Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

download Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

of 52

Transcript of Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    1/52

    PENGOBATAN SENDIRI (SWAMEDIKASI)

    HIPERTENSI

    DISUSUN OLEH :

    KELOMPOK XIVKELAS A

    FARDIN N21111046

    TABRAN N21111200

    ADE SUCIADI EMAL N21111201

    PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

    FAKULTAS ARMASI

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2014

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    2/52

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Hipertensi merupakan penyakit umum yang hanya didefinisikan sebagai

    peningkatan terus-menerus tekanan darah arteri (BP). Meskipun peningkatan

    BP itu dianggap "penting" untuk perfusi memadai penting dari organ selama

    awal 1900-an dan menengah, sekarang diidentifikasi sebagai salah satu faktor

    risiko yang paling signifikan untuk kardiovaskular (CV) penyakit.

    Meningkatkan kesadaran dan diagnosis hipertensi, dan meningkatkan kontrol

    BP dengan pengobatan yang tepat, dianggap kritis inisiatif kesehatan

    masyarakat untuk mengurangi CV morbiditas dan mortalitas (Dipiro, 2008).

    Ketujuh Laporan Komite Nasional Bersama pada deteksi, Evaluasi, dan

    Penanganan Tekanan Darah Tinggi (JNC7) adalah pedoman yang paling

    menonjol berbasis bukti klinis pada Amerika Serikat untuk pengelolaan

    hipertensi, ditambah laporan dari American Heart Association (AHA)

    Scientific di tahun 2007 Pernyataan terkait pada pengobatan hypertension.

    Ulasan komponen yang relevan dari panduan ini dan bukti tambahan dari uji

    klinis, dengan fokus pada farmakoterapi dari hipertensi. Data dari National

    Health and Nutrition Examination Survey 1999-2000 menunjukkan bahwa

    penduduk Amerika dengan hipertensi, 68,9% menyadari bahwa mereka

    memiliki hipertensi, hanya 58.4% yang memberikan beberapa bentuk

    pengobatan antihipertensi, dan hanya 34% dari semua pasien telah

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    3/52

    dikendalikan BP. Oleh karena itu, ada banyak kesempatan bagi dokter untuk

    meningkatkan perawatan pasien dengan hipertensi.

    Gambaran epidemiologi menunjukkan Sekitar 31% dari populasi (72

    juta orang Amerika) memiliki BP tinggi (140 / 90 mm Hg). Persentase laki-

    laki dengan tinggi BP adalah lebih tinggi dari wanita sebelum usia 45 tahun,

    tetapi antara usia 45 dan 54 tahun persentasenya sedikit lebih tinggi dengan

    wanita. Setelah usia 55 tahun, persentase yang jauh lebih tinggi dari wanita

    memiliki BP lebih tinggi daripada tingkat prevalensi pada pria. Tertinggi di

    non Kulit hitam Hispanik (33,5%) diikuti oleh orang kulit putih non-Hispanik

    (28,9%) dan Meksiko Amerika (20,7%). Nilai-nilai BP meningkat dengan usia,

    dan hipertensi (peningkatan BP secara terus menerus) adalah sangat umum

    pada orang tua. Risiko seumur hidup mengembangkan hipertensi di antara

    mereka 55 tahun dan lebih tua yang normotensive adalah 90%. Kebanyakan

    pasien memiliki prehipertensi sebelum mereka didiagnosis dengan hipertensi,

    dan sebagian besar diagnosis terjadi antara dekade ketiga dan kelima dari

    kehidupan. Dalam populasi usia 60 tahun, prevalensi hipertensi pada tahun

    2000 adalah diperkirakan 65,4%, yang secara signifikan lebih tinggi dari 57.9%

    prevalensi diperkirakan pada tahun 1.988 (Dipiro 7th

    , 2008).

    Hipertensi adalah salah satu penyakit mematikan di dunia karena

    penyakit ini bisa memicu penyakit kelas berat sepert gagal jantung dan stroke.

    Sebanyak satu miliar orang di dunia atau satu dari 4 orang dewasa penderita

    penyakit. Diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi

    1,6 miliar menjelang tahun 2025. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    4/52

    dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-28,6% penduduk yang berusia di atas

    20 tahun adalah penderita hipertensi. Meski jumlah penderita ini sangat

    banyak, namun penyakit ini sering tidak disadari oleh penderitanya.

    Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.

    Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih

    rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi akttifitas fisik, di

    mana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika

    beristirahat. Tekanan darah dalam 1 hari juga berbeda; paling tinggi pada

    waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Dorothy, 2011).

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    5/52

    BAB II

    URAIAN HIPERTENSI

    Definisi Hipertensi

    Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah diastolik yang tetap dan

    lebih besar dari 90 mmHGdisertai dengan kenaikan tekanan darah sistolik

    (140 mmHg). Hipertensi disebabkan oleh peningkatan tonus otot polos

    vaskular perifer, yang menyebabkn peningkatan resistensi arteriola dan

    menurunnya kapasitas sistem pembuluh vena. Meskipun pada banyak orang

    tanpa gejala, hipertensi kronik-sistolik ataupun diastolik dapat menyebabkan

    gagal jantung kongestif, infark miokard, kerusakan ginjal dan cedera

    serebrovaskular. Insidens morbiditas dan mortalitas sangat menurun jika

    hipertensi terdiagnosa lebih awal dan diobati dengan baik (Mycek, 2001).

    Etiologi Hipertensi

    Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,

    yaitu:

    1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

    penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%

    kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan

    hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek

    dalam ekskresi Na, Pemingkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor

    yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta

    polisitemia.

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    6/52

    2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.

    Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit

    ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom

    Gushing, feokromositoma, koarktosiaorta, hipertensi yang berhubungan

    dengan kehamilan, dan lain-lain (Mansjoer, et al. 2009).

    Patofisiologi

    Tekanan darah arteri

    Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri

    dalam millimeter merkuri (mmHg). Dua tekanan darah arteri yang biasanya

    diukur, tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD).

    TDS diperoleh selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah

    kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.

    Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara

    potensial dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah :

    1. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau

    variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons

    terhadap stress psikososial dll

    2. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor

    3. Asupan natrium (garam) berlebihan

    4. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium

    5. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya

    produksi angiotensin II dan aldosteron

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    7/52

    6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide

    natriuretik

    7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi

    tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal

    8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada

    pembuluh darah kecil di ginjal

    9. Diabetes mellitus

    10.Resistensi insulin

    11.Obesitas

    12.Meningkatnya aktivitas vascular growth factors

    13.Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,

    karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular

    14.Berubahnya transpor ion dalam sel (Ditjen Binfar, 2006)

    Gambar 1. Mekanisme Patofisiologi penyakit hipertansi

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    8/52

    Regulasi Tekanan Darah

    Tekanan darah arteri diatur dalam batas-batas tertentu untuk perfusi

    jaringan yang cukup tanpa menyebabkan kerusaakan pada sistem vaskular,

    terutama intima arterial. Tekanan darah arterial langsung seimbang dengan

    hasil curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada orang normal dan

    hipertensi, curah jantung dan resistensi perifer diatur oleh suatu mekanisme

    pengatur yang saling tumpang tindih: barorefleks disalurkan melalui sistem

    saraf simpatik, dan sistem renin-angiotensin-aldosteron. Obat-obat

    antihipertensi pada umumnya menurunkan tekanan darah dengan mengurangi

    curah jantung dan/atau menurunkan resistensi perifer.

    1. Sistem baroreseptor dan sistem saraf simpatis

    Barorefleks mencakup sistem simpatis yang diperlukan untuk

    pengaturan tekanan darah yang cepat dari waktu ke waktu. Turunnya

    tekanan darah menyebabkan neuron-neuron yang sensitif terhadap

    tekanan (baroreseptor pada arkus aorta dan sinus karotid) akan

    mengirimkan impuls yang lebih lemah kepada pusat-pusat kardiovaskular

    dalam sambungan sumsum. Ini akan menimbulkan peningkatan respons

    refleks pusat simpatik dan penurunan pusat parasimpatik terhadap jantung

    dan pembuluh, yang mengakibatkan vasokontriksi dan meningkatnya isi

    sekuncup jantung. Prubahan ini akan menurunkan kenaikan tekanan

    darah kompensasi.

    2. Sistem renin-angiotensin-aldosteron

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    9/52

    Ginjal mengatur tekanan darah jangka panjang dengan mengubah

    volume darah. Baroreseptor pada ginjal menyebabkan penurunan

    tekanan darah (dan stimulasi reseptor -adrenergik simpatik) dengan

    cara mengeluarkan enzim renin. Peptidase ini akan mengubah

    angiotensinogen menjadi angiotensin I yang selanjutnya dikonversi

    menjadi angiotensin II oleh enzim pengkonversi angiotensin (ACE).

    Angiotensin II adalah vasokontriktor yang sangat poten dalam

    sirkulasi, menyebabkan peningkatan tekanan darah. Lebih lanjut,

    angiotensin II ini memacu sekresi aldosteron, sehingga reabsorbsi

    natrium ginjal dan volume darah meningkat, yang seterusnya juga akan

    meningkatkan tekanan darah (Mycek, 2001).

    Manifestasi Klinik

    Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya

    gejala, Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada

    ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah

    sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk,

    sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing.

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai

    terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain

    atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer

    lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    10/52

    total, kolesterol HDL, dan EKG. Sebagai tambahan dapat dilakukan

    pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat,

    kolesterol LDL, TSH dan Ekokardiografi (Mansjoer, 2009).

    Diagnosis

    1. Hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran tekanan

    darah, tetapi dapat ditegakkan setelah 2 kali atau lebih pengukuran pada

    kunjungan yang berbeda, kecuali terjadi peningkatan tekanan darah yang

    tinggi atau gejala-gejala klinis pendukung pada pemeriksaan yang

    pertama kali.

    2. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

    Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

    Normotensi

    Hipretensi ringan

    Hipertensi perbatasan

    Hipertensi sedang-berat

    Hipertensi sistolik terisolasi

    Hipertensi sistolik

    perbatasan

    < 140

    140180

    140160

    > 180

    > 140

    140160

    < 90

    90105

    9095

    > 105

    < 90

    < 90

    (Priyanto, 2009)

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    11/52

    BAB III

    PENATALAKSANAAN

    Tujuan Terapi

    1. Menurunkan morbiditas dan mortalitas

    2. Menurunkan tekanan darah hingga mencapai :

    a. < 140/90 mmHg pada hipertensi non komplikasi

    b. < 130/85 mmHg pada pasien DM, dan gagal ginjal

    c. < 125/75 mmHg pada gangguan ginjal berat

    d. < 140 mmHg pada hipertensi sistolik

    3. Menghindari hipotensi dan ESO yang lain serta mencegah kerusakan

    organ (stroke, retinofati, gagal jantung, gagal ginjal, dan infark jantung).

    Terapi Hipertensi

    1. Non Famakologi

    a. Mengidentifikasi dan mengurangi faktor resiko seperti :

    Merokok

    Dislipidemia

    Diabetes mellitus (DM)

    > 60 th pada laki-laki dan wanita post menopause

    Riwayat keluarga menderita hipertensi

    Obesitas (Body mass index atau BMI > 30 kg/m2) dn penyakit

    jantung

    Aktivitas fisik yang kurang

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    12/52

    b. Modifikasi gaya hidup

    Menurunkan berat badan bila berlebihan (BMI > 27 kg/m2)

    Membatasi komsumsi alkohol

    Meningkat aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)

    Mengurangi asupan garam (2,4 gNa atau 6 g NaCl/hari)

    Mempertahankan asupan kalium yang adequate

    Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak/kolesterol dalam

    makanan

    2. Terapi Farmakologi

    a. Pemilihan obat harus berdasarkan pada efektivitasnya dalam

    mengurangi morniditas dan mortalitas, keamanan, biaya, penyakit

    yang menyertainya, dan faktor resiko yang lain

    b. Pilihan awal tergantung pada tingginya tekanan darah (TD) dan

    adanya kondisi khusus tertentu yang akan mempengaruhi pemilihan

    obat (compelling). Kebanyakan hipertensi tingkat I harus diawali

    dengan pemberian diuretik tiazid. Hpertensi tingkat II menggunakan

    kombinasi yang salah satunya adalah diuretik thiazid, jika tidak ada

    kontraindikasi.

    c. Kondisi khusus yang akan mempengaruhi pemilihan obat

    antihipertensi antara lain:

    - Diuretik, bloker, ACE inhibitor, angiotensin II receptor blocker

    (ARBs), dan calcium channer blockers (CCBs) adalah pilihan

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    13/52

    pertama berdasarkan efektivitas dan keamanan terhadap organ

    tertentu, serta berdasarkan morbiditas dan mortalitas.

    - 1 bloker, central 2-agonis, penghambat adrenergik, dan

    vasodilator adalah obat alternatif setelah obat pertama.

    - Hanya sekita 40% tujuan pengobatan dicapai dengan pemberian

    obat tunggal pemberian obat kedua dipilih yang efeknya adiktif

    dengan obat pertama. Jika diuretik bukan pilihan pertama, obat

    tersebut harus merupakan obat ke 2, jika tidak kontraindikasi.

    Kondisi khusus yang Perlu Perhatian Dalam Memilih Obat

    Pemilihan obat harsu mempertimbangkan kondisi khusus itu supaya

    tujuan umum pengobatan yang mengurangi morbiditas, mortalitas, dan

    perlindungan organ dapat tercapai.

    1. Gagal jantung

    a. Diuretik merupakan pilihan utama karena dapat mengurangi udem

    dengan efek diuresisnya. Diuretik kuat mungkin diperlukan,

    terutama pasien dengan tekanan sistolik yang besar.

    b. ACE inhibitor juga merupakan obat pilihan pertama berdasarkan

    pada bukti-bukti uji klinis yang terbukti paling baik dalam

    menurunkan morbiditas dan mortalitas. Pada pasien gagal jantung

    yang mempunyai kadar renin dan angiotensin II tinggi, terapi harus

    dimulai dengan dosis kecil untuk menghindari hipotensi ortostik.

    c. ARB dapat sebagai alternatif ACE inhibiitor pada pasien yang tidak

    dapat menerima ACE inhibitor.

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    14/52

    2. Pasien yang telah mengalami Infark jantung (Postmyocardial

    Infarction)

    a. bloker mengunragi stimulasi kerja jantung dan akan menurunkan

    resiko terjadinya infark berikutnya dan meninggal mendadak karena

    infark.

    b. ACE inhibitor meningkatkan fungsi jantung dan dapat mengurangi

    kejadian infark.

    3. Pasien dengan resiko tinggi (High Coronary Disease Risk)

    a. bloker merupakan terapi lini pertama pada angina kronik stabil

    (chronic stable angina) dan tidak stabil (unstable angina), dan

    myocardial infarction.

    b. CCBs (kecuali dihidropiridin verapamil dan diltiazem) menurunkan

    tekanan darah dan mengurangi kebutuhan oksigen jantung.

    Dihidropiridin CCBs mungkin menyebabkan stimulasi jantung dan

    harus dicadangkan sebagai pilihan ke 2 atau ke 3.

    4. Diabetes Millitus

    a. Sasaran TD pada penderita DM adalah kurang dari 130/80 mmHg

    b. Semua pasien DM dan hipertensi harus diterpi dengan

    menggunakan baik ACE inhibitor atau ARB. Kedua golongan obat

    tersebut bersifat nephroprotection dan menurunkan resiko pada

    cardiovaskuler.

    c. Diuretik thiazid direkomendasikan jika obat ke dua diperlukan.

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    15/52

    d. CCBs juga bermanfaat sebagai obat tambahan jika diperlukan untuk

    mengontrol TD pada kasus DM

    5.

    Chronic Kidney Disease

    a. ACE inhibitor dan ARB menurunkan TD dan juga menurunkan

    tekanan intragomeruler, yang selanjutnya akan mengurangi

    menurunnya fungsi ginjal. Beberapa data menunjukkan bahwa

    kombinasi ACE inhibitor dan ARB mungkin lebig efektif

    dibandingkan masing-masing obat.

    b. Karena pasien biasanya memerlukan kombinasi obat, diuretik, dan

    CCB sering diperlukan (Priyanto, 2009).

    Pertimbangan lain dalam Pemilihan obat Antihipertensi

    1. Efek yang berpotensi menguntungkan

    - Diuretik tipe thiazide berguna untuk memperlambat demineralisasi

    pada osteoporosis.

    - -blocker dapat berguna untuk pengobatan atrial

    takhiaritmia/fibrilasi,

    migraine, tirotoksikosis (jangka pendek), atau tremor esensial.

    - Kalsium antagonis dapat berguna juga untuk pengobatan sindroma

    Raynaud dan aritmia tertentu

    - -blocker dapat berguna untuk gangguan prostat .

    2. Efek yang berpotensi tidak menguntungkan

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    16/52

    - Diuretik tipe thiazide harus digunakan dengan hati-hati pada pasien

    dengan diagnosa pirai atau yang mempunyai sejarah medis

    hiponatremia yang bermakna.

    - Hindari penggunaan penyekat pada pasien asma, reactive airway

    disease, atausecond or third degree heart block

    - ACEI dan ARB tidak boleh diberikan kepada perempuan punya

    rencana hamil dan kontraindikasi pada perempuan hamil. ACEI tidak

    boleh diberikan pada pasien dengan riwayat angioedema.

    - Antagonis aldosteron dan diuretic penahan kalium dapat

    menyebabkan hiperkalemia, sehingga jangan diberikan kepada

    pasien dengan kalium serum >5.0 mEq/L (tanpa minum obat apa-

    apa)

    Pembahasan masing-masing kelas obat

    1. Diuretik

    Diuretik, terutama golongan tiazid, adalah obat lini pertama untuk

    kebanyakan pasien dengan hipertensi. Bila terapi kombinasi diperlukan

    untuk mengontrol tekanan darah, diuretik salah satu obat yang

    direkomendasikan. Empat subkelas diuretik digunakan untuk mengobati

    hipertensi: tiazid, loop, agen penahan kalium, dan antagonis aldosteron.

    Diuretik penahan kalium adalah obat antihipertensi yang lemah bila

    digunakan sendiri tetapi memberikan efek aditif bila dikombinasi dengan

    golongan tiazid atau loop. Selanjutnya diuretik ini dapat menggantikan

    kalium dan magnesium yang hilang akibat pemakaian diuretik lain.

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    17/52

    Antagonis aldosteron (spironolakton) dapat dianggap lebih poten dengan

    mula kerja yang lambat (s/d 6 minggu untuk spironolakton). Tetapi, JNC 7

    melihatnya sebagai kelas yang independen karena bukti mendukung indikasi

    khusus.

    Pada pasien dengan fungsi ginjal cukup ( GFR> 30 ml/menit),

    tiazid paling efektif untuk menurunkan tekanan darah. Bila fungsi ginjal

    berkurang, diuretik yang lebih kuat diperlukan untuk mengatasi peningkatan

    retensi sodium dan air. Furosemid 2x/hari dapat digunakan. Jadwal minum

    diuretik harus pagi hari untuk yang 1x/hari, pagi dan sore untuk yang 2x/hari

    untuk meminimalkan diuresis pada malam hari. Dengan penggunaan secara

    kronis, diuretik tiazide, diuretik penahan kalium, dan antagonis aldosteron

    jarang menyebabkan diuresis yang nyata. Perbedaan farmakokinetik yang

    penting dalam golongan tiazid adalah waktu paruh dan lama efek

    diuretiknya. Hubungan perbedaan ini secara klinis tidak diketahui karena

    waktu paruh dari kebanyakan obat antihipertensi tidak berhubungan dengan

    lama kerja hipotensinya. Lagi pula, diuretik dapat menurunkan tekanan

    darah terutama dengan mekanisme extrarenal. Diuretik sangat efektif

    menurunkan tekanan darah bila dikombinasi dengan kebanyakan obat

    antihipertensif lain. Kebanyakan obat antihipertensi menimbulkan retensi

    natrium dan air; masalah ini diatasi dengan pemberian diuretik bersamaan.

    Efek samping diuretik tiazid termasuk hipokalemia, hipomagnesia,

    hiperkalsemia, hiperurisemia, hiperglisemia, hiperlipidemia, dan disfungsi

    seksual. Diuretik loop dapat menyebabkan efek samping yang sama, walau

    efek pada lemak serum dan glukosa tidak begitu bermakna, dan kadang-

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    18/52

    kadang dapat terjadi hipokalsemia. Studi jangka pendek menunjukkan kalau

    indapamide tidak mempengaruhi lemak atau glukosa atau disfungsi seksual.

    Semua efek samping diatas berhubungan dengan dosis. Kebanyakan efek

    samping ini teridentifikasi dengan pemberian tiazid dosis tinggi (misalnya

    HCT 100mg/hari). Guideline sekarang menyarankan dosis HCT atau

    klortalidone 12.525 mg/hari, dimana efek samping metabolik akan sangat

    berkurang. Diuretik penahan kalium dapat menyebabkan hiperkalemia,

    terutama pada pasien dengan penyakit ginjal kronis atau diabetes dan pada

    pasien yang menerima ACEI, ARB, NSAID, atau supplemen kalium.

    Hiperkalemia sangat bermasalah terutama dengan eplerenone, antagonis

    aldosteron yang terbaru. Karena sangat selektif antagonis aldosteron,

    kemampuannya menyebabkan hiperkalemia melebihi diuretik penahan

    kalium lainnya, bahkan spironolakton. Eplerenone dikontraindikasikan untuk

    pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau diabetes tipe 2 dengan

    proteinuria. Kalau spironolakton menyebabkan gynecomastia pada 10%

    pasien, dengan eplerenon gynecomastia jarang terjadi.

    2. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI),

    ACEI dianggap sebagai terapi lini kedua setelah diuretik pada

    kebanyakan pasien dengan hipertensi. Studi ALLHAT menunjukkan

    kejadian gagal jantung dan stroke lebih sedikit dengan klortalidon

    dibanding dengan lisinopril. Perbedaan untuk stroke konsisten dengan

    hasil trial lainnya, the Captopril Prevention Project (CAPP). Pada studi

    dengan lansia, ACEI sama efektifnya dengan diuretik dan penyekat beta,

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    19/52

    dan pada studi yang lain ACEI malah lebih efektif. Lagi pula, ACEI

    mempunyai peranan lain pada pasien dengan hipertensi plus kondisi

    lainnya. Kebanyakan klinisi setuju bila ACEI bukan merupakan terapi lini

    pertama pada kebanyakan pasien hipertensi, tetapi sangat mendekati

    diuretik. ACEI menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin

    II, dimana angiotensin II adalah vasokonstriktor poten yang juga

    merangsang sekresi aldosteron (lihat gambar 2).

    Gambar 2. Sistem renin-angiotensin dan system kallikrein-kinin

    ACEI juga memblok degradasi bradikinin dan merangsang sintesa

    zat-zat yang menyebabkan vasodilatasi, termasuk prostaglandin E2 dan

    prostasiklin. NPeningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan

    tekanan darah dari ACEI, tetapi juga bertanggung jawab terhadap efek

    samping batuk kering yang sering dijumpai pada penggunaan ACEI.

    ACEI secara efektif mencegah dan meregresi hipertrofi ventrikel kiri

    dengan mengurangi perangsangan langsung oleh angiotensin II pada sel

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    20/52

    miokardial. JNC 7 mencantumkan 6 indikasi khusus dari ACEI,

    menunjukkan banyak kegunaan yang berdasarkan bukti (evidence-based)

    dari kelas obat ini (lihat gambar 3).

    Gambar 3. Kombinasi yang memungkinkan dari kelas yang berbeda untuk

    obat-obat antihipertensi

    Beberapa studi menunjukkan kalau ACEI mungkin lebih efektif

    dalam menurunkan resiko kardiovaskular dari pada obat antihipertensi

    lainnya. Pada DM tipe 2, dua studi menunjukkan kalau ACEI superior

    daripada CCB. Tetapi pada UKPDS, captopril ekivalen dengan atenolol

    dalam mencegah kejadian kardiovaskular pada pasien dengan DM tipe 2.

    ACEI menurunkan morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan gagal

    jantung42 dan memperlambat progres penyakit ginjal kronis. Golongan

    ACEI harus digunakan sebagai pengobatan lini pertama dalam terapi

    pada pasien-pasien ini, kecuali terdapat kontraindikasi absolut. Selain

    terapi dengan penyekat beta, bukti menunjukkan kalau ACEI lebih jauh

    menurunkan resiko kardiovaskular pada angina stabil kronis (EUROPA)

    dan pada pasien-pasien pasca infark miokard (HOPE). Akhirnya, data

    dari PROGRESS menunjukkan berkurangnya resiko stroke yang kedua

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    21/52

    kali dengan kombiasi ACEI dan diuretik tiazid. Kebanyakan ACEI dapat

    diberikan 1 kali/hari kecuali kaptopril, waktu paruhnya pendek , biasanya

    dua sampai tiga kali/hari. Kaptopril, enalapril, dan lisinopril diekskresi

    lewat urin, jadi penyesuaian dosis diperlukan pada pasien dengan

    penyakit ginjal kronis yang parah. Penyerapan kaptopril berkurang 30

    40 % bila diberikan bersama makanan.

    ACEI dapat di toleransi dengan baik oleh kebanyakan pasien tetapi

    tetap mempunyai efek samping. ACEI mengurangi aldosteron dan dapat

    menaikkan kosentrasi kalium serum. Biasanya kenaikkannya sedikit,

    tetapi hiperkalemia dapat terjadi. Terlihat terutama pada pasien dengan

    penyakit ginjal kronis, atau diabetes melitus dan pada pasien yang juga

    mendapat ARB, NSAID, supplemen kalium, atau diuretik penahan

    kalium. Monitoring serum kalium dan kreatinin dalam waktu 4 minggu

    dari awal pemberian atau setelah menaikkan dosis ACEI sering dapat

    mengidentifikasi kelainan ini sebelum dapat terjadkomplikasi yang serius.

    Angiedema adalah komplikasi yang serius dari terapi dengan ACEI.

    Sering ditemui pada African-Amerian dan perokok. Gejala berupa

    bengkak pada bibir dan lidah dan kemungkinan susah bernafas. Hentikan

    pemberian ACEI untuk semua pasien dengan angioedema, tetapi edema

    laring dan gejala pulmonal kadanag-kadang terjadi dan memerlukan

    terapi dengan epinefrin, kortikosteroid, antihistamin, dan/atau intubasi

    emergensi untuk membantu respirasi. Batuk kering yang persisten terlihat

    pada 20% pasien; dapat dijelaskan secara farmakologi karena ACEI

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    22/52

    menghambat penguraian dari bradikinin. Batuk yang disebabkan tidak

    menimbulkan penyakit tetapi sangat menganggu ke pasien. Bila ACEI

    diindikasikan untuk indikasi khusus gagal jantung, diabetes, atau penyakit

    ginjal kronis; pada pasien-pasien dengan batuk kering, ACEI diganti

    dengan ARB. ACEI merupakan kontraindikasi absolut untuk perempuan

    hamil dan pasien dengan riwayat angioedema. ACEI harus dimulai

    dengan dosis rendah terutama pada pasien dengan deplesi natrium dan

    volume, eksaserbasi gagal jantung, lansia, dan yang juga mendapat

    vasodilator dan diuretik karena hipotensi akut dapat terjadi. Penting untuk

    memulai dengan dosis normal untuk pasien-pasien diatas dan dosis

    dinaikkan pelan-pelan.

    3. Penyekat reseptor angiotensin II (ARB)

    Angitensinogen II dihasilkan dengan melibatkan dua jalur enzim:

    RAAS (Renin Angiotensin Aldosterone System) yang melibatkan ACE,

    dan jalan alternatif yang menggunakan enzim lain seperti chymase ACEI

    hanya menghambat efek angiotensinogen yang dihasilkan melalui RAAS,

    dimana ARB menghambat angiotensinogen II dari semua jalan. Oleh

    karena perbedaam ini, ACEI hanya menghambat sebagian dari efek

    angiotensinogen II. ARB menghambat secara langsung reseptor

    angiotensinogen II tipe 1 (AT1) yang memediasi efek angiotensinogen II

    yang sudah diketahui pada manusia: vasokonstriksi, pelepasan aldosteron,

    aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan konstriksi arteriol

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    23/52

    efferen dari glomerulus. ARB tidak memblok reseptor angiotensinogen

    tipe 2 (AT2). Jadi efek yang menguntungkan dari stimulasi AT2 (seperti

    vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel)

    tetap utuh dengan penggunaan ARB. Studi menunjukkan kalau ARB

    mengurangi berlanjutnya kerusakan organ target jangka panjang pada

    pasien-pasien dengan hipertensi dan indikasi khusus lainnya.

    Tujuh ARB telah di pasarkan untuk mengobati hipertensi; semua obat

    ini efektif menurunkan tekanan darah. ARB mempunyai kurva dosis-

    respon yang datar, berarti menaikkan dosis diatas dosis rendah atau

    sedang tidak akan menurunkan tekanan darah yang drastis. Penambahan

    diuretik dosis rendah akan meningkatkan efikasi antihipertensi dari ARB.

    Seperti ACEI, kebanyakan ARB mempunyai waktu paruh cukup panjang

    untuk pemberian 1 x/hari. Tetapi kandesartan, eprosartan, dan losartan

    mempunyai waktu paruh paling pendek dan diperlukan dosis pemberian

    2x/hari agar efektif menurunkan tekanan darah. ARB mempunyai efek

    samping paling rendah dibandingkan dengan obat antihipertensi lainnya.

    Karena tidak mempengaruhi bradikinin, ARB tidak menyebabkan batuk

    kering seperti ACEI. Sama halnya dengan ACEI, ARB dapat

    menyebabkan insufisiensi ginjal, hiperkalemi, dan hipotensi ortostatik.

    Hal-halyang harus diperhatikan lainnya sama dengan pada penggunaan

    ACEI. Kejadian batuk sangat jarang, demikian juga angiedema; tetapi

    cross-reactivity telah dilaporkan. ARB tidak boleh digunakan pada

    perempuan hamil.

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    24/52

    4. Penyekat Beta

    Penyekat beta telah digunakan pada banyak studi besar untuk

    hipertensi.

    Sebelumnya penyekat beta disarankan sebagi obat lini pertama

    bersama diuretik. Tetapi, pada kebanyakan trial ini, diuretik adalah obat

    utamanya, dan penyekat beta ditambahkan untuk menurunkan tekanan

    darah. Beberapa studi telah menunjukkan berkurangnya resiko

    kardiovaskular apabila penyekat beta digunakan pasca infark miokard,

    pada sindroma koroner akut, atau pada angina stabil kronis. Walaupun

    pernah dikontraindikasikan pada penyakit gagal jantung, banyak studi

    telah menunjukkan kalau karvedilol dan metoprolol suksinat menurunkan

    mortalitas pada pasien dengan gagal jantung sistolik yang sedang diobati

    dengan diuretik dan ACEI. Atenolol digunakan pada DM tipe 2 pada

    studi

    UKPDS dan menunjukkan efek yang sebanding, walaupun tidak

    lebih baik dalammenurunkan resiko kardiovaskular dibandingkan dengan

    captopril.

    Ada perbedaan farmakodinamik dan farmakokinetik diantara

    penyekat beta yang ada, tetapi menurunkan tekanan darah hampir sama.

    Ada tiga karakteristik farmakodinamik dari penyekat beta yang

    membedakan golongan ini yaitu efek:

    Kardioselektif (cardioselektivity)

    ISA (intrinsic sympathomimetic activity)

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    25/52

    Mestabilkan membrane (membran-stabilizing)

    Penyekat beta yang mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap

    reseptor beta-1 dari pada reseptor beta-2 adalah kardioselektif.

    Adrenoreseptor beta-1 dan beta-2 terdistribusi di seluruh tubuh, tetapi

    terkosentrasi pada organ-organ dan jaringan tertentu. Beta-1 reseptor

    lebih banyak pada jantung dan ginjal, dan beta-2 reseptor lebih banyak

    ditemukan pada paruparu, liver, pankreas, dan otot halus arteri.

    Perangsangan reseptor beta-1 menaikkan denyut jantung, kontraktilitas,

    dan pelepasan rennin. Perangsangan reseptor beta-2 menghasilkan

    bronchodilatatasi dan vasodilatasi. Penyekat beta yang kardioselektif

    kecil kemungkinannya untuk mencetuskan spasme bronkus dan

    vasokonstriksi. Juga, sekresi insulin dan glikogenolisis secara adrenergik

    dimediasi oleh reseptor beta-2. Penghambatan reseptor beta-2 dapat

    menurunkan proses ini dan menyebabkan hiperglikemi atau menimbulkan

    perbaikan hipoglikemi.

    Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol adalah penyekat

    beta yang kardioselektif; jadi lebih aman daripada penyekat beta yang

    nonselektif pada pasien asma, PPOK, penyakit arteri perifer, dan diabetes

    yang karena alasan khusus harus diberi penyekat beta. Tetapi,

    kardioselektifitas adalah fenomena yang tergantung dosis. Pada dosis

    yang lebih tinggi, penyekat beta yang kardioselektif kehilangan

    selektifitas relatifnya untuk reseptor beta-1 dan akan memblok reseptor

    beta-2 seefektif memblok reseptor beta-1. Pada dosis berapa

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    26/52

    kardioselektifitas hilang tergantung dari pasien ke pasien. Pada

    umumnya, penyekat beta yang kardioselektif lebih disukai bila digunakan

    untuk mengobati. hipertensi. Beberapa penyekat beta mempunyai

    aktivitas simpatomimetik intrinsic (ISA). Acebutolol, carteolol,

    penbutolol, dan pindolol adalah penyekat beta ISA yang bekerja secara

    agonis beta reseptor parsial. Tetapi penyekat beta ISA ini tidak

    menurunkan kejadian kardiovaskular dibanding dengan penyekat beta

    yang lain. Malahan, obat-obat ini dapat meningkatkan resiko pasca infark

    miokard atau pada pasien dengan resiko penyakit koroner yang tinggi.

    Jadi, ISA jarang diperlukan.

    Akhirnya, semua penyekat beta mempengaruhi aksi menstabilkan

    membrane (membrane-stabilising action) pada sel jantung bila dosis

    cukup besar digunakan. Aktifitas ini diperlukan bila karakteristik

    antiaritmik dari penyekat beta diperlukan. Perbadaan farmakokinetik

    diantara penyekat beta berhubungan dengan first pass metabolisme,

    waktu paruh, derajat kelarutan dalam lemak (lipophilicity), dan rute

    eliminasi. Propranolol dan metoprolol mengalami first-pass metabolism,

    jadi dosis yang diperlukan untuk memblok reseptor beta akan bervariasi

    dari pasien ke pasien. Atenolol dan nadolol mempunyai waktu paruh

    panjang dan di ekskresi lewat ginjal. Walaupun waktu paruh dari

    penyekat beta lainnya jauh lebih singkat,pemberian 1x/hari efektif karena

    waktu paruh dalam serum tidak berhubungan dengan lama keja

    hipotensinya. Penyekat beta bervariasi dalam sifat lipofiliknya atau

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    27/52

    penetrasinya ke susunan saraf pusat. Semua penyekat beta melewati

    sawar darah-otak, tetapi agen lipofilik berpenetrasi lebih jauh dibanding

    yang hidrofilik. Propranolol yang paling lipofilik dan atenolol yang

    sedikit lipofiliknya. Jadi kosentrasi propranolol di otak lebih tinggi

    dibanding atenolol bila dosis yang ekivalen diberikan. Hal ini

    mengakibatnya efek samping sistim saraf pusat (seperti pusing dan

    mengantuk) dengan agen lipofilik seperti propranolol. Tetapi, sifat

    lipofilik ini memberikan efek yang lebih untuk kondisi nonkardiovaskular

    seperti migraine, mencegah sakit kepala, tremor essensial, dan

    tirotoksikosis. Pemberian penyekat beta tiba-tiba dapat menyebabkan

    angina tidak stabil, infark miokard, dan bahkan kematian pada pasien-

    pasien dengan resiko tinggi penyakit koroner. Pemberhentian tiba-tiba

    juga dapat menyebabkan rebound hypertension(naiknya tekanan darah

    melebihi tekanan darah sebelum pengobatan). Untuk mencegah ini,

    penyekat beta harus diturunkan dosis dan diberhentikan secara perlahan-

    lahan selama 1 -2 minggu. Seperti diuretic, penyekat beta menaikkan

    serum kolesterol dan glukosa, tetapi efek ini transien dan secara klinis

    bermakna sedikit. Penyekat beta dapat menaikkan serum trigliserida dan

    menurunkan kolesterol HDL sedikit. Penyekat beta dengan karakteristik

    memblok penyekat alfa (karvedilol dan labatalol) tidak mempengaruhi

    kadar lemak.

    5. Antagonis kalsium (CCB)

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    28/52

    CCB bukanlah agen lini pertama tetapi merupakan obat

    antihipertensi yang efektif, terutama pada ras kulit hitam. CCB

    mempunyai indikasi khusus untuk yang beresiko tinggi penyakit

    koroner dan diabetes, tetapi sebagai obat tambahan atau pengganti. Data

    menunjukkan kalau dihidropiridine tidak memberikan perlindungan

    terhadap kejadian jantung (cardiac events) dibandingkan dengan terapi

    konvensional (diuretik dan penyekat beta) atau ACEI pada pasien tanpa

    komplikasi. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes, ACEI terlihat

    lebih kardioprotektif dibanding dihidropiridin. Studi dengan CCB

    nondihidropiridin diltiazem dan verapamil terbatas, tetapi studi

    NORDIL menemukan diltiazemm ekivalen dengan diuretik dan

    penyekat beta dalam menurunkan kejadian kardiovaskular. CCB

    dihidropiridin sangat efektif pada lansia dengan hipertensi sistolik

    terisolas (isolated systolic hypertension). JNC 7 tidak mencantumkan

    hipertensi sistolik terisolasi berbeda dengan tipe hipertensi lainnya, dan

    diuretik tetap terapi lini pertama. Bagaimanapun, CCB dihidropiridin

    long-acting dapat digunakan sebagai terapi tambahan bila diuretik tiazid

    tidak dapat mengontrol tekanan darah, terutama pada pasien lansia

    dengan tekanan darah sistolik meningkat.

    CCB bekerja dengan menghambat influx kalsium sepanjang

    membran sel. Ada dua tipe voltage gated calcium channel: high voltage

    channel (tipe L) dan low voltage channel (tipe T). CCB yang ada hanya

    menghambat channel tipe L, yang menyebabkan vasodilatasi koroner

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    29/52

    dan perifer. Ada dua subkelas CCB, dihidropiridin dan

    nondihidropiridine. Keduanya sangat berbeda satu sama lain. Efektifitas

    antihipertensinya hampir sama, tetapi ada perbedaan pada efek

    farmakodinami yang lain. Nondihidropiridin (verapamil dan diltiazem)

    menurunkan denyut jantung dan memperlambat konduksi nodal

    atriventrikular.

    Verapamil menghasilkan efek negatif inotropik dan kronotropik

    yang bertanggung jawab terhadap kecenderungannya untuk

    memperparah atau menyebabkan gagal jantung pada pasien resiko

    tinggi. Diltiazem juga mempunyai efek ini tetapi tidak sebesar

    verapamil. Nifedipin yang bekerja cepat (immediate-release) telah

    dikaitkan dengan meningkatnya insiden efek samping kardiovaskular

    dan tidak disetujui untuk pengobatan hipertensi. Efek samping yang

    lain dari dihidropiridin adalah pusing, flushing, sakit kepala, gingival

    hyperplasia, edema perifer, mood changes, dan gangguan

    gastrointestinal. Efek samping pusing, flushing, sakit kepala, dan edema

    perifer lebih jarang terjadi pada nondihidropiridin verapamil dan

    diltiazem karena vasodilatasinya tidak sekuat dihidropiridin. Diltiazem

    dan verapamil dapat menyebabkan anorexia, nausea, edema perifer, dan

    hipotensi. Verapamil menyebabkan konstipasi pada 7% pasien. Efek

    samping ini terjadi juga dengan diltiazem tetapi lebih sedikit.

    Verapamil dan juga diltiazem (lebih sedikit) dapat menyebabkan

    interaksi obat karena kemampuannya menghambat sistem isoenzim

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    30/52

    sitokrom P450 3A4 isoenzim. Akibatnya dapat meningkatkan serum

    konsentrasi obat-obat lain yang di metabolisme oleh sistem isoenzim ini

    seperti siklosporin, digoksin, lovastatin, simvastatin, takrolimus, dan

    teofilin. Verapamil dan diltiazem harus diberikan secara hati-hati

    dengan penyekat beta untuk mengobati hipertensi karena meningkatkan

    resiko heart block dengan kombinasi ini. Bila CCB perlu dikombinasi

    dengan penyekat beta, dihidropirine harus dipilih karena tidak akan

    meningkatkan resiko heart block.

    6. Penyekat alfa1

    Prazosin, terazosin, dan doxazosin adalah penyekat reseptor 1

    selektif. Bekerja pada pembuluh darah perifer dan menghambat

    pengambilan katekolamin pada sel otot halus, menyebabkan vasodilasi

    dan menurunkan tekanan darah. Pada studi ALLHAT doxazosin adalah

    salah satu obat yang digunakan, tetapi di stop lebih awal karena

    secondary end point stroke, gagal jantung, dan kejadian kardiovaskular

    terlihat dengan pemberian doxazosin dibanding chlorthalidone. Tidak ada

    perbedaan pada primary end point penyakit jantung koroner fatal dan

    infark miokard nonfatal. Data ini menunjukkan kalau diuretik tiazid

    superior dari doxazosin (dan barangkali 1-blocker lainnya) dalam

    mencegah kejadian kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi. Jadi

    penyekat alfa adalah obat alternatif kombinasi dengan obat antihipertensi

    primer lainnya. Penyekat alfa1 memberikan keuntungan pada laki-laki

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    31/52

    dengan BPH (benign prostatichyperplasia). Obat ini memblok reseptor

    postsinaptik alfa1 adrenergik ditempat kapsul prostat, menyebabkan

    relaksasi dan berkurang hambatan keluarnya aliran urin. Efek samping

    yang tidak disukai dari penyekat alfa adalah fenomena dosis pertama

    yang ditandai dengan pusing sementara atau pingsan, palpitasi, dan

    bahkan sinkop 1 -3 jam setelah dosis pertama. Efek samping dapat juga

    terjadi pada kenaikan dosis. Episode ini diikuti dengan hipotensi

    ortostatik dan dapat diatasi/dikurangi dengan meminum dosis pertama

    dan kenaikan dosis berikutnya saat mau tidur. Hipotensi ortostatik dan

    pusing dapat berlanjut terus dengan pemberian terus menerus.

    Penggunaannya harus hati-hati pada pasien lansia. Penyekat alfa

    melewati hambatan otak-darah dan dapat menyebabkan efek samping

    CNS seperti kehilangan tenaga, letih, dan depresi.

    7.Agonis 2 sentral

    Klonidin dan metildopa menurunkan tekanan darah terutama

    dengan merangsang reseptor 2 adrenergic di otak. Perangsangan ini

    menurunkan aliran simpatetik dari pusat vasomotor di otak dan

    meningkatkan tonus vagal. Penurunan aktivitas simpatetik, bersamaan

    dengan meningkatnya aktivitas parasimpatetik, dapat menurunkan denyut

    jantung, cardiac output, total peripheral resistance, aktifitas plasma

    rennin, dan reflex baroreseptor. Klonidin sering digunakan untuk

    hipertensi yang resistan, dan metildopa adalah obat lini pertama untuk

    hipertensi pada kehamilan. Penggunaan agonis 2 sentral secara kronis

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    32/52

    menyebabkan retensi natrium dan air, paling menonjol dengan

    penggunaan metildopa. Penggunaan klonidin dosis kecil dapat digunakan

    untuk mengobati hipertensi tanpa penambahan diuretik. Tetapi, metildopa

    harus diberikan bersama diuretik untuk mencegah tumpulnya efek

    antihipertensi yang terjadi dengan penggunaan jangka panjang, kecuali

    pada kehamilan. Seperti dengan penggunaan obat antihipertensi yang

    bekerja sentral lainnya depresi dapat terjadi. Kejadian hipotensi ortostatik

    dan pusing lebih tinggi dari pada dengan obat antihipertensi lainnya, jadi

    harus digunakan dengan hati-hati pada lansia. Klonidin mempunyai

    kejadian efek samping antikolinergik yang cukup banyak seperti sedasi,

    mulut kering, konstipasi, retensi urin, dan kabur penglihatan. Penghentian

    agonis 2 sentral secara tiba-tiba dapat menyebabkan rebound

    hypertension. Efek ini diduga disebabkan oleh meningkatnya pelepasan

    norepinefrin sewaktu klonidin diberhentikan tiba-tiba. Metildopa dapat

    menyebabkan hepatitis atau anemia hemolitik, walaupun jarang terjadi.

    Kenaikan sementara serum transaminase liver kadang-kadang terlihat

    dengan terapi metildopa tetapi secara klinis irrelevant kecuali bila

    nilainya diatas tiga kali batas normal. Metildopa harus diberhentikan

    segera apabila kenaikan serum transaminase atau alkalin fosfatase liver

    menetap karena ini menunjukkan onset dari hepatitis fulminan, bisa

    mengancam nyawa.

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    33/52

    8. Reserpin

    Reserpin menurunkan tekanan darah dengan mengosongkan

    norepinefrin dari ujung saraf simpatetik dan memblok perjalanan

    norepinefrin ke granul penyimpanannya. Reserpin juga mengosongkan

    katekolamin dari otak dan miokardium, mengakibatkan sedasi, depresi,

    dan berkurangnya curah jantung. Reserpin mulai kerja dan waktu

    paruhnya lambat sehingga dosis pemberian satu kali per hari. Tetapi,

    diperlukan 2 sampai 6 minggu sebalum efek antihipertensi maksimal

    terlihat. Reserpin dapat menyebabkan retensi natrium dan air yang cukup

    bermakna. Harus di kombinasikan dengan diuretic (tiazid lebih disukai).

    Penghambatan aktifitas simpatetik yang kuat oleh reserpin

    mengakibatkan meningkatnya aktifitas parasimpatetik. Terlihat dari efek

    samping hidung tersumbat, meningkat sekresi asam lambung, diare, dan

    bradikardia dapat terjadi. Depresi yang terjadi berupa kesedihan, hilang

    nafsu makan atau percaya diri, hilang tenaga, disfungsi ereksi. Dengan

    dosis 0.05 dan 0.25 depresi minimal. Reserpin digunakan sebagai terapi

    lini ke tiga pengobatan hipertensi.

    9. Vasodilator arteri langsung (direct arterial vasodilators)

    Efek antihipertensi dari hidralazin dan minoksidil disebabkan oleh

    relaksasi langsung otot polos arteriolar tetapi tidak menyebabkan

    vasodilasi ke pembuluh darah vena. Kedua obat juga menyebabkan

    penurunan tekanan perfusi yang kuat yang mengaktifkan refleks

    baroreseptor. Pengaktifan dari baroreseptor menyebabkan meningkatnya

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    34/52

    aliran simpatetik, sehingga meningkatkan denyut jantung, curah jantung,

    dan pelepasan rennin. Akibatnya terbentuk takifilaksis, efek hipotensi

    akan hilang dengan pemakaian seterusnya. Efek ini dapat diatasi dengan

    penggunaan penyekat beta bersamaan (Depkes, 2006).

    Pengobatan dengan obat tradisional

    1. Labu siam (Sechium edule)

    Nama Daerah : labu jipang, manisah (Jawa Timur), waluh siam (Jawa

    Barat, di dunia internasional biasa disebut Chayate dijadikan cadangan

    pangan bagi penduduk meksiko.

    Kandungan : Labu siam buahnya mengandung vitamin A, B, C, niasin,

    dan sedikit albuminoid. Karena bersifat dingin jika dimakan terasa sejuk

    dan dingin di perut. Daging buahnya terdiri dari 90 persen air, 7,5%

    karbohidrat, 1 persen protein, 0,6 persen serat, 0,2 persen abu, dan 0,1

    persen lemak. Juga mengandung sekitar 20 mg kalsium, 25 mg fosfor,

    100 mg kalium, 0,3 mg zat besi, 2 mg natrium, serta beberapa zat kimia

    yang berkhasiat.

    Bukti klinis : kandungan alkaloid dalam labu siam bisa membuka

    pembulu darah yang tersumbat. Oleh karena itulah labu siam bisa

    menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Seperti diketahui,

    melalui air seni yang banyak terbuang akibat sifat diuretik dari labu siam,

    kandungan garam di dalam darah pun ikut berkurang. Berkurangnya

    kadar garam yang bersifat menyerap atau menahan air ini akan

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    35/52

    meringankan kerja jantung dalam memompa darah sehingga tekanan

    darah akan menurun.

    Cara penggunaannya mudah yaitu dengan cara meminum air perasan

    labu sehari dua kali, setiap pagi dan sore (Dorothy, 2011)

    2. Murbei

    Nama lain :Besaran (Indonesia). murbai, besaran (Jawa).; Kerta, kitau

    (Sumatera).; Sangye (China), may mon, dau tam (Vietnam), morus leaf,;

    morus bark,morus fruit, mulberry leaf, mulberry bark,; mulberry twigs,

    white mulberry, mulberry (Inggris).

    Cara Pemakaian : Daun murbei segar sebanyak 15 g dicuci bersih

    kemudian direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin

    disaring lalu dibagi untuk 2 kali minum, pagi dan sore. Buah murbei

    segar sebanyak 30 g direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit

    mendidih, dinginkan, diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sehari

    dua kali sama banyak.

    Sifat kimiawi dan efek farmakologis: Daun bersifat pahit, manis, dingin,

    masuk meridian paru dan hati. Buah bersifat manis, dingin, masuk

    meridian jantung, hati, dan ginjal. Kulit akar bersifat manis, sejuk, masuk

    meridian paru. Ranting bersifat pahit, netral, masuk meridian hati.

    Kandungan kimia: Daun murbei mengandung ecdysterone, inokosterone,

    lupeol, beta-sitosterol, rutin, moracetin, isoquersetin, scopoletin, scopolin,

    alfa-, beta-hexenal, cis-beta-hexenol, cis-lamda-hexenol, benzaidehide,

    eugenol, linalool, benzyl alkohol, butylamine, aceto'ne, trigonelline,

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    36/52

    choline, adenin, asam amino, copper, zinc, vitamin (A, B1, C. dan

    karoten), asam klorogenik, asam fumarat, asam folat, asam

    formyltetrahydrofolik, dan mioinositol. Juga mengandung

    phytoestrogens. Bagian ranting murbei mengandung tanin dan vitamin A.

    B uahnya mengandung cyanidin, isoquercetin, sakarida, asam linoleat,

    asam stearat, asam oleat, dan vitamin (karoten, B1, B2 dan C). Kulit

    batang mengandung (1) triterpenoids: alfa-,beta-amyrin, sitosterol,

    sitosterol-alfaglucoside. (2) Flavonoids: morusin, cyclomorusin,

    kuwanone A,B,C, oxydihydromorusin. (3) Coumarins: umbelliferone,

    dan scopoletin. Kulit akar mengandung derivat flavone mulberrin,

    mulberrochromene, cyclomulberrin, cyclomulberrochromene, morussin,

    dan mulberrofuran A. Juga mengandung betulinic acid, scopoletin, alfa-

    amyrin, beta-amyrin, undecaprenol, dan dodecaprenol. Biji: urease.

    Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : Eedysterone berkhasiat

    hipoglikemik.

    3. Bawang putih (Allium sativum L.)

    Senyawa aktif : Bawang putih mengandung minyak atsiri, alii, kalium,

    saltivine, diallysulfide yang dapat berfungsi menurunkan tekanan darah.

    Bukti ilmiah : Kandungan allicin dan aliin berkaitan dengan daya anti

    kolesterol. Kemampuan ini membuat bawang putih berkhasiat mencegah

    penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi. Allicin juga bertugas

    menyerap lemak.

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    37/52

    Cara pemakaian : 3 siung bawang putih dikupas dan dibersihkan, 3

    tangkai seledri dicuci bersih. Kedua bahan dimasukkan ke dalam 3 gelas

    air. Direbus hingga mendidih hingga tersisa 1 gelas. Diangkat, disaring

    lalu didinginkan. Ramuan diminum setiap hari.

    4. Kumis kucing (Orthosiphon stamineus)

    Senyawa aktif : saponin, polifenol, flavonol, myoinosital, orthosipon

    glikosida, minyak atsiri, dan garam kalium. Orthosipon glikosida adalah

    senyawa khusus yang memiliki daya diuretik dan sedikit antiinflamasi.

    Bukti ilmiah: diduga kemungkinan mekanisme penurunan tekanan darah

    terjadi karena kumis kucing berefek diuresis. Zat-zat yang bersifat

    diuresis dapat menambah kecepatan pembentukan urin maupun

    meningkatkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi

    utama diuresis adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti

    mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga cairan

    ekstrasel dan tekanan darah kembali normal.

    Cara pemakaian: daun kumis kucing segar sebanyak genggam direbus

    dalam 1 gelas air. Dididihkan hingga tersisa gelas. Diangkat,

    didinginkan lalu disaring. Diminum 2 kali sehari dan tiap kali minum

    gelas.

    Aktivitas farmakologi. Studi in vitrodan hewan percobaan

    Efek diuretik

    Beberapa studi pada tikus telah melaporkan aktivitas diuretik dari ekstrak

    O. stamineus dan O. aristatus dan dari flavonoids (sinensetin dan

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    38/52

    tetrametoksiflavon) yang diisolasi dari O. aristatus. Pemberian ekstrak

    hidroalkoholik O. stamineus secara intraperitoneal pada tikus

    menyebabkan diuresis signifikan setelah 224 jam dibandingkan dengan

    kontrol. Efeknya serupa dengan yang diamati pada pemberian

    hidroklortiazid secara intraperitoneal (10 mg/kg). Pemberian secara oral

    dari ekstrak cair O. aristatusmeningkatkan ekskresi ion yang besarnya

    serupa dengan furosemid, meskipun tidak ada catatan aktivitas diuretik.

    Sinensetin 3',4',5,7-tetramethoxyflavone

    5,6,7,4'-Tetramethoxyflavone

    Pemberian peroral dari metilripariokromen A (100 mg/kg) telah

    menunjukkan peningkatan volume urin pada tikus yang berpuasa setelah

    tiga jam setelah pemberian peroral, peningkatan volume urinnya serupa

    dengan hasil pengamatan dengan pemberian hidroklortiazid peroral.

    (25 mg/kg). Ekskresi ion natrium, kalium, dan klorida meningkat dengan

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    39/52

    metilripariokromen A (100 mg/kg). Mekanisme aksi diuretik dari

    metilripariokromen A belum diuraikan, meskipun demikian tampaknya

    mekanisme kerjanya berbeda dengan hidroklortiazid.

    Efek antihipertensif

    Metilripariokromen A telah dilaporkan memiliki beberapa aktivitas

    farmakologi yang berkaitan dengan aktivitas antihipertensi. Pada tikus

    yang hipertensi spontan, pemberian subkutan dari metilripariokromen A

    (100 mg/kg) menghasilkan penurunan tekanan darah sistolik secara

    kontinu dan penurunan kecepatan jantung. Metilripariokromen A juga

    menekan kontraksi induksi-agonis aorta toraks pada tikus dan

    menurunkan kekuatan kontraktil pada isolasi atria babi-guinea tanpa

    menyebabkan efek yang signifikan terhadap curah jantung. Mekanisme

    aksi untuk efek antihipetensi dari metilripariokromen dianggap tidak

    jelas.

    Perpindahan tipe pimaran dari diterpen (neoortosiphol A dan B), tipe

    isopimarin-diterpen (ortosipols A dan B, ortosiphon A dan B),

    benzokrom (metilripariokrom, aseto venilokrom, ortokrom A) dan flavon

    (tetrametilkutelarein, sinensein) diisolasi dari O. aristatus dilaporkan

    dapat menghambat efek menekan pada respo kontraktil di aorta toraks.

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    40/52

    5. Mentimun (Cucumis sativus L.)

    Salah satu kandungan ketimun adalah isoflavon yang dapat menurunkan

    tekanan darah.

    Cara Pemakaian: 2 buah ketimun segar dicuci bersih lalu diparut. Hasil

    parutannya peras dan disaring, lalu diminum sekaligus. Lakukan 2-3 kali

    sehari.

    6. Seledri (Apium graveolens L.)

    Senyawa aktif : flavonoid (apigenin, isoquercitrin), kaumarin, minyak

    atsiri (limonene, selenine, santalol).

    Bukti ilmiah : seledri terbukti berhasil menurunkan tekanan darah tinggi

    karena aktivitas sebagai kalsium antagonis yang berpengaruh pada

    tekanan darah. Ini artinya senyawa aktif seledri bekerja pada reseptor

    pembuh darah yang hasil akhirnya memberi efek relaksasi. Pada pasien

    hipertensi saat tekanan darah naik maka pembuluh darah akan

    mengencang/menegang. Padahal normalnya hanya berdenyut saja karena

    memberi efek relaksasi, konsumsi seledri bisa mengurangi ketegangan

    pembuluh darah.

    Cara pemakaian : disiapkan 20 batang seledri kemudian dicuci bersih,

    dimasukkan kedalam panci bersama 2 gelas air kemudian direbus hingga

    tersisa nya. Diangkat, didinginkan, lalu diminum 2 kali sehari bersama

    ampasnya.

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    41/52

    7. Belimbing wuluh (Averrhoabilimb)

    Nama daerah : Limeng, selimeng, thlimeng (Aceh), selemeng (Gayo),;

    Asom, belimbing, balimbingan (Batak), malimbi (Nias),; balimbieng

    (Minangkabau), belimbing asam (Melayu),; Balimbing (Lampung).

    calincing, balingbing (Sunda), Balimbing wuluh (Jawa), bhalingbhing

    bulu (Madura).; Blingbing buloh (Bali), limbi (Bima), balimbeng

    (Flores),; Libi (Sawu), belerang (Sangi).

    Senyawa aktif : buah bilimbing wuluh mengandung asam askorbat,

    niasin, riboflavin, karoten, tiamin, kalsium, besi, serat dan protein.

    Bukti ilmiah : beberapa studi penelitian menunjukkan pengaruh buah

    belimbing wuluh sebagai obat hipertensi. Tanaman obat yang dipakai

    untuk mengobati hipertensi paling tidak harus memiliki beberapa sifat

    berikut : diuretik, antiadrenergik, dan vasodilator. Buah belimbing wuluh

    paling tidak memenuhi syarat sebagai diuretik. Kandungan kalium sitrat

    di dalam buahnya merangsang pengeluaran cairan dalam tubuh. Jika

    proses pengeluaran kemih lancar, otomatis tekanan darah turun.

    Cara penggunaan: buah belimbing wuluh sebanyak 3 buah dicuci bersih,

    dipotong-potong lalu direbus dalam 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas.

    Diangkat, didinginkan lalu disaring diminum setiap pagi setelah makan.

    Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Rasa asam, sejuk. Menghilangkan

    sakit (analgetik), memperbanyak pengeluaran empedu, anti radang,

    peluruh kencing, astringent (Agromedia, 2008).

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    42/52

    Pengobatan dengan Obat Herbal dan Fitofarmaka

    1. Tensigard

    Komposisi

    Ekstrak Apii Herba / Apii herba extr 92 mg, Ekstrak Orthosiphon

    Folium / orthosiphon folium extr 28 mg.

    Indikasi

    Menurunkan dan menstabilkan tekanan darah serta melancarkan air

    seni.

    Kemasan

    Kapsul 3 x 10 biji.

    Dosis

    Pengobatan : 2-3 kali sehari 1 kapsul.

    Pemeliharaan : sekali sehari 1 kapsul.

    Penyajian

    Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

    Pabrik

    Phapros.

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    43/52

    2. Kapsul Bawang Putih Tunggal

    Komposisi :

    Serbuk Bawang Putih Tunggal Murni

    Aturan Pakai :

    Penyembuhan: 3 x 3

    Perawatan : 3 x 1

    Manfaat dan Kegunaan :

    Menurunkan Hipertensi, Kolesterol, Jantung, Stroke, Migrain, Kembung,

    Sembelit, Disentri, Sariawan, Meningkatkan Daya Tahan Tubuh, Tukak

    Lambung, dan lain-lain.

    Pabrik : PT. Super Prima

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    44/52

    3.Garlic

    Komposisi :

    Tiap Kapsul mengandung 500 mg serbuk kering bawang putih

    Aturan Pakai :

    Pengobatan : 2 kapsul per hari sesudah makan

    Pencegahan : 1 kapsul per hari sesudah makan

    Khasiat :

    Membantu mengurangi resiko penyakit jantung

    Menormalkan sirkulasi dan kolesterol darah

    Menurunkan hipertensi

    Meningkatkan daya tahan tubuh

    Mengurangi gejala rematik

    Detoksifikasi racun

    Mengatasi asma dan alergi

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    45/52

    Pabrik:

    PT.Liza Herbal Internasional, BogorIndonesia

    4. Cellery

    Komposisi :

    Tiap kapsul mengandung 300 mg serbuk kering daun seledri

    Aturan Pakai :

    Pengobatan 2 kapsul per hari sesudah makan

    Pencegahan 1 kapsul per hari sesudah makan

    Khasiat :

    Membantu mencegah & mengatasi gejala hipertensi & stroke

    Membantu mengatasi reumatik

    Menurunkan kadar asam urat

    Pabrik :

    PT. Liza Herbal Internasional, Bogor - Indonesia

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    46/52

    5. Gold-G Sea Cucumber Jelly

    Nomor Registrasi TI114645721

    Bentuk Sediaan

    Cairan Obat/Suplemen Dalam

    Komposisi

    Sea cucumber extract

    Khasiat

    Mampu melembutkan dan melebarkan pembuluh darah, menjaga

    elastisitas pembuluh darah serta mengurangi kekentalan darah.

    Kandungan Glucosaminoglycans yang terkandung dalam gold-g juga

    mencegah penggumpalan darah sehingga mengurangi tekanan darah.

    Kemasan Botol @ 320 ml

    Pendaftar & Importir

    PT. GNE IndonesiaJakarta Barat, DKI Jakarta

    Produsen

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    47/52

    Biogene R & D SDN BHDMalaysia

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    48/52

    BAB IV

    PENCEGAHAN

    Kebiasan-kebiasan yang harus dihindari

    - Stress

    - Merokok

    - Batasi minuman beralkohol

    - Hindari makanan mengandung garam

    - Hindari beraktivitas berendam di air garam

    Makanan yang dianjurkan untuk penderit hipertensi

    - Ikan

    - Jus seledri

    - Minyak zaitun

    - Buah dan sayuran aneka warna

    - Ketimun

    - Cuka apel

    Olahraga untuk mencegah hipertensi

    Lakukan olah raga selama 30 menit hingga 45 menit sehari sebanyak kali

    seminggu. Berikut beberapa olahraga yang dapat dilakukan :

    - Latihan aerobik adalah tipe yang bergerak kelompok otot besar dan

    menyebabkan Anda bernafas lebih dalam dan hati Anda untuk bekerja

    lebih keras untuk memompa darah. Ini juga disebut latihan

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    49/52

    cardiovaskular. Hal ini meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru.

    Contohnya: berjalan , joging, berlari, menari aerobik, bersepeda,

    mendayung dan renang

    - Latihan beban berat pelatihan, atau latihan kekuatan, membangun

    kekuatan dan otot. Senam seperti push-up adalah latihan beban juga.

    Angkat beban adalah latihan beban. Jika anda memiliki tekanan darah

    tinggi atau masalah kesehatan lainnya, konsultasikan dengn dokter

    keluarga sebelum memulai latihan beban (Dorothy, 2011).

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    50/52

    BAB V

    PENUTUP

    Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah (TD), tekanan sistole lebih

    dari 140 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 90 mmHg yang sifatnya

    permanen. Atau seseorang dikatakan hipertensi jika mengkomsumsi obat

    antihipertensi.

    Diagnosis hiprtensi ditegakkan bila dari pengukuran berulang-ulang

    (minimal 3 kali) pada situasi atau waktu berlainan diperoleh nilai rata-rata

    tekanan darah sistole (TDS) > 140 mmHg dan tekanan darah diastole (TDD)

    >90 mmHg. TDS merupakan hasil pembacaan saat jantung berkontraksi,

    sedangkan TDD hasil pembacaan saat relaksasi atau diantara dua kontraksi.

    Besarnya tekanan darah bervariasi antar individu dan meningkat seiring dengan

    bertambahnya usia.

    TD dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi

    perifer. Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung

    dengan isi sekuncup jantung. Besarnya isi sekuncup jantung ditentukan oleh

    kekuatan kontraksi otot jantung dan aliran vena. Curah jantung rata-rata 4-8

    liter per menit. Isi sekuncup jantung, jumlah yang dipompa dari ventrikel kiri

    dalam setiap jantung berdenyut, kira-kira 70 ml.

    Curah jantung (4-8 L/menit) = Denyut jantung x vol. sekuncup (70

    ml/denyut)

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    51/52

    Resistensi perifer merupakan akibat resistensi pembuluh darah (arteri dan

    arteriola) dan viskositas darah. Resistensi pembulu darah ditentukan oleh tonus

    otot polos arteri dan arteriola, dan elastisitas dinding pembulu darah.

    Hipertensi tidak dapat diswamedikasi dengan obat-obat modern karena

    obat-obat antihipertensi merupakan golongan obat keras dan tidak termasuk

    dalam daftar Obat Wajib Apotik (OWA). Obat tradisional mungkin dapat

    menjadi alternatif untuk mengobati hipertensi tingkat 1 (ringan) dimana belum

    terdapat komplikasi. Selain itu terapi non farmakologi juga dapat dilakukan

    untuk mengurangi bahaya penyakit hipertensi, caranya dengan memodifikasi

    pola hidup meliputi :

    - Menurunkan berat badan bila gemuk

    - Latihan fisik (aerobik) secara teratur

    - Diet rendah garam (< 6 gram NaCl/hari)

    - Membatasi minum alkohol

    - Berhenti merokok

    - Mengurangi makanan berlemak (Priyanto, 2010)

  • 8/10/2019 Makalah swamedikasi hipertensi UNHAS

    52/52

    DAFTAR PUSTAKA

    Agromedia, 2008. Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman

    Penggempur Penyakit. PT Agromedia Pustaka. Jakart.

    Anonim, 2013. http://www.obatherbalberbagaipenyakit.info/wp-

    content/uploads/2013/10/rsz_gamat-gold-g-1024x768-

    compressed1.jpg(Online), diakses 21 Oktober 2014.

    Depkes RI, 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Direktorat

    Bina Farmasi dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat

    Kesehatan DEPKES.

    Dipiro, Joseph T., et al. 2008. Pharmacotheraphy A Pathophysiologic

    Approach 7thEdition. The McGraw-Hill Companies. USA.

    Dorothy M, Russel. 2011. Bebas dari 6 Penyakit Paling Mematikan.

    Penyunting: Tim MedPress, Media Pressindo, Yogyakarta.

    Mansjoer A., et al. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media

    Aesculapis. Jakarta.

    Mycek, Mary J. 2001. Famakologi Ulasan Bergambar. Alih bahasa, Azwar

    Agoes; Editor, Huriaan Hartanto. Widya Medika, Jakarta.

    Priyanto, 2010.Farmakologi Dasar. Leskonnfi. Jakarta.

    http://www.obatherbalberbagaipenyakit.info/wp-content/uploads/2013/10/rsz_gamat-gold-g-1024x768-compressed1.jpghttp://www.obatherbalberbagaipenyakit.info/wp-content/uploads/2013/10/rsz_gamat-gold-g-1024x768-compressed1.jpghttp://www.obatherbalberbagaipenyakit.info/wp-content/uploads/2013/10/rsz_gamat-gold-g-1024x768-compressed1.jpghttp://www.obatherbalberbagaipenyakit.info/wp-content/uploads/2013/10/rsz_gamat-gold-g-1024x768-compressed1.jpghttp://www.obatherbalberbagaipenyakit.info/wp-content/uploads/2013/10/rsz_gamat-gold-g-1024x768-compressed1.jpghttp://www.obatherbalberbagaipenyakit.info/wp-content/uploads/2013/10/rsz_gamat-gold-g-1024x768-compressed1.jpghttp://www.obatherbalberbagaipenyakit.info/wp-content/uploads/2013/10/rsz_gamat-gold-g-1024x768-compressed1.jpg