TERHADAP EFEK SEDASI PADA MENCIT BALB/Ccore.ac.uk/download/pdf/11708621.pdf · yang sedatif....

download TERHADAP EFEK SEDASI PADA MENCIT BALB/Ccore.ac.uk/download/pdf/11708621.pdf · yang sedatif. Senyawa kimia ... Salah satu tanaman obat yang digunakan masyarakat Indonesia adalah ...

If you can't read please download the document

Transcript of TERHADAP EFEK SEDASI PADA MENCIT BALB/Ccore.ac.uk/download/pdf/11708621.pdf · yang sedatif....

  • PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban)

    TERHADAP EFEK SEDASI PADA MENCIT BALB/C

    LAPORAN AKHIR PENELITIAN

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh

    Program Pendidikan Sarjana

    Disusun oleh :

    RIZKI AMALIA

    G2A 005 163

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2009

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Karya Tulis Ilmiah

    PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban)

    TERHADAP EFEK SEDASI PADA MENCIT BALB/C

    Disusun oleh:

    Rizki Amalia

    G2A 005 163

    Telah diseminarkan di hadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah Fakultas

    Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang pada tanggal 24 Agustus 2009 dan

    telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran yang diberikan

    Tim Penguji

    Pembimbing

    dr. Budhi Surastri S, M.Si.Med

    NIP: 130 810 114

    Penguji

    Drs. Suhardjono, M.Si, Apt

    NIP : 130 937 451

    Ketua Penguji

    DR. Dra. Henna Rya Sunoko, M.E.S., Apt

    NIP: 320 002 500

  • PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban)TERHADAP EFEK SEDASI PADA MENCIT BALB/C

    Rizki Amalia 1), Budhi Surastri S 2)

    ABSTRAKLatar belakang : Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan salah satuobat tradisional dengan kandungan brahmoside dan brahminoside, suatu glikosidayang sedatif. Senyawa kimia tersebut bekerja melalui mekanisme kolinergik,mengakibatkan peningkatan GABA, neurotransmiter yang berperan dalam prosessedatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak pegaganterhadap efek sedasi pada mencit Balb/c.

    Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni denganrancangan post test only control group. Hewan uji yang digunakan adalah 30 ekormencit Balb/c jantan, dibagi secara acak menjadi 5 kelompok. Terdiri darikelompok kontrol positif (fenobarbital 6 mg/kgBB), kontrol negatif (larutanCarboxy Methyl Cellulose dalam aquadest) dan ekstrak pegagan dengan peringkatdosis 0,8 mg/grBB (P1), 1,6 mg/grBB (P2) dan 3,2 mg/grBB (P3). Pemberiansuspensi dilakukan peroral melalui sonde lambung. Metode yang digunakanadalah rotarod dan data yang dikumpulkan adalah lamanya waktu mencit berputardi rotarod. Data dianalisis dengan uji Shapiro Wilk, kemudian dilanjutkan ujiKruskal Wallis dan Mann Whitney.

    Hasil : Rerata waktu mencit bertahan di rotarod untuk masing-masing kelompok:kontrol negatif (2559,77 detik), kontrol positif (56,05 detik), P1 (68,38 detik), P2(53,44 detik) dan P3 (39,83 detik). Uji Mann Whitney menunjukkan hasil yangsignifikan pada 3 kelompok perlakuan (ekstrak pegagan) terhadap kelompokkontrol negatif (p=0.04). Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada kelompokkontrol positif terhadap kelompok P1 (p=0,631); P2 (p=0,749) dan P3 (p=0,337)dan antara kelompok perlakuan.

    Kesimpulan : Ekstrak pegagan dapat menimbulkan efek sedasi pada mencitBalb/c.

    Kata kunci : pegagan, sedatif, rotarod

    1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang2) Staf Pengajar bagian Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas

    Diponegoro Semarang

  • THE EFFECT OF PENNYWORTS (Centella asiatica (L.) Urban)EXTRACT TO SEDATIVE ACTIVITY OF BALB/C MICE

    Rizki Amalia 1), Budhi Surastri S 2)

    ABSTRACTBackground : Pennywort (Centella asiatica (L.) Urban) is one of traditionalmedicine that contain brahmoside and brahminoside, glicosides that are sedative.The constituent act via a cholinergic mechanism, increase levels of GABA,neurotransmitter on sedative process. The objectives of this research was to knowthe effect of pennyworts extract to sedative activity of Balb/c mice.

    Method : This study was an experimental laboratory research with post test onlycontrol group design. The object of the study were 30 male Balb/c mice, dividedrandomly into 5 groups. Positive control group, 6 Balb/c mice, given fenobarbital6 mg/kgB. Negative control, given carboxy methyl cellulose on aquadest and thetreatment groups, given 0,8 mg/grBB (P1), 1,6 mg/grBB (P2) and 3,2 mg/grBB(P3) pennyworts extract. Treatment was given by gastric sonde. This researchused rotarod method dan data collected from time of Balb/c mice stayed onrotarod. Data were analysed using Saphiro Wilk test, then continued with KruskalWallis and Mann Whitney test.

    Result : Means of Balb/c mices time stayed on rotarod: negative control(2559,77 second), positive control (56,05 second), P1 (68,38 second), P2 (53,44second), P3 (39,83 second). Mann Whitney test showed significant differencebetween treatment groups (pennyworts extract) to negative control group(p=0.04). There was no significant difference between treatment group 1(p=0,631); 2 (p=0,749) and 3 (p=0,337) to positive control and betweentreatment groups.

    Conclusion : Pennyworts extract can cause sedative effect on Balb/c mice.

    Keywords : pennywort, sedative, rotarod

    1) Student of Medical Faculty, Diponegoro University, Semarang2) Pharmacology and Therapeutics Department of Medical Faculty, Diponegoro University,

    Semarang

  • DAFTAR ISI

    Halaman Judul i

    Halaman Pengesahan..... ii

    Abstrak.................................................................................................. iii

    Daftar Isi v

    Daftar Tabel........................................................................................... viii

    Daftar Gambar........................................................................................ viii

    Daftar Lampiran. ix

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1. 1. Latar belakang....................................................... 1

    1. 2. Perumusan masalah............................................... 2

    1. 3. Tujuan penelitian

    1. 3. 1. Tujuan umum............................................ 2

    1. 3. 2. Tujuan khusus........................................... 2

    1. 4. Manfaat penelitian................................................. 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2. 1. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

    2. 1. 1. Klasifikasi dan morfologi.......................... 4

    2. 1. 2. Senyawa kimia dan khasiat................... .... 5

    2. 1. 3. Kandungan sedasi pegagan....................... 6

    2. 2. Sedasi

    2. 2. 1. Pengertian...................... 7

  • 2. 2. 2. Obat sedatif............................................... 7

    2. 2. 3. Penggunaan obat sedatif........................... 8

    2. 3. Fenobarbital

    2. 3. 1. Farmakokinetika......................................... 9

    2. 3. 2. Mekanisme kerja........................................ 9

    2. 3. 3. Efek terapi dan non terapi.......................... 10

    2. 4. Kerangka teori........................................................ 11

    2. 5. Kerangka konsep.................................................... 11

    2. 6. Hipotesis penelitian................................................. 12

    BAB 3 METODE PENELITIAN

    3. 1. Ruang lingkup penelitian........................................ 13

    3. 2. Rancangan penelitian....... 13

    3. 3. Populasi dan sampel penelitian

    3. 3. 1. Populasi penelitian. 14

    3. 3. 2. Sampel penelitian....................................... 14

    3. 4. Variabel penelitian.................................................. 15

    3. 5. Bahan dan alat......................................................... 16

    3. 6. Cara pengumpulan data........................................... 16

    3. 7. Data yang dikumpulkan.......................................... 17

    3. 8. Definisi operasional................................................ 17

    3. 9. Alur penelitian......................................................... 19

    3. 10. Analisis data.......................................................... 20

    BAB 4 HASIL PENELITIAN... 21

  • BAB 5 PEMBAHASAN. 24

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.. 26

    DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 28

  • DAFTAR BAGAN

    Bagan 1. Kerangka teori......................................................................... 11

    Bagan 2. Kerangka konsep..................................................................... 11

    Bagan 3. Alur Penelitian......................................................................... 19

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Waktu mencit bertahan di rotarod (dalam detik)...................... 21

    Tabel 2. Analisis data dengan uji Mann Whitney.................................. 22

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Waktu mencit bertahan di rotarod......................................... 21

  • DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN I

    TABEL KONVERSI PERHITUNGAN DOSIS (Laurence & Bacharach, 1964)

    LAMPIRAN II

    DOSIS KONVERSI FENOBARBITAL

    LAMPIRAN III

    ANALISA STATISTIK

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1. 1. Latar belakang

    Insomnia merupakan masalah kesehatan yang membutuhkan

    pengobatan. Lebih dari duapuluh delapan juta masyarakat Indonesia

    menderita gangguan tidur tersebut.1 Beragam obat sedatif dapat digunakan

    untuk mengatasi insomnia, akan tetapi banyak di antara obat tersebut yang

    dilaporkan bersifat toksik dan menyebabkan kematian.2

    Di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, meskipun

    pelayanan kesehatan dan kedokteran didasarkan pada sistim kedokteran

    modern, tetapi pemakaian obat-obat alam (khususnya obat tradisional) masih

    luas dalam masyarakat. Akan tetapi sampai saat ini, khasiat obat-obat

    tradisional hanya didasarkan pada pengalaman empiris, sehingga perlu

    pendekatan ilmiah untuk membawa obat tradisional tersebut ke dalam

    praktek kedokteran dan pelayanan kesehatan formal.

    Salah satu tanaman obat yang digunakan masyarakat Indonesia adalah

    Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Sejak zaman dahulu, pegagan telah

    digunakan sebagai obat kulit, gangguan saraf dan memperbaiki peredaran

    darah. Masyarakat Jawa Barat dan Thailand mengenal tanaman ini sebagai

    tanaman lalapan.3,4 Pegagan dikenal sebagai obat yang memiliki berbagai

    macam efek pada sistem saraf pusat seperti stimulasi saraf, peningkatan

    memori serta intelegensi, penenang dan sedasi,5 karenanya pegagan dapat

  • diberikan sebagai obat untuk penderita insomnia, maupun penderita kelainan

    mental.5,6

    Penelitian yang dilakukan Anissatul Mubarokah dengan metode

    potensiasi narkose menyebutkan bahwa ekstrak pegagan mempunyai efek

    sedatif pada mencit putih.7 Akan tetapi, masih diperlukan penelitian-

    penelitian lanjutan untuk lebih menguatkan pembuktian adanya pengaruh

    sedatif dari ekstrak pegagan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti

    lebih lanjut tentang pengaruh sedatif dari ekstrak pegagan. Pada penelitian

    ini efek sedasi pada mencit diamati dari aktifitasnya, yaitu lamanya mencit

    dapat bertahan pada rotarod.

    1. 2. Perumusan masalah

    Apakah ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dapat

    memberikan efek sedasi pada mencit Balb/c?

    1. 3. Tujuan penelitian

    1. 3. 1. Tujuan umum

    Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek sedasi pegagan

    (Centella asiatica (L.) Urban) pada mencit Balb/c.

    1. 3. 2. Tujuan khusus

    1. Membandingkan waktu bertahan di rotarod pada mencit Balb/c

    yang diberi ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dosis

    bertingkat dengan kelompok kontrol positif (fenobarbital) dan

  • kontrol negatif (larutan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dalam

    aquadest).

    2. Mengetahui dosis efektif ekstrak pegagan dalam menimbulkan

    efek sedasi pada mencit Balb/c.

    1. 4. Manfaat penelitian

    1. Memberi informasi kepada masyarakat dan kalangan medis bahwa

    pegagan (Centella asiatica) dapat dipakai sebagai sedasi, sehingga

    diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pilihan terapi obat

    tradisional.

    2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pengobatan tradisional

    menggunakan pegagan.

    3. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian

    selanjutnya.

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2. 1. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

    2. 1. 1. Klasifikasi dan morfologi

    Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman herbal famili

    Mackinlayaceae dengan nama lokal pegaga (Aceh), ampagaga

    (Batak), antanan (Sunda), gagan-gagan, rendeng (Jawa) dan taidah

    (Bali).3 Di beberapa negara, tanaman ini disebut dengan nama Gotu

    Kola, Asiatic Pennywort, Luei Gong Gen dan Takip-kohol. Pegagan

    dapat ditemukan di negara seperti Indonesia, Sri Lanka, Malaysia,

    Australia, Iran, Melanesia, New Guinea dan negara Asia lainnya.3,4

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Ordo : Apiales

    Famili : Mackinlayaceae

    Genus : Centelia

    Species : Centella asiatica

    Pegagan merupakan tanaman herba yang tumbuh menjalar dan

    berbunga sepanjang tahun. Tanaman ini tumbuh subur bila tanah dan

    lingkungannya sesuai.3 Pegagan memiliki batang, daun dan bunga.

    Daun berwarna hijau kemerahan, berbentuk seperti kipas dan tepinya

  • bergerigi. Bentuk bunga seperti payung, kecil dan berwarna merah

    muda.4

    2. 1. 2. Senyawa kimia dan khasiat

    Pegagan mengandung triterpenoid, senyawa yang paling

    penting dari komponen tanaman ini. Triterpen merupakan kandungan

    utama yang terdiri dari asam triterpenic pentasiklik dan glikosid,

    antara lain asam asiatic, asiaticoside, asam mandecassic,

    madecassoside, brahmoside, asam brahmic, brahminoside,

    thankuniside, isothankuniside, centalloside, asam madasiatic, asam

    centic dan senyawa asam lainnya.5

    Kandungan triterpenoid pegagan dapat merevitalisasi

    pembuluh darah sehingga peredaran darah ke otak menjadi lancar,

    memberikan efek menenangkan dan meningkatkan fungsi mental

    menjadi yang lebih baik.8,9 Asiaticoside berfungsi meningkatkan

    perbaikan dan penguatan sel-sel kulit, stimulasi pertumbuhan kuku,

    rambut, jaringan ikat, menstimulasi sel darah dan sistem imun serta

    merupakan salah satu jenis antibiotik alami.10,11

    Pegagan telah banyak dimanfaatkan dimasyarakat sebagai obat.

    Diantaranya untuk mengobati penyakit seperti infeksi atau batu

    saluran kemih, susah kencing, demam, darah tinggi, wasir, campak,

    bisul, mata merah, bengkak, batuk darah dan mimisan.12

    Beberapa penelitian ilmiah ekstrak pegagan yang pernah

    dilakukan pada hewan coba menunjukkan hasil sebagai berikut:13-15

  • Ekstrak etanol pegagan menunjukkan efek anti agregasi platelet

    dan anti trombosis pada mencit jantan swiss webster.

    Ekstrak air daun pegagan meningkatkan kemampuan kognitif

    dengan mempengaruhi modulasi neurotransmitter monoamin pada

    hipokampus tikus wistar jantan dewasa.

    Ekstrak etanol pegagan mempunyai efek antibakteri pada

    Salmonella tiphymurium dan Escherichia coli.

    2. 1. 3. Kandungan sedasi pegagan

    Kandungan brahmoside (Bacoside A) dan brahminoside

    (Bacoside B) pada pegagan merupakan glikosid yang berefek sedasi

    dan diuretik.11,16,17 Bacoside A menghasilkan nitrit oxide yang

    membuat aorta dan vena mengalami relaksasi, sehingga melancarkan

    aliran darah. Bacoside B merupakan protein yang penting untuk sel

    otak.11

    Penelitian in vivo pada mencit dan tikus menggunakan

    brahmoside dan brahminoside dengan suntikan injeksi peritoneal

    memperlihatkan efek depresi pada sistem saraf pusat. Komponen ini

    menurunkan aktivitas motorik, meningkatkan waktu tidur

    hexobarbitone dan sedikit menurunkan suhu tubuh. Hal ini

    diakibatkan karena aktifitas melalui mekanisme kolinergik.16

    Studi pada hewan coba memperlihatkan bahwa pegagan

    memiliki efek anti kejang, pereda nyeri anti cemas, anti stres dan

    efek sedatif. Semua efek pada sistem saraf pusat ini akibat

  • meningkatnya gamma aminobutiyric acid (GABA), neurotransmiter

    yang mengatur sel syaraf dan mencegah kejang dan mengakibatkan

    relaksasi.17,18

    2. 2. Sedasi

    2. 2. 1. Pengertian

    Sedasi merupakan suatu keadaan di mana terjadi penurunan

    kecemasan, aktifitas motorik dan ketajaman kognitif.19 Perubahan

    perilaku terjadi pada dosis efektif terendah dari obat sedatif-

    hipnotik.20,21 Belum jelas apakah kerja anti cemas ekuivalen atau

    berbeda dengan efek sedatif,21 akan tetapi banyak obat yang berefek

    sedasi juga menurunkan tingkat kecemasan.22

    2. 2. 2. Obat sedatif

    Obat-obat yang diklasifikasikan sebagai sedatif hipnotik

    digunakan untuk merelakskan pasien dan memacu tidur. Obat sedatif

    memberi efek ketenangan pada pasien. Pada dosis tinggi, obat yang

    sama dapat mengakibatkan kantuk dan mengawali tahap normal tidur

    (hipnosis). Pada dosis yang lebih tinggi, beberapa obat sedatif

    (khususnya barbiturat) akan menyebabkan hilang rasa. Karena

    efeknya dalam menekan sistem saraf pusat, beberapa obat sedatif-

    hipnotik digunakan dalam mengobati epilepsi atau menghasilkan

    relaksasi otot.22

  • 2. 2. 4. Penggunaan obat sedatif

    Obat-obat sedatif-hipnotik dan anti anxietas banyak

    digunakan di dunia. Diperkirakan 10-15% masyarakat yang

    mengalami insomnia menggunakan pengobatan farmakologi untuk

    menormalkan tidur.22 Insomnia sendiri diartikan sebagai keadaan

    susahnya memulai tidur, tidak bisa tidur atau durasi tidur yang

    tidak adekuat.19 Beberapa obat yang digunakan untuk insomnia

    merupakan agonis GABA dan mempunyai efek sedasi langsung,

    yang terdiri dari relaksasi otot, melemahnya ingatan, ataxia dan

    hilangnya keterampilan kerja, seperti mengemudi. Durasi kerja

    obat untuk insomnia yang panjang, dapat menyebabkan gangguan

    psikomotor, konsentrasi dan ingatan.23

    2. 3. Fenobarbital

    Fenobarbital merupakan derivat barbiturat yang berdurasi kerja lama

    (long acting).19-24 Struktur kimia obat ini adalah 5-phenyl-5-ethylbarbituric

    acid.24 Barbiturat merupakan kelompok obat yang mendepresi sistem saraf

    pusat dengan senyawa kimia asam barbiturat. Obat ini digunakan secara

    luas sebagai obat sedatif-hipnotik. Banyak masalah yang berhubungan

    dengan obat golongan ini, antara lain tingginya penyalahgunaan obat yang

    menimbulkan efek toksik dan kematian,2 indeks terapi yang sempit dan efek

    samping yang tidak menyenangkan.22,24

  • 2. 3. 1. Farmakokinetika

    Fenobarbital sebagai anti hipnotik-sedatif diberikan secara oral.

    Konsentrasi obat dalam plasma terjadi beberapa jam setelah

    pemberian dosis tunggal. Sekitar 40-60% terikat dengan protein

    plasma dan mempunyai efek pada jaringan ikat, termasuk otak.24

    Kadar puncak dalam waktu 60 menit dengan durasi kerja 10-12 jam.

    Waktu paruh fenobarbital adalah 80-120 jam. Obat ini

    dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui ginjal. Lebih dari

    25% fenobarbital diekskresi di urin dalam bentuk utuh. Dosis sedasi

    fenobarbital sekitar 15-30 mg.20,24,25

    2. 3. 2. Mekanisme kerja

    Meskipun penggunaannya telah luas sejak dahulu, tetapi

    mekanisme kerja barbiturat masih belum jelas.22 Pada dosis sedatif-

    hipnotik, obat golongan ini mempunyai efek kerja yang sama dengan

    obat golongan benzodiazepin, yaitu potensiasi efek inhibitori GABA.

    Diperkirakan barbiturat mempengaruhi GABA-benzodiazepine-

    komplek kanal ion klorida (GABAA). Ikatan ini akan meningkatkan

    lama pembukaan kanal ion klorida yang diaktivasi oleh GABA. Pada

    konsentrasi tinggi, fenobarbital juga bersifat sebagai GABA-mimetik

    dimana akan mengaktifkan kanal klorida secara langsung. Peristiwa

    ini menyebabkan masuknya ion klorida pada badan neuron sehingga

    potensial intramembran neuron menjadi lebih negatif.20,22,24,25

  • 2. 3. 3. Efek terapi dan non terapi

    Fenobarbital merupakan agen yang efektif untuk kejang umum

    tonik klonik dan partial seizure. Kemanjuran, toksisitas yang rendah

    dan biaya yang murah menjadikan obat ini penting untuk beberapa

    jenis epilepsi. Akan tetapi penggunaan fenobarbital sebagai agen

    primer sebaiknya dikurangi, mengingat efek sedasi dan

    kecenderungan pengaruh obat dalam mengganggu perilaku pada

    anak.24

    Fenobarbital sesekali menimbulkan mialgia, neuralgia, atralgia,

    terutama pada pasien psikoneuritik yang menderita insomnia. Bila

    diberikan dalam keadaan nyeri dapat menimbulkan gelisah, eksitasi,

    bahkan delirium. Dapat pula terjadi reaksi alergi berupa dermatosis,

    erupsi pada kulit, dan kerusakan degenerasi hati.19

  • 2. 4. Kerangka teori

    2. 5. Kerangka konsep

    Ekstrak pegagan

    Brahminoside

    Protein untuk selotak

    GABA meningkat

    Sedasi

    Nitric Oxide relaksasi pembuluh

    darah, memperlancarperedaran darah

    Ekstrak pegagan (Centella

    asiatica (L.) Urban)

    Efek sedatif mencitBalb/c

    Brahmoside

    Bagan 2. Kerangka konsep

    Bagan 1. Kerangka teori

  • 2. 6. Hipotesis penelitian

    2.6.1 Hipotesis mayor

    Ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dapat memberikan

    efek sedasi pada mencit Balb/c.

    2.6.2 Hipotesis minor

    1. Efek sedasi mencit Balb/c kelompok perlakuan (ekstrak pegagan)

    lebih kuat daripada kelompok kontrol negatif (CMC dalam

    aquadest)

    2. Efek sedasi mencit Balb/c kelompok positif (fenobarbital) lebih

    kuat daripada kelompok perlakuan (ekstrak pegagan) dan

    kelompok kontrol negatif (CMC dalam aquadest).

  • BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3. 1. Ruang lingkup penelitian

    Ruang lingkup keilmuan : Farmakologi dan Terapi

    Ruang lingkup tempat : Lab. Farmakologi FK Undip Semarang

    Ruang lingkup waktu : Agustus 2009

    3. 2. Rancangan penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

    test only control group design.

    K (+)

    K (-)

    M S R P1

    P2

    P3

    Keterangan:

    M : Mencit Balb/c

    S : Skrining awal untuk kriteria inklusi

    R : Randomisasi

    K(+): Kontrol positif, mencit diberi fenobarbital 6 mg/kgBB

  • K(-) : Kontrol negatif, mencit diberi pelarut (CMC dalam aquadest)

    P1 : Perlakuan 1, mencit diberi ekstrak pegagan dengan dosis 0,8 mg/grBB

    P2 : Perlakuan 2, mencit diberi ekstrak pegagan dengan dosis 1,6 mg/grBB

    P3 : Perlakuan 3, mencit diberi ekstrak pegagan dengan dosis 3,2 mg/grBB

    3. 3. Populasi dan sampel penelitian

    3. 3. 1. Populasi penelitian

    Populasi penelitian ini adalah mencit Balb/c yang diperoleh

    dari Laboratorium Histologi FK Undip.

    3. 3. 2. Sampel penelitian

    Cara pengambilan sampel

    Sampel penelitian diambil secara acak (random) dari populasi

    dengan kriteria sebagai berikut:

    Kriteria inklusi:

    1. Mencit Balb/c

    2. Umur 2-3 bulan

    3. Jenis kelamin jantan

    4. Berat badan 25-35 gram

    5. Kondisi fisik sehat dan tidak tampak cacat secara anatomi

    Kriteria eksklusi:

    1. Mencit tampak sakit sebelum perlakuan

    2. Terdapat kelainan anatomi

  • Besar sampel

    Besar sampel ditentukan berdasarkan panduan penelitian WHO

    yaitu minimal 5 ekor mencit tiap kelompok. Pada penelitian ini

    terdapat 5 kelompok, di mana pada tiap kelompok digunakan 6 ekor

    mencit. Jadi jumlah mencit Balb/c yang diperlukan adalah 30 ekor.26

    3. 4. Variabel penelitian

    3. 4. 1. Variabel bebas

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis bertingkat

    ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban).

    3. 4. 2. Variabel tergantung

    Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah efek sedasi

    yang timbul pada mencit Balb/c. Parameter efek sedasi adalah waktu

    mencit bertahan di rotarod. Skala pada variabel tergantung adalah

    skala rasio.

    3. 5. Bahan dan alat

    3. 5. 1. Bahan

    1. Mencit Balb/c

    2. Ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

    3. Fenobarbital

    4. Larutan Carboxy Methyl Cellulosa (CMC)

    5. Aquadest

  • 3. 5. 2. Alat

    1. Kandang mencit

    2. Sonde lambung

    3. Gelas ukur

    4. Timbangan

    5. Rotarod

    3. 6. Cara pengumpulan data

    1. Mencit Balb/c diadaptasikan di labolatorium dengan cara dikandangkan,

    diberi pakan standar dan minum selama 7 hari.

    2. Secara random binatang percobaan dibagi 5 kelompok, tiap kelompok

    terdiri dari 6 mencit (kelompok kontrol positif, kontrol negatif dan 3

    kelompok perlakuan dengan dosis bertingkat).

    3. Bahan coba diberikan peroral dengan sonde lambung (digunakan

    Carboksi Methyl Cellulosa dalam aquadest sebagai pelarut ekstrak).

    4. Setelah mencapai waktu TPE (Time Peak Efek), mencit diputar pada

    rotarod dengan kecepatan perputaran 30 rpm. Dimana TPE adalah waktu

    maksimum aktivitas bahan uji (ekstrak pegagan: 0.5-1 jam27 dan

    fenobarbital : 1-2 jam)20

    5. Catat waktu yang diperlukan mencit mempertahankan posisi pada

    rotarod.

    6. Mencit normal mempertahankan posisi pada rotarod dalam waktu yang

    lama.

  • 7. Adanya gangguan neurologi minimum (misalnya ataksia, sedasi dan

    hipereksitabilitas) ditunjukkan oleh ketidakmampuan mencit

    mempertahankan posisinya dan jatuh lebih cepat. Tiap eksperimen

    diulang dengan replika 3 kali.

    3. 7. Data yang dikumpulkan

    Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapat dari waktu

    yang dibutuhkan mencit Balb/c untuk dapat mempertahankan posisi pada

    batang berputar.

    3. 8. Definisi operasional

    3. 8. 1. Variabel bebas

    Ekstrak pegagan

    Ekstrak yang dipakai dalam penelitian adalah ekstrak etanol

    daun pegagan. Ekstrak diperoleh dari Laboratorium Kimia Medik

    Fakultas Kedokteran Undip Semarang, telah disertifikasi

    sebelumnya.

    Dosis ekstrak pegagan yang dipakai pada peneltian ini

    mengacu pada penelitian sebelumnya,7 yaitu:

    kelompok perlakuan 1 diberi dosis 0,8 mg/grBB

    kelompok perlakuan 2 diberi dosis 1,6 mg/grBB

    kelompok perlakuan 3 diberi dosis 3,2 mg/grBB

  • 3. 8. 2. Variabel tergantung

    Efek sedasi

    Efek sedasi terlihat dari turunnya aktivitas, penekanan

    kesiapsiagaan dan timbulnya ketegangan.19,20 Pada mencit

    ditunjukkan dengan ketidakmampuan mencit mempertahankan

    posisinya dan jatuh lebih cepat pada waktu rotarod berputar.

  • Mencit BALB/c jantan, umur 2-3bulan, berat badan 25-35 gram

    Adaptasi pakan standar (ad libitum) selama 1 minggu

    Randomisasi

    KontrolPositif

    (KP) 6 ekor

    Perlakuan1(P1) 6 ekor

    Perlakuan2(P2) 6 ekor

    Perlakuan3(P3) 6 ekor

    Fenobarbital6 mg/kgBB

    AquadestEkstrakpegagan

    0,8mg/grBB

    Ekstrakpegagan

    1,6mg/grBB

    Ekstrakpegagan

    3,2mg/grBB

    KontrolNegatif (KN)

    6 ekor

    Setelah mencapai TPE (1 jam),diputar dengan rotarod 30 rpm

    Diukur waktu mencit bertahandi rotarod

    3. 9. Alur penelitian

    Bagan 3. Alur penelitian

  • 3. 10. Analisis data

    Data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS 15.0 for Windows.

    Dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk karena

    jumlah sampel sedikit. Kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas

    menggunakan Levene test. Karena didapatkan distribusi data normal, tetapi

    varian data tidak normal, maka dilakukan uji statistik non parametrik

    Kruskal-Wallis, lalu dilanjutkan dengan analisis post hoc mengunakan Mann

    Whitney test.28

  • Gambar 1. Waktu mencit bertahan di rotarod (detik)

    kelompokperlakuan 3perlakuan 2perlakuan 1kontrol positifkontrol negatif

    wak

    tu b

    erta

    han

    di ro

    taro

    d

    6000.00

    5000.00

    4000.00

    3000.00

    2000.00

    1000.00

    0.00

    6

    BAB 4

    HASIL PENELITIAN

    Efek sedasi pada mencit yang dihitung dari lama waktu bertahan di rotarod

    dianalisa dengan menggunakan SPSS 15.0 for Windows. Dari penelitian

    didapatkan data sebagai berikut:

    Tabel 1. Waktu mencit bertahan di rotarod (detik)

    Kelompok N Mean SD Median Minimum Maksimum

    Kontrol Negatif (KN)

    Kontrol Positif (KP)

    Perlakuan 1 (P1)

    Perlakuan 2 (P2)

    Perlakuan 3 (P3)

    6

    6

    6

    6

    6

    2559,77

    56,05

    68,38

    53,44

    39,83

    1785,30

    35,55

    31,73

    33,42

    25,09

    2183,50

    55,33

    65,33

    43,66

    40,33

    1022,67

    17,67

    33,00

    23,67

    9,00

    5834,67

    108,00

    114,00

    94,33

    68,33

  • Data pada Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan rerata waktu mencit

    bertahan di rotarod yang tertinggi adalah pada kelompok kontrol negatif

    (mean=2559,77), kemudian diikuti kelompok perlakuan 1 (mean=68,38),

    kelompok kontrol positif (mean=56,05), kelompok perlakuan 2 (mean=53,44) dan

    terendah adalah kelompok perlakuan 3 (mean=39,83).

    Hasil statistik data menunjukkan distribusi data normal pada uji Saphiro-

    Wilk (p>0,05). Uji homogenitas data (Levene Test) menunjukkan varian data tidak

    homogen (p=0,001). Uji statistik non parametrik Kruskal-Wallis menunjukkan

    terdapat perbedaan bermakna pada paling tidak dua kelompok perlakuan (p=

    0,004), sehingga dilanjutkan dengan analisis post hoc dengan uji Mann Whitney.

    Tabel 2. Analisis data dengan uji Mann Whitney

    Kelompok KN KP P1 P2 P3

    KN

    KP

    P1

    P2

    P3

    -

    0,004*

    0,004*

    0,004*

    0,004*

    0,004*

    -

    0,631

    0,749

    0,337

    0,004*

    0,631

    -

    0,337

    0,150

    0,004*

    0,749

    0,337

    -

    0,522

    0,004*

    0,337

    0,150

    0,522

    -

    Data pada Tabel 2 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara

    kelompok kelompok perlakuan 1, 2 dan 3 terhadap kelompok kontrol negatif

    (p=0,004). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol

    *p

  • positif terhadap perlakuan 1 (p=0,631), 2 (p=0,749) dan 3 (p=0,337) serta tidak

    ada perbedaan bermakna antara ketiga kelompok perlakuan.

  • BAB 5

    PEMBAHASAN

    Dari uji statistik didapatkan perbedaan bermakna waktu mencit bertahan di

    rotarod pada kelompok kontrol negatif (larutan CMC dalam aquadest) terhadap

    kelompok perlakuan yang diberi ekstrak pegagan dosis bertingkat.

    Pada kelompok perlakuan 1, perlakuan 2 dan perlakuan 3 tidak

    menunjukkan perbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol positif

    (fenobarbital). Hal ini membuktikan bahwa ekstrak pegagan memiliki efek sedasi

    pada mencit, seperti halnya fenobarbital.

    Mencit bertahan pada rotarod jauh lebih lama pada kelompok kontrol negatif

    (mean= 2559,77) dibandingkan kelompok perlakuan (mean P1= 68,38; P2=

    53,44; P3= 39,83). Jatuhnya mencit jauh lebih cepat pada kelompok perlakuan

    akibat efek sedasi, karena menurunnya aktifitas motorik akibat proses penekanan

    pada sistem saraf pusat.19

    Proses timbulnya sedasi melibatkan neurotransmiter inhibitorik utama pada

    sistem saraf pusat yaitu GABA. Golongan obat sedatif seperti fenobarbital

    mempengaruhi reseptor GABA dalam hal ini reseptor subtipe A

    (GABAA).20,22,23,24,25

    Seperti halnya mekanisme obat sedatif lain, timbulnya efek sedasi pegagan

    melibatkan reseptor GABA di sistem saraf pusat. Kandungan pegagan yang terdiri

    dari brahmoside dan brahminoside, bekerja meningkatkan GABA melalui

    mekanisme kolinergik.16,18

  • Dari uji statistik didapatkan perbedaan yang tidak bermakna antara

    kelompok perlakuan 1 (ekstrak pegagan dosis 0,8 mg/grBB), kelompok perlakuan

    2 (ekstrak pegagan dosis 1,6 mg/grBB) dan kelompok perlakuan 3 (ekstrak

    pegagan dosis 3,2 mg/grBB). Hal ini mungkin diakibatkan karena rentang dosis

    yang digunakan terlalu kecil.

    Hal lain yang dapat menyebabkan tidak ada perbedaan bermakna antar

    kelompok perlakuan adalah karena kandungan zat aktif penyebab sedasi belum

    mencukupi dalam menimbulkan efek sedasi yang lebih tinggi antar kelompok

    perlakuan. Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa dalam dosis yang relatif

    besar ekstrak alkoholik pegagan baru dapat menyebabkan efek sedasi.29

  • BAB 6

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    1. Ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dapat memberikan efek

    sedasi pada mencit Balb/c dengan dosis 0,8 mg/grBB, 1,6 mg/grBB dan

    3,2 mg/grBB.

    2. Ekstrak pegagan dosis terendah (0,8 mg/grBB) telah efektif dalam

    menimbulkan sedasi pada mencit Balb/c.

    6.2 Saran

    1. Sebaiknya dilakukan penelitian serupa dengan sampel yang lebih banyak,

    dosis yang variatif dan rentang dosis yang lebih besar untuk mengetahui

    dosis yang paling efektif dalam menimbulkan efek sedasi.

    2. Dapat dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan kontrol positif

    Natrium Bromida (NaBr) atau Kalium Bromida (KBr), mengingat

    kandungan sedatif ekstrak pegagan mengandung zat aktif serupa dengan

    Bromida.

    3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara jelas zat-

    zat aktif yang terkandung di dalam ekstrak pegagan, khususnya yang

    mempunyai efek sedasi.

    4. Sebaiknya dilakukan penelitian uji toksisitas dari pegagan, baik toksisitas

    akut, sub kronis maupun kronis dengan berbagai dosis. Uji toksisitas

  • diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dosis maksimal yang

    aman, mengingat banyaknya obat tradisional yang berkhasiat namun

    memiliki toksisitas terhadap banyak organ terutama hepar, ginjal, otak dan

    saluran cerna. Selain itu perlu dilakukan uji farmakodinamik lainnya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Anonymous. Statistics by country for insomnia [Online]. 2003 [cited on

    August 7, 2009]. Available from URL: http://www.cureresearch.com/i/

    insomnia/stats-country.htm

    2. Cooper J. Toxicity, Sedative-Hypnotics [Online]. 2007 [cited on August 4,

    2009]. Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/81843 0-

    overview

    3. Anonymous. Pegagan [Online]. 2009 [cited on August 17, 2009]. Available

    from URL: http://wapedia.mobi/id/pegagan

    4. Anonymous. Centella asiatica [Online]. 2004 [cited on August 4, 2009].

    Available from URL: http://www.cancercure.co.za/images/faithexplained. pdf

    5. Zheng CJ, Qin LP. Chemical components of centella asiatica and their

    bioactivities. J Chin Integr Med / 2007; 5(3): 348-351

    6. Frances D. Medical herbalism. J Clin Prac / 2001; 12(2): 4

    7. Mubarokah A. Uji efek sedatif ekstrak metanol herba pegagan (centella

    asiatica) terhadap mencit putih jantan dengan metode potensiasi narkose

    [Online]. 2005 [cited on August 4, 2009]. Available from URL:

    http://etd.library.ums.ac.id/go.php?id=jtptums-gdl-s1-2006-anissatulm-2107&

    node=1189&start=106

    8. Anonymous. Pegagan meningkatkan daya ingat [Online]. 2006 [cited on

    August 1, 2009]. Available from URL: http://www.jamuborobudur.com/

    nov06/jb/gb/

    http://www.cureresearch.com/i/http://emedicine.medscape.com/article/81843http://wapedia.mobi/id/pegaganhttp://www.cancercure.co.za/images/faithexplained.http://etd.library.ums.ac.id/go.php?id=jtptums-gdl-s1-2006-anissatulm-2107&http://www.jamuborobudur.com/

  • 9. Ehrlich Steven. Gotu kola [Online]. 2008 [cited on August 5, 2009]. Available

    from URL: http://www.umm.edu/altmed/articles/gotu-kola-000253.htm

    10. Permadi A. Membuat kebun tanaman obat. Jakarta: Pustaka Bunda; 2008: 45-

    6

    11. Horne S, Perretty P. Gotu kola. J for NSP Distb / 2008; 24(4): 1

    12. Arisandi Y, Andriani Y. Khasiat tanaman obat. Pustaka Buku Murah; 2008:

    251-52

    13. Sekolah Farmasi ITB. Detail hasil penelitian [Online]. 2007 [cited on August

    14, 2009]. Available from URL: http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.

    14. Anonymous. Efek anti bakterial ekstrak pegagan (centella asiatica) terhadap

    bakteri salmonella tiphymurium [Online]. 1993 [cited on August 14, 2009].

    Available from URL: http://www.scribd.com/doc/4924205

    15. Annisa RF. Pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap kemampuan

    kognitf dan kadar transmitter monoamin pada hipokampus tikus galur wistar

    dewasa [Online]. 2006 [cited on August 14, 2009]. Available from URL:

    http://www.sith.itb.ac.id/abstract/s1/2006-S1

    16. Wynn GS, Fougere B. Veterinary clinical uses of medicinal plants. Veterinary

    herbal medicine; 2000: 350

    17. Anonymous. Gotu kola [Online]. 2005 [cited on August 14, 2009]. Available

    from URL: http://www.santegra.com/web/do/product?pid=306&print=1

    18. Awang D. Introduction to herbs [Online]. 2007 [cited on August 14, 2009].

    Available from URL: http://www.MyWalgreensCE.com

    http://www.umm.edu/altmed/articles/gotu-kola-000253.htmhttp://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.http://www.scribd.com/doc/4924205http://www.sith.itb.ac.id/abstract/s1/2006-S1http://www.santegra.com/web/do/product?pid=306&print=1http://www.MyWalgreensCE.com

  • 19. Rosenfeld GC, Loose DS. Pharmacology. 4th edition. USA: Lippincott

    Williams & Walkins; 2007: 101

    20. Katzung BG. Farmakologi Dasar dan klinik. Buku 2. Edisi 8. Jakarta: Salemba

    Medika; 2004: 25-53

    21. Kaplan, Sadock. Sinopsis psikiatri: ilmu pengetahuan perilaku psikiatri khas.

    Jilid satu. Edisi 7. Alih Bahasa: Widjaja Kusuma. Jakarta: Bina Putra Aksara;

    1997: 675

    22. Ciccone CD. Pharmacology in rehabilitation. 4th edition. Philadelphia: Davis

    Company; 2007: 65

    23. Bennet PN, Brown MJ. Clinical pharmacology. UK: Churchill Livingstone;

    2003: 400

    24. Laurence B, Keith P, Donald B, Iain B. Goodman and gilmans manual of

    pharmacology and therapeutics. USA: McGraw-Hill; 2008: 620

    25. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth,editor. Farmakologi dan

    terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru; 2007: 139-160

    26. World Health Organization. Rasearch guidelines for evaluating the safety and

    efficacy of herbal medicines. Manila: World Health Organization Regional

    Office for Western Pacific; 1993: 35

    27. Anonymous. Pennywot-centella asiatica [Online]. 2000 [cited on August 5,

    2009]. Available from URL: http://www.thebotanicalsource.com/id413.htm

    28. Dahlan Sopiyudin. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: PT

    Arkans; 2004

    http://www.thebotanicalsource.com/id413.htm

  • 29. Sage C. Herbalpedia-gotu kola [Online]. 2005 [cited on August 10, 2009].

    Available from URL: http://soupoftheday.weebly.com/uploads/

    1/9/1/3/191396/gotu_kola-herblpedia.pdf

    http://soupoftheday.weebly.com/uploads/

  • LAMPIRAN I

    TABEL KONVERSI PERHITUNGAN DOSIS

    (Laurence & Bacharach, 1964)

    Mencit

    20 gr

    Tikus

    200 gr

    Marmot

    400 gr

    Kelinci

    1,5 kg

    Kucing

    2 kg

    Kera

    4 kg

    Anjing

    12 kg

    Manusia

    70 kg

    Mencit

    20 gr

    1.0 7.0 12.25 27.8 29.7 64.1 124.2 387.9

    Tikus

    200 gr

    0.14 1.0 1.74 3.9 4.2 9.2 17.8 56.0

    Marmot

    400 gr

    0.08 0.57 1.0 2.25 2.4 5.2 10.2 31.5

    Kelinci

    1,5 kg

    0.04 0.25 0.44 1.0 1.08 2.4 4.5 14.2

    Kucing

    2 kg

    0.03 0.23 0.41 0.92 1.0 2.2 4.1 13.0

    Kera

    4 kg

    0.016 0.11 0.19 0.42 0.45 1.0 1.9 6.1

    Anjing

    12 kg

    0.008 0.06 0.1 0.22 0.24 0.52 1.0 3.1

    Manusia

    70 kg

    0.0026 0.018 0.031 0.07 0.076 0.16 0.32 1.0

  • LAMPIRAN II

    DOSIS KONVERSI FENOBARBITAL

    Dosis fenobarbital yang biasa digunakan adalah 45-90 mg per hari. Adapun

    konversi dosis pada manusia dengan berat 70 kg ke mencit 20 gram adalah 0,0026

    (Laurence & Bacharach, 1964).

    Perhitungan dosis konversi :

    45 mg x 0,0026 x 1000 : 20 = 5,85 mg/kgBB

    90 mg x 0,0026 x 1000 : 20 = 11,7 mg/kgBB

    Dosis Fenobarbital untuk mencit : 5,85 11,7 mg/kgBB

    Dosis yang digunakan dalam percobaan ini adalah 6 mg/kgBB.

    Dosis yang diberikan pada kelompok perlakuan akan diencerkan 0,5 ml sesuai

    dengan kapasitas lambung mencit.

  • LAMPIRAN III

    ANALISA STATISTIK

    Kelompok Waktu mencit bertahandi rotarod (detik)

    Kontrol negatif 1685.67Kontrol negatif 1177.00Kontrol negatif 2681.33Kontrol negatif 2957.33Kontrol negatif 1022.67Kontrol negatif 5834.67Kontrol positif 17.67Kontrol positif 59.00Kontrol positif 108.00Kontrol positif 82.00Kontrol positif 51.67Kontrol positif 18.00

    Perlakuan 1 33.00Perlakuan 1 41.00Perlakuan 1 51.33Perlakuan 1 79.33Perlakuan 1 91.67Perlakuan 1 114.00Perlakuan 2 23.67Perlakuan 2 24.67Perlakuan 2 26.00Perlakuan 2 61.33Perlakuan 2 90.67Perlakuan 2 94.33Perlakuan 3 9.00Perlakuan 3 14.33Perlakuan 3 37.67Perlakuan 3 43.00Perlakuan 3 66.67Perlakuan 3 68.33

  • Case Processing Summary

    kelompok CasesValid Missing Total

    N Percent N Percent N Percentwaktubertahan dirotarod

    kontrol negatif6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

    kontrol positif 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%perlakuan 1 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%perlakuan 2 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%perlakuan 3 6 100.0% 0 .0% 6 100.0%

    Descriptives

    kelompok StatisticStd.

    Errorwaktubertahan dirotarod

    kontrolnegatif

    Mean2559.7778 728.84792

    95%ConfidenceInterval forMean

    Lower Bound

    686.2146

    Upper Bound 4433.3410

    5% Trimmed Mean 2463.2346Median 2183.5000Variance 3187315.719Std. Deviation 1785.30550Minimum 1022.67Maximum 5834.67Range 4812.00Interquartile Range 2538.25Skewness 1.489 .845Kurtosis 2.354 1.741

    kontrolpositif

    Mean 56.0556 14.5157495%ConfidenceInterval forMean

    Lower Bound

    18.7417

    Upper Bound 93.3695

    5% Trimmed Mean 55.3025

  • Median 55.3333Variance 1264.241Std. Deviation 35.55616Minimum 17.67Maximum 108.00Range 90.33Interquartile Range 70.58Skewness .306 .845Kurtosis -.993 1.741

    perlakuan1

    Mean 68.3883 12.9558595%ConfidenceInterval forMean

    Lower Bound

    35.0843

    Upper Bound 101.6924

    5% Trimmed Mean 67.8204Median 65.3300Variance 1007.124Std. Deviation 31.73522Minimum 33.00Maximum 114.00Range 81.00Interquartile Range 58.25Skewness .366 .845Kurtosis -1.521 1.741

    perlakuan2

    Mean 53.4450 13.6470295%ConfidenceInterval forMean

    Lower Bound

    18.3642

    Upper Bound 88.5258

    5% Trimmed Mean 52.8278Median 43.6650Variance 1117.447Std. Deviation 33.42824Minimum 23.67Maximum 94.33Range 70.66Interquartile Range 67.17Skewness .398 .845Kurtosis -2.462 1.741

    perlakuan Mean 39.8333 10.2436

  • 3 195%Confidence Intervalfor Mean

    Lower Bound

    13.5013

    Upper Bound 66.1654

    5% Trimmed Mean 39.9630Median 40.3333Variance 629.589Std. Deviation 25.09161Minimum 9.00Maximum 68.33Range 59.33Interquartile Range 54.08Skewness -.065 .845Kurtosis -1.826 1.741

    Tests of Normality

    kelompok Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

    Statistic df Sig.Statisti

    c df Sig.waktubertahan dirotarod

    kontrolnegatif .245 6 .200(*) .851 6 .159

    kontrolpositif .191 6 .200(*) .931 6 .584

    perlakuan1 .205 6 .200(*) .939 6 .654

    perlakuan2 .294 6 .114 .805 6 .066

    perlakuan3 .191 6 .200(*) .903 6 .391

    * This is a lower bound of the true significance.a Lilliefors Significance Correction

    Test of Homogeneity of Variances

    waktu bertahan di rotarodLeveneStatistic df1 df2 Sig.

    7.262 4 25 .001

  • Kruskal-Wallis Test

    Ranks

    kelompok NMeanRank

    kontrolnegatif 6 27.50

    kontrolpositif 6 12.67

    perlakuan 1 6 15.50perlakuan 2 6 12.50perlakuan 3 6 9.33

    waktu bertahan dirotarod

    Total 30

    Test Statistics(a,b)

    waktubertahan

    di rotarodChi-Square 15.411

    df 4Asymp.Sig. .004

    a Kruskal Wallis Testb Grouping Variable: kelompok

    Mann-Whitney Test

    Ranks

    kelompok NMeanRank

    Sum ofRanks

    kontrolnegatif 6 9.50 57.00

    kontrolpositif 6 3.50 21.00

    waktu bertahan dirotarod

    Total 12

  • Test Statistics(b)

    waktubertahan

    di rotarodMann-Whitney U .000Wilcoxon W 21.000Z -2.882Asymp. Sig. (2-tailed) .004

    Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002(a)

    a Not corrected for ties.b Grouping Variable: kelompok

    Ranks

    kelompok NMeanRank

    Sum ofRanks

    kontrolnegatif 6 9.50 57.00

    perlakuan 1 6 3.50 21.00

    waktu bertahan dirotarod

    Total 12

    Test Statistics(b)

    waktubertahan

    di rotarodMann-Whitney U .000Wilcoxon W 21.000Z -2.882Asymp. Sig. (2-tailed) .004

    Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002(a)

    a Not corrected for ties.b Grouping Variable: kelompok

  • Ranks

    kelompok NMeanRank

    Sum ofRanks

    kontrolnegatif 6 9.50 57.00

    perlakuan 2 6 3.50 21.00

    waktu bertahan dirotarod

    Total 12

    Test Statistics(b)

    waktubertahan

    di rotarodMann-Whitney U .000Wilcoxon W 21.000Z -2.882Asymp. Sig. (2-tailed) .004

    Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002(a)

    a Not corrected for ties.b Grouping Variable: kelompok

    Ranks

    kelompok NMeanRank

    Sum ofRanks

    kontrolnegatif 6 9.50 57.00

    perlakuan 3 6 3.50 21.00

    waktu bertahan dirotarod

    Total 12

    Test Statistics(b)

    waktubertahan

    di rotarodMann-Whitney U .000Wilcoxon W 21.000Z -2.882Asymp. Sig. (2-tailed) .004

    Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002(a)

  • a Not corrected for ties.b Grouping Variable: kelompok

    Ranks

    kelompok NMeanRank

    Sum ofRanks

    kontrolpositif 6 6.00 36.00

    perlakuan 1 6 7.00 42.00

    waktu bertahan dirotarod

    Total 12

    Test Statistics(b)

    waktubertahan

    di rotarodMann-Whitney U 15.000Wilcoxon W 36.000Z -.480Asymp. Sig. (2-tailed) .631

    Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .699(a)

    a Not corrected for ties.b Grouping Variable: kelompok

    Ranks

    kelompok NMeanRank

    Sum ofRanks

    kontrolpositif 6 6.17 37.00

    perlakuan 2 6 6.83 41.00

    waktu bertahan dirotarod

    Total 12

    Test Statistics(b)

    waktubertahan

    di rotarodMann-Whitney U 16.000Wilcoxon W 37.000Z -.320

  • Asymp. Sig. (2-tailed) .749

    Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .818(a)

    a Not corrected for ties.b Grouping Variable: kelompok

    Ranks

    kelompok NMeanRank

    Sum ofRanks

    kontrolpositif 6 7.50 45.00

    perlakuan 3 6 5.50 33.00

    waktu bertahan dirotarod

    Total 12

    Test Statistics(b)

    waktubertahan

    di rotarodMann-Whitney U 12.000Wilcoxon W 33.000Z -.961Asymp. Sig. (2-tailed) .337

    Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .394(a)

    a Not corrected for ties.b Grouping Variable: kelompok

    Ranks

    kelompok NMeanRank

    Sum ofRanks

    perlakuan1 6 7.50 45.00

    perlakuan2 6 5.50 33.00

    waktu bertahan dirotarod

    Total 12

  • Test Statistics(b)

    waktubertahan

    di rotarodMann-Whitney U 12.000Wilcoxon W 33.000Z -.961Asymp. Sig. (2-tailed) .337

    Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .394(a)

    a Not corrected for ties.b Grouping Variable: kelompok

    Ranks

    kelompok NMeanRank

    Sum ofRanks

    perlakuan1 6 8.00 48.00

    perlakuan3 6 5.00 30.00

    waktu bertahan dirotarod

    Total 12

    Test Statistics(b)

    waktubertahan

    di rotarodMann-Whitney U 9.000Wilcoxon W 30.000Z -1.441Asymp. Sig. (2-tailed) .150

    Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .180(a)

    a Not corrected for ties.b Grouping Variable: kelompok

  • Ranks

    kelompok NMeanRank

    Sum ofRanks

    perlakuan2 6 7.17 43.00

    perlakuan3 6 5.83 35.00

    waktu bertahan dirotarod

    Total 12

    Test Statistics(b)

    waktubertahan

    di rotarodMann-Whitney U 14.000Wilcoxon W 35.000Z -.641Asymp. Sig. (2-tailed) .522

    Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .589(a)

    a Not corrected for ties.b Grouping Variable: kelompok