Makalah Final

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang, sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sehingga memerlukan perawatan lebih lama di rumah sakit. Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab langsung, atau efek langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat untuk menurunkan biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah berkembang menjadi masalah yang kompleks dan harus diatasi

description

makalah

Transcript of Makalah Final

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPerkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang, sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sehingga memerlukan perawatan lebih lama di rumah sakit.Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab langsung, atau efek langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat untuk menurunkan biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah berkembang menjadi masalah yang kompleks dan harus diatasi dengan perhatian yang besar bila salah satu tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu.Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan Di Rumah Yang Disusun Oleh PPNI dan DEPKES).Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah memerlukan izin operasional. Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah antara lain : Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:1. Bagaimana konsep home care ?2. Bagaimana konsep apendiktomy ?3. Bagaimana konsep home care pada pasien apendiktomy ?

C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :1. Menjelaskan tentang konsep homecare.2. Menjelaskan tentang konsep apendiktomy3. Menjelaskan konsep home care pada pasien apendiktomi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP HOME CAREA. Pengartian Home CarePerawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka panjang (Long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun non profesional yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan kesehatan di rumah yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individual dan keluarga, direncanakan, dikoordinasi dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi home care melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari keduanya (Warhola C, 1980). Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992 pelayanan keseatan di rumah adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan perawatan kesehatan di rumah adalah : Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan memandirikan klien dan keluarganya, Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan melibatkan klien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan, Pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non profesional, di bidang kesehatan maupun non kesehatan (Depkes, 2002).

B. Pelayanan keperawatan Home CarePelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerjasama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya. Perawatan kesehatan di rumah adalah spektrum kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan ketidakmampuan dan membantu klien yang menderita penyakit kronis (NAHC, 1994).

C. Perkembangan Perawatan Kesehatan di RumahSejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan di rumah adalah : Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker stadium akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan, Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif lama. Dengan demikian berdampak pada makin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah. Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu relatif lama, Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan bahwa perawatan klien yang sangat lama (lebih 1 minggu) tidak menguntungkan bahkan menjadi beban bagi manajemen, Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan secara optimal karena terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan, Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat kesembuhan (Depkes, 2002).

D. Tujuan Perawatan Kesehatan Home CarePerawatan kesehatan di rumah bertujuan :1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya,2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan,3. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,4. Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.

E. Ruang Lingkup Keperawatan Home CareSecara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah dapat di kelompokkan sebagai berikut :1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik 4. Pelayanan informasi dan rujukan5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosialMenurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :1. Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio- spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan evaluasi.2. Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien, dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.3. Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.4. Sebagai pembela/pendukung (advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang diterima oleh klien.5. Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan, mencangkup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.F. JENIS PELAYANAN KEPERWATAN DI RUMAHJenis pelayanan keperawatan di rumah di bagi tiga kategori yaitu :1. Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling banyak di laksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu di rawat di rumah. Individu yang sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatannya dan mencegah tingkat keparahan sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit.2. Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada pomosi dan prevensi. Pelayanannya mencankup mempersiapkan seorang ibu bagaimana merawat bayinya setelah melahirkan, pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak, mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses menua, serta tentang diit mereka.3. Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada penyakit- penyakit terminal misalnya kanker, penyakit penyakit kronis seperti diabet, stroke, hipertensi, masalah- masalah kejiwaan, dan asuhan pada anak.II. KONSEP APENDIKTOMYA. PENGERTIANApendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira kira10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks makanan yang mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. karena tidak efektif, dan lumennya kecil, apenddiks cenderung tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (Smeltzer & Bare, 2002)Apendisitis merupakan penyakit bedah minor yang sering terjadi usia remaja dan dewasa muda. Kejadian ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu sehari hari (Lindseth , 2005)Appendiktomi merupakan pengangkatan apendiks terinflamasi, dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan pendekatan endoskopis. Adanya perlengketan multipel, posisi reteroperitonial dari apendiks, atau robek perlu dilakukan prosedur pembukaan (Doenges, 2000)

B. KLASIFIKASIKlasifikasi apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendiks akut dan apendiks kronika. Apendisitis AkutApendisitis akut sering timbul dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala apendisitis akut adalah nyeri samar-samar dan tumpul, nyeri visceral didaerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering di sertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney. Di sini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya. Sehingga merupakan nyeri somatik setempat.b. Apendisitis KronikDiagnosis apendiksitis kronik baru dapat di tegakkan jika di penuhi semua syarat:riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan menghilang setelah apendiktomi. Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan sel inflamasi kronik. Insidens apendiksitis kronik antara 1-5 %.(Sjamsuhidajat, 2004).C. ETIOLOGIApendiksitis menurut Sjamsuhidajat ( 2004 ) merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat :a. Hiperplasia dari folikel limfoidb. Adanya fekalit dalam lumen appendiksc. Tumor appendikd. Adanya benda asing seperti cacing askariasise. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.

D. PATOFISIOLOGIApendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendiks akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabakan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dingin peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat, sehingga meninmbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supraktif akut. Bila aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiksyang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang (Price, 2005).

E. MANIFESTASI KLINIKApendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat (Sjamsuhidajat, 2004). Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntahdan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal, bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar. distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk.Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-tanda tersebut dapat sangat meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau proses penyakit lainya. pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai ia mengalami ruptur apendiks. Insidens perforasi pada apendiks lebih tinggi pada lansia karena banyak dari pasien pasien ini mencari bantuan perawatan kesehatan tidak secepat klien-klien lebih muda (Smeltzer & Bare,2002).Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode baru yang sangat efektif (Smeltzer & Bare, 2002).Menurut long (1996), tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis menjadi 4 yaitu :a. Menurut lokasinya tindakan pembedahan dapat dilaksanakan eksternal atau internal, selain itu juga dapat dilaksanakan sesuai dengan sistem tubuh seperti bedah cardiovaskuler, thorak. b. Menurut luas jangkuanya tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan sebagai bedah minor (kecil) atau mayor (besar)c. Menurut tujuanya tindakan pembedahan dapat diklasifikan sebagai bedah diagnostik kuratif, paliatif .d. Menurut prosedur pembedahan kebanyakan prosedur bedah diklasifikasikan dengan memberikan kata kata pada lokasi pembedahan sesuai dengan tipe tipe pembedahan antara lain ektomi (pengakatan organ ), thapy (penjahitan ), ostomi (mebuat lubang ), plasti (perbaikan menurut bedah plastik ).

F. KOMPLIKASIKomplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10%-32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekanabdomen yang kontinyu (Smeltzer & Bare, 2002).

III. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDIKTOMY1) PengkajianPengkajian pola fungsional Gordona. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatanPandangan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pentingnya kesehatan bagi pasien dan keluarga serta upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi masalah kesehatanya.b. Pola tidur dan istirahatInsisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu lamanya kenyamanan pola tidur pasienc. Pola aktivitas dan latihanAktivitas pasien dengan apendiktomi biasanya terjadi pembatasan aktivitas akibat rasa sakit pada luka post operasi sehingga keperluan pasien harus dibantu.d. Pola hubungan dan peranDengan keterbatasan penderita tidak bisa peran baik dalam keluarga dan masyarakat, penderita mengalami emosi yang tidak stabil.e. Pola sensori dan kognitifPada penderita apendiktomi biasa pasien merasakan nyeri abdumen kuadran kanan bawah.f. Pola penanggulan stressKebiasan pasien yang digunakan untuk menangani masalah g. Pola eliminasiUrine akibat penurunan daya konraksi kandung kemih rasa nyeri atau karena tidak biasa buang air kecil ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine.h. Pola nutrisi dan metabolikPasien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat pembatasan masukan makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali normal.i. Pola terhadap kelurgaPerawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak yang harusditanggung oleh keluarga juga perasaan cemas keluarga terhadap pasien.j. Pola nilai dan kepercayaanBagaimana keyakinan pasien terhadap agamanya, dan bagaimana pasien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit .bedah minor (kecil) atau mayor (besar).

2) Diagnosa Keperawatana. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan (Doenges 2000).b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer terhadap lukaPost operasi dimulai dengan tidak diterapkannya adanya tanda dan gejala yang membuat diagnosa atual (Doenges, 2000).c. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasid. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangn volume cairan

3) Intervensi dan Rasionala. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringanTujuan : Nyeri dapat berkurangKH : Nyeri hilang / terkontrol, pasien tampak rileks. intervensi1) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10)Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karateristik nyerimenunjukan terjadinya abses/peritonitis.2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowlerRasional : Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.3) Berikan aktivitas hiburanRasional : meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping4) Kolaborasi pemberian analgetik5) Rasional : Menghilangkan dan mengurangi nyeri.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan pertahanan primer.Tujuan : Tidak terjadi infeksiKH : Tidak ditemukan tanda-tanda dan gejala infeksiIntervensi1) Monitor tanda-tanda infeksiRasional : Dengan adanya infeksi atau terrjadinya sepsis, abses, Peritonitis2) Observasi tanda dan gejala infeksiRasional : Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi3) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang aseptikRasional : Menurunkan resiko penyebaran bakteri 4) Kolaborasi untuk pemberian analgetikRasional : Mungkin diberikan secara profilatik atau menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menunjukkan penyebaran dan pertumbuhan pada rongga abdomen.

c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasiTujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, dan potensial komplikasi.KH : Berpartisipasi dalam program pengobatanIntervensi :1) Kaji ulang mengenai pembatasan aktivitasRasional : Memberikan informasi pada pasien dengan merencanakan kembali rutinitas tanpa menimbulkan masalah.2) Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medikRasional : upaya intervensi menurunkan resiko komplikasi3) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahatRasional : mencegah kelemahan, meningkatkan penyubatan dan perasaan sehat, mempermudah kembali aktivitas4) Diskusikan perawatan insisi termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi dan kembali ke dokter untuk mengakat jahitan / pengikatRasional : pemahaman meningkatkan kerjasama dengan program terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan.

d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangn volume cairanTujuan : keseimbangan cairan dan elektrolit.KH : kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik, tanda tanda vital stabil dan secara individual haluaran uriene adekuatIntervensi :1) Awasi TD dan nadiRasional : tanda yang membantu mengidentifikasikan fluktasi volume intravaskuler2) Lihat membran mukosa : kaji turgor kulit dan pengisian kapilerRasional : indikator keadekuatan sirkulasi perifer3) Awasi masukan dan haluaran : catat warna urine / konsetrasi, berat jenisRasional : penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi / kebutuhan peningkatan cairan4) Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransiRasional : menurunkan iritasi gaster / muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANLama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab langsung, atau efek langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat untuk menurunkan biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah berkembang menjadi masalah yang kompleks dan harus diatasi dengan perhatian yang besar bila salah satu tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu.Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan Di Rumah yang Disusun Oleh PPNI dan DEPKES).Apendisitis merupakan penyakit bedah minor yang sering terjadi usia remaja dan dewasa muda. Kejadian ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu sehari hari (Lindseth , 2005).B. SARANPerawatan orang sakit bukan hanya dilakukan di rumah sakit namun bisa juga dilakukan di rumah, namun perawatannya tidak seditail yang dilakukan di rumah sakit. Dan perawatan di rumah juaga tidak semua penyakit atau gangguan yang bisa dilakukan perawatannya. Hanya ada beberapa penyakit misalnya seperti perawatan post op apendiksitis dengan cara merawat luka bekas operasi pasien.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Dan penulis juga menyadari bahwa makalah ini belum sempurna jadi di sarankan untuk pembaca untuk memberikan keritik atau saran untuk makalah ini.DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2000). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC.Doenges, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untukPerencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.Lindseth, G. N. (2005). Gangguan Usus Halus Dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Jakarta: EGC.Long, C. B. (1996). Estial Of Medical Surgical Nursing:A nursing Proces Approac Terjemahan Karnean. Bandung: Yayasan IAPK. Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.Nelson. D. L.(1999), Individual.adjust ment to information driven tecnologies: Acritical riview. MIS Quertervy, 14(1).79-98Price. S. A, Wilson, L. M.(2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Alih Bahasa Brahm U, Pendit, editor Huriawati Hartanto, Jakarta:EGC.Sjamsuhidajat, d. J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGCSmeltzer, C. S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.Syaifudin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.