MAKALAH KELOMPOK 5

29
 MAKALAH PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA MENGANALISIS PUISI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dibimbing oleh Dr. Hi. Suwarjo, M. Pd. Oleh Kelompok 5 Andi Prasetya (1013053036) Faridhatul Khasanah (1013053053) Fenti Miftahul Jannah (1013053010)  PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UPP METRO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR 

Transcript of MAKALAH KELOMPOK 5

Page 1: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 1/29

 

MAKALAH PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

MENGANALISIS PUISI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

yang dibimbing oleh Dr. Hi. Suwarjo, M. Pd.

Oleh

Kelompok 5

Andi Prasetya (1013053036)

Faridhatul Khasanah (1013053053)

Fenti Miftahul Jannah (1013053010)

 

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UPP METRO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2012

KATA PENGANTAR 

Page 2: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 2/29

 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

 Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Menganalisis

Puisi” ini dengan baik. Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dibimbing oleh Dr. Hi. Suwarjo, M.Pd.

Di dalam makalah ini penulis menjelaskan tentang diksi dalam puisi, penyimpangan-

  penyimpangan bahasa puisi, tujuan penggunaan kebahasaan serta menjelaskan

tentang tujuan penggunaan gaya bahasa.

Penulis menyadari sesungguhnya masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini. Untuk itu, penulis mohon maaf apabila ditemui berbagai kesalahan di

dalamnya. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

 berkepentingan, Amin Ya Robbal ‘Alamin.

  Metro, April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Page 3: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 3/29

 

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................. 2

1.3. Tujuan ................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Teknologi Informasi......................................... 3

2.2. Pemanfaatan yang dipersepsikan (Perceived usefulness). . 4

2.3. Peranan Teknologi Informasi.............................................. 5

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pendidikan ...... 7

3.2. Beberapa Kendala dan Potensi Pengembangan............... 10

3.3. Pemanfaatan TI Sebagai Media Pembelajaran................. 11

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ........................................................................ 15

3.2. Saran ................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

Page 4: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 4/29

 

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap penyair untuk mengutarakan apa yang terkandung dalam hatinya

selalu terikat kepada kata-kata yang digunakannya. Seorang    penyair akan

mempunyai gaya yang berbeda dengan penyair lainnya dalam mengungkapkan

 buah pikiran yang akan dituangkan dalam karyanya. Penyair selalu berhati-hati

dengan penggunaan kata-kata, karena  pemilihan kata-kata sangat menentukan

kepadatan dan kejelasan bahasa  dalam karya puisi, dan memberi warna dalam

karya puisi tersebut. Hal ini  terjadi karena pilihan kata atau diksi selain

mengandung arti yang tersirat,  dan juga dapat menyentuh atau menggetarkan

 perasaan si pembaca atau  penikmatnya. Penyair sering menggunakan diksi untuk 

membangkitkan imageri dalam melukiskan sesuatu dalam karya puisinya. Setiap

orang tentu ingin  menyampaikan perasaan dan pendapatnya dengan sejelas

mungkin kepada orang lain. Kadang-kadang dengan kata-kata biasa belum begitu

 jelas menerangkan atau melukiskan sesuatu, maka dipergunakanlah  persamaan,

 perbandingan serta kata-kata kias lainnya.

Selain itu, terkadang terdapat penyimpangan-penyimpangan dalam

karya sastra puisi baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Penyair seringmengekspresikan curahan hati dan perasaannya ke dalam puisi, sehingga

terkadang banyak kata-kata yang tidak kita mengerti karena itu adalah bahasa si

 penyair. Gaya bahasa yang merupakan campuran yang tak dapat terpisahkan

dalam puisi juga patut kita cermati agar kita lebih mudah memahami sebuah

 puisi. Menganalisis puisi bukanlah hal yang mudah, kita harus mencermati poin-

 poin di atas.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti adalah :

Page 5: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 5/29

 

1. Bagaimana penggunaan diksi dalam puisi?

2. Bagaimana penyimpangan-penyimpangan bahasa puisi?

3. Apa tujuan penggunaan kebahasaan dalam puisi?

4. Apa tujuan penggunaan gaya bahasa dalam puisi?

1.3 Tujuan

Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui:

1. Penggunaan diksi dalam puisi.

2. Penyimpangan-penyimpangan bahasa puisi.

3. Tujuan penggunaan kebahasaan.

4. Tujuan penggunaan gaya bahasa.

Page 6: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 6/29

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Puisi

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari  poesis

yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini

adalah poetry yang erat dengan –poet dan - poem. Mengenai kata poet , Coulter 

(dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata  poet  berasal dari Yunani

yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata  poet 

 berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir 

menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang

yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf,

negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi

 puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris

sebagai berikut.

2.1.1. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata

yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang

setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang,

simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat

 berhubungannya, dan sebagainya.

2.1.2. Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat

musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang

merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupahingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti

musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.

2.1.3. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan

  perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau

diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih

merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.

Page 7: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 7/29

 

2.1.4.Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran

manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta

 berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun

secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat,

dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti

musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).

2.1.5. Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang

  paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang

sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti

kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan

kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya

merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.

Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan

  pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam

Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-

garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi,

imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata

kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

2.2. Unsur-Unsur dalam Puisi

Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi.

2.2.1.Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri

dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema ( sense), rasa ( feeling ), amanat

(intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi,

imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.

2.2.2. Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur 

fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur 

 batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.

2.2.3.Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak 

menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline

 buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi,

imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi,

verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.

Page 8: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 8/29

 

2.2.4. Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur 

 penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan

unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah

struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik 

 puisi.

2.2.5. Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3)

 bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (Badrun,

1989:6).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur 

 puisi meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7)

 bahasa figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini,

menurut pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur,

yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi

(diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima).

2.3. Pengertian Analisis

Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang

masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasiatau pemisahan dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang relevan

dari seperangkat data juga merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data

tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan pola-

  pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan

diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti.  Berikut ini adalah

 pengertian dan definisi analisis:

2.3.1. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

  penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk 

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan

2.3.2. ANNE GREGORY

Analisis adalah langkah pertama dari proses perencanaan

2.3.3. DWI PRASTOWO DARMINTO & RIFKA JULIANTY

Page 9: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 9/29

 

Analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya

dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk 

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

2.3.4. SYAHRUL & MOHAMMAD AFDI NIZAR 

Analisis berarti melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos atau

ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan yang

memungkinkan tentang perbedaan yang muncul.

2.3.5. WIRADI

Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti

mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan

dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari

kaitannya dan ditaksir maknanya.

2.3.6. KAMUS AKUNTANSI

Analisis adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos atau

ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan yang

memungkinkan tentang perbedaan yang muncul.

2.3.7. KOMARUDDIN

Analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan

menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen,

hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu

keseluruhan yang terpadu.

2.4. Pengertian Diksi

Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam

 puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat

mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat

mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,

keselarasan bunyi, dan urutan kata. Menurut wikipedia: “diksi” dalam arti

aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh

 penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan

dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar 

dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini

membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.

Page 10: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 10/29

 

Menurut KBBI, diksi berarti pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam

  penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek 

tertentu (seperti yang diharapkan).

Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa

  puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan

leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan

sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh

kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata

kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik). Hal ini

sesuai dengan pendapat pakar yang menyatakan, “membaca sanjak kita selalu

menghadapi keadaan yang paradoksal. Pada suatu pihak sebuah sanjak, atau

lebih luas sebuah karya sastra seni umumnya merupakan keseluruhan yang

 bulat, yang berdiri sendiri, yang otonom, dan yang boleh dan harus kita pakai

dan tafsirkan sendiri. (Teeuw, 1980:11).

Selain itu diksi dalam puisi mencerminkan kemampuan dan keluasan

wawasan pengarang dalam pemilihan dan penggunaan kata-kata yang tepat,

sehingga diksi dapat menentukan pesan suatu teks puisi sehingga dapat

diterima atau tidak oleh masyarakat (Hermintoto, 2003:23).

2.5. Pengertian Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang

dalam bertutur atau menulis. Pemakaian ragam bahasa tertentu digunakan

untuk memperoleh efek tertentu dari keseluruhan bahasa sekelompok penulis

sastra (Kridalaksana, 2001:63). Tarigan (2009:4) menyatakan bahwa gaya

 bahasa merupakan bentuk retorik , yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara

dan menulis untuk meyakinkan atau pengaruh penyimak dan pembaca. Secara

singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

konotasi tertentu, Dale dalam Tarigan (2009:4). Badudu (1975:70)

mengemukakan bahwa gaya bahasa adalah penggunaan kata-kata kiasan,

sindiran, perbandingan, dan sebagainya yang dimanfaatkan sebagai bahan

untuk mencapai plastik bahasa. Adapun plastik bahasa adalah daya melukis

yang tersembunyi pada kesanggupan pengarang memadu kata dengan kata,

memilih kata-kata, perbandingan-perbandingan yang tepat untuk memberi

Page 11: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 11/29

 

 bentuk pada lukisan itu. Dale & Warriner dalam Tarigan (2009:5) berpendapat

  bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk 

meningkatkan efek dan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu

 benda atau hal lain yang lebih umum. Dengan demikian, gaya bahasa tertentu

dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.

Gaya bahasa mempunyai cakupan yang sangat luas. Menurut

  penjelasan Harimurti Kridalaksana (Kamus Linguistik (1982), gaya bahasa

( style) mempunyai tiga pengertian, yaitu:

-  pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau

menulis;

- pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu;

- keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra.

Sementara itu, Leech dan Short (1981): mengemukakan bahwa gaya

 bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang

tertentu, untuk tujuan tertentu.

Page 12: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 12/29

 

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Diksi dalam Puisi

Hal yang paling menitikberatkan pada diksi adalah pembuatan puisi.

Begitu sakralnya puisi, terkadang sastrawan atau penulis akan terus

menyempurnakan sebuah puisi dalam beberapa waktu lamanya  Terkadang

menjadi ironi ketika pembaca atau penikmat sastra khususnya puisi

  beranggapan sederhana dalam proses kelahiran puisi. Penyair sering

menggunakan diksi untuk membangkitkan imajinasi dalam melukiskan sesuatu

dalam karya puisinya, tentu saja seorang penyair akan mempunyai gaya yang

 berbeda dengan penyair lainnya.  Begitulah para penyair menggunakan diksi

untuk memperjelas maksud serta menjelmakannya dalam karya puisi tersebut

sehingga lebih menarik, bahkan dapat menyentuh perasaan si pembaca. Diksi

atau pilihan kata menjadi satu hal yang pokok bagi seorang penulis atau

sastrawan dalam membuat karyanya. Dengan pilihan kata yang se-irama

dengan nada perasaan si Penulis. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan

kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat

  pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau

dirasakan oleh penulis. Sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan

menyangkut pula masalah makna kata dan kosakata seseorang. Kosakata yang

kaya memungkinkan penulis lebih bebas memilih-milih kata yang dianggapnya

 paling tepat.

Ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran penulis atau

 pembicara untuk megetahui bagaimana hubungan antara bentuk kata denganreferensinya. Sebenarnya diksi tidak hanya dipakai dalam menulis puisi. Dalam

menulis cerpen, novel, essai, artikel, sampai karya ilmiah sekalipun, diksi juga

diperlukan. Tapi baiklah kita membicarakan diksi dalam puisi saja kali ini

(sesuai dengan topik yang sedang menghangat di kompasiana saat ini).   Saya

sendiri senang menulis puisi dan menyadari salah satu unsur penting dalam

menulis puisi adalah pemilihan diksi. Karena puisi adalah bentuk karya tulis

yang tidak memakai banyak kata-kata, cendurung tidak deskriptif dan naratif,

Page 13: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 13/29

 

maka pemilihan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan maksud dan

nuansa tulisan haruslah dicermati dengan seksama. Termasuk di dalamnya

menghindari pengulangan kata yang sama terlampau sering, pemilihan sinonim

yang mewakili, sampai ke penggunaan tanda baca dan susunan bahasa.

Misalnya ketika kita ingin mengungkapkan rasa kesepian, kata mana yang akan

kita pilih; sunyi, diam, nelangsa, sendiri, sedih, sepi, senyap atau hening?

Meski berkonotasi sama, tiap kata yang terpilih akan memberi warna yang

 berbeda apabila disandingkan dengan kata-kata lainnya dalam keseluruhan

 puisi.

Bagaimana cara memilih diksi yang tepat? Dengan banyak membaca,

 baik itu puisi, artikel, novel, surat kabar sampai ke tulisan kritikan sekalipun.

Sebab membaca akan memperbanyak kosa-kata. Dengan mengetahui banyak 

kosa -kata, penulis puisi akan mempunyai pilihan yang lebih beragam dan

memberikan warna dan jiwa tersendiri bagi puisinya. Sekali lagi, diksi adalah

 pilihan kata, yang merupakan satu kesatuan dari keutuhan puisi. Jadi bukan

  berarti memakai kata-kata yang artinya baru diketahui setelah memeriksa

KBBI, lantas puisi tersebut baru dianggap keren dan mengandung nilai sastra.

Penyair-penyair besar Indonesia banyak menggunakan diksi yang sederhana

dan gampang dimengerti, tapi puisi yang dihasilkannya sungguh indah. Kita

ambil contoh puisi karya Sapardi Djoko Damono:

Perahu Kertas

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di

tepi kali; alirnya Sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan.

“Ia akan singgah di bandar-bandar besar,” kata seorang lelaki tua. Kau

sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar warna-warni di kepala.Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak 

 pernah lepas dari rindu-mu itu.

Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,

“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini

terdampar di sebuah bukit.”

(Perahu Kertas - Kumpulan Sajak, 1982)

Page 14: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 14/29

 

3.2. Penyimpangan-Penyimpangan Gramatikal dalam Puisi

3.2.1. Penyimpangan Kaidah Morfologi dalam Puisi Indonesia

Penyimpangan gramatikal terjadi pada  tataran morfologis  (1)

 bertujuan mendapatkan variasi stilistik   bentuk kata yang berkontras

dengan yang  digunakan masyarakat umum, (2) untuk   membentuk 

rima yang diinginkan, dan (3)  bertujuan mendapatkan konstruksi kata

yang  lebih sederhana (ringkas dan padat).  Untuk mencapai maksud

tersebut pada  umumnya penyair tidak lagi mengindahkan  rambu-

rambu watak idiosinkresi kata. Berikut ini contoh-contohnya.

-  Kata berafiks

Afiks-afiks yang terlibat terdiri atas (1)  prefiks meng -, (2) prefiks

ber -, (3) prefiks ter -, (4) prefiks se-, (5) sufiks an-, (6) konfiks kean,

(7) proklitik ku dan (8) enklitik -ku. Dalam  hal ini, bentuk-bentuk 

dasar yang lazimnya  diberi prefiks meng- ditukar dengan ber - dan

sebaliknya. Begitu pula bentuk-bentuk dasar   yang lazimnya diberi

afiks meng - kan dan atau meng - i dipangkas menjadi meng- saja.

Contoh: Bandingkan antara tipe bahasa puisi (lajur kiri) dan bahasa

 publik (lajur kanan) di bawah ini.

BAHASA PUISI BAHASA PUBLIK 

01) Tipe menyejuta <----- berjuta-juta

02) Tipe menghamil <--- mengandung

03) Tipe melari <----------- berlari

04) Tipe mengencana <--- mengendarai kencana , berkencana

05) Tipe berdahulu <---- berdahuluan

06) Tipe bertakut <---- berketakutan

07) Tipe berserah <------- menyerah, berserah diri

08) Tipe berberes <--- membereskan diri

09) Tipe berkendara <--- berkendaraan

10) Tipe berkesiap <-------- terkesiap

11) Tipe tersebab <----- disebabkan oleh

12) Tipe terdulu <------- terdahulu

13) Tipe terkaca <------- tercermin

Page 15: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 15/29

 

14) Tipe dirindu <----- dirindukan

15) Tipe sekejapan <------- selama sekejap

16) Tipe sematahari <--- setinggi matahari, selangit

17) Tipe semusti <----- semustinya

18) Tipe jauhan <-------- kejauhan

19) Tipe kepenuhan <---- pemenuhan, keadaan penuh

20) Tipe kumengingat <------- aku mengingat

21) Tipe mesraku <--- kemesraanku

22) Tipe sepiku <--- penyepianku

23) Tipe rintihmu <-- kerintihanmu

-  Kata bereduplikasi 

1) Tipe bermuka-muka <-- berhadap-hadapan

2) Tipe binasa-membinasa <----------- binasa-membinasakan

3) Tipe kediam-diaman <---------- kediaman-kediaman

4) Tipe kelam-membelam <--- menjadi kelam

5) Tipe memutih-putih <------- menjadi putih-putih

-  Kata berkomposisi 

Terdapat bentukan kata majemuk yang mungkin dapat mengisi

kekosongan atau memperluas daya ungkap bahasa ,Indonesia, seperti

 putih bisu dan dinding bisu yang sulit dicarikan padanannya dalam

 pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Bukankah pada pihak lain

kita telah dapat menerima ungkapan saksi bisu sebagai warga bahasa

Indonesia umum.

01) Tipe anggur dahaga anggur untuk menghilangkan dahaga

02) Tipe putih bisu03) Tipe pusat kutuk  pusat kutukan

04) Tipe bahagia anak kebahagiaan anak 

05) Tipe kabar percuma kabar kosong

06) Tipe leher tembaga leher beton, leher besi

07) Tipe mawar bibir  bibir mawar 

08) Tipe bisik bujuk  bisikan dan bujukan

09) Tipe langit lembayung langit kelabu

Page 16: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 16/29

 

10) Tipe semenit dua semenit atau dua menit

11) Tipe dinding tuli

3.2.2. Penyimpangan Kaidah Sintaksis dalam Puisi Indonesia

Kelainan-kelainan konstruksi sintaktis dalam puisi Indonesia secara

umum dintandai oleh gejala variasi urutan yang tidak biasa, pelesapan

morfem-morfem tertentu, dan pembentukan kombinasi-kombinasi

  baru yang tidak mengindahkan kaidah persesuaian bentuk bahasa

Indonesia.

-  Kelainan-kelainan konstruksi frasa

Agar jelas bagaimana bahasa puisi berkontras atau beroposisi dengan

 bahasa publik, di bawah ini diberikan contoh baasa puisi (lajur kiri)

dan padanan bahasa publik (lajur kanan):

 Frasa Nominal 

BAHASA PUISI BAHASAPUBLIK 

Itu kenangan kenangan itu

gembur subur tanahmu tanah gembur   suburmu

 jauh kota dan pulau kota dan pulau (yang) jauh

asin darah asinnya darah

kepala anakmu sulung kepala anak   sulungmu

malam embun basah malam (yang) berembun basah

 bayang-bayang berjuta berjuta juta bayang-bayang 

kami punya jiwa jiwa kami

 bumi yang siang bumi pada waktu siang 

seribu rindu beribu-ribu kerinduan

 Frasa Verbal 

mengenang lupa lupa mengenang, tiada mengingat 

ingin yang kulepas yang ingin kulepas

saat bumi olehnya diadili saat bumi diadili

oleh garis-garis jingga oleh garis-garis

tergores tergores jingga,

kami sudah coba sudah kami coba

Frasa Adverbial

Page 17: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 17/29

 

enam tahun sudah terpasung sudah enam tahun terpasung 

lama sudah dirambah sudah lama dirambah

ngeong tak sudah sudah tak berngeong 

 pergumulan batin pergumulan batin

seperti tak sudah seperti tidak selesai (berakhir)

Frasa Adjektival

keras membeku membeku (dengan) keras

 perkasa mengepak mengepak dengan  perkasa

damai berhubung berhubung dengan damai

mesra bunda mengelus bunda mengelus dengan mesra

 paling sendiri sungguh-sungguh seorang diri

 paling dendam paling mendendam

lebih bulan lebih bersifat bulan

lebih setan lebih bersifat setan

Frasa Preposisional

dalam nangis dalam keadaan menangis, waktu menangis

dalam mabuk dalam keadaan mabuk, waktu mabuk 

dalam malam waktu malam

ke aku kepadaku, kepada aku

 jatuh atas rumput jatuh di atas rumput 

-  Kelainan-kelainan konstruksi klausa

BHS. PUISI : naik mengepul debu (Pel/P/S)

BHS. PUBLIK:debu mengepul naik (S/P/Pel) debu mengepul ke atas

(S/P/K)

BHS. PUISI : kepada Allah tak sabar hati (K/P/S)

BHS. PUBLIK: hati tak sabar kepada Allah (S/P/K)

BHS. PUISI : menggelombang dalam dada darah (P/K/S)

BHS. PUBLIK: darah menggelombang dalam dada (S/P/K)

BHS. PUISI : menghempas aku di bumi keras (P/S/K/K)

BHS. PUBLIK: aku menghempas di bumi dengan keras (S/P/K/K)

BHS. PUISI : sinar pudar beca cari muatan (P/S/Pel)

BHS. PUBLIK: sinar beca pudar cari muatan (S/P/Pel)

Page 18: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 18/29

 

BHS. PUISI : menepis segar angin terasa (Pel/S/P)

BHS. PUBLIK: angin terasa menepis (dengan) segar (S/P/Pel)

BHS. PUISI : di mulutnya menetes lewat mimpi darah di cawan

(K/P/K/S/K)

BHS. PUBLIK: darah di mulutnya menetes lewat mimpi di cawan

(S/P/K/K)

BHS. PUISI : kita berpeluk ciuman tidak jemu (S/Pel/P)

BHS. PUBLIK: kita tidak jemu berpeluk ciuman (S/P/Pel)

BHS. PUISI : aku padamu menista saja (S/Pel/P)

BHS. PUBLIK: aku menista saja padamu (S/P/PEl)

BHS. PUISI : Tuhan, di pintumu aku mengetuk (K/S/P)

BHS. PUBLIK: Tuhan, aku mengetuk pintumu (S/P/0), Tuhan, aku

mengadu kepada-Mu (S/P/K)

BHS. PUISI : kau kubayangkan di sisiku ada (S/P/K/Pel)

BHS. PUBLIK: kau kubayangkan ada di sisiku (S/P/Pel/K)

BHS. PUISI : ia sematkan dengan mesra sebuah peniti (P/K/S)

BHS. PUBLIK: sebuah peniti ia sematkan dengan mesra (S/P/K)

3.2.3. Pola/Kaidah Penyimpagan Gramatikal dalam Puisi Indonesia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penulisan puisi Indonesia – 

sebagaimana diduga sebelumnya-- ternyata terpola. Dalam hal ini,

terdapat enam pola penyimpangan gramatikal, yaitu 1) pola pelesapan,

2) pola variasi urutan kata, 3) pola variasi sinonim/bentuk, 4) pola

analogi, 5) pola inkorporasi, dan 6) pola transposisi. Dalam

 penerapannya kadang-kadang antara satu pola dan pola yang lain

digabungkan. Misalnya, pola variasi urutan kata dan variasisinonim/bentuk masing-masing dapat disertai pola pelesapan; begitu

 pula pola variasi urutan kata dan pola variasi sinonim/bentuk dapat

diterapkan secara serentak.

- Pola Pelesapan

Sekurang-kurangnya terdapat empat kaidah yang dapat diturunkan

dari pola pelesapan ini, yaitu sebagai berikut:

Page 19: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 19/29

 

1) Dilesapkannya afiks-afiks tertentu yang biasanya terdapat dalam

 penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.

2) Dilesapkannya morfem atau konstituen ulang dari kata

reduplikasi.

3) Dilesapkannya morfem-morfem tertentu dari kata majemuk.

4) Dilesapkannya morfem-morfem tertentu pada frasa dan klausa.

Adapun afiks-afiks yang kerap dilesapkan, yaitu (1) prefiks meng -,

(2) sufiks -i, (3) sufiks -kan, (4) prefiks ber-, (5) afiks kean, (6)

sufiks -an, (7) prefiks se-, dan (8) sufiks -nya. Contoh-contoh dalam

 bentuk segmen (contoh lengkap pada disertasi):

(1) semakin nyala; cerlangi inihari; tahu tempatkan kasih

(2) menurun lembah; bumi hitam yang kucinta

(3) mengabur  pandang; hujan menebal jendela, menyanyi lagu

(4) Kucing digilas otolet // Darah; Danau Toba batu-batu

(5) hilang tuju; melepas penat ; membelah sunyi

(6) goda perempuan; sebuah bisik; membawa harap

(7) membuat pandangnya  sayu mungkin;  mengepung hidup hari-

hari; Ayolah buyung, kautembangkan pucung belum tidur 

(8) cicipi asin darah; mengukur luas laut; yang berabad lama

Upaya penyederhanaan bentuk kata  reduplikasi terdiri atas empat

 belas tipe, seperti  berikut ini:

01) apa-apa ---> apa

02) berpura-pura ---> berpura

03) seakan-akan ---> seakan

04) disia-siakan ---> disiakan05) tersia-sia ---> tersia

06) sia-siakan ---> siakan

07) menggebu-gebu ---> menggebu

08) terlunta-lunta ---> terlunta

09) pohon-pohonan ---> pohonan

10) kejar-kejaran ---> kejaran

11) remang-remang ---> remang

Page 20: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 20/29

 

12) daun-daunan ---> dedaunan

13) buah-buahan ---> bebuah

14) seluk-beluk ---> seluk 

Selanjutnya, diberikan contoh-contoh  bentuk komposisi yang diperas

dari konstruksi yang lebih panjang:

1) hanyut kemudian hilang ---> hanyut hilang

2) berhubungan dengan damai ---> damai  berhubung

3) bulat dan panjang ---> bulat panjang

4) terbakar dan menyala ---> terbakar menyala

5) berkembang biak ---> berbiak 

6) bersenda gurau dan bercubit-cubitan --->  bersenda-cubitan

Gejala pemendekan juga terdapat dalam  puisi, yaitu terdiri atas (a)

aphaeresis, (b)  sinkope, dan (c) apokope. Contoh:  (a) aku ---> 'ku,

halaman ---> laman,  akan ---> 'kan, (b) cahaya ---> caya,  bahagia

---> bagia , (c) putih-putih ---> puti-puti.

Untuk mendapatkan konstruksi frasa dan klausa yang lebih singkat

dan padat (sederhana), dilakukan pelesapan morfem morfem

tertentu, yang terdiri atas sebagai berikut.

a.  preposisi: dengan, untuk, agar supaya,  sebagai seperti bagaikan

ala, mengenai, dan dalam. Contoh:

(01) Batu-batunya [ ] tekun kau susun kembali. [dengan]

(02) Kita beragitasi, berpesta dan berkencan [ ] melu pakan

sengitnya ujian. [untuk]

(03) Doakan si anak [ ] teringat pulang. [agar/supaya]

(04) Dan kau akan tinggal [ ] sebungkah lumpur lekat di kayu.[ sebagai/seperti/bagaikan]

(05) Aku pernah sangsi [ ] kemerdekaan. [mengenai]

(06) Kemudian ada tetes infus terus mengarus ke [ ] buh kaku.

[dalam]

b. konjungsi: dan, yang, bahwa, kalau, waktu, dan sehingga.

Contoh:

Page 21: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 21/29

 

(01) Tapi jubahku terlepas [ ] jatuh ke laut terjaring jala nelayan

yang merobeknya jadi layar. [dan]

(02) Di depan gerbangmu [ ] tua. [ yang ]

(03) Aku cemas hujan [ ] tidak akan datang. [bahwa]

(04) [ ] kecilnya dulu meremasi susuku // kini letih pulang ke

ibu. [waktu, kalau]

(05) Aku terpanggang [ ] tinggal rangka. [ sehingga]

c. adverbia (aspek): sudah

(1) [ ] lama bintang tak muncul gadis di pelukan orang.

d. verba kopula: menjadi

(01) Carla pernah [ ] janda, kini kawin kedua.

e. verba lokatif: ada dan terdapat 

(01) Di pojok [ ] sepasang sepatu tua.

-  Pola variasi urutan kata

Pada tingkat frasa terdapat variasi DM --> MD dan sebaliknya,

sedangkan pada tingkat klausa terdapat variasi struktur fungsional,

S/P---> P/S dan S/P/P ---> Pel/P/S atau S/Pel/P. Bahkan, pada

tingkat kata terdapat variasi urutan suku kata , misalnya kasihku

kawin --->winka sihkaku (Sutardji).

- Pola variasi sinonim/bentuk 

Pola variasi sinonim/bentuk ini ditandai oleh usaha substitusi secara

 paradigmatis terhadap kata atau frasa tertentu yang dianggap sudah

klise dengan kata atau frasa lain yang bersinonim. Bahkan, termasuk 

dalam hal ini pergantian antarafiks yang dinilai mempunyai

kemiripan dari segi peran (semantis), misalnya pertukaran posisi

 prefiks meng- dan berberjuta-juta ---> menyejuta; mengering 

--->berkering serta pergantian afiks di-kan dengan ter (disebabkan

oleh ---> ter-sebab). Contoh lain:

Menyimpan

Menyembunyikan

memendam ---> menghamil

dendam

Page 22: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 22/29

 

menaruh

mengandung

menyimpan duka cita

menyembunyikan kesedihan ---> memendam

nestapa

memendam nestapa

hitam

gelap

malam kelam malam buram ---> buram

malam

suram

 buram

-  Pola analogi

Banyak tempaan kreatif dihasilkan dengan cara analogi, yaitu

megambil contoh bentuk tertentu yang telah ada. Misalnya:

 Dasar analogi Bentuk tempaan

mengelupas mengeluar (darah)

semalaman sekejapan

selangit sematahari

 pepatah bebuah, wewarna,

cecabang, bebuah

saksi bisu putih bisu, lengang bisu,

tembok bisu

-  Pola inkorporasi 

Inkorporasi ini merupakan salah satu cara memadatkan maknadengan meleburkan dua kata atau lebih dari kategori kata yang

 berlainan melalui pendayagunaan afiks-afiks tertentu. Contoh:

mengeluarkan hawa dendam ---> menghawa dendam

mengendarai kencana ---> mengencana

cari-cari muka ---> bermuka-muka

setinggi matahari ---> sematahari

menjadi berjuta-juta ---> menyejuta

Page 23: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 23/29

 

menjadi putih-putih ---> memutih putih

mempunyai kesempatan ---> bersempat

- Pola transposisi

Termasuk juga pemerlain, yaitu memperilakukan nomina sebagai

adjektiva dengan bantuan kata  yang, lebih atau  paling  misalnya

bumi yang siang, lebih bulan, dan   paling sendiri. Penyimpangan

gramatikal tersebut terjadi karena ingin mendapatkan bentuk bahasa

yang singkat, padat (makna), dan mengandung kelainan ataupun

kebaruan, serta mendapatkan rima yang sesuai. Untuk maksud

tersebut, penyair tidak perlu menciptakan afiks-afiks baru ataupun

kosakata baru. Yang diperlukan hanyalah kreativitas yang tinggi

serta kepekaan estetika untuk menghasilkan atau menempa

kombinasi-kombinasi terbaru sehubungan dengan pembentukan kata

 berafiks, kata bereduplikasi, kata majemuk, dan penataan konstruksi

frasa dan klausa atau kalimat. 0leh karena itu, penyair penting

menguasai seluk-beluk gramatika bahasa yang digunakan

(Indonesia). Dengan demikian, kendala keterbatasan bahasa teratasi

dengan sendirinya.

3.3. Tujuan Penggunaan Kebahasaan

Penggunaan bahasa dalam menggambarkan perasaan dapat kita lihat

 pada karya sastra. Seperti yang dapat kita temukan dalam bentuk puisi. Karya

sastra sebagai salah satu bentuk kreasi seni yang menggunakan bahasa sebagai

wahana penuturnya, khususnya dalam mengutarakan perasaan. Sebagai contoh,

saya mengambil beberapa baris Puisi J.E. Tatengkeng yang berjudul "Anakku".

Ya, kekasihku..........

 Engkau datang mengintai hidup,

 Engkau datang menunjukkan muka.

Tetapi sekejap matamu kau tutup,

 Melihat terang anakda tak suka.

Engkau yang dugambarkan sebagai kekasih yang datang mengintai hidup,

dalam puisi ini seorang ayah melukiskan anaknya dalam keputusasaan kepada

anaknya yang durhaka. Anak tersebut tidak pernah mengabari kedua orang

Page 24: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 24/29

 

tuanya dari perantauan (Kau diam anakku, kami kau tinggalkan) sampai-

sampai ketika ibunya terbaring sakit, dia juga tidak perduli, seperti kita lihat

 pada baris berikutnya.

Sedikitpun matamu tak mengerling,

 Memandang ibumu sakit berguling,

 Air-matamu tak bercucuran,

Tinggalkan ibumu tak penghiburan.

Sampai kepada dia pulang mengunjungi ibunya yang terbaring sakit, dia tidak 

terlalu perduli, tidak sedikitpun si anak merasa bersalah. Sampai dia pergi lagi.

sedikit penyesalan dan rasa sedihpun tidak ada dia tunjukkan. Sampai akhirnya

ayahnya merelakan atau menyerahkan anaknya kepada Tuhan. Yang terlihat

 pada baris terakhir.

 Anak kami Tuhan berikan,

 Anak kami Tuhan panggilkan,

 Hati kami Tuhan hiburkan

 Nama Tuhan kami pujikan.

Pada bait terakhir ini si ayah lebih takut akan Tuhan daripada kehilangan si

anak. Karena dia percaya si anak adalah pemberian dari Tuhan. Dalam puisi

ini, peyair menggambarkan bagaimana perasaan seorang ayah yang telah di

durhakai oleh anaknya sendiri Ferdinaen Saragih.

Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau

ditentukan oleh konvensi (perjanjian) masyarakat. Meskipun demikian, ketika

 bahasa digunakan dalam karya sastra, bahasa kemudian disesuaikan dengan

aturan dalam sastra. Dipandang dari konvensi bahasa, konvensi sastra itu

merupakan konvensi tambahan Di antara konvensi-konvensi tambahan ituadalah konvensi bahasa kiasan (  symbolic extrapolation) Preminger (dalam

Pradopo 2002:209). Kemunculan bahasa dalam karya sastra lebih banyak 

didominasi bahasa kiasan, yaitu bahasa yang banyak mempergunakan suatu arti

dalam kata/ kalimat untuk menunjuk suatu hal yang jauh dari arti harfiahnya.

Penunjukan arti yang jauh dari arti harfiahnya ini menimbulkan

ketidaklangsungan dalam aturan sastra disebut sebagai ketidaklangsungan

ekspresi.

Page 25: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 25/29

 

3.4. Tujuan Penggunaan Gaya Bahasa

Penggunaan gaya bahasa sebenarnya untuk melukiskan sesuatu

maksud tanpa untuk membentuk plastik bahasa. Plastik bahasa adalah daya

cipta pengarang dalam membuat cipta sastera dengan mengemukakan

  pemilihan kata yang tepat. Berikut adalah fungsi dari peenggunaan gaya

 bahasa: (1) Menarik perhatian pembaca, (2) Penekanan terhadap pesan yang

disampaikan. Sebenarnya, apakah fungsi penggunaan gaya bahasa? Pertama-

tama, bila dilihat dari fungsi bahasa, penggunaan gaya bahasa termasuk ke

dalam fungsi puitik, yaitu menjadikan pesan lebih berbobot. Pemakaian gaya

 bahasa yang tepat (sesuai dengan waktu dan penerima yang menjadi sasaran)

dapat menarik perhatian penerima. Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat,

maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka. Misalnya apabila dalam

novel remaja masa kini terdapat banyak gaya bahasa dari masa sebelum

kemerdekaan, maka pesan tidak sampai dan novel remaja itu tidak akan disukai

  pembacanya. Pemakaian gaya bahasa juga dapat menghidupkan apa yang

dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa dapat mengemukakan gagasan

yang penuh makna dengan singkat.. Seringkali pemakaian gaya bahasa

digunakan untuk penekanan terhadap pesan yang diungkapkan.

Selama ratusan tahun telah dilakukan penelitian tentang hal ini.

Berbagai klasifikasi dikemukakan, tentu bukan tempatnya di sini diajukan

  pendapat para ahli yang simpang-siur itu. Ducrot dan Todorov dalam

  Ditionnaire encyclopédique des sciences du langage (1972) mengemukakan

antara lain klasifikasi menurut tataran bahasa, yaitu:

- tataran bunyi dan grafis (misalnya asonansi, aliterasi, dan lain-

lain)- tataran sintaksis (misalnya inversi, kalimat tak langsung yang

 bebas, dan lain-lain)

- tataran semantik (metafora, ironi, dan lain-lain)

Ada jenis gaya bahasa yang dapat muncul dalam ketiga kategori di

atas; misalnya pengulangan, bisa termasuk ke dalam ketiga kategori tersebut.

Selanjutnya yang akan dibicarakan lebih lanjut di sini adalah tataran yang ke

tiga, yaitu tataran semantik. Gaya bahasa pada tataran ini biasa disebutmajas

.

Page 26: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 26/29

 

Dalam tulisan ini, kata majas dipakai sesuai dengan apa yang dimaksud dengan

trope (Perancis) yaitu kata atau ungkapan yang digunakan dengan makna yang

menyimpang dari makna yang biasa digunakan. Telah banyak pembahasan

tentang hal ini. Berbagai usaha penjelasan telah dilakukan, namun tetap belum

memadai. Masih banyak penjelasan yang perlu dilakukan, baik secara

linguistik, maupun dari aspek komunikasinya. Tulisan ini hanya merupakan

suatu upaya pemahaman beberapa majas melalui proses pembentukannya.

Menurut Kerbrat-Orecchioni (1986: hal. 94), semua jenis makna yang

mengandung implisit dalam konteks tertentu dapat membentuk kehadiran

majas. Menurut pendapatnya, majas hanyalah suatu kasus khusus dari fungsi

implisit (dalam metafora, metonimi, sinekdoke, litotes, ironi, dan lain-lain).

Dalam majas, bentuk yang implisit bersifat denotatif dan bentuk yang

menggantikannya bersifat konotatif. Di sini tidak akan dikemukakan

keseluruhan majas, karena hal itu akan luas sekali, melainkan hanya akan

ditampilkan beberapa macam majas yang sering digunakan. Majas dapat

diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Beberapa pakar, antara lain

Moeliono dalam bukunya  Kembara Bahasa (1979), telah mengemukakan

klasifikasi sebagai berikut:

- Kelompom Gaya Bahasa Perbandingan

• Perumpamaan

• Metafora

• Personifikasi

• Depersonifikasi

• Alegori

• Antitesis

• Pleonasme/Tautologi

• Perifrasis

• Antisipasi/Prolepsis

• Koreksi/Epanortosi

- Kelompok Gaya Bahasa Pertentangan

• Hiperbola

• Litotes

• Ironi

• Oksimoron

• Paronomasia

• Paralepsis

• Zeugma dan Silepsis

• Satire

Page 27: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 27/29

 

• Inuendo

• Antiprasis

• Paradoks

• Klimaks

• Antiklimaks

• Apostrof 

• Anastrof atau Inversi

• Apofasis atau Preterisio

• Histeron Proteron

• Hipalase

• Sinisme

• Sarkasme

- Kelompok Gaya Bahasa Pertautan

• Metonimia

• Sinekdoke

•Alusi

• Eufimisme

• Eponim

• Epilet

• Antonomasia

• Erotesis

• Pararelisme

•Elipsis

• Gradasi

• Asindeton

• Polisindeton

- Kelompok Gaya Bahasa Perulangan

• Aliterasi

• Asonansi

• Antanaklasis

• Kiasmus

• Epizeukis

• Tautotes

• Anafora

• Epitrofa

• Simploke

• Mesodilopsis

• Epanalepsis

• Anadiplosis

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Page 28: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 28/29

 

4.1.1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Ekonomi dunia menuntut

  perubahan sistem pendidikan nasional secara revolusioner. Hal ini

dibutuhkan untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas,

manusia yang memiliki modal intelektual yang mampu bersaing dalam

 percaturan ekonomi global.

4.1.2.Untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang harus

dilakukan dengan memperbaiki kondisi pendidikan. Tanpa pendidikan

 berkualitas kecil kemungkinan menghasilkan lulusan berkualitas.

4.1.3. Sebagai tutor, komputer digunakan antara lain untuk menampilkan,

menjelaskan konsep dan ide.

4.2. Saran

4.2.1. Bagi pendidik, sebaiknya lebih intensif mengajarkan peserta didiknya

tentang program komputer agar ke depannya dapat bersaing di masa

yang akan datang.

4.2.2. Bagi peserta didik, sebaiknya lebih sering mencoba atau melihat cara

membuat program komputer agar nantinya tidak menjadi orang yang

 buta akan teknologi.

4.2.3.Bagi pembaca, diharapkan dapat mempelajari ilmu pengetahuan

matematika komputer tentang bagaimana menjadi tutor dengan

menggunakan aplikasi komputer yang baik dan terampil.

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: MAKALAH KELOMPOK 5

5/15/2018 MAKALAH KELOMPOK 5 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kelompok-5 29/29

 

Abduk Kadir & Terra CH. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi. Andi Offset.

Yogyakarta

Bobby DePorter. 1999. Quantum Learning . Kaifa. Jakarta

Gordon Dryden & Dr. Jeannnette Vos. 1999. Revolusi Cara Belajar . Kaifa. Jakarta

Budi Sutejo Dharma, S.Kom. 2002. e-Educationn. Andi Offset. Yogyakarta.

Jurnal Teknodik. No. 10/VI/Teknodik/Okoteober/2002. Pustekkom Depdiknas.

 _____________. 1999. Quantum Teaching . Kaifa. Jakarta

Hari Suderajat.DR. 2003.   Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Cipta

Cekas Grafika. Bandung

Jalaludin Rakhmat,DR. 1997.  AFTA Mengancam Pendidikan Kita. Rosda Remaja

Karya. Bangung

Onno W. Purbo, DR. 2002. Teknologi e-Learning . Elex Media Komputindo.

Jakarta.

Suprayekti, M.Pd. 2003. Interaksi Belajar Mengajar . Dpdiknas. Jakarta

S. Nasution, DR. Prof. 1982.   Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar &

 Mengajar. Bumi Aksara.Jakarta.

CP : [email protected]

Zamroni. DR. 2001.   Paradigma Pendidikan Masa Depan. Bigraf Publishing.

Yogyakarta.