Terjemahan Review Jurnal Penggunaan Terapi Kombinasi Pada Akne Vulgaris
Makalah Jurnal Terapi Kelompok A4
-
Upload
andam-dewi-pertiwi -
Category
Documents
-
view
82 -
download
0
description
Transcript of Makalah Jurnal Terapi Kelompok A4
1. PENDAHULUAN
Sejak diperkenalkan dalam praktek klinis, quinidin telah dicatat memiliki hubungan
dengan sinkop dan kematian mendadak pada takiaritmia ventricular. Dalam beberapa tahun
terakhir, aksi aritmogenik sebagai tanda untuk semua obat antiaritmia. Namun sebagian besar
laporan memiliki penawar atau telah difokuskan dalam potensial aritmogenik dari obat tunggal
atau aritmia spesifik. Dalam penelitian ini ,efek aritmogenik dari obat didefinisikan sebagai suatu
kejadian baru fibrilasi ventrikular atau suatu bentuk takikardi ventricular yang sebelumnya tidak
dialami oleh pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kejadian efek
aritmogenik dari obat pada kelompok besar pasien yang dirawat karena takikardi ventricular
berulang atau fibrilasi ventricular dan untuk menganalisis asosiasi dari efek tersebut dengan
variabel klinik yamg mungkin diprediksikan terjadi pada mereka.
2. METODE
Studi kelompok ini terdiri dari 506 pasien dengan 388 pria dan 118 wanita berusia 13-88
tahun rata-rata 56 ±13. Sebelum dilakukan terapi, 184 pasien mengalami takikardi ventricular
berulang, 130 fibrilasi ventricular dan 192 pasien mengalami takikardi ventricular tidak
berulang. Penyakit primer elektrikal didefinisikan sebagai tidak adanya penyakit jantung
structural pada pemeriksaan klinis, ekokardiografi, dan karterisasi. Biopsi endomiokardial tidak
sistematis dilakukan dalam sub kelompok ini. Pasien dengan sindrom Walff Parkinson-White
dimasukkan jika mereka memilikitakikardi vemtrikular atau fibrilasi ventricular yang tidak
terkait asosiasi dengan takikardi atrioventricular reciprocating atau fibrilasi atrial dengan
verntrikular respon cepat.
Fungsi ventrikel kiri
Tiga ratus tiga puluh delapan pasien memiliki penilaian dasar terhadap ukuran dan fungsi
ventrikel kiri. Ventrikel kiri ditentukan fraksi ejeksi sebaliknya atau ventrikulography
radionuclide atau dua dimensi ekokardiography. Ekokardiogram yang dianalisis diperoleh untuk
memperpendek pecahan yang dihitung sebagai rasio perubahan di diameter sistolik ventrikel kiri
(LVID) dengan diameter diastolic(LVID diastole-LVID systole)/LVID diastole.
Terapi obat antiaritmik
Setiap pasien dirawat di rumah sakit dan irama jantung dipantau secara kontinyu selama
periode bebas obat-obatan mulai ≥ 2 hari dan selama administrasi dari semua obat antiaritmic. 24
jam pemantauan dari irama jantung pasien dicapai dengan telemetri dengan penggunaan
komputerisasi yang tersedia secara sistem deteksi komersial aritmia (Hewlett-Packard 78.525)
dan jantung terus menerus diamati secara intensif oleh unit perawat yang berpengalaman.
Menjiplak rhythm ditinjau setiap hari oleh dokter. Pemilihan obat aritmia individu secara
spesifik dan didasarkan pada sejarah pemberian obat masing-masing pasien serta keadaan klinis
dan ketersedian obat spesifik. Obat yang sebelumnya diberikan tidaak di evaluasi jika efek
samping dibatasi atau terjadi aritmia berulang sebelum agent terbuka. Obat dengan efek
inotropik negative yang signifikan , seperti disopiramid atau agen β-blocker adrenergic tidak
diberikan kepada pasien dengan gagal jantung kogestive. Obat yang diteliti ketika pasien masuk
studi yang diuji setelah obat yang disetujui oleh Food and Drug Administration
dievaluasi. Setiap obat, kecuali amiodarone, yang diberikan selama 7-14 hari, diberikan selama
2-4 hari dengan dosis masing-masing dan, jika dihentikan karena efek yang merugikan atau
kurangnya keberhasilan, pemberian obat lain belum dimulai untuk setidaknya 24 jam. Jika terapi
obat tunggal muncul tidak efektif, kombinasi obat menggunakan pedoman yang sama seperti
untuk obat tunggal. Masing-masing kombinasi obat dievaluasi sebagai percobaan, pengujian obat
yang berbeda dan tidak termasuk dalam analisis individu obat tunggal. Kombinasi paling sering
pada amidarone dipasangkan dengan kuinidin dalam 20 percobaan, enkainamid pada 13,
aprindine pada 13 dan mexiletine pada 12.
Definisi dari efek aritmogenik
Efek aritmogenik merupakan suatu efek aritmogenik terapi obat antiaritmia didefinisikan
sebagai kejadian spontan terjadinya gejala baru takiaritmia ventrikel dari terapi obat antiaritmia
yang terjadi dalam hubungan temporal dengan awal pemberian obat atau peningkatan dosis baru
dan mereda setelah pemberian obat dihentikan. Obat aritmia induced dianalisis hanya pada dasar
aritmia spontan yang diamati selama pemantauan elektrokardiografi (EKG), sedangkan
pengujian elektropsikologi digunakan untuk mengevaluasi khasiat obat, data ini tidak digunakan
untuk menentukan efek aritmogenik.
Interval elektroradiografi
Interval QRS, QT dan koreksi QT(QTc) diperoleh dinegara kontrol sebelum terapi obat
antiaritmia dan pada saat event aritmogenik. Untuk analisis, pasien aritmogenik sementara
menerima aminodarone dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan uji aminodarone.
Demikian juga pasien menerima flecainid, ecainid, atau propafenone dikelompokkan bersama-
sama untuk membandingkan kelompok tersebut dengan obat tanpa efek aritmogenik.
Analisis statistik
Data disajikan sebagai nilai rata-rata SD. Membandingkan kedua pasien dengan uji t
untuk kategori variabelnya menampilkan aritmia, dan di analisis dengan tes chi-square untuk
table kontingensi. Interval elektrokardiografik di analisis dengan two-way analisis varians.
Statistik yang signifikan digunakan untuk nilai probabilitas ≤ 0,05.
3. Hasil
Tabel 2. Dosis Obat Antiaritmia dan Jumlah Studi Percobaan
Kejadian dari aritmogenesis (Tabel 2), Efek obat aritmogenik teridentifikasi dalam 35 dari 506 pasien (6,9%) dan 43 dari 1.268 percobaan obat (Gambar 1).
\Gambar 1. Kejadian dari Efek Obat Aritmogenik pada Beberapa Obat. Nilai diagram ke kanan menunjukkan jumlah
percobaan obat aritmogenik per total jumlah percobaan obat tersebut.
Beberapa dari 35 pasien mengalami efek aritmogenik ketika menerima satu obat
yang diterima pada penambahan percobaan obat terakhir. Empat pasien memiliki respon
aritmogenik selama percobaan lebih dari satu obat. Encainide menghasilkan nilai
kejadian terbesar (11,8%) dari efek aritmogenik, dan nilai kejadian ini lebih besar dari
semua kombinasi obat dengan tes chi-square. Dari 13 percobaan obat dengan encainide, 4
pasien yang dirawat selama percobaan menggunakan dosis tambahan yang telah melewati
jumlah rekomendasi peningkatan dosis. Kejadian aritmogenesis berubah-ubah diantara
obat lainnya, tetapi perbedaannya tidak signifikan.
Gambar 2. Tipe dari respon aritmogenik yang terlihat pada beberapa obat. Amio =
amiodarone; Comb = kombinasi terapi; Enc = encainide; Flec = flecainide; Propf =
propafenone; Quin = quinidine; VF = fibrilasi ventrikular; VT-NS dan VT-S =
nonsustained dan sustained takikardia ventrikular.
Tipe dari efek aritmogenik. Kategori spesifik dari respon aritmogenik untuk
beberapa obat ditunjukkan pada Gambar 2. Perhitungan ventrikular takikardia yang terus-
menerus terhitung sebanyak 23 dari 43 obat penginduksi-aritmia. Ventrikular fibrilasi dan
ventrikular takikardia polimorfisme terjadi dalam 6 kasus dan hanya berkaitan dengan
terapi amiodarone. Aritmia berkaitan dengan perawatan amiodarone tejadi 3 hingga 7
hari setelah inisiasi obat dan terpecah dalam waktu 24 jam, kecuali pada 2 pasien yang
ventrikular takikardia terakhir terus-menerus selama 2,5 hingga 3 hari; pasien terakhir
menerima amiodarone dalam kombinasi dengan flecainide.
Perawatan. Terapi terdiri dari pemutusan penyerangan obat dan mengatur agen
antiaritmia atau kardioversi elektrik sebagai indikator. Empat pasien membutuhkan
perawatan yang luar biasa. Dua dari pasien tersebut membutuhkan obat vasopresi, 1
pasien membutuhkan penempatan pompa balon intraaorta, dan pasien lain membutuhkan
pemanjangan resusitasi kardiopulmonari untuk selama 6 jam. Pasien keempat mati
disebabkan karena syok kardiogenik hingga ventrikular takikardia terus-menerus.
Gambar 3. Kejadian dari efek aritmogenik sebagai relasi untuk menunjukkan aritmia. Diagramdari Gambar 2.
Faktor yang berkaitan dengan aritmogenesis. Faktor klinik dan demografik
dibandingkan antra 35 pasien dengan 47 pasien tanpa efek obat aritmogenik. Usia, jenis
kelamin, diagnosis jantung, lokasi dari infark pertama, dan fungsi tidak berbeda diantara
2 kelompok. Konsentrasi serum patasium pada 20 pasien saat rentang induksi obat
aritmia antara 3,5 hingga 5,4 mEq/dL. Yang menunjukkan aritmia secara alami secara
nampak hingga mempengaruhi sangat mungkin dari pasien yang mengalami efek
aritmogenik selama terapi obat. Efek aritmogenik terjadi pada 19 dari 184 pasien (10,3%)
menunjukkan sustained takikardia vebtrikular, dibandingkan dengan hanya 3 dari 130
pasien (2,3%) dengan fibrilasi ventrikular, dan 13 dari 192 pasien (6,8%) dengan
takikardia ventrikular. Gambar 3. Data ekokardiografik dan ventrikulografik mengenai
fungsi ventrikular kiri dan ejeksi fraksi ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan Variabel Ukuran dan Fungsi Ventrikular Kiri diantara Pasien dengan dan Tanpa Efek
Aritmogenik
Tabel 4. Fungsi dan Ukuran Ventrikular Kiri pada Pasien Penerima Flecainide, Disopyramide, atau Beta Blockers (F, D, BB) dan pada Pasien Penerima Obat Lain.
Rata-rata nilai dari ekokardiografik pemendekan fraksi, merupakan indeks dari
pergerakan dinding ventrikular sistolik pada dasar jantung, terjadi abnormal pada pasien
yang memiliki efek aritmogenik dan secara signifikan lebih sedikit daripada yang
diperoleh pada pasien tanpa induksi obat aritmia. Parameter lain dari ukuran ruang
ventrikel kiri dan ejeksi fraksi perbedaannya tidak signifikan diantara 2 kelompok.
Analisis lebih lanjut dengan obat spesifik menyatakan parameter ekokardiografik ukuran
dan fungsi sistolik ventrikular kiri secara signifikan lebih baik pada pasien dengan
pemberian flecainide, disopyramide, dan agen penghambat beta adrenergik daripada
pasien yang tidak diberikan obat-obat tersebut (Tabel 4).
Interval elektrokardiografik. Tidak ada perbedaan antara pasien yang memiliki
pengalaman artimogenik pada penerima amiodarone dengan memerhatikan interval
QRS, QT, atau QTc dalam periode kontrol atau selama perawatan dengan obat.
Kelompok penerima flecainide, encainide, atau propafenone menunjukkan tidak ada
perbedaan dalam Qt, QTc, JT, JTc, atau QRS kontrol.
4. DISKUSI
Definisi dari exacerbation arrhythmia dalam penelitian ini didasarkan sepenuhnya
pada pengamatan klinis dan rekaman dari takiaritmia ventrikel bentuk baru yang terjadi
selama terapi obat dan menghilang setelah pemakaian obat dihentikan. Hal ini tidak
seperti aritmia mewakili evolusi alami dari pola klinis aritmia setiap pasien karena, pada
setiap pasien, aritmia yang dibuat sebagai obat – induksi belum pernah dijelaskan
sebelumnya dan hasil setelah obat dihentikan, kecuali pada satu pasien yang meninggal
dengan terus menerus takikardia ventrikel. Selain itu, pengobatan regimen akhirnya
menemukan bahwa pencegahan aritmia klinis tidak berhubungan dengan obat yang
terkait sebelumnya. Diagnosis lebih pasti telah dicoba dengan masing-masing obat yang
berpotensi arrhythmogenic, tetapi prosedur ini tidaklah praktis maupun aman dalam
konteks sekarang. Membatasi efek arrhythmogenic dengan periode waktu di rumah sakit
dengan pemantauan EKG terus menerus dan memulai menyatakan kategori aritmia ini
dirancang untuk memberikan kepastian dalam diagnosis. Terjadinya aritmia kemudian
dalam obat terapi akan lebih mungkin mencerminkan perkembangan penyakit atau hasil
dari faktor-faktor pencetus lainnya. Definisi dari efek arrhythmogenic dalam studi ini
menghindari variabilitas alami dalam frekuensi extrasystole yang dapat menstimulasi
antiaritmia atau efek arrhythmogenic.
Penelitian Lain Velebit et sl. Melaporkan kejadian secara keseluruhan obat
yang terkait aritmia lebih baik dari seri sekarang. Sedangkan kelompok belajar
sebagian besar membandingkan, penulis ini menggunakan pengujian obat jangka
pendek dan identifikasi efek arrhythmogenic sebagai penyebab peningkatan frekuensi
dari ekstrasistol ventrikelatau terjadinya takikardia ventrikular dibandingkan dengan
periode kontrol selama 48 jam. Dalam penelitian ini, hanya takikardia ventrikular
yang baru atau fibrilasi ventrikel yang tidak muncul pada pasien yang ditandai/ diberi
obat induksi. Selain itu, penelitian kami telah menambahkan analisis potensi
arrhythmogenic pada obat baru seperti encainide, flecainide, dan amiodarone.
Laporan sebelumnya, tentang potensi arrhythmogenic pada encainide dan flecainide
setuju dengan temuan kami. Sedangkan 4 dari 13 samplearrhythmia aggravation
dengan encainide dalam seri kami mungkin terkait dengan peningkatan dosis,
Dalam sembilan kasus lain,tidak meniadakan potensi arrhythmogenic dari
encainide. Hasil yang serupa telah dicatat dengan flecainide, dengan lebih tinggi
potensi arrthmogenic dilaporkan pada pasien takiaritmia ventrikel berkelanjutan
Beberapa laporan telah mengidentifikasi potensi amiodaron,selama fase awal loading
obat, untuk menghasilkan polimorfik ventrikel takikardia, ventrikel flutter atau
ventrikel fibrillation. Laporan tentang insiden arrhythmia aggravation dengan
amiodarone berkisar 3%, dimana hasil ini sama dengan yang kami laporkan.
Kombinasi Obat Kombinasi obat yang biasanya digunakan untuk antiaritmia,
tapi juga memiliki resiko meningkatkan potensi toksisitas. Dari pengalaman kami,
kombinasi obat biasanya menggunakan amiodarone sebagai salah satu agen, ini
tidaklah mengherankan dari 4 kasus arrhythmia aggravation kami melaporkan adanya
keterlibatan amiodarone dalam kombinasi dengan obat lain. Potensi bahaya
kombinasi obat dengan amiodarone telah dilaporkan oleh orang lain.
Farmakokinetika interaksi mencatat antara amiodarone dan obat antiaritmia lainnya
mungkin menjadi faktor. Namun dalam seri kami, penyesuaian dosis yang hati-hati
dan memonitor konsentrasi plasma tidak mencegah komplikasi ini.
Kolerasi klinis Dari variabel klinis dinilai, aritmia dan fungsi ventrikel kiri
pada jantung secara statistik berkaitan dengan penyebab dari drug-induced
arrhythmia. Seperti dicatat oleh orang lain, pasien dengantakikardia ventrikel lebih
sering mengalami efek arrhythmogenic daripada mereka yang memiliki fibrasi
ventrikel atau nonsustained takikardi ventrikel. Namun, diagnosis ini tidak berarti
bahwa terapi obat ini aman, terapi ini menyumbang hampir setengah dari potensi
mengancam masa kerja obat aritmia. Enjeksi faksi ventrikel kiri tidak membedakan
antara kelmpok pasien, mungkin karena sebagian bear pasien dalam penelitian telah
secara signifikan terganggu fungsi ventrikel kirinya. Ada beberapa perbedaan kecil
tapi signifikan antara kelompok dalam fungsi sitolik dari hati. Pengukuran ini telah
ditemukan agar berguna dalam pengaturan klinis lainnya, tetapi mekanisme untuk
hubungan ini tidak diketahui.
Temuan bahwa kedua kelompok pasien yang menerima tipe IC agen
(flecainide, encainide, propafenone)telah memperpanjang interval QRS tetapi
besarnya efek lebih besar pada mereka yang tidak mengalami arrhythmogenic baik
secara mendadak maupun bisa dijelaskan.
Arrhythmogenesis terjadi pada awal selama pengobatan dalam hal ini
penelitian. Temuan ini setuju dengan data Minardo et al, yang memperlajari
kelompok yang terpisah dari pasien ynag dirujuk ke institut kami setelah mereka
mengalami fibrasi sebagai pasien rawat jalan saat menerima obat antiaritmia. Rata2
durasi terapi obat sebelum fibrasi ventrikel dalam kelompok yang 4 hari
dibandingkan dengan 3 hari di saat kami melaporkan.
Keterbatasan Dalam penelitian ini kami memilih terapi obat spesifik yang
dipengaruhi oleh status hemodinamik setiap pasien, namun tindakan pencegahan ini
tidak menghalangi spenuhnya potensi arrhythmogenic obat ini. Kami tidak secara
sistematis merekam konsentrasi oabat dalam plasma karena mereka tidak tersedia
untuk obat tertentu yang diteliti (propafenone dan aprindine)dan korelasi antara
konsentrasi obat dan efek elektropsikologi tidak diketahui orang lain (amiodarone
dan encainide). Selain itu, konsentrasi obat dalam plasma telah terbukti tidak
berkolerasi dengan arrhythmogenesis.
“ Efek Aritmogenik dari Obat Antiaritmia : Studi 506 pasien dirawat untuk takikardi ventricular atau fibrilasi”
Disusun Oleh : 1. SULISTIANA (09-195)
2. VALERIA JUNIARTI CHRISTI (09-203)
3. VENESSYA CIKITA M(09-205)
4. WA ODE RADLIA (09-211)
5. INDRI PRIHATINI(09-230)
6. ANDAM DEWI P.(10-019)
\FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA 2013