Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Medis 1. Pengertian Beberapa definisi hipertensi adalah sebagai berikut : Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Brunner dan Suddarth, 896 ; 2002). Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur palingtidak pada tiga kesempatan yang berbeda. (Elizabeth J. Corwin, 484; 2009). Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan saitolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik ≥ 90 dan atau tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Taufan Nugroho, 2011). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg, atau bila paien memakai obat antihipertensi. ( Arif Mansjoer, 2001). Dari beberapa definisi mengenai hipertensi di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah tekanan darah diatas 140/90 mmHg, tinggi rendahnya juga tergantung pada usia. Adapun Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas menurut Joint National Committee on Prevenion, Detectoion, Evaluation, and Treatment of High Blood pressure, dalam buku Brunner dan suddarth (896, 2002). Yaitu : Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah

Transcript of Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

Page 1: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Dasar Medis

1.      Pengertian

Beberapa definisi hipertensi adalah sebagai berikut :

Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan

tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Brunner dan Suddarth, 896 ; 2002).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur palingtidak pada tiga

kesempatan yang berbeda. (Elizabeth J. Corwin, 484; 2009).

Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan

saitolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan

sistolik ≥ 90 dan atau tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Taufan

Nugroho, 2011).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥ 90

mmHg, atau bila paien memakai obat antihipertensi. ( Arif Mansjoer, 2001).

Dari beberapa definisi mengenai hipertensi di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah

tekanan darah diatas 140/90 mmHg, tinggi rendahnya juga tergantung pada usia.

Adapun Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas menurut Joint

National Committee on Prevenion, Detectoion, Evaluation, and Treatment of High Blood

pressure, dalam buku Brunner dan suddarth (896, 2002). Yaitu :

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah

KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK

Normal

Tinggi Normal Hipertensi

Stadium 1 (ringan)

Stadium 2 (Sedang)

Stadium 3 (berat)

Stadium 4 (sangat berat)

< 130

130 – 139

140 – 159

160 – 179

180 – 209

> 210

< 85

85 – 89

90 – 99

100 – 109

110 – 119

> 120

Sumber : Brunner dan suddarth (896, 2002).

2.      Anatomi Fisiologi

a.       Anatomi jantung

Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks dan ia menempati

rongga antara paru dan diafragma yang beratnya sekitar 300 g. Daerah pertengahan dada

Page 2: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

antara kedua paru disebut sebagai mediastinum. Sebagaian besar rongga mediastinum

ditempati oleh jantung yang terbungkus dalam kantung fibrosa tipis yang disebut

pericardium. Sisi kanan jantung dan kiri masing-masing tersusun atas dua kamar, atrium dan

ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar kanan dan kiri disebut septum. Karena posisi

jantung agak memutar dalam rongga dada, maka ventrikel kanan terletak lebih ke anterior

( tepat di bawah sternum ) dan ventrikel kiri lebih ke posterior.

b.      Fisiologi Jantung

Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain

sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme. Aktivitas listrik jantung

terjadi akibat ion bergerak menembus membran sel. Pada keadaan istirahat otot jantung

terdapat dalam keadaan terpolarisasi dan pada saat siklus jantung bermula saat dilepaskannya

implus listrik disebut fase depolarisasi. Adapun repolarisasi terjadi saat sel kembali

kekeadaan dasar dan sesuai dengan relaksasi otot miokardium.Prinsip penting yang

menentukan arah aliran darah adalah aliran cairan dari daerah bertekanan tinggi ke daerah

bertekanan rendah. Perubahan tekanan yang terjadi dalam kamar jantung selama siklus

jantung di mulai dengan diastolic saat ventrikel berelaksasi. Selama diastolik, katup

atrioventrikularis terbuka dan darah yang kembali dari vena mengalir ke atrium dan

kemudian ke ventrikel. Pada titik ini ventrikel itu sendiri mulai berkontraksi ( sistolik )

sebagai respon propagasi implus listrik yang dimulai di nodus SA beberapa milidetik

sebelumnya. Selama sistolik tekanan di dalam ventrikel dengan cepat meningkat, mendorong

katup AV untuk menutup. Pada saat berakhirnya sistolik, otot ventrikel berelaksasi dan

tekanan dalam kamar menurun dengan cepat. Secara bersamaan, begitu tekanan di dalam

ventrikel menurun drastissampai di bawah tekanan atrium, nodus AV akan membuka,

ventrikel mulai terisi dan urutan kejadian berulang kembali.( Brunner & , 2002 ; 720 – 724 ).

3.      Etiologi

Penyebab terjadinya hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin, (2009 ; 485), antara lain :

a.       Kecepatan denyut jantung

b.      Volume sekuncup

c.       Asupan tinggi garam

d.      Vasokontriksi arterio dan arteri kecil

e.       Stres berkepanjangan

f.       Genetik

Sedangkan menurut Jan Tambayong (2000) etiologi dari hipertensi adalah sebagai berikut :

a.       Usia

Page 3: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada yang

kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian

prematur.

b.      Kelamin

Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada uia pertengahan

dan lebih tua, insidens pada waktu mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun,

insidens pada wanita lebih tinggi.

c.       Ras

Hipertensi pada yang berkulit hitampaling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih.

Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit hitam. Misalnya mmortalitas pasien

pria hitam dengan diastole 115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih,

dan 5,6 kali bagi wanita putih.

d.      Pola hidup

Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain telah diteliti, tanpa hasil

yang jelas. Penghasilan rendah, dan kehidupan atau pekerjaan yang penus stes agaknya

berhubungan dengan insidens hipertensi yang lebih tinggi

e.       Diabetes melitus

Hubungan antara diabetes melitus dan hipertensi kurang jelas, namun secara statistik nyata

ada hubungan antara hipertensi dan penyakit arteri koroner.

f.       Hipertensi sekunder

Seperti dijelaskan sebelumnya, hipertensi dapat terjadi akibat yang tidak diketahui. Bila

faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah dapat kembali normal.

4.      Insiden

Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria, Sekitar 20% populasi

dewasa mengalami hipertensi ; lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi esensial

(primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan

tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder), seperti penyempitan renalis

atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan.

(Brunner & suddarth, 2001 ; 897).

5.      Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat

pasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis, yang

berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

Page 4: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk

impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik

ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilapaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respons penbuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf

simpatis merangsang pembuluh darah seebagai rangsang respons emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kkortisol dan

steroid lainnya, yang dapat mempekuat respon vasokonsriktor pembiluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi striktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldesteron oleh korteks adenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Brunner & Suddarth, 898; 2001). 

6.      Manisfestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pederita hipertensi menurut Elizabeth

J. Corwin (2009 ; 487), antara lain :

a.       Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan

tekanan darah intrakranium.

b.      Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.

c.       Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susuna saraf pusat.

d.      Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.

e.       Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

Sedangkan menurut Marllyn Doengoes (2000). Tanda dari hipertensi adalah kelemahan,

napas pendek, frekuensi jantung meningkat, ansietes, depresi, obesitas, pusing, sakit kepala,

tekanan darah meningkat.

7.      Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009), antara

lain :

a.       Stroke

Page 5: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

b.      Infark miokard

c.       Gagal ginjal

d.      Ensefalopati (kerusakan otak)

e.       Kejang

Sedangkan menurut Sjaifoellah (2002) komplikasi pada hipertensi adalah angina pectoris,

infark miokard, hipertropi ventrikel kiri menyebabkan kegagalan jantung kongestif dan

kerusakan ginjal permanen menyebabkan kegagalan ginjal.

8.      Test dignostik

Jenis pemeriksaan diagnostik pada penyakit hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009 ;

487), antara lain :

a.       Pengukuran diagnostik pada tekanan darah menggunakan sfigmomanometer akan

memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh sebelum adanya gejala

penyakit.

b.      Dijumpai proteinuria pada wanita preklamsia.

Sedangkan menurut Lyndon Saputra (2009), Pemeriksaan khusus pada penderita hipertensi

antara lain :

a.       Tujuan semua pemeriksaan khusus adalah untuk menemukan penyebab, derajat dan

adanya kerusakan pada ”end organ”.

b.      Kimia darah meliputi tes untuk fungsi ginjal dan elektrolit serum.

c.       Rontgen toraks.

d.      EKG

e.       Urinalisasi

f.       Tes lebih spesifik bila terdapat kecurigaan yang lebih besar, aortogram untuk koarktasio

aorta atau kelainan vaskuler ginjal.

g.      Aktivitas renin plasma dan ekskresi aldosteron untuk aldosteronisme.

h.      ”Rapid-sequnce intravenous pyelogram”, arteriogram arteri renalis, aktivitas renin vena

renalis dan biopsi ginjal untuk penyakit ginjal.

i.        Pemeriksaan terhadap asam vanillymandelic dan katekolamin pada urin untuk mencari

adanya feokromosotioma.

j.        17-hidroksikortikosteroid dalam urin untuk sindrom Cushing.

k.      Tes fungsi tiroid untuk penyakit.

9.      Penatalaksanaan medik

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas

dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah

Page 6: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

140/90 mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi

biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan

berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau; latihan relaksasi merupakan

intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila pada

penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria perokok) atau bila tekanan darah

diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan siastoliknya diatas 130 sampai diatas 139

mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan. (Brunner and Suddarth, 2002).

B.     Konsep Dasar Keperawatan

1.      Pengkajian

a.       Aktifitas

Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, tachypnea.

b.      Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung kongesti/katup

dan penyakit serebrovaskuler.

Tanda : Kenaikan tekanan darah.

Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut.

Denyut apical: titik point of maksimum impuls, mungki bergeser atau sangat kuat.

Frekuensi/irama: takikardia, berbagai disritmia.

Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung

III.

Murmur stenosis valvular.

Distensi vena jugularis/kongesti vena.

Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri).

Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin lambat atau

tertunda.

c.       Integritas ego

Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik, factor

stress multiple.

Page 7: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan

yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas,

penurunan pola bicara.

d.      Eliminasi

Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi atau

riwayat penyakit ginjal masa lalu).

e.       Makanan dan cairan

Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak,

kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.

Tanda : Berat badan normal atau obesitas.

Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris, glikosuria.

f.       Neurosensori

Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital.

Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.

Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.

Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek,

proses fikir atau memori.

Respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan

Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan – mendatar, edema, papiladema,

exudat, hemorgi.

g.      Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).

Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi.

Sakit kepala oxipital berat.

Nyeri abdomen/massa.

h.      Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi

menetap/berat).

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja tachypnea, ortopnea,

dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

Tanda : Distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas

tambahan, sianosis.

                          i.      Keamanan

Keluhan : Gangguan koordinasi/cara berjalan.

Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural. 

Page 8: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

2.      Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan

spesifik pasien serta respons terhadap masalah actual dan resiko tinggi. Menurut Marllyn

Doengoes (2000), diagnosa keperawatan pada hipertensi adalah sebagai berikut :

a.       Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

b.      Intolerans aktifitas

c.       Nyeri (akut)

d.      Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.

e.       Koping individual tidak efektif

f.       Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan.

3.      Perencanaan

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untik prilaku spesifik yang diharapkan dari pasien

dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan keperawatan dibagi menjadi,

mandiri (dilakukan perawat) dan kolaboratif (dilakukan oleh pemberiperawatan lainnya).

a.       Curah jantung, penurunan, resti, terhadap.

Berhubungan dengan : Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia

myokardia, hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler, 

Tujuan:

1)      Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima.

2)      Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien.

Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1.      Pantau tekanan darah.

2.      Catat keberadaan, kualitas

denyutan sentral dan perifer.

1.      Perbandingan dari tekanan

memberikan gambaran yang lebih

lengkap tentang keterlibatan/bidang

masalah vaskuler.

2.      Denyutan karotis, jugularis,

radialis, dan femoralis mungkin

diamati atau tekanan palpasi.

Denyutan pada tungkai mungkin

menurun: efek dari vasokontraksi.

3.      Bunyi jantung IV umum

terdengar pada hipertensi berat dan

Page 9: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

INTERVENSI RASIONAL

3.      Auskultasi tonus jantung dan

bunyi nafas.

4.      Amati warna kulit, kelembaban

suhu, dan masa pengisian kapiler.

5.      Catat edema umum/tertentu.

6.      Beri lingkungan tenang,

nyaman, kurangi aktifitas/keributan

lingkungan dan batasi jumlah

pengunjung dan lamannya tinggal.

7.      Pertahankan pembatasan

aktifitas (jadwal istirahat tanpa

gangguan, istirahat di tempat

tidur/kursi), bantu pasien melakukan

aktifitas perawatan diri sesuai

kebutuhan.

8.      Lakukan tindakan yang nyaman

(pijatan punggung dan leher,

meninggikan kepala tempat tidur).

9.      Anjurkan tehnik relaksasi,

distraksi, dan panduan imajinasi.

10.  Pantau respon terhadap obat

untuk mengontrol tekanan darah.

kerusakan fungsi adanya krakels

mengi dapat mengindikasi kongesti

paru sekunder terhadap atau gagal

jantung kronik.

4.      Mungkin berkaitan dengan

vasokontraksi atau mencerminkan

dekompensasi atau penurunan curah

jantung.

5.      Mengindikasi gagal jantung,

kerusakan ginjal atau vaskuler.

6.      Membantu untuk menurunkan

rangsangan simpatis, menurunkan

relaksasi.

7.      Menurunkan stress dan

ketegangan yang mempengaruhi

tekanan darah dan perjalanan

penyakit hipertensi.

8.      Mengurangi ketidaknyamanan

dan dapat menurunkan rangsang

simpatis.

9.      Menurunkan rangsangan stress

membuat efek tenang, sehingga akan

menurunkan tekanan darah.

10.  Respon terhadap terapi obat

tergantung pada individu dan efek

sinergis obat.

11.  Dapat memperkuat agen

Page 10: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

INTERVENSI RASIONAL

11.  Kolaborasi dalam pemberian

obat-obat sesuai indikasi seperti:

Diuretik tiazoid: diuril, esidrix,

bendroflumentiazoid

12.  Kolaborasi dalam memerikan

pembatasan cairan dan diet natrium

sesuai indikasi.

13.  Siapkan untuk pembedahan bila

ada indikasi.

antihipertensi lain dengan membatasi

retensi cairan.

12.  dapat menangani retensi cairan

dengan respon hipertensi yang dapat

melibatkan beban kerja jantung.

13.  Bila hipertensi berhubungan

dengan adanya fcokromositoma maka

pengangkatan tumor dapat

memperbaiki kondisi.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

b.      Intoleran aktifitas

Berhubungan dengan: kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2

Tujuan: Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/diperlukan.

Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.

Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda toleransi fisiologis.

Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1.      Kaji respon pasien terhadap

aktifitas frekuensi nadi, peningkatan

tekanan darah yang nyata

selama/sesudah aktifitas.

2.      Instruksikan tehnik

penghematan energi (menggunakan

kursi saat mandi, duduk, menyisir

rambut atau menyikat gigi, lakukan

1.      Menyebutkan parameter

membantu dalam mengkaji respon

fisiologis stress terhadap aktifitas

dan bila ada merupakan indicator

dari kelebihan kerja yang berkaitan

dengan tingkat aktifitas.

2.      Dapat mengurangi

penggunaan energi dan membantu

keseimbangan antara suplai antara

suplai dan kebutuhan O2.

Page 11: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

INTERVENSI RASIONAL

aktifitas dengan perlahan).

3.      Berikan dorongan untuk

melakukan aktifitas/perawatan diri

bertahap jika dapat ditoleransi.

Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

3.      Kemajuan aktifitas bertahap

mencegah penurunan kerja jantung

tiba.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

c.       Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Tujuan: melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak terkontrol

Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan

Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1.      Mempertahankan tirah baring

selama fase akut.

2.      Berikan kompres dingin pada

dahi, pijat punggung, dan leher,

tenang, redupkan lampu kamar,

tehnik relaksasi.

3.      Hilangnya/minimalkan aktifitas

vasokonstriksi yang dapat

menurunkan dan sakit kepala,

misalnya: batuk panjang, mengejan

saat BAB, dan lain-lain.

4.      Bantu pasien dalam ambulasi

sesuai kebutuhan.

5.      Berikan cairan, makanan lunak,

perawatan mulut yang teratur bila

terjadi perdarahan hidung atau

kompres di hidung telah dilakukan

1.      Meminimalkan stimulasi atau

menurunkan relaksasi.

2.      Menurunkan tekanan vaskuler

serebral dan yang memperlambat/

memblok respon simpatis efektif

dalam menghilangkan sakit kepala

dan komplikasi.

3.      Menyebabkan sakit kepala pada

adanya tekanan vaskuler serebral

karena aktifitas yang meningkatkan

vaskonotraksi.

4.      Pusing dan pengelihatan kabur

sering berhubungan dengan sakit

kepala.

5.      Menaikkan kenyamanan

kompres hidung dapat mengganggu

menelan atau membutuhkan nafas

dengan mulut, menimbulkan stagnasi

Page 12: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

INTERVENSI RASIONAL

untuk menghentikan perdarahan.

6.      Kolaborasi dalam pemberian

analgesic dan antiancietas.

sekresi oral dan mengeringkan

mukosa.

6.      Dapat mengurangi tegangan dan

ketidaknyamanan yang diperbuat oleh

stress.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

d.      Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan: Masukan berlebihan sehubungan dengan metabolic

Pola hidup monoton.

Keyakinan budaya.

Tujuan:

1)      Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan.

2)      Menunjukkan perubahan pola makan.

3)      Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.

4)      Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat.

Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1.      Kaji pemahaman pasien tentang

hubungan langsung antara hipertensi

dan kegemukan.

2.      Bicarakan pentingnya

menurunkan masukan kalori dan

batasi masukan lemak, garam, gula

sesuai indikasi.

3.      Tetapkan keinginan pasien

untuk menurunkan berat badan.

1.      Kegemukan adalah resiko

tambahan pada hipertensi karena

kondisi proporsi antara kapasitas

aorta dan peningkatan curah jantung

berkaitan dengan peningkatan massa

tubuh.

2.      Kesalahan kebiasaan

maksimum menunjang terjadinya

atherosklerosis dan kegemukan yang

merupakan predisposisi untuk

hipertensi dan komplikasinya.

3.      Motivasi penurunan berat badan

adalah internal. Individu harus

berkeinginan untuk menurunkan berat

Page 13: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

INTERVENSI RASIONAL

4.      Kaji ulang masukan kalori

harian dan pilihan diet.

5.      Instruksikan dan bantu memilih

makanan yang tepat, hindari makanan

dengan kejenuhan lemak tinggi dan

kolesterol.

6.      Kolaboratif, rujuk ke ahli gizi

sesuai indikasi.

badan bila tidak maka program sama

sekali tidak berhasil.

4.      Membantu dalam menentukan

kebutuhan individu untuk

penyesuaian/penyuluhan dan

mengidentifikasi kekuatan/

kelemahan dalam program diet

terakhir.

5.      Penting untuk mencegah

perkembangan aterogenesis.

6.      Memberikan konseling dan

bantuan dengan memenuhi kebutuhan

diet individual.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

e.       Koping individual, inefektif berhubungan dengan:

1)      Krisis situasional/diaturasional.

2)      Perubahan hidup beragam.

3)      Relaksasi tidak adekuat.

4)      System pendukung tidak adekuat.

5)      Persepsi tidak realistic.

6)      Sedikit atau tidak pernah olahraga.

7)      Nutrisi buruk.

8)      Harapan yang tidak terpenuhi.

9)      Kerja tidak berlebihan.

10)  Metode koping tidak efektif.

Tujuan:

1)      Mengidentifikasi kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi.

2)      Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk

menghindari/mengubahnya.

Page 14: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

3)      Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif.

Intervensi dan rasional:

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1.      Kaji keefektifan strategi

koping dengan mengobservasi

perilaku, misalnya: kemampuan

menyatakan perasaan dan perhatian,

keinginan berpartisipasi dalam

rencana pengobatan.

2.      Catat laporan gangguan tidur,

peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka rangsang,

penurunan toleransi sakit kepala,

ketidakmampuan untuk mengatasi

atau menyelesaikan masalah.

3.      Bantu pasien untuk

mengidentifikasi stressor spesifik

dan kemungkinan strategi untuk

mengatasi atau menyelesaikan

masalah.

4.      Libatkan pasien dalam

perencanaan perawatan dan berikan

dorongan partisipasi maksimum

dalam rencana pengobatan.

5.      Dorong pasien untuk

mengevaluasi prioritas atau tujuan

hidup.

1.      Mekanisme adaptif perlu

untuk mengubah pola hidup

seseorang, mengatasi hipertensi

kronik, dan mengintegrasikan terapi

yang diharuskan ke dalam

kehidupan sehari-hari.

2.      Manifestasi mekanisme

koping maladaptik mungkin

merupakan indicator marah yang

ditekan dan diketahui telah menjadi

penentu utama tekanan darah

diastolic.

3.      Pengenalan terhadap stressor

adalah langkah pertama dalam

mengubah respon seseorang

terhadap stressor.

4.      Memperbaiki keterampilan

koping dan dapat meningkatkan

kerjasama dalam regimen

teraupetik.

5.      Fokus perhatian pasien pada

realitas situasi yang ada relatif

terhadap pandangan pasien tentang

apa yang diinginkan.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

Page 15: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

f.       Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi rencana pengobatan

berhubungan dengan:

1)      Kurang pengetahuan/daya ingat

2)      Misinterpretasi informasi

3)      Keterbatasan kopnitif.

4)      Menyangkal diagnosa.

Tujuan:

1)      Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan

2)      Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.

3)      Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu

diperhatikan.

Intervensi dan Rasional :

Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1.      Kaji kesiapan dan hambatan

dalam belajar, termasuk orang terdekat.

2.      Tetapkan dan nyatakan batas

tekanan darah normal, jelaskan tentang

hipertensi dan efeknya pada jantung,

pembuluh darah, ginjal, dan otak.

3.      Hindari mengatakan tekanan

darah normal dan gunakan istilah

terkontrol dengan baik saat

menggambarkan tekanan darah pasien

dalam batas yang diinginkan.

4.      Bantu pasien dalam

mengidentifikasi factor-faktor resiko

kardiovaskuler yang dapat diubah

misalnya obesitas, diet, tinggi lemak

jenuh, kolesterol, pola hidup monoton,

dan minum alcohol, pola hidup stress.

5.      Rekomendasikan untuk

menghindari mandi air panas, ruang

penguapan, penggunaan alcohol yang

1.      Mengidentifikasi kemampuan

klien dalam menerima

pembelajaran.

2.      Meningkatkan pengetahuan

klien tentang tekanan darah normal

dan efek hipertensi.

3.      Tekanan darah normal pada

setiap orang berbeda tergantung

pada banyak faktor.

4.      Mencegah meningkatnya

tekanan darah dengan

memperhatikan faktor – faktor

resiko.

Page 16: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

INTERVENSI RASIONAL

berlebihan.

6.      Anjurkan pasien untuk

berkonsultasi dengan pemberi

perawatan sebelum menggunakan obat.

7.      Instruksikan pasien tentang

peningkatan masukan makanan atau

cairan tinggi kalium.

5.      Dapat menyebabkan tekanan

darah berubah – ubah.

6.      Menghindari terjadinya resiko

overdosis obat.

7.      Mempertahankan

keseimbangan cairan dan elektrolit

tubuh.

Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)

4.      Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam

pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :

a.       Tindakan mandiri

b.      Tindakan observasi

c.       Tindakan health education

d.      Tindakan kolaborasi

5.      Evaluasi

Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai,

sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan. Perawat perlu mengetahui

kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan

perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat diketahui Dalam evaluasi dapat

dikemukakan 4 kemungkinan yang menentukan keperawatan selanjutnya yaitu :

a.       Masalah klien dapat dipecahkan .

b.      Sebagian masalah klien dapat dipecahkan.

c.       Masalah klien tidak dapat dipecahkan.

d.      Dapat muncul masalah baru.

Page 17: Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi

Evaluasi untuk klien dengan hipertensi dapat disesuaikan dengan masalah yang telah

ditanggulangi dengan mengacu pada tujuan yang telah ditentukan.

a.       Apakah tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima oleh klien?.

b.      Apakah klien dapat beraktifitas secara mandiri ?.

c.       Apakah kebutuhan nutrisi klien terpenuhi ?.

d.      Apakah klien dapat menggunakan koping yang efektif ?.

e.       Apakah pemahaman klien tentang penyakit meningkat ?.