MAKALAH HIPERTENSI

19
MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER HIPERTENSI Cindy Tiara Sari 108114142 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

description

hipertensi

Transcript of MAKALAH HIPERTENSI

Page 1: MAKALAH HIPERTENSI

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER

HIPERTENSI

Cindy Tiara Sari

108114142

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: MAKALAH HIPERTENSI

BAB 1

HIPERTENSI

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang melebihi di atas tekanan darah

normal. TD terbentuk dari interaksi antara aliran darah dan tahanan pembuluh darah

perifer. TD meningkat dan mencapai suatu puncak apabila aliran darah deras

misalnya pada waktu sistol, kemudian menurun pada waktu aliran darah berkurang

seperti waktu diastole. Tekanan darah normal merupakan TD sistolik 120 mmHg dan

TD diastolic 80 mmHg.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan etiologinya adalah sebagai berikut:

1. Hipertensi primer/esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum di ketahui

penyebabnya, artinya penyebabnya merupakan interaksi yang kompleks

antara faktor genetic dan berbagai faktor lingkungan, di antaranya adalah:

Hiperaktif susunan saraf adrenergik: Biasanya penderita umur muda

dengan gejala takikardi dan peningkatan cardiac output.

Kelainan pertumbuhan pada system kardiovaskuler dan ginjal: HT

terjadi karena peningkatan resistensi perifer akibat elastisitas arteri

berkurang dan juga kurang berkembangnya mikrosirkulasi.

Gangguan system RAA: Peningkatan sekresi rennin secara cepat

mengkonversu angiotensinogen menjadi Ang-I, Ang-I kemusian oleh

ACE dikonversi menjadi Ang-II, suatu peptide yang memiliki efek

vasokontriksi dan meningkatkan sekresi aldosteron dari kelenjar

adrenal.

Gangguan natriuresis: Pada orang normal, natriuersis terjadi sebagai

respon dari peningkatan tekanan darah. Pada pasien hipertensi,

homeostasis ini terganggu.

Page 3: MAKALAH HIPERTENSI

Gangguan pertukaran ion positif: Gangguan pertukaran Na+ dan K+

menyebabkan Na+ dan Ca2+ intraseluler meningkat, akibatnya terjadi

vasokonstriksi.

Lain-lain: Faktor lain yang menyebabkan peningkatan tekanan darah

pada individu predisposisi adalah obesitas, konsumsi diet tinggi

natrium atau diet rendah potassium, konsumsi alcohol berlebihan.

merokok, polisitemia atau peningkatan viskositas darah, penggunaan

Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) dan sindrom

metabolik.

2. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang mengalami komplikasi.

Penyebab spesifiknya diketahui seperti genetik, penyakit parenkim ginjal,

hipertensi vascular renal, penggunaan estrogen, hiperaldosteronisme primer,

dan sindrom cushing, feokromositomo, koarktasio aorta, hipertensi yang

berhubung dengan kehamilan, dan lain-lain.

Berdasarkan rentang tekanan darah, The Seventh Report of the Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure (JNC VII) membagi HT menjadi 4 kategori:

KlasifikasiTekanan darah (mmHg)

Sistolik Diastolik

Normal <120 <80

Pre-hipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi stage 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≤ 100

   

Hipertensi tidak menimbulkan gejala yang khas pada umumnya dan sangat

jarang dirasakan atau dikeluhkan oleh penderita. Adakalanya beberapa gejala timbul

bersamaan dengan hipertensi dipercaya sebagai akibat dari tekanan darah

tinggi,diantaranya yaitu : Sakit kepala, kelelahan, mual dan muntah, sesak nafa,

Page 4: MAKALAH HIPERTENSI

gelisah, pandangan menjadi kabur. Manifestasi klinis pada hipertensi berat mungkin

hingga terjadi koma, penurunan kesadaran karena pembengkakan otak yang disebut

ensefalopati hipertensi (Sustrani, 2006).

Pengaturan vasokonstriksi dan vasodilatasi pembuluh darah sangat

dipengaruhi oleh emosi seseorang lewat kerja saraf simpatis dan sistim hormon.

Dengan demikian pengaturan dan pengelolaan emosi maupun stres pada seorang

penderita hipertensi akan dapat membantu pengelolaan penyakit hipertensinya

(Sustrani, 2006).

Elsanti (2009), mengelompokan menjadi 2 (dua) yaitu faktor risiko yang

dapat dikontrol dan faktor risiko yang tidak dapat dikontrol.

a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol

1) Jenis kelamin

Pada dasarnya tidak ada perbedan prevalensi antara wanita dan laki-laki, akan

tetapi wanita setelah menopause menjadi lebih berpotensi terserang penyakit

hipertensi. Karena wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormon

esterogen yang berperan aktif dalm peningkatan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). HDL merupakan faktor yang berperan penting dalam

melindungi terjadinya arterosklerosis. Pada wanita yang sudah mencapai umur

45 tahun ke atas maka sedikit demi sedikit hormon estrogen akan mengalami

penyusutan baik kuantitas maupun kualitasnya sehingga berdampak pada

banyaknya kasus hipertensi pada wanita.

2) Umur

Kenaikan umur seseorang sebanding dengan kenaikan tekanan darah.

Penambahan usia menyebabkan semakin hilang daya elastisitas dari pembuluh

darah yang mengakibatkan arteri dan aorta kehilangan daya untuk

menyesuaikan diri dengan aliran darah (Wolff, 2008). Oleh karena itu orang

yang lebih tua akan lebih cenderung terkena penyakit hipertensi dari pada

orang yang berumur lebih muda. Hipertensi pada usia lebih lanjut harus

ditangani lebih serius hal ini karena pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi

Page 5: MAKALAH HIPERTENSI

organ seperti ginjal yang berperan aktif dalam proses rennin angiotensin

aldosteron, karena itu dosis obat harus diberikan secara tepat.

3) Keturunan

Menurut Junaedi (2010), genetik merupakan salah satu faktor yang dapat

memicu timbulnya hipertensi terlebih lagi hipertensi primer. Jika kedua orang

tua kita menderita hipertensi maka kemungkinan kita terserang penyakit

hipertensi adalah 60% dan apabila hanya salah satu dari orang tua kita

terserang hipertensi maka prevalensi kita untuk terserang akan turun menjadi

25%.

b. Faktor risiko yang dapat dikontrol

1) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu ciri khas penderita hipertensi. Walaupun

belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun

terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita

obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi dengan

berat badan normal. Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya

cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk

memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar; jantung pun bekerja ekstra

karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah

juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Menurut Sustrani (2006),

cara mudah untuk mengetahui termasuk obesitas atau tidak yaitu dengan

mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT), Rumus untuk IMT adalah berat badan

(kg) dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (m2). Adapun kategori penilaian

berat badan menurut IMT adalah :

a) IMT > 20 kg/m2 = berat badan kurang

b) IMT 20 – 24 kg/m2 = normal atau sehat

c) IMT 25 – 29 kg/m2 = gemuk atau kelebihan berat badan

d) IMT > 30 kg/m2 = sangat gemuk atau obesitas

2) Kebiasaan merokok

Page 6: MAKALAH HIPERTENSI

Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan

jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan

tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan

tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri

menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Nikotin, CO dan bahan

lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel

(dinding dalam pembuluh darah), mempermudah penggumpalan darah

sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer. Keadaan paru-paru dan

jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara efisien (Soeharto,

2001).

3) Konsumsi garam

Konsumsi garam yang tinggi mengakibatkan seseorang akan mengalami

peningkatan tekanan darah sebanding dengan bertambahnya usia, begitu

sebaliknya jika seseorang rendah dalam mengkonsumsi garam menunjukan

peningkatan darah yang sedikit prevalensinya disbanding dengan yang banyak

mengkonsumsigaram (Beevers, 2002). WHO (1999) dalam Jegathes (2010)

menganjurkan untuk membatasi asupan garam maksimal 6 gram perhari

(sama dengan 2400 mg natrium), dikarenakan berkaitan dengan proses

osmolaritas. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi

natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Konsumsi natrium yang

berlebihan mengakibatkan retensi sehingga mengakibatkan tekanan darah

naik, Akibatnya tekanan darah meningkat.

4) Kebiasaan berolahraga

Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya

obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan

timbulnyahipertensi (Arjatmo & Hendra, 2001). Kurang berolahraga

cenderung mengakibatkan tekanan darah menjadi lebih tingi hal ini

dikarenakan kurang berolahraga dapat meningkatkan berat badan. Olahraga

lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga

Page 7: MAKALAH HIPERTENSI

teratur dapat menurunkan tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan

darah menjadi turun dan mengakibatkan otot jantung beradaptasi dengan suatu

keadaan yang mengharuskan kerja jantung lebih berat.

5) Minum Alkohol

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa alkohol mempunyai efek yang

buruk terhadap tubuh antara lain menyebabkan kerusakan pada jantung dan

organ tubuh, juga dapat mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah

sehingga mengakibatkan hipertensi (Marliani, 2007). Alkohol, peningkatan

tekanan darah dan prevalensi hipertensi pada masyarakat mempunyai

hubungan yang linier.

6) Stress

Stress dapat memicu peningkatan aktifitas pada syaraf simpatis, peningkatan

ini yang kemudian dapat merangsang peningkatan darah yang intermiten atau

tidak tetap (Basha, 2004). Menurut Anggraini (2009), stress juga akan

memicu peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung

dipacu dengan aktivitas syaraf simpatis.

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

1. Target tekanan darah yaitu <140/90 mmHg ; untuk individu berisiko tinggi

seperti diabetes mellitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80

mmHg.

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

3. Menghambat laju penyakit ginjal (Susilo, 2011).

Page 8: MAKALAH HIPERTENSI

BAB 2

MACAM-MACAM TERAPI KOMPLEMENTER UNTUK HIPERTENSI

Penanganan non-farmakologis yaitu meliputi penurunan berat badan, olah

raga secara teratur, diet rendah lemak & garam, dan terapi komplementer.

Penanganan secara non-farmakologis sangat diminati oleh masyarakat karena sangat

mudah untuk dipraktekan dan tidak mengeluarkan biaya yang terlalu banyak. Selain

itu, penanganan non-farmakologis juga tidak memiliki efek samping yang berbahaya

tidak seperti penanganan farmakologis. Sehingga masyarakat lebih menyukai

penanganan secara non-farmakologis dari pada secara farmakologis (Marlia 2009).

Berikut adalah macam-macam terapi komplementer yang sering digunakan dalam

mengatasi penyakit hipertensi;

A. Terapi Relaksasi

Terapi relaksasi ditujukan untuk menangani faktor psikologis dan stress yang

dapat emnyebabkan hipertensi. Hormon epineprin dan kortisol yang dilepaskan saat

stress menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh

darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya peningkatan tekanan darah

tergantung pada beratnya stress dan sejauh mana kita dapat mengatasinya.

Penanganan stress yang adekuat dapat berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan

darah. Relaksasi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan teknik pernapasan

yang ritmis dan alami. Di dalam relaksasi harus melakukan pernapasan yang ritmis

agar dapat mencapai hasil relaksasi yang optimal melalui penurunan gelombang otak

dari gelombang beta ke gelombang alpha. Pernapasan dengan irama yang teratur akan

menenangkan gelombang otak serta merelaksasikan seluruh otot dan jaringan tubuh.

Langkah-langkah melakukan relaksasi dengan mendengarkan musik :

Page 9: MAKALAH HIPERTENSI

1. Siapkan musik klasik

2. Duduk di kursi dengan tenang dan santai, posisi tulang punggung tegak

lurus.

3. Pusatkan pikiran

4. Bernapaslah secara alamiah, secara wajar

5. Tarik nafas perlahan melalui hidung dan hembuskan melalui mulut

6. Lakukan berulang-ulang selama 10 - 15 menit (Benson, 2000).

B. Teknik Massage

Menurut (Wijanarko.et.al, 2010), teknik massage yang digunakan yaitu:

a. Effleurage (Menggosok)

Teknik masase ini digunakan sebagai manipulasi pembuka dan penutup.

Pelaksanaanya adalah jari-jari tangan rapat mencakup otot, gosokan menuju

arah jantung dan dilakukan secara berirama dan kontinyu.

Teknik memijat Effleurage

b. Petrissage (Memijat)

Petrissage dapat dilakukan dengan satu tangan atau kedua tangan dengan

gerakan bergelombang, berirama, tidak terputus-putus.

c. Vibration (Menggetarkan) Getaran ini dapat diberikan melalui ujung jari, dua

jari atau tiga jari yang dirapatkan. Caranya dengan sikap membengkok siku,

jari-jari ditekankan pada tempat yang dikehendaki, kemudian kejangkan

Page 10: MAKALAH HIPERTENSI

seluruh lengan tersebut. Kontraindikasi masase kaki adalah masase tidak

dapat dilakukan pada seseorang yang mengalami phlebitis, trombosis, reaksi

imflamasi, selulitis, gangguan perdarahan serta yang memiliki luka terbuka

atau kerusakan pada kaki (Turner & Merriman, 2005 dikutip Ramadhani,

2011).

C. Terapi Bekam

Simulasi intervensi bekam yang dilakukan terjadi di bawah kulit dan otot

yang terdapat banyak titik saraf. Titik-titik ini saling berhubungan antara organ tubuh

satu dengan lainnya sehingga bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang

sakit namun pada titik simpul saraf terkait. Pembekaman dilakukan pada permukaan

kulit (kutis) dan jaringan bawah kulit (sub kutis). Menurut penelitian darah yang

dikeluarkan pada saat bekam semua berbentuk abnormal: hypochomasia, burr, target,

crenated, spherocytes, poicilocytes, shistocytes, teardropcelles dan acanthocytes

(Widada, 2011).

Prinsip kerja dari metode bekam dalam menurunkan tekanan darah tinggi

pada penderita hipertensi adalah :

1. Menghancurkan plak penyumbat pembuluh darah : dengan dihancurkannya

plak penyumbat maka aliran darah akan lancar sehingga tekanan darah akan

turun dengan sendirinya.

2. Memperbaiki elastisitas pembuluh darah : Dengan memperbaiki sel-sel

pembuluh darah yang rusak, akibatnya pembuluh darah dapat menjadi elastis

kembali sehingga mampu mengatasi perubahan tekanan darah secara alami.

3. Membuang toksin : toksin atau racun yang terdapat didalam tubuh

menyebabkan metabolisme tubuh terganggu, dengan membuang toksin maka

tubuh akan bisa membuat sistem peredaran darahnya menjadi normal dan

berdampak pada penurunan tekanan darah.

Page 11: MAKALAH HIPERTENSI

D. Terapi Herbal

Terapi herbal banyak digunakan oleh masyarakat dalam menangani penyakit

hipertensi dikarenakan memiliki efek samping yang sedikit. Jenis obat yang

digunakan dalam terapi herbal yaitu seledri atau celery (Apium graveolens), bawang

putih atau garlic (Allium Sativum), bawang merah atau onion (Allium cepa), tomat

(Lyocopercison lycopersicum), semangka (Citrullus vulgaris). (Sustrani, Alam,

Hadibroto 2005).

Seledri atau celery (Apium graveolens) merupakan salah satu dari jenis terapi

herbal untuk menangani penyakit hipertensi. Masyarakat Cina tradisional sudah lama

menggunakan seledri untuk menurunkan tekanan darah. Seledri mengandung

apigenin yang sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan pembuluh darah dan

tekanan darah tinggi. Selain itu, seledri juga mengandung pthalides dan magnesium

yang baik untuk membantu melemaskan otot-otot sekitar pembuluh darah arteri dan

membantu menormalkan penyempitan pembuluh darah arteri. Pthalides dapat

mereduksi hormon stres yang dapat meningkatkan darah dikutip dari Afifah (2009).

Selain mengandung apigenin dan pthalides seledri juga mengandung gizi

yang tinggi, vitamin A,B1, B2, B6 dan juga vitamin C. Seledri juga kaya pasokan

kalium, asam folic, kalsium, magnesium, zat besi, fosfor, sodium dan banyak

mengandung asam amino esensial. Pada pasokan kalium sangat bermanfaat untuk

terapi darah tinggi. Pada 100 g seledri terkandung 344 mg kalium dan 125 mg

natrium. Konsumsi makanan dengan perbandingan kalium dan natrium yang

mencapai 3:1, sangat baik bagi penderita darah tinggi. Pada seledri perbandingan

tersebut mencapai 2,75:1 sudah sangat mendekati rasio ideal untuk pencegahan

Hipertensi dikutip dari Afifah (2009). Seledri juga sangat mudah dicari, harganya

juga sangat terjangkau oleh masyarakat. Selain itu slederi juga tidak memiliki efek

samping yang berbahaya. Oleh karena itu seledri sangat baik sebagai terapi

pengobatan hipertensi.

Page 12: MAKALAH HIPERTENSI

Untuk pengobatan hipertensi caranya dengan mengambil 16 tangkai.

Semuanya dicuci dan direbus dengan air bersih sebanyak 2 gelas minum atau setara

dengan 400 ml. Kemudian rebus hingga ¾ bagiannya atau setara dengan 300 ml.

Hasil rebusan tersebut diminum untuk satu hari, masing-masing ½ bagiannya

(Muhammadan, 2009). Selain itu seledri juga dapat dibuat menjadi jus seledri.

Caranya campurkan 250 g seledri segar dengan 2 buah apel hijau segar. Sebelum

dijus seledri rebus terlebih dahulu lalu campur dengan apel lalu blender hingga halus.

Minum dua hari sekali untuk penderita Hipertensi dikutip dari Afifah (2009).

Page 13: MAKALAH HIPERTENSI

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Arief. (2009). Efektivitas terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi. Di unduh melalui (http://efektivitas-terapi-

bekam.html) pada tanggal 28 maret 2012.

Benson, H. (2000). Dasar-dasar Respon Relaksasi. (Terjemahan). Jakarta: Kaifa

Hartono,R (2011). Prevalensi dan faktor-faktor penyebab hipertensi. Jakarta :

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

[Hendraswari, Desyana.E. (2008). Beberapa Faktor Resiko Hipertensi. Jakarta:

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

WHO (2008). Guidelines of the management of hypertension. Di unduh melalui

(www.WHO.int) pada tanggal 18 April 2012.