makalah fartoks kelompok 1.pdf

download makalah fartoks kelompok 1.pdf

of 15

Transcript of makalah fartoks kelompok 1.pdf

  • TUGAS FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI

    ANTIBIOTIK YANG BEKERJA PADA DINDING SEL DAN MEMBRAN

    SITOPLASMA

    `

    Disusun oleh :

    Nur Aliyah (1040822190)

    Maya Chrisdita (1040911092)

    Mualifah Rifiani Ela R (1040911098)

    Finia Deviacita (1041211068)

    Hananti Febriani (1041211071)

    Herlien Hudyastuti (1041211072)

    Hestinanda Nurfajrina (1041211075)

    Lola Angelita (1041211099)

    Marisa Ulfa (1041211104)

    Muna Sita Handiyani (1041211109)

    Nindia Eva Lasari (1041211115)

    Nuari Eka Cahyaningtyas (1041211119)

    PROGRAM STUDI STRATA-1

    SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

    YAYASAN PHARMASI

    2013

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Definisi Antibiotika

    Antibiotika dikenal sebagai agen antimikroba, adalah obat yang melawan

    infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada tahun 1927, Alexander Fleming menemukan

    antibiotika pertama yaitu penisilin. Setelah penggunaan antibiotika pertama di tahun

    1940-an, mereka mengubah perawatan medis dan secara dramatis mengurangi penyakit

    dan kematian dari penyakit menular. Istilah "antibiotik" awalnya dikenal sebagai

    senyawa alami yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme lain yang membunuh

    bakteri penyebab penyakit pada manusia atau hewan. Beberapa antibiotika merupakan

    senyawa sintetis (tidak dihasilkan oleh mikroorganisme) yang juga dapat membunuh

    atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara teknis, istilah "agen antibakteri"

    mengacu pada kedua senyawa alami dan sintetis, akan tetapi banyak orang

    menggunakan kata "antibiotika" untuk merujuk kepada keduanya. Meskipun antibiotika

    memiliki banyak manfaat, tetapi penggunaannya telah berkontribusi tehadap terjadinya

    resistensi. (Katzung, 2007).

    Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme

    (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh

    atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Antimikroba dapat

    bersifat:

    1. Bakteriostatik, yaitu menghambat atau menghentikan pertumbuhan bakteri.

    Dalam keadaan ini jumlah bakeri menjadi stasioner, tidak terdapat lagi

    multiplikasi atau perkembangbiakan. Yang termasuk antimikroba bakteriostatik

    diantaranya adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan

    novobiosin (dalam konsentrasi rendah), PAS (para amino salicylic acid),

    linkomisin dan klindamisin, serta nitrofurantoin (dalam lingkungan basa atau

    dalam konsentrasi rendah).

    2. Bakterisid, yaitu bersifat membunuh bakteri. Dalam hal ini jumlah bakteri akan

    berkurang atau habis, tidak terdapat lagi multiplikasi atau perkembangbiakan

    mikroba. Termasuk antimikroba bakterisid diantaranya ialah penisilin,

  • sefalosporin, streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin, kotrimoksazol,

    polimiksin, kolistin, konsentrasi tinggi eritromisin dan novobiosin, iso-niazid,

    vankomisin, basitrasin, serta nitrofurantoin (dalam lingkungan asam atau dalam

    konsentrasi tinggi). Antimikroba bakterisid bekerja pada mikroba yang sedang

    dalam perkembangan (tidak dalam keadaan statis). Oleh karena itu, antimikroba

    bakteriostatik tidak boleh dikombinasi dengan antimikroba bakterisid.

    (Rahardjo, 2004)

    Pemilih terapi antibiotika yang rasional harus mempertimbangkan berbagai

    faktor, antara lain faktor pasien, bakteri dan antibiotika. Terapi empiris diarahkan pada

    bakteri yang dikenal menyebabkan infeksi yang bersangkutan. (Dipiro et al., 2005).

    1.2 Penggolongan Antibiotika

    1. Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan aktivitas, cara kerja maupun struktur

    kimianya. Berdasarkan aktivitasnya, antibiotika dibagi menjadi dua golongan

    besar, yaitu:

    a. Antibiotika kerja luas (broad spectrum), yaitu agen yang dapat menghambat

    pertumbuhan dan mematikan bakteri gram positif maupun bakteri

    gramnegatif. Golongan ini diharapkan dapat menghambat pertumbuhan dan

    mematikan sebagian besar bakteri. Yang termasuk golongan ini adalah

    tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin, sefalosporin,

    carbapenem dan lain-lain.

    b. Antibiotika kerja sempit (narrow spectrum) adalah golongan ini hanya aktif

    terhadap beberapa bakteri saja. Yang termasuk golongan ini adalah

    penisilina, streptomisin, neomisin, basitrasin.

    2. Penggolongan antibiotika berdasarkan cara kerjanya pada bakteri adalah

    sebagai berikut:

    a. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri,

    misalnya penisilin, sefalosporin, carbapenem, basitrasin, vankomisin,

    sikloserin.

    b. Antibiotika yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba, yang

    termasuk kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai

    antibakteri kemoterapetik.

  • c. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesa protein, yang termasuk

    golongan ini adalah kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin dan

    antibiotika golongan aminoglikosida.

    d. Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat

    bakteri, yang termasuk golongan ini adalah asam nalidiksat, rifampisin,

    sulfonamid, trimetoprim.

    e. Antibiotika yang menghambat metabolisme sel mikroba, yang termasuk

    dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat

    (PAS) dan sulfon. (Ganiswara, 1995).

    1.3 Efek Samping Penggunaan Antibiotik

    Penggunaan antibiotik tanpa resep dokter atau dalam dosis tidak tepat dapat

    menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya seperti :

    1. Sensitasi / hipersensitif

    Obat-obat yang digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan

    berlebihan, jika di berikan obat yang sama secara per oral atau suntikan maka

    akan terjadi reaksi hipersensitif atau alergi dengan gejala seperti gatal-gatal,

    kulit kemerahan, bentol-bentol, dan syok. Antibiotika yang menimbulkan

    sensitasi antara lain penisilin, kloramfenikol, dan sufonamida.

    2. Resistensi

    Jika obat digunakan dalam dosis yang terlalu rendah atau waktu terapi

    kurang lama, maka akan menyebabkan resistensi artinya bakteri tidak akan

    peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi

    menggunakan kemoterapi dengan dosis tepat atau dengan menggunakan

    kombinasi obat.

    3. Super Infeksi

    Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan

    penyebab infeksi berbeda dengan infeksi yang pertama. Supra infeksi terjadi

    pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang mengganggu keseimbangan

  • antar bakteri di dalam usus saluran pernafasan dan urogenital. Antibiotika yang

    menimbulkan hal tersebut adalah ampisilin, kloramfenikol, dan tetrasiklin.

    Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan

    dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya menimbul jamur Minella

    albicans dan Candida albican. Selain antibiotik, obat yang dapat menekan

    sistem tangkis tubuh adalah kortikosteroid dan immunosupresiva dapat

    menimbulkan supra infeksi. Terutama pada orang tua dan anak-anak.

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel

    Antibiotik jenis ini adalah antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan yang

    menyusun dinding sel bakteri Gram positif maupun Gram negatif, contohnya penisilin

    dan sefalosporin. Merck Bioscience mengembangkan penilisin alami yang diekstrak

    dari kultur fungi, yaitu Penisilin G yang memiliki spektrum sempit yang efektif

    terhadap Staphylococcus, Streptococcus, dan Spirochetes.

    Kelompok antibiotika yang menghambat sintesa dinding sel :

    A. Golongan Penicillin

    Merupakan antibiotika pertama yang di temukan oleh Alexander Flemming yang

    di peroleh dari jamur Penicillium chrysogenum. Penicillin termasuk antibiotika

    golongan -lactam karena mempunyai rumus bangun dengan struktur seperti cincin -

    lactam yang merupakan syarat mutlak untuk menunjukkan khasiatnya. Jika cicin

    menjadi terbuka oleh enzim -lactamase (penicillinase dan cefalosporine) maka khasiat

    antibakteri (aktifitas antibiotik) penicillin menjadi lenyap.

    a. Mekanisme kerja

    Dinding sel kuman terdiri dari suatu polipeptidoglikan yaitu polimer dari

    senyawa amino dan gula, yang saling terikat satu sama lain dan memberikan kekuatan

    mekanis pada dinding sel. Penisillin merintangi atau menghambat pembentukan sintesa

    dinding sel bakteri sehingga bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak

    sempurna maka bertambahnya plasma atau air yang terserap dengan jalan osmosis akan

    menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi musnah.

    b. Resistensi

    Pemakaian yang tidak tepat menyebabkan bakteri terutama golongan

    Stafilococcus dan Bakteri Coli menjadi resisten terhadap penisilin.

    Resistansi bakteri terbentuk dengan cara:

    Bakteri membentuk enzim B lactamase atau bakteri mengubah bentuknya

    menjadi bakteri huruf L yaitu bentuk bakteri tanpa dinding sel. Bakteri bentuk L dapat

    menimbulkan infeksi kronis (misalnya infeksi paru-paru dan saluran kemih) karena

  • lama berkembangnya. Bakteri semacam ini dengan mudah dapat dimatikan dengan

    kotrimoksazol atau tetrasiklin.

    Mekanisme resistensi terhadap penisilin ialah :

    1. Pembentukan enzim -laktamase misalnya pada kuman S. aureus, H. influenzae,

    gonokokus dan berbagai batang Gram-negatif. Dewasa ini dikenal lebih dari 50

    jenis -laktamase. Pada umumnya kuman Gram-positif mensekresi -laktamase

    ekstraselular dalam jumlah relatif besar. Kuman Gram-negatif hanya sedikit

    mensekresi keluar -laktamase tetapi tempatnya strategis, yaitu di rongga

    perisplasmik di antara membran sitoplasma dan dinding sel kuman. Kebanyakan

    jenis -laktamase dihasilkan oleh kuman melalui kendali genetik oleh plasmid.

    2. Enzim autolisin kuman tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap

    obat.

    3. Kuman tidak mempunyai dinding sel (misalnya mikoplasma)

    4. Perubahan PBP atau obat tidak dapat mencapai PBP.

    (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007. hal 668)

    Derivat Penisillin

    1. Penisillin spektrum sempit

    a. Benzil penisillin = Penisillin G

    Tidak tahan asam lambung sehingga pemberian secara oral akan di uraikan oleh

    asam lambung karena itu penggunaanya secara injeksi atau infus intravena.

    Indikasi : infeksi tenggorokan, otitis media, meningococus, meningitis pneumonia.

    Kontaindikasi : hipersensitifitas (alergi) terhadap penicillin

    Efeksamping : reaksi alergi berupa urtikaria, nyeri sendi, syok anafilaktik, diare.

    b. Fenoksi metil penicillin = Penisillin V

    Penisillin ini tahan asam lambung pemberian sebaiknya dalam keadaan sebelum

    makan

    Indikasi : tonsillitis, otitis media, demam rematik .

    Kontraindikasi : hipersensitifitas (alergi) terhadap penisillin.

    Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, nyeri sendi, syok anafilaktik, diare.

  • c. Penicillin tahan penicillinase

    Derivat ini tahan terhadap enzim -lactamase atau penicillinase tetapi aktifitasnya

    lebih ringan dari penisillin G dan penisillin V. Umumnya digunakan untuk bakteri-

    bakteri yang resisten terhadap obat-obat tersebut.

    Contoh: kloksasillin dikloksasillin, flukloksasillin.

    Kombinasi kloksasillin dengan asam klavulanat menghasilkan efek sinergisme dengan

    khasiat 50 kali lebih kuat, efektif terhadap E.coli , H. Influenza dan

    staphylococusaureus. Contoh augmentin.

    Asam klavulanat adalah senyawa -lactam dari hasil fermentasi Stretomyces

    clavuligerus.

    2. Penicillin Spektrum Luas

    a. Ampicillin

    Spektrum kerjanya meliputi banyak bakteri gram positif dan gram negatif yang

    tidak peka terhadap Penisilin G. Khasiatnya terhadap bakteri-bakteri gram positif lebih

    ringan daripada penisilin-penisilin spektrum sempit. Banyak yang digunakan untuk

    mengobati peradangan pada saluran pernafasan (bronkitis), saluran pencernaan

    (desentri) dan infeksi saluran kemih.

    efeksamping : mual, diare, ruam,kadang-kadang kolitis.

    b. Amoksisillin

    Spektrum kerjanya sama dengan ampicillin, tetapi absorbsinya lebih cepat dan

    lengkap.

    Indikasi : untuk mengobati bronkitis, disentri dan infeksi saluran kemih.

    efek samping : mual, diare, ruam,kadang-kadang kolitis.

    B. Golongan Sefalosporin

    Sefalosporin di peroleh dari biakan Cephalosporinum acremonium.Seperti halnya

    penisillin, daya anti mikrobanya terletak pada cincin -lactam.

    Mekanisme kerjanya sama seperti penicillin, daya antimikrobanya terletak pada

    cincin B lactam, dengan mekanisme kerja berdasarkan perintang sintesis dinding

    sel.sefalosporin bukan merupakan obat pilihan pertama untuk penyakit manapun, karena

    masih terdapat obat-obat lain yang kurang lebih sama khasiatnya yang jauh lebih murah

    harganya.

  • 1. Sefalosporin generasi pertama

    In vitro, sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spektrum antimikroba

    yang terutama aktif terhadap kuman Gram-positif. Keunggulannya dari penisilin

    ialah aktivitasnya terhadap bakteri penisilinase. Golongan ini efektif terhadap

    sebagian besar S. aureus, Streptococcus termasuk S. pyogenes, S. viridans dan S.

    pneumoniae. Bakteri Gram-positif yang juga sensitif ialah S.anaerob, Clostridium

    perfringens, Listeria moncytogenes dan Corynebacterium diphteriae. Aktivitas

    antimikroba berbagai jenis sefalosporin generasi pertama satu sama dengan yang

    lain, hanya sefalotin sedikit lebih aktif terhadap S. aureus. Mikroba yang resisten

    antara lain ialah strain S. aureus resisten metisilin, S. epidermidis dan S. faecalis.

    2. Sefalosporin generasi kedua

    Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri Gram-positif dibandingkan dengan

    generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram-negatif, misalnya H.

    influenzae, P. mirabilis, E.coli dan Klebsiella. Terhadap P. aeruginosa dan

    enterokokus golongan ini tidak dianjurkan karena dikhawatirkan enterokokus

    termasuk salah satu penyebab infeksi. Sefoksitin aktif terhadap kuman anaerob.

    3. Sefalosporin generasi ketiga

    Golongan ini umumnya kurang aktif dibandingkan dengan generasi pertama

    terhadap kokus Gram-positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae,

    termasuk strain penghasil penisilinase. Seftazidim dan sefoperazon aktif terhadap P.

    aeruginosa.

    4. Sefalosporin generasi keempat

    Antibiotik golongan ini (misalnya sefepim, sefpirom) mempunyai spektrum

    aktivitas lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh -

    laktamase. Antibiotik tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang

    resisten terhadap generasi ketiga.

    (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007. hal 681)

    Efek samping pada penggunaaan oral, berupa gangguan lambung-usus dan reaksi-

    reaksi alergi seperti penisilin yaitu rash, urticaria, anafilaksis. Alergi silang sering

    terjadi dengan derivat penisilin. Pada penggunaan iv terjadi nyeri ditempat suntik.

    Obat Generik, Indikasi, Kontraindikasi dan Efek Samping:

  • a. Sefaklor

    Indikasi : Infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan gram negatif .

    Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.

    Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis

    Sediaan : Cefaclor (generik) kapsul 250 mg, 500 mg.

    b. Sefadroksil

    Indikasi : Infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan gram negatif .

    Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.

    Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis

    Sediaan : cefadroksil kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering.

    c. Sefotaksim

    Indikasi : Infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan gram negatif .

    Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.

    Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis

    Sediaan : Cefotaxime serbuk injeksi

    d. Seftazidim

    Indikasi : Infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan am negatif .

    Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.

    Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis

    Sediaan : Ceftazidame serbuk injeksi

    e. Sefuroksim

    Indikasi : Profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H.Influenza dan

    N.gonorrhoeae

    Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.

    Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis

    Sediaan : Cefuroxime serbuk injeksi

    f. Sefaleksin

    Indikasi : Infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan gram negatif .

    Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.

    Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis

    Sediaan : Cephalexin kapsul 250 mg, 500 mg.

  • g. Sefradin

    Indikas i : Profilaksis bedah, infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan negatif

    Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.

    Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis

    Sediaan : Cephradin kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering

    h. Sefazolin

    Indikasi : Profilaksis bedah, infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan negatif

    Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.

    Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis

    Sediaan : Sefazolin serbuk injeksi

    2.2 Antibiotik yang menghambat sintesa membran sel

    Cara kerjanya mengacaukan pembentukan lipoprotein dari membran sel

    sehingga bersifat lebih permeable, akibatnya zat-zat penting dari dalam lisis sel dapat

    keluar. Biasanya golongan obat yang digunakan adalah kelompok polipeptida, nistatin,

    amfoterisin, imidazol (mikonzol dan ketokonazol). Antibiotik yang bersifat

    menghambat sintesa membran plasma umunya terdapat pada golongan polipetida yang

    bekerja dengan mengubah permeabilitas membran plasma sel bakteri. Contohnya adalah

    polimiksin B yang melekat pada fosfolipid membran, nistatin dan amfoterisin B yang

    bergabung dengan ergosterol yang terdapat pada membran sel fungi dengan

    menimbulkan gangguan dan kebocoran sitoplasma.

    (http://www.merckmillipore.co.id/chemicals/antibiotik-pilihan-yang-lengkap-

    untuk-penemuan-anda/c_UDib.s1O_24AAAEizv07mKus)

    Antibiotika golongan polimiksin terdiri dari polimiksin B dan kolistin. Struktur

    kimia golongan ini tidak ada kaitannya dengan antibiotika lain. Pemberian per oral tidak

    diabsorbsi. Penggunaannya hanya untuk pemakaian lokal. Diberikan per oral atau

    topikal, dan jarang digunakan parenteral karena efek nefrotoksiknya yang kuat.

    Antibiotika ini juga mempunyai efek penting terhadap bakteri Gram negatif. Kolistin

    hampir tidak pernah digunakan lagi.

  • 1. Polimiksin B dan Kolistin

    Mekanisme kerja : Polimiksin B dan Kolistin aktif terhadap berbagai kuman

    Gram negatif, seperti Pseudomonas aeruginosa (paling sensitif),

    E.coli, Haemophilus, Klebsiella, Enterobacter, Salmonella,

    Shigella, Pasteurella, Bordetella, dan Vibrio.

    Kedua obat ini bersifat bakterisid yang bekerja dengan

    mengganggu fungsi pengaturan osmosis oleh membran

    sitoplasma bakteri. Resistensi jarang terjadi.

    Indikasi : Penggunaan topikal untuk infeksi pada mata dan telinga.

    Penggunaan sistemik jarang dilaksanakan, dan terbatas hanya

    untuk infeksi yang berbahaya dari Enterobacteri dan

    Pseudomonas.

    Efek Samping : Efek samping polimiksin yang utama adalah peracunan saraf

    (parestesi, pusing, dan ataksia) dan gangguan ginjal (hematuri,

    proteinuri, dan dalam dosis tinggi menimbulkan gagal ginjal).

    (Rahardjo, 2004)

    2. Nistatin

    Berasal dari Streptomyces noursei

    Mekanisme kerja : Nistatin bekerja dengan mengikat sterol (terutama ergosterol)

    dalam membran sel. Nistatin tidak aktif melawan organisme

    yang tidak mempunyai sterol pada membran sel nya. Hasil dari

    ikatan ini membuat membran tidak dapat berfungsi lagi

    sebagai rintangan yang selektif (selective barrier), dan kalium

    serta komponen sel yang lainnya akan hilang.

    Indikasi : kandidiasis (stomatitis, sriawan pada mulut, vaginitis

    Kontraindikasi : pasien yang hipersensitif terhadap nistatin

    Efek samping : mual, muntah, diare, iritasi lokal pada pemakaiantopikal

    Sediaan : Nistatin tablet 500.000 IU

  • 3. Amfoterisin B

    Berasal dari Streptomyces nodosus

    Mekanisme kerja : Amfoterisin B berikatan kuat dengan ergosterol yang terdapat

    pada membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran

    sel bocor sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan

    mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel.

    Indikasi : kandidiasis intestinal

    Kontraindikasi : hipersensitif terhadap amfoterisin B, ibu menyusui, pada pasien

    yang mengkonsumsi obat antineoplastik.

    Efek samping : anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala.

  • BAB III

    KESIMPULAN

    1. Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya

    dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau

    menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain.

    2. Antimikroba dapat bersifat:

    a. Bakteriostatik

    b. Bakterisid

    3. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel

    a. Golongan Penicillin

    Penisillin spektrum sempit

    Yang termasuk golongan penisilin spektrum sempit : penisillin G,

    penisillin V, penisillin tahan penicillinase

    Penisilin spektrum luas

    Yang termasuk golongan penisilin spektrum luas : ampicillin, amoksisillin

    b. Golongan Sefalosporin

    4. Antibiotik menghambat sintesa membran sel : Polimiksin B, Kolistin, polipeptida,

    nistatin, amfoterisin.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2003. Farmakologi Jilid II edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

    Anonim. 2004. Farmakologi Jilid III edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

    Bertram G. Katzung. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 3. Jakarta : Salemba

    Medika.

    Chandra Mohan. 2009. Antibiotics and Antibiotic Resistance. San Diego: EMD

    Bioscience.

    Departemen Farmakologi dan terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta

    : Balai Penerbit FKUI.

    Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The Mc. Graw

    Hill Company. USA.

    Ganiswara SG, Setiabudy, Suyatna FD dkk. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta:

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    http://www.merckmillipore.co.id/chemicals/antibiotik-pilihan-yang-lengkap-untuk-

    penemuan-anda/c_UDib.s1O_24AAAEizv07mKus

    Rahardjo, Rio. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2 Universitas Sriwijaya.

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.