ANSIOLITIK/SEDATIVE - HIPNOTIKA - …september.ucoz.com/farmakologi/Hipnotik-Sedative_RESMI.pdf ·...

16
ANSIOLITIK/SEDATIVE - HIPNOTIKA Disusun Oleh : Nama Mahasiswa : Linus Seta Adi Nugraha Nomor Mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 9 Mei 2011 Hari Praktikum : Senin Dosen Pembimbing : Margareta Retno Priamsari, S.Si., Apt. LABORATORIUM FARMAKOLOGI AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG 2011

Transcript of ANSIOLITIK/SEDATIVE - HIPNOTIKA - …september.ucoz.com/farmakologi/Hipnotik-Sedative_RESMI.pdf ·...

ANSIOLITIK/SEDATIVE - HIPNOTIKA

Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Linus Seta Adi Nugraha

Nomor Mahasiswa : 09.0064

Tgl. Praktikum : 9 Mei 2011

Hari Praktikum : Senin

Dosen Pembimbing : Margareta Retno Priamsari, S.Si., Apt.

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

AKADEMI FARMASI THERESIANA

SEMARANG

2011

2

ANSIOLITIK/SEDATIVE - HIPNOTIKA

A. TUJUAN

Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui pengaruh

pemberian dan efektivitas sedative-hipnotika sediaan obat pada hewan uji

mencit.

B. DASAR TEORI

Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi

diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan

mempermudah atau menyebabkan tidur. Umumnya, obat ini diberikan

pada malam hari. Bila zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis

yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan, maka dinamakan sedatif

(Tjay, 2002).

Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf

pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk,

menidurkan , hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya

kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat

sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan

menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah

tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis (H.

Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995).

Pada penilaian kualitatif dari obat tidur, perlu diperhatikan faktor-

faktor kinetik berikut:

a) lama kerjanya obat dan berapa lama tinggal di dalam tubuh,

b) pengaruhnya pada kegiatan esok hari,

c) kecepatan mulai bekerjanya,

d) bahaya timbulnya ketergantungan,

3

e) efek “rebound” insomnia,

f) pengaruhnya terhadap kualitas tidur,

g) interaksi dengan otot-otot lain,

h) toksisitas, terutama pada dosis berlebihan

(Tjay, 2002).

Sedatif menekan reaksi terhadap perangsangan, terutama

rangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat. Hipnotik

menyebabkan tidur yang sulit dibangunkan disertai penurunan refleks

hingga kadang-kadang kehilangan tonus otot (Djamhuri, 1995).

Hipnotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu

benzodiazepin, contohnya: flurazepam, lorazepam, temazepam, triazolam;

barbiturat, contohnya: fenobarbital, tiopental, butobarbital; hipnotik sedatif

lain, contohnya: kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid, metiprilon,

meprobamat; dan alkohol (Ganiswarna dkk, 1995).

Efek samping umum hipnotika mirip dengan efek samping morfin,

yaitu:

a) depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling

ringan pada flurazepam dan zat-zat benzodiazepin lainnya,

demikian pula pada kloralhidrat dan paraldehida;

b) tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturat;

c) sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturat;

d) “hang over”, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual,

perasaan ringan di kepala dan termangu.

Hal ini disebabkan karena banyak hipnotika bekerja panjang (plasma-t½-

nya panjang), termasuk juga zat-zat benzodiazepin dan barbiturat yang

disebut short-acting. Kebanyakan obat tidur bersifat lipofil, mudah melarut

dan berkumulasi di jaringan lemak (Tjay, 2002).

Pada umumnya, semua senyawa benzodiazepin memiliki daya

kerja yaitu khasiat anksiolitis, sedatif hipnotis, antikonvulsif dan daya

relaksasi otot. Keuntungan obat ini dibandingkan dengan barbital dan obat

4

tidur lainnya adalah tidak atau hampir tidak merintangi tidur. Dulu, obat

ini diduga tidak menimbulkan toleransi, tetapi ternyata bahwa efek

hipnotisnya semakin berkurang setelah pemakaian 1-2 minggu, seperti

cepatnya menidurkan, serta memperpanjang dan memperdalam tidur

(Tjay, 2002).

Efek utama barbiturat adalah depresi SSP. Semua tingkat depresi

dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anestesia, koma

sampai dengan kematian. Efek hipnotiknya dapat dicapai dalam waktu 20-

60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis,

tidak disertai mimpi yang mengganggu. Fase tidur REM dipersingkat.

Barbiturat sedikit menyebabkan sikap masa bodoh terhadap rangsangan

luar (Ganiswarna dkk, 1995).

Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya

kesadaran. Pemberian obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur,

dapat meningkatkan 20% ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya

(raba, vibrasi dan sebagainya) tidak dipengaruhi. Pada beberapa individu

dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, barbiturat tidak

menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan

dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat

penghambatan (Ganiswarna dkk, 1995).

5

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Rotarod

Spuit injeksi dan jarum (needle)

Spuit oral

timbangan analitik digital

labu takar 5,0; 10,0; 25,0; dan 50,0 ml

beaker glass

erlenmeyer

pengaduk kaca

pupet volume

2. Bahan

diazepam (Valisanbe 5 mg)

aquabidest

etanol

kapas

hewan uji mencit jantan dengan berat badan 20 – 30 g, telah

dipuasakan selama satu malam dan tetap diberi minum dengan air

ad libitum.

6

D. PROSEDUR KERJA

Menggunakan Rotarod menurut Chondoka and Ray Ghatak (1989)

1. 20 hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok (masing-masing kelompok terdiri

dari 5 ekor mencit)

2. Mencit diadaptasikan selama 5 menit pada rotarod

3. Tiap kelompok mencit diberi obat dengan:

kelompok mencit 1 diberi diazepam (dosis 10 mg untuk manusia, p.o.)

kelompok mencit 2 diberi diazepam (dosis 20 mg untuk manusia, p.o.)

kelompok mencit 3 diberi diazepam (dosis 30 mg untuk manusia, p.o.)

kelompok mencit 4 diberi diazepam (dosis 40 mg untuk manusia, p.o.)

kelompok mencit 5 diberi kontrol (-)

4. Pada menit ke-15, 30, 60, dan 90 mencit diletakan di atas rotarod selama 2

menit

5. Catat berapa kali mencit jatuh

6. Selama percobaan catat :

reflek balik badan dan kornea

daya cengkeraman pada kawat

perubahan diameter pupil

7. Hitung data yang di dapat dengan menggunakan tabel ANOVA

8. Tentukan hasilnya apakah tiap perbedaan dosis menunjukkan perbedaan

hasil.

7

E. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

1. Larutan Stok

Sediaan Valisanbe : 5 mg

Dosis Pemakaian : 5 – 30 mg/hari

Dosis Maksimal : 40 mg

15 mg/50 ml : 0,3 mg/ml

2. Perhitungan Dosis Diazepam

Untuk sedativ dipakai 5 – 40 mg (Katzung).

Range dosis : 10 mg, 20 mg, 30 mg, 40, mg

Dosis 10 mg

70/50 x 10 mg = 14 mg

Mencit 1 = 20,4/20 x (14 mg x 0,0026) = 0,037 mg

Dosis 20 mg

70/50 x 20 mg = 28 mg

Mencit 2 = 23,0/20 x (28 mg x 0,0026) = 0,084 mg

Dosis 30 mg

70/50 x 30 mg = 42 mg

Mencit 3 = 22,4/20 x (42 mg x 0,0026) = 0,122 mg

Dosis 40 mg

70/50 x 40 mg = 56 mg

Mencit 4 = 20,3/20 x (56 mg x 0,0026) = 0,148 mg

3. Pembuatan Suspensi Diazepam (sbg kontrol (-))

CMC 0,5% = 0,5/100 x 50 ml = 0,25 ml

8

4. Perhitungan Dosis Mencit

Volume yang disuntikkan = dosis mencit/lar stok x dosis maksimal

tiap rute

Mencit 1 (20,4 g)

Volume Suntik = 0,037 mg/0,3 mg x 1,0 ml = 0,12 ml

Mencit 2 (23,0 g)

Volume Suntik = 0,084 mg/0,3 mg x 1,0 ml = 0,28 ml

Mencit 3 (22,4 g)

Volume Suntik = 0,122 mg/0,3 mg x 1,0 ml = 0,41 ml

Mencit 4 (20,3 g)

Volume Suntik = 0,148 mg/0,3 mg x 1,0 ml = 0,49 ml

Mencit 5 (23,8 g)

Volume Suntik = 0,5 ml (kontrol (-))

5. Tabel Dosis

No. Rute

Pemberian

BB (g) Dosis Lar.

Stok

Volume

Suntik

1 PO 20,4 0,037 0,3 mg 0,12 ml

2 PO 23,0 0,084 0,3 mg 0,28 ml

3 PO 22,4 0,122 0,3 mg 0,41 ml

4 PO 20,3 0,148 0,3 mg 0,49 ml

5 PO 23,8 (-) - 0,50 ml

9

6. Data Percobaan

No. Waktu Dosis (-)

10 mg 20 mg 30 mg 40 mg

1 17.40 0 0 0 0 0

2 17.55 0 0 0 1 0

3 18.10 0 0 0 1 0

4 18.25 0 0 0 0 0

5 18.55 0 0 0 0 0

6 19.25 0 0 0 0 0

Σ total 0 0 0 2 0

7. Data Jumlah Jatuh Mencit Kumulatif

Kelompok Dosis (-)

10 20 30 40

1 0 0 0 2 0

2 4 1 4 5 2

3 0 0 0 3 1

4 1 1 1 0 0

N total = 20

Σx 1 = 0 + 4 + 0 + 1 = 5

Σx 2 = 0 + 1 + 0 + 1 = 2

Σx 3 = 0 + 4 + 0 +1 = 5

Σx 4 = 2 + 5 + 3 + 0 = 10

Σx 5 = 0 + 2 + 1 + 0 = 10

ΣxT = 5 + 2 + 5 + 10 + 3 = 25

10

Σx 12 = 0

2 + 4

2 + 0

2 + 1

2 = 17

Σx 22 = 0

2 + 1

2 + 0

2 + 1

2 = 2

Σx 32 = 0

2 + 4

2 + 0

2 + 1

2 = 17

Σx 42 = 2

2 + 5

2 + 3

2 + 0

2 = 38

Σx 52 = 0

2 + 2

2 + 1

2 + 0

2 = 5

ΣxT2 = 17 + 2 + 17 + 38 + 5 = 79

taraf nyata α = 5% = 0,05

8. Jumlah Kuadrat Total

ΣxT2

= 79 –

= 47,75

9. Jumlah Kuadrat Perlakuan

+ + + + -

52 + 2

2 + 5

2 + 10

2 + 3

2 - 25

2

4 3 4 3 14 20

= 9,5

10. Jumlah Kuadrat Galat = JK Total – JK Perlakuan

47,75 – 9,5

= 38,25

(ΣxT)2

n total

252

20

(Σx1)2

n 1

(Σx3)2

n 3

(Σx2)2

n 2

(Σx4)2

n 4

(ΣxT)2

n total

(Σx4)2

n 4

11

11. Tabel Anova onset

Sumber Variasi Jumlah

Kuadrat

dK Kuadrat

rata2

F hitung

Dosis 9,5 3 3,17 3,17/2,39 =

1,33 Galat 38,25 16 2,39

Total 47,75 19 2,51

12. F Kritis = (α; dk dosis; dk galat)

= (0,05; 3; 16)

= 3,71

F Hitung < F Kritis

1,33 < 3,24

Berbeda Tidak Bermakna

13. Grafik

0

1

2

3

4

5

6

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

J

m

l

h

J

a

t

u

h

Jumlah Jatuh Mencit

dosis 10 mg dosis 20 mg dosis 30 mg dosis 40 mg (-)

12

F. PEMBAHASAN

Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf

pusat (SSP) yang realtif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu

menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali

benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan

mati, bergantung pada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan

aktivitas, menurunkan respons terhadap perangsangan emosi dan

menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah

tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.

Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah obat yang

mengandung zat aktif Diazepam dengan merk dagang Valisanbe® dengan

kadar 5 mg. Obat ini tidak larut dalam air sehingga perlu dibuat suspensi

terlebih dahulu.

Pada saat praktikum obat ini dibagi menjadi beberapa dosis (4

dosis berbeda) untuk mengetahui perbedaan onset dan durasi kerja dari

diazepam. Saat diazepam dikonsumsi secara oral, obat ini secara cepat

diabsorbsi dan memiliki onset kerja yang cepat. Onset kerjanya 1-5 menit

melalui I.V. dan 15-30 menit melalui I.M.. durasi kerja dari diazepam

untuk mencapai efek farmakologis puncak adalah sekitar 15 menit sampai

1 jam untuk kedua rute pemberian (Langsam, Y., 2006).

Bioavailabilitasnya melalui pemberian oral adalah 100%, dan 90%

melalui rektal. Kadar puncak dalam plasma terjadi setelah 30 menit dan 90

menit melalui pemberial oral dan 30 menit dan 60 menit melalui intra

muskular; melalui rektal kadar puncak dalam plasma terjadi setelah 10

menit sampai 45 menit (Riss, J.; Cloyd, J.; Gates, J.; Collins, S., Aug

2008).

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa kadar puncak

dalam plasma melalui pemberian oral terjadi setelah 30 sampai 90 menit.

Pada percobaan pada saat 15 menit pertama mencit diputar di rotarod tidak

ada yang terjatuh, hal ini mungkin disebabkan karena diazepam belum

13

sepenuhnya mencapai kadar puncak dalam darah. Baru setelah menit ke 30

sampai 90 terjadi efek dari diazepam yang ditunjukkan dengan jatuhnya

mencit ketika diputar di rotarod.

Jatuhnya mencit di rotarod juga dipengaruhi oleh kadar diazepam

yang berbeda-beda. Semakin tinggi kadar semakin sering mencit jatuh.

namun demikian pada data yang didapat, diketahui bahwa ada beberapa

penyimpangan yaitu adanya mencit yang jatuh lebih sering pada kadar

obat rendah daripada kadar obat yang tinggi. Dan ada juga mencit yang

diberi kontrol negatif, yaitu yang tidak mengandung diazepam, yang

terjatuh. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain adanya kesalahan pada saat penyuntikan per oral pada masing-

masing mencit, yaitu volume yang salah, seringnya mencit memuntahkan

larutan obat, dan pengambilan volume yang kurang tepat.

Kesalahan data ini juga dapat disebabkan karena proses

pengambilan larutan obat yang kurang tepat. Perlu diingat bahwa obat

yang digunakan dalam praktikum kali ini berbentuk suspensi, sehingga

pada waktu pengambilan perlu adanya pengkocokan terlebih dahulu agar

obar terdispersi merata.

G. KESIMPULAN

Perbedaan kadar dalam pengobatan, dalam hal ini hipnotik-sedativ,

mempengaruhi daya kerja obat. Namun demikian perlu diperhatikan juga

tempat pemberiannya, karena berbeda tempat pemberian obat, berbeda

pula onset dan durasi kerjanya.

14

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh., 1990, Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan, Gadjah Mada

University Press, D.I Yogayakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi,IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Ansel, Howard.C., 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas

Indonesia Press, Jakarta.

Djamhuri, Agus., 1995, Sinopsis Farmakologi dengan Terapan Khusus di Klinik

dan Perawatan, Edisi 1, Cetakan Ketiga, Hipokrates, Jakarta.

Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai

Penerbit Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.

Katzung, Bertram G., Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.

Langsam, Yedidyah. DIAZEPAM (VALIUM AND OTHERS). Brooklyn College

(Eilat.sci.Brooklyn.CUNY.edu). Diterima 2006-03-23

Riss, J.; Cloyd, J.; Gates, J.; Collins, S. (Aug 2008). Benzodiazepines in epilepsy:

pharmacology and pharmacokinetics. (PDF). Acta Neurol Scand.

Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia, Jakarta.

Mengetahui, Semarang, April 2011

Dosen Pembimbing Praktikan

Margareta Retno Priamsari, S.Si., Apt. Linus Seta Adi N.

15

Grafik

0

1

2

3

4

5

6

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

J

m

l

h

J

a

t

u

h

Jumlah Jatuh Mencit

dosis 10 mg dosis 20 mg dosis 30 mg dosis 40 mg (-)

16

Grafik

0

1

2

3

4

5

6

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

J

m

l

h

J

a

t

u

h

Jumlah Jatuh Mencit

dosis 10 mg dosis 20 mg dosis 30 mg dosis 40 mg (-)