Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

16
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah kelahirannya disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus, hipoksia ini berhubungan dengan faktor- faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala- gejala lanjut yang mungkin timbul. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin. Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi, sebab asfiksia memiliki dampak negatif baik yang baersifat jangka panjang ataupun jangka pendek. Masa Neonatus adalah masa dimana saat bayi dilahirkan sampai dua minggu. Tahap ini sangat berbahaya karena merupakan masa penyesuaian radikal dari bayi itu dimana ia harus menyesuaikan dengan perubahan suhu, belajar bernapas, menelan dan membuang kotoran.

Transcript of Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

Page 1: Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas

secara spontan dan teratur segera setelah kelahirannya disertai dengan hipoksia,

hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin

dalam uterus, hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam

kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan

bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.

Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan

hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.

Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang

dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk

menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu

harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya

tindakan resusitasi, sebab asfiksia memiliki dampak negatif baik yang baersifat

jangka panjang ataupun jangka pendek.

Masa Neonatus adalah masa dimana saat bayi dilahirkan sampai dua minggu.

Tahap ini sangat berbahaya karena merupakan masa penyesuaian radikal dari bayi

itu dimana ia harus menyesuaikan dengan perubahan suhu, belajar bernapas,

menelan dan membuang kotoran.

Hal ini sangat berbeda saat bayi masih dalam kandungan, sehingga pada masa ini

orang tua harus sangat teliti terhadap perkembangan bayinya karena bayi mulai

mengalami tingkah laku yang tidak teratur, berat badan berkurang karena masih

menyesuaikan diri untuk menelan ASI agar bayi lebih dapat berkembang dan

terhindar dari peristiwa kematian bayi.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana hubungan Asfiksia dengan Neonatus Prematur

C. TUJUAN

Untuk mengetahui hubungan Asfiksia dengan Neonatus Prematur

Page 2: Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara

spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan

mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan

gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang

mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan

Persalinan Normal, 2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara

spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam

uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam

kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan

bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.

Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan

hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro,

1999)

B.    Etiologi / Penyebab Asfiksia

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi

darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.

Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut

menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada

bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

1.    Faktor ibu

a.    Preeklampsia dan eklampsia

b.    Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

c.    Partus lama atau partus macet

d.    Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

e.    Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2.    Faktor Tali Pusat

a.    Lilitan tali pusat

b.    Tali pusat pendek

c.    Simpul tali pusat

d.    Prolapsus tali pusat

Page 3: Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

3.    Faktor Bayi

a.    Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

b.    Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,

ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

c.    Kelainan bawaan (kongenital)

d.    Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi

untukmenimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka

hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan

perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit

dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi.

Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap

pertolongan persalinan.

Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:

Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan

tidak memerlukan tindakan istimewa

Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan

terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau

baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik

ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis

berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia

dengan henti jantung yaitu bunyi jantung  fetus menghilang tidak lebih dari 10

menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum 

pemeriksaan fisik sama asfiksia berat

c. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis

Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan

persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama

kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan

mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian

asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan

frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi

selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi

dan penurunan TD.

Page 4: Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan

asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis

respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an

aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama

pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi

perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :

1.    Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.

2.    Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.

3.    Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap

tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke

sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).

Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia

1.    Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

2.    Warna kulit kebiruan

3.    Kejang

4.    Penurunan kesadaran

5.    DJJ lebih dari 16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur

6.    Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

D.    Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /

hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan

dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat

perhatian yaitu :

1.  Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi

apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-

lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

2.  Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi

kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai.

Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan

indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

Page 5: Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

3.    Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan

kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-

nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di

bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai

asfiksia.

(Wiknjosastro, 1999)

E. Hubungan Asfiksia dengan Neonatus Prematur

Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat

menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal ini disebabkan

karena respon menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga tidak dapat

menambah aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stress dingin atau suhu

lingkungan rendah adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respons terhadap

rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus

metabolisme lemak dari cadangan lemak cokelat untuk menghasilkan kalori yang

kemudian dibawa oleh darah ke jaringan. Sterss dingin dapat menyebabkan

hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme

sebagai respons terhadap stress dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan

oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan

oksigen berkurang ( hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena

volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan kelaina paru

(paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit terolong oleh haemoglobin fetal

( HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan

lebih lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.

Stress akan direspons oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang menyebabkan

vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan ventilasi paru sehingga

kadar oksigen darah berkurang. Keadaan ini menghambat metabolisme glukosa

dan menimbulkan glikolisis anaerob yang menyebabkan peningkatan asam

laktat, kondisi ini bersamaandengan metabolisme lemak cokelat yang

menghasilkan asam sehingga meningkatkan konstribusi terjadinya asidosis.

Kegiatan metabolisme anaerob menghilangkan glikogen lebih banyak dari pada

metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini

terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit, sesudah kelahiran

pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat.

Termoregulasi. Bayi prematur umurnya relatif kurang mampu untuk

bertahan hidup karena struktur anatomi atau fisiologi yang imatur dan fungsi

biokimianya belum bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut

Page 6: Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan mempertahankan

suhu badannya dalam batas normal. Bayi prematur dan imatur tidak dapat

mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, karena pusat pengatur suhu

pada otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen dan lemak cokelat

sebagai sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan

tubuh yang relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih

banyak. Respons menggigil pada bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak

dapat meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol refleks

kapiler kulit juga masih kurang. (asrining surasmi dkk, 2003).

F. Cara Penanganan Asfeksia dengan Neonatus Prematur

1. Mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup

hangat untuk mencegah hipotermia.

2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan

kebutuhan.

3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan

setempat.

4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.

5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima

6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu,

pemasangan gelang nama sesuai ketentuan setempat

7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.

8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu

sampai enam jan setelah lahir)

9. Menetetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia –neonatorum.

10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.

11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.

12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.

Page 7: Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asfiksia neonatorum yang terjadi pada bayi memiliki dampak buruk yang

berbahaya bagi kehidupan bayi. Dampak tersebut dapat terjadi dalam jangka

pendek ataupun jangka panjang. Dampak jangka pendek dari asfiksia pada bayi

dapat menyebabkan gangguan pernapasan yang mengakibatkan perdarahan dan

gangguan pada otak.

Dampak jangka panjang dari asfiksia pada bayi yakni, gangguan fungsi multi

organ, dampak sistem susunan saraf pusat, dampak sistem kardiovaskular, dampak

terhadap ginjal, dampak terhadap saluran cerna, dampak terhadap hati, dampak

terhadap system darah dan dampak terhadap paru.

B. SARAN

Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya

membangun sangat kami harapkan.

Page 8: Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, AB. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meterial dan

Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Jumiarni, Dra. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC

Saifuddin, AB. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Hidayat, Aiziz Alimul. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Buku 1. jakarta: Salemba

Medika. 2006

Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996

Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. jakarta: EGC. 2003

Page 9: Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

MAKALAH HUBUNGAN ASFIKSIA DENGAN

NEONATUS PREMATUR

OLEH : NAMA : WA IDA NIM : 2013.IB.0040TINGKAT : 1 A

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNA2014

KATA PENGANTAR

Page 10: Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas

berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini

kami buat guna memenuhi tugas dari dosen.

Makalah ini membahas tentang “HUBUNGAN ASFIKSIA DENGAN NEONATUS PREMATUR”

semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa kebidanan

dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.

Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna,

maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku

dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran

itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Raha, Mei 2014

PENYUSUN

DAFTAR ISI

Page 11: Makalah hubungan asfiksia dengan neonatus prematur

KATA PENGANTAR …………….................……......…………….....…........ i

DAFTAR ISI ……………………………………..........…………........……...... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………......…….......................... 1

B. Rumusan Masalah………………………………......…............................. 2

C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A.    Definisi................................................................................................... 2

B.    Etiologi / Penyebab Asfiksia.................................................................. 2

d. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis........................................ 2

D.    Diagnosis........................................................................................ 2

E. Hubungan Asfiksia dengan Neonatus Prematur...................................... 2

F. Cara Penanganan Asfeksia dengan Neonatus Prematur........................ 2

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………............................………………........................ 8

3.2 Saran...................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 9