MAKALAH TUTORIAL Hipertensi Kelompok 6
-
Upload
dewimartinda -
Category
Documents
-
view
138 -
download
6
Transcript of MAKALAH TUTORIAL Hipertensi Kelompok 6
MAKALAH TUTORIAL
SKENARIO 4
Penyakit Pembuluh Darah Otak, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Disusun oleh :
Kelompok tutorial VI
Pembimbing : Prof. Drg. Dwi Prijatmoko, SH., Ph.D
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Pembimbing : Prof. Drg. Dwi Prijatmoko, SH., Ph.D
Ketua : Maharja Jathi P. (111610101027)
Scriber Meja : Dewi Martinda H. (111610101073)
Scriber Papan : Sheila Dian P. (111610101071)
Anggota :
1. Vanda Ayu Kartika H. (111610101050)
2. Lita Damafitra (111610101054)
3. Nugraheni Tri Rahayu (111610101057)
4. Dian Fajariani (111610101061)
5. Anugerah Nur Yuhyi (111610101063)
6. Fitria Krisnawati (111610101064)
7. Tiara Fortuna B.B. (111610101067)
8. Khamda Rizki Dhamas (111610101069)
9. Nurbaetty Rochmah (111610101074)
10. Deo Agusta R.P. (111610101083)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tutorial skenario 4 pada blok Penyakit Sistemik dan
Kelainan Rongga Mulut pada minggu keempat dengan judul Penyakit Pembuluh
Darah Otak, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Makalah ini disusun untuk
memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VI pada skenario keempat.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. Drg. Dwi Prijatmoko, SH., Ph.D, selaku tutor pembimbing yang telah
membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok VI Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Teman-teman kelompok tutorial VI dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 28 Februari 2013
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar Anggota Kelompok…………………………………………………....i
Kata Pengantar ....................................................................................................ii
Daftar Isi .............................................................................................................iii
Skenario...............................................................................................................iv
Step 1...................................................................................................................1
Step 2 ..................................................................................................................2
Step 3 ..................................................................................................................2
Step 4 ..................................................................................................................8
Step 5...................................................................................................................8
Step 7 ..................................................................................................................9
Daftar pustaka .....................................................................................................32
SKENARIO 4
Seorang laki-laki umur 55 tahun datang ke dokter gigi ingin merawatkan
giginya yang lubang. Dari riwayat kesehatan diketahui bahwa penderita
mengalami hipertensi sejak berumur 30 tahun. Setahun lalu mengalami Transient
Ischemic Attack pada otak dan 2 tahun terakhir terdapat kelainan pada pembuluh
darah koronernya. Dokter gigi melakukan evaluasi kesehatan penderita tersebut,
dan mempertimbangkan segala factor resiko yang ada pada penderita tersebut
sehingga dapat menentukan rencana perawatan yang tepat pada penderita.
STEP 1
1. Hipertensi :
Peningkatan tekanan darah di dalam arteri.
Dikarenakan gangguan pada pembuluh darah, biasanya takanannya
≥ 140/90 mmHg.
Peningkatan tekanan arteri yang dihasilkan ketidakteraturan control
homeostatic dalam tubuh.
2. Pembuluh darah koroner :
Pembuluh darah yang menyuplai darah ke jantung.
Pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrisi untuk jantung
berkontraksi (arteri).
3. Transient Ischemic Attack ;
Gangguan fungsi otak karena terhambatnya suplai darah ke otak
untuk sementara waktu.
Biasanya terjadi 1-2 jam, bukan stroke namun bisa menjadi gejala
awal stroke.
Disebabkan aterosklerosis atau gumpalan darah yang menyumbat
arteri otak.
Gangguan aliran darah ke otak secara mendadak, local, singkat,
dan menghilang dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
Dapat terjadi sekali atau berkali-kali.
4. Faktor resiko :
Sesuatu yang bisa terjadi saat pasien dilakukan tindakan.
Faktor yang sudah ada pada pasien, misalnya : umur, genetika, dan
lain-lain.
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol, misalnya herediter.
Faktor resiko yang dapat dikontrol, misalnya hipertensi.
STEP 2
1. Apa saja macam-macam kelainan pembuluh darah koroner?
2. Apa saja etiologi penyakit pembuluh darah koroner dan Transient
Ischemic Attack?
3. Apa gejala klinis penyakit pembuluh darah koroner dan Transient
Ischemic Attack?
4. Bagaiman pathogenesis penyakit pembuluh darah koroner dan Transient
Ischemic Attack?
5. Apa manifestasi oral dari penyakit pembuluh darah koroner dan Transient
Ischemic Attack?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit pembuluh darah koroner dan
Transient Ischemic Attack?
7. Apa yang sehrusnya dilakukan dokter gigi pada pasien di skenario
tersebut?
STEP 3
1. Macam-macam :
Aterosklerosis
Penyakit jantung koroner
Penyakit pembuluh darah perifer
Hipertensi :
a) Primer
b) Sekunder
Stroke :
a) Ischemic : Transient Ischemic Attack, Trombosis Serebri,
Emboli Serebri.
b) Haemoragic : Perdarahan intraserebral, predarahan
subarachnoid.
Infark miokardium, perkembangan dari aterosklerosis setelah
bertahun-tahun.
Hipertensi, berdasarkan gangguan tekanan :
a) Hipertensi Sistolik
b) Hipertensi Diastolik
c) Hipertensi campuran sistolik dan diastolik
2. Etiologi penyakit pembuluh darah koroner :
Faktor herediter, penyakit prenkim atau vaskuler ginjal, merokok
Primer : herediter, defek sekresi Na, merokok
Sekunder : penyakit ginjal, gangguan hormon esterogen
Hipertensi penyempitan pembuluh darah Jantung koroner
Elastisitas pembuluh darah menurun
Faktor usia
Asupan garam berlebihan, kalsium dan kalium kurang
Hiperkolesterolimia
Stress Hipertensi
Obesitas
Diabetes mellitus
Etnis, orang kulit hitam lebih sering terkena
Diet
Etiologi Transient Ischemik Attack :
Aterosklerosis (utama)
Faktor usia elastisitas pembuluh darah berkurang
Cedera pada pembuluh darah (di otak)
Hipertensi
Gumpalan darah pada arteri otak
Penyakit jantung
Riwayat keluarga (herediter)
Jenis kelamin, pada laki-laki sering karena tidak memproduksi
hormon esterogen seperti wanita.
Gangguan sementara pasokan darah ke area otak
Spasme arteri kecil di otak
Inflamasi arteri
Diplasia fibromuskuler
Pecandu alcohol
Perokok
Malnutrisi
Anemia sel sabit
Obesitas
Penyempitan pembuluh darah di otak atau menuju otak.
3. Gejala klinis Penyakit pembuluh darah koroner :
Sakit kepala
Pandangan kabur
Kelelahan
Gelisah
Mual dan muntah
Pada malam hari sering ke toilet
Kehilangan keseimbangan
Susah bicara
Sesak nafas
Pembengkakan pergelangan kaki
Bila di palpitasi ada dtak jantung tambahan
Kejang
Nyeri dada
Suka tidur
Denyut terasa jelas dan membesar
Mata berkunang-kunang
Hipertensi, maka mudah mimisan
Kerusakan ginjal karena penyempitan aliran darah menuju ginjal
Gejala klinis Transient Ischemik Attack :
Kelumpuhan setengah tubuh dan kesemutan
Gangguan menelan
Gangguan penglihatan, semua atau sebagian, melibatkan arteri
karotid
Gangguan keseimbangan
Gangguan sulit berbicara atau memahami orang lain bicara
Hilang ingatan sesaat
Mati rasa, bisa pada wajah tungkai berlangsung sementara,
tergantung bagian otak mana yang terkena. Misalnya : arteri
vertebralis, akan terjadi pusing, vertigo, dan kurangnya control dari
kandung kemih
4. Patogenesis penyakit pembuluh darah koroner (hipertensi)
Jika tubuh kelebihan garam dan air akan mengganggu aliran balik
vena ke jantung sehingga dapat meningkatkan curah jantung. Peningkatan
curah jantung dan kelebihan garam beserta air ini dapat memebuat ginjal
bekerja keras dalam mengekskresikan garam dan air. Jika ginjal bekerja
sangat keras, maka dapat meningkatkan tekanan arteri sistemik dalam
jantung dan terjadilah tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Patogenesis Transient Ischemik Attack
Endapan lemak dan kalsium pada dinding pembuluh darah lepas
kemudian endapan-endapan tersebut jalan mengikuti aliran darah sehingga
dapat menyumbat pembuluh darah kecil yang menuju ke otak, yaitu
pembuluh darah koronaris dan dapat menyumbat aliran darah sementara
waktu sehingga menimbulkan transcient ischemic attack (TIA).
5. Pada umunya tidak ditemukan manifestasi oral dari penyakit pembuluh
darah koroner dan Transient Ischemik Attack, namun obat-obatan
antihipertensi dapat menyebabkan xerostomia, burning mouth syndrome,
lichenoid stomatitis, dan hyperplasia gingiva.
6. Pemeriksaan Penunjang :
ABI, pengukuran darah pergelangan kaki
Arteriografi resonansi magnetic
CT scan
Ecocardiography
Stetoskop, mendengar suara abnormal
Ophtalmoskop
Carotid Doppler Ultrasound
CT scan dengan angiografi
MRI, mengetahui peredaran darah menuju otak
Puplex carotis
Monitoring irama jantung
7. Penatalaksanaan pasien dalam skenario dalam bidang Kedokteran Gigi :
Dokter gigi melakukan rujukan kepada dokter yang berkaitan, 3
hari sebelum melakukan ekstraksi, konsumsi obat dihentikan
diganti dengan obat lain.
Pengecekan tekanan darah, apabila tekanan darah tinggi, ekstraksi
di tunda dulu.
Anestesi bukan dengan golongan epinefrin
Batas maksimal pemakaian pehacain dan lidocain perlu
diperhatikan.
STEP 4
Mapping
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Aterosklerosis Hipertensi
Penyakit Pembuluh Darah Otak
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Etiologi dan Faktor Resiko
Patogenesis
Gejala Klinis dan Manifestasi Oral
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
STEP 5
Learning Objective
1. Mampu menjelaskan definisi, etiologi, faktor resiko, pathogenesis, gejala
klinis, penatalaksanaan dalam bidang Kedokteran Gigi dari aterosklerosis.
2. Mampu menjelaskan definisi, etiologi, faktor resiko, pathogenesis, gejala
klinis, penatalaksanaan dalam bidang Kedokteran Gigi dari Hipertensi.
3. Mampu menjelaskan definisi, etiologi, faktor resiko, pathogenesis, gejala
klinis, penatalaksanaan dalam bidang Kedokteran Gigi dari penyakit
pembuluh darah dan jantung (Angina Pektoris, Infark miokard, Payah
Jantung, Sudden Death).
4. Mampu menjelaskan definisi, etiologi, faktor resiko, pathogenesis, gejala
klinis, penatalaksanaan dalam bidang Kedokteran Gigi dari penyakit
pembuluh darah otak (Stroke dn Transient Ischemik Attack).
5. Mampu menjelaskan perbedaan elektrokardiografi dan ekokardiografi.
6. Mampu menjelaskan batas aman penggunaan pehacain dan lidocain pada
penderita hipertensi.
STEP 7
1. Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penyakit kronis yang ditandai dengan penebalan
dan pengerasan dinding arteri. Aterosklerosis adalah suatu kondisi berupa
pengumpulan lemak (lipid) di sepanjang dinding arteri. Lemak ini kemudian
mengental, mengeras (membentuk deposit kalsium), dan akhirnya mempersempit
saluran arteri sehingga mengurangi suplai oksigen maupun darah ke organ-organ
tubuh. Timbunan lemak yang mengeras di dinding arteri ini disebut plak.
Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya
dan lengan serta tungkai.
1.1 Etiologi Aterosklerosis
Ada beberapa hipotesis mengenai apa yang pertama kali menyebabkan
kerusakan sel endotel dan mencetuskan rangkaian proses arteriosklerotik, yaitu :
1) Kolesterol Serum yang Tinggi
Hipotesis pertama mengisyaratkan bahwa kadar kolesterol serum dan
trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan pembentukan arteriosklerosis.
Pada pengidap arteriosklerosis, pengedapan lemak ditemukan di seluruh
kedalaman tunika intima, meluas ke tunika media. Kolesterol dan
trigliserid di dalam darah terbungkus di dalam protein pengangkut lemak
yang disebut lipoprotein. Lipoprotein berdensitas tinggi (high-density
lipoprotein, HDL ) membawa lemak ke luar sel untuk diuraikan, dan
diketahui bersifat protektif melawan arteriosklerosis. Namun, lipoprotein
berdensitas rendah (low density lipoprotein,LDL) dan lipo-protein
berdensitas sangat rendah (very-low-density lipo-protein,VLDL)
membawa lemak ke sel tubuh, termasuk sel endotel arteri, oksidasi
kolesterol dan trigliserid menyebabkan pembentukan radikal bebas yang
diketahui merusak sel-sel endotel.
2) Tekanan Darah Tinggi
Hipotesis ke dua mengenai terbentuknya arteriosklerosis di dasarkan
pada kenyataan bahwa tekanan darah yang tinggi secara kronis
menimbulkan gaya regang atau potong yang merobek lapisan endotel
arteri dan arteriol. Gaya regang terutama timbul di tempat-tempat arteri
bercabang atau mem belok: khas untuk arteri koroner, aorta, dan arteri-
arteri serebrum. Dengan robeknya lapisan endotel, timbul kerusakan
berulang sehingga terjadi siklus peradangan, penimbunan sel darah putih
dan trombosit, serta pembentukan bekuan. Setiap trombus yang terbentuk
dapat terlepas dari arteri sehingga menjadi embolus di bagian hilir.
3) Infeksi Virus
Hipotesis ke tiga mengisyaratkan bahwa sebagian sel endotel mungkin
terinfeksi suatu virus. Infeksi mencetuskan siklus peradangan; leukosit dan
trombosit datang ke daerah tersebut dan terbentuklah bekuan dan jaringan
parut. Virus spesifik yang diduga berperan dalam teori ini adalah sito-
megalovirus, anggota dari famili virus herpes.
4) Kadar Besi Darah yang Tinggi
Hipotesis ke empat mengenai arterosklerosis arteri koroner adalah
bahwa kadar besi serum yang tinggi dapat merusak arteri koroner atau
memperparah kerusakan yang di sebabkan oleh hal lain. Teori ini diajukan
oleh sebagian orang untuk menjelaskan perbedaan yang mencolok dalam
insidens penyakit arteri koroner antara pria dan wanita pramenopause. Pria
biasanya mempunyai kadar besi yang jauh lebih tinggi daripada wanita
haid. Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit,
pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel
yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang
terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan
dalam arteri.
Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik atau
ateroma) yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung
sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel
jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri
besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin
karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri,
sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan
karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama
ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh dan
bisa pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga
ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya
dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya bekuan ini
akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas
dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat
lain (emboli).
1.2 Faktor Resiko Aterosklerosis
Beberapa faktor risiko yang ada hubungannya dengan proses
asterosklerosis antara lain adalah :
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
Umur, jenis kelamin dan riwayat penyakit dalam keluarga.
2. Faktor risiko yang dapat diubah :
Merokok, hiperlipidemi, hipertensi, obesistas dan DM.
1.3 Patogenesis Aterosklerosis
Penimbunan Kristal-kristal kolesterin yang berisi lemak pada daerah fokal
tunika intima (lapisan terdalam pembuluh darah arteri) yang walaupun mula-mula
sedikit, tapi jika diteruskan akan bertambah semakin banyak yang biasa disebut
plak fibrosa. Hal ini dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri. Jika
lubang semakin mengecil, maka jalur peredaran darah akan tersumbat.
Aterosklerosis diawali dengan masuknya kolesterol ke robekan kecil pada
bagian dalam dinding arteri (endotelium) sehingga kolesterol dan zat lain
terperangkap di area yang rusak tersebut. Kolesterol LDL mengalami perubahan
kimiawi melalui proses oksidasi. Kemudian monosit (jenis sel darah putih
terbesar) tertarik ke area yang luka tersebut. Monosit berkembang menjadi
makrofag (sel berukuran besar yang memakan partikel asing). Makrofag
menyerap kolesterol LDL yang telah mengalami perubahan dan makrofag
berubah menjadi sel busa (foam cell) di bagian dalam dinding arteri. Sel busa
kemudian mati, melepaskan kolesterol yang terlihat sebagai deposit lemak di
bagian dalam dinding arteri. Selanjutnya sel otot mensekresi jaringan fibrosa
sebagai usaha untuk menutupi deposit kolesterol. Seiring waktu, garis deposit
lemak berkembang menjadi plak (struktur ‘fibro -fatty’ ) dan mulai menghambat
aliran darah dalam arteri. Plak akhirnya dapat pecah atau ruptur akibat tekanan
mekanik dari luar dan akibat proses kimiawi yang terjadi di dalam plak tersebut.
Kemudian trombosit tertarik ke area tersebut dan mulai membentuk bekuan darah.
Lesi tersebut dapat menyumbat secara total aliran darah dalam arteri atau disebut
dengan aterosklerosis (Morrell, 2005).
1.4 Gejala Klinis Aterosklerosis
Gambaran klinis aterosklerosis menurut Corwin (2009) biasanya terjadi
pada tahap akhir perjalanan penyakit. Gejala aterosklerosis tersebut meliputi :
a. Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan kram di ekstremitas
bawah, terutama terjadi selama atau setelah olahraga. Keadaan ini disebabkan
buruknya aliran darah yang melewati pembuluh aterosklerotik yang
memperdarahi tungkai bawah. Pada saat kebutuhan oksigen otot tungkai akan
meningkat, maka aliran yang terbatas tersebut tidak dapat menyuplai oksigen
yang dibutuhkan dan terjadi nyeri akibat iskemia otot.
b. Peka terhadap rasa dingin karena aliran darah ke ekstremitas tidak
adekuat.
c. Perubahan warna kulit karena berkurangnya aliran darah ke suatu daerah
area tubuh. Akibat iskemia, area daerah tersebut menjadi pucat. Hal ini diikuti
respons autoregulasi lokal sehingga hiperemia (peningkatan aliran darah) dan
kulit merona merah.
d. Dapat diraba penurunan denyut arteri di sebelah hilir dari lesi
aterosklerotik. Apabila aliran darah tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan metabolik, dapat terjadi nekrosis sel dan gangren.
1.5 Penatalaksanaan Aterosklerosis
2. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13 – 50 tahun dan tekanan darah mencapai
160/95 mmHg untuk usia di atas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran
tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan
tersebut (WHO, 2001).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg dapat diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai
rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini
dikategorikan sebagai primer atau esensial (hampir 90% dari semua kasus) dan
hipertensi sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat
dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Plessure VI / JNC VI, 2001).
KLASIFIKASI MENURUT JOINT NATIONAL COMMITTEE ON PREVENTION, DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH
BLOOD PRESSURE VII
Normal <120 mmHg Dan <80 mmHgPre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHgHipertensi Stadium 2 >160 mmHg Atau >100 mmHg
2.1 Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi primer tidak dapat diidentifikasi, artinya penyebabnya
merupakan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan berbagai faktor
lingkungan, diantaranya adalah :
Hiperaktif susunan saraf adrenergik
Biasanya penderita umur muda dengan gejala takikardi dan peningkatan cardiac
output.
Kelainan pertumbuhan pada sistem kardiovaskular dan ginjal
Hipertensi terjadi karena peningkatan resistensi perifer akibat elastisitas arteri
berkurang dan juga berkembangnya mikrosirkulasi.
Gangguan sistem renin angiotensin aldosteron (RAA)
Peningkatan sekresi renin secara cepat mengkonversi angiotensinogen menjadi
angiotensin I (Ang-I), kemudian dikonversi oleh ACE (Angiotensin Converting
Enzyme) menjadi angiotensin II (Ang-II), yaitu suatu peptide yang memiliki efek
vasokonstriksi dan meningkatkan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal.
Gangguan natriuresis
Gangguan homeostasis natriuresis sebagai respon peningkatan tekanan darah.
Gangguan pertukaran ion positif
Gangguan pertukaran Na+ dan K+ menyebabkan Na+ dan Ca++ intraselular
meningkat, akibat terjadinya vasokonstriksi.
Lain-lain
Faktor lain yang menyebabkan peningkatan tekanan darah pada individu
predisposisi adalah obesitas, konsumsi diet tinggi natrium atau rendah potasium,
konsumsi alkohol berlebih, merokok, polisitemia atau peningkatan viskositas
darah, penggunaan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) dan sindroma metabolik.
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyakit lain. Beberapa penyakit yang
mendasari terjadinya hipertensi sekunder diantaranya adalah :
Sleep apnea, Penyakit ginjal, Renal vascular disease, Parenchymal renal disease,
terutama glomerulonephritis
Polycystic kidney disease, Coarctation of the aorta, Penyakit endokrin,
Phaeochromocytoma, Cushing’s syndrome, Hiperaldosteronisme primer,
Hiperparatiroidisme, Akromegali, Hipotiroidisme primer, Tirotoksikosis
Congenital adrenal hyperplasia karena defisiensi 11-β-hydroxylase atau 17-
hydroxylase, Defisiensi 11-β-hydroxysteroid dehydrogenase, Hipertensi diinduksi
obat-obatan, Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen, anabolic steroid,
kortikosteroid, AINS, carbenoxolone, agen simpatomimetik, dll.
2.2 Faktor Resiko Hipertensi
Usia
Stress
Kurang beraktivitas
Diabetes mellitus dan obesitas
Kesimbangan modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi
Angiotensin dan aldosteron
Jenis kelamin, pria lebih beriseko karena tidak memproduksi hormon
esterogen.
Etnis, kulit hitam mempunyai resiko lebih tinggi
Keseimbangan garam, asupan darah dan peningkatan volume plasma dan
kerja jantung meningkat.
2.3 Patogenesis Hipertensi
Jika tubuh kelebihan garam dan air akan mengganggu aliran balik vena ke
jantung sehingga dapat meningkatkan curah jantung. Peningkatan curah
jantung dan kelebihan garam beserta air ini dapat memebuat ginjal bekerja
keras dalam mengekskresikan garam dan air. Jika ginjal bekerja sangat
keras, maka dapat meningkatkan tekanan arteri sistemik dalam jantung dan
terjadilah tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi , kelenjar adrenal juga terangsang sehingga menjadi
tambahan aktivitas vasokonstriksi . Medula adrenal mensekresi epineprin
sehingga menyebabkan vasokonstriksi juga , lalu korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid yang akan memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah sehingga alirah darah keginjal menurun
yang menyebabkan pelepasan renin , Dan renin yang akan menjadi proses
angiotensin I setelah menjadi proses angiotensin II yang berfungsi
merangsang aldosteron oleh korteks adrenal . Lalu akan terjadi retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal yang menyebabkan penaikan volume
intra vaskuler sehingga terjadi hipertensi .
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN GINJAL
Sistem Saraf Simpatis merangsang pembuluh darah,
secara bersamaan kelenjar adrenal juga terangsang
↓
Aktivitas vasokonstriktor
↓
Medula adrenal mensekresi epinefrin,
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
↓
Memperkuat respons vasokonstriksi
Terhadap pembuluh darah
↓
Mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal
↓
Pelepasan rennin
↓
Pembentukan angiotensin I
↓
Pembentukan angiotensin II
(vasokonstriktor yang kuat)
↓
Merangsang sekresi aldosteron
↓
Retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal
↓
Peningkatan volume intra vaskuler
↓
FAKTOR PENCETUS HIPERTENSI
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI KARENA ASUPAN Na MENINGKAT
Konsumsi natrium berlebih
↓
Konsentrasi natrium di cairan ekstrasel meningkat
↓
Cairan intrasel ditarik keluar
↓
Volume ekstrasel meningkat
↓
Meningkatnya volume darah
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI KARENA DM
Kerusakan lapisan endotel arteri
↓
Pemeabilitas pembuluh darah meningkat
↓
Bahan-bahan masuk ke dalam arteri
↓
Terjadinya reaksi imun
↓
Pengendapan trombosit
2.4 Gejala Klinis Hipertensi
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
2.5 Penatalaksanaan Hipertensi
3. Penyakit pembuluh darah dan jantung
3.1 Angina Pectoris
Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik
miokard dan bersifat sementara atau reversibel. (Dasar-dasar
keperawatan kardiotorasik, 1993)
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien
mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau
terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri
yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)
Angina Pektoris merupakan nyeri dada sementara atau perasaan
tertekan ( kontriksi ) didaerah jantung. ( Brenda Walters. 2003 ).
Angina Pektoris adalah nyeri dada yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya aliran oksigen terhadap miokardium. ( Maryllin E.
Doengoes. 2002 Hal 73 ).
Angina Pektoris merupakan suatu penyakit berbahaya yang timbul
karena penyempitan arteri yang menyalurkan darah ke otot-otot
jantung. ( Dr.John F.Knight. 1997 ).
Angina pektoris adalah nyeri dada atau chest discomfort akibat tidak
seimbangnya pasokan O2 miokard (miokardial O2 suply)
dan kebutuhan (demand). Dapatterjadi pada saat melakukan kegiatan
atau pada keadaan istirahat
3.1.1 Etiologi
Ateriosklerosis, Spasme arteri koroner, Anemia berat, Artritis, Aorta
Insufisiensi.
3.1.2 Faktor Resiko
Dapat Diubah (dimodifikasi) : Diet (hiperlipidemia), Rokok, Hipertensi,
Stress, Obesitas, Kurang aktifitas, Diabetes Mellitus, Pemakaian
kontrasepsi oral.
Tidak dapat diubah : Usia, Jenis Kelamin, Ras, Herediter, Kepribadian tipe
A
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain : Emosi,
Stress, Kerja fisik terlalu berat, Hawa terlalu panas dan lembab, Terlalu
kenyang, Banyak merokok.
3.1.3 Patogenesis
Karena adanya arterosklerosis atau adanya hipertensi yang diderita oleh
penderita, hal ini dapat menyebabkan suplai oksigen pada pembuluh darah
coroner berkurang dan pembuluh darah lainnya tidak dapat menyuplai kebutuhan
oksigen juga sehingga tidak ada keseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh kemudian dapat menyebabkan
peningkatan beban kerja miokard (otot-otot polos jantung) dan menyebabkan
angina pectoris.
3.1.3 Gejala Klinis
Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat
dingin, palpitasi, dizzines.
Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan
daerah inter skapula atau lengan kiri.
3.1.5 Penatalaksanaan
3.2 Infark Miokard
Infark Miokard adalah penyumbatan sebagian atau lebih arteri koroner
(dikenal juga seranggan jantung), (Holloway, 2003).
Infark Miokard adalah rusaknya jaringan jantung akibat supllai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah ke koroner berkurang.(Brunner
& Sudarth, 2002).
Infark miokardium disebabkan oleh penurunan aliran darah melalui satu
atau lebih arteri koroner, menyebabkan iskemik miokard dan nekrosis.
(Doengus, 2005)
Infark Miokard (MCI) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba
terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang
menyebabkan otot jantung (miokardium) mati karena kekurangan oksigen.
3.2.1 Etiologi
Nekrosis otot jantung
Insufisiensi aliran darah
Spasme karena sklerosis dan thrombosis
1) Tipe 1 : rupture plak insufisiensi oksigen akibat anemia
2) Tipe 2 : vasokonstriksi penurunan aliran darah
3) Tipe 3 : terjadi peningkatan biokimia
4) Tipe 4a : pemasangan peratenous coronary
Tipe 4b : pemasangan stent thrombosis
5) Tipe 5 : operasi bypass
3.2.2 Faktor Resiko
Infark Miokard Akut lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan
wanita.Penyakit jantung koroner merupakan salah satu faktor resiko yang sering
terjadi pada infark miokard, selain itu faktor resiko yang menyebabkan infark
miokard seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes. Sejumlah faktor resiko lain
yang berkaitan dengan gaya hidup pada penyakit jantung koroner juga dapat
menjadi faktor resiko dari infark miokard seperti stres, obesitas, merokok, dan
kurangnya aktivitas fisik. Infark Miokard Akut dengan elevasi gelombang ST
(STEMI) pada pemeriksaan Ekokardiografi umumnya terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak
aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang
berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya
banyak kolateral sepanjang waktu, STEMI terjadi jika trombus arteri koroner
terjadi secara cepat pada lokasi injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti
merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.
3.2.3 Patogenesis
Adanya plak pada arterosklerosis dapat meningkatkan proses penyempitan
dari pembuluh darah arteri. Karena plak tidak dapat melewati jalan yang
mengalami penyempitan, sehingga plak tersebut pecah atau rupture di tengah
jalan, hal ini dapat menyebabkan agregasi dari platelet. Agregasi dari platelet ini
sendiri dapat menyebabkan peningkatan dari prostaglandin thromboxane A
sehingga dapat menyebabkan thrombus atau bekuan darah terbentuk. Thrombus
ini pun juga berjalan mengikuti aliran darah pada pembuluh darah dan ketika
thrombus ini juga mencapai pada area sempit di arteri koroner, dapat
menyebabkan iskemia atau kekurangan suplai oksigen. Jika situasi ini terus
berlanjut selama kurang lebih 45 menit, maka akan terjadi infark miokardium.
3.2.4 Gejala Klinis
Nyeri dada substernal atau kadangkala di epigastrium dengan ciri seperti
diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat
atau tertekan, menjadi presentasi gejala yang sering ditemukan pada NSTEMI.
Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka yang memiliki
gejala dengan onset baru angina berat atau terakselerasi memiliki prognosis lebih
baik dibandingkan dengan yang memiliki nyeri pada waktu istirahat.
Walaupun gejala khas rasa tidak enak didada iskemia pada NSTEMI telah
diketahui dengan baik, gejala tidak khas seperti dispneu, mual, diaphoresis, sinkop
atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas, atau leher juga terjadi dalam
kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.
3.2.5 Penatalaksanaan
3.3 Payah jantung atau gagal jantung
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk
metabolisme jaringan tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung
masih cukup tinggi. Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadp oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann C.
Hockley, 2000) Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwal).
3.3.1 Etiologi
Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi
arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpuikan asam
laktat).Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung.Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitaas
menurun.
Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mngakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung.
Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif,
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang ssecara langsung mempengaruhi jantung.Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katup semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV),
peningkatan mendadak afteer load.
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism (misal : demam,
tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia peperlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalita elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung
3.3.2 Faktor Resiko
Jantung koroner
Penyumbatan arteri koroner dalam serangan jantung menghentikan aliran
darah sehingga otot-otot jantung mati karena kekurangan oksigen.
Kardiomiopati (penyakit otot jantung), penyakit katub jantung, pericarditis
(gangguan peradangan kantung jantung), aritmia (gangguan irama
jantung), kelainan jantung bawaan.
Hipertensi
Pengguna alcohol dalamjangkawaktu lama.
Diabetes mellitus.
3.1.3 Patogenesis
Gagal jantung atau merupakan manifestasi akhir dari kebanyakan penyakit
jantung. Pada disfungsi sistolik, kapasitas ventrikel untuk memompa darah
terganggu karena gangguan kontraktilitas otot jantung yang dapat disebabkan oleh
rusaknya miosit, abnormalitas fungsi miosit atau fibrosis, serta akibat pressure
overload yang menyebabkan resistensi atau tahanan aliran sehingga stroke volume
menjadi berkurang. Sementara itu, disfungsi diastolik terjadi akibat gangguan
relaksasi miokard, dengan kekakuan dinding ventrikel dan berkurangnya
compliance ventrikel kiri menyebabkan gangguan pada pengisian ventrikel saat
diastolik.
Penyebab tersering disfungi diastolik adalah penyakit jantung koroner,
hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri dan kardiomiopati hipertrofi. Beberapa
mekanisme kompensasi alami akan terjadi pada pasien gagal jantung sebagai
respon terhadap menurunnya curah jantung serta untuk membantu
mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk memastikan perfusi organ yang
cukup. Mekanisme tersebut mencakup:
1. Mekanisme Frank Starling
Menurut hukum Frank-Starling, penambahan panjang serat menyebabkan
kontraksi menjadi lebih kuat sehingga curah jantung meningkat.
2. Perubahan neurohormonal
Peningkatan aktivitas simpatis Salahmerupakan mekanisme paling awal untuk
mempertahankan curah jantung. Katekolamin menyebabkan kontraksi otot
jantung yang lebih kuat (efek inotropik positif) dan peningkatan denyut jantung.
Sistem saraf simpatis juga turut berperan dalam aktivasi sistem rennin angiotensin
aldosteron (RAA) yang bersifat mempertahankan volume darah yang bersirkulasi
dan mempertahankan tekanan darah. Selain itu dilepaskan juga counter-regulator
peptides dari jantung seperti natriuretic peptides yang mengakibatkan terjadinya
vasodilatasi perifer, natriuresis dan diuresis serta turut mengaktivasi sistem saraf
simpatis dan sistem RAA.
3. Remodeling dan hipertrofi ventrikel
Dengan bertambahnya beban kerja jantung akibat respon terhadap peningkatan
kebutuhan maka terjadi berbagai macam remodeling termasuk hipertrofi dan
dilatasi. Bila hanya terjadi peningkatan muatan tekanan ruang jantung atau
pressure overload (misalnya pada hipertensi, stenosis katup), hipertrofi ditandai
dengan peningkatan diameter setiap serat otot. Pembesaran ini memberikan pola
hipertrofi konsentrik yang klasik, dimana ketebalan dinding ventrikel bertambah
tanpa penambahan ukuran ruang jantung. Namun, bila pengisian volume jantung
terganggu (misalnya pada regurgitasi katup atau ada pirau) maka panjang serat
jantung juga bertambah yang disebut hipertrofi eksentrik, dengan penambahan
ukuran ruang jantung dan ketebalan dinding.
Mekanisme adaptif tersebut dapat mempertahankan kemampuan jantung
memompa darah pada tingkat yang relatif normal, tetapi hanya untuk sementara.
Perubahan patologik lebih lanjut, seperti apoptosis, perubahan sitoskeletal,
sintesis, dan remodelling matriks ekstraselular (terutama kolagen) juga dapat
timbul dan menyebabkan gangguan fungsional dan struktural yang semakin
mengganggu fungsi ventrikel kiri
3.3.4 Gejala Klinis
Sesak
Mudah lelah
Mudah terbangun saat malam karena sesak
Mudah berkeringat meskipun aktivitas ringan
3.3.5 Penatalaksanaan
3.4 Sudden Death
Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada
24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian
besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala
pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu tidak terduga, dan kematian
yang tak diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada
bersamaan pada suatu kasus (Gresham, 1975)
Simpson (1985) dalam bukunya “Forensic Medicine” menulis dua alternatif
definisi, yaitu:
1. Sudden death adalah kematian yang tidak terduga, non traumatis, non self
inflicted fatality, yang terjadi dalam 24 jam sejak onset gejala.
2. Definisi yang lebih tegas adalah kematian yang terjadi dalam satu jam sejak
timbulnya gejala.
Definisi dari mati mendadak adalah kematian terjadi tanpa diperkirakan
sebelumnya, tanpa gejala yang nyata sebelumnya atau gejalanya hanya dalam
waktu yang singkat (menit atau jam), nontraumatis, tidak mengandung unsur
kesengajaan (Chung, 1995). Definisi Simpson tersebut menyebutkan suatu
keadaan yang tidak diperkirakan sebelumnya (unexpectedly). Suatu kematian
yang tidak diperkirakan sebelumnya, tentu tidak akan menjadi masalah dan tidak
menimbulkan kecurigaan, karena sudah diketahui akan menyebabkan kematian
yang cepat.
3.4.1 Etiologi
Traumatic
Keracunan terutama makanan
Penyakit
Penyakit jantung iskemik
Infark miokard
Penyakit katup jantung
Suhu dingin (vasokonstriksi)
Pembuluh darah otak pecah
3.4.2 Faktor Resiko
Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah
menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak, dan sesuai
dengan kecenderungan kematian mendadak pada laki-laki yang lebih besar,
penyakit jantung dan pembuluh darah juga memiliki kecenderungan yang sama.
Penyakit jantung dan pembuluh darah secara umum menyerang laki-laki lebih
sering disbanding dengan perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum
menopause, dan menjadi 1:1 setelah perempuan menopause. Resiko juga
meningkat pada penderita yang mengalami gangguan sistem saraf pusat, sistem
pernafasan, dan yang paling sering adalah gangguan pada sistem kardiovaskuler.
3.4.3 Patogenesis
Penderita telah mengalami arterosklerosis spasme arteri koroner yang
menyebabkan vasokontriksi dari arterikoroner. Situasi ini dapat menyebabkan
terjadinya angina pectoris, jika angina pectoris terus berlanjut, maka dapat
menyebabkan infark dari otot-otot polos jantung (infark miokard) dan kontraksi
pada jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan curah jantung menurun dan
akibat dari curah jantung menurun ini adalah penurunan tekanan darah yang terus-
menerus dan akhirnya dapat menyebabkan syok atau mati mendadak.
3.4.4 Gejala Klinis
Kematian mendadak
kadar oksigen pada paru cukup
tekanan darah meningkat
riwayat penyakit.
3.4.5 Penatalaksanaan
4. Penyakit pembuluh darah otak
4.1 TIA
Transient Ischemic Attack disingkat TIA, sering bahasa sehari-hari disebut
sebagai "mini stroke") adalah perubahan dalam suplai darah ke daerah tertentu
dari otak, yang mengakibatkan disfungsi neurologis singkat yang berlanjut, oleh
definisi, kurang dari 24 jam. Jika gejalanya menetap lebih lama, maka itu
dikategorikan sebagai stroke.
4.1.1 Etiologi
Bekuan darah areteri otak dan penyempitan pembuluh darah otak dan yang
menuju otak
Inflamasi arteri
Polisitemia
Spasme arteri di otak
4.1.2 Faktor Resiko
Usia
Jenis kelamin
Genetic
Ras
Hipertensi
Merokok
Diabetes mellitus
Penyakit jantung
Aterosklerosis
Alcohol dan narkoba
Kontrasepsi oral
Obesitas
4.1.3 Patogenesis
Endapan lemak dan kalsium pada dinding pembuluh darah lepas kemudian
endapan-endapan tersebut jalan mengikuti aliran darah sehingga dapat
menyumbat pembuluh darah kecil yang menuju ke otak, yaitu pembuluh darah
koronaris dan dapat menyumbat aliran darah sementara waktu sehingga
menimbulkan transcient ischemic attack (TIA).
4.1.4 Gejala Klinis
4.1.5 Penatalaksanaan
4.2 Stroke
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 2005).
4.2.1 Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadia:
1) Trombosis, Bekuan darah dalam pembuluh drah otak atau leher
2) Embolisme serebral, Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain
3) Iskemia, Penurunan aliran darah ke area otak
4) Hemoragi serebral, Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan
kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabka kehilangan
sementara atau parmanen gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
(brunner& suddarth)
4.2.2 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko stroke yang dapat disebutkan, yakni:
1. Umur: Rate meninggi sesuai dengan pertambahan umur.
2. Ras: lebih tinggi black dari white.
3. Seks: lelaki > wanita.
4. Hipertensi: faktor resiko tertinggi dari stroke.Dapat disebabkan oleh
terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan pecahnya pembuluh
darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral.
5. Diabetes (> 120mg/100ml): kuat asosiasinya, kapiler rapuh.
6. Penyakit jantung sebelumnya: resiko meninggi sampai 3 x.
7. Atrial fibrilation/TIA: faktor resiko kuat.
8. Obesitas: inconsistent findings. Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan
peningktan kadar kolesterol sehingga dapat menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah
9. Rokok: tidak ditemukan efek besar, kapiler kaku. Pada perokok akan timbul
plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis
10. Kolesterol dan trigliserida: inconsistent. Kolesterol yang tinggi dapat
menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus dari lemak
11. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang
diikuti oleh penipisan ditempat lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu
dapat menimbulkan perdarahan.
12. Kelainn jantung Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output
dan menurunkan aliran darah ke otak
13.Polocitemia Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah
menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun
14. Kurang aktivitas fisik Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik
termasuk kelenturan pembuluh darah. (pembuluh darah menjadi kaku)
4.2.3 Patogenesis
Adanya emboli lemak (lemak dari sumsum tulang yang pecah) dilepaskan
kedalam aliran darah, kemudian menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Jika
penyempitan ini terjadi secara terus-menerus, akan menyebab kan iskemia atau
kurangnya suplai oksigen dalam darah sehingga menyebabkan pecahnya
pembuluh darah ke otak. Karena sel-sel otak rusak akibat kurangnya suplai
oksigen, maka terjadilah stroke.
4.2.4 Gejala Klinis
Timbul mendadak. Timbulnya gejala mendadak dan jarang didahului oleh
gejala pendahuluan (warning signs) seperti sakit kepala, mual, muntah,
dan sebagainya.
Menunjukkan gejala neurologis kontraleteral terhadap pembuluh yang
tersumbat. Tampak sangat jelas pada penyakit pembuluh darah otak sistem
karotis dan perlu lebih teliti pada observasi sistem vertebrabasilar
meskipun prinsipnya sama.
Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak
sedangkan pada stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.
4.2.5 Penatalaksanaan
5. Perbedaan Elektrokardiografi dengan Ekokardiografi
6. Batas Aman Penggunaan Pehacain dan Lidocain pada Penderita
Hipertensi.