MAKALAH HIPERTENSI

70
MAKALAH HIPERTENSI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan

Transcript of MAKALAH HIPERTENSI

Page 1: MAKALAH HIPERTENSI

MAKALAH HIPERTENSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan

penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat,

mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka

panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang

menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas

(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya

interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai

penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap

timbulnya hipertensi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka

kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai

penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6%

penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.

Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat

perkotaan  lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat

pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup

masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi

seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol,

dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami

kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80

tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,

kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Page 2: MAKALAH HIPERTENSI

1.2    Rumusan Masalah

a.     Bagaimana definisi hipertensi ?

b.     Bagaimana mengukur tekanan darah ?

c.     Menjelaskan penyebab hipertensi ?

d.     Menjelaskan gejala-gejala hipertensi ?

e.     Menjelaskan akibat dari hipertensi ?

f.      Bagaimana pencegahan hipertensi ?

g.     Menjelaskan pengobatan hipertensi ?

1.3    Tujuan

a.     Untuk mengetahui definisi hipertensi.

b.     Untuk mengetahui cara mengukur tekanan darah.

c.     Untuk mengetahui penyebab hipertensi.

d.     Untuk mengetahui gejala yang di timbulkan.

e.     Untuk mengetahui akibat dari hipertensi.

f.      Untuk mengetahui pencegahan hipertensi.

g.     Untuk mengetahui pengobatan hipertensi.

Page 3: MAKALAH HIPERTENSI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan

darah atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu

berada. Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan

tekanan darah di dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya

tekanan/tegangan; jadi, hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah

yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.

Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih

rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas

fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih

rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda,

paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam

hari.

2.2    Mengukur Tekanan Darah

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang

lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang

lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan

darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya

120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Sejalan dengan

bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan

darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan

diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang

secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Tekanan darah ditulis dengan dua angka, dalam bilangan satuan

mmHg (millimeter air raksa) pada alat tekanan darah/ tensi meter, yaitu

sistolik dan diastolik. Sistolik adalah angka yang tertinggi ialah tekanan

Page 4: MAKALAH HIPERTENSI

darah pada waktu jantung sedang menguncup atau sedang melakukan

kontraksi. Diastolik adalah angka yang terendah pada waktu jantung

mengembang berada di dalam akhir relaksasi.

Misalnya tekanan darah 120/ 80 mmHG artinya tekanan sistolik 120

dan tekanan diastolik 80 mmHg.

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh :

a.     Kekuatan kuncup jantung yang mendesak isi bilik kiri untuk memasukkan

darah ke dalam batang pembuluh nadi.

b.     Tahanan dalam pembuluh nadi terhadap mengalirnya darah.

c.     Saraf otonom yang terdiri dari sistem simpatikus dan para simpatikus.

Klasifikasi tekanan darah

No Klasifikasi Sistolik Diastolik

1 Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg

2 Normal < 130 mmHg < 85 mmHg

3 Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg

4 Hipertensi ringan 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

5 Hipertensi sedang 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg

6 Hipertensi berat > 180 mmHg > 110 mmHg

Tekanan darah normal

Tekanan darah setiap orang bervariasi setiap hari, tergantung pada

keadaan dan dipengaruhi oleh aktivitas seseorang, jadi tekanan darah

normalpun bervariasi.

Orang dewasa bila tekanan darah menunjukkan angka 140/ 90 mmHg

ke atas dianggap tidak normal. Ada anggapan tekanan darah rendah kurang

baik, hal tersebut kurang tepat. Sebab data statistik menunjukkan bahwa

orang dengan tekanan darah rendah mempunyai umur yang sama dengan

yang disebut normal. Yang terbaik adalah menjaga tekanan darah agar

normal dan anggapan bahwa semakin bertambah usia tekanan darah lebih

Page 5: MAKALAH HIPERTENSI

tinggi tidak menjadi masalah, adalah anggapan yang perlu diluruskan,

karena berdasarkan data statistik orang tua yang tekanan darahnya berkisar

di normal, kecenderungan mendapat gangguan stroke rendah. Periksa

tekanan darah secara teratur minimal 6 bulan sekali atau setiap kali ke

dokter/ fasilitas kesehatan.

Di kenal 2 klasifikasi hipertensi (berdasarkan penyebabnya) yaitu :

a.     Hipertensi primer (hipertensi idiophatik), dimana penyebabnya tidak

diketahui dengan pasti. Dikatakan juga bahwa hipertensi ini adalah dampak

dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.

b.     Hipertensi secundary, adalah hipertensi yang terjadi akibat dari penyakit dari

penyakit lain misalnya kelainan pada ginjal atau keruskanan dari sistem

hormon.

WHO mengklasifikasikan hipertensi berdasarkan ada tidaknya kelainan pada

organ tubuh lain, yaitu :

a.     Hipertensi tanpa kelainan pada organ tubuh lain.

b.     Hipertensi dengan pembesaran jantung.

c.     Hipertensi dengan kelainan pada organ lain di samping jantung.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah yaitu :

a.     Hipertensi borderline : tekanan darah antara 140/90 mmHg dan 160/95

mmHg.

b.     Hipertensi ringan : tekanan darah antara 160/95 mmHg dan 200/110 mmHg.

c.     Hipertensi moderate : tekanan darah antara 200/110 mmHg dan 230/120

mmHg.

d.     Hipertensi berat : tekanan darah antara 230/120 mmHg dan 280/140 mmHg.

2.3    Penyebab hipertensi

Ada 2 macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.

Page 6: MAKALAH HIPERTENSI

a.     Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui

penyebabnya. Ada 10-16% orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.

b.     Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya.

Hipertesnsi jenis ini hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.

Beberapa penyebab hipertensi, antara lain :

           Sebab hormonal, misalnya dari kelenjar anak ginjal.

           Penggunaan obat-obatan.

           Merokok karena di dalam tembakau terdapat nikotin.

           Minuman beralkohol.

           Kelainan pada ginjal.

           Kelainan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan

intrakranial atau karena lokasinya dekat pada pusat persyarafan yang

mempengaruhi tekanan darah.

           Kelainan pembuluh darah besar (aorta) yaitu koartasio aorta dimana arkus

aorta bersambungan dengan aorta decendens.

2.4    Gejala-gejala hipertensi

Gejala-gejala hipertensi, antara lain :

a.     Sebagian besar tidak ada gejala.

b.     Sakit pada bagian belakang kepala.

c.     Leher terasa kaku.

d.     Kelelahan.

e.     Mual.

f.      Sesak napas.

g.     Gelisah.

h.    Muntah.

i.      Mudah tersinggung.

j.      Sukar tidur.

Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita

hipertensi. Sering juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala,

mudah tersinggung dan sukar tidur, ketika diukur tekanan darahnya

Page 7: MAKALAH HIPERTENSI

menunjukkan angka tekanan darah yang normal. Satu-satunya cara untuk

mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya dengan mengukur tekanan

darah.

2.5    Akibat-akibat hipertensi

Hipertensi bila tidak dikontrol dapat menimbulkan komplikasi serius, antara

lain :

a.     Kerusakan ginjal.

b.     Kerusakan pembuluh darah.

c.     Pendarahan otak/ stroke.

d.     Kelumpuhan.

e.     Pembesaran jantung/ payah jantung.

f.      Penyempitan pembuluh darah koroner/ serangan jantung.

2.6    Pencegahan hipertensi

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang

esensial), dapat dikurangi dengan cara :

a.     Memeriksa tekanan darah secara teratur.

b.     Menjaga berat badan ideal.

c.     Mengurangi konsumsi garam.

d.     Jangan merokok.

e.     Berolahraga secara teratur.

f.      Hidup secara teratur.

g.     Mengurangi stress.

h.    Jangan terburu-buru.

i.      Menghindari makanan berlemak.

Pencegahan Primer :

           Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.

           Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk

mengurangi berat badan.

Page 8: MAKALAH HIPERTENSI

           Kurangi konsumsi alkohol.

           Konsumsi minyak ikan.

           Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi

kalsium juga cukup membantu.

Pencegahan Sekunder

           Pola makanam yamg sehat.

           Mengurangi garam dan  natrium di diet anda.

           Fisik aktif.

           Mengurangi Akohol intake.

           Berhenti merokok.

Pencegahan Tersier

           Pengontrolan darah secara rutin.

           Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.

2.7    Pengobatan hipertensi

Pengobatan hipertensi yang paling baik adalah :

a.     Selalu mengontrol tekanan darah secara teratur dengan memeriksakan diri

ke dokter.

b.     Selalu minum obat teratur meskipun tanpa keluhan.

c.     Mengurangi konsumsi garam.

d.     Perbanyak konsumsi sayur dan buah.

e.     Mematuhi nasihat dokter.

Page 9: MAKALAH HIPERTENSI

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan

darah atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu

berada.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.

Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih

rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas

fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih

rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda,

paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam

hari.

Page 10: MAKALAH HIPERTENSI

makalah hipertensi

MAKALAH HIPERTENSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang

mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya

baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka

panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas

(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai

faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan antara berbagai

faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi

meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di

Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6 % penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita

hipertensi. (http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/87-faktor-risiko-terjadinya-

         hipertensi, di peroleh tanggal 28 Mei 2009) Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa

masyarakat perkotaan  lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan.

Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan

Page 11: MAKALAH HIPERTENSI

dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga,

merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.

Ditinjau perbandingan antara perempuan dan laki-laki, ternyata perempuan lebih banyak

menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0%

untuk pria dan 11,6% untuk perempuan. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4%

perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan

13,7% perempuan.( Sugiri, http ://www. smallcrab. com/ kesehatan/25- healthy/87- faktor-risiko-

terjadinya-hipertensi, di peroleh tanggal 28 Mei 2009)

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian

bahwa hipertensi lebih banyak pada pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot

(berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial)

apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan

menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda

dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya.

Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi.

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh

asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan

tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan

garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada

hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh.

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang

dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat

berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi

Page 12: MAKALAH HIPERTENSI

pada binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang

tersebut menjadi hipertensi.

Obesitas atau kegemukan di mana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 27 (berat

badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu faktor resiko terhadap

timbulnya hipertensi.

Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi

volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak

obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis

meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.

Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah

raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya

olah raga maka resiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam bertambah

maka resiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau kerusakan pada pembuluh

darah turut berperan pada penyakit hipertensi. Faktor- 4 faktor tersebut antara lain merokok,

asam lemak jenuh dan tingginya kolesterol dalam darah.

Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

antara lain alkohol, gangguan mekanisme pompa natrium (yang mengatur jumlah cairan tubuh),

faktorrenin- angiotensin-aldosteron (hormon-hormon yang mempengaruhi tekanan darah).

Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh

faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap timbulnya

hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itulah maka pencegahan penyakit

Page 13: MAKALAH HIPERTENSI

hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat menjadi sangat

penting.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini,

maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah yaitu :

1. Apakah ada hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi

2. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi

3. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

4. Apakah ada hubungan antara pola asupan garam dengan kejadian hipertensi

5. Apakah ada hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi

C. Tujuan Penulisan:

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami, menjelaskan,

serta mengaplikasikan definisi, epidemiologi, patomekanisme berdasarkan etiologi dan factor resiko,

gejala atau gambaran klinis, pemeriksaan untuk diagnosis serta untuk mencari factor resiko, pemeriksaan

penunjang, terapi, komplikasi, dan prognosis dari penyakit Hipertensi.

2. Tujuan Khusus

            Setelah mempelajari tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu :

a.       Memahami dan menjelaskan epidemiologi hipertensi

b    Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi

c.   Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi

e.   Memahami dan menjelaskan penyebab hipertensi

Page 14: MAKALAH HIPERTENSI

f.    Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi

g.   Memahami dan menjelaskan Pengobatan hipertensi

h.   Memahami dan menjelaskan pencegahan hipertensi

BAB II

PEMBAHASAN

A.        Definisi Hipertensi

        The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High

Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of

Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan

sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang

memakai obat anti hipertensi.

        Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil

dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada

pengukuran yang terpisah.

B.Insiden Hipertensi

Page 15: MAKALAH HIPERTENSI

        Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh

perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.

Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri

koroner dan kematian prematur (Tambayong, 2000)

C.Penyebab  Hipertensi secara Epidemiologi

        Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat

memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan

penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah

beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat

diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit

yang menyertainya.1

        Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat

(24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu

kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada

usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan

sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.2 Pada orang dewasa, peningkatan tekanan

darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit

kardiovaskuler.1

        Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata

kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan

kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.1 Data Riskesdas menyebutkan

hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya

mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.2

Page 16: MAKALAH HIPERTENSI

        Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau

tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat

dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti

pompa, sehingga darah terus mengalir dalam pembuluh darah. Kekuatan itu mendorong dinding

pembuluh arteri atau nadi. Tekanan darah diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu

melawan gravitasi serta hambatan dalam dinding arteri. Tanpa adanya kekuatan secara terus –

menerus dalam sistem peredaran, darah segar tidak dapat terbawa ke otak dan jaringan seluruh

tubuh.3

Tekanan darah yang paling rendah terjadi saat tubuh dalam keadaan istirahat atau tidur dan

akan naik sewaktu latihan atau berolahraga. Hal ini disebabkan dalam latihan atau olahraga

diperlukan aliran darah dan oksigen yang lebih banyak untuk otot – otot.3 Jika terdapat

hambatan misalnya karena penyempitan pembuluh arteri, tekanan darah akan meningkat dan

tetap pada tingkat yang tinggi,3,4 semakin besar hambatan tekanan darah akan semakin tinggi.4

D.Gejala Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi

esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-

beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah

terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.9,17

Page 17: MAKALAH HIPERTENSI

Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak

menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan

penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya

bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.18 Gejala lain yang sering ditemukan adalah

epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata

berkunang-kunang.9 Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan

kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini

dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

sakit kepala

kelelahan

mual

muntah

sesak nafas

gelisah

pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,                 

jantung dan ginjal.

F.Pengobatan Hipertensi

1.   Diuretic{Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)} Merupakan golongan obat

hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium

Page 18: MAKALAH HIPERTENSI

berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus

dilakukan

2.   Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}.Merupakan obat yang dipakai dalam

upaya pengontrolan tekanan darah melalui prose memperlambat kerja jantung dan memperlebar

(vasodilatasi) pembuluh darah

3.   Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme (ACE)}.

Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi

melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah.

G.Pencegahan

1.Pencegahan Primer :

   1.1.Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari

   1.2.            Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak perbanyak aktifitas fisik untuk

mengurangi berat badan. Berdasarkan penelitian  oleh Clinical and Public Health Advisory from

the National High Blood Pressure Education Program Amerika Serikat bahwa  penurunan berat

badan sebesar 4,4 kg dapat menurunkan tekanan darah sampai dengan 7.0 mmHg dan aerobik

selama 30 menit setiap hari bisa menurunkan tekanan darah sampai 4.05 mmHg.

   13.Kurangi konsumsi alkohol

Page 19: MAKALAH HIPERTENSI

   1.4.Konsumsi Minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan konsumsi minyak ikan

yang                          mengandung Asam Lemak (omega-3) dapat menurunkan tekanan darah

secara signifikan                                      terutama bagi mereka yang menderita diabetes.

   1.5.Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah

         tapi kalsium juga cukup membantu.

2.Pencegahan Skunder

      2.1.Pola makanam yamg sehat

      2.2.Mengurangi garam dan  natrium di diet anda

      2.3.Fisik Aktif

      2.5.Mengurangi Akohol Intake

      2.6.BerhentiMerokok

3.Pencegahan Tersier

     3.1.Pengontrolan darah secara rutin

     3.2.Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh

 BAB III

PENUTUP

A.Saran

B.Keritik

Page 20: MAKALAH HIPERTENSI

Daftar Pustaka

Jakarta : Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru,Gramedia

Depkes, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian

Dan Alat Kesehatan. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT

HIPERTENSI. 2006

Goodman, Cathrine Cavallaro .1998. Pathology Implication for The Physical

Therapist. US : W. B. Saunders company

Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem KARDIOVASKULER. Malang : UMM Press

Stump, Kathleen Mahan, Sylvia Escoot. 1996. Krause’s Food, Nutrition, & Diet

Therapy. 9th edition. W. B. Saunders Company

http://fkmutu.blogspot.com/

v

Page 21: MAKALAH HIPERTENSI

makalah HIPERTENSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140

mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas

normal. Tekanan darah normal adalah 120/90 mmHg

Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :

         Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh

ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya

dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999).

         Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi

esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus

hipertensi. (Sheps, 2005).

  Klasifikasi Penyakit Hipertensi                                     

Klasifikasi  penyakit hipertensi terdiri dari : 1. Tekanan sistolika. < 119 mmHg : Normalb. 120 –

139 mmHg: Pra Hipertensic. 140 – 159 mmHg: Hipertensi derajat 1d. > 160 mmHg : Hipertensi

derajat 22. Tekanan diastolik :a.  < 79 mmHg : Normalb. 80 – 89 mmHg : Pra Hipertensic. 90 –

99 mmHg : Hipertensi derajat 1d. > 100 mmHg : Hipertensi derajat 2

Stadium 1

(Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Page 22: MAKALAH HIPERTENSI

Stadium 2

(Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3

(Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg

Stadium 4

(Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih.Anda harus mulai berhati-hati

apabila tekanan darah sudah mulai melebihi angka-angka dalam batasan-batasan tersebut diatas.

Segera berkonsultasi dengan dokter untuk menurunkannya.                                               

Gejala Penyakit Hipertensi                                                                                 

Gejala-gejala penyakit hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah

kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada

seseorang dengan tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak

diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut:          

1. Sakit kepala

2. Kelelahan

3. Mual

4. Muntah

5. Sesak nafas

1.2   ANATOMI DAN FISIOLOGI

1.2.1. Anatomi

Page 23: MAKALAH HIPERTENSI

a. Jantung

Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat

pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.

Hubungan jantung adalah:

Atas : pembuluh darah besar

Bawah : diafragma

Setiap sisi : paru-paru

Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis-

b. Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri

dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-

cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk

menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot

(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).

c. Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding

arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila

kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi

umum, tekanan darah akan meningkat.

d. Pembuluh darah utama dan kapiler

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari

arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah

utama.\

e. Sinusoid

Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat

kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial.

Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran

tidak terjadi melalui ruang jaringan.

f. Vena dan venul

Page 24: MAKALAH HIPERTENSI

Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan

venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.

(Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)

1.2.2 Fisiologi

Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam

sistem arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi

(darah yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk

reoksigenasi (Black, 1997)

1.3 Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat

vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai

respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks

adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor

pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung mencetus keadaan hipertensi.

Page 25: MAKALAH HIPERTENSI

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung

jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang

pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, Bare, 2002).

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kandungan garam (Sodium atau Natrium)

Seseorang yang mengidap penyakit hipertensi sebaiknya mengontrol diri dalam

mengkonsumsi garam. Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat

Page 26: MAKALAH HIPERTENSI

dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu

sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam

dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.

Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam

jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Adapun syarat-syarat diet

garam rendah adalah :

· Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.

· Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.

· Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan/atau hipertensi.

Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan

berbagai tingkat Diet Garam Rendah.

· Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)

Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan/atau hipertensi berat. Pada

pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi

kadar natriumnya.

· Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)

Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan/atau hipertensi tidak terlalu berat.

Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya

boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g). Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar

natriumnya.

· Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)

Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau hipertensi ringan. Pemberian makanan

sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1

sdt garam dapur (4 g).

2.2 Kandungan Potasium atau Kalium

Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah.

Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran

yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi penderita hipertensi antara lain

Page 27: MAKALAH HIPERTENSI

semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya,

seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega 3 sagat

dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).

Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain

pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari

penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan

tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor

risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat

dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi

seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.

A. MENGATUR MENU MAKANAN

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari

dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan

tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.

Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, crakers, keripik dan

makanan kering yang asin).

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan

dalam kaleng, soft drink).

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin, pindang, udang

kering, telur asin, selai kacang).

5. Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang

tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu

penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.

7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Page 28: MAKALAH HIPERTENSI

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar

dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang

tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki

rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari

penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan

penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.

Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari) dapat memberikan

efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk

mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran

sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium),

pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg

kalium). Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu

skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250

mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg.

Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium yang

dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan. Namun pada ibu hamil

yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan protein urin (pre eklampsia), selain

obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam dapur serta meningkatkan makanan

sumber Mg (sayur dan buah-buahan).

B. SUPLEMENTASI ANTI OKSIDAN

Walaupun suplementasi anti oksidan masih memerlukan penelitian lebih lanjut, namun

saat ini banyak sekali suplemen yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai tenaga

medis harus berhati-hati memberikan anjuran minuman suplemen agar tidak terjadi overdosis.

1. Vitamin dan Penurunan Homosistein

Asam folat, vitamin B6, vitamin B 12 dan riboflavin merupakan ko-faktor enzim yang

essential untuk metabolisme homosistein. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan

kadar homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar asam

folat yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit koroner dan kadar vitamin yang

rendah juga berkaitan dengan peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko aterosklerosis

Page 29: MAKALAH HIPERTENSI

yang berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak berhubungan dengan konsentrasi

homositein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12 tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler.

2. Kacang Kedelai dan Isoflavon

Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki aktivitas

estrogen lemah. Penelitian meta analisis pada tahun 1995 menyimpulkan bahwa isoflavon dari

protein kedelai lebih bermakna menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan

trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Sehingga dianjurkan mengkonsumsi

protein kedelai (20 – 50 gram/hari) dengan modifikasi diet pada penderita dengan kadar

kolesterol (total dan LDL) yang tinggi. Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui

proses fermentasi, dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe dianjurkan

untuk di konsumsi oleh penderita hipertensi sebagai sumber protein nabati.

3. Tempe

Tempe adalah salah satu makanan tradisional Indonesia, hasil fermentasi kapang

Rhizopus ohgosporis atau rhizopusoryzal pada biji kedelai yang telah direbus. Ada berbagai

macam tempe, yang dibicarakan disini adalah tempe yang terbuat dari kedelai, yang merupakan

produk kompak, terbungkus rata oleh miselium kapang sehingga nampak berwarna putih, dan

bila diiris kelihatan keping biji kedelai berwarna kuning pucat, diantara miselium. Fermentasi

kapang menghasilkan perubahan pada tekstur kedelai, menjadi empuk dan nilai zat gizi tempe

lebih baik dari kacang kedelai.

Nilai Gizi Tempe :

· Protein

Enzim-enzim yang dihasilkan kapang, menghasilkan asam amino bebas, sehingga kadarnya

meningkat sampai 85 kali kadar protein kedelai.

· Karbohidrat

Kedelai mengandung karbohidrat berupa sakrosa dan stakhiosa dan rifinosa (dua terakhir

menyebabkan pembentukan gas dalam perut). Fermentasi kedelai menjadi tempe menghasilkan

karbohidrat.

· Lemak

Page 30: MAKALAH HIPERTENSI

Enzim dalam kapang dapat menurunkan kadar lemak total dari 22,2% menjadi 14,4% dan

meningkatkan kadar asam lemak bebas dari 0,5% menjadi 21%.

· Mineral

Didalam kedelai terdapat asam fitat yang merupakan senyawa forfose, yang tidak dapat

dimanfaatkan oleh tubuh. Dengan fermentasi, kapang menghasilkan enzim fitase yang

menguraikan asam fitat, sehingga forfosenya dapat dimanfaatkan tubuh.

· Vitamin

Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum), Vitamin B6 (Piridoksin),

asam folat, asam panthotenat, dan asam nikotinat. Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena

untuk pertumbuhan kapang dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang tidak ada dalam

produk nabati lainnya.

Manfaat Tempe :

Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita hiper

kolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat menurunkan kadar kolesterol

dalam darah serta mencegah timbulnya penyempitan pembuluh darah, karena tempe

mengandung asam lemak tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk

mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.

Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa

jenis bakteri gram positif serta penyebab diare (Salmonella sp dan Shigella sp). Oleh karena itu,

tempe juga dianjurkan untuk dikonsumsi balita yang menderita diare.

4. Asam Lemak Omega 3

Mengkonsumsi satu porsi ikan yang tinggi lemak (atau minyak ikan ) tiap hari dapat

menjadi asupan asam lemak omega 3 (EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl, dan dilaporkan dapat

menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung koroner.

5. Serat

Page 31: MAKALAH HIPERTENSI

Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya hubungan antara beberapa jenis serat

dengan penurunan kolesterol LDL dan atau kolesterol total, namun belum ada bukti langsung

yang menunjukkan hubungan antara suplemen serat dengan penurunan penyakit kardiovaskular.

         Nama hidangan, bahan utama, metode pengolahan, dan alat saji diet hipertensi dan dislipidemiaMenu BahanMakanan Bahan Tambahan Metoda Pengolahan Alat sajiNasi lunakTumis Ayam + Beras - Perebusan + pengukusan Piring porselenAyam tanpa kulit garam tumis Piring porselenWortel Wortelpala rebus MangkukKopi susu Susu Air + gula GelasPudding buah Gula Agar-agar rebus Piring kecilMangga ManggaSusu Susu low fat GelasNasi Beras Rebus + kukus PlatoPepes ikan Ikan kunyit kukus PlatoAyam kecap Ayam Gula merah tumis PlatoSusu Susu skim bubuk GelasGulaOseng Kangkung + wortel + buncis Wortel garam tumis PlatoKangkungBuncis Pola makanMenu Makan Pagi• Nasi lunak• Tumis ayam + wortel• Kopi susu kedelai( E : 225 Kal, KH : 30 g, L : 6,5 g, P : 30 g Selingan 1 dan 2• Pudding Mangga• Susu low fat( E: 330 Kal, KH: 59 g, L: 7 g, P: 7 g)Makan Siang• Nasi putih• Pepes tahu• Sup buncis + wortel• Buah pepaya( E: 325 Kal, KH: 44 g, L: 7,5 g, P: 18,5 g)Makan Malam• Nasi Putih• Tumis bayam

Page 32: MAKALAH HIPERTENSI

• Pepes ikan• Buah pepaya( E: 360Kal, KH: 57 g, L: 3 g, P: 12g)EVALUASI HIDANGAN

Evaluasi untuk menu makan pagi yaitu nasi lunak sudah cukup baik, pemberian kopi susu

kedelai sebaiknya ditanyakan dulu kepada pasien mengenai keluhan gastritis. Konsumsi kopi

pada pasien dengan keluhan gastritis sebaiknya dibatasi karena dapat merangsang kerja lambung.

Ayam suwir-wortel sudah cukup baik tingkat kematangannya, tetapi rasa terlalu pedas. Evaluasi

untuk puding mangga adalah rasanya yang kurang manis. Oleh karena itu, jenis mangga yang

dipakai haruslah lebih manis untuk menambah rasa manis pada puding tanpa perlu penambahan

gula pasir. Kombinasi jumlah gula yang lebih besar dipadukan dengan mengurangi jumlah

mangga juga dapat diaplikasikan pada selingan ini sehingga kandungan energi tidak melebihi

kecukupan.

Evaluasi untuk makan siang, ukuran saji sup ayam terlalu banyak. Sebaiknya sayuran yang

dimasukkan ke dalam sup hanya 0.75 SP. Aroma sup ayam sudah baik karena ditambahkan

sedikit bubuk pala ke dalam sup. Selain itu, ayam disangrai terlebih dahulu sebelum dimasukkan

dalam sup sehingga rasa sup ayam tidak terlalu amis. Pepes tahu sudah baik teksturnya, namun

sebaiknya tidak digunakan cabai sebagai isi pepes. Pepaya yang disajikan pada menu makan

siang terlalu matang sehingga warna kurang menarik. Evaluasi untuk tumis bayam dan wortel

pada menu makan malam yaitu ukuran saji yang terlalu banyak dan potongan wortel yang terlalu

tipis. Nasi yang dimasak sudah baik. Bumbu pada pepes ikan terlalu banyak dan seharusnya

tidak menggunakan cabai rawit. Tekstur ikan sudah cukup baik, tetapi kualitas ikan kurang segar.

BAB III

PENUTUP

A.     KESIMPULAN

Page 33: MAKALAH HIPERTENSI

Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana dapat

dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar

dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang

tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki

rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari

penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan

penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.

V

HIPERTENSI

1. Epidemiologi

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat

memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan

penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah

beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat

diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit

yang menyertainya.1

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat

(24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu

kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada

usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan

Page 34: MAKALAH HIPERTENSI

sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.2 Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah

sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit

kardiovaskuler.1

Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata

kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan

kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.1 Data Riskesdas menyebutkan

hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya

mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.2

Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau

tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat

dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.2

2. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti

pompa, sehingga darah terus mengalir dalam pembuluh darah. Kekuatan itu mendorong dinding

pembuluh arteri atau nadi. Tekanan darah diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu

melawan gravitasi serta hambatan dalam dinding arteri. Tanpa adanya kekuatan secara terus –

menerus dalam sistem peredaran, darah segar tidak dapat terbawa ke otak dan jaringan seluruh

tubuh.3

Tekanan darah yang paling rendah terjadi saat tubuh dalam keadaan istirahat atau tidur

dan akan naik sewaktu latihan atau berolahraga. Hal ini disebabkan dalam latihan atau olahraga

diperlukan aliran darah dan oksigen yang lebih banyak untuk otot – otot.3 Jika terdapat hambatan

misalnya karena penyempitan pembuluh arteri, tekanan darah akan meningkat dan tetap pada

tingkat yang tinggi,3,4 semakin besar hambatan tekanan darah akan semakin tinggi.4

3. Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik

Di dalam tubuh manusia, tekanan darah terbagi menjadi dua bagian, yaitu tekanan darah

sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan yang terjadi bila otot

jantung berdenyut memompa darah keluar melalui arteri. Angka ini menunjukkan seberapa kuat

jantung memompa untuk mendorong darah melalui pembuluh darah. Tekanan diastolik adalah

Page 35: MAKALAH HIPERTENSI

saat otot jantung berelaksasi, darah kembali masuk ke jantung. Angka ini menunjukkan berapa

besar hambatan dari pembuluh darah terhadap aliran darah balik ke jantung.4,5

Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas

fisik, emosi dan stress dan menurun selama tidur. Tekanan darah merupakan hasil dari curah

jantung dan resistensi vaskuler. Sehingga terjadi peningkatan tekanan darah ketika curah jantung

meningkat, resistensi vaskuler perifer bertambah atau karena keduanya.6

4. Faktor – faktor yang mempertahankan Tekanan Darah

Menurut Pearce, faktor – faktor yang mempertahankan tekanan darah antara lain :

1)      Kekuatan jantung memompa darah sehingga darah dapat beredar keseluruh tubuh dan kembali

ke jantung.

2)      Banyaknya darah yang beredar. Dinding pembuluh darah membutuhkan darah yang cukup untuk

membuat suatu tekanan.

3)      Kekuatan (vaskositas) darah, disebabkan oleh protein plasma dan jumlah sel darah yang beredar

dalam aliran darah.

4)      Elastisitas dinding pembuluh darah. Di dalam arteri tekanan lebih besar daripada vena, sebab

otot yang membungkus arteri lebih elastis daripada vena.

5)      Tekanan tepi (tahanan perifer), yaitu tekanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang

mengalir dalam pembuluh.7

5. Definisi Hipertensi

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of

High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society

of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan

sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang

memakai obat anti hipertensi.8

Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil

dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada

pengukuran yang terpisah.1

Page 36: MAKALAH HIPERTENSI

The sixth Report of The joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation

and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan darah untuk orang

dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1 dibawah.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.1

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal

Normal

Normal tinggi

Hipertensi

Derajat I

Derajat II

Derajat III

< 120

<130

130 – 139

140 – 159

160 – 179

≥ 180

dan

dan

atau

atau

atau

atau

< 80

<85

85 – 89

90 – 99

100 – 109

≥ 110

Sumber : The sixth Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, sixth

report (JNC VI). Dikutip oleh Debra A. Krummel. Medical Nutrition Therapy in Hypertension. Dalam L. Kathleen M, Sylvia Escoott. Krause’s

Food, Nutrition, & Diet Therapy. USA: Elsevier; 2004

6. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi

esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.9

1)      Hipertensi esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga

hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti

genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam

ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko

seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia9. Hipertensi primer biasanya timbul pada

usia 30 – 50 tahun.7

2)      Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik

diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi

yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.9

Page 37: MAKALAH HIPERTENSI

a)      Hipertensi pada penyakit ginjal

Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya hipertensi dalam jangka

waktu yang lama dapat mengganggu ginjal. Secara klinis sulit untuk membedakan dua keadaan

tersebut, terutama pada penyakit ginjal menahun. Beratnya pengaruh hipertensi terhadap ginjal

tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi. Makin tinggi tekanan

darah dalam waktu lama makin berat komplikasi yang mungkin ditimbulkan.10

Hipertensi pada penyakit ginjal dapat terjadi pada penyakit ginjal akut maupun penyakit

ginjal kronik, baik pada kelainan glumerolus maupun pada kelainan vaskular. Hipertensi pada

penyakit ginjal dapat dikelompokkan dalam :

1.      Penyakit glumerolus akut

Hipertensi terjadi karena adanya retensi natrium yang menyebabkan hipervolemik.

Retensi natrium terjadi karena adanya peningkatan reabsorbsi natrium di duktus koligentes.

Peningkatan ini dimungkankan abibat adanya retensi relatif terhadap Hormon Natriuretik Peptida

dan peningkatan aktivitas pompa Na – K – ATPase di duktus koligentes.10

2.      Penyakit vaskuler

Pada keadaan ini terjadi iskemi yang kemudian merangsang sistem renin angiotensin

aldosteron.10

3.      Gagal ginjal kronik

Hipertensi yang terjadi karena adanya retensi natrium, peningkatan sistem Renin

Angiotensinogen Aldosteron akibat iskemi relatif karena kerusakan regional, aktifitas saraf

simpatik yang meningkat akibat kerusakan ginjal, hiperparatiroidis sekunder, dan pemberian

eritropoetin.10

4.      Penyakit glumerolus kronik

Sistem Renin-Angiotensinogen-Aldoteron (RAA) merupakan satu sistem hormonal

enzimatik yang bersifat multikompleks dan berperan dalm naiknya tekanan darah, pangaturan

keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit.10

b) Hipertensi pada penyakit renovaskular.

Hipertensi renovaskular merupakan penyebab tersering dari hipertensi sekunder. Diagnosa

hipertensi renovaskular penting karena kelainan ini potensial untuk disembuhkan dengan

menghilangkan penyebabnya yaitu stenosis arteri renalis. Stenosis arteri renalis adalah suatu

Page 38: MAKALAH HIPERTENSI

keadaan terdapatnya lesi obstruktif secara anatomik pada arteri renalis. Sedangkan hipertensi

renovaskular adalah hipertensi yang terjadi akibat fisiologis adanya stenosis arteri renalis.11

Istilah nefropati iskemik menggambarkan suatu keadaan terjadinya penurunan fungsi ginjal

akibat adanya stenosis arteri renalis. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal, kelainan ini akan

menetap walaupun tekanan darahnya dapat dikendalikan dengan pengobatan yang meliputi

medikamentosa antihipertensi, revaskularisasi dengan tindakan bedah ataupun angioplasti.11

c)      Hipertensi pada kelainan endokrin

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan endokrin adalah aldosteronisme

primer (Sindrom Conn). Hiperaldosteronisme primer adalah sindrom yang disebabkan oleh

hipersekresi aldesteron yang tidak terkendali yang umumnya berasal dari kelenjar korteks

adrenal. Hiperaldosteronisme primer secara klinis dikenal dengan triad terdiri dari hipertensi,

hipokalemi, dan alkalosis metabolik. Sindrom ini disebabkan oleh hiperplasi kelenjar korteks

adrenal, adenoma atau karsinoma adrenal.12

d)     Sindrom Cushing

Sindrom cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang disebabkan oleh

adenoma hipofisis yang menghasilkan Adenocorticotropin Hormone (ACTH).13

e)      Hipertensi adrenal kongenital

Hipertensi adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya hipertensi pada anak (jarang

terjadi).13

f)       Feokromositoma

Feokromositoma adalah salah satu hipertensi endokrin yang patut dicurigai apabila terdapat

riwayat dalam keluarga. Tanda – tanda yang mencurigai adanya feokromositoma yaitu

hipertensi, sakit kepala, hipermetabolisme, hiperhidrosis, dan hiperglikemia.14

Feokromositomia disebabkan oleh tumor sel kromatin asal neural yang mensekresikan

katekolamin. Sebagian besar berasal dari kelenjar adrenal, dan hanya 10 % terjadi di tempat lain

dalam rantai simpatis. 10 % dari tumor ini ganas dan 10 % adenoma adrenal adalah bilateral.

Feokromositomia dicurigai jika tekanan darah berfluktuasi tinggi, disertai takikardi, berkeringat

atau edema paru karena gagal jantung.13

g)      Koartasio aorta

Koarktasi aorta paling sering mempengaruhi aorta pada distal dari arteri subklavia kiri dan

menimbulkan hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan pada kaki, dengan denyut nadi

Page 39: MAKALAH HIPERTENSI

arteri femoralis lemah atau tidak ada. Hipertensi ini dapat menetap bahkan setelah reseksi bedah

yang berhasil, terutama jika hipertensi terjadi lama sebelum operasi.13

h)      Hipertensi pada kehamilan

Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan

mortalitas maternal, janin dan neonatus.15 Kedaruratan hipertensi dapat menjadi komplikasi dari

preeklampsia sebagaimana yang terjadi pada hipertensi kronik.16 Perempuan hamil dengan

hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi yang berat seperti abruptio

plasenta, penyakit serebrovaskuler, gagal organ, koagulasi intravaskular. Penelitian observasi

pasien hipertensi kronik yang ringan didapatkan risiko kehamilan preaklampsia 10 – 25 %,

abruptio 0,7 – 1,5 %, kehamilan prematur kurang dari 37 minggu 12 – 34 %, dan hambatan

pertumbuhan janin 8 – 16 %. Risiko bertambah pada hipertensi kronik yang berat pada trimester

pertama dengan didapatnya preaklampsia sampai 50 %. Terhadap janin, mengakibatkan risiko

retardasi perkembangan intrauterin, prematuritas dan kematian intrauterin. Selain itu risiko

hipertensi seperti gagal jantung, ensepalopati, retinopati, perdarahan serebral, dan gagal ginjal

akut dapat terjadi.15 Sampai sekarang yang belum jelas apakah tekanan darah yang terkontrol

secara agresif dapat menurunkan terjadinya eklampsia.16

i)        Hipertensi akibat dari penggunaan obat – obatan.

Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi adalah pil kontrasepsi

oral (OCP). 5% perempuan mengalami hipertensi sejak mulai penggunaan. Perempuan usia lebih

tua (> 35 tahun)lebih mudah terkena, begitupula dengan perempuan yang pernah mengalami

hipertensi selama kehamilan. Pada 50 % tekanan darah akan kembali normal dalam 3 – 6

sesudah penghentian pil. Penggunaan estrogen pascamenopause bersifat kardioproteksi dan tidak

meningkatkan tekanan darah. Obat lain yang terkait dengan hipertensi termasuk siklosporin,

eritopoietin, dan kokain.13

7. Gejala Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi

esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-

beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah

terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.9,17

Page 40: MAKALAH HIPERTENSI

Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak

menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan

penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya

bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.18 Gejala lain yang sering ditemukan adalah

epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata

berkunang-kunang.9 Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan

kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini

dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.18

8. Patogenesis

Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (kontrol jangka pendek) dan

ginjal (kontrol jangka panjang).1 Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi

melibatkan perubahan – perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap

awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini

disebabkan peningkatan aktivitas simpatik.13 Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah

vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer

meningkat.1 Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer

meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan refleks

autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang

normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal

sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian

diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang

menetap.13

Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan hipertensi esensial

antara lain :

1)      Curah jantung dan tahanan perifer

Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap

kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah jantung biasanya

normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot

halus yang terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi sel otot halus akan berpengaruh

Page 41: MAKALAH HIPERTENSI

pada peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus ini

semakin lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin dimediasi

oleh angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible.19

2)      Sistem Renin-Angiotensin

Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan ekstraseluler dan

sekresi renin.1 Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem endokrin yang penting dalam

pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai

respon glomerulus underperfusion atau penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem

saraf simpatetik.19

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan fisiologis

penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi

hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I

(dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah

menjadi angiotensin II (oktapeptida yang sangat aktif).20 Angiotensin II berpotensi besar

meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasoconstrictor19 melalui dua jalur, yaitu:

a.       Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di

hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume

urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan,

volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian

instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.20

b.      Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid

yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan

mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya

konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.20

3)      Sisten Saraf Otonom

Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan vasokonstriksi dan dilatasi arteriol.

Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam pempertahankan tekanan darah.

Page 42: MAKALAH HIPERTENSI

Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin

bersama – sama dengan faktor lain termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon.19

4)      Disfungsi Endotelium

Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam pengontrolan

pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida

nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.

Secara klinis pengobatan dengan antihipertensi menunjukkan perbaikan gangguan produksi dari

oksida nitrit.19

5)      Substansi vasoaktif

Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam mempertahankan

tekanan darah dalam keadaan normal. Bradikinin merupakan vasodilator yang potensial, begitu

juga endothelin. Endothelin dapat meningkatkan sensitifitas garam pada tekanan darah serta

mengaktifkan sistem renin-angiotensin lokal. Arterial natriuretic peptide merupakan hormon

yang diproduksi di atrium jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal ini dapat

meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat meningkatkan retensi

cairan dan hipertensi.19

6)      Hiperkoagulasi

Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari dinding pembuluh darah

(disfungsi endotelium atau kerusakan sel endotelium), ketidaknormalan faktor homeostasis,

platelet, dan fibrinolisis. Diduga hipertensi dapat menyebabkan protombotik dan hiperkoagulasi

yang semakin lama akan semakin parah dan merusak organ target. Beberapa keadaan dapat

dicegah dengan pemberian obat anti-hipertensi.19

7)      Disfungsi diastolik

Hipertropi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat beristirahat ketika terjadi

tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi peningkatan kebutuhan input ventrikel, terutama pada

saat olahraga terjadi peningkatan tekanan atrium kiri melebihi normal, dan penurunan tekanan

ventrikel.19

Page 43: MAKALAH HIPERTENSI

9. Faktor Risiko Hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas.

Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :

a. Keturunan

Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau salah

satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk terkena

hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya

riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan meningkatkan

risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun dan laki – laki dibawah 55

tahun.21

b. Usia

Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia

seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding

pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia21. Sebagian besar hipertensi terjadi

pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi

daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-

laki.1 Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya usia. 21

c.       Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah

fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin. Secara umum tekanan

darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan

meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon.13

d. Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.7

Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin

yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan

penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding

pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan

tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung

Page 44: MAKALAH HIPERTENSI

seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi

pada pembuluh darah perifer.22

e. Obesitas

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan hipertensi.23

Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan.

Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan

tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing –

masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan

meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.24

Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan

sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.23

f. Stress

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat

meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat

mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan

bahwa pajanan terhadap stres menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.19

g. Aktifitas Fisik

Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan

aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol

berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 – 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu

menurunkan tekanan darah secara langsung.23 Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan

darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.25

h. Asupan

1)      Asupan Natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal adalah

136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen

tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi

otot.1

Page 45: MAKALAH HIPERTENSI

Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler ditentukan oleh kekuatan

osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran semipermiabel ke arah yang

mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan

ekstraseluler dan kalium dengan zat – zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat – zat

terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan dalam menentukan konsentrasi air pada

kedua sisi membran.

Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di usus halus.1

Mekanisme penngaturan keseimbangan volume pertama – tama tergantung pada perubahan

volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler

pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada orang sehat volume cairan

ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai dengan sirkulasi efektifnya dan berbanding secara

proporsional dengan natrium tubuh total. Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh

aliran darah ke ginjal, disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah

yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya

mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur

oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun.

Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin tinggi bila

konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.1

Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap

natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau diabetes.

Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan garam tidak lebih

dari 6 gram per hari.23 Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan

darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta kejadian hipertensi lebih sering

ditemukan.26

Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas. Namun

berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika asupan garam

ditambah.23

2)      Asupan Kalium

Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah

kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam

Page 46: MAKALAH HIPERTENSI

cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan

tekanan darah.27

Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan sekresi

aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium. Sebaliknya penurunan

sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga penyimpanan kalium.

Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume sirkulasi efektif atau

penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan

kecepatan aliran di tubulus distal.

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan mengakibatkan

peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya

resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan asupan tinggi kalium tekanan darah

dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah

kalium.28

3)      Asupan Magnesium

Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan

diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The joint national Committee

on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC) melaporkan

bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan darah.

Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak efektif

untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat

anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk

mencegah kejadian hipertensi.1

4)      Kalsium

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara diet

kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi tampak pada

perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total asupan kalsium 1500

mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah pada laki-laki. Dengan

demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti. Namun, JNC VI

merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan

Page 47: MAKALAH HIPERTENSI

pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000mg

par hari.1

10. Penanggulangan hipertensi 29:

a.       Penatalaksanaan farmakologis

b.      Penatalaksanaan non farmakologis ( diet)

Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan

farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya

hidup.

Tujuan dari penatalaksanaan diet 29,30 :

Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan

darah menuju normal.

Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral

Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,

kolesterol dalam darah.

Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.

Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi 29 :

Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang

Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita

Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar

diet

Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hr atau dapat menggunakan garam lain

diluar natrium.

Page 48: MAKALAH HIPERTENSI

10. Pencegahan hipertensi

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :

-          Memeriksa tekanan darah secara teratur

-          Menjaga berat badan dalam rentang normal

-          Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah lemak dan

mengurangi garam.

-          Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol

-          Berolahraga secara teratur

-          Hidup secara teratur

-          Mengurangi stress dan emosi

-          Jangan terburu-buru

-          Mengurangi makanan berlemak