makalah fartoks kelompok 1.pdf
-
Upload
nur-aini-iktikhafsari -
Category
Documents
-
view
51 -
download
1
Transcript of makalah fartoks kelompok 1.pdf
-
TUGAS FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI
ANTIBIOTIK YANG BEKERJA PADA DINDING SEL DAN MEMBRAN
SITOPLASMA
`
Disusun oleh :
Nur Aliyah (1040822190)
Maya Chrisdita (1040911092)
Mualifah Rifiani Ela R (1040911098)
Finia Deviacita (1041211068)
Hananti Febriani (1041211071)
Herlien Hudyastuti (1041211072)
Hestinanda Nurfajrina (1041211075)
Lola Angelita (1041211099)
Marisa Ulfa (1041211104)
Muna Sita Handiyani (1041211109)
Nindia Eva Lasari (1041211115)
Nuari Eka Cahyaningtyas (1041211119)
PROGRAM STUDI STRATA-1
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
YAYASAN PHARMASI
2013
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi Antibiotika
Antibiotika dikenal sebagai agen antimikroba, adalah obat yang melawan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada tahun 1927, Alexander Fleming menemukan
antibiotika pertama yaitu penisilin. Setelah penggunaan antibiotika pertama di tahun
1940-an, mereka mengubah perawatan medis dan secara dramatis mengurangi penyakit
dan kematian dari penyakit menular. Istilah "antibiotik" awalnya dikenal sebagai
senyawa alami yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme lain yang membunuh
bakteri penyebab penyakit pada manusia atau hewan. Beberapa antibiotika merupakan
senyawa sintetis (tidak dihasilkan oleh mikroorganisme) yang juga dapat membunuh
atau menghambat pertumbuhan bakteri. Secara teknis, istilah "agen antibakteri"
mengacu pada kedua senyawa alami dan sintetis, akan tetapi banyak orang
menggunakan kata "antibiotika" untuk merujuk kepada keduanya. Meskipun antibiotika
memiliki banyak manfaat, tetapi penggunaannya telah berkontribusi tehadap terjadinya
resistensi. (Katzung, 2007).
Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme
(khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh
atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Antimikroba dapat
bersifat:
1. Bakteriostatik, yaitu menghambat atau menghentikan pertumbuhan bakteri.
Dalam keadaan ini jumlah bakeri menjadi stasioner, tidak terdapat lagi
multiplikasi atau perkembangbiakan. Yang termasuk antimikroba bakteriostatik
diantaranya adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan
novobiosin (dalam konsentrasi rendah), PAS (para amino salicylic acid),
linkomisin dan klindamisin, serta nitrofurantoin (dalam lingkungan basa atau
dalam konsentrasi rendah).
2. Bakterisid, yaitu bersifat membunuh bakteri. Dalam hal ini jumlah bakteri akan
berkurang atau habis, tidak terdapat lagi multiplikasi atau perkembangbiakan
mikroba. Termasuk antimikroba bakterisid diantaranya ialah penisilin,
-
sefalosporin, streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin, kotrimoksazol,
polimiksin, kolistin, konsentrasi tinggi eritromisin dan novobiosin, iso-niazid,
vankomisin, basitrasin, serta nitrofurantoin (dalam lingkungan asam atau dalam
konsentrasi tinggi). Antimikroba bakterisid bekerja pada mikroba yang sedang
dalam perkembangan (tidak dalam keadaan statis). Oleh karena itu, antimikroba
bakteriostatik tidak boleh dikombinasi dengan antimikroba bakterisid.
(Rahardjo, 2004)
Pemilih terapi antibiotika yang rasional harus mempertimbangkan berbagai
faktor, antara lain faktor pasien, bakteri dan antibiotika. Terapi empiris diarahkan pada
bakteri yang dikenal menyebabkan infeksi yang bersangkutan. (Dipiro et al., 2005).
1.2 Penggolongan Antibiotika
1. Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan aktivitas, cara kerja maupun struktur
kimianya. Berdasarkan aktivitasnya, antibiotika dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu:
a. Antibiotika kerja luas (broad spectrum), yaitu agen yang dapat menghambat
pertumbuhan dan mematikan bakteri gram positif maupun bakteri
gramnegatif. Golongan ini diharapkan dapat menghambat pertumbuhan dan
mematikan sebagian besar bakteri. Yang termasuk golongan ini adalah
tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin, sefalosporin,
carbapenem dan lain-lain.
b. Antibiotika kerja sempit (narrow spectrum) adalah golongan ini hanya aktif
terhadap beberapa bakteri saja. Yang termasuk golongan ini adalah
penisilina, streptomisin, neomisin, basitrasin.
2. Penggolongan antibiotika berdasarkan cara kerjanya pada bakteri adalah
sebagai berikut:
a. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri,
misalnya penisilin, sefalosporin, carbapenem, basitrasin, vankomisin,
sikloserin.
b. Antibiotika yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba, yang
termasuk kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai
antibakteri kemoterapetik.
-
c. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesa protein, yang termasuk
golongan ini adalah kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin dan
antibiotika golongan aminoglikosida.
d. Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat
bakteri, yang termasuk golongan ini adalah asam nalidiksat, rifampisin,
sulfonamid, trimetoprim.
e. Antibiotika yang menghambat metabolisme sel mikroba, yang termasuk
dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat
(PAS) dan sulfon. (Ganiswara, 1995).
1.3 Efek Samping Penggunaan Antibiotik
Penggunaan antibiotik tanpa resep dokter atau dalam dosis tidak tepat dapat
menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya seperti :
1. Sensitasi / hipersensitif
Obat-obat yang digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan
berlebihan, jika di berikan obat yang sama secara per oral atau suntikan maka
akan terjadi reaksi hipersensitif atau alergi dengan gejala seperti gatal-gatal,
kulit kemerahan, bentol-bentol, dan syok. Antibiotika yang menimbulkan
sensitasi antara lain penisilin, kloramfenikol, dan sufonamida.
2. Resistensi
Jika obat digunakan dalam dosis yang terlalu rendah atau waktu terapi
kurang lama, maka akan menyebabkan resistensi artinya bakteri tidak akan
peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi
menggunakan kemoterapi dengan dosis tepat atau dengan menggunakan
kombinasi obat.
3. Super Infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan
penyebab infeksi berbeda dengan infeksi yang pertama. Supra infeksi terjadi
pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang mengganggu keseimbangan
-
antar bakteri di dalam usus saluran pernafasan dan urogenital. Antibiotika yang
menimbulkan hal tersebut adalah ampisilin, kloramfenikol, dan tetrasiklin.
Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan
dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya menimbul jamur Minella
albicans dan Candida albican. Selain antibiotik, obat yang dapat menekan
sistem tangkis tubuh adalah kortikosteroid dan immunosupresiva dapat
menimbulkan supra infeksi. Terutama pada orang tua dan anak-anak.
-
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel
Antibiotik jenis ini adalah antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram positif maupun Gram negatif, contohnya penisilin
dan sefalosporin. Merck Bioscience mengembangkan penilisin alami yang diekstrak
dari kultur fungi, yaitu Penisilin G yang memiliki spektrum sempit yang efektif
terhadap Staphylococcus, Streptococcus, dan Spirochetes.
Kelompok antibiotika yang menghambat sintesa dinding sel :
A. Golongan Penicillin
Merupakan antibiotika pertama yang di temukan oleh Alexander Flemming yang
di peroleh dari jamur Penicillium chrysogenum. Penicillin termasuk antibiotika
golongan -lactam karena mempunyai rumus bangun dengan struktur seperti cincin -
lactam yang merupakan syarat mutlak untuk menunjukkan khasiatnya. Jika cicin
menjadi terbuka oleh enzim -lactamase (penicillinase dan cefalosporine) maka khasiat
antibakteri (aktifitas antibiotik) penicillin menjadi lenyap.
a. Mekanisme kerja
Dinding sel kuman terdiri dari suatu polipeptidoglikan yaitu polimer dari
senyawa amino dan gula, yang saling terikat satu sama lain dan memberikan kekuatan
mekanis pada dinding sel. Penisillin merintangi atau menghambat pembentukan sintesa
dinding sel bakteri sehingga bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak
sempurna maka bertambahnya plasma atau air yang terserap dengan jalan osmosis akan
menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi musnah.
b. Resistensi
Pemakaian yang tidak tepat menyebabkan bakteri terutama golongan
Stafilococcus dan Bakteri Coli menjadi resisten terhadap penisilin.
Resistansi bakteri terbentuk dengan cara:
Bakteri membentuk enzim B lactamase atau bakteri mengubah bentuknya
menjadi bakteri huruf L yaitu bentuk bakteri tanpa dinding sel. Bakteri bentuk L dapat
menimbulkan infeksi kronis (misalnya infeksi paru-paru dan saluran kemih) karena
-
lama berkembangnya. Bakteri semacam ini dengan mudah dapat dimatikan dengan
kotrimoksazol atau tetrasiklin.
Mekanisme resistensi terhadap penisilin ialah :
1. Pembentukan enzim -laktamase misalnya pada kuman S. aureus, H. influenzae,
gonokokus dan berbagai batang Gram-negatif. Dewasa ini dikenal lebih dari 50
jenis -laktamase. Pada umumnya kuman Gram-positif mensekresi -laktamase
ekstraselular dalam jumlah relatif besar. Kuman Gram-negatif hanya sedikit
mensekresi keluar -laktamase tetapi tempatnya strategis, yaitu di rongga
perisplasmik di antara membran sitoplasma dan dinding sel kuman. Kebanyakan
jenis -laktamase dihasilkan oleh kuman melalui kendali genetik oleh plasmid.
2. Enzim autolisin kuman tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap
obat.
3. Kuman tidak mempunyai dinding sel (misalnya mikoplasma)
4. Perubahan PBP atau obat tidak dapat mencapai PBP.
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007. hal 668)
Derivat Penisillin
1. Penisillin spektrum sempit
a. Benzil penisillin = Penisillin G
Tidak tahan asam lambung sehingga pemberian secara oral akan di uraikan oleh
asam lambung karena itu penggunaanya secara injeksi atau infus intravena.
Indikasi : infeksi tenggorokan, otitis media, meningococus, meningitis pneumonia.
Kontaindikasi : hipersensitifitas (alergi) terhadap penicillin
Efeksamping : reaksi alergi berupa urtikaria, nyeri sendi, syok anafilaktik, diare.
b. Fenoksi metil penicillin = Penisillin V
Penisillin ini tahan asam lambung pemberian sebaiknya dalam keadaan sebelum
makan
Indikasi : tonsillitis, otitis media, demam rematik .
Kontraindikasi : hipersensitifitas (alergi) terhadap penisillin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, nyeri sendi, syok anafilaktik, diare.
-
c. Penicillin tahan penicillinase
Derivat ini tahan terhadap enzim -lactamase atau penicillinase tetapi aktifitasnya
lebih ringan dari penisillin G dan penisillin V. Umumnya digunakan untuk bakteri-
bakteri yang resisten terhadap obat-obat tersebut.
Contoh: kloksasillin dikloksasillin, flukloksasillin.
Kombinasi kloksasillin dengan asam klavulanat menghasilkan efek sinergisme dengan
khasiat 50 kali lebih kuat, efektif terhadap E.coli , H. Influenza dan
staphylococusaureus. Contoh augmentin.
Asam klavulanat adalah senyawa -lactam dari hasil fermentasi Stretomyces
clavuligerus.
2. Penicillin Spektrum Luas
a. Ampicillin
Spektrum kerjanya meliputi banyak bakteri gram positif dan gram negatif yang
tidak peka terhadap Penisilin G. Khasiatnya terhadap bakteri-bakteri gram positif lebih
ringan daripada penisilin-penisilin spektrum sempit. Banyak yang digunakan untuk
mengobati peradangan pada saluran pernafasan (bronkitis), saluran pencernaan
(desentri) dan infeksi saluran kemih.
efeksamping : mual, diare, ruam,kadang-kadang kolitis.
b. Amoksisillin
Spektrum kerjanya sama dengan ampicillin, tetapi absorbsinya lebih cepat dan
lengkap.
Indikasi : untuk mengobati bronkitis, disentri dan infeksi saluran kemih.
efek samping : mual, diare, ruam,kadang-kadang kolitis.
B. Golongan Sefalosporin
Sefalosporin di peroleh dari biakan Cephalosporinum acremonium.Seperti halnya
penisillin, daya anti mikrobanya terletak pada cincin -lactam.
Mekanisme kerjanya sama seperti penicillin, daya antimikrobanya terletak pada
cincin B lactam, dengan mekanisme kerja berdasarkan perintang sintesis dinding
sel.sefalosporin bukan merupakan obat pilihan pertama untuk penyakit manapun, karena
masih terdapat obat-obat lain yang kurang lebih sama khasiatnya yang jauh lebih murah
harganya.
-
1. Sefalosporin generasi pertama
In vitro, sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spektrum antimikroba
yang terutama aktif terhadap kuman Gram-positif. Keunggulannya dari penisilin
ialah aktivitasnya terhadap bakteri penisilinase. Golongan ini efektif terhadap
sebagian besar S. aureus, Streptococcus termasuk S. pyogenes, S. viridans dan S.
pneumoniae. Bakteri Gram-positif yang juga sensitif ialah S.anaerob, Clostridium
perfringens, Listeria moncytogenes dan Corynebacterium diphteriae. Aktivitas
antimikroba berbagai jenis sefalosporin generasi pertama satu sama dengan yang
lain, hanya sefalotin sedikit lebih aktif terhadap S. aureus. Mikroba yang resisten
antara lain ialah strain S. aureus resisten metisilin, S. epidermidis dan S. faecalis.
2. Sefalosporin generasi kedua
Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri Gram-positif dibandingkan dengan
generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram-negatif, misalnya H.
influenzae, P. mirabilis, E.coli dan Klebsiella. Terhadap P. aeruginosa dan
enterokokus golongan ini tidak dianjurkan karena dikhawatirkan enterokokus
termasuk salah satu penyebab infeksi. Sefoksitin aktif terhadap kuman anaerob.
3. Sefalosporin generasi ketiga
Golongan ini umumnya kurang aktif dibandingkan dengan generasi pertama
terhadap kokus Gram-positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae,
termasuk strain penghasil penisilinase. Seftazidim dan sefoperazon aktif terhadap P.
aeruginosa.
4. Sefalosporin generasi keempat
Antibiotik golongan ini (misalnya sefepim, sefpirom) mempunyai spektrum
aktivitas lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh -
laktamase. Antibiotik tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang
resisten terhadap generasi ketiga.
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007. hal 681)
Efek samping pada penggunaaan oral, berupa gangguan lambung-usus dan reaksi-
reaksi alergi seperti penisilin yaitu rash, urticaria, anafilaksis. Alergi silang sering
terjadi dengan derivat penisilin. Pada penggunaan iv terjadi nyeri ditempat suntik.
Obat Generik, Indikasi, Kontraindikasi dan Efek Samping:
-
a. Sefaklor
Indikasi : Infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan gram negatif .
Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.
Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis
Sediaan : Cefaclor (generik) kapsul 250 mg, 500 mg.
b. Sefadroksil
Indikasi : Infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan gram negatif .
Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.
Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis
Sediaan : cefadroksil kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering.
c. Sefotaksim
Indikasi : Infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan gram negatif .
Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.
Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis
Sediaan : Cefotaxime serbuk injeksi
d. Seftazidim
Indikasi : Infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan am negatif .
Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.
Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis
Sediaan : Ceftazidame serbuk injeksi
e. Sefuroksim
Indikasi : Profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H.Influenza dan
N.gonorrhoeae
Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.
Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis
Sediaan : Cefuroxime serbuk injeksi
f. Sefaleksin
Indikasi : Infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan gram negatif .
Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.
Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis
Sediaan : Cephalexin kapsul 250 mg, 500 mg.
-
g. Sefradin
Indikas i : Profilaksis bedah, infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan negatif
Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.
Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis
Sediaan : Cephradin kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering
h. Sefazolin
Indikasi : Profilaksis bedah, infeksi bakteri untuk bakteri gram positif dan negatif
Konraindikasi : hipersensitif terhadap golongan sefalosporin, pofiria.
Efek Samping : Diare, mual, muntah, sakit kepala, kolitis
Sediaan : Sefazolin serbuk injeksi
2.2 Antibiotik yang menghambat sintesa membran sel
Cara kerjanya mengacaukan pembentukan lipoprotein dari membran sel
sehingga bersifat lebih permeable, akibatnya zat-zat penting dari dalam lisis sel dapat
keluar. Biasanya golongan obat yang digunakan adalah kelompok polipeptida, nistatin,
amfoterisin, imidazol (mikonzol dan ketokonazol). Antibiotik yang bersifat
menghambat sintesa membran plasma umunya terdapat pada golongan polipetida yang
bekerja dengan mengubah permeabilitas membran plasma sel bakteri. Contohnya adalah
polimiksin B yang melekat pada fosfolipid membran, nistatin dan amfoterisin B yang
bergabung dengan ergosterol yang terdapat pada membran sel fungi dengan
menimbulkan gangguan dan kebocoran sitoplasma.
(http://www.merckmillipore.co.id/chemicals/antibiotik-pilihan-yang-lengkap-
untuk-penemuan-anda/c_UDib.s1O_24AAAEizv07mKus)
Antibiotika golongan polimiksin terdiri dari polimiksin B dan kolistin. Struktur
kimia golongan ini tidak ada kaitannya dengan antibiotika lain. Pemberian per oral tidak
diabsorbsi. Penggunaannya hanya untuk pemakaian lokal. Diberikan per oral atau
topikal, dan jarang digunakan parenteral karena efek nefrotoksiknya yang kuat.
Antibiotika ini juga mempunyai efek penting terhadap bakteri Gram negatif. Kolistin
hampir tidak pernah digunakan lagi.
-
1. Polimiksin B dan Kolistin
Mekanisme kerja : Polimiksin B dan Kolistin aktif terhadap berbagai kuman
Gram negatif, seperti Pseudomonas aeruginosa (paling sensitif),
E.coli, Haemophilus, Klebsiella, Enterobacter, Salmonella,
Shigella, Pasteurella, Bordetella, dan Vibrio.
Kedua obat ini bersifat bakterisid yang bekerja dengan
mengganggu fungsi pengaturan osmosis oleh membran
sitoplasma bakteri. Resistensi jarang terjadi.
Indikasi : Penggunaan topikal untuk infeksi pada mata dan telinga.
Penggunaan sistemik jarang dilaksanakan, dan terbatas hanya
untuk infeksi yang berbahaya dari Enterobacteri dan
Pseudomonas.
Efek Samping : Efek samping polimiksin yang utama adalah peracunan saraf
(parestesi, pusing, dan ataksia) dan gangguan ginjal (hematuri,
proteinuri, dan dalam dosis tinggi menimbulkan gagal ginjal).
(Rahardjo, 2004)
2. Nistatin
Berasal dari Streptomyces noursei
Mekanisme kerja : Nistatin bekerja dengan mengikat sterol (terutama ergosterol)
dalam membran sel. Nistatin tidak aktif melawan organisme
yang tidak mempunyai sterol pada membran sel nya. Hasil dari
ikatan ini membuat membran tidak dapat berfungsi lagi
sebagai rintangan yang selektif (selective barrier), dan kalium
serta komponen sel yang lainnya akan hilang.
Indikasi : kandidiasis (stomatitis, sriawan pada mulut, vaginitis
Kontraindikasi : pasien yang hipersensitif terhadap nistatin
Efek samping : mual, muntah, diare, iritasi lokal pada pemakaiantopikal
Sediaan : Nistatin tablet 500.000 IU
-
3. Amfoterisin B
Berasal dari Streptomyces nodosus
Mekanisme kerja : Amfoterisin B berikatan kuat dengan ergosterol yang terdapat
pada membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran
sel bocor sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan
mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel.
Indikasi : kandidiasis intestinal
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap amfoterisin B, ibu menyusui, pada pasien
yang mengkonsumsi obat antineoplastik.
Efek samping : anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala.
-
BAB III
KESIMPULAN
1. Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya
dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau
menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain.
2. Antimikroba dapat bersifat:
a. Bakteriostatik
b. Bakterisid
3. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel
a. Golongan Penicillin
Penisillin spektrum sempit
Yang termasuk golongan penisilin spektrum sempit : penisillin G,
penisillin V, penisillin tahan penicillinase
Penisilin spektrum luas
Yang termasuk golongan penisilin spektrum luas : ampicillin, amoksisillin
b. Golongan Sefalosporin
4. Antibiotik menghambat sintesa membran sel : Polimiksin B, Kolistin, polipeptida,
nistatin, amfoterisin.
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Farmakologi Jilid II edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Anonim. 2004. Farmakologi Jilid III edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Bertram G. Katzung. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika.
Chandra Mohan. 2009. Antibiotics and Antibiotic Resistance. San Diego: EMD
Bioscience.
Departemen Farmakologi dan terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI.
Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The Mc. Graw
Hill Company. USA.
Ganiswara SG, Setiabudy, Suyatna FD dkk. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
http://www.merckmillipore.co.id/chemicals/antibiotik-pilihan-yang-lengkap-untuk-
penemuan-anda/c_UDib.s1O_24AAAEizv07mKus
Rahardjo, Rio. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2 Universitas Sriwijaya.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.