130517877 52825603 Makalah Hipertensi Preeklamsi Eklamsi Dan Hipertensi Esensial
MAKALAH HIPERTENSI
-
Upload
malang-sumirang -
Category
Documents
-
view
143 -
download
9
Transcript of MAKALAH HIPERTENSI
MAKALAH HIPERTENSI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat,
mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang
menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya
interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai
penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap
timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka
kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai
penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6%
penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat
pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup
masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi
seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol,
dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana definisi hipertensi ?
b. Bagaimana mengukur tekanan darah ?
c. Menjelaskan penyebab hipertensi ?
d. Menjelaskan gejala-gejala hipertensi ?
e. Menjelaskan akibat dari hipertensi ?
f. Bagaimana pencegahan hipertensi ?
g. Menjelaskan pengobatan hipertensi ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi hipertensi.
b. Untuk mengetahui cara mengukur tekanan darah.
c. Untuk mengetahui penyebab hipertensi.
d. Untuk mengetahui gejala yang di timbulkan.
e. Untuk mengetahui akibat dari hipertensi.
f. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi.
g. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan
darah atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu
berada. Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya
tekanan/tegangan; jadi, hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah
yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.
Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih
rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih
rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda,
paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam
hari.
2.2 Mengukur Tekanan Darah
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya
120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang
secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Tekanan darah ditulis dengan dua angka, dalam bilangan satuan
mmHg (millimeter air raksa) pada alat tekanan darah/ tensi meter, yaitu
sistolik dan diastolik. Sistolik adalah angka yang tertinggi ialah tekanan
darah pada waktu jantung sedang menguncup atau sedang melakukan
kontraksi. Diastolik adalah angka yang terendah pada waktu jantung
mengembang berada di dalam akhir relaksasi.
Misalnya tekanan darah 120/ 80 mmHG artinya tekanan sistolik 120
dan tekanan diastolik 80 mmHg.
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh :
a. Kekuatan kuncup jantung yang mendesak isi bilik kiri untuk memasukkan
darah ke dalam batang pembuluh nadi.
b. Tahanan dalam pembuluh nadi terhadap mengalirnya darah.
c. Saraf otonom yang terdiri dari sistem simpatikus dan para simpatikus.
Klasifikasi tekanan darah
No Klasifikasi Sistolik Diastolik
1 Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg
2 Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
3 Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
4 Hipertensi ringan 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
5 Hipertensi sedang 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
6 Hipertensi berat > 180 mmHg > 110 mmHg
Tekanan darah normal
Tekanan darah setiap orang bervariasi setiap hari, tergantung pada
keadaan dan dipengaruhi oleh aktivitas seseorang, jadi tekanan darah
normalpun bervariasi.
Orang dewasa bila tekanan darah menunjukkan angka 140/ 90 mmHg
ke atas dianggap tidak normal. Ada anggapan tekanan darah rendah kurang
baik, hal tersebut kurang tepat. Sebab data statistik menunjukkan bahwa
orang dengan tekanan darah rendah mempunyai umur yang sama dengan
yang disebut normal. Yang terbaik adalah menjaga tekanan darah agar
normal dan anggapan bahwa semakin bertambah usia tekanan darah lebih
tinggi tidak menjadi masalah, adalah anggapan yang perlu diluruskan,
karena berdasarkan data statistik orang tua yang tekanan darahnya berkisar
di normal, kecenderungan mendapat gangguan stroke rendah. Periksa
tekanan darah secara teratur minimal 6 bulan sekali atau setiap kali ke
dokter/ fasilitas kesehatan.
Di kenal 2 klasifikasi hipertensi (berdasarkan penyebabnya) yaitu :
a. Hipertensi primer (hipertensi idiophatik), dimana penyebabnya tidak
diketahui dengan pasti. Dikatakan juga bahwa hipertensi ini adalah dampak
dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
b. Hipertensi secundary, adalah hipertensi yang terjadi akibat dari penyakit dari
penyakit lain misalnya kelainan pada ginjal atau keruskanan dari sistem
hormon.
WHO mengklasifikasikan hipertensi berdasarkan ada tidaknya kelainan pada
organ tubuh lain, yaitu :
a. Hipertensi tanpa kelainan pada organ tubuh lain.
b. Hipertensi dengan pembesaran jantung.
c. Hipertensi dengan kelainan pada organ lain di samping jantung.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah yaitu :
a. Hipertensi borderline : tekanan darah antara 140/90 mmHg dan 160/95
mmHg.
b. Hipertensi ringan : tekanan darah antara 160/95 mmHg dan 200/110 mmHg.
c. Hipertensi moderate : tekanan darah antara 200/110 mmHg dan 230/120
mmHg.
d. Hipertensi berat : tekanan darah antara 230/120 mmHg dan 280/140 mmHg.
2.3 Penyebab hipertensi
Ada 2 macam hipertensi, yaitu esensial dan sekunder.
a. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui
penyebabnya. Ada 10-16% orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya.
Hipertesnsi jenis ini hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.
Beberapa penyebab hipertensi, antara lain :
Sebab hormonal, misalnya dari kelenjar anak ginjal.
Penggunaan obat-obatan.
Merokok karena di dalam tembakau terdapat nikotin.
Minuman beralkohol.
Kelainan pada ginjal.
Kelainan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan
intrakranial atau karena lokasinya dekat pada pusat persyarafan yang
mempengaruhi tekanan darah.
Kelainan pembuluh darah besar (aorta) yaitu koartasio aorta dimana arkus
aorta bersambungan dengan aorta decendens.
2.4 Gejala-gejala hipertensi
Gejala-gejala hipertensi, antara lain :
a. Sebagian besar tidak ada gejala.
b. Sakit pada bagian belakang kepala.
c. Leher terasa kaku.
d. Kelelahan.
e. Mual.
f. Sesak napas.
g. Gelisah.
h. Muntah.
i. Mudah tersinggung.
j. Sukar tidur.
Keluhan tersebut tidak selalu akan dialami oleh seorang penderita
hipertensi. Sering juga seseorang dengan keluhan sakit belakang kepala,
mudah tersinggung dan sukar tidur, ketika diukur tekanan darahnya
menunjukkan angka tekanan darah yang normal. Satu-satunya cara untuk
mengetahui ada tidaknya hipertensi hanya dengan mengukur tekanan
darah.
2.5 Akibat-akibat hipertensi
Hipertensi bila tidak dikontrol dapat menimbulkan komplikasi serius, antara
lain :
a. Kerusakan ginjal.
b. Kerusakan pembuluh darah.
c. Pendarahan otak/ stroke.
d. Kelumpuhan.
e. Pembesaran jantung/ payah jantung.
f. Penyempitan pembuluh darah koroner/ serangan jantung.
2.6 Pencegahan hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang
esensial), dapat dikurangi dengan cara :
a. Memeriksa tekanan darah secara teratur.
b. Menjaga berat badan ideal.
c. Mengurangi konsumsi garam.
d. Jangan merokok.
e. Berolahraga secara teratur.
f. Hidup secara teratur.
g. Mengurangi stress.
h. Jangan terburu-buru.
i. Menghindari makanan berlemak.
Pencegahan Primer :
Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.
Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan.
Kurangi konsumsi alkohol.
Konsumsi minyak ikan.
Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi
kalsium juga cukup membantu.
Pencegahan Sekunder
Pola makanam yamg sehat.
Mengurangi garam dan natrium di diet anda.
Fisik aktif.
Mengurangi Akohol intake.
Berhenti merokok.
Pencegahan Tersier
Pengontrolan darah secara rutin.
Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.
2.7 Pengobatan hipertensi
Pengobatan hipertensi yang paling baik adalah :
a. Selalu mengontrol tekanan darah secara teratur dengan memeriksakan diri
ke dokter.
b. Selalu minum obat teratur meskipun tanpa keluhan.
c. Mengurangi konsumsi garam.
d. Perbanyak konsumsi sayur dan buah.
e. Mematuhi nasihat dokter.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, adalah meningkatnya tekanan
darah atau kekuatan menekan darah pada dinding rongga di mana darah itu
berada.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.
Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih
rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih
rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda,
paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam
hari.
makalah hipertensi
MAKALAH HIPERTENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang
mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya
baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka
panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai
faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan antara berbagai
faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi
meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di
Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6 % penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita
hipertensi. (http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/87-faktor-risiko-terjadinya-
hipertensi, di peroleh tanggal 28 Mei 2009) Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa
masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan.
Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan
dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga,
merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Ditinjau perbandingan antara perempuan dan laki-laki, ternyata perempuan lebih banyak
menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0%
untuk pria dan 11,6% untuk perempuan. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4%
perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan
13,7% perempuan.( Sugiri, http ://www. smallcrab. com/ kesehatan/25- healthy/87- faktor-risiko-
terjadinya-hipertensi, di peroleh tanggal 28 Mei 2009)
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian
bahwa hipertensi lebih banyak pada pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot
(berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial)
apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda
dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya.
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan hipertensi.
Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh
asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan
tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan
garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada
hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh.
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi
pada binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang
tersebut menjadi hipertensi.
Obesitas atau kegemukan di mana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 27 (berat
badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu faktor resiko terhadap
timbulnya hipertensi.
Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi
volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak
obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis
meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah
raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Selain itu dengan kurangnya
olah raga maka resiko timbulnya obesitas akan bertambah, dan apabila asupan garam bertambah
maka resiko timbulnya hipertensi juga akan bertambah.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau kerusakan pada pembuluh
darah turut berperan pada penyakit hipertensi. Faktor- 4 faktor tersebut antara lain merokok,
asam lemak jenuh dan tingginya kolesterol dalam darah.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor lain yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
antara lain alkohol, gangguan mekanisme pompa natrium (yang mengatur jumlah cairan tubuh),
faktorrenin- angiotensin-aldosteron (hormon-hormon yang mempengaruhi tekanan darah).
Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh
faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap timbulnya
hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itulah maka pencegahan penyakit
hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat menjadi sangat
penting.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini,
maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah yaitu :
1. Apakah ada hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi
2. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi
3. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi
4. Apakah ada hubungan antara pola asupan garam dengan kejadian hipertensi
5. Apakah ada hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi
C. Tujuan Penulisan:
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami, menjelaskan,
serta mengaplikasikan definisi, epidemiologi, patomekanisme berdasarkan etiologi dan factor resiko,
gejala atau gambaran klinis, pemeriksaan untuk diagnosis serta untuk mencari factor resiko, pemeriksaan
penunjang, terapi, komplikasi, dan prognosis dari penyakit Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Memahami dan menjelaskan epidemiologi hipertensi
b Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi
c. Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi
e. Memahami dan menjelaskan penyebab hipertensi
f. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi
g. Memahami dan menjelaskan Pengobatan hipertensi
h. Memahami dan menjelaskan pencegahan hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hipertensi
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High
Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of
Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan
sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang
memakai obat anti hipertensi.
Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil
dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada
pengukuran yang terpisah.
B.Insiden Hipertensi
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh
perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.
Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri
koroner dan kematian prematur (Tambayong, 2000)
C.Penyebab Hipertensi secara Epidemiologi
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan
penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah
beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat
diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit
yang menyertainya.1
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat
(24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu
kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada
usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan
sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.2 Pada orang dewasa, peningkatan tekanan
darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit
kardiovaskuler.1
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata
kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan
kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.1 Data Riskesdas menyebutkan
hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.2
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau
tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat
dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.
Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti
pompa, sehingga darah terus mengalir dalam pembuluh darah. Kekuatan itu mendorong dinding
pembuluh arteri atau nadi. Tekanan darah diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu
melawan gravitasi serta hambatan dalam dinding arteri. Tanpa adanya kekuatan secara terus –
menerus dalam sistem peredaran, darah segar tidak dapat terbawa ke otak dan jaringan seluruh
tubuh.3
Tekanan darah yang paling rendah terjadi saat tubuh dalam keadaan istirahat atau tidur dan
akan naik sewaktu latihan atau berolahraga. Hal ini disebabkan dalam latihan atau olahraga
diperlukan aliran darah dan oksigen yang lebih banyak untuk otot – otot.3 Jika terdapat
hambatan misalnya karena penyempitan pembuluh arteri, tekanan darah akan meningkat dan
tetap pada tingkat yang tinggi,3,4 semakin besar hambatan tekanan darah akan semakin tinggi.4
D.Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi
esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-
beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.9,17
Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya
bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.18 Gejala lain yang sering ditemukan adalah
epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang.9 Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan
kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini
dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
F.Pengobatan Hipertensi
1. Diuretic{Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)} Merupakan golongan obat
hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium
berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus
dilakukan
2. Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}.Merupakan obat yang dipakai dalam
upaya pengontrolan tekanan darah melalui prose memperlambat kerja jantung dan memperlebar
(vasodilatasi) pembuluh darah
3. Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme (ACE)}.
Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi
melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah.
G.Pencegahan
1.Pencegahan Primer :
1.1.Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari
1.2. Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan. Berdasarkan penelitian oleh Clinical and Public Health Advisory from
the National High Blood Pressure Education Program Amerika Serikat bahwa penurunan berat
badan sebesar 4,4 kg dapat menurunkan tekanan darah sampai dengan 7.0 mmHg dan aerobik
selama 30 menit setiap hari bisa menurunkan tekanan darah sampai 4.05 mmHg.
13.Kurangi konsumsi alkohol
1.4.Konsumsi Minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan konsumsi minyak ikan
yang mengandung Asam Lemak (omega-3) dapat menurunkan tekanan darah
secara signifikan terutama bagi mereka yang menderita diabetes.
1.5.Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah
tapi kalsium juga cukup membantu.
2.Pencegahan Skunder
2.1.Pola makanam yamg sehat
2.2.Mengurangi garam dan natrium di diet anda
2.3.Fisik Aktif
2.5.Mengurangi Akohol Intake
2.6.BerhentiMerokok
3.Pencegahan Tersier
3.1.Pengontrolan darah secara rutin
3.2.Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh
BAB III
PENUTUP
A.Saran
B.Keritik
Daftar Pustaka
Jakarta : Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru,Gramedia
Depkes, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT
HIPERTENSI. 2006
Goodman, Cathrine Cavallaro .1998. Pathology Implication for The Physical
Therapist. US : W. B. Saunders company
Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem KARDIOVASKULER. Malang : UMM Press
Stump, Kathleen Mahan, Sylvia Escoot. 1996. Krause’s Food, Nutrition, & Diet
Therapy. 9th edition. W. B. Saunders Company
http://fkmutu.blogspot.com/
v
makalah HIPERTENSI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas
normal. Tekanan darah normal adalah 120/90 mmHg
Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh
ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya
dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999).
Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi
esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus
hipertensi. (Sheps, 2005).
Klasifikasi Penyakit Hipertensi
Klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari : 1. Tekanan sistolika. < 119 mmHg : Normalb. 120 –
139 mmHg: Pra Hipertensic. 140 – 159 mmHg: Hipertensi derajat 1d. > 160 mmHg : Hipertensi
derajat 22. Tekanan diastolik :a. < 79 mmHg : Normalb. 80 – 89 mmHg : Pra Hipertensic. 90 –
99 mmHg : Hipertensi derajat 1d. > 100 mmHg : Hipertensi derajat 2
Stadium 1
(Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih.Anda harus mulai berhati-hati
apabila tekanan darah sudah mulai melebihi angka-angka dalam batasan-batasan tersebut diatas.
Segera berkonsultasi dengan dokter untuk menurunkannya.
Gejala Penyakit Hipertensi
Gejala-gejala penyakit hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak
diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
1.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI
1.2.1. Anatomi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas : pembuluh darah besar
Bawah : diafragma
Setiap sisi : paru-paru
Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis-
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri
dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-
cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding
arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila
kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi
umum, tekanan darah akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari
arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah
utama.\
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat
kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial.
Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran
tidak terjadi melalui ruang jaringan.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan
venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
(Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
1.2.2 Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam
sistem arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi
(darah yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk
reoksigenasi (Black, 1997)
1.3 Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, Bare, 2002).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kandungan garam (Sodium atau Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit hipertensi sebaiknya mengontrol diri dalam
mengkonsumsi garam. Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat
dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu
sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam
dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Adapun syarat-syarat diet
garam rendah adalah :
· Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.
· Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
· Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan/atau hipertensi.
Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan
berbagai tingkat Diet Garam Rendah.
· Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan/atau hipertensi berat. Pada
pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi
kadar natriumnya.
· Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan/atau hipertensi tidak terlalu berat.
Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya
boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g). Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya.
· Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau hipertensi ringan. Pemberian makanan
sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1
sdt garam dapur (4 g).
2.2 Kandungan Potasium atau Kalium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah.
Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran
yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi penderita hipertensi antara lain
semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya,
seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega 3 sagat
dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain
pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari
penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan
tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor
risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat
dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah tinggi
seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.
A. MENGATUR MENU MAKANAN
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari
dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan
tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, crakers, keripik dan
makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan
dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin, pindang, udang
kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang
tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar
dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang
tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki
rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari
penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan
penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari) dapat memberikan
efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk
mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran
sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium),
pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg
kalium). Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu
skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250
mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium yang
dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan. Namun pada ibu hamil
yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan protein urin (pre eklampsia), selain
obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam dapur serta meningkatkan makanan
sumber Mg (sayur dan buah-buahan).
B. SUPLEMENTASI ANTI OKSIDAN
Walaupun suplementasi anti oksidan masih memerlukan penelitian lebih lanjut, namun
saat ini banyak sekali suplemen yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai tenaga
medis harus berhati-hati memberikan anjuran minuman suplemen agar tidak terjadi overdosis.
1. Vitamin dan Penurunan Homosistein
Asam folat, vitamin B6, vitamin B 12 dan riboflavin merupakan ko-faktor enzim yang
essential untuk metabolisme homosistein. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
kadar homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Kadar asam
folat yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit koroner dan kadar vitamin yang
rendah juga berkaitan dengan peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko aterosklerosis
yang berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak berhubungan dengan konsentrasi
homositein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12 tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler.
2. Kacang Kedelai dan Isoflavon
Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki aktivitas
estrogen lemah. Penelitian meta analisis pada tahun 1995 menyimpulkan bahwa isoflavon dari
protein kedelai lebih bermakna menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan
trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Sehingga dianjurkan mengkonsumsi
protein kedelai (20 – 50 gram/hari) dengan modifikasi diet pada penderita dengan kadar
kolesterol (total dan LDL) yang tinggi. Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui
proses fermentasi, dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe dianjurkan
untuk di konsumsi oleh penderita hipertensi sebagai sumber protein nabati.
3. Tempe
Tempe adalah salah satu makanan tradisional Indonesia, hasil fermentasi kapang
Rhizopus ohgosporis atau rhizopusoryzal pada biji kedelai yang telah direbus. Ada berbagai
macam tempe, yang dibicarakan disini adalah tempe yang terbuat dari kedelai, yang merupakan
produk kompak, terbungkus rata oleh miselium kapang sehingga nampak berwarna putih, dan
bila diiris kelihatan keping biji kedelai berwarna kuning pucat, diantara miselium. Fermentasi
kapang menghasilkan perubahan pada tekstur kedelai, menjadi empuk dan nilai zat gizi tempe
lebih baik dari kacang kedelai.
Nilai Gizi Tempe :
· Protein
Enzim-enzim yang dihasilkan kapang, menghasilkan asam amino bebas, sehingga kadarnya
meningkat sampai 85 kali kadar protein kedelai.
· Karbohidrat
Kedelai mengandung karbohidrat berupa sakrosa dan stakhiosa dan rifinosa (dua terakhir
menyebabkan pembentukan gas dalam perut). Fermentasi kedelai menjadi tempe menghasilkan
karbohidrat.
· Lemak
Enzim dalam kapang dapat menurunkan kadar lemak total dari 22,2% menjadi 14,4% dan
meningkatkan kadar asam lemak bebas dari 0,5% menjadi 21%.
· Mineral
Didalam kedelai terdapat asam fitat yang merupakan senyawa forfose, yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh tubuh. Dengan fermentasi, kapang menghasilkan enzim fitase yang
menguraikan asam fitat, sehingga forfosenya dapat dimanfaatkan tubuh.
· Vitamin
Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum), Vitamin B6 (Piridoksin),
asam folat, asam panthotenat, dan asam nikotinat. Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena
untuk pertumbuhan kapang dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang tidak ada dalam
produk nabati lainnya.
Manfaat Tempe :
Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita hiper
kolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat menurunkan kadar kolesterol
dalam darah serta mencegah timbulnya penyempitan pembuluh darah, karena tempe
mengandung asam lemak tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk
mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.
Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa
jenis bakteri gram positif serta penyebab diare (Salmonella sp dan Shigella sp). Oleh karena itu,
tempe juga dianjurkan untuk dikonsumsi balita yang menderita diare.
4. Asam Lemak Omega 3
Mengkonsumsi satu porsi ikan yang tinggi lemak (atau minyak ikan ) tiap hari dapat
menjadi asupan asam lemak omega 3 (EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl, dan dilaporkan dapat
menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung koroner.
5. Serat
Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya hubungan antara beberapa jenis serat
dengan penurunan kolesterol LDL dan atau kolesterol total, namun belum ada bukti langsung
yang menunjukkan hubungan antara suplemen serat dengan penurunan penyakit kardiovaskular.
Nama hidangan, bahan utama, metode pengolahan, dan alat saji diet hipertensi dan dislipidemiaMenu BahanMakanan Bahan Tambahan Metoda Pengolahan Alat sajiNasi lunakTumis Ayam + Beras - Perebusan + pengukusan Piring porselenAyam tanpa kulit garam tumis Piring porselenWortel Wortelpala rebus MangkukKopi susu Susu Air + gula GelasPudding buah Gula Agar-agar rebus Piring kecilMangga ManggaSusu Susu low fat GelasNasi Beras Rebus + kukus PlatoPepes ikan Ikan kunyit kukus PlatoAyam kecap Ayam Gula merah tumis PlatoSusu Susu skim bubuk GelasGulaOseng Kangkung + wortel + buncis Wortel garam tumis PlatoKangkungBuncis Pola makanMenu Makan Pagi• Nasi lunak• Tumis ayam + wortel• Kopi susu kedelai( E : 225 Kal, KH : 30 g, L : 6,5 g, P : 30 g Selingan 1 dan 2• Pudding Mangga• Susu low fat( E: 330 Kal, KH: 59 g, L: 7 g, P: 7 g)Makan Siang• Nasi putih• Pepes tahu• Sup buncis + wortel• Buah pepaya( E: 325 Kal, KH: 44 g, L: 7,5 g, P: 18,5 g)Makan Malam• Nasi Putih• Tumis bayam
• Pepes ikan• Buah pepaya( E: 360Kal, KH: 57 g, L: 3 g, P: 12g)EVALUASI HIDANGAN
Evaluasi untuk menu makan pagi yaitu nasi lunak sudah cukup baik, pemberian kopi susu
kedelai sebaiknya ditanyakan dulu kepada pasien mengenai keluhan gastritis. Konsumsi kopi
pada pasien dengan keluhan gastritis sebaiknya dibatasi karena dapat merangsang kerja lambung.
Ayam suwir-wortel sudah cukup baik tingkat kematangannya, tetapi rasa terlalu pedas. Evaluasi
untuk puding mangga adalah rasanya yang kurang manis. Oleh karena itu, jenis mangga yang
dipakai haruslah lebih manis untuk menambah rasa manis pada puding tanpa perlu penambahan
gula pasir. Kombinasi jumlah gula yang lebih besar dipadukan dengan mengurangi jumlah
mangga juga dapat diaplikasikan pada selingan ini sehingga kandungan energi tidak melebihi
kecukupan.
Evaluasi untuk makan siang, ukuran saji sup ayam terlalu banyak. Sebaiknya sayuran yang
dimasukkan ke dalam sup hanya 0.75 SP. Aroma sup ayam sudah baik karena ditambahkan
sedikit bubuk pala ke dalam sup. Selain itu, ayam disangrai terlebih dahulu sebelum dimasukkan
dalam sup sehingga rasa sup ayam tidak terlalu amis. Pepes tahu sudah baik teksturnya, namun
sebaiknya tidak digunakan cabai sebagai isi pepes. Pepaya yang disajikan pada menu makan
siang terlalu matang sehingga warna kurang menarik. Evaluasi untuk tumis bayam dan wortel
pada menu makan malam yaitu ukuran saji yang terlalu banyak dan potongan wortel yang terlalu
tipis. Nasi yang dimasak sudah baik. Bumbu pada pepes ikan terlalu banyak dan seharusnya
tidak menggunakan cabai rawit. Tekstur ikan sudah cukup baik, tetapi kualitas ikan kurang segar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana dapat
dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar
dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang
tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki
rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari
penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan
penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.
V
HIPERTENSI
1. Epidemiologi
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan
penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah
beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat
diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit
yang menyertainya.1
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat
(24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu
kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada
usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan
sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.2 Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah
sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit
kardiovaskuler.1
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata
kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan
kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.1 Data Riskesdas menyebutkan
hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.2
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau
tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat
dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.2
2. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti
pompa, sehingga darah terus mengalir dalam pembuluh darah. Kekuatan itu mendorong dinding
pembuluh arteri atau nadi. Tekanan darah diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu
melawan gravitasi serta hambatan dalam dinding arteri. Tanpa adanya kekuatan secara terus –
menerus dalam sistem peredaran, darah segar tidak dapat terbawa ke otak dan jaringan seluruh
tubuh.3
Tekanan darah yang paling rendah terjadi saat tubuh dalam keadaan istirahat atau tidur
dan akan naik sewaktu latihan atau berolahraga. Hal ini disebabkan dalam latihan atau olahraga
diperlukan aliran darah dan oksigen yang lebih banyak untuk otot – otot.3 Jika terdapat hambatan
misalnya karena penyempitan pembuluh arteri, tekanan darah akan meningkat dan tetap pada
tingkat yang tinggi,3,4 semakin besar hambatan tekanan darah akan semakin tinggi.4
3. Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik
Di dalam tubuh manusia, tekanan darah terbagi menjadi dua bagian, yaitu tekanan darah
sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan yang terjadi bila otot
jantung berdenyut memompa darah keluar melalui arteri. Angka ini menunjukkan seberapa kuat
jantung memompa untuk mendorong darah melalui pembuluh darah. Tekanan diastolik adalah
saat otot jantung berelaksasi, darah kembali masuk ke jantung. Angka ini menunjukkan berapa
besar hambatan dari pembuluh darah terhadap aliran darah balik ke jantung.4,5
Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas
fisik, emosi dan stress dan menurun selama tidur. Tekanan darah merupakan hasil dari curah
jantung dan resistensi vaskuler. Sehingga terjadi peningkatan tekanan darah ketika curah jantung
meningkat, resistensi vaskuler perifer bertambah atau karena keduanya.6
4. Faktor – faktor yang mempertahankan Tekanan Darah
Menurut Pearce, faktor – faktor yang mempertahankan tekanan darah antara lain :
1) Kekuatan jantung memompa darah sehingga darah dapat beredar keseluruh tubuh dan kembali
ke jantung.
2) Banyaknya darah yang beredar. Dinding pembuluh darah membutuhkan darah yang cukup untuk
membuat suatu tekanan.
3) Kekuatan (vaskositas) darah, disebabkan oleh protein plasma dan jumlah sel darah yang beredar
dalam aliran darah.
4) Elastisitas dinding pembuluh darah. Di dalam arteri tekanan lebih besar daripada vena, sebab
otot yang membungkus arteri lebih elastis daripada vena.
5) Tekanan tepi (tahanan perifer), yaitu tekanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang
mengalir dalam pembuluh.7
5. Definisi Hipertensi
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of
High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society
of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan
sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang
memakai obat anti hipertensi.8
Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil
dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada
pengukuran yang terpisah.1
The sixth Report of The joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan darah untuk orang
dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1 dibawah.
Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.1
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal
Normal
Normal tinggi
Hipertensi
Derajat I
Derajat II
Derajat III
< 120
<130
130 – 139
140 – 159
160 – 179
≥ 180
dan
dan
atau
atau
atau
atau
< 80
<85
85 – 89
90 – 99
100 – 109
≥ 110
Sumber : The sixth Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, sixth
report (JNC VI). Dikutip oleh Debra A. Krummel. Medical Nutrition Therapy in Hypertension. Dalam L. Kathleen M, Sylvia Escoott. Krause’s
Food, Nutrition, & Diet Therapy. USA: Elsevier; 2004
6. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi
esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.9
1) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko
seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia9. Hipertensi primer biasanya timbul pada
usia 30 – 50 tahun.7
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.9
a) Hipertensi pada penyakit ginjal
Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya hipertensi dalam jangka
waktu yang lama dapat mengganggu ginjal. Secara klinis sulit untuk membedakan dua keadaan
tersebut, terutama pada penyakit ginjal menahun. Beratnya pengaruh hipertensi terhadap ginjal
tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi. Makin tinggi tekanan
darah dalam waktu lama makin berat komplikasi yang mungkin ditimbulkan.10
Hipertensi pada penyakit ginjal dapat terjadi pada penyakit ginjal akut maupun penyakit
ginjal kronik, baik pada kelainan glumerolus maupun pada kelainan vaskular. Hipertensi pada
penyakit ginjal dapat dikelompokkan dalam :
1. Penyakit glumerolus akut
Hipertensi terjadi karena adanya retensi natrium yang menyebabkan hipervolemik.
Retensi natrium terjadi karena adanya peningkatan reabsorbsi natrium di duktus koligentes.
Peningkatan ini dimungkankan abibat adanya retensi relatif terhadap Hormon Natriuretik Peptida
dan peningkatan aktivitas pompa Na – K – ATPase di duktus koligentes.10
2. Penyakit vaskuler
Pada keadaan ini terjadi iskemi yang kemudian merangsang sistem renin angiotensin
aldosteron.10
3. Gagal ginjal kronik
Hipertensi yang terjadi karena adanya retensi natrium, peningkatan sistem Renin
Angiotensinogen Aldosteron akibat iskemi relatif karena kerusakan regional, aktifitas saraf
simpatik yang meningkat akibat kerusakan ginjal, hiperparatiroidis sekunder, dan pemberian
eritropoetin.10
4. Penyakit glumerolus kronik
Sistem Renin-Angiotensinogen-Aldoteron (RAA) merupakan satu sistem hormonal
enzimatik yang bersifat multikompleks dan berperan dalm naiknya tekanan darah, pangaturan
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit.10
b) Hipertensi pada penyakit renovaskular.
Hipertensi renovaskular merupakan penyebab tersering dari hipertensi sekunder. Diagnosa
hipertensi renovaskular penting karena kelainan ini potensial untuk disembuhkan dengan
menghilangkan penyebabnya yaitu stenosis arteri renalis. Stenosis arteri renalis adalah suatu
keadaan terdapatnya lesi obstruktif secara anatomik pada arteri renalis. Sedangkan hipertensi
renovaskular adalah hipertensi yang terjadi akibat fisiologis adanya stenosis arteri renalis.11
Istilah nefropati iskemik menggambarkan suatu keadaan terjadinya penurunan fungsi ginjal
akibat adanya stenosis arteri renalis. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal, kelainan ini akan
menetap walaupun tekanan darahnya dapat dikendalikan dengan pengobatan yang meliputi
medikamentosa antihipertensi, revaskularisasi dengan tindakan bedah ataupun angioplasti.11
c) Hipertensi pada kelainan endokrin
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan endokrin adalah aldosteronisme
primer (Sindrom Conn). Hiperaldosteronisme primer adalah sindrom yang disebabkan oleh
hipersekresi aldesteron yang tidak terkendali yang umumnya berasal dari kelenjar korteks
adrenal. Hiperaldosteronisme primer secara klinis dikenal dengan triad terdiri dari hipertensi,
hipokalemi, dan alkalosis metabolik. Sindrom ini disebabkan oleh hiperplasi kelenjar korteks
adrenal, adenoma atau karsinoma adrenal.12
d) Sindrom Cushing
Sindrom cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang disebabkan oleh
adenoma hipofisis yang menghasilkan Adenocorticotropin Hormone (ACTH).13
e) Hipertensi adrenal kongenital
Hipertensi adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya hipertensi pada anak (jarang
terjadi).13
f) Feokromositoma
Feokromositoma adalah salah satu hipertensi endokrin yang patut dicurigai apabila terdapat
riwayat dalam keluarga. Tanda – tanda yang mencurigai adanya feokromositoma yaitu
hipertensi, sakit kepala, hipermetabolisme, hiperhidrosis, dan hiperglikemia.14
Feokromositomia disebabkan oleh tumor sel kromatin asal neural yang mensekresikan
katekolamin. Sebagian besar berasal dari kelenjar adrenal, dan hanya 10 % terjadi di tempat lain
dalam rantai simpatis. 10 % dari tumor ini ganas dan 10 % adenoma adrenal adalah bilateral.
Feokromositomia dicurigai jika tekanan darah berfluktuasi tinggi, disertai takikardi, berkeringat
atau edema paru karena gagal jantung.13
g) Koartasio aorta
Koarktasi aorta paling sering mempengaruhi aorta pada distal dari arteri subklavia kiri dan
menimbulkan hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan pada kaki, dengan denyut nadi
arteri femoralis lemah atau tidak ada. Hipertensi ini dapat menetap bahkan setelah reseksi bedah
yang berhasil, terutama jika hipertensi terjadi lama sebelum operasi.13
h) Hipertensi pada kehamilan
Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan
mortalitas maternal, janin dan neonatus.15 Kedaruratan hipertensi dapat menjadi komplikasi dari
preeklampsia sebagaimana yang terjadi pada hipertensi kronik.16 Perempuan hamil dengan
hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi yang berat seperti abruptio
plasenta, penyakit serebrovaskuler, gagal organ, koagulasi intravaskular. Penelitian observasi
pasien hipertensi kronik yang ringan didapatkan risiko kehamilan preaklampsia 10 – 25 %,
abruptio 0,7 – 1,5 %, kehamilan prematur kurang dari 37 minggu 12 – 34 %, dan hambatan
pertumbuhan janin 8 – 16 %. Risiko bertambah pada hipertensi kronik yang berat pada trimester
pertama dengan didapatnya preaklampsia sampai 50 %. Terhadap janin, mengakibatkan risiko
retardasi perkembangan intrauterin, prematuritas dan kematian intrauterin. Selain itu risiko
hipertensi seperti gagal jantung, ensepalopati, retinopati, perdarahan serebral, dan gagal ginjal
akut dapat terjadi.15 Sampai sekarang yang belum jelas apakah tekanan darah yang terkontrol
secara agresif dapat menurunkan terjadinya eklampsia.16
i) Hipertensi akibat dari penggunaan obat – obatan.
Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi adalah pil kontrasepsi
oral (OCP). 5% perempuan mengalami hipertensi sejak mulai penggunaan. Perempuan usia lebih
tua (> 35 tahun)lebih mudah terkena, begitupula dengan perempuan yang pernah mengalami
hipertensi selama kehamilan. Pada 50 % tekanan darah akan kembali normal dalam 3 – 6
sesudah penghentian pil. Penggunaan estrogen pascamenopause bersifat kardioproteksi dan tidak
meningkatkan tekanan darah. Obat lain yang terkait dengan hipertensi termasuk siklosporin,
eritopoietin, dan kokain.13
7. Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi
esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-
beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.9,17
Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya
bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.18 Gejala lain yang sering ditemukan adalah
epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata
berkunang-kunang.9 Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan
kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini
dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.18
8. Patogenesis
Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (kontrol jangka pendek) dan
ginjal (kontrol jangka panjang).1 Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi
melibatkan perubahan – perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap
awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini
disebabkan peningkatan aktivitas simpatik.13 Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah
vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer
meningkat.1 Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer
meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan refleks
autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang
normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal
sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian
diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang
menetap.13
Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan hipertensi esensial
antara lain :
1) Curah jantung dan tahanan perifer
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap
kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah jantung biasanya
normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot
halus yang terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi sel otot halus akan berpengaruh
pada peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi otot halus ini
semakin lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin dimediasi
oleh angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible.19
2) Sistem Renin-Angiotensin
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan ekstraseluler dan
sekresi renin.1 Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem endokrin yang penting dalam
pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai
respon glomerulus underperfusion atau penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem
saraf simpatetik.19
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I
(dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II (oktapeptida yang sangat aktif).20 Angiotensin II berpotensi besar
meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasoconstrictor19 melalui dua jalur, yaitu:
a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di
hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume
urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.20
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid
yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.20
3) Sisten Saraf Otonom
Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan vasokonstriksi dan dilatasi arteriol.
Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam pempertahankan tekanan darah.
Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin
bersama – sama dengan faktor lain termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon.19
4) Disfungsi Endotelium
Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam pengontrolan
pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida
nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.
Secara klinis pengobatan dengan antihipertensi menunjukkan perbaikan gangguan produksi dari
oksida nitrit.19
5) Substansi vasoaktif
Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam mempertahankan
tekanan darah dalam keadaan normal. Bradikinin merupakan vasodilator yang potensial, begitu
juga endothelin. Endothelin dapat meningkatkan sensitifitas garam pada tekanan darah serta
mengaktifkan sistem renin-angiotensin lokal. Arterial natriuretic peptide merupakan hormon
yang diproduksi di atrium jantung dalam merespon peningkatan volum darah. Hal ini dapat
meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat meningkatkan retensi
cairan dan hipertensi.19
6) Hiperkoagulasi
Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari dinding pembuluh darah
(disfungsi endotelium atau kerusakan sel endotelium), ketidaknormalan faktor homeostasis,
platelet, dan fibrinolisis. Diduga hipertensi dapat menyebabkan protombotik dan hiperkoagulasi
yang semakin lama akan semakin parah dan merusak organ target. Beberapa keadaan dapat
dicegah dengan pemberian obat anti-hipertensi.19
7) Disfungsi diastolik
Hipertropi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat beristirahat ketika terjadi
tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi peningkatan kebutuhan input ventrikel, terutama pada
saat olahraga terjadi peningkatan tekanan atrium kiri melebihi normal, dan penurunan tekanan
ventrikel.19
9. Faktor Risiko Hipertensi
Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas.
Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :
a. Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau salah
satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk terkena
hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya
riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan meningkatkan
risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun dan laki – laki dibawah 55
tahun.21
b. Usia
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia
seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding
pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia21. Sebagian besar hipertensi terjadi
pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi
daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-
laki.1 Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya usia. 21
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah
fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin. Secara umum tekanan
darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan
meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon.13
d. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.7
Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin
yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan
penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding
pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan
tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung
seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi
pada pembuluh darah perifer.22
e. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan hipertensi.23
Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan.
Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan
tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing –
masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan
meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.24
Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan
sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.23
f. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat
mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan
bahwa pajanan terhadap stres menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.19
g. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan
aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol
berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 – 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu
menurunkan tekanan darah secara langsung.23 Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan
darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.25
h. Asupan
1) Asupan Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal adalah
136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen
tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi
otot.1
Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler ditentukan oleh kekuatan
osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran semipermiabel ke arah yang
mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan
ekstraseluler dan kalium dengan zat – zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat – zat
terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan dalam menentukan konsentrasi air pada
kedua sisi membran.
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di usus halus.1
Mekanisme penngaturan keseimbangan volume pertama – tama tergantung pada perubahan
volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler
pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada orang sehat volume cairan
ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai dengan sirkulasi efektifnya dan berbanding secara
proporsional dengan natrium tubuh total. Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh
aliran darah ke ginjal, disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah
yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya
mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur
oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun.
Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin tinggi bila
konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.1
Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap
natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau diabetes.
Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan garam tidak lebih
dari 6 gram per hari.23 Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan
darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta kejadian hipertensi lebih sering
ditemukan.26
Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas. Namun
berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika asupan garam
ditambah.23
2) Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah
kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam
cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan
tekanan darah.27
Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan sekresi
aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium. Sebaliknya penurunan
sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga penyimpanan kalium.
Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume sirkulasi efektif atau
penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan
kecepatan aliran di tubulus distal.
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya
resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan asupan tinggi kalium tekanan darah
dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah
kalium.28
3) Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan
diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The joint national Committee
on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC) melaporkan
bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan darah.
Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak efektif
untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat
anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk
mencegah kejadian hipertensi.1
4) Kalsium
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara diet
kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi tampak pada
perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total asupan kalsium 1500
mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah pada laki-laki. Dengan
demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti. Namun, JNC VI
merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan
pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000mg
par hari.1
10. Penanggulangan hipertensi 29:
a. Penatalaksanaan farmakologis
b. Penatalaksanaan non farmakologis ( diet)
Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan
farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya
hidup.
Tujuan dari penatalaksanaan diet 29,30 :
Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan
darah menuju normal.
Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral
Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,
kolesterol dalam darah.
Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.
Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi 29 :
Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar
diet
Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hr atau dapat menggunakan garam lain
diluar natrium.
10. Pencegahan hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :
- Memeriksa tekanan darah secara teratur
- Menjaga berat badan dalam rentang normal
- Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah lemak dan
mengurangi garam.
- Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
- Berolahraga secara teratur
- Hidup secara teratur
- Mengurangi stress dan emosi
- Jangan terburu-buru
- Mengurangi makanan berlemak