Makalah Final (2)

41
ABSTRAK Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pelaporan Akuntansi Keuangan yang akan membahas mengenai kerangka konseptual berdasarkan PSAK, perbedaan kerangka konseptual berdasarkan US GAAP dan IFRS, penyajian pelaporan keuangan berdasarkan PSAK 1 (Revisi 2009) dan PSAK 2 (Revisi 2009) serta pembahasan kasus earning management pada PT. Kimia Farma. LANDASAN TEORI 1. Kerangka Konseptual Dalam buku Intermediate Accounting (IFRS Edition) karangan Kieso, kerangka konseptual adalah suatu sistem yang koheren dari konsep- konsep yang beralur dari tujuan, dimana tujuan ini mengidentifikasikan tujuan dari laporan keuangan serta memberikan pedoman dalam (1) mengidentifikasi batasan-batasan pada laporan keuangan; (2) memilih transaksi-transaksi, peristiwa lainnya, dan keadaan yang harus diungkapkan; (3) bagaimana seharusnya pengakuan dan pengukuran atas transaksi-transaksi tersebut; (4) serta bagaimana seharusnya transaksi tersebut diikhtisarkan dan dilaporkan. Sedangkan berdasarkan PSAK (2009) dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan, kerangka konseptual merupakan perumusan atas konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian 1

Transcript of Makalah Final (2)

Page 1: Makalah Final (2)

ABSTRAK

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pelaporan Akuntansi

Keuangan yang akan membahas mengenai kerangka konseptual berdasarkan PSAK, perbedaan

kerangka konseptual berdasarkan US GAAP dan IFRS, penyajian pelaporan keuangan

berdasarkan PSAK 1 (Revisi 2009) dan PSAK 2 (Revisi 2009) serta pembahasan kasus earning

management pada PT. Kimia Farma.

LANDASAN TEORI

1. Kerangka Konseptual

Dalam buku Intermediate Accounting (IFRS Edition) karangan Kieso, kerangka konseptual

adalah suatu sistem yang koheren dari konsep-konsep yang beralur dari tujuan, dimana tujuan ini

mengidentifikasikan tujuan dari laporan keuangan serta memberikan pedoman dalam (1)

mengidentifikasi batasan-batasan pada laporan keuangan; (2) memilih transaksi-transaksi,

peristiwa lainnya, dan keadaan yang harus diungkapkan; (3) bagaimana seharusnya pengakuan

dan pengukuran atas transaksi-transaksi tersebut; (4) serta bagaimana seharusnya transaksi

tersebut diikhtisarkan dan dilaporkan.

Sedangkan berdasarkan PSAK (2009) dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan

Keuangan, kerangka konseptual merupakan perumusan atas konsep yang mendasari penyusunan

dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal, yang digunakan sebagai acuan

bagi:

a) komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya;

b) penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur

dalam standar akuntansi keuangan;

c) auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan

d) para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

1

Page 2: Makalah Final (2)

Namun, kerangka dasar ini bukan standar akuntansi keuangan dan karenanya tidak keuangan

yang harus diunggulkan relative terhadap kerangka dasar ini, tetapi karena kerangka dasar ini

dijadikan sebagai acuan bagi komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pengembangan

standar akuntansi keuangan di masa depan dan dalam peninjauan kembali terhadap standar

akuntansi keuangan yang berlaku, maka banyaknya kasus konflik tersebut akan berkurang

dengan berjalannya waktu.

Menurut PSAK dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan,

kerangka dasar ini meliputi asumsi dasar; karakteristik kualitatif laporan keuangan; unsur

laporan keuangan; pengakuan unsur laporan keuangan; pengukuran unsur laporan keuangan; dan

konsep modal dan pemeliharaan modal, dengan penjelasannya sebagai berikut :

1.1 Asumsi Dasar

a. Dasar akrual

Laporan keuangan disusun dengan dasar akrual, dimana transaksi dan peristiwa diakui pada

saat kejadian, bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

b. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan disusun dengan asumsi kelangsungan usaha, dimana perusahaan

diasumsikan akan melanjutkan usahanya dimasa depan dan tidak bermaksud atau

berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.

1.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

a. Dapat dipahami

Laporan keuangan memenuhi karakteristik kualitatif, jika dalam laporan keuangan tersebut

menyajikan informasi yang dapat mudah dipahami oleh pemakai laporan keuangan, dimana

dalam hal ini diasumsikan pemakai mempunyai kemampuan yang memadai tentang aktivitas

ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan

ketekunan yang wajar.

b. Relevan

Untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam pengambilan keputusan, informasi yang

disajikan harus relevan, dimana informasi ini relevan jika dapat mempengaruhi keputusan

2

Page 3: Makalah Final (2)

ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini

atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.

Peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory)

Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai

dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain

yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah,

pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

komitmennya ketika jatuh tempo.

Materialitas

Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan

dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai

yang diambil atas dasar laporan keuangan.

c. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan

material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful

representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat

disajikan. Suatu informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat

diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

Penyajian jujur

Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta

peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan

untuk disajikan.

Substansi mengguli bentuk

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa

lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan

sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.

3

Page 4: Makalah Final (2)

Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung

pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu, sehingga tidak boleh ada usaha untu

menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut

akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.

Pertimbangan sehat

Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraa

dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan

terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah.

Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam

batasan materialitas dan biaya, karena Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan

(omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan.

d. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk

mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus

dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi

keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,

pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa

harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang

sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

e. Kendala informasi yang relevan dan andal

Tepat waktu

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi

yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Untuk menyediakan informasi tepat

waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa

lainnya diketahui sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika

4

Page 5: Makalah Final (2)

pelaporan ditunda sampa seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin

sangat andal tetapi

kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan

Keseimbangan antara biaya dan manfaat

Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.

Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang

substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu harus dipikul oleh pemakai informasi

yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain

disamping mereka yang menjadi tujuan informasi; misalnya, penyediaan informasi

lanjutan kepada kreditur mungkin mengurangi biaya pinjaman yang dipikul

perusahaan.

Keseimbangan di antara karakteristik kualitatif

Dalam praktek, keseimbangan atau trade-off di antara berbagai karakteristik kualitatif

sering diperlukan. Pada umumnya tujuannya adalah untuk mencapai suatu

keseimbangan yang tepat di antara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan

laporan keuangan. Kepentingan relatif dari berbagai karakteristik dalam berbagai

kasus yang berbeda merupakan masalah pertimbangan professional.

f. Penyajian wajar

Laporan keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan yang wajar dari, atau

menyajikan dengan wajar, posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan

1.3 Unsur Laporan Keuangan

Secara garis besar, unsur laporan keuangan ini terdiri dari laporan posisi keuangan, kinerja,

dan penyesuaian pemeliharaan modal. Unsur laporan keuanagn ini akan dibahas lebih lanjut

pada bagian penyajian pelaporan keuangan berdasarkan PSAK 1 (Revisi 2009).

5

Page 6: Makalah Final (2)

1.4 Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

a. Probabilitas manfaat ekonomi masa depan

Dalam kriteria pengakuan penghasilan, konsep probabilitas digunakan dalam pengertian

derajat ketidakpastian bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos

tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan.

b. Keandalan Pengukuran

Suatu pos yang memiliki karakteristik esensial suatu unsur tetapi tidak dapat memenuhi

kriteria pengakuan tetap perlu diungkapkan dalam catatan, materi penjelasan atau skedul

tambahan. Pengungkapan ini dapat dibenarkan kalau pengetahuan mengenai pos tersebut

dipandang relevan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan oleh pemakai laporan keuangan.

1.5 Pengukuran Unsur Laporan

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap

unsur laporan keuangan dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif.

a. Biaya historis (Historical cost). Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas)

yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk

memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang

diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya,

pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas)yang diharapkan akan dibayarkan

untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.

b. Biaya kini (current cost). Aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang

seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang. Kewajiban

dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang

mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.

c. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Aktiva dinyatakan dalam

jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam

pelepasan normal (orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu,

jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan

untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

6

Page 7: Makalah Final (2)

d. Nilai sekarang (present value). Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa

depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan

hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih

di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk

menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

1.6 Konsep Modal dan Pemeliharaan Modal

a. Konsep modal

Pemilihan konsep modal yang sesuai bagi perusahaan harus didasarkan pada kebutuhan

pemakai laporan keuangan. Jadi, konsep modal keuangan seharusnya dianut kalau pemakai

laporan keuangan terutama berkepentingan dengan pemeliharaan modal nominal atau daya

beli dari modal yang diinvestasikan. Namun demikian, kalau pemakai berkepentingan dengan

kemampuan usaha perusahaan, seharusnya digunakan konsep modal fisik. Konsep yang

dipilih menunjukkan sasaran yang akan dicapai dalam penetapan laba, bahkan meskipun

operasionalisasi konsep tersebut tidak terlepas dari kesulitan pengukurannya.

b. Pemeliharaan modal

Pemeliharaan modal keuangan. Menurut konsep ini, laba hanya diperoleh kalau

jumlah finansial (atau uang) dari aktiva bersih pada akhir periode melebihi jumlah

finansial (atau uang) dari aktiva bersih pada awal periode, setelah memasukkan

kembali setiap distribusi kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari, para

pemilik selama periode. Pemeliharaan modal keuangan dapat diukur baik dalam

satuan moneter nominal atau dalam satuan daya beli yang konstan.

Pemeliharaan modal fisik. Menurut konsep ini laba hanya diperoleh kalau kapasitas

produktif fisik (atau kemampuan usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas

produktif fisik pada awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi

kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari , para pemilik selama satu periode.

7

Page 8: Makalah Final (2)

2. Perbedaan Kerangka Konseptual antara US GAAP dan IFRS

Level 1 : Tujuan Laporan Keuangan

US GAAP IFRS

Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit.

Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan perusahaan

Pengguna adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.

Menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan terhadap keduanya.

Level 2: Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

US GAAP IFRS

Relevan – terdiri dari: Nilai prediksi – membantu pengguna

memprediksi hasil dari kejadian masa lalu, saat ini dan masa depan.

Nilai umpan balik – membantu pengguna mengkonfirmasi dan membetulkan nilai prediksi sebelumnya.

Tepat waktu – tersedia sebelum kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan

Relevan – terdiri dari: Nilai prediksi Nilai konfirmasi

Materialitas

Dapat dipercaya – terdiri dari: Disajikan dengan jujur Netral

Dapat dipercaya – terdiri dari: Disajikan dengan jujur Netral

8

Page 9: Makalah Final (2)

Dapat diferivikasi Substansi mengungguli bentuk Kehati-hatian (dimana ada ketidakpastian, kesalahan dalam menyediakn informasi dan menjamin adanya konservatisme.

KelengkapanDapat dibandingkan Dapat dibandingkanKonsisten

Level 2: Element Laporan Keuangan

US GAAP IFRSAset

Kewajiban

Ekuitas

Investasi pemilik

Distribusi kepada pemilik

Laba komprehensif

Pendapatan

Keuntungan

Beban

Kerugian

Aset

Kewajiban

Ekuitas

Pemeliharaan modal (diperoleh dari revaluasi asset dan kewajiban)

Laba (Pendapatan dan keuntungan)

Beban (beban dan kerugian)

Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Asumsi dasar

US GAAP IFRS1. Kelangsungan usaha

2. Entitas ekonomi

3. Unit moneter

4. Periodisitas

1. Kelangsungan usaha

2. Basis akrual

Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Prinsip

9

Page 10: Makalah Final (2)

US GAAP IFRS1. Biaya historis

2. Pengakuan pendapatan

3. Kesesuaian

4. Pengungkapan penuh

1. Biaya historis

2. Biaya sekarang (apa yang harus dibayar hari ini untuk mendapatkan aset. Ini sering diperoleh dalam penilaian yang sama dengan nilai wajar)

3. Nilai realisasi (jumlah kas yang dapat diperoleh saat ini jika asset dilepas

4. Nilai wajar

5. Pengakuan pendapatan

6. Pengakuan Beban

7. Pengungkapan Penuh

Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Kendala

US GAAP IFRS1. Biaya dan manfaat

2. Materialitas

3. Praktik Industri

4. Konservatisme

1. Keseimbangan antara biaya dan manfaat

2. Tepat waktu

3. Keseimbangan antara karakteristik kualitatif

3. Pelaporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:

a. laporan posisi keuangan (neraca) pada akhirperiode;

b. laporan laba rugi komprehensif selama periode

c. laporan perubahan ekuitas selama periode;

d. laporan arus kas selama periode;

e. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi

penjelasan lainnya; dan

10

Page 11: Makalah Final (2)

f. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas

menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektifatau membuat penyajian kembali

pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifi kasi pos-pos dalam laporan

keuangannya.

3.1 Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan

Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan

entitas.

3.2 Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Ketika entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar dan liabilitas jangka pendek dan

jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan, maka aset

(liabilitas) pajak tangguhan tidak boleh diklasifi kasikan sebagai aset lancar (liabilitas jangka

pendek).

Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan

atas penilaian dari:

(a) sifat dan likuiditas aset;

(b) fungsi aset tersebut dalam entitas;

(c) jumlah, sifat dan jangka waktu liabilitas.

Penggunaan dasar pengukuran yang berbeda untuk kelompok aset yang berbeda

menunjukkan bahwa sifat dan fungsi aset tersebut berbeda dan, oleh karena itu, entitas

menyajikan kelompok aset yang berbeda secara terpisah. Misalnya, kelompok aset tetap yang

berbeda dapat dicatat berdasarkan biaya perolehan atau jumlah yang direvaluasi sesuai

dengan PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap.

Apapun metode penyajian yang digunakan, entitas mengungkapkan jumlah yang diharapkan

dapat dipulihkan atau diselesaikan setelah lebih dari dua belas bulan untuk setiap pos aset

dan liabilitas yang menggabungkan jumlah yang diharapkan akan dipulihkan atau

diselesaikan:11

Page 12: Makalah Final (2)

(a) tidak lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan; dan

(b) lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan

Entitas mengklasifi kasikan aset sebagai asset lancar, jika:

(a) entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau

menggunakannya, dalam siklus operasi normal;

(b) entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;

(c) entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah

periode pelaporan; atau

(d) kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalamPSAK 2: Laporan Arus Kas), kecuali

aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas

sekurang kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

Entitas mengklasifi kasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak

lancar, yang antara lain mencakup aset tetap, aset tidak berwujud, dan asset keuangan yang

bersifat jangka panjang.

Suatu liabilitas diklasifi kasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika:

(a) entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi

normalnya;

(b) entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;

(c) liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan

setelah periode pelaporan;atau

(d) entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama

sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan.

Entitas mengklasifi kasi liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai liabilitas

jangka panjang.

12

Page 13: Makalah Final (2)

3.3 Laporan Laba Rugi Komprehensif

Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode:

(a) dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau

(b) dalam bentuk dua laporan:

(i) laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah); dan

(ii) laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan

komprehensif

lain (laporan laba rugi komprehensif).

Entitas tidak diperkenankan menyajikan pos-pos pendapatan dan beban sebagai pos luar

biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jikadisajikan), atau

dalam catatan atas laporan keuangan.

Laba Rugi Selama Periode

Entitas mengakui seluruh pos-pos pendapatan dan beban pada suatu periode dalam laba rugi

kecuali suatu PSAK mensyaratkan atau memperkenankan lain.

Pendapatan Komprehensif Lain Selama Periode

Entitas mengungkapkan jumlah pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen dari

pendapatan komprehensif lain, termasuk penyesuaian reklasifi kasi, baik dalam laporan

pendapatan komprehensif atau catatan atas laporan keuangan.

Entitas dapat menyajikan komponen pendapatan komprehensif lain:

(a) jumlah neto dari dampak pajak terkait, atau

(b) jumlah sebelum dampak pajak terkait disertai dengan total pajak penghasilan yang terkait

dengan komponen tersebut.

13

Page 14: Makalah Final (2)

Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan klasifi

kasi

berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas, mana yang dapat menyediakan informasi

yang andal dan lebih relevan.

Entitas yang mengklasifi kasikan beban berdasarkan fungsi mengungkapkan informasi

tambahan tentang sifat beban, termasuk beban penyusutan dan amortisasi, dan beban imbalan

kerja.

3.4 Laporan Perubahan Ekuitas

Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:

(a) total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah

total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan

non-pengendali;

(b) untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali

secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi,

Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan;

(c) untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir

periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:

(i) laba rugi;

(ii) masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan

(iii) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara

terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak

kepemilikan pada entitas anak

yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.

Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan

keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan

nilai dividen per saham.

14

Page 15: Makalah Final (2)

3.5 Laporan Arus Kas

Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai

kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam

menggunakan arus kas tersebut. PSAK 2: Laporan Arus Kas mengatur persyaratan penyajian

dan pengungkapan informasi arus kas

3.6 Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan:

(a) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan

akuntansi tertentu yang digunakan sesuai dengan paragraf 115 – 122;

(b) mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian

manapun dalam laporan keuangan; dan

(c) memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan,

tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

Pengungkapan Kebijakan Akuntansi

Entitas mengungkapkan dalam ringkasan kebijakan akuntansi signifi kan:

(a) dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan;

(b) kebijakan akuntansi lainnya yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan

keuangan.

Sumber Estimasi Ketidakpastian

Entitas mengungkapkan informasi tentang asumsi yang dibuat mengenai masa depan, dan

sumber utama dari estimasi ketidakpastian lainnya pada akhir periode pelaporan, yang

memiliki risiko signifi kan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah

tercatat aset dan liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya. Berkaitan dengan aset dan

liabilitas tersebut, catatan atas laporan keuangan memasukkan rincian atas:

(a) sifat; dan

15

Page 16: Makalah Final (2)

(b) jumlah tercatat pada akhir periode pelaporan.

Modal

Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk

mengevaluasi tujuan, kebijakan dan proses entitas dalam mengelola permodalannya.

Pengungkapan Lain

Entitas mengungkapkan di dalam catatan atas laporan keuangan:

(a) jumlah dividen yang diusulkan atau diumumkan sebelum tanggal penyelesaian laporan

keuangan tetapi tidak diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode serta jumlah

dividen per lembar sahamnya; dan

(b) jumlah dividen preferen kumulatif yang tidak diakui.

Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini, jika tidak diungkapkan di bagian manapun dalam

informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:

(a) domisili dan bentuk hukum, negara tempat pendirian, alamat kantor pusat entitas (atau

lokasi utama kegiatan usaha, jika berbeda dari lokasi kantor);

(b) keterangan mengenai sifat operasi dan kegiatan utama;

(c) nama entitas induk dan nama entitas induk terakhir dalam kelompok usaha; dan

4. Laporan Arus Kas

4.1 Tujuan

Tujuan Pernyataan ini adalah memberikan pengaturan atas informasi mengenai perubahan

historis dalam kas dan setara kas dari suatu entitas melalui laporan arus kas yang mengklasifi

kasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama suatu

periode.

4.2 Ruang Lingkup

16

Page 17: Makalah Final (2)

Entitas menyusun laporan arus kas sesuai persyaratan dalam Pernyataan ini dan menyajikan

laporan tersebut sebagai bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode

penyajian laporan keuangan.

Pengguna laporan keuangan entitas berkepentingan untuk mengetahui bagaimana entitas

menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas.

4.3 Manfaat Informasi Arus Kas

Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk

mengevaluasi perubahan dalam aset neto entitas, struktur keuangannya (termasuk likuiditas

dan solvabilitas) dan kemampuannya mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam

rangka penyesuaia terhadap keadaan dan peluang yang berubah. Informasi arus kas berguna

untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas. Informasi tersebut

juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas. Informasi arus

kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas

masa depan.

4.4 Definisi

Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain

yang tidak termasuk setara kas.

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang

bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta

komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas.

Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas.

4.5 Penyajian Laporan Arus Kas

Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifi kasi menurut

aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

4.5.1 Aktivitas Operasi

17

Page 18: Makalah Final (2)

untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk

melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan

melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus kas dari

aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas.

Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:

(a) penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa;

(b) penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain;

(c) pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;

(d) pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan;

(e) penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim,

anuitas, dan manfaat polis lain;

(f) pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika

dapat diidentifi kasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan

investasi; dan

(g) penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan

diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing).

Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan

atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi. arus kas yang berasal dari pembelian

dan penjualan dalam transaksi efek yang diperjualbelikan atau diperdagangkan tersebut

diklasifi kasikan sebagai aktivitas operasi.

4.5.2 Aktivitas Investasi

Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:

(a) pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang

lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun

sendiri;

(b) penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang

lain;

18

Page 19: Makalah Final (2)

(c) pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas entitas lain dan

kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrumen yang

dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau

dijualbelikan);

(d) penerimaan kas dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas entitas lain dan

kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari instrumen yang dianggap setara

kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan);

(e) uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan

kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);

(f) penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak

lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);

(g) pembayaran kas sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali

jika kontrak

tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran

tersebut

diklasifi kasikan sebagai aktivitas pendanaan;

(h) penerimaan kas dari kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali jika kontrak

tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran

tersebut diklasifi kasikan sebagai aktivitas pendanaan.

4.5.3 Aktivitas Pendanaan

Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:

(a) penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrumen modal lain;

(b) pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas;

(c) penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman jangka

pendek dan jangka panjang lain;

(d) pelunasan pinjaman;

(e) pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang berkaitan dengan

sewa pembiayaan.

19

Page 20: Makalah Final (2)

4.6 Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi

(a) metode langsung; dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan

pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau

(b) metode tidak langsung; dengan metode ini laba atau rugi neto disesuaikan dengan

mengoreksi pengaruh dari transaksi nonkas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau

pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau

beban yang terkait dengan arus kas investasi atau pendanaan.

Entitas dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan

metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi

arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan oleh metode tidak langsung.

4.7 Arus Kas Dalam Mata Uang Asing

Arus kas yang berasal dari transaksi mata uang asing dibukukan dalam mata uang

fungsional entitas dengan mengalikan jumlah mata uang asing tersebut dengan nilai tukar

antara mata uang fungsional dengan mata uang asing pada tanggal transaksi arus kas.

Arus kas entitas anak di luar negeri dijabarkan berdasarkan nilai tukar antara mata uang

fungsional dengan mata uang asing pada tanggal transaksi arus kas. Arus kas dalam mata

uang asing dilaporkan dengan cara yang konsisten dengan PSAK 10.

Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi yang timbul akibat perubahan nilai tukar

mata uang asing bukan merupakan arus kas.

4. 8 Bunga dan Deviden

Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing-masing

diungkapkan secara terpisah. Masing-masing diklasifi kasikan secara konsisten antar

periode sebagai aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan.

Bunga yang dibayarkan serta bunga dan dividen yang diterima oleh lembaga keuangan

biasanya diklasifi kasikan sebagai arus kas operasi.

20

Page 21: Makalah Final (2)

Bunga yang dibayarkan serta bunga dan dividen yang diterima dapat diklasifi kasikan

sebagai arus kas operasi karena mempengaruhi laba atau rugi.

Dividen yang dibayarkan dapat diklasifi kasikan sebagai arus kas pendanaan karena

merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan.

4.9 Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan dikenakan atas transaksi yang menghasilkan arus kas yang diklasifi

kasikan sebagai aktivitas operasi, investasi, atau pendanaan dalam laporan arus kas.

4.10 Investasi Pada Entitas Anak, Entitas Asosiasi, Dan Ventura Bersama

Jika akuntansi untuk investasi pada entitas asosiasi atau entitas anak dibukukan dengan

menggunakan metode ekuitas atau metode biaya, maka investor membatasi pelaporannya

dalam laporan arus kas hanya pada arus kas yang terjadi antara investor dan investee,

misalnya jumlah dividen dan uang muka yang diterima.

4.11 Perubahan Kepemilikan Dalam Entitas Anak Dan Bisnis Lain

Keseluruhan arus kas yang berasal dari perolehan dan kehilangan pengendalian atas

entitas anak atau bisnis lain disajikan secara terpisah dan diklasifi kasikan sebagai aktivitas

investasi.

Arus kas yang timbul dari perubahan kepemilikan atas entitas anak karena kehilangan

pengendalian diklasifi kasikan sebagai arus kas dari aktivitas pendanaan.

4.12 Transaksi Non Kas

Beberapa contoh transaksi nonkas adalah:

(a) perolehan aset secara kredit atau melalui sewa pembiayaan;

(b) akuisisi suatu entitas melalui emisi saham; dan

(c) konversi utang menjadi modal.

4.13 Komponen Kas dan Setara Kas

21

Page 22: Makalah Final (2)

Entitas mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta menyajikan rekonsiliasi

jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan dalam laporan

posisi keuangan.

Pengaruh setiap perubahan dalam kebijakan untuk menentukan komponen kas dan setara

kas, misalnya, perubahan dalam klasifikasi instrumen keuangan yang sebelumnya

diperlakukan sebagai bagian dari portofolio investasi entitas, dilaporkan sesuai dengan PSAK

25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akumulasi, dan Kesalahan.

4.14 Pengungkapan Lain

Entitas mengungkapkan jumlah saldo kas dan setara kas yang signifikan yang tidak dapat

digunakan oleh kelompok usaha, beserta pendapat manajemen. Dalam keadaan tertentu saldo

kas dan setara kas yang dimiliki oleh entitas tidak dapat digunakan oleh kelompok usaha.

Misalnya, saldo kas dan setara kas milik entitas anak yang beroperasi di suatu negara yang

memberlakukan kontrol

lalu lintas devisa atau pembatasan hukum lain sehingga saldo kas tersebut tidak dapat

digunakan oleh entitas induk atau entitas anak lainnya.

4.15 Tanggal Efektif

Entitas meneraapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah

tanggal 1 Januari 2011.

4.16 Penarikan

Pernyataan ini menggantikan PSAK 2 (1994) : Laporan Arus Kas.

5. Manajemen Laba

5.1 Agency Problem

Menurut Keown dan Martin (2004), Agency Problem adalah permasalahan sebagai hasil

dari sebuah konflik kepentingan antara manager (agen/perantara pemegang saham) dan

pemegang saham itu sendiri. Masalah keagenan terjadi akibat pemisahan tugas manajemen

perusahaan dengan pemegang saham. Dalam hal ini, baik pemilik maupun manajer merupakan

22

Page 23: Makalah Final (2)

pihak yang ingin memaksimalkan keperluannya dan tidak alasan untuk percaya bahwa manajer

akan selalu bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik pemilik. Dengan demikian terdapa dua

kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk

mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki, sehingga dapat

memberikan jalan atau kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba

(earning management) dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja ekonomi

perusahaan.

Masalah Agency ini menimbulkan adanya agency cost. Menurut Jensen dan Meckling

(1976) agency cost adalah sejumlah uang yang setara dengan besarnya pengurangan kekayaan

yang dimiliki pemilik karena adanya perbedaan antara kepentingan pemilik dan kepentingan

manajer. Misalnya adalah biaya untuk memonitor tingkah laku manajer seperti biaya audit.

Sebagai contoh, seorang manajer dengan reputasi yang baik diharapkan akan bertindak

sesuai dengan kepentingan pemegang saham atau pemilik. Jika manajer memiliki reputasi yang

baik pemilik akan membayar manajer dengan gaji yang lebih tinggi karena biaya untuk

memonitor manajer rendah. Akan tetapi jika manajer memiliki reputasi yang jelek atau tidak

menentu, pemilik kemungkinan akan memonitor manajer lebih intens sehingga biaya untuk

memonitornya meningkat.

5.2 Pengertian earning Management

Pengertian Earning management menurut Scott (2006) sebagai berikut “is the choice by a

manager of accounting policies, or actions affecting earnings, so as to achive some specific

reported earnings objective” dari definisi tersebut dapat dipahami yaitu sebuah pemilihan

kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada, atau tindakan yang dapat

dilakukan untuk mempengaruhi laba, untuk mencapai beberapa tujuan tertentu dalam

melaporkan laba.

Suatu tindakan earning management dapat memberikan sisi yang baik bagi perusahaan.

Sisi baik dari earning management jika dilihat dari perspektif pelaporan keuangan, menurut

Demski dan Sappington (1990) earning management dapat digunakan untuk menunjukan

kondisi-kondisi informasi yang dimiliki oleh manajemen, jika manajemen menghendakinya.

Pihak manajemen biasanya memiliki informasi tambahan mengenai kinerja yang akan datang,

23

Page 24: Makalah Final (2)

seperti strategi-strategi baru perusahaan atau perubahan-perubahan dalam kondisi pasar.

Sementara itu tindakan earning management juga memberikan sisi yang buruk. Menurut Healy

(1999), earning management mengaburkan informasi kinerja ekonomis perusahaan. Dalam hal

ini manajer dapat menggunakan kebijakan untuk membuat laporan keuangan lebih informatif,

mencerminkan kinerja perusahaan sesungguhnya, misalnya melalui pemilihan metode

akuntansi atau estimasi untuk memberikan sinyal yang memadai bagi penilaian kinerja

perusahaan.

5.3 The 3 positive accounting theory

Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT).

Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang

dirumuskan oleh Watts dan Zimmerman (1986) adalah:

a. The Bonus Plan Hypothesis

Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan

berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah

bonus yang akan diterimanya. Manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang

dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini.

Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian bonus yang lebih tinggi untuk masa

kini.

b. The Debt Covenant Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu

pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode

akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan

harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang.

Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan

cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba.

Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam

memperoleh dana tambahan dari pihak kreditur bahkan perusahaan terancam melanggar

perjanjian utang.

c. The Political Cost Hypothesis

24

Page 25: Makalah Final (2)

Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri

strategis cenderung untuk menurunkan laba guna mengurangi tingkat visibilitasnya terutama

saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh

kemudahan serta fasilitas dari pemerintah. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas

perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.

5.4 Patterns of Earning Management

Pola Manajemen Laba menurut Scott (2006) dapat dilakukan dengan cara :

a. Taking a Bath

Taking a bath terjadi pada periode stres atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO

baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan

laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba di

periode yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada periode

yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi buruk yang tidak

menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut.Untuk itu manajemen harus

menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan biaya yang akan datang pada saat ini

serta melakukan clear the desk, sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan datang

meningkat.

b. Income Minimization

Bentuk ini mirip dengan ”taking a bath”, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan

sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva

tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat

profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara

politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak

berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi

untuk biaya eksplorasi.

c. Income Maximization

Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan laba bersih yang tinggi untuk tujuan bonus

yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer

untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan

25

Page 26: Makalah Final (2)

pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan

yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan.

d. Income Smoothing

Income Smoothing merupakan cara yang paling popular dan sering dilakukan. Pihak

manajemen dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak

dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak berisiko tinggi.

Kasus manajemen laba pada PT Kimia Farma

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31

Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan laba bersih sebesar Rp 132 miliar dengan nilai penjualan

bersih Rp 1,42 trilyun. Laporan keuangan tersebut diaudit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi,

Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur

rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan

kembali karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan

yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 miliar, atau 24,7% dari laba awal

yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada:

1. unit Industri Bahan Baku berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar

2. unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar

3. unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar

4. overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga

persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga

persediaan pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan

dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan

kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan.

Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh auditor, sehingga tidak berhasil

dideteksi.

26

Page 27: Makalah Final (2)

Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia

Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP

tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.

Analisa Kasus

Dilihat dari kasus yang terjadi pada PT. Kimia Farma, tindakan tersebut dapat dikategorikan

sebagai salah satu contoh dari bad earning management, dimana informasi yang di berikan

kepada pengguna laporan keuangan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Jika dilihat dari pola manajemen laba menurut scott, maka kasus tersebut dapat di

klasifikasikan ke dalam income maximization, dimana perusahaan melakukan

penggelembungan nilai persediaan akhir yang menyebabkan harga pokok penjualan menjadi

lebih rendah dari yang seharusnya, sehingga laba perusahaan menjadi overstated. Selain itu,

perusahaan juga melakukan penggelembungan pada penjualan yang juga menyebabkan laba

perusahaan menjadi overstated.

Jika dihubungkan dengan kerangka kerja konseptual menurut PSAK, laporan keuangan

PT. Kimia Farma untuk periode 31 Desember 2001 tidak disajikan dengan wajar karena tidak

memenuhi kriteria dari karakteristik kualitatif laporan keuangan dalam penyajian jujur,

keandalan dan relevan.

Laporan keuangan PT. Kimia Farma tidak dapat digunakan secara andal karena

informasi yang disajikan tidak menggambarkan dengan jujur transaksi yang seharusnya

disajikan. Informasi dalam laporan keuangan tersebut mengandung unsur rekayasa yang

menjadikan nilai laba bersih pada 31 Desember 2001 yang seharusnya sebesar Rp 99.56 miliar

menjadi Rp 132 miliar. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan kecurangan dalam

pencatatan nilai persediaan akhir yang menggunakan daftar harga yang bukan seharusnya

digunakan, sehingga nilai persediaan akhir pada unit logistic sentral dan unit pedagang besar

farmasi dengan total 32 miliar. Selain penggelembungan nilai persediaan, perusahaan

melakukan pencatatan ganda atas penjualan sehingga overstated sebesar Rp 13.4 miliar.

Laporan keuangan PT. Kimia Farma tidak disajikan dengan relevan karena dapat

mempengaruhi keputusan para pengguna laporan keuangan. Dengan penyajian laba bersih

yang overstated akan menimbulkan persepsi positif bagi pengguna laporan keuangan dalam

27

Page 28: Makalah Final (2)

mengambil keputusan seperti investasi, pemberian pinjaman dan persepsi positif lainnya.

Dampak nyata yang terjadi akibat kasus ini, kementrian BUMN memutuskan penghentian

proses divestasi saham milik pemerintah di PT. Kimia Farma setelah melihat adanya indikasi

penggelembungan keuntungan dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002.

Kesimpulan

Untuk memperlihatkan kinerja suatu perusahaan, peran yang paling penting adalah keberadaan

Laporan keuangan dalam suatu perusahaan. Untuk menghindarkan rekayasa dalam suatu

laporan keuangan, maka ada standar yang mengaturnya. Di Indonesia, laporan keuangan diatur

oleh PSAK. Dalam kenyataannya, tidak semua manajemen perusahaan secara jujur

mengungkapkan dan melapokan keadaan sebenarnya dari perusahaan tersebut. Salah satu

penyimpangan yang dilakukan adalah earning management. Adapaun dasar dari earning

management adalah The Bonus Plan Hypothesi, The Debt Covenant Hypothesi, The Political

Cost Hypothesi. Contoh nyata yang terjadi di Indonesia, dilakukan oleh PT. Kimia Farma,

dimana adanya penggelembungan persediaan dan pencatatan ganda pada penjualan, sehingga

laporan keuangan yang disajikan menjadi tidak wajar. Dampak dari kasus earning management

ini, kementrian BUMN menhentikan proses divestasi saham yang dimiliki pemerintah pada PT.

Kimia Farma.

28