JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN...

60
Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA FORIKES JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA FORIKES JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA FORIKES JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA FORIKES Diterbitkan oleh: Diterbitkan oleh: Diterbitkan oleh: Diterbitkan oleh: FORUM ILMIAH KESEHATAN (FORIKES) Penanggungjawab: Penanggungjawab: Penanggungjawab: Penanggungjawab: Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep, Ns, M.M.Kes (Ketua Forikes) Pemimpin Redaksi: Pemimpin Redaksi: Pemimpin Redaksi: Pemimpin Redaksi: Subagyo, S.Pd, M.M.Kes Anggota Dewan Redaksi: Anggota Dewan Redaksi: Anggota Dewan Redaksi: Anggota Dewan Redaksi: Budi Joko Santosa, S.K.M, M.Kes H. Trimawan Heru Wijono, S.K.M, S.Ag, M.Kes H. Sukardi, S.S.T, M.Pd Agus Suryono, S.Kep, Ns, M.M.Kes (MARS) Hj. Rudiati, A.P.P, S.Pd, M.M.Kes Drs. Dwi Setiyadi, M.M Koekoeh Hardjito, S.Kep, Ns, M.Kes Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep, Ns, M.M.Kes Redaksi Pelaksana: Redaksi Pelaksana: Redaksi Pelaksana: Redaksi Pelaksana: Sunarto, S.Kep, Ns, M.M.Kes Handoyo, S.S.T Suparji, S.S.T, M.Pd Tutiek Herlina, S.K.M, M.M.Kes Sekretariat: Sekretariat: Sekretariat: Sekretariat: Hery Koesmantoro, S.T, M.T Ayesha Hendriana Ngestiningrum, S.S.T Sri Martini, A.Md Alamat: Alamat: Alamat: Alamat: Jl. Cemara RT 01 RW 02 Ds./Kec. Sukorejo Ponorogo 63453 Telepon 081335251726 Jl. Raya Danyang-Sukorejo RT 05 RW 01 Serangan, Sukorejo Ponorogo 63453 Telepon 081335718040 E-mail dan Website: mail dan Website: mail dan Website: mail dan Website: Suara Forikes: [email protected] dan www.suaraforikes.webs.com Penerbitan perdana bulan Januari 2010, selanjutnya diterbitkan setiap tiga bulan Harga per-eksemplar Rp. 25.000,00 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume III Nomor 4 Halaman 172 - 226 Oktober 2012 ISSN 2086-3098

Transcript of JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN...

Page 1: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA FORIKESJURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA FORIKESJURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA FORIKESJURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA FORIKES

Diterbitkan oleh:Diterbitkan oleh:Diterbitkan oleh:Diterbitkan oleh: FORUM ILMIAH KESEHATAN (FORIKES)

Penanggungjawab:Penanggungjawab:Penanggungjawab:Penanggungjawab: Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep, Ns, M.M.Kes (Ketua Forikes)

Pemimpin Redaksi:Pemimpin Redaksi:Pemimpin Redaksi:Pemimpin Redaksi: Subagyo, S.Pd, M.M.Kes

Anggota Dewan Redaksi:Anggota Dewan Redaksi:Anggota Dewan Redaksi:Anggota Dewan Redaksi: Budi Joko Santosa, S.K.M, M.Kes

H. Trimawan Heru Wijono, S.K.M, S.Ag, M.Kes H. Sukardi, S.S.T, M.Pd

Agus Suryono, S.Kep, Ns, M.M.Kes (MARS) Hj. Rudiati, A.P.P, S.Pd, M.M.Kes

Drs. Dwi Setiyadi, M.M Koekoeh Hardjito, S.Kep, Ns, M.Kes

Heru Santoso Wahito Nugroho, S.Kep, Ns, M.M.Kes

Redaksi Pelaksana:Redaksi Pelaksana:Redaksi Pelaksana:Redaksi Pelaksana: Sunarto, S.Kep, Ns, M.M.Kes

Handoyo, S.S.T Suparji, S.S.T, M.Pd

Tutiek Herlina, S.K.M, M.M.Kes

Sekretariat:Sekretariat:Sekretariat:Sekretariat: Hery Koesmantoro, S.T, M.T

Ayesha Hendriana Ngestiningrum, S.S.T Sri Martini, A.Md

Alamat:Alamat:Alamat:Alamat: Jl. Cemara RT 01 RW 02 Ds./Kec. Sukorejo Ponorogo 63453

Telepon 081335251726 Jl. Raya Danyang-Sukorejo RT 05 RW 01 Serangan, Sukorejo Ponorogo 63453

Telepon 081335718040

EEEE----mail dan Website:mail dan Website:mail dan Website:mail dan Website: Suara Forikes: [email protected] dan www.suaraforikes.webs.com

Penerbitan perdana bulan Januari 2010, selanjutnya diterbitkan setiap tiga bulan Harga per-eksemplar Rp. 25.000,00

Jurnal Penelitian Kesehatan

Suara Forikes

Volume

III

Nomor

4

Halaman 172 - 226

Oktober

2012

ISSN

2086-3098

Page 2: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

PEDOMAN PENULISAN ARTIKELPEDOMAN PENULISAN ARTIKELPEDOMAN PENULISAN ARTIKELPEDOMAN PENULISAN ARTIKEL

Redaksi Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes menerima artikel ilmiah dalam bidang kesehatan berupa hasil penelitian atau tinjauan hasil penelitian. Artikel yang diterima adalah artikel orisinil yang belum pernah dimuat dalam media publikasi ilmiah manapun. Diharapkan artikel dilampiri dengan: 1) surat ijin atau halaman pengesahan, 2) kesepakatan urutan peneliti yang ditandatangani oleh seluruh peneliti (jika ada 2 peneliti atau lebih). Artikel yang masuk akan dinilai oleh Dewan Redaksi yang berwenang penuh untuk menerima atau menolak artikel yang telah dinilai, dan artikel yang diterima maupun ditolak tidak akan dikembalikan kepada pengirim. Dewan Redaksi berwenang pula untuk mengubah artikel yang diterima sebatas tidak akan mengubah makna dari artikel tersebut. Artikel berupa tugas akhir mahasiswa (karya tulis ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi) harus menampilkan mahasiswa sebagai peneliti. Artikel yang dikirim ke Dewan Redaksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Diketik dengan huruf Microsoft Sans Serif 12 pada kertas HVS A4 dengan margin atas

dan bawah: 2,5 cm, kiri dan kanan: 2 cm. 2. Seluruh artikel maksimal berjumlah 10 halaman, berbentuk softcopy (CD, DVD atau e-

mail). Isi dari artikel harus memenuhi sistematika sebagai berikut: 1. Judul ditulis dengan ringkas dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris tidak lebih

dari 14 kata, menggunakan huruf kapital dan dicetak tebal pada bagian tengah. 2. Nama lengkap penulis tanpa gelar ditulis di bawah judul, dicetak tebal pada bagian

tengah. 3. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dicetak miring. Judul

abstrak menggunakan huruf kapital di tengah dan isi abstrak dicetak rata kiri dan kanan dengan awal paragraf masuk 1 cm. Di bawah isi abstrak harus ditambahkan kata kunci, dan di bawahnya lagi dicantumkan institusi asal penulis.

4. Pendahuluan ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri dan kanan dan paragraf masuk 1 cm.

5. Bahan dan Metode ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Isi bagian ini disesuaikan dengan bahan dan metode penelitian yang diterapkan.

6. Hasil Penelitian dan Pembahasan ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Kalau perlu, bagian ini dapat dilengkapi dengan tabel maupun gambar (foto, diagram, gambar ilustrasi dan bentuk sajian lainnya). Judul tabel berada di atas tabel dengan posisi di tengah, sedangkan judul gambar berada di bawah gambar dengan posisi di tengah.

7. Simpulan dan Saran ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Simpulan dan saran disajikan secara naratif.

8. Daftar Pustaka ditulis dalam Bahasa Indonesia, bentuk paragraf menggantung (baris kedua dan seterusnya masuk 1 cm) rata kanan dan kiri. Daftar Pustaka mengacu pada Sistem Harvard, yaitu: penulis, tahun, judul buku, kota dan penerbit (untuk buku) dan penulis, tahun, judul artikel, nama jurnal (untuk jurnal).

RedaksiRedaksiRedaksiRedaksi

Page 3: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

EDITORIALEDITORIALEDITORIALEDITORIAL Salam dari Redaksi Pada penerbitan Volume III Nomor 4, bulan Oktober 2012 ini, dipublikasikan hasil-hasil riset kesehatan karya rekan-rekan peneliti di antaranya dari Kediri Jawa Timur, Jember Jawa Timur, Pematangsiantar, dan Tebing Tinggi Sumatera Utara. Hasil-hasil riset yang ditampilkan antara lain dalam bidang kebidanan, kesehatan anak, kesehatan masyarakat, serta kesehatan reproduksi. Artikel-artikel yang dipublikasikan ini juga dapat Anda lihat pada website www.suaraforikes.webs.com, bisa juga dilihat pada website resmi Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI), yang telah membina jurnal ini. Penerbitan ini adalah penerbitan terakhir pada Volume III, dan selanjutnya semoga kita dapat bertemu lagi pada Volume IV pada awal tahun 2013.

RedaksiRedaksiRedaksiRedaksi

Page 4: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR LENGAN ATASHUBUNGAN ANTARA LINGKAR LENGAN ATASHUBUNGAN ANTARA LINGKAR LENGAN ATASHUBUNGAN ANTARA LINGKAR LENGAN ATAS DENGAN TINGGI FUNDUS DENGAN TINGGI FUNDUS DENGAN TINGGI FUNDUS DENGAN TINGGI FUNDUS UTERIUTERIUTERIUTERI IBU HAMIL IBU HAMIL IBU HAMIL IBU HAMIL TRIMESTER III TRIMESTER III TRIMESTER III TRIMESTER III Ribut EkRibut EkRibut EkRibut Eko Wijanti, Menot Agung Saptono, Atik Rahmawatio Wijanti, Menot Agung Saptono, Atik Rahmawatio Wijanti, Menot Agung Saptono, Atik Rahmawatio Wijanti, Menot Agung Saptono, Atik Rahmawati

172172172172----176176176176

INTENSITAS NYERI PERSALINAN DAN RELAKSASI PERNAPASANINTENSITAS NYERI PERSALINAN DAN RELAKSASI PERNAPASANINTENSITAS NYERI PERSALINAN DAN RELAKSASI PERNAPASANINTENSITAS NYERI PERSALINAN DAN RELAKSASI PERNAPASAN Koekoeh Hardjito, L.A WijayantiKoekoeh Hardjito, L.A WijayantiKoekoeh Hardjito, L.A WijayantiKoekoeh Hardjito, L.A Wijayanti,,,, Veronika Maria Agustina Veronika Maria Agustina Veronika Maria Agustina Veronika Maria Agustina

111177777777----181181181181

PERBEDAAN TINGKAT DISMENORHOE PRIMER PADA SISWI YANG PERBEDAAN TINGKAT DISMENORHOE PRIMER PADA SISWI YANG PERBEDAAN TINGKAT DISMENORHOE PRIMER PADA SISWI YANG PERBEDAAN TINGKAT DISMENORHOE PRIMER PADA SISWI YANG RUTIN MELAKUKAN OLAHRUTIN MELAKUKAN OLAHRUTIN MELAKUKAN OLAHRUTIN MELAKUKAN OLAH RAGA DAN YANG JARANG MELAKUKAN OLAH RAGA DAN YANG JARANG MELAKUKAN OLAH RAGA DAN YANG JARANG MELAKUKAN OLAH RAGA DAN YANG JARANG MELAKUKAN OLAH RAGA DI SMA NEGERI 8 KOTA KEDIRIRAGA DI SMA NEGERI 8 KOTA KEDIRIRAGA DI SMA NEGERI 8 KOTA KEDIRIRAGA DI SMA NEGERI 8 KOTA KEDIRI Finta Isti Kundarti, Lumastari Ajeng WijayantiFinta Isti Kundarti, Lumastari Ajeng WijayantiFinta Isti Kundarti, Lumastari Ajeng WijayantiFinta Isti Kundarti, Lumastari Ajeng Wijayanti, Wuri Widi Astuti, Wuri Widi Astuti, Wuri Widi Astuti, Wuri Widi Astuti

111182828282----187187187187

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN KECERDASAN PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN KECERDASAN PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN KECERDASAN PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA 1INTERPERSONAL ANAK USIA 1INTERPERSONAL ANAK USIA 1INTERPERSONAL ANAK USIA 1----3 TAHUN DI DESA BADAL PANDEAN 3 TAHUN DI DESA BADAL PANDEAN 3 TAHUN DI DESA BADAL PANDEAN 3 TAHUN DI DESA BADAL PANDEAN KECAMAKECAMAKECAMAKECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRITAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRITAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRITAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI Suwoyo, Siti Asiyah, Luciana SadavinSuwoyo, Siti Asiyah, Luciana SadavinSuwoyo, Siti Asiyah, Luciana SadavinSuwoyo, Siti Asiyah, Luciana Sadavin

188188188188----194194194194

HUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) DENGANDENGANDENGANDENGAN STRESS HOSPITALISASI PADA ANAK USIASTRESS HOSPITALISASI PADA ANAK USIASTRESS HOSPITALISASI PADA ANAK USIASTRESS HOSPITALISASI PADA ANAK USIA 3333----5 TAHUN DI RSD dr. 5 TAHUN DI RSD dr. 5 TAHUN DI RSD dr. 5 TAHUN DI RSD dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBERSOEBANDI KABUPATEN JEMBERSOEBANDI KABUPATEN JEMBERSOEBANDI KABUPATEN JEMBER Nuzulia Apriesta, JamhariyNuzulia Apriesta, JamhariyNuzulia Apriesta, JamhariyNuzulia Apriesta, Jamhariyah, Sutrisnoah, Sutrisnoah, Sutrisnoah, Sutrisno

195195195195----199199199199

PENGARUH METODE PENGARUH METODE PENGARUH METODE PENGARUH METODE ZILGREI ZILGREI ZILGREI ZILGREI PADA IBU INPARTU PRIMIGRAVIDAPADA IBU INPARTU PRIMIGRAVIDAPADA IBU INPARTU PRIMIGRAVIDAPADA IBU INPARTU PRIMIGRAVIDA TERHADAP PEMBUKAAN SERVIKTERHADAP PEMBUKAAN SERVIKTERHADAP PEMBUKAAN SERVIKTERHADAP PEMBUKAAN SERVIK KALA I FASE AKTIF DI RSUD PARE KALA I FASE AKTIF DI RSUD PARE KALA I FASE AKTIF DI RSUD PARE KALA I FASE AKTIF DI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRIKABUPATEN KEDIRIKABUPATEN KEDIRIKABUPATEN KEDIRI Dwi Estuning Rahayu, Sumy Dwi AntonoDwi Estuning Rahayu, Sumy Dwi AntonoDwi Estuning Rahayu, Sumy Dwi AntonoDwi Estuning Rahayu, Sumy Dwi Antono

200200200200----205205205205

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU INPARTU DENGAN ASFIKSIHUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU INPARTU DENGAN ASFIKSIHUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU INPARTU DENGAN ASFIKSIHUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU INPARTU DENGAN ASFIKSIA A A A NEONATORUM DI RSUD GAMBIRAN NEONATORUM DI RSUD GAMBIRAN NEONATORUM DI RSUD GAMBIRAN NEONATORUM DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRIKOTA KEDIRIKOTA KEDIRIKOTA KEDIRI Sumy Dwi Antono, Koekoeh HardjitoSumy Dwi Antono, Koekoeh HardjitoSumy Dwi Antono, Koekoeh HardjitoSumy Dwi Antono, Koekoeh Hardjito

206206206206----211211211211

HUBUNGAN ANTARAHUBUNGAN ANTARAHUBUNGAN ANTARAHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA BALITA BALITA BALITA Ribut Eko Wijanti, Erna Rahma YaniRibut Eko Wijanti, Erna Rahma YaniRibut Eko Wijanti, Erna Rahma YaniRibut Eko Wijanti, Erna Rahma Yani, Didin Sulistyaningsih, Didin Sulistyaningsih, Didin Sulistyaningsih, Didin Sulistyaningsih

212212212212----216216216216

GAMBARAN KOMPETENSI BIDAN DALAM ASUHAN PERSALINAN GAMBARAN KOMPETENSI BIDAN DALAM ASUHAN PERSALINAN GAMBARAN KOMPETENSI BIDAN DALAM ASUHAN PERSALINAN GAMBARAN KOMPETENSI BIDAN DALAM ASUHAN PERSALINAN NORMAL SETELAH PROGRAM JAMPERSAL DI PUSKESMAS JEMBER NORMAL SETELAH PROGRAM JAMPERSAL DI PUSKESMAS JEMBER NORMAL SETELAH PROGRAM JAMPERSAL DI PUSKESMAS JEMBER NORMAL SETELAH PROGRAM JAMPERSAL DI PUSKESMAS JEMBER KOTAKOTAKOTAKOTA Terica Bian Karibta, Ratna Suparwati, SutrisnoTerica Bian Karibta, Ratna Suparwati, SutrisnoTerica Bian Karibta, Ratna Suparwati, SutrisnoTerica Bian Karibta, Ratna Suparwati, Sutrisno

217217217217----222222222222

HUBUNGAN HUBUNGAN HUBUNGAN HUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA ANTARA STATUS PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU STATUS PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU STATUS PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU STATUS PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN DENGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN SUSU FORMULAPEMBERIAN SUSU FORMULAPEMBERIAN SUSU FORMULAPEMBERIAN SUSU FORMULA PADPADPADPADA BAYI 0A BAYI 0A BAYI 0A BAYI 0 ---- 6 BULAN6 BULAN6 BULAN6 BULAN Intan PratiwiIntan PratiwiIntan PratiwiIntan Pratiwi, Kandace Sianipar, Kandace Sianipar, Kandace Sianipar, Kandace Sianipar

223223223223----226226226226

Page 5: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 172

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR LENGAN ATASHUBUNGAN ANTARA LINGKAR LENGAN ATASHUBUNGAN ANTARA LINGKAR LENGAN ATASHUBUNGAN ANTARA LINGKAR LENGAN ATAS DENGAN TINGGI FUNDUS UTERIDENGAN TINGGI FUNDUS UTERIDENGAN TINGGI FUNDUS UTERIDENGAN TINGGI FUNDUS UTERI IBU HAMIL IBU HAMIL IBU HAMIL IBU HAMIL TRIMESTER III TRIMESTER III TRIMESTER III TRIMESTER III

Ribut Eko Wijanti*, Menot Agung Saptono**, Atik Rahmawati*Ribut Eko Wijanti*, Menot Agung Saptono**, Atik Rahmawati*Ribut Eko Wijanti*, Menot Agung Saptono**, Atik Rahmawati*Ribut Eko Wijanti*, Menot Agung Saptono**, Atik Rahmawati*

ABSTRACTABSTRACTABSTRACTABSTRACT

The nutritional status of pregnant women is very influential on the growth of a fetus in the womb. One way to assess the nutritional status of pregnant women is to measure the upper arm. To get the normal fetal growth tends required LILA normal size. While fetal growth is one factor affecting high-fundus uteri. The purpose of this study is to determine the relationship of LILA pregnant women with TFU Third Trimester. This research is a correlation with cross sectional research design. Samples are 32 people with simple random sampling technique. The dependent variable in this research is the High Fundus uteri (TFU) 28-36 weeks of gestation. Independent variable is the Upper Arm Circumference (LILA) 28-36 weeks of gestation. Data were analyzed using the Fisher Exact Probability Test with error level α = 5% (0.05). Results showed that of 32 pregnant women with appropriate TFU UK, the average has a normal upper arm circumference (≥ 23.5 cm) of 21 respondents (65.62%), this suggests a relationship between two variables, Upper Arm Circumference pregnant women with High Fundus uteri is shown by calculating the p value (0.00075) <of α (0.05). Recommendations from this study were pregnant women and health workers can be paid great attention to the size and suitability LILA TFU pregnant women with gestational age.

Keywords: nutritional status, LILA, fetal growth, TFU, Third Trimester

* * * * = Poltekkes Kemenkes Malang, Jurusan Kebidanan, Program Studi Kebidanan Kediri ********= SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Gambiran

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Latar BelakangLatar BelakangLatar BelakangLatar Belakang

Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil yaitu Kekurangan Energi Kalori (KEK) dan anemia gizi. KEK merupakan keadaan ketika penderita kekurangan makanan secara menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran lingkar lengan atas (LILA), adapun ambang batas LILA WUS (ibu hamil) dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Depkes RI, 2002).

Tinggi fundus uteri (TFU) mempunyai hubungan yang kuat dan bermakna dengan berat badan bayi dan merefleksikan pertumbuhan janin serta ukuran fetus lebih akurat. Titik awal evaluasi pertumbuhan janin dapat ditentukan dengan tinggi fundus uteri dan hal ini telah banyak dilakukan di berbagai praktik klinis (Wheeler, 2004). Pemeriksaan ini sangat berguna di Negara berkembang sebagai alat tapis awal dan dapat dilakukan oleh para dokter dan bidan dengan efisiensi yang setara (Depkes, 2005). Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri menggunakan teknik Mc Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa dibandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) (Mandriwati, 2008). Ukuran TFU biasanya sesuai umur kehamilan dalam minggu setelah umur kehamilan 24 minggu. Namun bisa terjadi beberapa variasi (±1-2 cm). Bila deviasi lebih dari 1-2 cm dari umur kehamilan mungkin terjadi kehamilan kembar atau polihidramnion dan bila deviasi lebih kecil berarti ada gangguan pertumbuhan janin (Depkes, 2005). Pada primigravida aterm umumnya kepala

Page 6: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 173

janin sudah masuk pintu atas panggul pada kehamilan 36 minggu dan pada multigravida pada kehamilan 38 minggu, sehingga pada usia ini TFU turun (Abdul Bari S, 2006).

Hasil Survey Garam Yodium tahun 2005, persentase wanita usia subur (15–49 tahun) di Indonesia yang mengalami KEK sebesar 16,24 persen. Pada tahun 2007, persentase wanita usia subur (15–49 tahun) di Jawa Timur sebesar 15,9 persen (Riskesdas 2007). Akan tetapi kondisi ini masih memprihatinkan mengingat WUS dengan risiko KEK cenderung melahirkan bayi BBLR yang akhirnya akan menghambat pertumbuhan pada anak usia balita (Azrul Azwar, 2007). Tidak jarang kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu (Susilowati, 2008).

Di Indonesia, penyebab kematian bayi terbanyak adalah pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan BBLR, yaitu sebesar 38,85% (Susilowati, 2008). Insidensi BBLR di Rumah Sakit di Indonesia berkisar 20%. Di Jawa Timur, BBLR masih menjadi penyebab kematian neonatal tertinggi pada tahun 2001 sebesar 36,23% dan 2002 sebesar 34,72%. Sedangkan di RSU Dr. Soetomo pada tahun 2002 dari 232 kasus kematian neonatal sebesar 78,88% merupakan bayi dengan BBLR dan pada tahun 2003, 62,87% dari 307 kasus kematian neonatal merupakan BBLR (Eka Rahayu, 2009). Pada tahun 2009 angka kejadian BBLR di Jawa Timur adalah 490 kasus (Dinkes Jatim, 2009). Berdasarkan data Puskesmas Ngletih Kecamatan Pesantren Kota Kediri tahun 2009 angka kejadian BBLR sejumlah 12 kasus.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Adi dan Annis Catur (2006) pada 20 wanita hamil Trimester III di wilayah Puskesmas Kecamatan Bangil tahun 2006 tentang Profil Parameter Pertumbuhan Janin pada Ibu Hamil KEK Trimester III, menyimpulkan bahwa parameter pertumbuhan janin selama trimester III pada ibu hamil dengan kondisi KEK adalah pola konsumsi makanan pada tingkat kecukupan energi dibawah normal atau dibawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk energi, kenaikan berat badan selama trimester III berada dibawah normal atau dibawah kurva KMS ibu hamil, LILA berada di bawah normal, TFU ibu hamil pada kehamilan bulan ke-9 di bawah normal, kadar Hb kurang dari normal, kadar Zn kurang dari normal (Nutritional Development Research Center of Airlangga University, 2006). Dari studi pendahuluan pada tanggal 09 Februari 2010 di Puskesmas Ngletih Kecamatan Pesantren Kota Kediri, jumlah ibu hamil tahun 2009 adalah 269 orang. Pada bulan Januari- November 2009, pencapaian K1 ibu hamil sebesar 109% (target 92%) dan K4 ibu hamil adalah sebesar 98,2 % (target 85%) dimana jumlah ini melebihi target yang ditentukan. Akan tetapi dengan jumlah pencapaian K1 dan K4 yang tinggi masih ditemukan angka kejadian ibu hamil dengan KEK (LILA < 23,5 cm) sebanyak 35 orang, data ini diperoleh dari pengukuran LILA pada kunjungan pertama ibu hamil (K1) sedangkan pada Trimester III pengukuran LILA tidak dilaksanakan lagi sehingga KEK Trimester III tidak diketahui jumlahnya.

RRRRumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian umusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian umusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian umusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian

Rumusan masalah penelitian ini adalah: “Adakah hubungan antara LILA dengan TFU ibu hamil Trimester III?” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan LILA dengan TFU pada Trimester III. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan tentang hubungan status gizi (LILA) ibu hamil dengan pertumbuhan janin (TFU) pada usia kehamilan 28–36 minggu yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.

METODMETODMETODMETODEEEE PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada tanggal 10–17 Mei 2010 di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua ibu hamil Trimester III (usia kehamilan 28-36 minggu), dengan besar

Page 7: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 174

populasi 34 ibu hamil. Besar sampel adalah 32 ibu hamil yang diambil dengan teknik simple random sampling. Variabel Independen adalah ukuran Lingkar Lengan Atas ibu hamil dan variabel dependen adalah Tinggi Fundus Uteri (TFU) usia kehamilan 28-36 minggu. Alat ukur yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa pita ukur yang terbuat dari jenis kertas tertentu berlapis plastik untuk mengukur LILA dan pita ukur (metelin) untuk mengukur TFU.

Data dikumpulkan dengan observasi menggunakan alat ukur berupa pita ukur dari jenis kertas tertentu berlapis plastik untuk mengukur LILA dan pita ukur (metelin) untuk mengukur TFU pada responden. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisa menggunakan Fisher Exact Tes, dengan taraf kesalahan 5% (0,05).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianHasil PenelitianHasil PenelitianHasil Penelitian

Data tentang LILA, TFU dan distribusi Hubungan LILA dengan TFU Ibu Hamil Trimester III ditampilkan pada tabel-tabel berikut.

TabelTabelTabelTabel 1111.... Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil Trimester IIITrimester IIITrimester IIITrimester III

Lingkar Lengan Atas Lingkar Lengan Atas Lingkar Lengan Atas Lingkar Lengan Atas JumlahJumlahJumlahJumlah PersentasePersentasePersentasePersentase <23,5 cm (KEK)

≥23,5 cm (tidak KEK) 7

25 21,88% 78,12%

JumlahJumlahJumlahJumlah 32323232 100%100%100%100%

TabelTabelTabelTabel 2222.... Tinggi Fundus Uteri Ibu Hamil Tinggi Fundus Uteri Ibu Hamil Tinggi Fundus Uteri Ibu Hamil Tinggi Fundus Uteri Ibu Hamil TrimestTrimestTrimestTrimester IIIer IIIer IIIer III

Tinggi Fundus UteriTinggi Fundus UteriTinggi Fundus UteriTinggi Fundus Uteri JumlahJumlahJumlahJumlah PersentasePersentasePersentasePersentase Sesuai

Tidak sesuai 24 8

75% 25%

JumlahJumlahJumlahJumlah 32323232 100%100%100%100%

TabelTabelTabelTabel 3 3 3 3. . . . Distribusi Hubungan LILA dengan TFU Ibu Hamil Trimester IIIDistribusi Hubungan LILA dengan TFU Ibu Hamil Trimester IIIDistribusi Hubungan LILA dengan TFU Ibu Hamil Trimester IIIDistribusi Hubungan LILA dengan TFU Ibu Hamil Trimester III

Lingkar Lengan Atas (LILA)Lingkar Lengan Atas (LILA)Lingkar Lengan Atas (LILA)Lingkar Lengan Atas (LILA) Tinggi Fundus Uteri (TFU)Tinggi Fundus Uteri (TFU)Tinggi Fundus Uteri (TFU)Tinggi Fundus Uteri (TFU)

KEKKEKKEKKEK Tidak KEKTidak KEKTidak KEKTidak KEK TotalTotalTotalTotal

Sesuai Tidak Sesuai

3 4

21 4

24 8

JumlahJumlahJumlahJumlah 7777 25252525 32323232

Dari hasil tabulasi silang diketahui bahwa LILA yang normal (≥23,5 cm) pada ibu hamil yang menghasilkan TFU yang sesuai dengan UK sebanyak 21 ibu hamil (65,62%). Dari hasil uji statistik Fisher Exact Probability Test, didapatkan nilai p = 0.00075 dengan taraf kesalahan 5% (0,05). Dari hasil analisis tersebut maka Ho ditolak, ini berarti ada hubungan antara LILA dengan TFU.

PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 78,12% atau sejumlah 25 responden mempunyai LILA yang normal (≥23,5 cm), sedangkan 21,88% atau sejumlah 7 responden mempunyai LILA yang tidak normal (<23,5 cm). Lingkar lengan atas ibu hamil trimester III rata-rata adalah normal yaitu ≥23,5 cm. Ukuran LILA ibu hamil adalah menggambarkan keadaan atau status gizi ibu hamil tersebut. Status gizi pada ibu hamil dipengaruhi oleh keadaan kesehatan dan gizi ibu. Menurut Zulhaida Lubis (2007) menyatakan bahwa

Page 8: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 175

kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Dalam Harian Sains (2009) dijelaskan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam menentukan status gizi pada dasarnya terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah semua faktor yang berpengaruh di luar diri seseorang yang disebut status gizi eksternal, yang meliputi konsumsi makanan (kuantitas dan kualitas) dan infeksi. Faktor kedua adalah semua faktor yang menjadi dasar pemenuhan tingkat kebutuhan gizi, yang disebut faktor gizi internal, yang meliputi nilai cerna, status kesehatan, status fisiologis, umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh.

Hasil penelitian tentang TFU didapatkan bahwa 75% atau sejumlah 24 responden mempunyai TFU yang sesuai UK, sedangkan 25% atau sejumlah 8 responden mempunyai TFU yang tidak sesuai UK. Tinggi Fundus Uteri Trimester III rata-rata sesuai dengan usia kehamilan. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan janin pada ibu hamil Trimester III rata-rata normal dan pertumbuhan janin yang normal dipengaruhi oleh faktor nutrisi. Hal ini sejalan dengan Varney (2001) yang menyatakan bahwa ukuran uterus dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pertumbuhan janin dan volume cairan amnion. Menurut Zulhaida Lubis (2007) menyatakan bahwa kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.

Hasil uji statistik Fisher Exact Probability Test, didapatkan nilai p = 0,00075 dengan taraf kesalahan 5% (0,05). Dari hasil analisa tersebut maka Ho ditolak dan H1 diterima, ini berarti ada hubungan antara kedua variabel yaitu ada hubungan antara LILA dengan TFU. Diperoleh 32 ibu hamil dengan TFU sesuai UK, sebagian besar memiliki LILA yang normal (≥23,5 cm) sebanyak 21 responden (65,62%). Hasil penelitian ini menujukkan bahwa status gizi (LILA) sangat mempengaruhi pertumbuhan janin (TFU). Status gizi ibu yang baik diikuti oleh pertumbuhan janin yang baik pula, karena suplai makanan yang didapatkan oleh janin hanya diperoleh dari ibunya. Menurut Varney (2001) ukuran uterus dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pertumbuhan janin dan volume cairan amnion. Sedangkan menurut Zulhaida Lubis (2007) status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Menurut Juminten Saimin (2002) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan lahir dengan status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran lingkar lengan atas. Menurut Kristanti Meigawati (2007) bahwa ada hubungan positif antara lingkar lengan atas ibu hamil umur kehamilan 28 minggu dengan tafsiran berat janin.

SIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARAN

Simpulan penelitian ini adalah sebagian besar lingkar lengan atas ibu hamil Trimester III adalah normal, sebagian besar tinggi fundus uteri Trimester III adalah sesuai dengan usia kehamilan, dan ada hubungan antara status gizi (LILA) ibu hamil dengan pertumbuhan janin (TFU) Trimester III (usia kehamilan 28-36 minggu).

Saran yang disampaikan diharapkan petugas kesehatan dapat meningkatkan asuhan kebidanan yang diberikan dengan tujuan agar ibu hamil dapat menjalani masa kehamilannya dengan sehat dan janin yang dikandung dapat tumbuh dengan baik dengan pemantauan yang tepat melalui LILA dan TFU. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengembangkan penelitian yang lebih luas dan mendalam mengenai hubungan status gizi ibu hamil dengan pertumbuhan janin.

Page 9: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 176

DDDDAFTAR PUSTAKAAFTAR PUSTAKAAFTAR PUSTAKAAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin. (2006) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

Adi n Anis Catur (2006) Profil Parameter Pertumbuhan Janin pada Ibu Hamil KEK Trimester III. (Nutritional Development Research Center of Airlangga University, 2006). <http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id= gdlhub-gdl-res-2006-adiannisca-421&PHPSESSID=633>(Diakses tanggal 19-02-2010 jam 12.05).

Azrul Azwar. (2007) Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang. <http://www.bainfokomsumut.go.id/open.php?id=214&db=gis> (Diakses tanggal 16-02-2010 jam 15.35).

Bobak, Irene M. (2005) Maternity Nursing (4th ed). Maria A. Wijayarini, Peter I (Alih Bahasa). Jakarta: EGC.

Depkes RI. ( 2002) Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Bayi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui (Pedoman Petugas Puskesmas). Jakarta: DKKS RI.

______. (2005) Catatan Tentang Perkembangan dalam Praktek Kebidanan. Jakarta: Depkes RI.

Dinkes Jatim. (2009) Rekapitulasi Data Program Perbaikan Gizi pada Provinsi Jawa Timur untuk Tahun 2007—2009. <http://www.sigizi.com/prov/ jawa-timur/rekap/tahunan>. (Diakses tanggal 10-02-2010 jam 20.54)

Eka Rahayu P. (2009) Masalah BBLR di Indonesia. <http://eka punk. blogspot.com/2009/05/masalah-bblr-di-indonesia.html>. (Diakses: 17-02-2010 jam 17.35).

Harian Sains. (2009) Anemia Ibu Hamil pada Trimester Dua dan Tiga. <http://www.kesimpulan.com/2009/04/anemia-pada-ibu-hamil-trisemester dua.html> (Diakses tanggal 01-06-2010 jam 10.16)

Juminten Saimin. (2002) Hubungan Berat Badan Lahir (BBL) dengan Status Gizi Ibu Berdasarkan Ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) di RSIA Siti Fatimah. <http://med.unhas.ac.id/index.php?option=com>. (Diakses: 29-01-2010 jam 10.26).

Kristanti Meigawati. (2007) Hubungan Antara Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil Umur Kehamilan 28 Minggu dengan Tafsiran Berat Janin di Puskesmas Geneng Ngawi. <http://www.siakebmagetan.page.tl/penelitian.html>(Diakses:29-01-2010 jam.10.46).

Mandriwati, G. A. (2008) Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC. Paath, Erna Francin. (2004) Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Supariasa, IDN n Ibnu Fajar n Bachyar Bakri. (2002) Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC. Susilowati. (2008) Dampak Anemia dan Kekurangan Energi Kronik pada Ibu Hamil.

<http://www.eurekaindonesia.org/dampak-anemia-dan-kekurangan energi-kronik-pada-ibu-hamil/>. (Diakses tanggal 06-01-2010 jam 16.04).

Varney, Helen. (2001) Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC. Wheeler, Linda. (2004) Nurse-Midwifery Handbook: A Practical Guide to Prenatal and

Postpartum Care. Indah Pakaryaningsih (Alih Bahasa). Jakarta: EGC. Zulhaida Lubis. (2007) Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang

Dilahirkan. <http://herawatigizi.blogspot.com/2007/12/ status-gizi-ibu-hamil-serta-pengaruhnya.html>. (Diakses tanggal 19-02-2010 jam 12.07).

Page 10: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 177

INTENSITAS NYERI PERSALINAN DAN RELAKSASI PERNAPASANINTENSITAS NYERI PERSALINAN DAN RELAKSASI PERNAPASANINTENSITAS NYERI PERSALINAN DAN RELAKSASI PERNAPASANINTENSITAS NYERI PERSALINAN DAN RELAKSASI PERNAPASAN Koekoeh HardjitoKoekoeh HardjitoKoekoeh HardjitoKoekoeh Hardjito****, L.A Wijayanti, L.A Wijayanti, L.A Wijayanti, L.A Wijayanti*,*,*,*, Veronika Maria Agustina Veronika Maria Agustina Veronika Maria Agustina Veronika Maria Agustina****

ABSTRACTABSTRACTABSTRACTABSTRACT

Labouring is delivery process of single fetus whose viable, placenta and membran to outside world through born route way spontaneously and does not experience complication. Labouring is also followed with painful feeling which makes happiness desired is involved fear and anxiety feeling. Painful feeling when labouring can increase blood pressure, baby heart beat increases and concentration during labouring will be distrubed. All of them will give bad effect to labouring fluency. Skill which very useful to solve labouring painful includes respiratory relaxation technique. Reseach purpose was to know the differences of first time labouring painful intensity in active phase primigravida mother before and after giving respiratory relaxation technique. Research used pre experimental design with one group pre test – post test design. Population in the research were all inpartu primigravida mothers in first time active phase in Society Health Center Balowerti Kediri Town who experienced labouring painful by using consecutive sampling technique, so in the research got sample as many as 11 people. Data was taken by using analog identic numeric sheet of painful scale which was felt before and after being done respiratory relaxation distraction for 30 minutes, then it was analyzed by using Wilcoxon Matched Pairs Test. Research result showed that there were 9 people (81,8%) experienced painful intensity decrease from moderate up to mild and there were 2 people (18,2%) with tixed painful intensity ( hard painful and very hard painful) after being done respiratory relaxation distraction. Analysis with Wilcoxon Matched Pairs Test was got T account 0 < T table 11. It meant there were the differences of first time labouring painful intensity in active phase primigravida mother before and after giving respiratory relaxation technique. It was recommended from research result that respiratory relaxation could be used as intervention in guiding midwifery to fisrt time labouring mother.

Keyword : First time labouring, painful intensity, respiratory relaxation

*= Poltekkes Kemenkes Malang Jurusan Kebidanan Program Studi Kebidanan Kediri

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Latar belakangLatar belakangLatar belakangLatar belakang

Ibu bersalin secara umum merasa gembira, waspada, banyak bicara atau diam, tenang atau cemas, dapat mengalami kram abdomen, nyeri punggung, pecah ketuban, nyeri dapat dikontrol dengan baik, dapat berjalan. Intensitas dan lama kontraksi uterus pada fase aktif meningkat dan kontraksi terjadi lebih sering (setiap 3-5 menit). Dilatasi serviks mencapai 4-10 cm, secara umum merasakan peningkatan ketidaknyamanan dan nyeri mulai tidak dapat di kontrol, berkeringat, mual dan muntah, kemerahan, mengalami gemetar pada paha dan kaki, tekanan pada kandung kemih dan rektum, pucat sekitar mulut, berfokus pada diri sendiri mungkin lebih sensitif (Reeder,2011)....

Intensitas nyeri persalinan pada primipara sering lebih berat daripada multipara, karena multipara mengalami effacement (penipisan) bersamaan dengan dilatasi serviks, sedangkan pada primipara proses effeacement biasanya mendahului dilatasi serviks. Multipara mempunyai pengalaman nyeri sehingga multipara mempunyai mekanisme untuk mengatasi nyeri persalinannya, sedangkan pada primipara proses persalianan merupakan pengalaman pertama yang menyebabkan ketegangan emosi, cemas dan takut. Primipara juga mengalami proses persalinan yang lebih lama sehingga primipara mengalami kelelahan yang lebih lama. Ketegangan emosi, cemas, takut dan kelelahan dapat

Page 11: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 178

berpengaruh terhadap peningkatan persepsi nyeri, hal itu menyebabkan peningkatan nyeri seperti suatu lingkaran setan.(Bobak,2005; Wiknjosastro, 2008)....

Rasa takut dan cemas dapat meningkatkan sekresi katekolamin. Sekresi katekolamin yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke dan dari plasenta sehingga fetus kekurangan oksigen dan menurunkan efektifitas kontraksi uterus yang mengkibatkan proses persalianan menjadi lebih lama (Yuliatun, 2008)....

Berbagai upaya untuk menurunkan nyeri persalinan, baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen nyeri secara farmakologi dengan penggunaan obat-obatan lebih efektif dibanding dengan metode nonfarmakologi, namun metode farmakologi lebih mahal dan berpotensi mempunyai efek yang kurang baik sedangkan metode nonfarmakologi seperti relaksasi, akupresur, akupunktur, kompres panas atau dingin dan pijat lebih murah, sederhana, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Batbual, 2010)....

Teknik pengendalian nyeri yang termasuk relaksasi mengajarkan ibu untuk meminimalkan aktivitas simpatis dan sistem saraf otonom yang dapat menekan aktifitas saraf simpatis, sehingga ibu mampu memecahkan siklus ketegangan (Mander, 2003).Relaksasi sebenarnya metode persiapan melahirkan lebih menekankan relaksasi otot selama persalinan.Ketegangan otot merupakan respon terhadap nyeri. Relaksasi meredakan nyeri dengan mengganggu lingkaran proses nyeri kompleks (Reeder, 2011)....

Metode relaksasi kebanyakan berhubungan dengan napas panjang atau pengaturan pernapasan. Pernapasan yang dilakukan secara perlahan dan teratur dapat meminimalkan kadar karbondioksida (CO2) dan memaksimalkan kadar oksigen (O2) di dalam sel darah merah. Cara bernapas benar-benar berkaitan langsung dengan pengaturan kondisi tubuh ibu yang sedang bersalin dan berpengaruh besar bagi lancarnya proses kelahiran. Bila ibu melawan rasa sakit kontraksi atau berusaha menahannya, justru rasa nyeri yang lebih parah yang akan dialami. Setiap kali rasa sakit itu datang, sambutlah dengan pernapasan yang teratur dan pikirkan keadaan-keadaan yang dapat menenangkan (Reeder, 2011)....

Teknik relaksasi pernapasan tidak diragukan lagi dapat meredakan nyeri yang di sebabkan oleh hal lain, tergantung pada individu itu sendiri. Beberapa wanita dalam persalinan, usaha untuk relaks dapat mengalihkan perhatian dari nyeri. Sekitar 1.761 wanita, 88% menilai efektivitas relakasasi sebagai metode pereda nyeri yang “baik” atau “sangat baik” dalam persalinan. Dua peneliti tidak memisahkan teknik relakasasi dari teknik pernapasan saat mengevaluasi efektivitasnya, 89% ibu menilai teknik relaksasi dan pernapasan sebagai teknik pereda nyeri yang “baik” sampai “sangat baik”. (Kelompok yang sama , 93% menilai epidural sebagai pereda nyeri yang “baik” sampai “sangat baik” ; Chamberlain, 1993). Pernapasan dan relaksasi dinilai sebagai teknik yang “sangat membantu” untuk “mengendalikan nyeri yang komplet” pada 58% ibu multipara dan 48% ibu primipara (Green, 1993) (Reeder, 2011)....

Menurut statistik pada tahun 2007 rata-rata di dunia penyebab kematian ibu akibat persalinan lama sebesar 8% dan di Indonesia sebesar 9% (Bascom, 2011). AKI (Angka Kematian Ibu) di Jawa Timur 83,14/100.000 kelahiran hidup menurut Laporan LB3KIA tahun 2008 dengan penyebab kematian : perdarahan 33%, eklamsia/pre eklamsia 25%, partus lama 16%, penyakit jantung 12%, infeksi 8%, lain-lain 5% (Dinkes Prov. Jatim, 2009). Di kota Kediri angka kejadian partus lama tahun 2011 sebanyak 55 kasus (1,8%).

Catatan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Ngletih pada 3 bulan terakhir, dari 34 persalinan terdapat 8 kasus (2,7%) partus lama (Puskesmas Ngletih, 2012) sedangkan di Puskesmas Balowerti dari 84 persalinan terdapat 15 kasus (12,6%) partus lama dan 5 dari 15 kasus tersebut harus dirujuk ke rumah sakit. Salah satu penyebab adalah kontraksi uterus yang tidak adekuat akibat ibu cemas, kelelahan dan stres yang tinggi sehingga ibu tidak dapat mengatasi nyeri persalinannya (Puskesmas Balowerti, 2012).

Page 12: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 179

METMETMETMETODE PENELITIANODE PENELITIANODE PENELITIANODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah pra eksperimen berupa One Group Pretest-Posttest Design. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu inpartu primigravida kala I fase aktif di Puskesmas Balowerti Kota Kediri dan sampel yang didapat dalam penelitian ini yaitu 11 responden. Penelitian dilakukan di Puskesmas Balowerti Kota Kediri pada tanggal 18 April sampai 15 Mei 2012. Responden diobservasi dengan menggunakan skala nyeri untuk mengetahui intensitas nyeri sebelum diberikan teknik relaksasi pernapasan, kemudian diberikan teknik relakasi pernapasan. Setelah itu diobservasi lagi untuk mengetahui intensitas nyeri setelah diberikan teknik relaksasi pernapasan. Uji statistik yang digunakan adalah Wilcoxon Match Pairs Test dengan taraf signifikansi 5%.

HASHASHASHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Hasil Penelitian Hasil Penelitian Hasil Penelitian

Rentang usia responden adalah 20–35 tahun. Berikut adalah keadaan nyeri sebelum dan sesudah pemberian teknik pernafasan pada ibu.

Tabel 1Tabel 1Tabel 1Tabel 1. . . . Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi FFFFrekuensi rekuensi rekuensi rekuensi IIIIntensitas ntensitas ntensitas ntensitas NNNNyeri yeri yeri yeri PPPPersalinan ersalinan ersalinan ersalinan KKKKala ala ala ala IIII FFFFase ase ase ase AAAAktifktifktifktif IIIIbu bu bu bu PPPPrimigravida rimigravida rimigravida rimigravida SSSSebelum dan ebelum dan ebelum dan ebelum dan SSSSesudah esudah esudah esudah PPPPemberian emberian emberian emberian TTTTeknik eknik eknik eknik RRRRelaksasi elaksasi elaksasi elaksasi PPPPernapasanernapasanernapasanernapasan

FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi NoNoNoNo KriteriaKriteriaKriteriaKriteria SebelumSebelumSebelumSebelum %%%% Sesudah Sesudah Sesudah Sesudah %%%%

1 2 3 4 5

Tidak ada nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat Berat

- - 3 6 2

- -

27,3 54,5 18,2

- 3 5 2 1

- 27,3 45,5 18,2

9 JumlahJumlahJumlahJumlah 11111111 100100100100 11111111 100100100100

Hasil analisis perbedaan intensitas nyeri persalinan menggunakan Wilcoxon Match Pairs Test adalah: T tabel = 11 dan T hitung (jenjang terkecil) = 0. Karena 0 < 11, maka H0

ditolak sehingga terdapat perbedaan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif ibu primigravida sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksasi pernapasan.

PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan

Sebelum dilakukan pemberian relaksasi pernapasan, 54,5% responden merasakan nyeri berat. Intensitas nyeri persalinan pada primigravida sering lebih berat. Pada primigravida proses penipisan serviks biasanya lebih dahulu daripada dilatasi serviks. Proses ini menyebabkan intensitas kontraksi yang dirasakan primigravida lebih berat, terutama pada kala I persalinan. Proses persalinan pada primigravida merupakan pengalaman pertama yang menyebabkan ketegangan emosi, cemas dan takut yang dapat memperberat persepsi nyeri.(Yuliatun, 2008). Primigravida juga mengalami proses persalinan yang lebih lama sehingga primigravida mengalami kelelahan yang lebih lama. Kelelahan berpengaruh peningkatan terhadap persepsi nyeri (Wiknjosastro, 2008).

Nyeri persalinan juga disebabkan ketakutan dan kecemasan dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon stres dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin dll.) yang menimbulkan nyeri persalinan yang lama dan berat (Simkim, 2007). Penyebab lain muncul nyeri adalah rasa takut, cemas, dan tegang yang memicu produksi katekolamin dalam jumlah berlebihan. Keadaan ini akan memperberat sensasi nyeri yang dirasakan dan sangat menggangu konsentrasi ibu selama proses persalinan (Ahmad, 2008).

Page 13: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 180

Hasil penelitian menunjukkan intensitas nyeri berat dan sedang adalah terbanyak dialami. Ini disebabkan oleh belum adanya pengalaman pada ibu primigravida sehingga tidak dapat mengelola nyeri yang dirasakan secara baik. Cara bernapas yang salah mengakibatkan tidak maksimalnya pembuangan CO2, yang menyebabkan menjadi mudah stres, panik, tegang, depresi, sakit kepala dan mudah lelah. Ini dapat meningkatkan nyeri persalinan. Selain itu pada tempat penelitian tersebut penatalaksanaan managemen nyeri seperti relaksasi pernapasan tidak berlangsung efektif dan relaksasi pernapasan dapat diberikan pada masa kehamilan sehingga pada proses persalinan responden dapat mengelola nyeri. Di samping itu rasa sakit yang dialami responden disebabkan kontraksi teratur karena responden berada pada fase aktif. Rasa sakit juga akibat intensitas kontraksi yang makin adekuat, frekuensi lebih sering dan intensitas kontraksi lebih kuat dapat mengakibatkan dilatasi dan penurunan kepala lebih cepat, maka nyeri makin meningkat. Nyeri persalinan merupakan pengalaman pribadi subyektif, berbeda antar individu dan dapat juga berbeda pada orang yang sama di waktu berbeda.

Pasca pemberian relaksasi, terjadi penurunan intensitas nyeri, yaitu responden dengan nyeri ringan 27,3%, nyeri sedang 45,5%, nyeri berat 18,2%, dan nyeri sangat berat 9%. Metode relaksasi berfokus pada pengontrolan pernapasan dan memastikan proses pernapasan berfungsi baik. Saat bersalin ibu mengalami rasa takut, pernapasan menjadi cepat, bahu tertarik ke depan atas mendekati telinga dan leher disertai rasa kaku dan kencang. Peningkatan rasa takut dan cemas sampai terjadi panik maka ibu akan bernapas cepat, akhirnya ibu merasa pusing dan tidak dapat mengontrol diri. Pernapasan ibu saat panik menyebabkan hilangnya suplai oksigen pada tubuh ibu dan bayi (Yuliatun, 2008).

Pendekatan pengurangan nyeri persalinan dapat dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi. Pengurangan nyeri persalinan secara nonfarmakologi salah satunya adalah dengan relaksasi pernapasan. (Batbual, 2010). Relaksasi pernapasan dapat menyimpan energi dan mengurangi kelelahan; menenangkan pikiran dan mengurangi stres; mengurangi nyeri dikarenakan relaksasi pernapasan dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan yang mengintensifkan nyeri yang dirasakan selama persalinan juga memungkinkan ketersedian oksigen dalam jumlah maksimal untuk rahim yang juga mengurangi nyeri karena otot kerja (yang membuat rahim berkontraksi) menjadi sakit jika kekurangan oksigen. Selain itu, konsentrasi mental yang terjadi saat ibu secara sadar merelakskan otot membantu mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit waktu kontraksi dan karena itu, akan mengurangi kesadaran ibu akan rasa sakit (Simkim, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan penurunan nyeri, dimana nyeri ringan dan nyeri sedang merupakan intensitas nyeri terbanyak dialami oleh responden sesudah diberikan teknik relaksasi pernapasan. Hal ini disebabkan karena relaksasi pernapasan membuat relaksasi alamiah dapat menyimpan energi dan mengurangi kelelahan, menenangkan pikiran dan mengurangi stress, mengurangi nyeri. Selain itu relaksasi pernapasan mengurangi stress sehingga nyeri yang dirasakan dapat ditolerir oleh responden dan sesuai fase-fase pembukaan. Seiring dengan bertambahnya pembukaan serviks dalam persalinan dimana rasa nyeri dari pembukaan 4 sampai dengan pembukaan 10 cm akan bertambah tinggi dan makin sering sebanding dengan kekuatan kontraksi. Selama penelitian di lapangan responden dapat mengikuti perintah untuk mempraktekkan teknik relaksasi pernapasan yang diinstruksikan oleh peneliti dan dapat diatur untuk alih posisi dan relaksasi.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan nyeri kala I fase aktif sebelum dan sesudah pemberian relaksasi pernapasan (terjadi penurunan intensitas nyeri setelah pemberian teknik relaksasi pernapasan). Menurut Chamberlain dan Green (1993) relaksasi pernapasan tidak diragukan dapat meredakan nyeri yang disebabkan oleh hal lain, tergantung pada individu. Beberapa wanita dalam persalinan, usaha untuk relaks dapat mengalihkan perhatian dari nyeri. Sekitar 1.761 wanita, 88% menilai efektivitas relakasasi sebagai metode pereda nyeri yang “baik” atau “sangat baik” dalam persalinan. Tidak

Page 14: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 181

dipisahkan teknik relakasasi dari teknik pernapasan saat mengevaluasi efektivitasnya, 89% ibu menilai teknik relaksasi dan pernapasan sebagai teknik pereda nyeri yang “baik” sampai “sangat baik”. (Kelompok yang sama , 93% menilai epidural sebagai pereda nyeri yang “baik” sampai “sangat baik”). Pernapasan dan relaksasi dinilai sebagai teknik yang “sangat membantu” mengendalikan nyeri yang komplet” pada 58% ibu multipara dan 48% ibu primipara. (Reeder, 2011). Penelitian lain yang dilakukan oleh Mawarni, Nurlis (2010) tentang pengaruh relaksasi pernapasan, didapatkan hasil adanya perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (nilai p 0,00).

Relaksasi pernapasan adalah teknik mencapai rileks, maksudnya ketika seluruh sistem saraf, organ dan indra beristirahat untuk melepaskan ketegangan dan kita pada dasarnya tetap sadar. Relaksasi juga digunakan untuk manajemen stres (Andriana, 2007).

SIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari penelitian ini adalah sebelum diberikan teknik relaksasi pernapasan lebih dari setengah responden mengalami adalah nyeri berat, sesudah diberikan teknik relaksasi pernapasan hampir setengah adalah nyeri sedang serta terdapat perbedaan intensitas nyeri persalinan ibu inpartu primigravida sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksassi pernapasan. Teknik relaksasi pernapasan ini dapat direkomendasikan kepada bidan dalam meningkatkan pelayanan untuk menurunkan intensitas nyeri.

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2008) Kiat Mengatasi Nyeri Persalinan. http://www.kaltimpost.net/berita/ index.asp?Berita=Celoteh7ID=251751. Diakses: 3 Maret 2012 jam 16.00 WIB.

Andriana, Evariny. (2011) Melahirkan Tanpa Rasa Sakit Dengan Metode Relaksasi HypnoBirthing. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Aprillia, Yessi. (2010) Hipnostetri: Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil dan Melahirkan. Jakarta: Gagas Media

Bascom. (2011) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partus Lama. http://www.bascommetro.com/2011/03/faktor-faktor-yang- berhubungandengan_02. html. Diakses: 6 Februari 2011 jam 16.00 WIB

Batbual, Bringiwatty. (2010) Hypnosis Hypnobirthing Nyeri Persalinan dan Berbagai Metode Penanganannya. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Bobak.(2004) Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Deatma, (2009) Relaksasi. http://deatma.WordPress.com/2009/09/16/relaksasi/. Diakses

tanggal 6 Februari 2012 jam 20.00 WIB. Henderson, Christine. (2005) Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. Hidayat, Asri & Sujiatini.(2010) Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika JNPK-KR. (2008) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI Mander, Rosemary. (2003) Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC Mawarni, Nurlis. (2010) Pengaruh Relaksasi Pernapasan Terhadap Intensitas Nyeri

Persalinan Kala I Di Klinik Bersalin Fatimah Ali I Dan II Marindal Medan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18775. Diakses 09-06-2012 12.00 WIB

Reeder, Sharon J. (2011) Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga. Jakarta: EGC

Simkin, P., Whalley, J., Keppler, A. 2007. Panduan lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta: EGC

Smeltzer & Bare.(2002) Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol I. Jakarata: EGC Wiknjosastro, Hanifa. (2007) Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: YBP-SP Yuliatun, Laily.(2008) Penanganan Nyeri Persalinan Dengan Metode Nonfarmakologi.

Malang: Bayumedia Publishing

Page 15: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 182

PERBEDAAN TINGKAT DISMENORHOE PRIMER PADA SISWI YANG RUTIN PERBEDAAN TINGKAT DISMENORHOE PRIMER PADA SISWI YANG RUTIN PERBEDAAN TINGKAT DISMENORHOE PRIMER PADA SISWI YANG RUTIN PERBEDAAN TINGKAT DISMENORHOE PRIMER PADA SISWI YANG RUTIN MELAKUKAN OLAH RAGA DAN YANG JARANG MELAKUKAN OLAH RAGAMELAKUKAN OLAH RAGA DAN YANG JARANG MELAKUKAN OLAH RAGAMELAKUKAN OLAH RAGA DAN YANG JARANG MELAKUKAN OLAH RAGAMELAKUKAN OLAH RAGA DAN YANG JARANG MELAKUKAN OLAH RAGA

DI SMA NEGERI 8 KOTA KEDIRIDI SMA NEGERI 8 KOTA KEDIRIDI SMA NEGERI 8 KOTA KEDIRIDI SMA NEGERI 8 KOTA KEDIRI Finta Isti Kundarti*, Lumastari Ajeng Wijayanti*, Wuri Widi Astuti*Finta Isti Kundarti*, Lumastari Ajeng Wijayanti*, Wuri Widi Astuti*Finta Isti Kundarti*, Lumastari Ajeng Wijayanti*, Wuri Widi Astuti*Finta Isti Kundarti*, Lumastari Ajeng Wijayanti*, Wuri Widi Astuti*

ABSTRACTABSTRACTABSTRACTABSTRACT

Dismenorhoe is a pain, heartburn that occurs in the lower abdomen during menstruation, which usually occurs in young women.High prevalence rate was less in dismenorhoe get medical attention because the incidence of this dismenorhoe by women is considered as normal and are physiological during the menstrual cycle, although it can interfere with daily activities and reduce the quality of life for women. Sports is one alternative in reducing pain dismenorhoe, but there is some literature that states the opposite of that. This study aims to find differences of primary dismenorhoe level to the girl students who do exercise regularly and those who rarely do it.

This type of research is a comparative analytical with the population are all girl students in SMAN Kediri many as 192 students and sampled as many as 130 students with simple random sampling technique. Teenagers are being sampled is a teenager who has been mestruating, had experienced of dismenorhoe ≥ 3th and do as much exercise each week. Retrieval of data obtained through a closed questionnaire.

The results of analysis using the Mann-Whitney test approaches the critical price of normal distribution Z indicated that Z of count (8,24) is greater than Z of table (1,96) and significant values Mann-Whitney test result (0,005) more less than the standart error (α) 0,05. It means that H0 was reject and Ha was accepted.

It could be concluded that any difference on primary dismenorhoe level to the girl students who do exercise regularly and those who rarely do it. The next research is suggested to include other variables such as stress level, age, culture. It is recommended for women to always maintain a healthy lifestyle.

KeywordsKeywordsKeywordsKeywords: Dismenorhoe, Sports , Teenagers / student

*= Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Jurusan Kebidanan, Prodi Kebidanan Kediri

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Latar BelakangLatar BelakangLatar BelakangLatar Belakang

Menstruasi atau haid merupakan pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi ini terjadi setiap bulannya pada wanita normal. Namun tidak sedikit pada saat menstruasi, wanita justru merasa tersiksa karena merasakan nyeri saat menstruasi (Saryono dan Waluyo, 2009).

Keadaan nyeri saat menstruasi disebut dismenorhoe atau nyeri haid. Dismenorhoe atau nyeri haid sendiri dibagi menjadi dua yaitu dismenorhoe primer dan dismenorhoe sekunder. Dismenorhoe primer adalah perasaan sakit dibagian perut bawah yang terjadi karena ketidakseimbangan hormon, tanpa kelainan organ dalam pelvis. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari (Wiknjosatro 2005). Selain itu juga timbul rasa mual, muntah, diare dan kram di daerah perut, pada beberapa wanita bahkan terjadi pingsan. Sekitar 10% wanita mengalami nyeri yang cukup hebat sehingga menyebabkan penderita tidak dapat beraktivitas sama sekali untuk sementara waktu (Youngson 2002). Dismenorhoe primer akan dialami oleh 60-75% perempuan muda. Sedangkan dismenorhoe sekunder terjadi karena adanya kelainan ginekologis (Salfingitis kronika, Endometriosis, Adenomiosis uteri,

Page 16: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 183

Stenosis servisis uteri dan lain-lain). Terutama terjadi pada wanita usia 30-45 tahun (Widjanarko, 2006). Sifat rasa sakit sering berlangsung lebih lama dari kram normal.

Angka kejadian dismenorhoe atau nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri haid. Abbaspour (2006) menemukan bahwa 51% dari remaja tidak masuk sekolah dan 8% tidak hadir ke kantor minimal satu kali setiap menstruasi. Dismenorhoe atau nyeri haid merupakan penyebab tersering ketidakhadiran jangka pendek yang berulang pada remaja putri di Amerika Serikat. Sebuah studi longitudinal secara kohort pada wanita Swedia ditemukan prevalensi dismenorhoe adalah 90% pada wanita usia 19 tahun dan 67% pada wanita usia 24 tahun. Sepuluh persen dari wanita usia 24 tahun yang dilaporkan tersebut mengalami nyeri sampai mengganggu aktivitas dan 75-85 % wanita mengalami dismenorhoe ringan (Abbaspour 2006). Kejadian dismenorhoe primer dialami oleh 54,89% wanita Indonesia diusia produktif, yaitu terjadi sekitar 3 atau 6 tahun setelah menstruasi pertama (menarche) karena pada siklus-siklus menstruasi bulan pertama setelah menarche berjenis anovulatoir dan tidak nyeri. Dismenorhoe primer terjadi paling banyak pada saat wanita berusia 15-25 tahun (Senior, 2009).

Bobak (2006) menyebutkan bahwa dismenorhoe merupakan gejala yang timbul saat menstruasi dan sangat mengganggu aktifitas perempuan, bahkan seringkali mengharuskan penderita beristirahat dan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam akibat dismenorhoe. Hal ini menyebabkan menurunnya kualitas hidup wanita. Banyak wanita muda dan remaja pergi ke dokter untuk berkonsultasi dan mendapatkan pengobatan (Wiknjosastro, 2005).

Menurut American College of Obstetricians and Ginecologists (2006) salah satu cara efektif mencegah dismenorhoe adalah melakukan aktifitas olahraga. Beberapa latihan dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran darah. Olahraga secara teratur seperti berjalan kaki, joging, berlari, bersepeda, renang, senam aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan membantu menjaga siklus menstruasi teratur ( Hembing 2007 ). Olahraga setidaknya dilakukan 3 hingga 4 kali seminggu, khususnya selama siklus menstruasi. Diduga wanita yang berolahraga memiliki kejadian dismenorhoe yang lebih rendah (Abbaspour 2006). Hal ini disebabkan karena meningkatnya kadar endorphin yang dihasilkan oleh otak akibat olahraga. Sehingga latihan fisik ini bertindak sebagai analgesik spesifik untuk jangka pendek menghilangkan rasa sakit.

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 21 Pebruari 2011 yang dilakukan kepada 20 siswi di SMA Negeri 8 Kediri didapatkan 11 siswi mengalami nyeri haid dan 9 siswi tidak mengalami nyeri haid saat menstruasi. Baik siswi yang mengalami nyeri haid ataupun tidak mengalami nyeri haid tersebut mengatakan melakukan olahraga minimal satu kali setiap minggu yang merupakan pelajaran wajib di sekolah.

Tujuan PenelitianTujuan PenelitianTujuan PenelitianTujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan tingkat dismenorhoe primer pada siswi yang melakukan olahraga rutin dan yang jarang melakukan olahraga di SMAN 8 Kediri.

METODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 8 Kota Kediri. Pengambilan dimulai tanggal 10 Juni sampai 13 Juni 2011. Populasi penelitian adalah semua siswi kelas X dan XI di SMA Negeri 8 Kota Kediri yang sudah menstruasi, siswi yang melakukan olahraga serta pernah mengalami dismenorhoe minimal 3 kali berjumlah 192 siswi. Besar sampel adalah 130 siswi, yang ditentukan dengan teknik simple random sampling. Data dianalisis dengan Mann Whitney-U-Test.

Page 17: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 184

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil PeneliHasil PeneliHasil PeneliHasil Penelitian tian tian tian

Hasil penelitian disajikan sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Tabel 1. Distribusi Tabel 1. Distribusi Tabel 1. Distribusi FFFFrekuensi rekuensi rekuensi rekuensi TTTTingkat ingkat ingkat ingkat DDDDismenorhoeismenorhoeismenorhoeismenorhoe pada pada pada pada SSSSiswi yang iswi yang iswi yang iswi yang RRRRutin utin utin utin MMMMelakukanelakukanelakukanelakukan Olahraga di SMA Negeri 8 Kediri Olahraga di SMA Negeri 8 Kediri Olahraga di SMA Negeri 8 Kediri Olahraga di SMA Negeri 8 Kediri

NoNoNoNo KriteriaKriteriaKriteriaKriteria Jumlah (n1)Jumlah (n1)Jumlah (n1)Jumlah (n1) PersentasePersentasePersentasePersentase 1. Dismenorhoe Ringan 36 59%

2. Dismenorhoe sedang 6 10%

3. Dismenorhoe Berat 19 31%

Total n1Total n1Total n1Total n1 61616161 100%100%100%100%

Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa dari 61 responden yang rutin melakukan olahraga 59% siswi mengalami dismenorhoe ringan, 10% siswi mengalami dismenorhoe sedang dan 31% siswi mengalami dismenorhoe berat.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat DismenorhoeDismenorhoeDismenorhoeDismenorhoe pada Siswi yang Jarang Melakukan Olahraga di SMA Negeri 8 Kediripada Siswi yang Jarang Melakukan Olahraga di SMA Negeri 8 Kediripada Siswi yang Jarang Melakukan Olahraga di SMA Negeri 8 Kediripada Siswi yang Jarang Melakukan Olahraga di SMA Negeri 8 Kediri

NoNoNoNo KriteriaKriteriaKriteriaKriteria Jumlah (n1)Jumlah (n1)Jumlah (n1)Jumlah (n1) PersentasePersentasePersentasePersentase 1. Dismenorhoe Ringan 23 33% 2. Dismenorhoe sedang 17 25% 3. Dismenorhoe Berat 29 42%

TTTTotalotalotalotal 69 69 69 69 100%100%100%100%

Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa dari 69 responden yang jarang melakukan olahraga 33% siswi mengalami dismenorhoe ringan, 25% siswi mengalami dismenorhoe sedang dan 42% siswi mengalami dismenorhoe berat.

Tabel 3. Tabel 3. Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi FFFFrekuensi rekuensi rekuensi rekuensi TTTTingkat ingkat ingkat ingkat DDDDismenorhoeismenorhoeismenorhoeismenorhoe pada pada pada pada SSSSiswi yang iswi yang iswi yang iswi yang RRRRutinutinutinutin M M M Melakukan elakukan elakukan elakukan OOOOlahraga dan yang lahraga dan yang lahraga dan yang lahraga dan yang JJJJarang arang arang arang MMMMelakukan elakukan elakukan elakukan OOOOlahraga lahraga lahraga lahraga

di SMA Negeri 8 Kediri.di SMA Negeri 8 Kediri.di SMA Negeri 8 Kediri.di SMA Negeri 8 Kediri.

Aktivitas OlahragaAktivitas OlahragaAktivitas OlahragaAktivitas Olahraga NoNoNoNo KriteriaKriteriaKriteriaKriteria RutinRutinRutinRutin JarangJarangJarangJarang

1. Dismenorhoe ringan 36 23 2. Dismenorhoe sedang 6 17 3. Dismenorhoe berat 19 29

TotalTotalTotalTotal 61 61 61 61 69696969

Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi tingkat dismenorhoe berbeda antara siswi yang rutin berolahraga dengan siswi yang jarang berolahraga. Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna dilakukan uji statistik menggunakan Mann Whitney-U Test. Karena pada penelitian ini jumlah n1 atau n2 adalah >20 maka uji yang digunakan adalah pendekatan kurve normal rumus Z. Selanjutnya nilai Z hitung dibandingkan dengan nilai Z tabel yaitu α/2 adalah 0,05/2 sehingga diperoleh Z tabel 1,96. Z hitung > Z tabel (8,53 > 1,96), maka H0 ditolak, sehingga ada perbedaan tingkat dismenorhoe primer pada siswi yang rutin dan yang jarang melakukan olahraga di SMA Negeri 8 Kediri.

Page 18: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 185

PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 46,9% siswi rutin melakukan olahraga. Pada kelompok ini, tingkat dismenorhoe terbanyak adalah dismenorhoe ringan (59%).

Aktivitas olahraga yang secara rutin dilakukan berdampak baik untuk kesehatan. Rutin melakukan olahraga menurut Panduan Kesehatan Olahraga (2002) adalah seseorang yang melakukan aktivitas olahraga ≥ 3 kali dalam seminggu dan lamanya 30 menit atau lebih setiap kali melakukan olahraga. Aktivitas olahraga dikenal mengakibatkan pelepasan endorphin. Wahyudhy (2005) menyebutkan saat melakukan olahraga, tubuh mengirimkan respon ke sistim syaraf pusat dan akan terjadi rangsangan proprioceptive, yang ditransmisi melalui serabut besar ke formatio reticularis, thalamus serta sistim limbik, dan disini akan terjadi pelepasan endorphin, yang akan menghambat transmisi nyeri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abbaspour (2006) dimana durasi dan keparahan dismenorhoe juga berkurang dengan adanya olahraga.

Siswi yang rutin berolahraga mempunyai tingkat dismenorhoe lebih rendah karena olahraga dapat menurunkan tingkat dismenorhoe seseorang. Selain mempengaruhi produksi hormon endorphin olahraga juga bisa menetralisir emosi dan membuat tidur malam lebih nyenyak, meningkatkan kerja jantung dan frekuensi pernapasan, serta relaksasi pembuluh darah kecil untuk memungkinkan pengaliran oksigen darah yang mencapai otot lebih banyak dan mengakibatkan penurunan rasa nyeri pada seseorang. Siswi yang rutin melakukan olahraga dapat mengalami dismenorhoe baik tingkat sedang maupun berat. Salah satu hal dari olahraga yang mempengaruhi adalah jenis olahraga yang dilakukan. Jenis olahraga yang dapat meningkatkan kebugaran seseorang sehingga mengurangi dismenorhoe adalah jenis olahraga aerobik seperti senam, berlari, bersepeda, renang dan jogging. Jika terdapat siswi yang rutin melakukan aktivitas olahraga namun masih merasakan nyeri dapat dikarenakan oleh jenis olahraga yang dilakukan bukan aerobik melainkan anaerobik yang bermanfaat untuk pembentukkan penampilan fisik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,1% siswi jarang melakukan olahraga. Pada kelompok ini, tingkat dismenorhoe terbanyak adalah dismenorhoe berat (42%).

Berbeda dengan siswi yang rutin melakukan olahraga, kejadian dismenorhoe berat lebih banyak terjadi pada siswi yang jarang melakukan olahraga. Rutin melakukan olahraga membantu menurunkan respons nyeri dengan menekan produksi prostaglandin, memberi respons dan adaptasi positif terhadap pengaturan hormon. Kemudian membantu tubuh memproduksi endorphin sehingga imunologis tubuh meningkat, juga meningkatnya emosi positif seperti rasa puas dan bahagia. Menurut Berawi (2011) aktivitas olahraga membantu pelepasan neurotransmiter/senyawa penghantar dan penghubung antarsaraf, yaitu endorphin di mana meningkatkan rasa bahagia dan memengaruhi emosi positif secara menyeluruh. Sehingga olahraga membantu menjaga kesehatan mental dengan efek terhadap pengaturan hormon serotonin-dopamin yang meredakan kecemasan, perubahan perasaan mendadak atau mood, bahkan stres. Sedangkan pada seseorang yang jarang melakukan olahraga hormon endorphin diproduksi kurang maksimal menyebabkan imunitas tubuh kurang meningkat serta rasa cemas dan stres sering yang muncul tidak dapat terkontrol dengan baik. Hal ini dapat memperberat kejadian dismenorhoe. Jarang melakukan olahraga didefinisikan sebagai kegiatan olahraga yang dilakukan < 3 kali perminggu serta lamanya kurang dari 30 menit setiap kali berolahraga.

Aktivitas olahraga yang dilakukan secara jarang memberikan dampak yang kurang maksimal terhadap perbaikan kondisi tubuh seperti peningkatan kerja jantung dan frekuensi pernapasan kurang maksimal, serta relaksasi pembuluh darah kecil untuk memungkinkan pengaliran oksigen darah yang mencapai otot panggul juga kurang maksimal sehingga dapat mengakibatkan rasa nyeri pada seseorang tidak berkurang.

Page 19: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 186

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat dismenorhoe primer pada siswi yang rutin melakukan olahraga dan yang jarang melakukan olahraga di SMA Negeri 8 Kediri. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat dismenorhoe ringan banyak terjadi pada siswi yang rutin melakukan olahraga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Izzo dan Labriola (1991) dalam Abbaspour (2006) menunjukkan bahwa prevalensi dismenorhoe lebih rendah pada atlet yang teratur berolahraga sebelum menarche, dan terjadi perbaikan gejala setelah mulai berolahraga. Hembing (2007) menyebutkan melakukan olahraga secara teratur dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar, sehingga rasa nyeri saat menstruasi dapat teratasi atau berkurang. Menghilangkan stres dan meningkatkan olahraga akan terjadi penurunan aktivitas dari saraf simpatik, sehingga mengurangi gejala nyeri.

Tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang yang rutin berolahraga berpotensi mengalami dismenorhoe berat. Begitu pula pada seseorang yang jarang berolahraga tidak selalu mengalami dismenorhoe yang lebih berat. Ini terjadi karena olahraga bukanlah satu faktor dominan yang mempengaruhi tingkat dismenorhoe seseorang, masih banyak faktor-faktor lain yang berpengaruh, seperti faktor usia, faktor budaya, hormonal, dan lain-lain.

Dismenorhoe dianggap normal apabila terjadi saat siklus menstruasi dan menghilang setelah beberapa hari atau setelah menstruasi berakhir. Jika dismenorhoe terjadi diluar siklus menstruasi dan tingkat nyeri sangat berat hingga tak dapat terkontrol oleh wanita maka perlu dilakukan pemerikasaan oleh dokter.

SIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARAN

Simpulan penelitian adalah: 1) Siswi di SMA Negeri 8 Kediri yang rutin melakukan olahraga lebih dari setengah mengalami dismenorhoe ringan, 2) Siswi di SMA Negeri 8 Kediri yang jarang melakukan olahraga hampir setengah mengalami dismenorhoe berat, 3) Ada perbedaan tingkat dismenorhoe primer pada siswi yang rutin melakukan olahraga dan yang jarang melakukan olahraga. Siswi yang rutin melakukan olahraga mengalami tingkat dismenorhoe lebih ringan dibanding siswi yang jarang melakukan olahraga.

Saran yang diajukan adalah: 1) Diharapkan meningkatkan kegiatan olahraga dan memberi pengetahuan tentang pola hidup sehat sehingga dapat menurunkan tingkat dismenorhoe pada siswa dan menurunkan angka ketidakhadiran siswa dalam mengikuti kegiatan belajat mengajar, 2) Hasil penelitian ini diharapkan digunakan sebagai referensi dan bahan pertimbangan masukan penelitian selanjutnya. Peneliti berharap untuk diteliti faktor-faktor lain yang membuat perbedaan tingkat dismenorhoe pada remaja.

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Abbaspour, Z , Rostami, M and Najjar, Sh.( 2006 ). The Effect of Exercise on Primary Dysmenorrhea. Jres Health Scin 6 (1) : 26 – 31

American College of Obstetricians and Ginecologists. (2006). Dysmenorrhea. Washington D.C: American College of Obstetricians and Ginecologists. Diakses: 22 Pebruari 2011 pukul 19.35 WIB <http://www.acog.org/publication/patient_education/ bp046.cfm>

American College of Obstetricians and Ginecologists. (2006). Menstruation. Washington D.C : American College of Obstetricians and Ginecologists. Diakses tanggal 22 Pebruari 2011 pukul 19.40 WIB

<http ://www.acog.org/publication/patient_education/bp049.cfm> Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:

Rineka Cipta. Berawi, Khairun Nisa. (2011). Olahraga Cegah Stres. Diakses tanggal 19 Juli 2011 <http://radarlampung.com/majalah online_olahragacegah stres> Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Page 20: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 187

Depkes RI. (2002). Panduan Kesehatan Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes RI French, Linda. (2005). Dysmenorrhea. American Family Physician 71(2) : 285 – 291 Hernawati. (2007). Aspek Fisiologi Kelenjar Endokrin. Klasifikasi Hormon. UPI. Diakses 30

Maret 2011 pukul 14.30 WIB. <http://docs.google.com/viewer.FPMIPA/ JUR.PEND.HERNAWATI/DFIL E%25203.pdf+Vasopressin>

Hidayat, A.Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Indah, Mutiara. (2004). Mekanisme Kerja Hormon .Endorphine. Bagian Biokimia FK USU: Digital Library USU.

Llewellyn, Derek. (2001). Ginekologi Kesehatan Wanita. Jakarta: EGC Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Ed.2 .

Jakarta: Salemba Medika Riwidikdo, Handoko. (2009). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press Saryono dkk.(2009). Sindrom Premenstruasi. Jakarta: Nuha Medika Sastrosamoro,Sudigdo. (1995). Dasar–Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:

Binarupa Aksara Senior. (2009). Senior Gaya Hidup Sehat. Nyeri Haid Reda Bila Bersalin. Diakses 28

Maret 2011 <http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Health+ Woman&y=cybermed|0|0|14|854 >

Setiawan,A dan Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan I. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sipahutar, M.Adil. (2007). Tingkatan Nyeri. Diakses tanggal 10 Maret 2011 pukul 13.00 WIB <http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/tingkatan-nyeri.html>

SOCG Clinical Practice Guideline.(2005). Primary Dysmenorrhea Consensus Guideline. SOCG Clinical Practice Guideline 169,1117-1130. Diakses 23 Pebruari 2011 pukul 15.15 WIB <http://www.sogc.org/jogc/documents/cpd_abstract_jogc-dec-05.pdf>

Soetjiingsih dkk. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto

Sugiyono.(2007). Statistika untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta Syaifuddin.(2006). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Utomo, Wahyu Budi. 2010. Akupuntur Atasi Nyeri. Diakses 15-03- 2011 pukul 13.15 WIB

<http: //spiritofacupuncture.wordpress.com/2010/01/26/77/> Wahyudhy, Harry. 2005. Hubungan Kemampuan Aerobik Dan Kondisi Psikologis Pada

Pelajar Laki–Laki SMU Negeri I Prabumulih. Skripsi Diterbitkan. Prabumulih: Universitas Sriwijaya . Diakses: 18 Maret 2011 pukul 21.00 WIB <http://www.docstoc.com/docs/28557163/UCAPAN-TERIMA-KASIH>

Widjanarko, Bambang. (2006). Dismenorrhea: Tinjauan Terapi Pada Dismenore Primer. Majalah Damius 5 (1): 1

Wijayakusuma, Hembing.(2007). Gangguan Menstruasi dan Cara Mengatasinya. Diakses tanggal 23 Pebruari 2011 pukul 12.45 WIB <http://www.sweetspearls.com/sex/ gangguan-mentruasi-dan-cara-mengatasinya>

Youngson, Robert M. (2002). Kesehatan Wanita A-Z: Gangguan Menstruasi: Sakit Waktu Menstruasi. Jakarta: Arcan

Page 21: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 188

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA 1DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA 1DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA 1DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA 1----3 TAHUN 3 TAHUN 3 TAHUN 3 TAHUN

DI DESA BADAL PANDEAN KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRIDI DESA BADAL PANDEAN KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRIDI DESA BADAL PANDEAN KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRIDI DESA BADAL PANDEAN KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI Suwoyo*, Siti Asiyah*, Luciana Sadavin***Suwoyo*, Siti Asiyah*, Luciana Sadavin***Suwoyo*, Siti Asiyah*, Luciana Sadavin***Suwoyo*, Siti Asiyah*, Luciana Sadavin***

ABSTRAKABSTRAKABSTRAKABSTRAK

Kecerdasan interpersonal adalah salah satu dari 9 jenis kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Dengan kecerdasan interpersonal, anak cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan ini tidak akan bisa berkembang apabila tidak ada dukungan dari lingkungan khususnya lingkungan keluarga karena perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi dengan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga dengan kecerdasan interpersonal anak usia 1-3 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik dengan desain pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua keluarga yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di Desa Badal Pandean Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri berjumlah 156 keluarga. Sampel yang digunakan sebanyak 36 responden, dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuesioner dan checklist. Hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan uji Fisherman Exact dengan taraf kesalahan 5% (0,05).

Berdasarkan hasil analisa didapatkan bahwa lingkungan keluarga mempunyai pengaruh terhadap kecerdasan interpersonal anak usia 1-3 tahun. Dari hasil ini, diharapkan keluarga khususnya orang tua dan tenaga kesehatan memberikan stimulasi dan melakukan deteksi intervensi dini tumbuh kembang kepada anak supaya kecerdasan interpersonal anak semakin meningkat.

Kata KunciKata KunciKata KunciKata Kunci: Lingkungan keluarga, Kecerdasan interpersonal, Anak usia 1-3 tahun

*= Poltekkes Kemenkes Malang Jurusan Kebidanan Prodi Kebidanan Kediri **= Alumnus Poltekkes Kemenkes Malang, Jurusan Kebidanan, Prodi Kebidanan Kediri

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Latar BelakangLatar BelakangLatar BelakangLatar Belakang

Anak bukanlah seorang dewasa dalam bentuk kecil, karena mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa..Agar anak tumbuh sehat dan cerdas, maka banyak hal yang harus dipersiapkan sejak dini. Tiga tahun pertama adalah periode penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal.. Pada masa ini adalah periode yang sangat menentukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Oleh karena itu, di masa inilah perhatian lebih dari orang tua sangat dibutuhkan baik dalam hal memberikan kasih sayang, mendidik maupun menyediakan nutrisi untuk menunjang aktifitas maupun pertumbuhan kecerdasan anak. Deteksi dini perlu dilakukan pada usia ini, apabila terjadi penyimpangan bisa cepat diketahui dan ditangani supaya tidak mengganggu tumbuh kembang anak.

Hampir semua orang tua menginginkan anaknya cerdas. Sampai saat ini kecerdasan intelektual (Intelectual Quotient) masih menjadi tolok ukur kesuksesan anak di masa depan (Kasdu. 2004). Namun, menurut Prof. Dr. Daniel Golleman menyebutkan bahwa anak yang sukses dan berhasil adalah anak yang banyak bergaul dan temannya banyak. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya mempengaruhi 20% kesuksesan, sedangkan 80% dipengaruhi oleh kecerdasan emosional (Emotional Quotient) dan kecerdasan emosional spiritual (Emotional Spiritual Quotient). EQ banyak dibentuk di sekolah, tetapi ESQ lebih

Page 22: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 189

banyak dibentuk oleh keluarga dan lingkungan. Lingkungan yang cukup berpengaruh adalah tempat tinggal dan teman-teman (Wijanarko, 2010).

Menurut Howard Gardner dalam Kasdu (2004) psikolog perkembangan lulusan Harvard University, memformulasikan 9 jenis kecerdasan. Salah satunya adalah kecerdasan interpersonal. Menurut Gardner, kecerdasan interpersonal adalah kemampuan dalam beradaptasi dengan dunia luar, berkomunikasi dengan orang lain, dan mengungkapkan perasaan hatinya.

Data dari UNICEF menyebutkan bahwa angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita adalah 1.375.000 anak (27,5%) per 5 juta anak (UNICEF. 2005). Data Dinkes Propinsi Jatimmenyebutkan, 34 anak (2%) / 1700 anak mengalami gangguan perkembangan motorik, selain itu juga terdapat gangguan kecerdasan atau retardasi mental. Data Dinkes Kabupaten Kediri tahun 2011 terdapat 64 balita (2,5%) dari 2.564 balita yang mengalami penyimpangan ataupun gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai dengan umur.

Hal ini dipicu oleh kurangnya deteksi dini dan kurangnya stimulasi yang diberikan untuk mendukung perkembangan. Pemeriksaan deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (DIDTK) tahun 2012 yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada anak usia 0-6 tahun dari 5 wilayah di Provinsi DKI Jakarta diperoleh data bahwa dari 397 anak yang diperiksa, 45 orang atau sekitar 11,3% mengalami kelainan pertumbuhan dan perkembangan. Empat kelainan terbesar adalah 16 anak mengalami Delay Development (perkembangan tidak sesuai dengan usia), 11 anak mengalami Global Delay Development (keterlambatan perkembangan disertai dengan gangguan lihat dan dengar), 10 anak mengalami gizi kurang, 7 anak tidak mengalami kenaikan berat badan selama beberapa bulan, sisanya mengalami Sindrom Down dan keterbelakangan mental (Yusuf, 2011). Berdasarkan data yang peneliti dapatkan saat PKL di Desa Badal Pandean terdapat 3 anak (2,1%) dari 143 anak mengalami autis yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan interpersonalnya.

Dampak kurangnya kecerdasan interpersonal adalah sulit berteman atau berhubungan dengan orang lain serta sulit mempercayai atau mengungkapkan diri di hadapan orang lain. Mereka tampak menyendiri dan tidak ramah. Dampak lebih buruk adalah bersikap egois, tidak sensitif, tidak mempertimbangkan perasaan orang lain dan menyinggung perasaan oran lain. Namun mereka tidak buruk dan bermaksud demikian. Hal itu hanya memperlihatkan rendahnya kecerdasan interpersonalnya. Dalam kasus-kasus yang ekstrem dari kurangnya kecerdasan interpersonal menunjukkan perilaku antisosial, seperti ketidakjujuran, pelecehan, pencurian, pemerkosaan atau bentuk kejahatan yang lainya (Sudarwan, 2011). Dampak yang terjadi bisa dikurangi dengan lingkungan yang baik dan positif di rumah maupun di sekolah (Yuriastien dkk. 2009).

Tujuan penelitianTujuan penelitianTujuan penelitianTujuan penelitian

Tujuan peneltian ini adalah menganalisis pengaruh lingkungan keluarga terhadap kecerdasan interpersonal anak usia 1-3 tahun di Desa Badal Pandean Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri.

METODE PENETIANMETODE PENETIANMETODE PENETIANMETODE PENETIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Populasi penelitian adalah adalah semua keluarga yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di Desa Badal Pandean Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. Besar populasi adalah 156 keluarga. Sampel diambil dengan teknik purposive sebesar 36 keluarga. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10-13 Juli 2012.

Untuk mendapatkan data tentang pengaruh lingkungan keluarga, digunakan kuesioner close ended question berjumlah 12 item dengan dua pilihan jawaban. Jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Selanjutnya dikategorikan baik, jika

Page 23: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 190

jumlah skor >50% sampai dengan 100% dan tidak baik jika jumlah skor ≤50%. Untuk mengumpulkan data tentang kecerdasan interpersonal anak, digunakan VSMS. Bila anak dapat melakukan sesuai dengan form diberi nilai 1 dan apabila anak tidak dan/ belum dapat melakukan sesuai dengan form diberi nilai 0. Skor dasar: skor yang diperoleh anak dari periode umur, Skor tambahan: penjumlahan nilai dari periode umur-umur sebelumnya., Skor total: skor dasar + skor tambahan. SQ (Social Quotient) dihitung dengan rumus:

SQ : x 100%

Keterangan: SQ SA CA

: : :

Social Quotient (Kecerdasan sosial) Social Age (Usia sosial adalah nilai kematangan sosial/keterampilan hidup yang dimiliki oleh anak ketika dilakukan tes) Cronological Age (Usia kronologis adalah usia sesunguhnya saat dilakukan tes)

Kemudian dikategorikan dengan kategori sebagai berikut: 1) diatas rata-rata dengan jumlah skor ≥ 110%, 2) rata-rata dengan jumlah skor 90% - 109%, 3) di bawah rata-rata dengan jumlah skor ≤ 89%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianHasil PenelitianHasil PenelitianHasil Penelitian

Distribusi usia dan pendidikan responden ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tampak bahwa sebagian besar responden berusia 20-29 tahun (64%). Tampak pula bahwa mayoritas responden berpendidikan menengah (53%).

TabelTabelTabelTabel 1111. . . . Distribusi Frekuensi Usia RespondenDistribusi Frekuensi Usia RespondenDistribusi Frekuensi Usia RespondenDistribusi Frekuensi Usia Responden

UsiaUsiaUsiaUsia FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PPPPerererersentasesentasesentasesentase

<20 20 – 29 30 – 39

>40

1 23 10 2

3% 64% 28% 5%

JumlahJumlahJumlahJumlah 36363636 100%100%100%100%

Tabel 2: Distribusi Frekuensi Pendidikan RespondenTabel 2: Distribusi Frekuensi Pendidikan RespondenTabel 2: Distribusi Frekuensi Pendidikan RespondenTabel 2: Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden

PendidikanPendidikanPendidikanPendidikan FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PerPerPerPersentasesentasesentasesentase Pendidikan Dasar (SD, MI , SMP, MTs) Pendidikan Menengah (SMA, MA, SMK)

Pendidikan Tinggi (Akademi, Politeknik, Universitas)

15 19 2

42% 53% 5%

JumlahJumlahJumlahJumlah 36363636 100%100%100%100%

Pada Tabel 3 tampak bahwa sebagian besar anak berada pada lingkungan keluarga yang baik (72%).

TabelTabelTabelTabel. . . . Distribusi Frekuensi Lingkungan KeluargaDistribusi Frekuensi Lingkungan KeluargaDistribusi Frekuensi Lingkungan KeluargaDistribusi Frekuensi Lingkungan Keluarga

Lingkungan Keluarga Lingkungan Keluarga Lingkungan Keluarga Lingkungan Keluarga FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PPPPerererersentasesentasesentasesentase Baik Tidak baik

26 10

72% 28%

JumlahJumlahJumlahJumlah 36363636 100%100%100%100%

Page 24: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 191

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas anak (36%) di Desa Badal Pandean Kecamatan Ngadiluwih Kediri memiliki kecerdasan interpersonal di atas rata-rata.

Tabel 4Tabel 4Tabel 4Tabel 4. . . . Distribusi Frekuensi Kecerdasan Interpersonal AnaDistribusi Frekuensi Kecerdasan Interpersonal AnaDistribusi Frekuensi Kecerdasan Interpersonal AnaDistribusi Frekuensi Kecerdasan Interpersonal Anak Usia 1 k Usia 1 k Usia 1 k Usia 1 –––– 3 Tahun 3 Tahun 3 Tahun 3 Tahun

Kecerdasan InterpersonalKecerdasan InterpersonalKecerdasan InterpersonalKecerdasan Interpersonal FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PerPerPerPersentasesentasesentasesentase Di atas rata – rata

Rata – rata Di bawah rata – rata

13 12 11

36% 33% 31%

JumlahJumlahJumlahJumlah 36363636 100%100%100%100%

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari anak-anak dari lingkungan keluarga baik, sebagian besar memiliki kecerdasan interpersonal di atas rata-rata yaitu 46,15%. Sedangkan anak-anak dari lingkungan keluarga tidak baik, sebagian besar memiliki kecerdasan interpersonal di bawah rata-rata yaitu 70%. Hasil Fisher’s Exact Test adalah p = 0,041 (<0,05), maka H0 ditolak, berarti ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap kecerdasan interpersonal anak usia 1-3 tahun.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional Anak Usia 1Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional Anak Usia 1Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional Anak Usia 1Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional Anak Usia 1----3 Tahun Berdasarkan 3 Tahun Berdasarkan 3 Tahun Berdasarkan 3 Tahun Berdasarkan Lingkungan Keluarga di Desa Badal Pandean, Ngadiluwih, KediriLingkungan Keluarga di Desa Badal Pandean, Ngadiluwih, KediriLingkungan Keluarga di Desa Badal Pandean, Ngadiluwih, KediriLingkungan Keluarga di Desa Badal Pandean, Ngadiluwih, Kediri

Kecerdasan InterpersonalKecerdasan InterpersonalKecerdasan InterpersonalKecerdasan Interpersonal LingkungLingkungLingkungLingkunganananan KeluargaKeluargaKeluargaKeluarga Di atas RataDi atas RataDi atas RataDi atas Rata----RataRataRataRata RataRataRataRata----RataRataRataRata Di Bawah RataDi Bawah RataDi Bawah RataDi Bawah Rata----RataRataRataRata

JumlahJumlahJumlahJumlah

BaikBaikBaikBaik Tidak BaikTidak BaikTidak BaikTidak Baik

12 (46,15%) 1 (10,00%)

9 (34,62%) 2 (20,00%)

5 (19,23%) 7 (70,00%)

26 (100%) 10 (100%)

JumlahJumlahJumlahJumlah 13 (36,11%)13 (36,11%)13 (36,11%)13 (36,11%) 11 (30,56%)11 (30,56%)11 (30,56%)11 (30,56%) 12 (33,33%)12 (33,33%)12 (33,33%)12 (33,33%) 36 (100%)36 (100%)36 (100%)36 (100%)

PePePePembahasanmbahasanmbahasanmbahasan

Sebagian besar anak di Desa Badal Pandean memiliki lingkungan keluarga yang baik. Menurut Nirwana (2011), lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan dan potensi genetik. Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi genetik anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi genetik, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur dalam keluarga baik sosial, budaya, ekonomi, bahkan jumlah anggota keluarga sangat berpengaruh pada perlakuan dan pemikiran anak khususnya kedua orang tua. Lingkungan keluarga adalah basis utama kehidupan manusia. Anak-anak memperoleh pengalaman pertama dari keluarga. Dalam keluarga peranan orang tua sangat penting.

Perilaku sosial dan sikap anak mencerminkan perlakuan yang diterima di rumah. Penerimaan dan sikap orang tua yang penuh cinta kasih mendorong anak bersifat ekstrovert. Sebaliknya bila orang tua mengembangkan sikap penolakan terhadap anak, mungkin anak akan menjadi introvert (Saputra, 2011). Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang demokratis mungkin melakukan penyesuaian sosial yang paling baik. Mereka aktif secara sosial dan mudah bergaul. Sedangkan makin otoriter orang tua, anak makin tidak taat, pasif, kurangnya inisiatif, tidak dapat merencanakan sesuatu, daya tahan berkurang dan penakut (Saputra, 2011). Selain itu, pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder. Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga juga mempengaruhi tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga harmonis, dibandingkan dengan yang kurang harmonis (Depkes RI, 2006).

Sebagian besar keluarga terutama orang tua menerima dan memperlakukan anaknya dengan baik dan penuh kasih sayang. Mereka menciptakan aturan dan suasana

Page 25: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 192

yang demokratis supaya anak tidak tertekan dan bisa berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri. Kalau anak berbuat benar, maka orang tua memberikan pujian atau tepuk tangan. Hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya. Namun di saat-saat tertentu demi mendisiplinkan anak, orang tua memberikan didikan dan arahan yang tegas. Apabila anak melakukan kesalahan maka diberikan hukuman yang wajar. Hukuman diberikan secara obyektif, disertai pengertian dan maksud dari hukuman tersebut, bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap anak. Sehingga anak tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik, akibatnya akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak untuk perkembangan kepribadian dikemudian hari. Orang tua mampu menempatkan dirinya di tengah-tengah keluarga dan adil dalam memperlakukan anak-anaknya. Hal ini memungkinkan anak untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan orang tua dan saudaranya serta mengurangi timbulnya kecemburuan sosial diantara sesama saudara. Selain itu dengan kondisi perekonomian yang sebagian besar adalah kurang, orang tua tetap berusaha memenuhi seluruh kebutuhan anak baik primer maupun sekunder sehingga menunjang tumbuh kembang anak. Dari hasil penelitian, mayoritas anak diasuh sendiri oleh orang tuanya yang sebagian besar tidak bekerja. Hal ini memberikan peluang yang cukup besar bagi orang tua dan anak untuk menjalin interaksi dan komunikasi. Interaksi timbal balik yang baik akan memberikan rasa percaya diri pada anak untuk menjalin interaksi yang lebih luas yaitu di lingkungan masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal anak usia 1-3 tahun di Desa Badal Pandean sebagian besar di atas rata-rata (36%). Menurut Febry (2009), kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan mengorganisasikan orang lain dan mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada orang lain, membedakan dan menginterpretasikan jenis komunikasi dengan orang lain, memahami hasrat, dan motivasi orang lain. Daniel Goleman mengemukakan delapan unsur kecerdasan interpersonal dalam dua kategori besar. Pertama yaitu kesadaran sosial yang merujuk kepada bagaimana memahami keadaan batiniah seseorang, memahami perasaan dan pikirannya. Unsur dalam kategori ini adalah empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik, dan pengertian sosial. Kedua adalah fasilitas sosial, yaitu bagaimana seseorang berinteraksi dengan mulus dan efektif, meliputi unsur sinkroni, presentasi diri, pengaruh, dan kepedulian. Dari delapan unsur di atas, ada keterkaitan antar unsur. Kecerdasan interpersonal hanya dimiliki jika seseorang mampu mensinergikan kedelapan unsur tersebut. Hanya mampu memahami perasaan orang lain tanpa memiliki kepedulian terhadapnya, berarti belumlah memiliki kecerdasan interpersonal (Yusrizal. 2009). Anak yang perkembangan kecerdasan interpersonalnya baik akan mampu memenuhi kedelapan kategori dalam skala maturitas sosial dari Vineland yaitu mampu menolong dirinya sendiri saat makan dan berpakaian, mampu makan sendiri, mampu berpakaian sendiri, mampu memimpin dirinya sendiri misalnya mengatur keuangannya dan memikul tanggung jawab sendiri, mampu melakukan pekerjaan untuk dirinya, mampu berkomunikasi, gerak motorik baik serta mampu bersosialisasi.

Berdasarkan hasil pengamatan dan tes VSMS sebagian besar anak usia 1-3 tahun di Desa Badal Pandean mampu melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan baik. Dengan sosialisasi dan komunikasi yang baik anak bisa menjalin interaksi dengan orang lain yang lebih luas di luar lingkungan keluarga. Kemampuan ini tidak lepas dari dukungan dan peranan orang tua dan keluarga yang selalu memberikan stimulasi. Orang tua mengajari cara berkomunikasi dengan lancar dan benar serta menganjurkan anak untuk bergaul dengan teman sebayanya. Orang tua tidak mau anaknya minder dan kurang pergaulan. Dengan kecerdasan interpersonal yang baik anak mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan di luar keluarga dan tetap memiliki jati diri. Anak memiliki rasa percaya diri untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan teman sebaya bahkan orang dewasa.

Page 26: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 193

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap kecerdasan interpersonal anak usia 1-3 tahun. Menurut Saputra (2011), keluarga merupakan kelompok primer terpenting dalam masyarakat. Keluarga terdiri atas suami, istri dan anak yang belum dewasa. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Di dalam keluarga anak belajar berinteraksi berdasarkan empati dan belajar bekerja sama dengan orang lain. Dengan kata lain dalam keluarga anak belajar memegang peranannya sebagai makhluk sosial yang memiliki aturan dan kemampuan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain. Apa yang dialami melalui interaksi sosial dalam keluarganya turut menentukan tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarga, yaitu di lingkungan masyarakat luas.

Indah Tri (2011) menemukan adanya pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosio emosi anak. Orang tua merupakan model bagi anak. Ketika orang tua melakukan sesuatu, anak-anak akan mengikutinya. Orang tua yang satu dengan lainnya dalam mendidik anak tentu berbeda-beda. Dan gaya-gaya tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan anak, terutama perkembangan sosio-emosinya.

Segala sesuatu yang diperbuat anak mempengaruhi keluarganya begitu juga sebaliknya. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak. Berbicara mengenai pendidikan, ada delapan sisi yang harus ditanamkan dalam proses pendidikan integratif dalam keluarga, salah satunya adalah pendidikan sosial. Pendidikan sosial dimaksudkan untuk menumbuhkan kepribadian sosial anggota keluarga agar mereka memiliki kemampuan bersosialisasi dan menebarkan kontribusi positif bagi upaya perbaikan masyarakat. Pendidikan sosial memunculkan solidaritas sosial yang pada gilirannya akan mengoptimalkan peran sosial seluruh anggota keluarga. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sering menyebabkan dehumanisasi karena telah meminimalisir interaksi sosial. Untuk itulah keluarga harus memberikan pendidikan sosial yang memadai bagi seluruh anggotanya agar memiliki kecerdasan interpersonal yang membuat setiap anggota keluarga mampu berinteraksi sosial secara positif di lingkungan masyarakat maupun lingkungan pergaulan lainnya.

Berdasarkan pengamatan peneliti, lingkungan keluarga di Desa Badal Pandean sangat mendukung tumbuh kembang anak. Sebagian besar orang tua banyak berperan dalam mempengaruhi perkembangan kecerdasan interpersonal anak. Orang tua memberikan stimulus secara langsung kepada anak dengan pembekalan dan arahan tentang sopan santun dan tata krama bagaimana cara bergaul dengan teman sebaya maupun orang dewasa. Orang tua juga mengajari anak untuk mau berbagi dengan temannya, misalnya berbagi makanan dan mainan.

KEKEKEKESIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) lingkungan keluarga anak usia 1-3 tahun di Desa Badal Pandean Kecamatan Ngadiluwih Kediri sebagian besar adalah baik, 2) kecerdasan interpersonal anak usia 1-3 tahun di Desa Badal Pandean Kecamatan Ngadiluwih Kediri sebagian besar adalah di atas rata-rata, 3) Ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap kecerdasan interpersonal anak usia 1-3 tahun.

Selanjutnya diajukan saran yaitu: 1) Diharapkan orangtua menjaga dan meningkatkan lingkungan keluarga agar mendukung tumbuh kembang anak terutama kecerdasan interpersonal dengan cara selalu memberikan stimulus dan arahan tentang sopan santun dan tata krama bergaul dengan teman sebaya maupun orang tua, 2) diharapkan institusi kesehatan melakukan stimulasi dan deteksi intervensi dini tumbuh kembang secara rutin supaya anak yang mengalami gangguan dapat segera dideteksi dan diberikan intervensi yang memadai, sehingga tidak berdampak negatif bagi masa depan anak dan menjadi beban orang tua, 3) diharapkan para peneliti mengembangkan dan

Page 27: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 194

meneliti faktor lain dalam lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi kecerdasan interpersonal anak, menambahkan variabel-variabel lain sebagai kontrol serta menambahkan besar populasi dan sampel agar diperoleh data yang lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Depkes. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI.

IDAI. (2002). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto. Nirwana, Ade Benih. (2011). Psikologi Bayi, Balita dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika. Reddy, G. Lokanadha. (2007). Mental Retardation. New Delhi: Discovery Publishing

House. Rachman, Eileen. (2005). Mengoptimalkan Kecerdasan Anak dengan Mengasah IQ & EQ.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Saputra, Imung. (2011). Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Perkembangan Sosial

pada Seorang Anak. <http://www.kompasiana.com/channel/humaniora> (Diakses tanggal 26 Oktober 2011 Jam 17.12 WIB).

Saryono, Ari Setiawan. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soedjatmiko. (2009). Stimulasi Dini pada Bayi dan Balita untuk Mengembangkan Kecerdasan Multiple dan Kreativitas Anak. <http://www.idai.or.id/> (Diakses Tanggal 15 Februari 2012 Jam 15.59 WIB).

Sudarwan. (2011). Kecerdasan Interpersonal Siswa. <http://agppgrijabar.blogspot.com/ 2011/02/kecerdasan-interpersonal-siswa.html> (Diakses: 09-02-2012 Jam 13.44).

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta. Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Susilowati, Harning Setyo. (2010). Pengaruh Disiplin Belajar, Lingkungan Keluarga dan

Lingkungan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester I Tahun Ajaran 2004/2005 SMAN 1 Gemolong Kab. Sragen. <http://www.scribd.com/doc/ 37573558/20/Pengertian-Lingkungan-Keluarga> (Diakses: 15-02-2012 Jam 20.36).

Wijanarko, Jarot. (2010). Kecerdasan IQ, EQ Dan SQ Pada Anak (Intellectual,Emotional&SpiritualQuotien).<<<<http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5687209>>>> (Diakses Tanggal 27 Februari 2012 Jam 22.31 WIB).

Wikipedia. (2012). Lingkungan. <http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan> (Diakses tanggal 31 Januari 2012 Jam 20.35 WIB).

Yuriastien, Effiana. Dkk. (2009). Games Therapy untuk Kecerdasan Bayi dan Balita. Jakarta: Wahyu Media.

Yusrizal. (2009). Kecerdasan Sosial. <http://yusrizalfirzal.wordpress.com /2009/10/21/kecerdasan-sosial/> (Diakses Tanggal 5 Maret 2012 Jam 12.21 WIB).

Yusuf, Muhammad. (2011). Orang Tua Tanggap Terhadap Perkembangan Anak. <http://muhammadyusuf123.blogdetik.com/2011/02/24/orang-tua-tanggap-terhadap-perkembangan-anak/> (Diakses Tanggal 26 Februari 2010 Jam 22.49 WIB).

Page 28: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 195

HUBUNGANHUBUNGANHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) DENGANDENGANDENGANDENGAN STRESS HOSPITALISASI PADA ANAK USIA STRESS HOSPITALISASI PADA ANAK USIA STRESS HOSPITALISASI PADA ANAK USIA STRESS HOSPITALISASI PADA ANAK USIA 3333----5 TAHUN 5 TAHUN 5 TAHUN 5 TAHUN

DI RSD dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBERDI RSD dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBERDI RSD dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBERDI RSD dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBER Nuzulia Apriesta*, Jamhariyah*, Sutrisno*Nuzulia Apriesta*, Jamhariyah*, Sutrisno*Nuzulia Apriesta*, Jamhariyah*, Sutrisno*Nuzulia Apriesta*, Jamhariyah*, Sutrisno*

ABSTRAKABSTRAKABSTRAKABSTRAK

Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana mengharuskan anak tinggal di rumah sakit untuk menjalankan terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah.Selama proses tersebut anak mengalami berbagai kejadian yang menunjukkan pengalaman yang penuh dengan stress dan trauma. Bermain merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak dan salah satu alat yang paling efektif untuk menejemen stress. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh terapi bermain (mewarnai gambar) terhadap stress hospitalisasi pada anak usia 3-5 tahun di RSUD dr Soebandi Jember. Desain penelitian yang digunakan adalah terhadap stress hospitalisasi one-group pre test post test. Jumlah populasi 50 dan jumlah sampel pada penelitian ini adalah 25 anak yang mengalami stress hospitalisasi dengan menggunakan teknik secara total sampling. Data diperoleh dari kuesioner kemudian diolah secara tabulasi yang kemudian dikonfirmasikan dengan uji Fisher Test. Hasil penelitian didapatkan bahwa dengan perhitungan uji statistic Fisher Test diperoleh p hitung sebesar 0,19 dan p tabel 0,05,karena p hitung > dari p tabel sehingga Ho diterima.Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh terapi bermain (mewarnai gambar) terhadap stress hospitalisasi pada anak usia 3-5 tahun.oleh karena itu diharapkan lahan penelitian dapat mengembangkan sarana dan fasilitas serta pemberian terapi bermain sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anak usia 3-5 tahun yang di rawat di rumah sakit.

Kata Kunci : Stress hospitalisasi, Terapi bermain, Anak usia 3-5 tahun *= Poltekkes Kemenkes Malang, Jurusan Kebidanan, Prodi Kebidanan Jember

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat, di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena stress dan trauma (Supartini, 2004). Stress dan trauma akibat hospitalisasi menimbulkan perasaan tak nyaman pada anak seperti cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2000). Perasaan ini muncul karena anak sebelumnya berada di lingkungan rumah aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan. Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi menyebabkan suatu permasalahan yang menimbulkan trauma baik bagi anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang berdampak pada kerjasama anak dan orang tua dalam perawatan di rumah sakit.

Selain itu karena ketergantungan yang sangat tinggi dengan orang tua dan pengasuh menyebabkan anak yang dirawat di rumah sakit akan mendapat stressor sehingga anak menjadi stress dan menimbulkan reaksi-reaksi perpisahan. Reaksi perpisahan yang ditimbulkan anak pra sekolah (umur 3-5 tahun) yaitu menolak makan, bertanya, menangis walaupun perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, kehilangan kontrol, Reaksi perilaku seperti protes, putus asa, dan regresi (Wong L.Donna, 2004). Perasaan dan perilaku seperti ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucap kata-kata marah,tidak mau bekerja sama dengan perawat (Deslidel dkk, 2011). Sehingga akan memperlambat penyembuhan pada anak karena anak mengalami kecemasan yang jika dibiarkan akan berlanjut menjadi stress.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adi Eko Mulyono, tentang pengaruh terapi bermain terhadap tingkat stress hospitalisasi pada anak toodler, stress yang dialami anak sebelum mendapat perlakuan terapi bermain paling banyak adalah

Page 29: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 196

52,63% mengalami stress hospitalisasi tingkat sedang sedangkan setelah dilakukan terapi bermain 52,63% mengalami stress hospitalisasi tingkat ringan. Selain itu menurut penelitian lain, dengan jumlah responden 68 orang didapatkan hasil 43 orang (61,8%) mengalami stress emosi saat di rawat di rumah sakit dan 26 orang (32,8%) tidak mengalami stress emosi saat perawatan di rumah sakit.

Stress hospitalisasi pada anak ini timbul karena lingkungan rumah sakit baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri.Petugas kesehatan memegang posisi kunci untuk membantu orang tua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan perawatan anaknya di rumah sakit karena perawat berada di samping pasien selama 24 jam. Sehingga petugas kesehatan harus memahami karakteristik anak usia pra sekolah.

Anak usia pra sekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang matang, pada usia prasekolah anak sedang senang–senangnya mengembangkan daya imajinasinya sehingga merasa kehilangan kekuatan diri saat di rawat di rumah sakit karena pembatasan aktivitas anak. Anak juga sering mempersepsikan perawatan di rumah sakit adalah hukuman sehingga anak merasa malu, bersalah dan takut. Persepsi yang seperti ini yang menyebabkan anak pra sekolah mengalami stress hospitalisasi.

Berdasarkan fenomena yang ada saat ini anak yang dirawat di rumah sakit mengalami stress hospitalisasi yang menyebabkan anak mengalami kecemasan dan trauma, padahal seharusnya tujuan anak yang dirawat di rumah sakit adalah untuk menyembuhkan atau memperbaiki status mental dan fisik sehingga anak dapat berkembang dalam keterbatasannya. Hal ini dapat dibuktikan dari wawancara dengan ibu penderita di RSUD Soebandi bahwa 8 dari 10 anak berusia 3-5 tahun yang dirawat di RKK menangis jika didekati petugas, rewel, takut jika didekati petugas. Selama ini belum dilakukan terapi apapun untuk mengatasi stress anak. Salah satu alternatif untuk mengalihkan perhatian anak yang dirawat di rumah sakit adalah dengan adanya dukungan sarana bermain yang dapat memfasilitasi anak untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan anak usia pra sekolah yang dirawat di rumah sakit karena anak usia sekolah masih senang-senangnya berimajinasi. Sarana bermain bertujuan agar tumbuh kembang anak tidak terhambat walaupun anak sedang dirawat di rumah sakit.

Dengan melakukan permainan, anak akan terlepas dari ketegangan dan stress karena dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Selain itu permainan adalah media komunikasi antara anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan di rumah sakit sehingga perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman bermainnya.

Dari beberapa uraian dibatas dan melihat fenomena yang terjadi peneliti tertarik untuk melakukan tindakan meminimalkan kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi, diantaranya dengan terapi bermain mewarnai gambar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan terapi bermain (mewarnai gambar) dengan stress hospitalisasi pada anak usia 3-5 tahun di RSD dr Soebandi Kabupaten Jember.

METODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah komparatif. Populasi pada penelitian ini adalah anak usia pra sekolah (3-5 tahun) yang di rawat di ruang kanak-kanak, RSD dr Soebandi Kabupaten Jember pada periode Maret-April 2012, dengan besar populasi 27 orang. Besar sampel adalah 25 anak, yang diambil dengan teknik simple random sampling. Peneliti melakukan random pada 27 anak dengan melihat nama-nama anak, dan mengambil sampel sejumlah 25 anak. Variabel penelitian ini berupa 1 variabel

Page 30: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 197

independen yaitu terapi bermain mewarnai gambar dan 1 variabel dependen yaitu stress hospitalisasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi stress anak anak usia 3-5 tahun yang di rawat di ruang kanak-kanak RSD dr Soebandi. Uji statistik yang digunakan dalam analisis data adalah Fisher’s Exact Test, dengan α=5%.

HASIL HASIL HASIL HASIL PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN DAN PEMBAHASANDAN PEMBAHASANDAN PEMBAHASANDAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianHasil PenelitianHasil PenelitianHasil Penelitian

Data umum penelitian disajikan pada Tabel 1. Tampak bahwa sebagian besar anak berjenis kelamin perempuan (64%), usia terbanyak adalah 5 tahun (48%), diagnosa medis terbanyak adalah DHF (40%), terbanyak menjalani lama perawatan 1 hari (84%), dan terbanyak memiliki jumlah saudara kandung 1 orang (44%).

Tabel 1. Distribusi Tabel 1. Distribusi Tabel 1. Distribusi Tabel 1. Distribusi Frekuensi Frekuensi Frekuensi Frekuensi Jenis Kelamin, Usia, Diagnosa Medis, Jenis Kelamin, Usia, Diagnosa Medis, Jenis Kelamin, Usia, Diagnosa Medis, Jenis Kelamin, Usia, Diagnosa Medis, Lama Perawatan, dan Jumlah Saudara Anak Lama Perawatan, dan Jumlah Saudara Anak Lama Perawatan, dan Jumlah Saudara Anak Lama Perawatan, dan Jumlah Saudara Anak Usia Pra Sekolah yang Dirawat Usia Pra Sekolah yang Dirawat Usia Pra Sekolah yang Dirawat Usia Pra Sekolah yang Dirawat

di Ruang Kanakdi Ruang Kanakdi Ruang Kanakdi Ruang Kanak----Kanak RSD dr Soebandi Kabupaten JemberKanak RSD dr Soebandi Kabupaten JemberKanak RSD dr Soebandi Kabupaten JemberKanak RSD dr Soebandi Kabupaten Jember

NoNoNoNo Data UmumData UmumData UmumData Umum FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PersentasePersentasePersentasePersentase 1 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Perempuan 9 6

36 64

2 Usia : 3 tahun 4 tahun 5 tahun

6 7

12

24 28 48

3 Diagnosa Medis : Typhus abdominalis Bronchopneumonia DHF

7 4

14

23 14 40

4 Lama Perawatan : 1 hari 2 hari >2 hari

21 4 0

84 16 0

5 Jumlah Saudara : 1 2 >2

11 10 4

44 40 16

Tabel Tabel Tabel Tabel 2.2.2.2. Distribusi Frekuensi Stress Hospitalisasi Distribusi Frekuensi Stress Hospitalisasi Distribusi Frekuensi Stress Hospitalisasi Distribusi Frekuensi Stress Hospitalisasi ppppada ada ada ada Anak Anak Anak Anak SSSSebelum Dilakukan ebelum Dilakukan ebelum Dilakukan ebelum Dilakukan TTTTerapi erapi erapi erapi BBBBermain (ermain (ermain (ermain (MMMMewewewewarnai arnai arnai arnai GGGGambar)ambar)ambar)ambar) di RSD dr Soebandi Kabupaten Jember di RSD dr Soebandi Kabupaten Jember di RSD dr Soebandi Kabupaten Jember di RSD dr Soebandi Kabupaten Jember

Stress HospitalisasiStress HospitalisasiStress HospitalisasiStress Hospitalisasi FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PersentasePersentasePersentasePersentase Stress

Tidak Stress 22 3

88 12

JumlahJumlahJumlahJumlah 25252525 100100100100

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Stress Hospitalisasi pada Anak Sesudah Dilakukan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Stress Hospitalisasi pada Anak Sesudah Dilakukan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Stress Hospitalisasi pada Anak Sesudah Dilakukan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Stress Hospitalisasi pada Anak Sesudah Dilakukan TTTTerapi erapi erapi erapi BBBBermain (ermain (ermain (ermain (MMMMewarnai ewarnai ewarnai ewarnai GGGGambar)ambar)ambar)ambar) ddddi RSD dr Soebandi Kabupaten Jember i RSD dr Soebandi Kabupaten Jember i RSD dr Soebandi Kabupaten Jember i RSD dr Soebandi Kabupaten Jember

Stress HospitalisasiStress HospitalisasiStress HospitalisasiStress Hospitalisasi FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PersentasePersentasePersentasePersentase Stress

Tidak Stress 10 15

40 60

JumlahJumlahJumlahJumlah 25252525 100100100100 Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi bermain,

mayoritas anak (88%) mengalami stress hospitalisasi, sedangkan pasca terapi, anak yang mengalami stress sebesar 40%. Selanjutnya perubahan stress hospitalisasi pada masing-masing anak pasca pemberian terapi bermain disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Page 31: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 198

Sesudah pemberian terapi bermain, sebagian besar (48%) mengalami perubahan positif (dari stress menjadi tidak stress), sedangkan yang mengalami perubahan negatif (tidak stress menjadi stress) tidak ada sama sekali, dan selebihnya tidak mengalami perubahan.

Tabel Tabel Tabel Tabel 4. 4. 4. 4. PPPPerubahan erubahan erubahan erubahan SSSStress tress tress tress HHHHospitalisasi ospitalisasi ospitalisasi ospitalisasi PPPPada ada ada ada AAAAnak nak nak nak UUUUsia 3sia 3sia 3sia 3----5555 TTTTahun ahun ahun ahun Sesudah Pemberian Terapi Bermain Sesudah Pemberian Terapi Bermain Sesudah Pemberian Terapi Bermain Sesudah Pemberian Terapi Bermain di RSD dr Soebandi Jemdi RSD dr Soebandi Jemdi RSD dr Soebandi Jemdi RSD dr Soebandi Jembbbber er er er

Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan Stress Hospitalisasi Stress Hospitalisasi Stress Hospitalisasi Stress Hospitalisasi JumlahJumlahJumlahJumlah PersentasePersentasePersentasePersentase

Stress menjadi tidak stress Stress tetap stress

tidak stress menjadi stress tidak stress tetap tidak stress

12 10 0 3

48% 40% 0%

12%

Tabel 5. Perbedaan Tabel 5. Perbedaan Tabel 5. Perbedaan Tabel 5. Perbedaan SSSStress tress tress tress HHHHospitalisasi ospitalisasi ospitalisasi ospitalisasi PPPPada ada ada ada AAAAnak nak nak nak UUUUsia 3sia 3sia 3sia 3----5 5 5 5 TTTTahun Sebelum dan ahun Sebelum dan ahun Sebelum dan ahun Sebelum dan Sesudah Sesudah Sesudah Sesudah DDDDilakukan ilakukan ilakukan ilakukan TTTTerapi erapi erapi erapi BBBBermain ermain ermain ermain (M(M(M(Mewarnai ewarnai ewarnai ewarnai GGGGambarambarambarambar) di RSD dr Soebandi Jem) di RSD dr Soebandi Jem) di RSD dr Soebandi Jem) di RSD dr Soebandi Jembbbber er er er

Sebelum Terapi BermainSebelum Terapi BermainSebelum Terapi BermainSebelum Terapi Bermain

Stress HospitalisasiStress HospitalisasiStress HospitalisasiStress Hospitalisasi StressStressStressStress Tidak StressTidak StressTidak StressTidak Stress JumlahJumlahJumlahJumlah

SSSStresstresstresstress Tidak StressTidak StressTidak StressTidak Stress

10 (40%) 0 (0%)

12 (48%) 3 (12%)

22 (88%) 3 (12%)

Sesudah Terapi BermainSesudah Terapi BermainSesudah Terapi BermainSesudah Terapi Bermain

JumlahJumlahJumlahJumlah 10 (40%)10 (40%)10 (40%)10 (40%) 15 (60%)15 (60%)15 (60%)15 (60%) 25 (100%)25 (100%)25 (100%)25 (100%)

Hasil Fisher Exact Probability Test menunjukkan nilai p = 1,18 pada taraf kesalahan 5%. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa p > taraf kesalahan, sehingga kesimpulan yang diambil adalah Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan terapi bermain mewarnai gambar dengan stress hospitalisasi pada anak usia 3-5 tahun.

PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi bermain anak usia 3-5 tahun yang mengalami stress hospitalisasi sebanyak 88%, sedangkan sesudah mendapatkan terapi bermain yang mengalami stress hospitalisasi sebanyak 40%. Berarti sebagian anak masih mengalami stress hospitalisasi pasca terapi bermain, karena adanya perubahan yang dialaminya, baik berupa perubahan status kesehatan anak, perubahan lingkungan, maupun perubahan kebiasaan sehari-hari, sehingga anak tidak bisa bermain secara efektif. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan permainan pada anak di antaranya adalah energi anak untuk beraktivitas dan lingkungan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anak mengalami perubahan dari stress menjadi tidak stress sebanyak 48% dan yang masih tetap stress sebanyak 40%. Berdasarkan data di atas, anak usia 3-5 tahun masih mengalami stress hospitalisasi setelah dilakukan terapi bermain (mewarnai gambar), hal ini disebabkan karena anak belum bisa beradaptasi dengan ruang perawatan dan petugas kesehatan yang berada di ruangan tersebut tersebut, sehingga anak masih sangat bergantung pada orang tua.

Di samping itu karena pada usia 3-5 tahun anak masih sangat bergantung pada orang tua karena adanya hospitalisasi anak harus berpisah dengan orang tua, Prosedur yang menyakitkan. Hal ini yang menyebabkan anak merasa jika lingkungan tersebut tidak nyaman dan aman bagi dirinya sehingga sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan, sesama pasien, dan petugas kesehatan yang ada di ruangan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan diketahui bahwa tidak ada hubungan terapi bermain (mewarnai gambar) terhadap stress hospitalisasi pada anak usia 3-5 tahun hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain status kesehatan anak,yaitu anak yang sedang sakit tidak mempunyai banyak energi untuk melakukan permainan. Lingkungan yang mendukung sehingga dapat menstimulai imajinasi dan kreativitas anak dalam

Page 32: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 199

bermain, anak yang sedang dirawat di rumah sakit merasa asing dengan lingkungannya sehingga anak sulit beradaptasi dengan lingkungan dan merasa lingkungan tersebut membahayakan dirinya, sikap orang tua dalam perwatan anak,orang tua yang merasa stress dengan kondisi anaknya membuat anak juga bertambah semakin stress.

KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebelum diberikan terapi bermain (mewarnai gambar) sebagian besar (88%) anak

usia 3-5 tahun di RSUD dr Soebandi mengalami stress hospitalisasi 2. Sesudah diberikan terapi bermain (mewarnai gambar), anak usia 3-5 tahun yang

mengalami stress hospitalisasi di RSUD dr Soebandi sebesar 40%. 3. Tidak ada hubungan antara terapi bermain (mewarnai gambar) dengan stress

hospitalisasi pada anak usia 3-5 tahun di RSUD dr Soebandi Kabupaten Jember. Selanjutnya disarankan agar hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan agar tenaga kesehatan lebih meningkatkan pelayanan dengan memberikan fasilitas bermain, melakukan pendekatan kepada anak, menjelaskan kepada anak tentang tindakan yang akan dilakukan dan memodifikasi ruang perawatan sehingga dapat menurunkan stressor anak dan orang tua akibat hospitalisasi.

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Ady. (2011). Hubungan Peran Perawat dengan Stress Hospitalisasi di Ruang Keperawatan Anak RSUD. http://lubmazreserach.wordpress.comhttp://lubmazreserach.wordpress.comhttp://lubmazreserach.wordpress.comhttp://lubmazreserach.wordpress.com, , , , 27-02- 2011

Deslidel. (2011), Buku Ajar Asuhan Neonatus Bayi & Balita, Jakarta: EGC Hidayati, Nia (2010). Mengatasi Stress pada Anak, http://niahidayati.net/mengatasi-stres-

pada-anak.html John. (2007), Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga Mulyono.(2008), Pendahuluan, http://digilib.umm.ac.id/files/disk1/292/jiptummpp. Notoatmodjo. (2010), Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2008), Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian, Jakarta: Salemba Medika Nursalam, Susilaningrum, Utami (2005), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta:

Salemba Medika Pelitawati.(2006), Hati-Hati Anak Juga Bisa Stress, http://kumpulan.info/keluarga/anak/40-

anak/206-stres-anak-dan-bantuan-mengatasinya.htm Perry,potter. (2005), Fundamental Keperawatan, Jakarta: EGC Psikologi anak.(2011),Tanda dan Gejala Stress Pada Anak, www.infoanak.com Rinda.(2010), Bab II, http://digilib.unimus.ac.id. Santi. (2011), Trauma Pasca Sakit, Bagaimana Menghindarinya, www.tabloidnova.com,

17 Agustus 2011 Saputra. (2010), Hubungan Peran Perawat dengan Stress Hospitalisasi, www.

Wordprees.com Soetjiningsih. (1995), Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC Sriati. (2008), Tinjauan Tentang Stres, Http://www.Recaucesupand, 3 Januari 2009 Supartini. (2004), Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta: EGC Sugiyono (2006),Statistika untuk Penelitian, Jakarta: Alfabeta Sugiyono (2006),Statistika Nonparametris, Jakarta: Alfabeta Utami (2012), Mengenal Stress pada Anak, http://www.balipost.com, 13 Februari 2011 Wein (2003), Stress dan Penyakit,Jurnal Scientific American Wong,(2004), Keperawatan Pediatrik, Jakarta: EGC.

Page 33: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 200

PENGARUH METODE PENGARUH METODE PENGARUH METODE PENGARUH METODE ZILGREI ZILGREI ZILGREI ZILGREI PADA IBU INPARTU PRIMIGRAVIDA PADA IBU INPARTU PRIMIGRAVIDA PADA IBU INPARTU PRIMIGRAVIDA PADA IBU INPARTU PRIMIGRAVIDA TERHADAP PEMBUKAAN SERVIKTERHADAP PEMBUKAAN SERVIKTERHADAP PEMBUKAAN SERVIKTERHADAP PEMBUKAAN SERVIK KALA I FASE AKTIF KALA I FASE AKTIF KALA I FASE AKTIF KALA I FASE AKTIF

DI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRIDI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRIDI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRIDI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRI Dwi Estuning Rahayu*, Sumy Dwi Antono*Dwi Estuning Rahayu*, Sumy Dwi Antono*Dwi Estuning Rahayu*, Sumy Dwi Antono*Dwi Estuning Rahayu*, Sumy Dwi Antono*

ABSTRACTABSTRACTABSTRACTABSTRACT

The delivery process begins with thinning and dilatation of the cervix. Discomfort and pain because it will be felt by women as long as labour progresses. Pain during labour can be reduced with the development of advances in medicine, especially of anesthesiology. To reduce pain during labour and childbirth can do Zilgrei method. The purpose of this study was to determine the influence of The Effect of Zilgrei method to dilatation the cervix in first stage of active phase in the primigravida’s labour. The method at this study is pre experiment design with static group comparison design approach. The population in this studies are assuming primigravid labour when first active phase about 23 people. The number of samples is 22 people. Data were colllected using Partograf and the observation sheet. Data were analyzed with Mann Whitney U-test Test. The results showed that the majority (63.64%) soon after the dilatation of the cervix be given Zilgrei methods, the majority (54.55%) without any slow cervical dilatation Zilgrei method. After calculation with Mann-Whitney U Test count obtained 20.5 U <U table 25. It can be concluded there is the influence of maternal inpartu Zilgrei method of opening the cervix primigravida first stage of the active phase. Recommendations of this study expected to health care provide a method for reducing labor pain Zilgrei so as to expedite the delivery process.

Key words: Zilgrei Methods, primigravida, dilatation of the cervix

*= Poltekkes Kemenkes Malang, Jurusan Kebidanan, Program Studi Kebidanan Kediri

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Persalinan dimulai dengan penipisan dan pembukaan servik, yang merupakan akibat langsung dari kontraksi. Kontraksi akan menjadi lebih sering, lebih lama, intensitasnya semakin kuat. Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini merupakan kontraksi otot fisiologis yang menimbulkan nyeri pada tubuh (Varney, 2008). Rasa tidak nyaman dan nyeri karena akan dirasakan oleh wanita seiring kemajuan persalinan. Rasa sakit selama proses persalinan dapat dikurangi dengan berkembangnya kemajuan dunia kedokteran terutama bidang anestesiologi. Upaya menghilangkan rasa sakit dapat dilakukan secara farmakologi maupun nonfarmakologi, dari segi resiko dan efek samping cara nonfarmakologi lebih aman, namun keberhasilannya bersifat individual. Metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena tidak membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Metode nonfarmakologi di antaranya homeopathy, pijat aromaterapi dalam persalinan (effluerage dan counterpressure), hipnosis, visualisasi persalinan, teknik auditori dan imej visual persalinan, relaksasi, posisi melahirkan, terapi bola-bola, persalinan di dalam air, gerakan dan pernapasan zilgrei, hypnobirthing, akupuntur, alif dan zikir (Danuatmaja. 2008).

Komplikasi selama persalinan yang sering terjadi di Indonesia yaitu perdarahan pasca persalinan, uri tertinggal, partus lama serta infeksi. Menurut Depkes (2004), ibu partus lama yang rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia diperoleh proporsi 4,3% yaitu 12.176 dari 281.050 persalinan. Di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 ditemukan proporsi partus tak maju 25,2% yaitu 615 kasus dari 2.436 persalinan. Partus lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi atonia uteri yang dapat mengakibatkan pendarahan postpartum (Insaffita, 2005). Dengan lamanya waktu yang diperlukan pada kala I dan Kala II akan menambah bahaya

Page 34: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 201

kematian janin, sehingga perlu menyelesaikan persalinan dengan tindakan segera baik induksi maupun Sectio Cesarea. Untuk mencegah tindakan lain dalam menolong ibu ataupun bayi agar tidak mengalami hal-hal yang diluar proses waktu normal, salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan metode Zilgrei, yaitu dengan gerakan dan latihan pernapasan yang dipersiapkan sejak kala I tepatnya pada fase aktif diharapkan kerja otot-otot panggul yang saling berkaitan menjadi selaras sehingga mulut rahim tidak kaku, dan adanya potensi otot-otot rahim untuk mendorong janin menuju jalan lahir, latihan tarikan dan hembusan napas membantu ibu mengumpulkan tenaga untuk mendorong janin ke posisi ideal untuk melahirkan normal (Suprapti, 2006). Selain itu Zilgrei merupakan salah satu teknik mengurangi nyeri persalinan (Danuatmaja. 2008).

Zilgrei terkenal di Jerman dan merupakan metode yang digunakan oleh dokter maupun bidan. Metode ini telah dirasakan manfaatnya oleh ribuan ibu bersalin di Jerman. Berkat melaksanakan metode ini, mereka hanya membutuhkan waktu persalinan yang singkat serta merasakannya sebagai proses yang ringan dan indah (Danuatmaja. 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Suprapti metode zilgrei yang diberikan pada ibu inpartu berpengaruh pada durasi kala II dan metode ini dapat dipergunakan untuk mempercepat kala II. Mengacu pada penelitian tersebut dengan metode zilgrei kerja otot-otot panggul menjadi selaras sehingga tahapan-tahapan pembukaan menjadi lancar (Suprapti, 2006).

Hasil studi pendahuluan tanggal 28 Februari 2012, didapatkan hasil bahwa tahun 2011 partus normal di Kota Kediri sejumlah 3034, di Kabupaten Kediri sejumlah 22.022. Data dari rekam medik RSUD Pare jumlah partus normal sebanyak 866 kasus.

METODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah pra eksperimen berupa perbandingan kelompok statis (static group comparison). Kelompok eksperimen yaitu ibu inpartu primigravida yang diberi metode Zilgrei, kemudian dilakukan observasi. Hasil observasi dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan metode Zilgrei. Populasi penelitian adalah asumsi ibu inpartu primigravida kala I fase aktif sejumlah 23 orang. Besar sampel dihitung dengan rumus n = N/(1+N(d)2) = 22 orang, dan diambil dengan teknik simple random sampling dengan cara menulis nomor anggota populasi pada kertas, diletakkan di kotak, dan dilotre. Setelah satu nomor keluar, lalu dicatat sebagai kelompok eksperimen dan dikembalikan, bila keluar lagi nomor sama tak dicatat dan dikembalikan, kemudian dilotre lagi sampai keluar angka berbeda. Bila sudah keluar angka yang tidak sama maka dicatat sebagai kelompok kontrol, begitu seterusnya sampai memenuhi 22 nomor sebagai sampel. Penelitian dilakukan di RSUD Pare Kabupaten Kediri pada tanggal 16 April -12 Mei 2012.

Instrumen penelitian berupa partograf untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan untuk mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh metode Zilgrei pada ibu inpartu primigravida terhadap pembukaan servik kala I fase aktif dilakukan pengujian dengan menggunakan tabel Wilcoxon Mann Whitney U Test. Jika U hitung < U tabel, maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode Zilgrei pada ibu inpartu primigravida terhadap pembukaan servik kala I fase aktif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianHasil PenelitianHasil PenelitianHasil Penelitian

Perbandingan pembukaan serviks ibu bersalin diberi dan tidak diberi metode Zilgrei disajikan pada Tabel 1. Tampak bahwa lebih 64% pembukaan serviks menjadi cepat setelah diberi metode Zilgrei. Pada kelompok kontrol, lebih dari setengah (55%) mengalami pembukaan serviks yang lambat.

Page 35: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 202

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pembukaan Serviks Ibu Bersalin Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pembukaan Serviks Ibu Bersalin Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pembukaan Serviks Ibu Bersalin Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pembukaan Serviks Ibu Bersalin yang Diberi dan Tidak Diberi Metode Zilgreiyang Diberi dan Tidak Diberi Metode Zilgreiyang Diberi dan Tidak Diberi Metode Zilgreiyang Diberi dan Tidak Diberi Metode Zilgrei

Diberi MetDiberi MetDiberi MetDiberi Metode Zilgreiode Zilgreiode Zilgreiode Zilgrei Tidak Diberi Metode ZilgreiTidak Diberi Metode ZilgreiTidak Diberi Metode ZilgreiTidak Diberi Metode Zilgrei Pembukan ServiksPembukan ServiksPembukan ServiksPembukan Serviks FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PersenPersenPersenPersen Pembukan ServiksPembukan ServiksPembukan ServiksPembukan Serviks FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PersenPersenPersenPersen

Cepat Normal Lambat

7 3 1

64% 27% 9%

Cepat Normal Lambat

1 4 6

9% 36% 55%

JumlahJumlahJumlahJumlah 11111111 100%100%100%100% JumlahJumlahJumlahJumlah 11111111 100%100%100%100%

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh, digunakan Wilcoxon Mann-Whitney U-Test, yaitu membandingkan U hitung dengan U tabel. U hitung= 20,5 < U tabel= 25, maka disini dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh metode Zilgrei pada ibu inpartu primigravida terhadap pembukaan serviks kala I fase aktif.

PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan

Lebih dari setengah (64%) ibu bersalin yang diberi metode Zilgrei mengalami pembukaan serviks yang cepat. Dengan diberikan metode Zilgrei pada 11 responden, 10 dari responden mengalami peningkatan kontraksi uterus sehingga pembukaan servik bertambah. Menurut Varney (2008) penipisan dan pembukaan servik merupakan akibat langsung dari kontraksi. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Erawati (2011) bahwa pembukaan servik juga terjadi akibat kerja uterus dan tekanan berlawanan oleh kantong ketuban dan bagian janin yang turun, kepala janin yang menekan servik akan menyebabkan fundus uteri berkontraksi dan membantu pembukaan servik secara efisien. Danuatmaja (2008) juga mengatakan bahwa Zilgrei yang diterapkan terutama saat ibu menanti fase-fase pembukaan membuat otot-otot panggul yang berkaitan menjadi selaras sehingga tahap-tahap pembukaan menjadi lancar dan potensi otot rahim untuk mendorong janin menuju jalan lahir meningkat. Selain itu latihan pernapasan Zilgrei dapat melatih peregangan tulang rusuk dan punggung serta mengumpulkan tenaga untuk mendorong janin. Metode Zilgrei selain membuat otot-otot panggul menjadi selaras juga dapat mengurangi rasa sakit saat persalinan.

Hal tersebut juga didukung oleh Andriana (2007) yang menyatakan bahwa pada dasarnya relaksasi terdiri dari relaksasi fisik dan relaksasi batin, keduanya saling terkait dan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah latihan pernapasan. Dengan menarik nafas dalam akan mengalirkan oksigen ke darah yang kemudian dialirkan keseluruh bagian tubuh dan otak, yang akan menciptakan keadaan rileks. Dengan kondisi inilah otot dinding rahim yang berkontraksi dapat bekerja lancar tanpa hambatan, hal inilah yang akan membuat persalinan tidak terasa sakit (Andriana, 2007).

Banyak metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri persalinan sehingga persalinan dapat berjalan lancar, salah satunya adalah metode Zilgrei. Metode Zilgrei yang terdiri atas latihan pernafasan, gerakan maupun posisi dapat membuat otot panggul menjadi selaras dan persalinan dapat berjalan lancar. Seorang bidan harus mampu memberikan asuhan dengan baik kepada ibu inpartu, yaitu dengan menerapkan metode ini pada kala I fase aktif saat pembukaan servik 4-8 cm, sehingga tahap pembukaan menjadi lancar juga mendukung peregangan tulang rusuk maupun punggung serta meredakan rasa sakit menjelang persalinan.

Lebih dari setengah (55%) ibu bersalin yang tidak diberi metode Zilgrei mengalami pembukaan serviks yang lambat. Pada 6 responden yang tidak diberi metode Zilgrei tidak mengalami peningkatan kontraksi uterus sehingga pembukaan servik tidak bertambah. Menurut Diane (2009) bagian terbesar persalinan adalah kala I fase aktif, rata-rata lama kala I fase aktif pada primigravida adalah 7,7 jam namun dapat terjadi hingga 17,5 jam,

Page 36: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 203

lama persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas, interval kelahiran, status psikologis, presentasi dan posisi janin, bentuk dan ukuran pelvik maternal, serta karakteristik kontraksi uterus. Menurut Yuliatun, (2008) semakin lama waktu persalinan akan menyebabkan kelelahan, serta meningkatkan kecemasan dan rasa nyeri yang dapat mempengaruhi power ibu bersalin. Ketegangan yang lama akan menurunkan kemampuan ibu untuk mengontrol rasa nyeri. Kebanyakan primipara merespon nyeri dengan rasa takut dan cemas yang dapat meningkatkan sekresi ketokolamin (epinefrin dan norepinefrin) sehingga menyebabkan peningkatan tegangan otot maupun gangguan aliran darah menuju otak dan otot, hal tersebut juga menyebabkan tegangan pada otot pelvis, kontraksi uterus terganggu, dan hilangnya tenaga pendorong ibu. Hal ini juga didukung oleh pendapat Rohani (2011) bahwa lambatnya proses pembukaan dan pendataran serviks berhubungan dengan psikologis wanita, bila seorang wanita merasa takut, bersikap sangat pasif atau menyerah, dan keras kepala maka sikap ini bisa memperlambat proses pembukaan dan pendataran serviks, dan mengakibatkan his menjadi sangat lemah bahkan berhenti secara total.

Lama atau tidaknya proses persalinan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Bila proses kesakitan saat menjelang persalinan disertai dengan ketakutan yang berlebihan maka sikap ini dapat memperlambat proses pembukaan dan pendataran serviks. Seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin harus dapat membantu ibu bersalin melewati masa sulit dalam persalinannya, terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan fisiologis maupun psikologis yang dialami oleh ibu bersalin, Misalnya dengan memberikan pendamping persalinan baik suami, maupun anggota keluarga, menganjurkan ibu memilih posisi yang paling nyaman untuk melahirkan.

Hasil Wilcoxon Mann Whitney U-Test menunjukkan bahwa ada pengaruh metode Zilgrei pada ibu inpartu primigravida terhadap pembukaan servik kala I. Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suprapti bahwa metode Zilgrei yang diberikan pada ibu inpartu mempunyai pengaruh pada durasi kala II, dengan demikian metode Zilgrei dapat dipergunakan untuk mempercepat kala II (Suprapti, 2006). Menurut Danuatmaja (2008) 70% kehamilan sungsang dan janin yang terlalu besar sehingga divonis untuk operasi caesar dapat diatasi dengan metode ini.

Metode Zilgrei yang diterapkan saat fase pembukaan membuat otot panggul menjadi selaras dan tahap-tahap pembukaan menjadi lancar. Selain itu tiga landasan Zilgrei yaitu latihan pernafasan, gerakan dan posisi tubuh merupakan kunci kelenturan otot dan tenaga pendorong (Danuatmaja, 2008). Menurut Yuliatun (2008) pada kala I persalinan nyeri disebabkan oleh adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan dilatasi dan penipisan serviks, nyeri tersebut dirasakan ibu saat kontraksi dan menurun atau menghilang pada interval kontraksi. Semakin lama waktu persalinan akan menyebabkan kelelahan serta meningkatkan kecemasan dan rasa nyeri pada ibu bersalin, cemas dan takut menyebabkan peningkatan tegangan otot dan gangguan aliran darah menuju otak maupun otot. Ketegangan yang lama akan menurunkan kemampuan ibu untuk mengontrol rasa nyeri.

Kebanyakan primipara merespon nyeri dengan rasa takut dan cemas yang dapat meningkatkan sekresi ketokolamin (epinefrin dan norepinefrin). Epinefrin akan menstimulasi reseptor α dan β, sedangkan norepinefrin akan menstimulasi reseptor α. Stimulasi pada reseptor α menyebabkan seluruh bagian uterus berkontraksi dan meningkatkan tonus otot uterus yang dapat menurunkan aliran darah pada uterus. Sementara itu, stimulasi reseptor β menyebabkan uterus relaksasi dan vasodilatasi pembuluh darah pada uterus dan menyebabkan penurunan aliran darah ke plasenta (Yuliatun, 2008).

Latihan pernapasan Zilgrei selain melatih peregangan tulang-tulang rusuk dan punggung juga dapat mengumpulkan tenaga untuk mendorong janin keluar hal ini juga

Page 37: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 204

didukung oleh Andriana (2007) yang menyatakan bahwa untuk mengatasi nyeri selama persalinan dapat dilakukan dengan relaksasi terdiri dari relaksasi fisik dan relaksasi batin, keduanya saling terkait dan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah latihan pernapasan. Dengan menarik nafas dalam akan mengalirkan oksigen ke darah yang kemudian dialirkan keseluruh bagian tubuh dan otak, yang akan menciptakan keadaan rileks. Dengan kondisi inilah otot yang berkontraksi (otot dinding rahim) dapat bekerja lancar tanpa hambatan, hal inilah yang akan membuat persalinan tidak terasa sakit.

Gerakan dan posisi Zilgrei dapat membuat tahap-tahap pembukaan menjadi lancar. Posisi miring kiri pada metode Zilgrei dapat meredakan rasa sakit menjelang persalinan selain itu posisi merangkak dapat mendorong janin ke posisi yang ideal. Aprillia (2012) menyebutkan bahwa posisi miring kiri membantu untuk mengurangi tekanan dari organ-organ internal ke tali pusat yang memungkinkan pengurangan jumlah suplai oksigen yang mengalir ke bayi. Posisi ini juga membantu untuk menjaga denyut jantung janin tetap stabil selama kontraksi. Posisi merangkak membantu mengurangi back pain (nyeri punggung), memudahkan dilakukan prosedur massage punggung, dan area pelvis menjadi lebih luas yang dapat membantu rotasi janin dan meningkatkan kenyamanan ibu.

Dengan demikian penggunaan metode Zilgrei sangat penting digunakan untuk proses persalinan. Selain dapat digunakan sebagai pengontrol nyeri, metode ini juga tidak membahayakan bagi ibu maupun janin juga tidak memperlambat persalinan. Namun keberhasilan metode nonfarmakologi bersifat individu yaitu berhasil bagi seorang ibu belum tentu efektif untuk ibu lain.

KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Lebih dari setengah (63,64%) pembukaan serviks pada kala I fase aktif menjadi cepat

setelah diberi metode Zilgrei. 2. Lebih dari setengah (54,55%) pembukaan servik pada kala I fase aktif lambat tanpa

diberi metode Zilgrei. 3. Dari hasil perhitungan didapatka U hitung 20,5 < U tabel 25 sehingga ada pengaruh

metode Zilgrei pada ibu inpartu primigravida terhadap pembukaan servik kala I fase aktif.

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diajukan oleh peneliti adalah: 1. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan pada petugas

kesehatan di RSUD Pare untuk memberikan metode Zilgrei sehingga pembukaan menjadi cepat dan dapat memperlancar proses persalinan.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema ini, diharapkan lebih dikembangkan lagi dengan meniliti Metode Zilgrei terhadap kemajuan persalinan secara menyeluruh baik pembukaan serviks maupun penurunan bagian terendah janin.

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Andriana, Evariny. (2007). Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Jakarta:Bhuana Ilmu Populer Aprillia, Yesi. (2011). Keuntungan dan Kekurangan Posisi Persalinan.

<http://www.bidankita.com/index.php?option=com-content&view=article &id=87: keuntungan-dan-kekurangan-posisi-persalinan&catid=44:natural-childbirth&item id=56/. Diakses tanggal 13 Pebruari 2012 pukul 09.43.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Baston, Helen. (2011). Midwifery Essentials : Persalinan, volume 3. Jakarta:EGC Bobak.(2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC Cunningham, F. Gary. (2006). Obstetri Williams, Ed 21,Vol 1. Jakarta:EGC

Page 38: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 205

Danuatmaja, Bonny. (2008). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: Puspa Swara Erawati, Ambar. (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta:EGC Ety, CR. (2010). Pengaruh Karakteristik Ibu dan Asuhan Kebidanan yang Diberikan pada

Ibu terhadap Persalinan Patologis. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4/ Chapter%2011.pdf . Diakses tanggal 9 Pebruari 2012 pukul 13.15 WIB

Fajar, Ibnu. (2009). Statistika Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta:Graha Ilmu Febrina. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan. http://www.bidanshop.

blogspot.com-faktor-faktor-yang-mempengaruhi. html. Diakses tanggal 13 Pebruari 2012 pukul 09.55.

Fraser, Diane M. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta:EGC Hidayat, A.Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Edisi I.

Jakarta:Salemba Medika Insafita, Surya. Pengaruh Masase Punggung Untuk Mengurangi Nyeri Primigravida Kala I

Persalinan Fisiologis. Malang.. <http:// jiptummpp-gdl-s1-2007-suryainsaf-9064-KTI.pdf>. Diakses tanggal 13 Pebruari 2012 pukul 20.00

JNPK-KR.(2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Liu, David T Y. (2008). Manual Persalinan. Cetakan I. Jakarta:EGC Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Masyarakat. Jakarta:Rineka Cipta Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika. Prawirohardjo, Sarwono. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP-SP Reeder, Sharon J. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga.

Jakarta:EGC Rohani.(2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta:Salemba Medika Sastroasmoro, Sudigdo. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Cetakan III.

Jakarta:Sagung Seto Setiawan, Ari. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan DIII,DIV,S1 dan S2. Cetakan

I.Yogyakarta:Nuha Medika Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta Sumarah. (2009). Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta:Fitramaya Suprapti. (2006). Pengaruh Metode Zilgrei Terhadap Durasi Persalinan Kala II Pada Ibu

Inpartu Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Sukemi. Malang: Poltekkes Malang Suryani, Sri. (2011). Penerapan Hukum Newton Pada Proses Persalinan. Serpong..

http://Penerapan Hukum Newton Pada Proses Persalinan.Pdf. Diakses tanggal 14 Pebruari 2012 pukul 19.00

Varney, Helen. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed 4,Vol 2. Jakarta:EGC Yuliatun, Laily. (2008). Penanganan Nyeri Persalinan Dengan Metode Nonfarmakologi.

Malang:Bayumedia

Page 39: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 206

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU INPARTU DENGAN HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU INPARTU DENGAN HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU INPARTU DENGAN HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU INPARTU DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD GAMBIRAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD GAMBIRAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD GAMBIRAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRIKOTA KEDIRIKOTA KEDIRIKOTA KEDIRI

Sumy Dwi Antono*, Koekoeh Hardjito*Sumy Dwi Antono*, Koekoeh Hardjito*Sumy Dwi Antono*, Koekoeh Hardjito*Sumy Dwi Antono*, Koekoeh Hardjito*

ABSTRACTABSTRACTABSTRACTABSTRACT

Anemia is a condition in which happens hemoglobin level decrease so body will experience hypoxia as the effect of oxygen transportation capacity ability from blood reduced. Pregnant mother who suffers anemia happen hemoglobin level decrease so body will experience hypoxia which will cause gas exchange disturbance and supply O2 from mother to infant so it causes asphyxia neonatorum. Research purposed to know the relation of anemia to inpartu mother with asphyxia neonatorum in Gambiran Kediri Hospital. Research design which was used was Kohort Prospective. Population in the research were all inpartu mother suffering anemia in Gambiran Kediri Hospital. Sample in the research were is 15 people, collecting data with observation manner by looking mother hemoglobin level to laboratorium result and doing asphyxia evaluation by evaluating apgar score. Collecting data of anemia used hemometer with Sysmex brand ad to measure asfiksia level used apgar score observation sheet. Analysis data use Sperman Rank Test. Research value result value p account = 0.153 then it was compared between p account (0.153) with p table (0.525) so p account < p table, this case showed that there was no relation of anemia to impartu mother with asphyxia neonatorum in Gambiran Kediri Hospital. Based on research data, it could be known that many other factors which could cause asphyxia neonatorum, There fore pregnancy and labouring needed to plan well.

Keyword: Keyword: Keyword: Keyword: anemia to inpartu mother, asphyxia neonatorum

*= Poltekkes Kemenkes Malang, Jurusan Kebidanan, Prodi Kebidanan kediri

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Salah satu cara untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah mengukur kadar hemoglobin (Hb), yakni untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemia gizi. Anemia dalam kehamilan berpengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun nifas dan masa selanjutnya, juga bagi hasil konsepsi. Jadi anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbiditas dan mortalitas ibu dan anak (Winkjosastro, 2005). Prevalensi anemia pada ibu hamil masih tinggi. Data di seluruh dunia menunjukkan bahwa frekuensi anemia kehamilan adalah 10%-20%. Anemia di Indonesia mencapai nilai 63,5% (Winkjosastro, 2005). Angka kejadian anemia diwilayah Jawa Timur menurut dr Risa Anwar Head of Medical Development PT Merck Tbk, yaitu sebesar 33% (Syafrizal Syafei, 2007). Di Kota Kediri, pada bulan Januari- Desember 2011 terdapat 2,82% ibu hamil yang mengalami anemia (PWS KIA Dinkes Kota Kediri: 2011).

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang harus segera ditanggulangi secara lebih serius dan komprehensif. Anemia pada ibu hamil dapat berdampak asfiksia pada janin. Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar (Depkes, 2008). Di Indonesia penyebab tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 27 % adalah asfiksia bayi baru lahir (Utami: 2010). Berdasarkan data BPS 2007 penyebab kematian bayi di Jawa Timur 19% disebabkan oleh asfiksia. (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2009) . Di Kota Kediri pada tahun 2011 terdapat 42 kematian bayi. Dimana sebesar 9,67 % Kematian bayi tersebut diakibatkan oleh asfiksia (PWS KIA Dinkes Kota Kediri: 2011).

Page 40: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 207

Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Perubahan pertukaran gas dan transport O2 selama kehamilan dan persalinan mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang akan mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi ibu selama kehamilan atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu selama persalinan. Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung. Pada gangguan yang terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan fungsi plasenta. Gangguan persalinan pada ibu hamil dengan anemia lebih bersifat mendadak dan hampir selalu mengakibatkan hipoksia janin yang berakhir dengan asfiksia neonatorum. Bayi yang mengalami asfiksia tingkatannya perlu diketahui dengan cara penilaian menurut apgar ( Winkjosastro, 2005).

Hasil penelitian Djallaludin, Hakimi dan Suharyanto (2004) dalam Yuli Kusumawati (2006) mengatakan bahwa kadar hemoglobin yang rendah mempengaruhi kerja otot-otot reproduksi yaitu otot uterus, otot panggul dan ligament, yang mengakibatkan ibu tidak mempunyai his (power) yang adekuat sehingga menyebabkan hipoksia pada janin. Untuk mengetahui batasan anemia dengan megukur kadar hemoglobinnya, dan mengetahui batasan asfiksia neonatorum pada bayi dengan melihat skor apgar (Nur Handini, 2010).

Menurut Suhardjanto (1993) dalam Nurchotimah (2008), memperlihatkan adanya perbedaan frekuensi asfiksia neonatorum pada ibu yang anemia dan tanpa anemia, dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan terjadinya asfiksia neonatorum dengan anemia ibu hamil, dimana resiko terjadinya asfiksia neonatorum pada ibu anemia sebesar 1,29 kali dibanding ibu tanpa anemia.

Studi oleh Bakhtiar, Khan dan Nasar (2007) dalam Nurchotimah (2008), mengenai hubungan antara hemoglobin ibu dengan perinatal outcome menunjukkan ibu dengan anemia akan meningkatkan kematian intra uterin dan skor apgar rendah.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Gambiran Kota Kediri, pada tahun 2011 dari 82 kasus kematian neonatal, sebesar 29,27% disebabkan oleh asfiksia (Data Register bayi RSUD Gambiran, 2011). Pada bulan Januari sampai Pebruari 2012 dari 12 ibu bersalin yang anemia di RSUD Gambiran Kediri didapatkan sebanyak 83,33% bayinya mengalami asfiksia (Data Register bayi RSUD Gambiran, 2012).

METODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah kohort prospektif. Peneliti akan meneliti adanya hubungan anemia pada ibu inpartu dengan asfiksia neonatorum dengan cara mengobservasi ibu yang mengalami anemia, kemudian diikuti sampai persalinan untuk melihat adanya asfiksia neonatorum. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu inpartu yang anemia selama bulan Mei- juni di RSUD Gambiran Kediri. Besar sampel adalah 15 responden, yang diambil dengan teknik nonprobability yaitu consecutive sampling. Peneliti mengambil sampel yaitu pada ibu inpartu yang anemia di RSUD Gambiran yang sesuai dengan kritetria penelitian dalam waktu satu bulan. Penelitian ini dilakukan di RSUD Gambiran mulai 11 Mei 2012 -11 Juni 2012.

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi Apgar score untuk menilai tingkat asfiksia pada bayi dan hemometer dengan merek Sysmex untuk mengukur kadar hemoglobin ibu sebagai protap dari ruang bersalin RSUD Gambiran. Pemeriksaan kadar hemoglobin tersebut dilakukan oleh petugas laboratorium RSUD Gambiran. Analisa data dengan menggunakan uji statistika non parametris Spearman Rank.

2

Page 41: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 208

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianHasil PenelitianHasil PenelitianHasil Penelitian

Data karakteristik ibu inpartu (Tabel 1) menunjukkan bahwa usia terbanyak adalah 20-35 tahun (80%), sedangkan mengenai pekerjaan, seluruh ibu adalah ibu rumah tangga.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia, dan Pekerjaan Ibu Inpartu dengan Anemia Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia, dan Pekerjaan Ibu Inpartu dengan Anemia Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia, dan Pekerjaan Ibu Inpartu dengan Anemia Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia, dan Pekerjaan Ibu Inpartu dengan Anemia di RSUD Gambiran Kediridi RSUD Gambiran Kediridi RSUD Gambiran Kediridi RSUD Gambiran Kediri

NoNoNoNo Karakteristik IbuKarakteristik IbuKarakteristik IbuKarakteristik Ibu FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PersentasePersentasePersentasePersentase 1 Usia : <20 tahun

20-35 tahun >35 tahun

1 12 2

6,7% 80%

13,3% 3 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

PNS Swasta

15 0 0

100% 0% 0%

Data tentang derajat anemia dan derajat asfiksia disajikan pada Tabel 2. Hampir seluruh ibu inpartu (93,3%) mengalami anemia ringan, dan derajat asfiksia terbanyak adalah anemia sedang (53,3%).

TaTaTaTabel 1. Distribusi Frekuensi bel 1. Distribusi Frekuensi bel 1. Distribusi Frekuensi bel 1. Distribusi Frekuensi Derajat Anemia Ibu Inpartu dan Derajat Anemia Ibu Inpartu dan Derajat Anemia Ibu Inpartu dan Derajat Anemia Ibu Inpartu dan Derajat Asfiksia Bayi yang Dilahirkan Derajat Asfiksia Bayi yang Dilahirkan Derajat Asfiksia Bayi yang Dilahirkan Derajat Asfiksia Bayi yang Dilahirkan di RSUD Gambiran Kediridi RSUD Gambiran Kediridi RSUD Gambiran Kediridi RSUD Gambiran Kediri

NoNoNoNo Derajat Anemia dan AsfiksiaDerajat Anemia dan AsfiksiaDerajat Anemia dan AsfiksiaDerajat Anemia dan Asfiksia FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PersentasePersentasePersentasePersentase 1 Anemia : Ringan

Sedang Berat

14 1 0

93,3% 6,7% 0%

3 Asfiksia : Ringan Sedang Berat

7 8 0

46,7% 53,3%

0%

Hasil korelasi adalah ρ hitung= 0,153 < ρ tabel (0,525), maka disimpulkan bahwa H0 diterima, berarti tidak ada hubungan antara anemia pada ibu inpartu dengan asfiksia neonatorum di RSUD Gambiran Kediri.

PembahaPembahaPembahaPembahasansansansan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami anemia ringan sebanyak 14 orang (93,3%). Menurut Depkes RI (2003) dalam Simanjuntak (2009) yang menyatakan pekerjaan mempengaruhi sosial ekonomi. Anemia lebih sering terjadi pada golongan ekonomi rendah yang berhubungan dengan pendapatan sebuah keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas akan mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari hari. Apabila pendapatan dari keluarga kecil kemungkinan besar ibu kurang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya karena mahalnya harga makanan sumber bezi dan kurang memperoleh pelayanan kesehatan selama hamil. Sedangkan dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhan tercukupi, ditambah gizi ibu hamil semakin terpantau.

Selain faktor pekerjaan, kondisi anemia dapat disebabkan juga karena faktor usia yang termasuk resiko tinggi yaitu <20 tahun sebanyak 1 responden (6,7%), usia >35 tahun sebanyak 2 responden (13,33%). Menurut depkes RI (2003) dalam Simanjuntak (2009) dalam bahwa usia reproduksi optimal bagi ibu adalah usia 20-35 tahun, dibawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinannya. Pada umur kurang dari 20 tahun menunjukkan keadaan organ reproduksi belum berkembang secara

Page 42: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 209

sempurna karena masih dalam masa pertumbuhan, sedangkan pada usia diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan.Wanita usia kurang dari 20 tahun masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga memerlukan pemenuhan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, sehingga apabila ibu hamil kurang dari 20 tahun akan mengalami kekurangan zat gizi karena selain untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya juga harus memenuhi nutrisi bagi janin sehingga menimbulkan masalah yaitu anemia. Selain itu pemenuhan zat gizi selama kehamilan tidak optimal karena pada usia kurang dari 20 tahun emosinya masih labil, mentalnya belum matang sehingga perhatiannya kurang terhadap kebutuhannya akan zat gizi selama hamil.

Faktor usia dan pekerjaan merupakan peranan yang penting dalam kehamilan ibu. Selain faktor tersebut ada juga faktor pendidikan yang berpengaruh pada kondisi anemia pada ibu hamil karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik dalam menerima informasi suatu obyek yang dimanifestasikan dalam bentuk pengetahuan. Dengan pengetahuan yang baik maka akan timbul rasa ingin tahu yang cukup tinggi untuk mencari informasi tentang kesehatan ibu dan janin terutama tentang anemia yagng dapt diakses melalui media cetak dan elektronik.

Berdasarkan hasil dari penelitian tentang asfiksia neonatorum didapatkan hasil bahwa kurang dari setengah responden yang mengalami asfiksia ringan sebanyak 7 orang (46,7%), sedangkan yang mengalami asfiksia sedang lebih dari setengah responden sebanyak 8 orang (53,3%). Menurut Depkes RI (2009) dalam Wati (2011) menyatakan faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia adalah faktor ibu yaitu usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun . Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria kehamilan risiko tinggi dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun janin.

Purnamaningrum dalam Wati (2011) menyatakan Herlia bahwa umur < 20 tahun beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur > 35 tahun secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir.

Faktor lain paritas juga berpengaruh terhadap asfiksia neonematurum. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desvauza (2008) menyatakan resiko terjadinya asfiksia neonematurum dengan paritas 1 atau ≥ 4 sebesar 2,230 kali lebih besar dibandingkan dengan paritas 2-3. Kehamilan dan persalinan yang mempunyai resiko adalah anak pertama dan persalinan anak ke 4 atau lebih karena pada anak pertama terdapat kekakuan otot servik atau servik yang kaku karena memberikan tahan yang jauh lebih besar dan dapat memperpanjang persalinan sedangkan pada anak ke empat atau lebih adanya kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali diregangkan oleh kehamilan sehingga nutrisi yang dibutuhkan juga berkurang, dinding rahim dan dinding perut sehingga dapat memperpanjang proses persalinan dan menyebabkan asfiksia neonatorum. Faktor - faktor lain yaitu BBLR, faktor tali pusat yaitu lilitan tali pusat, pre eklamsia dan persalinan dengan tindakan.

Untuk mencegah terjadinya kelahiran bayi dengan asfiksia neonatorum maka kehamilan perlu direncanakan dengan baik. Perencanaan tersebut dapat dilakukan dengan menunda usia menikah dan kehamilan sampai usia 20 tahun dan mengakhiri kehamilan diatas usia 35 tahun.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara anemia pada ibu inpartu dengan asfiksia neonatorum. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Nur Handhinii (2009) dalam penelitiannya dengan judul hubungan anemia gravidarum pada kehamilan aterm dengan asfiksia neonatorum, di

Page 43: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 210

RSUD dr.Moewardi dengan sampel sebanyak 60 sampel yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok wanita hamil aterm yang anemia (terpapar) sebanyak 30 sampel, dimana 7 diantaranya melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum sedangkan 23 diantaranya melahirkan bayi yang tidak asfiksia dan kelompok wanita hamil yang tidak anemia (kontrol) sebanyak 30 sampel dimana 2 diantaranya melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum sedangkan 28 diantaranya melahirkan bayi yang tidak asfiksia. Hasil menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara anemia gravidarum pada kehamilan aterm dengan asfiksia neonatorum.

Menurut Desfauza (2008) resiko terjadinya asfiksia pada ibu yang mengalami anemia 10,154 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami anemia. Anemia (Hb < 8 g/dL) selama kehamilan berhubungan kuat dengan asfiksia neonatorum. Karena pada anemia khususnya anemia berat terjadi gangguan dan suplai O2 dari ibu ke janin sehingga menyebabkan asfiksia intrauterin. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Murah (2010) bahwa anemia kehamilan pada trimester II dapat menyebabkan, persalinan premature, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin.

Bayi dapat mengalami kesulitan sebelum lahir, selama persalinan atau setelah lahir. Kesulitan yang terjadi dalam kandungan, baik sebelum atau selama persalinan, biasanya akan menimbulkan gangguan pada aliran darah di plasenta atau tali pusat. Tanda klinis awal dapat berupa deselerasi frekuensi jantung janin. Masalah yang dihadapi setelah persalinan lebih banyak berkaitan dengan jalan nafas atau paru-paru, misalnya sulit menyingkirkan cairan atau benda asing seperti mekonium dari alveolus, sehingga akan menghambat udara masuk ke dalam paru mengakibatkan hipoksia.

KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa di RSUD Gambiran Kediri: 1) sebagian besar kejadian anemia pada Ibu inpartu adalah anemia ringan, 2) lebih dari setengah kejadian asfiksia adalah asfiksia sedang, 3) tidak ada hubungan antara anemia pada ibu inpartu dengan asfiksia neonatorum di RSUD Gambiran Kediri.

Selanjutnya diajukan saran: 1) RSUD Gambiran tetap menjalankan protap pengukuran kadar hemoglobin pada ibu inpartu sebagai deteksi dini untuk menentukan tindakan yang tepat, 2) para peneliti meneliti penyebab lain dari asfiksia neonatorum antara lain pre eklamsia, penggunaan anastesi pada persalinan partus dengan tindakan.

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Allan amrullah.2010. Hemoglobin (Kadar, struktur, Cara mengukur). Avaiable from http:www.ampyunk.wordpress. Diakses 7 Maret 2011 jam 22.56

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Atikah Proverawati. 2010. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika Cunningham, F.Gary. 2005. Obstetri William. Jakarta : EGC Del, (2011). Metode Pemeriksaan Laboratorium. Diakses dari http://infoumumblog.

blogspot.com/2011/09/metode-pemeriksaan laboratorium.html 20-03-2011 07.58 WIIB Depkes. 2008. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum Desfauza, Evi. 2008. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Asfiksia Neonatorum

Pda bayi Baru Lahir Yang Dirawat di RSU Dr Pringadi Medan. Avaliable from skripsidantesisku.blogspot.com. Diakses tanggal 12 Juli 2012

Dinkes Prov. Jatim. 2009. Dinas Kesehatan Provinsi Jatim. Surabaya: Dinkes Prov. Jatim JNPK-KR. 2008. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Jaringan Nasional

Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi

Page 44: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 211

Handayani dkk. (2008). Gejala Anemia. Avaiable from http :digilib.unimus.ac.id. Diakses tanggal 7 maret 2012 jam 23.00 WIB

Haryani Sulistyoningsih. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu & Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu Hidayat, Aziz .A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:

Salemba Medika . 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika. .2008. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta :Salemba Medika Fajar, Ibnu. 2009. Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Manoe, Murah. 2010. Anemia dalam Kehamilan. Diaksis tanggal 12 Juli 2012 jam Mansjoer, arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Mitchell, dkk. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nurchotimah. 2008. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil yang menjalani Persalinan

spontan dengan Angka kejadian Asfiksia Neonatorum. Avaiable from http://etd.eprints.ums.ac.id. Di akses pada tanggal 26 januari 2012 pukul 11.19 WIB

Nur Handhini, Purwadhani Sofhia. 2010. Hubungan anemia gravidarum pada kehamilan aterm dengan asfiksia neonatorum di RSUD dr Moewardi Surakarta. Avaiable from digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf. Da akses tanggal 26 Januari 2012

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

PWS KIA Dinkes Kota Kediri: 2011 Ralp. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC RSUD Gambiran. 2011. Laporan Kohort Neonatal RSUD Gambiran tahun 2011 Simanjuntak, Nely Agustina. 2009. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil dengan Kejadian

Berat Badan Bayi Rendah di BPRSU Rantauprapat Labuhan Batu. Avaliable from repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14666/1/09E01606.pdf. 09-07- 2012

Syafrizal Syafei. “Satu Dari Dua Orang Indonesia Menderita Anemia”. Oktober 2007. Diakses 5 Februari 2012 pukul: 20.00 WIB http://www.depkes.co.id

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Supandiman, Imam. (2004). Hematologi Klinik. Bandung :Alumni Supariasa, I Dewa Nyoman. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Taylor, Wendy dkk. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC Utami, Sri dkk. 2010. Kejadian Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Berat Lahir Cukup di

RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Avaiable from http://www.google.co.id/Fetd. eprints.ums.ac.id2FJ220060027.pdf. Diakses pada tanggal 8 Januari 2012.

Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Yuni Kusmiyati. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya Wati, Herlia. 2011. Hubungan Usia Ibu dan Usia Kehamilan dengan Kejadian Asfiksia

Pada Bayi baru Lahir di RSUD Mohammad Hoesin Palembang. Avaliable from herliamr.blogspot.com/2012/05/. Diakses pada tanggal 9 Juli 2012

Winkjosastro, Hanifa .2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP ,2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP Wong, Donna L. 2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta :EGC

Page 45: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 212

HUBUNGAN ANTARAHUBUNGAN ANTARAHUBUNGAN ANTARAHUBUNGAN ANTARA PENGETAHPENGETAHPENGETAHPENGETAHUAN IBU TENTANG PENGANEKARAGAMAN UAN IBU TENTANG PENGANEKARAGAMAN UAN IBU TENTANG PENGANEKARAGAMAN UAN IBU TENTANG PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

Ribut Eko Wijanti*, Erna Rahma Yani*, Didin Sulistyaningsih*Ribut Eko Wijanti*, Erna Rahma Yani*, Didin Sulistyaningsih*Ribut Eko Wijanti*, Erna Rahma Yani*, Didin Sulistyaningsih*Ribut Eko Wijanti*, Erna Rahma Yani*, Didin Sulistyaningsih*

ABSTRACTABSTRACTABSTRACTABSTRACT

The objective of this research is to identify the Correlation of Mother’s Knowledge for Varieties of food consumption and under Five year old infant’s nutriment condition In Susuhbango village, Ringinrejo District of Kediri Regency. The research method uses Analytical Correlation, with 175 respondents as sample. The research was conducted on 6- 20 June 2011 in Susuhbango village, Ringinrejo District of Kediri Regency. The research instrument uses questionnaire to measure mother’s knowledge and standard table anthropometry WHO-NCHS (BB/U) to measure under five year old Infant’s Nutriment Condition. The research results show that 68% respondents have good knowledge and 72.6% under five year old Infants have good nutriment condition. With Spearman Rank calculation can be obtained t calculation > t table with α= 0.05 and it can be concluded that there is The Correlation of Mother’s Knowledge for Varieties of food consumption and under Five year old Infant’s Nutriment Condition In Susuhbango village, Ringinrejo District of Kediri Regency.Thus, it is recommended that the health service staff give explanation for varieties of food consumption in order to get much more information, knowledge and skills in varieties of preparation for nutrients menu.

Keywords: Mother’s knowledge, varieties of food consumption, nutriment condition.

*= Poltekes Kemenkes Malang, Jurusan Kebidanan, Prodi Kebidanan Kediri

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Latar BelakangLatar BelakangLatar BelakangLatar Belakang

Penganekaragaman konsumsi pangan adalah upaya menganekaragamkan pola konsumsi pangan masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu gizi makanan yang dikonsumsi. Pola konsumsi pangan, yang lebih banyak menekankan pada energi berasal dari karbohidrat didorong untuk berubah kearah pola pangan sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (Almatsier.S, 2001).

Pola konsumsi pangan pada anak balita secara umum hampir sama dengan pola konsumsi keluarga. Namun, kebutuhan zat gizi balita berbeda dengan kebutuhan orang dewasa. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat. Sehingga, memerlukan zat – zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Kecukupan zat gizi akan menentukan status gizi balita, yaitu gizi baik, gizi lebih, gizi kurang dan gizi buruk (Paath,E.F.dkk, 2004).

Keanekaragaman makanan seringkali tidak bisa dipenuhi oleh anak balita karena menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Namun, dalam kehidupan masyarakat sehari – hari sering terlihat keluarga yang berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan cukup. Keadaan ini menunjukan bahwa kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi – gizi yang seharusnya dipenuhi anak balita pada masa pertumbuhan. Sehingga, masalah gizi kurang dan gizi buruk masih sering di jumpai di Indonesia (Bayu.Satria, 2010)

Data dari Dinas Kesehatan Propinsi Di Jawa Timur pada tahun 2010 penderita gizi buruk tercatat 6.800 balita dari total 3 juta kelahiran. Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menyatakan, gizi buruk sebagian besar (47%) disebabkan karena pola asuh, (8,8%) karena penyakit, (25%) lantaran asupan gizi kurang dan sebab lainnya (Widianto,

Page 46: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 213

Wibeko,2010). Sedangkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri pada bulan Desember 2010 menunjukkan balita yang mengalami BGM (Bawah Garis Merah) sebanyak 2.476 balita dari seluruh total balita yang datang dan ditimbang di posyandu (Dinkes Kab Kediri, 2010).

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 Maret 2011 di Puskesmas Sambi didapatkan data pada bulan Januari 2011 jumlah balita Bawah Garis Merah (BGM) terbanyak yaitu di desa Susuhbango sebanyak 15 (15,3%) dari 98 balita Bawah Garis Merah (BGM) di Wilayah Puskesmas Sambi. Berdasar uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan ibu tentang penganekaragaman konsumsi pangan dengan status gizi balita.

Tujuan dan Manfaat PenelitianTujuan dan Manfaat PenelitianTujuan dan Manfaat PenelitianTujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang penganekaragaman konsumsi pangan dengan status gizi balita. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada bidan untuk meningkatkan status gizi balita.

METODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di desa Susuhbango tanggal 6-20 Juni 2011. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu balita di Desa Susuhbango sebanyak 308 ibu. Sampel dari penelitian ini dicari dengan rumus: n =n =n =n = N N N N . . . . = 175 1+ (N.d 1+ (N.d 1+ (N.d 1+ (N.d2222) ) ) ) Kemudian pengambilan sampel setiap posyandu secara seimbang dilakukan yaitu: Posyandu Mawar Putih = 37 / 308 x 175 = 21 Posyandu Anggrek Ungu = 55 / 308 x 175 = 31 Posyandu Flambo Jingga = 59 / 308 x 175 = 34 Posyandu Mawar Merah = 106 / 308 x 175 = 60 Posyandu Lavender ungu = 51 / 308 x 175 = 29 Untuk antisipasi drop out maka ditambahkan 10% dari sampel. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Data dianalisis dengan uji Spearman Rank.

HASIL HASIL HASIL HASIL PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN DAN PEMBAHASANDAN PEMBAHASANDAN PEMBAHASANDAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianHasil PenelitianHasil PenelitianHasil Penelitian

TabelTabelTabelTabel 1. 1. 1. 1. Distribusi Frekuensi PeDistribusi Frekuensi PeDistribusi Frekuensi PeDistribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Penganekaragaman Konsumsi ngetahuan Ibu tentang Penganekaragaman Konsumsi ngetahuan Ibu tentang Penganekaragaman Konsumsi ngetahuan Ibu tentang Penganekaragaman Konsumsi PanganPanganPanganPangan di Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo di Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo di Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo di Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo

KategoriKategoriKategoriKategori FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PersentasePersentasePersentasePersentase Baik

Cukup Kurang

119 56 0

68% 32% 0%

JumlahJumlahJumlahJumlah 175175175175 100%100%100%100%

Tabel Tabel Tabel Tabel 2. 2. 2. 2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita di Desa Susuhbango Kedi Desa Susuhbango Kedi Desa Susuhbango Kedi Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejocamatan Ringinrejocamatan Ringinrejocamatan Ringinrejo

KategoriKategoriKategoriKategori FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi PersentasePersentasePersentasePersentase

Gizi Baik Gizi kurang/ lebih

Gizi Buruk

127 48 0

72.6% 27.4%

0% JumlahJumlahJumlahJumlah 175175175175 100 %100 %100 %100 %

Page 47: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 214

Analisis hubungan pengetahuan ibu tentang penganekaragaman konsumsi pangan dengan status gizi balita berdasar perhitungan didapatkan t hitung sebesar 15,078 dengan responden 175 dan taraf signifikan α = 0,05 dan untuk t tabel didapatkan hasil 1,960 karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak sehingga artinya ada hubungan pengetahuan ibu tentang penganekaragaman konsumsi pangan dengan status gizi balita.

PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan

Penelitian terhadap 175 responden yang dilakukan di desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 119 responden (68%), responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 56 responden (32%) dan 0 % responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.

Responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik, kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan usia responden. Dari 119 responden (68%) yang memiliki pengetahuan baik terdapat 77 responden (64.7%) memiliki tingkat pendidikan SMP dan 36 responden (30,3%) memiliki tingkat pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi, sedangkan 6 (5%) responden memiliki tingkat pendidikan SD. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Usia responden yang memiliki pengetahuan baik terdapat di usia antara 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 79 responden (79%). Hal ini kemungkinan ibu diusia muda lebih mudah menerima informasi dari penyuluhan-penyuluhan yang dilaksanakan di posyandu oleh bidan maupun kader. Menurut Notoatmodjo (2003) orang yang lebih muda mempunyai daya ingat yang lebih kuat dan kreatifitas lebih dalam mencari dan mengenal sesuatu yang belum diketahui dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Disamping itu kemampuan untuk menyerap pengetahuan baru lebih mudah karena otak berfungsi maksimal pada umur muda.

Selain mendapatkan informasi dari penyuluhan-penyuluhan yang dilaksanakan oleh bidan maupun kader, responden juga mendapatkan informasi dari media massa seperti, televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain yang mempunyai pengaruh besar terhadap peningkatan pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa dengan majunya teknologi akan tersedianya bermacam-macam media masa dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Pengetahuan yang baik ini tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yang tinggi, dan usia yang muda. Pendidikan ibu yang rendah dan usia ibu yang tua namun ibu aktif dalam kegiatan penyuluhan-penyuluhan yang dilaksanakan di posyandu, juga dapat meningkatkan pengetahuan ibu. Notoatmojo (2007) menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Tingkat pengetahuan responden yang cukup sebanyak 56 responden (32%) kemungkinan berusia lebih dari 35 tahun ada 21 respoden (37,5%). Menurut Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori lain berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.

Dari 175 balita didapatkan sebagian besar balita memiliki status gizi baik 127 balita (72.6%), 48 balita (27.4%) memiliki status gizi kurang dan 0% balita memiliki status gizi buruk .

Page 48: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 215

Balita yang memiliki status gizi baik, kemungkinan dipengaruhi oleh sosial ekonomi keluarga. Dari hasil penelitian 127 balita (72.6%) yang memiliki status gizi baik terdapat 100 responden (78.7%) memiliki penghasilan rata-rata Rp 700.000,00 – Rp. 1.000.000,00 per bulan. Sedangkan yang memiliki penghasilan kurang dari Rp 700.000,00 perbulan terdapat 5 responden (3.9%). Balita yang tergolong status gizi kurang yaitu sebanyak 48 balita (27.4%) di temukan pada keluarga yang memiliki penghasilan kurang dari Rp 700.000,00 yakni sebesar 21 responden (43.7%). Penghasilan keluarga menentukan daya beli bahan makanan yang berkualitas dan berkuantitas serta bahan makanan yang beranekaragam, sehingga mempengaruhi zat gizi makanan yang dikonsumsi balita dan akhirnya dapat memperbaiki status gizi balita. Jumirah (2005) menyebutkan tingkat ekonomi, kesediaan bahan makanan di rumah tangga mempengaruhi pertumbuhan balita dan status gizinya.

Selain status ekonomi, kebiasaan makan balita juga sangat mempengaruhi status gizi kurang, seperti ibu memberikan makan balitanya sesuai dengan kesukaan balitanya misalnya memberikan mie instan setiap hari asal mau makan. Menurut Sulistyoningsih (2011), kurangnya mengkonsumsi makanan yang beranekaragam tidak akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur .

Balita yang memiliki status gizi kurang di desa Susuhbango disebabkan juga adanya balita yang terkena penyakit infeksi. Anak yang menderita gizi kurang atau gizi buruk rentan penyakit infeki, sementara anak yang menderita sakit (infeksi dan penyakit lain) cenderung nafsu makan menurun sehingga anak beresiko jatuh dalam kondisi kurang gizi (Sulistyoningsih. 2011).

Dari 175 ibu balita yang dijadikan responden di desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri, terdapat 119 ibu balita memiliki pengetahuan baik tentang penganekaragaman konsumsi pangan dan 58 ibu balita memiliki pengetahuan cukup tentang penganekaragaman konsumsi pangan. Dari 119 ibu balita yang memiliki pengetahuan baik tentang penganekaragaman konsumsi pangan didapatkan 108 balita yang memiliki status gizi baik dan 11 balita yang memiliki status gizi kurang. Dari 11 balita yang memiliki status gizi kurang ini, kemungkinan karena penghasilan keluarga yang kurang untuk membeli bahan makanan yang berkualitas dan berkuantitas sehingga asupan makan balita berkurang atau balita yang menderita penyakit infeksi sehingga nafsu makan menurun dan menyebabkan balitanya jatuh dalam kondisi kurang gizi. Sedangkan dari 56 ibu balita memiliki pengetahuan cukup tentang penganekaragaman konsumsi pangan didapatkan 37 balita yang memiliki status gizi cukup dan 19 balita yang memiliki status gizi baik. Dari 19 balita yang memiliki status gizi baik ini, kemungkinan karena pengetahuan ibu yang rendah, ibu aktif dalam kegiatan penyuluhan di posyandu namun penghasilan keluarga mencukupi untuk membeli bahan makanan yang berkualitas dan berkuantitas sehingga asupan makan balita tercukupi, atau ibu yang berusia lebih dari 35 tahun namun ibu kreatif dalam menyusun menu makanan sehingga balita tidak mengalami kebosanan makan.

Hasil analisis menunjukan ada hubungan pengetahuan ibu tentang penganekaragaman konsumsi pangan dengan status gizi balita, Dengan kata lain ibu yang tingkat pengetahuan baik cenderung balitanya memiliki status gizi baik. Hal ini dikarenakan ibu yang berpengetahuan baik dapat memilih bahan makanan yang beranekaragam serta memiliki kreatifitas dalam menyusun menu makanan sehingga balita tidak merasa bosan dan terpenuhinya kecukupan gizi balitanya. Jumirah (2005) berpendapat bahwa untuk meningkatkan keragaman menu makanan anak balita, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu tentang cara memilih dan mengolah berbagai jenis makanan bergizi yang disukai anak-anak.

Page 49: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 216

KEKEKEKESIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARANSIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan ibu tentang penganekaragaman konsumsi pangan dengan status gizi balita.

Saran yang dikemukakan adalah agar petugas kesehatan melakukan penyuluhan mengenai penganekaragaman konsumsi pangan bagi anak melalui bidan desa sehingga ibu - ibu mendapatkan tambahan informasi, pengetahuan, dan ketrampilan teknis dalam penyusunan menu yang beranekaragam bahan pangan.

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S.(2001) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Bayu, Satria (2010) Makalah Gizi Seimbang Balita, http://www.bayusatria.

web.id/2010/11/makalah-gizi-seimbang-balita.html, Diakses tanggal 23 Maret 2011 Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri. (2011).LB3 Gizi 2011. Kediri : Dinas Kesehatan

Kabupatean Kediri Jumirah, (2005) Pola Makan dan Keragaman Menu Anak Balita Pada Keluarga Miskin Di

Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2005, http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/18949/1/ikm-des2006-10%20%2810%29.pdf. Diakses 23-03-2011

. (2007) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga http:// www.gizi.net/kebijakan-gizi/index.shtml diakses tanggal 3 Maret 2011

Minda, Yesinta (2010) Mengatasi Masalah Gizi Dan Pangan di Indonesia Dengan Pendekatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga. http://nadhiroh.stats/ ?stats_author=Yesita+Minda+-+IKMB+2008+-+100810457 diakses 23-03-2011.

Notoatmodjo,S.(2007) Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta . (2003) Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta Nursalam. (2003) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Salemba Medika: Jakarta . (2008) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

edisi 2. Salemba Medika: Jakarta Paath. E. F.dkk. (2004).Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC : Jakarta Setiawan,Ari dan Suryono. (2009) Metodologi Penelitian Kebidanan DIII,D IV,S1 dan S2,

Nuha Medika: Yogyakarta Sulistyoningsih,H. (2011) Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu :Yogyakarta Widianto. Wibeko. (2010) Tempo interaktif. Available from: http://www.tempointeraktif.com/

hg/nusa/2010/0218brk,20100218-226840,id.html

Page 50: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 217

GAMBARAN KOMPETENSI BIDAN DALAM ASUHAN PERSALINAN NORMALGAMBARAN KOMPETENSI BIDAN DALAM ASUHAN PERSALINAN NORMALGAMBARAN KOMPETENSI BIDAN DALAM ASUHAN PERSALINAN NORMALGAMBARAN KOMPETENSI BIDAN DALAM ASUHAN PERSALINAN NORMAL SETELAH PROGRAM JAMPERSETELAH PROGRAM JAMPERSETELAH PROGRAM JAMPERSETELAH PROGRAM JAMPERSAL DI PUSKESMAS JEMBER KOTASAL DI PUSKESMAS JEMBER KOTASAL DI PUSKESMAS JEMBER KOTASAL DI PUSKESMAS JEMBER KOTA

Terica Bian Karibta*, Ratna Suparwati*, Sutrisno*Terica Bian Karibta*, Ratna Suparwati*, Sutrisno*Terica Bian Karibta*, Ratna Suparwati*, Sutrisno*Terica Bian Karibta*, Ratna Suparwati*, Sutrisno*

ABSTRAKABSTRAKABSTRAKABSTRAK

Dengan adanya kenaikan jumlah persalinan sebesar 82,2%,kemungkinan dapat mempengaruhi kompetensi bidan dalam melaksanakan Asuhan Persalinan Normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Kompetensi Bidan Dalam Asuhan Persalinan Normal Setelah Program Jampersal Di Puskesmas Jember Kota. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan teknik sampling total sampel. Populasi penelitian ini adalah 39 bidan ruang bersalin di Puskesmas Jember Kota. Sampel terdiri atas 39 bidan yang melakukan pertolongan persalinan normal pada bulan April-Mei tahun 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan ceklist yang diisi oleh observer. Hasil penelitian menunjukkan 69,23% bidan dinyatakan kompeten dalam melaksanakan Asuhan Persalinan Normal sedangkan 30,76%, dinyatakan tidak kompeten dalam melaksanakan Asuhan Persalinan Normal, oleh karena itu diharapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan melalui pelatihan, bersama kepala puskesmas dan bidan koordinator melakukan pembinaan, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal, serta diharapkan bidan dapat melaksanakan Asuhan Persalinan Normal sesuai pedoman dan bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsi sebagai penolong persalinan.

Kata Kunci: Kata Kunci: Kata Kunci: Kata Kunci: Kompetensi, Bidan, APN

*= Poltekkes Kemenkes Surabaya, Jurusan Kebidanan, Prodi Kebidanan Jember

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Jaminan persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. (Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan 2012,2011:10). Hal ini berarti bahwa dalam menerima pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas, pelayanan kontrasepsi, serta perawatan bayi baru lahir, pasien tidak dibebani biaya pelayanan maupun obat-obatan.

Mengingat bahwa resiko yang tidak dapat diperhitungkan pada saat ibu memasuki masa inpartu lebih sering muncul dibandingkan saat ibu hamil atau pada masa nifas, maka penanganan ibu bersalin harus sesuai prosedur dan aman bagi ibu dan bayinya. (Simatupang, 2006: 36). Prosedur yang sudah dijadikan standar untuk setiap penolong persalinan adalah Asuhan Persalinan Normal. Asuhan Persalinan Normal merupakan asuhan yang diberikan pada ibu bersalin dengan tujuan menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempnyai alasan dan 3 bukti ilmiah kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (JNPK-KR, 2008:3)

Sebagai evaluasi program Jampersal yang dilaksanakan sejak April 2011, menurut menteri kesehatan, cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meningkat sebesar 82,2%. Peningkatan jumlah persalinan ini mengakibatkan penurunan kualitas asuhan pelayanan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin. Penurunan kualitas tersebut dapat berupa tidak maksimalnya pelayanan asuhan kebidanan yang diberikan

Page 51: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 218

dikarenakan peningkatan jumlah cakupan persalinan tenaga kesehatan yang tidak didukung dengan SDM serta sarana prasarana yang ada di fasilitas kesehatan tersebut. (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id,2011).

Wilayah Jember Kota memiliki 3 buah puskesmas induk, yaitu Puskesmas Patrang, Puskesmas Sumbersari, dan Puskesmas Kaliwates. Masing-masing puskesmas memiliki jumlah bidan ruang bersalin, sarana serta managemen yang berbeda. Puskesmas Patrang memiliki 17 orang bidan ruang bersalin dengan jumlah partus set sebanyak 2 set. Pembagian jumlah bidan jaga ruang bersalin di puskesmas Patrang adalah sebagai berikut, dinas pagi diperuntukkan bagi seluruh bidan, 1 bidan dinas sore, dan 1 bidan dinas malam.

Setelah program Jampersal diluncurkan, rerata jumlah persalinan normal di Puskesmas Patrang pada setiap bulannya mancapai 50 persalinan. Berarti bahwa setiap harinya bidan jaga dapat menolong persalinan sejumlah 3-4 persalinan. Puskesmas Sumbersari memiliki 13 orang bidan ruang bersalin dengan jumlah partus set sebanyak 2 set. Pembagian jumlah bidan jaga adalah sebagai berikut, dinas pagi diperuntukkan bagi semua bidan, dinas sore 1 bidan, sedangkan dinas malam 1 bidan. Sementara rata-rata jumlah persalinan normal setiap bulan sejumlah 60 persalinan. Hal ini mengartikan bahwa pada setiap harinya bidan jaga harus menolong 4-5 persalinan. Puskesmas Kaliwates memiliki 13 orang bidan ruang bersalin, dengan jumlah partus set sebanyak 3 set. Untuk Puskesmas Kaliwates, dinas pagi diperuntukkan bagi seluruh bidan puskesmas, dinas siang 1 bidan sedangkan dinas malam 1 bidan, sementara rata-rata jumlah persalinan normal setiap bulan mancapai 38 persalinan. Berarti setiap hari, bidan puskesmas Kaliwates harus menolong 2-3 persalinan. Sama halnya dengan Puskesmas Patrang dan Puskesmas Sumbersari, bahwasanya di Puskesmas Kaliwates jumlah persalinan tiap harinya tidaklah dapat diprediksi dengan pasti, adakalanya persalinan banyak terjadi disuatu hari saja, akan tetapi dihari berikutnya tidak ada persalinan sama sekali. Inilah yang menyebabkan pelayanan asuhan kebidanan yang diberikan tidak berjalan secara maksimal pada keadaan dimana terjadi overload pasien bersalin.

Mengingat jumlah SDM, sarana dan prasarana yang tidak sesuai. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan, dapat diperoleh informasi dengan adanya peningkatan jumlah persalinan sebagai dampak dari adanya program Jampersal, 4 dari 5 bidan mengatakan bahwa mereka tidak dapat menjalankan asuhan persalinan normal seperti sebelum adanya 5 program Jampersal.

Pada saat melakukan pertolongan persalinan orientasi bidan penolong tidak lagi pada pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal secara maksimal, akan tetapi bagaimana agar ibu bersalin tidak mengalami komplikasi selama persalinan dan segera mendapatkan pertolongan persalinan. Mengingat pentingnya Asuhan Persalinan Normal yang sudah dijadikan standar bagi semua penolong persalinan, masalah ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran kompetensi bidan dalam asuhan persalinan normal setelah program jampersal di puskesmas Jember Kota bulan April-Mei tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan kompetensi bidan dalam asuhan persalinan normal setelah program Jampersal di Puskesmas Jember Kota.

METODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan populasi semua bidan di Puskesmas Jember Kota. Besar populasi adalah 43 bidan, terdiri atas 15 bidan ruang bersalin Puskesmas Patrang, 14 bidan ruang bersalin Puskesmas Sumbersari, dan 14 bidan ruang bersalin Puskesmas Kaliwates. Seluruh anggota populasi diteliti. Ada 1 variabel saja yang diteliti yaitu kompetensi bidan dalam Asuhan Persalinan Normal.

Page 52: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 219

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Jember Kota, yang terdiri dari Puskesmas Patrang, Puskesmas Kaliwates, dan Puskesmas Sumbersari. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi berupa checklist tertutup berisi 58 langkah Asuhan Persalinan Normal. Observer hanya tinggal menandai langkah yang dikerjakan responden. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis data menggunakan teknik analisis data statistik deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASANHASIL DAN PEMBAHASANHASIL DAN PEMBAHASANHASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianHasil PenelitianHasil PenelitianHasil Penelitian

Besar populasi dan sampel pada masing-masing Puskesmas pada bulan April-Mei 2012 dapat dilihat dalam Tabel 1. Tampak bahwa jumlah bidan Puskesmas Patrang adalah 17 orang, jumlah bidan Puskesmas Sumbersari sebanyak 13 orang dan jumlah bidan Puskesmas Kaliwates sebanyak 13 orang. Jadi jumlah seluruh bidan di Puskesmas Jember Kota adalah 43 orang. Hal ini berarti terdapat 4 orang bidan yang tidak termasuk dalam sampel penelitian dikarenakan tidak melakukan pertolongan persalinan pada bulan April-Mei tahun 2012, sehingga observer tidak dapat melakukan pengamatan kompetensi bidan tersebut dalam melaksanakan Asuhan Pertolongan Persalinan.

Tabel 1. Besar Populasi dan Sampel pada MasingTabel 1. Besar Populasi dan Sampel pada MasingTabel 1. Besar Populasi dan Sampel pada MasingTabel 1. Besar Populasi dan Sampel pada Masing----Masing PuskesmasMasing PuskesmasMasing PuskesmasMasing Puskesmas

No.No.No.No. Nama PuskesmasNama PuskesmasNama PuskesmasNama Puskesmas Besar PopulasiBesar PopulasiBesar PopulasiBesar Populasi Besar SampelBesar SampelBesar SampelBesar Sampel 1. Patrang 17 16 2. Sumbersari 13 11 3. Kaliwates 13 12 JumlahJumlahJumlahJumlah 43434343 39393939

Tabel 2. Jumlah Persalinan Pada MasingTabel 2. Jumlah Persalinan Pada MasingTabel 2. Jumlah Persalinan Pada MasingTabel 2. Jumlah Persalinan Pada Masing----Masing Puskesmas Masing Puskesmas Masing Puskesmas Masing Puskesmas Tanggal 1 AprilTanggal 1 AprilTanggal 1 AprilTanggal 1 April---- 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012

No.No.No.No. Nama PuskesmasNama PuskesmasNama PuskesmasNama Puskesmas Jumlah Persalinan Jumlah Persalinan Jumlah Persalinan Jumlah Persalinan 1. Patrang 86 2. Sumbersari 57 3. Kaliwates 17 JumlahJumlahJumlahJumlah 160160160160

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah persalinan selama bulan April-Mei 2012 di Puskesmas Patrang sebanyak 86 persalinan, di Puskesmas Sumbersari sebanyak 57 persalinan sedangkan di Puskesmas Kaliwates sebanyak 17 persalinan, sehingga jumlah persalinan secara keseluruhan di Puskesmas Jember Kota pada bulan April-Mei tahun 2012 adalah 160 persalinan.

Tabel 3 Karakteristik Tabel 3 Karakteristik Tabel 3 Karakteristik Tabel 3 Karakteristik Umur Umur Umur Umur Responden Responden Responden Responden ddddi Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprili Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprili Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprili Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 April---- 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012

No.No.No.No. Umur (Tahun)Umur (Tahun)Umur (Tahun)Umur (Tahun) JumlahJumlahJumlahJumlah PerPerPerPersentasesentasesentasesentase 1. < 22 1 2,56 2. 22 – 27 17 43,58 3. > 27 21 53,84 JumlahJumlahJumlahJumlah 39393939 100%100%100%100%

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa responden berusia <22 tahun sejumlah 1 orang, usia antara 22-27 tahun sejumlah 17 orang sedangkan responden berusia >27 tahun sejumlah 21 orang.

Page 53: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 220

Tabel Tabel Tabel Tabel 4444.... Karakteristik Pendidikan Responden Karakteristik Pendidikan Responden Karakteristik Pendidikan Responden Karakteristik Pendidikan Responden ddddi Puskesmas Jember Kota Tangi Puskesmas Jember Kota Tangi Puskesmas Jember Kota Tangi Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprilgal 1 Aprilgal 1 Aprilgal 1 April---- 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012

No.No.No.No. PendidikanPendidikanPendidikanPendidikan JumlahJumlahJumlahJumlah PerPerPerPersentasesentasesentasesentase 1. SPK 1 2,56 2. D.III 36 92,3 3. D.IV 2 5,12 JumlahJumlahJumlahJumlah 39393939 100%100%100%100%

Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat 1 orang responden dengan latar belakang pendidikan SPK (2,56%), 36 orang responden 65 dengan latar belakang pendidikan DIII (92,3%), dan 2 orang responden dengan latar belakang pendidikan DIV (5,12%).

Tabel 5Tabel 5Tabel 5Tabel 5.... Distribusi Kompetensi Bidan Dalam Distribusi Kompetensi Bidan Dalam Distribusi Kompetensi Bidan Dalam Distribusi Kompetensi Bidan Dalam APN APN APN APN Berdasarkan Kelompok Usia Berdasarkan Kelompok Usia Berdasarkan Kelompok Usia Berdasarkan Kelompok Usia di Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprildi Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprildi Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprildi Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 April---- 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012

KompetensiKompetensiKompetensiKompetensi No.No.No.No. Usia Usia Usia Usia (Tahun)(Tahun)(Tahun)(Tahun)

KompetenKompetenKompetenKompeten PerPerPerPersentasesentasesentasesentase Tidak KompetenTidak KompetenTidak KompetenTidak Kompeten PPPPerererersentasesentasesentasesentase 1. 2. 3.

< 22 22 – 27 > 27

0 11 16

0 40,75 59,25

1 6 5

8,33 50

41,66

JumlahJumlahJumlahJumlah 27272727 100100100100 12121212 100100100100

Dari Tabel 5 dapat diketahui persentase tertinggi kompetensi bidan dalam Asuhan Persalinan Normal yang dinilai kompeten berdasarkan usia terdapat pada usia >27 tahun yaitu sebesar 59,25%, sedangkan presentase tertinggi untuk bidan yang tidak kompeten terdapat pada usia antara 22-27 tahun yaitu sebesar 50%.

Tabel 6 Distribusi Kompetensi Bidan DalaTabel 6 Distribusi Kompetensi Bidan DalaTabel 6 Distribusi Kompetensi Bidan DalaTabel 6 Distribusi Kompetensi Bidan Dalam m m m APN APN APN APN Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprildi Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprildi Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprildi Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 April---- 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012

KompetensiKompetensiKompetensiKompetensi NoNoNoNo PendidikanPendidikanPendidikanPendidikan

KompetenKompetenKompetenKompeten PerPerPerPersentasesentasesentasesentase Tidak KompetenTidak KompetenTidak KompetenTidak Kompeten PerPerPerPersentasesentasesentasesentase 1. 2. 3.

SPK D.III D.IV

1 24 2

3,7 88,88

7,4

0 12 0

0 100

0

JumlahJumlahJumlahJumlah 27272727 100100100100 12121212 100100100100

Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat 1 bidan yang kompeten dengan latar belakang pendidikan SPK (3,7%), terdapat 24 bidan yang kompeten dengan latar belakang pendidikan DIII (88,88%), sedangkan 12 lainnya tidak kompeten (100%). Untuk latar belakang pendidikan DIV terdapat 2 bidan yang kompeten (7,4%).

Tabel 7Tabel 7Tabel 7Tabel 7.... Distribusi Kompetensi Bidan Dalam Distribusi Kompetensi Bidan Dalam Distribusi Kompetensi Bidan Dalam Distribusi Kompetensi Bidan Dalam APN APN APN APN di Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprildi Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprildi Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 Aprildi Puskesmas Jember Kota Tanggal 1 April---- 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012 31Mei Tahun 2012

No.No.No.No. KompetensiKompetensiKompetensiKompetensi JumlahJumlahJumlahJumlah PerPerPerPersentasesentasesentasesentase 1. Kompeten 27 69,23 2. Tidak Kompeten 12 30,76 JumlahJumlahJumlahJumlah 39393939 100%100%100%100%

Dari Tabel 7 diketahui bahwa 27 bidan (69,23%) sebagai keseluruhan sampel penelitian dinyatakan kompeten dalam melaksanakan APN, sedangkan 12 lainnya (30,76%) dinyatakan tidak kompeten dalam melaksanakan APN.

Page 54: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 221

PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 69,23% dari 39 bidan dinyatakan kompeten dalam melaksanakan APN, sedangkan 30,76% bidan dinyatakan tidak kompeten dalam melaksanakan APN. Data umum menunjukkan bahwa 27 responden yang dinyatakan kompeten dalam melaksanakan Asuhan Persalinan Normal, 59,25% berusia >27 tahun, dan 88,88% memiliki latar belakang pendidikan DIII. Sedangkan 12 responden yang dinyatakan tidak kompeten dalam melaksanakan Asuhan Persalinan Normal pada bulan April-Mei Tahun 2012, sebesar 50% berusia antara 22-27 tahun dan 100% memiliki latar belakang pendidikan DIII.

Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seorang bidan, makin besar keinginannya untuk dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan tugas. Dalam penelitian ini didominasi oleh responden dengan latar belakang pendidikan DIII, sehingga pendidikan tidak dapat dijadikan faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi bidan dalam Asuhan Persalinan Normal.

Sementara itu dipandang dari faktor usia, data penelitian menunjukkan bahwa 27 responden yang dinyatakan kompeten dalam melaksanakan Asuhan Persalinan Normal 59,25% berusia >27 tahun, sedangkan 12 responden yang dinyatakan tidak kompeten berusia antara 22-27 tahun yakni sebesar 50%.

Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa dalam penelitian ini usia juga bukan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi bidan dalam melaksanakan Asuhan Persalinan Normal, karena distribusi responden berdasarkan usia tidak berjumlah sama. Semakin bertambahnya usia bidan, diharapkan akan semakin meningkatkan kompetensi yang dimilikinya mengingat pengalaman yang didapat semakin banyak pula.

Sedangkan pengaruh pelatihan, sebagaimana informasi yang telah didapatkan dari masing-masing puskesmas, bahwa seluruh bidan di Puskesmas Jember Kota telah mengikuti pelatihan APN, hal ini menunjukkan bahwa organisasi profesi telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi seluruh bidan secara umum di Kabupaten Jember dalam melaksanakan pertolongan persalinan normal.

Kembali menyampaikan bahwa, sejumlah 30,76% dari keseluruhan responden dinyatakan tidak kompeten dalam pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal, sedangkan kompetensi yang dimiliki seorang bidan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap intervensi apa yang akan diberikan dalam melaksanakan pertolongan persalinan agar dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Presentase tersebut dinilai cukup tinggi, sementara itu program Jampersal diharapkan dapat menekan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, sehingga perlu dianalisa dengan upaya yang sedemikian rupa, faktor apa yang menyebabkan masih banyak bidan tidak dapat melaksanakan Asuhan Persalinan Normal secara menyeluruh.

Pada penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal tidak mutlak dipengaruhi oleh faktor usia dan pendidikan, karena berdasarkan hasil analisa data, penelitian ini didominasi oleh responden dengan latar belakang pendidikan DIII dan responden dengan usia >27 tahun. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan observer selama penelitian berlangsung menunjukkan bahwa sebesar 35,71% langkah kritikel yang tidak dilaksanakan terletak pada langkah ke-10 dalam 58 langkah Asuhan Persalinan Normal, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang beralasan. (Dapat dilihat pada lampiran halaman 84). Salah satu contoh adalah langkah ke-10 dalam 58 langkah Asuhan Persalinan Normal tidak dilaksanakan karena pasien datang dalam kondisi kepala bayi sudah crowning sehingga pemeriksaan DJJ yang seharusnya dilakukan ketika ibu berada pada fase relaksasi dalam kala II persalinan, hanya dilakukan satu kali pada saat pemeriksaan awal. Selain itu proses persalinan berlangsung dengan sangat cepat sehingga bidan tidak dapat melaksanakan pemeriksaan DJJ karena tidak ada fase relaksasi. Hal ini menggambarkan bahwa tidak

Page 55: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 222

dilaksanakannya langkah kritikel dalam Asuhan Persalinan Normal tidak dapat dijadikan alasan bahwa responden tersebut tidak kompeten, akan tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat pertolongan persalinan berlangsung.

KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan

1. Terdapat 69,23% bidan yang kompeten dalam Asuhan Persalinan Normal.

2. Terdapat 30,76% bidan yang tidak kompeten dalam Asuhan Persalinan Normal.

SaranSaranSaranSaran

Bagi tenaga kesehatan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan khususnya tentang pelayanan yang diberikan kepada pasien setelah adanya program Jampersal sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi diri. Bagi instansi terkait diharapkan lebih mampu mengevaluasi program Jampersal dengan mengadakan supervisi dan pemantauan dalam bentuk lain. Sehingga dapat diperoleh hasil evaluasi yang akurat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam peluncuran program berikutnya.

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi.(2006). Managemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Bailey, Ronald.H. (1989).Peranan Otak.Jakarta:Tira Pustaka Jakarta Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:

Salemba Medika Holmes,dkk.(2011).Ilmu Kebidanan.Jakarta:EGC JNPK-KR.(2008). Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta:Depkes RI Mamik.(2010).Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan.

Surabaya:Prins Media Publishing Menteri Kesehatan RI.(2011).Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Jakarta: Menkes RI Mardalis. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi penelitian kesehatan: Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo,Soekidjo.(2005).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika Reeder,dkk.(2011).Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC Salmiati, dkk. (2011) Konsep Kebidanan, Manajemen, dan Standar Pelayanan.

Jakarta:EGC Simatupang, Erna Juliana.(2006). Managemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta:EGC Sofyan,Mustika.,et all.,(2006).Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: PP IBI Sugiyono.(2010).Statistika Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta -----------. (2005). Angka Kematian Ibu. http//:www.who.go.id,4 April 2005 -----------. (2011). Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan. http://www.scribd.com, 10 Juni

2011 -----------. (2011).Kesehatan Ibu. http://www.kesehatanibu.depkes.go.id, 21 Oktober 2011 -----------. (2010).Standar Profesi Bidan.http//:www.lusa.web.id,19 Desember 2010 -----------. (2011).Paradigma Kebidanan.http//:slideshare.net.10 Oktober 2011 -----------. (2011).Faktor Yang Berhubungan Dengan Penerapan Standar

APN.http//:undip.ac.id, 27 Desember 2010 -------.(2012).Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Bidan. http//:repository.usu.ac.id.

Page 56: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 223

HUBUNGAN HUBUNGAN HUBUNGAN HUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA ANTARA STATUS PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU STATUS PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU STATUS PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU STATUS PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN DENGAN DENGAN DENGAN PEMBERIAN SUSU FORMULAPEMBERIAN SUSU FORMULAPEMBERIAN SUSU FORMULAPEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI 0PADA BAYI 0PADA BAYI 0PADA BAYI 0 ---- 6 BULAN6 BULAN6 BULAN6 BULAN

Intan Pratiwi*, Kandace Sianipar*Intan Pratiwi*, Kandace Sianipar*Intan Pratiwi*, Kandace Sianipar*Intan Pratiwi*, Kandace Sianipar*

ABSTRAKABSTRAKABSTRAKABSTRAK

Pemberian susu formula membawa dampak yang sangat merugikan bagi bayi yaitu lebih mudah terserang diare, alergi, serta mengalami gangguan pertumbuhan dan terancam mengalami obesitas.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan dan pengetahuan ibu terhadap pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pardamean Kota Pematang Siantar Tahun 2012. Penelitian ini bersifat analitik, sampel 41 bayi 0-6 bulan dengan menggunakan data primer diperoleh melalui kuesioner, diolah menggunakan uji chi-square dengan taraf kepercayaan 0,05.

Hasil penelitian ditemukan ibu yang memberikan susu formula 22 orang (53,7%), ibu yang bekerja 26 orang(63,4%) dan pengetahuan kurang terhadap pemberian susu formula 20 orang (48,8%). Ibu yang bekerja memberikan susu formula 17 orang (41,5%),dan yang tidak bekerja memberikan susu formula 4 orang(9,8%). Ibu yang berpengetahuan kurang yang memberikan susu formula 15 orang (36,6%), berpengetahuan baik 6 orang(14,6%) dan berpengetahuan sangat baik 1 orang(2,4%). Uji chi-square didapat bahwa status pekerjaan p=0,017 dan pengetahuan p=0,028. Ada hubungan status pekerjaan dan pengetahuan ibu terhadap pemberian susu formula. Bagi petugas kesehatan disarankan memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk memberikan ASI eksklusif.

Kata kunci: pekerjaan, pengetahuan, menyusui, susu formula

*= Bidan Praktik Mandiri di Tebing Tinggi **= Poltekkes Kemenkes Medan, Jurusan Kebidanan, Prodi Kebidanan Pematangsiantar

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

Sejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga di dalam diri telah tertanam suatu keyakinan “saya harus menyusui bayi saya” karena menyusui adalah suatu realisasi tugas yang wajar dan mulia dari seorang ibu. Tetapi keyakinan tersebut telah luntur karena adanya kecendrungan masyarakat untuk meniru suatu yang dianggap modern yang berasal dari negara maju dan kota besar di Indonesia (Soetjiningsih, 2007Soetjiningsih, 2007Soetjiningsih, 2007Soetjiningsih, 2007).

Berdasarkan rekomendasi dari WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 1979 menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. (Sarwono, 2002Sarwono, 2002Sarwono, 2002Sarwono, 2002).

Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya promosi susu formula, membuat masyarakat kurang mempercayai kehebatan ASI, sehingga akhirnya memilih susu formula. Promosi penambahan AA (Asam Arakhidonat), DHA (Asam Dekosa Heksanoat),dan lain sebagainya ternyata sudah terkandung dalam komposisi ASI. Demikian pula dengan zat kekebalan tubuh untuk ketahanan bayi (Prastyono, 2009Prastyono, 2009Prastyono, 2009Prastyono, 2009).

Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007, jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia 2 bulan 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yaitu 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada bayi usia 7- 9 bulan dan yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Setiawirawan, 2009Setiawirawan, 2009Setiawirawan, 2009Setiawirawan, 2009).

Adapun faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI adalah faktor sosial budaya ekonomi (pendidikan formal ibu, pendapatan keluarga, dan status kerja ibu), faktor psikologis, (takut kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu

Page 57: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 224

yang sedang sakit, misalnya mastitis, dan sebagainya), faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif (Soetjaningsih , 2010Soetjaningsih , 2010Soetjaningsih , 2010Soetjaningsih , 2010).

Berdasarkan survey awal di Puskesmas Pardamean ditemukan 8 ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Ada 4 ibu sudah memberikan susu formula karena kesibukan kerja yang mengakibatkan mereka menghentikan ASI dan ada ibu yang tidak bekerja yang sudah memberikan susu formula karena ASI yang dihasilkan sedikit.

METODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIANMETODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Pardamean Kota Pematang Siantar, pada bulan Februari tahun 2012 dan penelitian dilakukan dari bulan Januari - Mei 2012. Populasi penelitian adalah semua ibu menyusui pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pardamean Kota Pematangsiantar. Besar populasi 41 orang dan semua diteliti. Data yang diambil adalah data primer yang diperoleh menggunakan kuesioner berisi pertanyaan tertutup, meliputi status pekerjaan dan pengetahuan ibu terhadap pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan. Sebelumnya peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan pengisian kuesioner pada responden. Instrumen penelitian adalah kuesioner disusun oleh peneliti. Analisa data menggunakan Chi-square dengan α=0,05.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianHasil PenelitianHasil PenelitianHasil Penelitian

Tabel 1Tabel 1Tabel 1Tabel 1. . . . Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi FFFFrekuensi rekuensi rekuensi rekuensi PPPPemberian emberian emberian emberian SSSSusu usu usu usu FFFFormulaormulaormulaormula

NoNoNoNo Pemberian Susu FormulaPemberian Susu FormulaPemberian Susu FormulaPemberian Susu Formula ffff %%%% 1 Ya 22 53,7 2 Tidak 19 46,3 JumlahJumlahJumlahJumlah 41414141 100100100100

Tabel 2. Tabel 2. Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi FFFFrekuensi rekuensi rekuensi rekuensi SSSStatus tatus tatus tatus PPPPekerjaan ekerjaan ekerjaan ekerjaan IIIIbubububu

NoNoNoNo Status PStatus PStatus PStatus Pekerjaanekerjaanekerjaanekerjaan ffff %%%% 1 Bekerja 26 63,4 2 Tidak Bekerja 15 36,6 JumlahJumlahJumlahJumlah 41414141 100100100100

Tabel 3. Tabel 3. Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Distribusi Distribusi Distribusi FFFFrekuensi rekuensi rekuensi rekuensi PPPPengetahuan engetahuan engetahuan engetahuan IIIIbu tentang bu tentang bu tentang bu tentang PPPPemberian emberian emberian emberian SSSSusu usu usu usu FFFFormula ormula ormula ormula

NoNoNoNo Pengetahuan Ibu tentang Pengetahuan Ibu tentang Pengetahuan Ibu tentang Pengetahuan Ibu tentang PPPPemberian Susu Formulaemberian Susu Formulaemberian Susu Formulaemberian Susu Formula ffff %%%% Sangat Baik 3 7,3 Baik 18 43,9

1 2 3 Kurang 20 48,8 JumlahJumlahJumlahJumlah 41414141 100100100100

Tabel 4Tabel 4Tabel 4Tabel 4. . . . Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Antara SAntara SAntara SAntara Status tatus tatus tatus PPPPekerjaan ekerjaan ekerjaan ekerjaan IIIIbu dengan bu dengan bu dengan bu dengan PPPPemberian emberian emberian emberian SSSSusu usu usu usu FFFFormulaormulaormulaormula

Pemberian susu formulaPemberian susu formulaPemberian susu formulaPemberian susu formula YaYaYaYa TidakTidakTidakTidak

JumlahJumlahJumlahJumlah

NoNoNoNo

Status Status Status Status PPPPekerjaanekerjaanekerjaanekerjaan

ffff %%%% ffff %%%% ffff %%%%

pppp

1 Bekerja 17 65,38 9 34,62 26 100 2 Tidak Bekerja 4 26,67 11 73,33 15 100

0,017

JumlahJumlahJumlahJumlah 21212121 51515151,22,22,22,22 20202020 48,48,48,48,78787878 41414141 100100100100

Page 58: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 225

Tabel 5. Tabel 5. Tabel 5. Tabel 5. Hubungan Hubungan Hubungan Hubungan Antara PAntara PAntara PAntara Pengetahuanengetahuanengetahuanengetahuan IIIIbu dengan bu dengan bu dengan bu dengan PPPPemberian emberian emberian emberian SSSSusu usu usu usu FFFFormulaormulaormulaormula

Pemberian susu formulaPemberian susu formulaPemberian susu formulaPemberian susu formula YaYaYaYa TidakTidakTidakTidak

JumlahJumlahJumlahJumlah NoNoNoNo

Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan

ffff %%%% ffff %%%% ffff %%%%

pppp

1 Sangat baik 1 33,33 2 66,67 3 100 2 Baik 6 33,33 12 66,67 18 100 3 Kurang 15 75,00 5 25,00 20 100

0.028

JumlahJumlahJumlahJumlah 22222222 53,53,53,53,66666666 19191919 46,346,346,346,34444 41414141 100100100100

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas ibu (53,7%) memberikan susu formula, mayoritas ibu bekerja yaitu 63,4%, dan mayoritas ibu (48,8%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang pemberian susu formula.

Dari Tabel 4 tampak bahwa kelompok ibu bekerja, sebagian besar (65,38%) memberikan susu formula. Sedangkan kelompok ibu tidak bekerja, sebagian besar (73,33) tidak memberikan susu formula. Hasil uji Chi-square adalah p=0,017, maka H0 ditolak. Hal ini menunjukkan hubungan antara status pekerjaan dengan pemberian susu formula.

Tabel 5 menunjukkan bahwa kelompok ibu berpengetahuan sangat baik dan baik, sebagian besar tak memberikan susu formula (masing-masing 66,67%). Sedangkan ibu dengan pengetahuan kurang, sebagian besar (75,00%) memberikan susu formula. Hasil

uji chi-square pada α=0,05 di peroleh p=0,028, maka H0 ditolak. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian susu formula.

PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memberikan susu formula (53,7%). Menurut Khasanah (2011)Khasanah (2011)Khasanah (2011)Khasanah (2011) ibu yang memberikan susu formula karena promosi yang dibuat produsen susu adalah kesan gaya hidup modern yang seolah-olah bayinya tetap sehat dan montok dengan diberikan susu formula. Menurut Moehyi (2008)Moehyi (2008)Moehyi (2008)Moehyi (2008) ibu yang bekerja di luar rumah cenderung tidak menyusui bayinya, banyaknya produk susu formula sudah dalam bentuk siap pakai sangat memudahkan ibu menggunakannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu bekerja (63,4%). Menurut Prasetyono (2009)Prasetyono (2009)Prasetyono (2009)Prasetyono (2009) ibu yang aktif bekerja, upaya memberikan ASI eksklusif sering kali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Ibu beranggapan ibu yang menyusui anaknya dapat menurunkan kondisi fisik dirinya dan produksi ASI ibu tidak mencukupi kebutuhan makanan bayinya yang akhirnya mencari alternatif lain dengan memberi susu pendamping.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan kurang tentang pemberian susu formula (48,8%). Menurut Prasetyono(2009)Prasetyono(2009)Prasetyono(2009)Prasetyono(2009) kurangnya pengetahuan dan informasi tentang pentingnya Asi Eksklusif di pengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan dan susu formula ,iklan-iklan tersebut bisa mengarahkan para ibu untuk berpikir bahwa ASI yang diberikannya kepada bayi belum cukup memenuhi kebutuhan gizi bayi. Menurut Khasanah (2011)Khasanah (2011)Khasanah (2011)Khasanah (2011) iklan susu formula di berbagai media massa sangat berpotensi merusak pemahaman ibu tentang perlunya ASI bagi bayi. Iklan tersebut akan mempengaruhi persepsi yang keliru tentang susu formula dan ASI. Ibu-ibu hanya memahami dan menangkap informasi yang sepenggal-sepenggal dari penyajian iklan yang singkat. Para ibu bekerja banyak menggunakan susu formula karena dianggap satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ibu bekerja, sebagian besar ibu memberikan susu formula, sedangkan ibu tak bekerja sebagian besar tak memberikan susu formula. Hasil uji Chi-square menunjukkan adanya hubungan status pekerjaan dengan pemberian susu formula. Menurut Notoatmodjo (2005)Notoatmodjo (2005)Notoatmodjo (2005)Notoatmodjo (2005) dengan adanya pekerjaan

Page 59: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 226

seseorang akan memerlukan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaannya. Masyarakat yang sibuk hanya memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi. Penelitian Prasetyono (2010)Prasetyono (2010)Prasetyono (2010)Prasetyono (2010) ibu bekerja diluar rumah yang menyebabkan ibu tidak memberikan Asi Eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya dan menurut Khasanah (2011)Khasanah (2011)Khasanah (2011)Khasanah (2011) para ibu yang sering keluar rumah ,baik karena bekerja sehingga susu formula dianggap satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ibu berpengetahuan sangat baik dan baik, sebagian besar tidak memberikan susu formula. Sedangkan kelompok ibu berpengetahuan kurang, sebagian besar memberikan susu formula. Hasil uji Chi-square menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan pemberian susu formula. Menurut Prasetyono (2009)Prasetyono (2009)Prasetyono (2009)Prasetyono (2009) masih banyak ibu yang beranggapan bahwa susu formula lebih baik dari pada ASI. Hal ini diyakini oleh para ibu yang kurang memiliki pengetahuan tentang ASI dan menurut Khasanah (2011)Khasanah (2011)Khasanah (2011)Khasanah (2011) berbagai produk dagang susu formula sebagai kemajuan teknologi yang dianggap setara dengan ASI dan mudah didapatkan oleh ibu membuatnya beranggapan bahwa pemberian ASI dan susu formula sama saja.

KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) proporsi ibu yang memberikan susu formula adalah 53,7%, 2) sebagian besar ibu adalah bekerja (63,4%), 3) sebagian besar ibu berpengetahuan kurang (48,8%) mengenai susu formula, 4) ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian susu formula, 5) ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula. Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah: 1) ibu yang memiliki bayi diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan mencari sumber informasi dari media massa, 2) Tenaga Kesehatan diharapkan memberi penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTDAFTAR PUSTDAFTAR PUSTDAFTAR PUSTAKAAKAAKAAKA

Budiasih.S.K, 2008, Handbook ibu menyusui, Hayati Qualita, Bandung. Hidayat, 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data, Salemba Medika. Khasanah,Nur, 2011, ASI atau Susu Formula Ya?, Flash Books, Yogyakarta. Moehyi, Sjahmien, 2008, Bayi Sehat dan Cerdas Melaui Gizi dan Makanan

Pilihan:Panduan Asupan Gizi Untuk Bayi dan Balita,Pustaka Mina, Jakarta Notoadmojo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat ,Rineka Cipta, Jakarta. Prasetyono.D.S, 2009, Buku Pintar Asi Eksklusif, Diva Press, Yogyakarta Roesli Utami, 2005, Mengenal Asi Eksklusif , Agriwidya,Jakarta Rosita,Syarifah,2008, Asi Untuk Kecerdasan Bayi, Ayyana, Yogyakarta. Sarwono, 2002, www.digilib.usu.ac.id/2002, Susu Formula, Skripsi Perpustakaan USU Setiawirawan A.F, 2009, www.litbang.depkes.go.id, SDKI 2007. Soetjiningsih W, 2007, www.endip.ac.id/paper/2007, ASI Eksklusif ______, 2010, www.endip.ac.id/paper/2010, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian

ASI. Suyatno, 2011, Makanan Pendamping ASI, diakses pada 19 Maret 2012.

www.hukumonline.com, UU RI No.3 Tahun 1958

Page 60: JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA … nomor4.pdfHUBUNGANHUBUNGAN ANTARA ANTARA ANTARA TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR) TERAPI BERMAIN (MEWARNAI GAMBAR)

Volume III Nomor 4, Oktober 2012 ISSN: 2086-3098

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 227