Makalah Hipnotik Dan Sedatif

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta mempertahankan tidur. Beberapa macam obat dalam dunia kedokreran, seperti magadom digunakan sebagai zat penenang (sedativa-hipnotika). Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, dan dalam dosis besar dapat membuat orang yang memakainya tertidur. Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat . Jika sudah kecanduan, kemudian diputus pemakainya maka akan menimbulkan gejala gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik , dan kejang-kejang. Jika pemakainya overdosis maka akan timbul gejala gelisah, kendali diri turun, banyak bicara, tetapi tidak jelas, sempoyangan, suka bertengkar, napas lambat, kesadaran turun, pingsan, dan jika pemakainya melebihi dosis tertentu dapat menimbulkan kematian. 1

Transcript of Makalah Hipnotik Dan Sedatif

Page 1: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi

sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang

memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat

memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset serta

mempertahankan tidur.

Beberapa macam obat dalam dunia kedokreran, seperti magadom

digunakan sebagai zat penenang (sedativa-hipnotika). Pemakaian sedativa-

hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, dan dalam dosis besar dapat

membuat orang yang memakainya tertidur.

Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-mula gelisah, mengamuk lalu

mengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat . Jika sudah

kecanduan, kemudian diputus pemakainya maka akan menimbulkan gejala

gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan

darah naik , dan kejang-kejang. Jika pemakainya overdosis maka akan timbul

gejala gelisah, kendali diri turun, banyak bicara, tetapi tidak jelas, sempoyangan,

suka bertengkar, napas lambat, kesadaran turun, pingsan, dan jika pemakainya

melebihi dosis tertentu dapat menimbulkan kematian.

Penggunaan klinis kedua golongan obat-obatan ini telah digunakan secara

luas seperti untuk tata laksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia, penata

laksanaan kejang, serta insomnia. Pentingnya penggunaan obat-obatan ini dalam

tindakan anestesi memerlukan pemahaman mengenai farmakologi obat-obatan

kedua obat. Hal tersebut yang mendasari penulisan mengenai farmakologi obat-

obatan hipnotik sedatif.

1

Page 2: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

B. Tujuan

Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini antara lain untuk memenuhi salah

satu tugas kelompok mata kuliah Toksikologi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bakti Tunas Husada Tasikmalaya. Selain itu, tujuan penulisan tinjauan pustaka ini

juga untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan bagi orang lain yang

membacanya terutama mengenai farmakologi obat –obatan hipnotik sedatif.

2

Page 3: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hipnotik dan Sedatif

Obat-obatan hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu

mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas

moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah

substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan

onset serta mempertahankan tidur. Secara klinis obat-obatan sedatif-hipnotik

digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat

seperti tata laksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia, penata laksanaan

kejang, serta insomnia.

Obat-obatan sedatif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni:

1. Benzodiazepin

2. Barbiturat

3. Golongan obat nonbarbiturat – nonbenzodiazepin

B. Klasifikasi Hipnotik dan Sedatif

1. Benzodiazepin

Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi

sekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, antikonvulsi, relaksasi otot melalui medula

spinalis, dan amnesia retrograde. Benzodiazepine banyak digunakan dalam

praktek klinik. Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya

tingkat toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman

yang lebar, rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom

dihati. Benzodiazepin telah banyak digunakan sebagai pengganti barbiturate

sebagai premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam monitoring

anestesi. Dalam masa perioperative, midazolam telah menggantikan penggunaan

diazepam. Selain itu, benzodiazepine memiliki antagonis khusus yaitu flumazenil.

3

Page 4: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

Mekanisme Kerja

Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi Gamma Amino

Butyric Acid (GABA) sebagai neurotransmitter penghambat diotak.

Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor GABA melainkan meningkatkan

kepekaan reseptor GABA terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal

klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan

mendorong post sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi. Hal ini menghasilkan

efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi dan

relaksasi otot skeletal. Efek sedatif timbul dari aktivasi reseptor GABA.

Sub unit alpha-1 yang merupakan 60% dari resptor GABA di otak (korteks

serebral, korteks serebelum, thalamus). Sementara efek ansiolotik timbul dari

aktifasi GABA sub unit aplha-2 (Hipokampus dan amigdala). Perbedaan onset

dan durasi kerja diantara benzodiazepine menunjukkan perbedaan potensi (afinitas

terhadap reseptor), kelarutan lemak (kemampuan menembus sawar darah otak dan

redistribusi jaringan perifer) dan farmakokinetik (penyerapan, distribusi,

metabolisme dan ekskresi). Hampir semua benzodiazepine larut lemak dan terikat

kuat dengan protein plasma, sehingga keadaan hipoalbumin pada cirrhosishepatis

dan chronicrenal disease akan meningkatkan efek obat ini. Benzodiazepin

menurunkan degradasi adenosin dengan menghambat tranportasi nuklesida.

Adonosin penting dalam regulasi fungsi jantung (penurunan kebutuhan oksigen

jantung melalui penurunan detak jantung dan meningkatkan oksigenasi melalui

vasodilatasi arteri korener) dan semua fungsi fisiologi proteksi jantung.

Efek Samping

Kelelahan dan mengantuk adalah efek samping yang biasa pada

penggunaan lama benzodiazepine. Sedasi akan menggangu aktivitas setidaknya

selama 2 minggu. Penggunaan yang lama benzodiazepine tidak akan mengganggu

tekanan darah, denyut jantung, ritme jantung dan ventilasi, namun penggunaannya

sebaiknya hati-hati pada pasien dengan penyakit paru kronis. Penggunaan

benzodiazepine akan mengurangi kebutuhan akan obatanestesi inhalasi ataupun

injeksi. Walaupun penggunaan midazolam akan meningkatkan efek depresi napas

opioid dan mengurangi efek analgesiknya.

4

Page 5: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

Contoh Preparat Benzodiazepin :

a. Midazolam

Midazolam merupakan benzodiazepine yang larut air dengan struktur

cincin imidazole yang stabil dalam larutan dan metabolisme yang cepat. Obat ini

telah menggantikan diazepam selama operasi dan memiliki potensi 2-3 kali lebih

kuat. Selain itu afinitas terhadap reseptor GABA 2 kali lebih kuat dibanding

diazepam. Efek amnesia pada obat ini lebih kuat dibanding efek sedasi sehingga

pasien dapat terbangun namun tidak akan ingat kejadian dan pembicaraan yang

terjadi selama beberapa jam. Larutan midazolam dibuat asam dengan pH < 4 agar

cincin tidak terbuka dan tetap larut dalam air. Ketika masuk ke dalam tubuh, akan

terjadi perubahan pH sehingga cincin akan menutup dan obat akan menjadi larut

dalam lemak. Larutan midazolam dapat dicampur dengan ringer laktat atau garam

asam dari obat lain.

Farmakokinetik

Midazolam diserap cepat dari saluran cerna dan dengan cepat melaui

sawar darah otak. Namun waktu equilibriumnya lebih lambat dibanding propofol

dan thiopental. Hanya 50% dari obat yang diserap yang akan masuk ke sirkulasi

sistemik karena metabolisme portahepatik yang tinggi. Sebagian besar midazolam

yang masuk plasma akan berikatan dengan protein. Waktu durasi yang pendek

dikarenakan kelarutan lemak yang tinggi mempercepat distribusi dari otak ke

jaringan yang tidak aktif begitu juga dengan klirens hepar yang cepat. Waktu

paruh midazolam adalah antara 1–4 jam, lebih pendek dari pada waktu paruh

diazepam. Waktu paruh ini dapat meningkat pada pasien tua dan gangguan fungsi

hati. Pada pasien dengan obesitas, klirens midazolam akan lebih lambat karena

obat banyak berikatan dengan sel lemak. Akibat eliminasi yang cepat dari

midazolam, maka efek pada CNS akan lebih pendek dibanding diazepam.

Metabolisme

Midazolam dimetabolisme dengan cepat oleh hepar dan enzim cytochrome

P-450 usus halus menjadi metabolit yang aktif dan tidak aktif. Metabolit utama

yaitu 1-hidroksi midazolam yang memiliki separuh efek obat induk. Metabolit ini

5

Page 6: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

dengan cepat dikonjugasi dengan asam glukoronat menjadi 1-hidroksi midazolam

glukoronat yang dieskresikan melalui ginjal. Metabolit lainnya yaitu 4-hidroksi

midazolam tidak terdapat dalam plasma pada pemberian IV. Metabolisme

midazolam akan diperlambat oleh obat-obatan penghambat enzim sitokrom P-450

seperti simetidin, eritromisin, calsium channel blocker, obat anti jamur. Kecepatan

kliren shepatic midazolam lima kali lebih besar daripada lorazepam dan sepuluh

kali lebih besar daripada diazepam.

Efek pada Sistem Organ

Midazolam menurunkan kebutuhan metabolik oksigen otak dan aliran

darah ke otak seperti barbiturat dan propofol. Namun terdapat batasan besarnya

penurunan kebutuhan metabolik oksigen otak dengan penambahan dosis

midazolam. Midazolam juga memiliki efek yang kuat sebagai antikonvulsan

untuk menangani status epilepticus. Penurunan pernapasan dengan midazolam

sebesar 0,15 mg/kg IV setara dengan diazepam 0,3 mg/kg IV. Pasien dengan

penyakit paru obstruktif kronis memiliki resiko lebih besar terjadinya depresi

pernapasan walaupun pada orang normal depresi pernapasan tidak terjadi sama

sekali. Pemberian dosis besar (>0,15 mg/kg) dalam waktu cepat akan

menyebabkan apneu sementara terutama bila diberikan bersamaan dengan opioid.

Benzodiazepine juga menekan reflex menelan dan penuruna aktivitas saluran

napas bagian atas.

Penggunaan Klinik

Midazolam sering digunakan sebagai premedikasi pada pasien pediatrik

sebagai sedasi dan induksi anestesia. Midazolam juga memiliki efek

antikonvulsan sehingga dapat digunakan untuk mengatasi kejang grand mal.

Premedikasi sebagai premedikasi midazolam 0,25 mg/kg diberikan secara oral

berupasirup (2 mg/ml) kepada anak-anak untuk memberiksan efek sedasi dan

anxiolisis dengan efek pernapasan yang sangat minimal. Pemberian 0,5 mg/kg IV

10 menit sebelum operasi dipercaya akan memberikan keadaan amnesia retrograd

yang cukup.

6

Page 7: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

b. Diazepam

Diazepam adalah benzodiazepine yang sangat larut lemak dan memiliki

durasi kerja yang lebih panjang di banding midazolam. Diazepam dilarutk an

dengan pelarut organik (propilenglikol, sodium benzoate) karena tidak larut dalam

air. Larutannya pekat dengan pH 6,6-6,9 injeksi secara IV atau IM akan

menyebabkan nyeri.

Farmakokinetik

Diazepam cepat diserap melalui saluran cerna dan mencapai puncaknya

dalam 1 jam (15-30 menit pada anak-anak). Kelarutan lemaknya yang tinggi

menyebabkan Vd diazepam besar dan cepat mencapai otak dan jaringan terutama

lemak. Diazepam juga dapat melewati plasenta dan terdapat dalam sirkulasi fetus.

Ikatan protein benzodiazepine berhubungan dengan tingginya kelarutan lemak.

Diazepam dengan kelarutan lemak yang tinggi memiliki ikatan dengan protein

plasma yang kuat. Sehingga pada pasien dengan konsentrasi protein plasma yang

rendah, seperti pada cirrhosishepatis, akan meningkatkan efek samping dari

diazepam.

Metabolisme

Diazepam mengalami oksidasi N-demethylation oleh enzim mikrosom hati

menjadi desmethyl diazepam danoxazepam serta sebagian kecil temazepam.

Desmethyldiazepam memiliki potensi yang lebih rendah serta di metabolisme

lebih lambat dibanding oxazepam sehingga menimbulkan keadaan mengantuk

pada pasien 6-8 jam setelah pemberian. Metabolit ini mengalami resirkulasi

enterohepatik sehingga memperpanjang sedasi. Desmethyldiazepam diekskresikan

melalui urin setelah dioksidasi dan dikonjugasikan dengan asam glukoronat.

Waktu Paruh

Waktu paruh diazepam orang sehat antara 21-37 jam dan akan semakin

panjang pada pasien tua, obesitas dan gangguan fungsi hepar serta digunakan

bersama obat penghambat enzim sitokrom P-450. Dibandingkan lorazepam,

diazepam memiliki waktu paruh yang lebih panjang namun durasi kerjanya lebih

7

Page 8: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

pendek karena ikatan dengan reseptor GABA lebih cepat terpisah. Waktu paruh

desmethyldiazepam adalah 48-96 jam. Pada penggunaan lama diazepam dapat

terjadi akumulasi metabolit di dalam jaringan dan dibutuhkan waktu lebih dari

seminggu untuk mengeliminasi metabolit dari plasma.

Efek pada Sistem Organ

Diazepam hampir tidak menimbulkan efek depresi napas. Namun, pada

penggunaan bersama dengan obat penekan CNS lain atau pada pasien dengan

penyakit paru obstruktif akan meningkatkan resiko terjadinya depresi napa.

Diazepam pada dosis 0,5-1 mg / kg IV yang diberikan sebagai induksi anestesi

tidak menyebabkan masalah pada tekanan darah, cardiac output dan resistensi

perifer. Begitu juga dengan pemberian anestesi volatile Ns setelah induksi dengan

diazepam tidak menyebabkan perubahan pada kerja jantung. Namun pemberian

diazepam 0,125-0,5 mg / kg IV yang diikuti dengan injeksi fentanyl 50 μg / kg IV

akan menyebabkan penurunan resistensi vaskuler dan penurunan tekanan darah

sistemik. Pada otot skeletal, diazepam menurunkan tonus otot. Efek ini didapat

dengan menurunkan impuls dari saraf gamma di spinal. Keracunan diazepam

didapatkan bila konsentrasi plasmanya > 1000ng/ml.

Penggunaan Klinis

Penggunaan diazepam sebagai sedasi pada anestesi telah digantikan oleh

midazolam. Sehingga diazepam lebih banyak digunakan untuk mengatasi kejang.

Efek anti kejang didapatkan dengan menghambat neuritransmitter GABA.

Dibanding barbiturat yang mencegah kejang dengan depresi non selektif CNS,

diazepam secara selektif menghambat aktivitas di system limbik, terutama di

hippo kampus.

c. Lorazepam

Lorazepam memiliki struktur yang sama dengan oxazepam, hanya berbeda

pada adanya klorida ekstra pada posisi orto 5-phenyl moiety. Lorazepam lebih

kuat dalam sedasi dan amnesia dibanding midazolam dan diazepam sedangkan

efek sampingnya sama.

8

Page 9: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

Farmakokinetik

Lorazepam di konjugasikan dengan asam glukoronat di hati menjadi

bentuk inaktif yang di ekskresikan di ginjal. Waktu paruhnya lebih lama yaitu 10

20 jam dengan ekskresi urin > 80% dari dosis yang diberikan. Karena

metabolismenya tidak dipengaruhi oleh enzim mikrosom di hati, maka

metabolismenya tidak dipengaruhi oleh umur, fungsi hepar dan obat penghambat

enzim P-450 seperti simetidin. Namun onset kerja lorazepam lebih lambat

dibanding midazolam dan diazepam karena kelarutan lemaknya lebih rendah.

Penggunaan Klinik

Lorazepam diserap baik bila diberikan secara oral dan IM dan mencapai

konsentrasi puncak dalam 2-4 jam dan terus bertahan efeknya selama 24-48 jam.

Sebagai premedikasi, digunakan dosis oral 50 μg / kg (maks 4 mg) yang akan

menimbulkan sedasi yang cukup dan amnesia selama ± 6 jam. Penambahan dosis

akan meningkatkan sedasi tanpa penambahan efek amnesia. Lorazepam tidak

bermanfaat pada operasi singkat karena durasi kerja yang lama. Onset kerja

lambat lorazepam merupakan kekurangan lorazepam bila digunakan sebagai

induksi anestesi, sedasi selama regional anestesi dan sebagai anti kejang.

Lorazepam akan bermanfaat bila digunakan sebagai sedasi pada pasien yang

diintubasi.

d. Oxazepam

Oxazepam merupakan metabolit aktif dari diazepam. Durasi kerjanya lebih

pendek dibanding diazepam karena di sirkulasi akan dikonjugasi dengan asam

glukoronat menjadi metabolit inaktif. Waktu paruhnya 5-15 jam dan tidak

dipengaruhi oleh fungsi hepar atau pemberian simetidin. Absorbsi oral oxazepam

sangat lambat sehingga tidak bermanfaat pada pengobatan insomnia dengan

kesulitan tidur. Namun bermanfaat pada insomnia memiliki periode tidur yang

pendek atau sering terbangun di malam hari.

9

Page 10: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

e. Alprazolam

Alprazolam memiliki efek mengurangi kecemasan pada pasien dengan

kecemasan atau serangan panik. Alprazolam merupakan alternatif untuk

premedikasi pengganti midazolam.

2. Barbiturat

Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai

hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang

spesifik, barbiturat telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih

aman, pengecualian fenobarbital, yang memiliki antikonvulsi yang masih banyak

digunakan. Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam

barbiturat (2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi

antara ureum dengan asam malonat. Susunan Saraf Pusat efek utama barbiturat

ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi,

hipnosis, koma sampai dengan kematian. Efek antianseitas barbiturat

berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek hipnotik barbiturate

dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya

menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Efek anastesi

umumnya diperlihatkan oleh golongan tiobarbital dan beberapa oksibarbital untuk

anastesi umum. Untuk efek antikonvulsi umumnya diberikan oleh berbiturat yang

mengandung substitusi 5-fenil misalnya fenobarbital.

Farmakokinetik

Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan

usus halus kedalam darah. Secara IV barbiturat digunakan untuk mengatasi status

epilepsi dan menginduksi serta mempertahankan anastesi umum. Barbiturat

didistribusi secara luas dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma

sesuai dengan kelarutan dalam lemak; tiopental yang terbesar. Barbiturat yang

mudah larut dalam lemak, misalnya tiopental dan metoheksital, setelah pemberian

secara IV, akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini akan menyebabkan

kadarnya dalam plasma dan otak turun dengan cepat. Barbiturat yang kurang

lipofilik, misalnya aprobarbital dan fenobarbital, di metabolisme hampir sempurna

10

Page 11: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

didalam hati sebelum diekskresi di ginjal. Pada kebanyakan kasus, perubahan

pada fungsi ginjal tidak mempengaruhi eliminasi obat. Fenobarbital diekskresi ke

dalam urine dalam bentuk tidak berubah sampai jumlah tertentu (20-30 %) pada

manusia. Faktor yang mempengaruhi biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat

dipengaruhi oleh berbagai hal terutama perubahan pada fungsi hati sebagai akibat

dari penyakit, usia tua yang mengakibatkan penurunan kecepatan pembersihan

obat yang dimetabolisme yang terjadi hampir pada semua obat golongan

barbiturat.

Indikasi

Penggunaan barbiturat sebagai hipnotik sedatif telah menurun secara nyata

karena efek terhadap SSP kurang spesifik yang telah banyak digantikan oleh

golongan benzodiazepine. Penggunaan pada anastesi masih banyak obat golongan

barbiturat yang digunakan, umumnya tiopental dan fenobarbital.

a. Tiopental

• Di gunakan untuk induksi pada anestesi umum.

• Operasi yang singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka).

• Sedasi pada analgesik regional

• Mengatasi kejang-kejang pada eklamsia, epilepsi, dan tetanus

b. Fenobarbital

• Untuk menghilangkan ansietas

• Sebagai antikonvulsi (pada epilepsi)

• Untuk sedatif dan hipnotik

Kontra Indikasi

Barbiturat tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturat, penyakit

hati atau ginjal, hipoksia, penyakit parkinson. Barbiturat juga tidak boleh

diberikan pada penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah

kebingungan di malam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut.

11

Page 12: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

Efek Samping

1) Hangover

Gejala ini merupakan residu depresi SSP setelah efek hipnotik berakhir.

Dapat terjadi beberapa hari setelah pemberian obat dihentikan. Efekresi mungkin

berupa vertigo, mual, atau diare. Kadang kadang timbul kelainan emosional dan

fobia dapat bertambah berat.

2) Eksitasi paradoksal

Pada beberapa individu, pemakaian ulang barbiturat (terutama fenoberbital

dan N-desmetil barbiturat) lebih menimbulkan eksitasi dari pada depresi.

Idiosinkrasi ini relatif umum terjadi diantara penderita usia lanjut dan lemah.

3) Rasa nyeri

Barbiturat sesekali menimbulkan mialgia, neuralgia, artalgia, terutama

pada penderita psikoneurotik yang menderita insomnia. Bila diberikan dalam

keadaan nyeri, dapat menyebabkan gelisah, eksitasi, dan bahkan delirium.

4) Alergi

Reaksi alergi terutama terjadi pada individu alergik. Segala bentuk

hipersensitivitas dapat timbul, terutama dermatosis. Jarang terjadi dermato

siseksfoliativa yang berakhir fatal pada penggunaan fenobarbital, kadang-kadang

disertai demam, delirium dan kerusakan degeneratif hati.

5) Interaksi Obat

Reaksi obat, kombinasi barbiturat dengan depresan SSP lain misal etanol

akan meningkatkan efek depresinya antihistamin, isoniasid, metilfenidat, dan

penghambat MAO juga dapat menaikkan efek depresi barbiturat. Interaksi obat

yang paling sering melibatkan hipnotik-sedatif adalah interaksi dengan obat

depresan susunan saraf pusat lain, yang menyebabkan efek aditif. Efek aditif yang

jelas dapat diramalkan dengan penggunaan minuman beralkohol, analgesik

narkotik, antikonvulsi, fenotiazin dan obat-obat antidepresan golongan trisiklik.

3. Non barbiturat – Non benzodiazepin

a. Propofol

Propofol adalah zat subsitusi isopropylphenol (2,6 diisopropylphenol)

yang digunakan secara intravena sebagai 1% larutan pada zat aktif yang

12

Page 13: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

terlarut,serta mengandung 10% minyak kedele, 2,25% gliserol, dan 1,2% purified

egg phosphatide.

Mekanisme Kerja

Propofol relatif bersifat selektif dalam mengatur reseptor Gamma Amino

Butyric Acid (GABA) dan tampaknya tidak mengatur ligandgate ion channel

lainnya. Propofol dianggap memiliki efek sedatif hipnotik melalui interaksinya

dengan reseptor GABA. GABA adalah salah satu neurotransmiter penghambat di

SSP. Ketika reseptor GABA diaktivasi, penghantar klorida trans membran

meningkat dan menimbulkan hiperpolarisasi di membran sel post sinaps dan

menghambat fungsi neuron post sinaps. Interaksi propofol (termasuk barbiturat

dan etomidate) dengan reseptor komponen spesifik reseptor GABA menurunkan

neurotransmitter penghambat. Ikatan GABA meningkatkan durasi pembukaan

GABA yang teraktifasi melaui chloride channel sehingga terjadi hiperpolarisasi

dari membran sel.

Farmakokinetik

Propofol didegradasi di hati melalui metabolisme oksidatif hepatik oleh

cytochrome P-450. Namun, metabolisme tidak hanya dipengaruhi hepatic tetapi

juga ekstra hepatik. Metabolisme hepatik lebih cepat dan lebih banyak

menimbulkan inaktivasi obat dan terlarut air sementara metabolisme asam

glukoronat diekskresikan melalui ginjal. Propofol membentuk 4-hydroxypropofol

oleh sitokrom P-450. Propofol yang berkonjugasi dengan sulfat dan glukoronide

menjadi tidak aktif dan bentuk 4-hydroxypropofol yang memiliki 1/3 efek

hipnotik. Kurang dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui urin. Waktu paruh

propofol adalah 0,5–1,5 jam tapi yang lebih penting sensitif half time dari

propofol yang digunakan melalui infus selama 8 jam adalah kurang dari 40 menit.

Maksud dari sensitif half time adalah pengaruh minimal dari durasi infus karena

metabolisme propofol yang cepat ketika infus dihentikan sehingga obat kembali

dari tempat simpanan jaringan ke sirkulasi.

13

Page 14: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

Penggunaan Klinis

Propofol menjadi pilihan obat induksi terutama karena cepat dan efek

mengembalikan kesadaran yang komplit. Infus intravena propofol dengan atau

tanpa obat anestesia lain menjadi metode yang sering digunakan sebagai sedasi

atau sebagai bagian penyeimbang atau anestesi total iv. Penggunaan propofol

melalui infus secara terus menerus sering digunakan di ruang ICU.

b. Ketamin

Ketamin adalah derivat phencyclidine yang menyebabkan “disosiati

veanesthesia” yang ditandai dengan disosiasi EEG pada talamokortikal dan sistem

limbik. Disosiative anesthesia ini menyerupai kedaan kataleptik dimana mata

pasien terbuka dan di ikuti nistagmus yang lambat. Berbagai derajat hipertonus

dan perpindahan otot yang tanpa tujuan sering terjadi pada proses pembedahan

c. Dextromethorphan

Dextromethorphan (d-isomer dari levophanol) adalah NMDA antagonis

dengan afinitas ringan yang sering digunakan sebagai penghambat respon batuk

disentral. Obat ini memiliki efek yang seimbang dengan kodein sebagai antitusif

tetapi tidak memiliki efek analgesik tidak seperti kodein, obat ini tidak

menimbulkan efek sedasi atau gangguan sistem gastrointestinal. DMP memiliki

efek euforia sehingga sering di salah gunakan. Tanda dan genjala penggunaan

berlebihan DMP adalah hipertensi sistemik, takikardia, somnolen, agitasi, ataxia,

diaporesis, kaku otot, kejang, koma, penurunan suhu tubuh. Hepatotoksisitas

meningkat pada pasien yang mendapat DMP dan asetamenofen.

14

Page 15: Makalah Hipnotik Dan Sedatif

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu mendepresi

sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas moderate yang

memberikan efek menenangkan, sementara hipnotik adalah substansi yang dapat

memberikan efek mengantuk dan dapat memberikan onset serta mempertahankan

tidur. Obat-obatan hipnotik sedatif terbagi menjadi tiga jenis yakni golongan

Benzodiazepin, Barbiturat, dan Non barbiturat – Non benzodiazepin.

Obat golongan benzodiazepine berkerja pada reseptor Gamma Amino

Butyric Acid. Efek farmakologi benzodiazepin merupakan akibat aksi Gamma

Amino Butyric Acid sebagai neurotransmitter penghambat di otak.

Benzodiazepine meningkatkan kepekaan reseptor Gamma Amino Butyric Acid

terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi

hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membran

sel tidak dapat dieksitasi. Contoh preparat benzodiazepin antara lain midazolam,

alpazolam, diazepam, lorazepam, oxazepam. Obat-obatan barbiturat bekerja pada

neurotansmiter penghambat (Gamma Amino Butyric Acid) pada sistem saraf

pusat. Aktifasi reseptor ini meningkatkan konduktase klorida trans membran,

sehingga terjadi hiperpolarisasi membran sel post sinaps. Contoh obat-obatan

golongan barbiturat antara lain tiopental dan phenobarbital. Beberapa obat lain

yang bukan jenis barbiturat dan banzodiazepin yang sering digunakan sebagai

obat sedasi dan hipnotik antara lain : propofol, ketamin, dextromethorphan.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat

bagi pembaca untuk mendalami dan memahami tentang penejelasan mengenai

Hipnotik dan Sedatif. Akan tetapi banyak sekali kesalahan yang mungkin terdapat

dalam makalah ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT Semata. Oleh

karena itu, kritik dan saran kami terima untuk membenahi dan memperbaiki isi

makalah ini. Terima kasih.

15