ini.
4
BAB II
PENJELASAN
1. Pengertian K3:
a. filosofi K3
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
b. Keilmuan K3
Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
c. Praktis K3
Upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama
melakukan pekerjaan ditempa kerja, serta melakukan pekerjaan di tempat kerja maupun
sumber dan proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.
d. Potensi Bahaya (Hazard), suatu keadaan yang memungkinkan/dapat menimbulkan
kecelakaan/kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan/kemampuan melaksanakan
fungsi yang telah ditetapkan.
e. Tingkat Bahaya (Danger) merupakan ungkapan adanya potensi bahaya secara relatif.
Kondisi yang berbahaya karena telah dilakukan beberapa tindakan pencegahan.
f. Risiko (Risk) menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/kerugian pada periode
waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.
5
g.Insiden, ialah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan kontak
dengan sumber energi melebihi nilai ambang batas badan atau struktur.
h. Kecelakaan, ialah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan
kerugian baik korban manusia dan atau harta benda.
i. Aman/selamat. Kondisi tidak ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya)
j. Tindakan tak aman, adalah suatau pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang
memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.
k. Keadaan tak aman, adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang
mungkin dapat langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
6
BAB III
K3 PADA PELEPASAN DAN PEMASANGAN RODA MOBIL
A. PROSEDUR MELEPAS RODA
Melepas roda dari dudukan diperlukan apabila terjadi kebocoran ban, mengganti roda
dengan yang baru, dan lain-lain. Adapun momen pengerasannya : 103 N.m (1.050
kgf.cm, 76 ft.lbf) Sebelum melepas roda, perlu diperhatikan keselamatan kerja sebagai
berikut :
a. Melepas kedua roda pada permukaan/ lantai yang rata.
b. Gunakan alat (kunci roda) sesuai dengan fungsinya.
c. Pada saat mengangkat kendaraan dengan menggunakandongkrak, pastikan
posisinya kuat.
d. Sebelum didongkrak sebaiknya mur-mur roda dikendorkanterlebih dahulu.
e. Pilihlah penyangga yang kuat menahan beban kendaraan.
f. Perhatikan benar-benar semua spesifikasi momenpengencangan baut. Gunakan
selalu kunci momen.
g. Mungkin SST (Alat Servis Khusus) diperlukan, tergantungpada sifat perbaikan.
Gunakanlah SST apabiladiinstruksikan dan ikuti prosedur sebaik-baiknya.
h. Pada saat mendongkrak dan menopang kendaraan,hendaknya berhati-hati.
Tempatkan dongkrak dan penopang pada lokasi yang benar.
i. Apabila yang diangkat hanya bagian depan atau belakangsaja, ganjal-lah roda
demi keselamatan.
j. Setelah kendaraan didongkrak, jangan lupa menopangnya.Adalah sangat
berbahaya; mengerjakan perbaikan dengankendaraan diangkat tanpa penopang,
walau hanya untuk pekerjaan yang kecil dan sebentar sekalipun.
7
B. Prosedur Melepas Roda (Roda Depan)
1. Posisikan kendaraan pada tempat yang rata. Jangan lupa berilah pengganjal pada
roda belakang.
2. Bukalah tutup roda dan kendorkan sedikit mur-mur pengikatbaut roda (hanya
dikendorkan sedikit saja, tidak sampai lepas) dengan kunci roda berlawanan arah
jarum jam.
3. Dongkrak mobil dan naikkan as depan kemudian dijamin dengan jack stand pada
bagian yang aman di dekat roda yang akan dilepas.
4. Bukalah kap hub dengan menggunakan obeng ( - ).
5. Lepaskan mur-mur pengikat baut roda dengan menggunakan kunci roda.
6. Lepaskan roda dari baut pengikatnya dengan menarik secara perlahan.
7. Lakukan pemeriksaan dan diskusikan mengenai kondisi roda,kemungkinan
penyebab kerusakan, kemungkinan perbaikanserta kemungkinan akibat jika
kerusakan terjadi dan dibiarkan!
8. Lakukan pemasangan kembali komponen-komponen yang dibongkar secara
efektif dan efisien! (dengan kebalikan dari langkah pelepasan).
8
C. LOKASI PENGANGKATAN DAN PENOPANGAN KENDARAAN
POSISI DONGKRAK _
Depan ..................... Cross member depan
Belakang ................. Batang axle belakang
PERHATIKAN : Saat mengangkat bagian depan dan belakang,
pastikan bahwa kendaraan tidak memuat beban
ekstra.
POSISI DONGKRAK PANTHOGRAPH _____________________
POSISI PENOPANGAN
Penopang (Safety stand) dan swing arm type lift .............
DEPAN
10
BAB IV
Kesimpulan Dan Saran
1. KESIMPULAN
Setiap jenis pekerjaan selalu memiliki resiko. Anda tidak dapat menghindar dari
semua itu. Jika bekerja, maka selain keuntungan yang didapatkan berupa upah,
namun kebuntungan bisa menghadang jika tidak hati hati dalam bekerja.Tidak ada
orang yang ingin celaka! Itu adalah sebuah kondisi yang diharapkan setiap orang.
Pada saat mereka melakukan pekerjaan, yang mereka inginkan adalah pekerjaan
selesai dan mereka tidak celaka dalam pekerjaan tersebut. Pemahaman atas
keselamatan kerja adalah kebutuhan paling utama. Setiap orang harus benar-benar
memahami masalah keselamatan kerja. Setiap pekerja harus memahami
bagaimana dan apa itu keselamatan kerja sehingga pada saat menghadapi kondisi
tertentu segera dapat mengambil langkah penanganan yang tepat dan
cepat.Sebenarnya, setiap pekerja sudah dibekali pengetahuan mengenai
keselamatan kerja. Pada saat mereka mempelajari setiap alat dan proses kerja
yang dilakukan, maka pada saat itu mereka mendapatkan informasi penting terkait
keselamatan kerjanya. Pengetahuan keselamatan kerja diperoleh dari membaca,
dari penjelasan orang yang berpengalaman, atau dari pengalaman tidak langsung
yang pernah terjadi pada orang lain. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
maka harus diketahui hal-hal tepat pada saat pengkondisian keselamatan kerja ini.
Langkah-langkah ini sangat penting agar setiap langkah benar-benar efektif.
Kecelakaan kerja sering terjadi karena kurang pahamnya pekerja dalam
menentukan langkah-langkah penyelamatan diri saat bekerja.
11
2. SARAN
Lakukan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, artinya bekerja sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki. Jangan melakukan sesuatu yang tidak dikuasai.
Mintalah petunjuk pada seorang ahli untuk suatu pekerjaan yang akan
dikerjakan.
Lakukan setiap pekerjaan sesuai prosedur yang berlaku, jangan melakukan
pekerjaan secara acak.
Berlatihlah dulu terkait dengan pekerjaan tersebut sebelum melakukannya.
Simpan alat pada tempatnya setelah dipergunakan.
Jangan banyak berkelakar di tempat kerja.
12
DAFTAR PUSTAKA
- Sauki Ahmad,Buku Laporan,SMKN 2 Amuntai,Amuntai,2009/2010
-WWW.Googe.COM,K3 Melepas Roda,Google,Indonesia,2010
13