makalah ABK kelompok 5 final.docx

36
UNIVERSITAS INDONESIA TREN DAN ISU DALAM KEPERAWATAN ANAK ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS Disusun Oleh Kelompok V 1 Erni Setiyowati 1306345762 2 Ika Herya Kusmawati 1306345945 3 Tati Setyawati Ponidjan 1306346255 4 Yunita Muliasari 1306346443

Transcript of makalah ABK kelompok 5 final.docx

Page 1: makalah ABK kelompok 5 final.docx

UNIVERSITAS INDONESIA

TREN DAN ISU DALAM KEPERAWATAN ANAK

ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Disusun Oleh

Kelompok V

1 Erni Setiyowati 1306345762

2 Ika Herya Kusmawati 1306345945

3 Tati Setyawati Ponidjan 1306346255

4 Yunita Muliasari 1306346443

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA2013

Page 2: makalah ABK kelompok 5 final.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan organisasi internasional

yang keanggotaannya diwakili oleh semua Negara yang ada di dunia.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan oleh PBB pada

bulan September tahun 2000 menggulirkan suatu kesepakatan internasional

yang disepakati oleh 189 negara anggota PBB. Kesepakatan internasional

tersebut adalan Millenium Development Goal (MDGs) yang dalam bahasa

Indonesia dapat diterjemahkan sebagai tujuan pembangunan millennium.

Majelis Umum PBB kemudian melegalkannya ke dalam resolusi Majelis

Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 55/2 Tanggal 18 September

2000 tentang Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pelaksanaan

MDGs sangat membantu negara berkembang untuk meningkatkan

pencapaian nasionalnya. Secara ringkas arah pembangunan yang disepakati

secara global meliputi menghapuskan kemiskinan dan kelaparan berat,

mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang, mempromosikan

kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan kematian

anak, meningkatkan kesehatan maternal, melawan penyebaran HIV/AIDS

dan penyakit kronis lainnya (malaria dan tuberkulosa), menjamin

keberlangsungan lingkungan, dan mengembangkan kemitraan global untuk

pembangunan. Menilik dari tujuan MDGs tersebut maka pemerintah

Indonsia berupaya keras dalam melaksanakannya.

Page 3: makalah ABK kelompok 5 final.docx

Anak merupakan pribadi yang unik dan dalam memperlakukannya tidak

dapat disamakan dengan orang dewasa. Anak dilahirkan dengan berbagai

macam karakteristik. Anak mengalami proses tumbuh kembang yang

dimulai sejak dari dalam kandungan, masa bayi, balita, usia sekolah, dan

remaja. Setiap tahapan proses tumbuh kembang anak mempunyai ciri khas

tersendiri sehingga jika terjadi masalah pada salah satu tahapan tumbuh

kembang tersebut akan berdampak pada kehidupan selanjutnya. Tidak

semua anak mengalami proses tumbuh kembang secara wajar sehingga

terdapat anak yang memerlukan penanganan secara khusus. Anak

berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam

jenis dan karakteristiknya yang membedakan mereka dari anak-anak normal

pada umumnya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk membahas tentang tren

dan isu terkait konsep keperawatan anak denga kebutuhan khusus dan

berfokus pada pencapaian MDGs

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari makalah ini antara lain:

a. Menjelaskan anak dengan kebutuhan khusus

b. Menjelaskan anak dengan autis yang merupakan tren dan isu pada

anak dengan kebutuhan khusus di Indonesia

c. Menjelaskan tentang pendidikan anak dengan autis

Page 4: makalah ABK kelompok 5 final.docx

d. Menjelaskan peran perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada anak dengan autis berfokus pada keluarga

1.3 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang penulisan, tujuan penulisan,

dan sistematika penulisan

BAB II Isi meliputi anak dengan kebutuhan khusus, anak dengan autis,

pendidikan anak dengan autis, dan peran perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada anak dengan autis berfokus pada keluarga

BAB III Penutup berisi kesimpulan dan saran

Page 5: makalah ABK kelompok 5 final.docx

BAB II

ISI

2.1 Anak dengan Kebutuhan Khusus

Menurut Newacheck, dkk, anak dengan kebutuhan khusus adalah anak

yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami kondisi fisik,

perkembangan, perilaku atau emosional khusus dan yang juga memerlukan

layanan kesehatan dan layanan lain yang terkait, dalam jenis atau jumlah

yang lebih dari yang dibutuhkan anak lain pada umumnya (Wong L.W,

Hockenberry M, 2009). Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus menurut

Kementerian Kesehatan Republik Indonseia (2010) adalah anak yang

mengalami hambatan fisik dan/atau mental sehingga mengganggu

pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar dan anak yang akibat

keadaan tertentu mengalami kekerasan, penelantaran termasuk eksploitasi

seksual dan anak korban TPPO, Anak Berhadapan dengan Hukum di

Lapas/Rutan, di jalanan/pekerja anak, anak dari kelompok

minoritas/terisolasi/terasing yang memerlukan penanganan secara khusus.

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus yang dapat disimpulkan yaitu anak

yang mengalami atau beresiko mengalami hambatan baik fisik dan/atau

mental sehingga mengalami gangguan pertumbuhan den perkembangan.

Anak dengan kebutuhan khusus dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar

antara lain:

Page 6: makalah ABK kelompok 5 final.docx

a. Masalah kesehatan yang dibawa sejak lahir atau kelainan kongenital,

seperti down syndrome, cerebral palsy, hypotiroid congenital, anak

dengan autis dan kecatatan lainnya.

b. Masalah kesehatan yang didapat akibat kondisi tertentu seperti

terjadinya kekerasan dan penelantaran anak dan konsekuensinya terjadi

pelanggaran hukum (Kemenkes RI,2010, pg. 4)

Ada istilah-istilah yang berkenaan dengan anak yang memiliki kebutuhan

khusus antara lain:

a. Penyakit Kronis

Suatu kondisi yang mempengaruhi fungsi harian selama lebih dari 3

bulan dalam 1 tahun,menyebabkan hospitalisasi selama lebih 1 bulan

dalam 1 tahun, atau (pada saat diagnosis dibuat) terjadi salah satu

kondisi ini.

b. Cacat Kongenital

Suatu kecacatan yang telah ada sejak lahir, tetapi tidak selalu bersifat

turunan.

c. Keterlambatan perkembangan

Suatu keterlambatan maturasi ; tingkat perkembangan tidak normal dan

lebih lambat dengan tingkat fungsi yang ditunjukkan anak berada

dibawah tingkat fungsi anak normal yang telah diamati dan berusia

sama.

d. Ketidakmampuan perkembangan

Setiap ketidakmampuan mental dan atau fisik yang muncul sebelum usia

22 tahun dan cenderung berlanjut untuk waktu yang tidak terbatas.

Page 7: makalah ABK kelompok 5 final.docx

e. Ketidakmampuan

Keterbatasan fungsional yang mempengaruhi kemampuan seseorang,

misalnya berjalan,mengangkat, mendengar atau belajar.

f. Cacat

Suatu kondisi atau rintangan yang dibebankan oleh masyarakat,

lingkungan, atau diri sendiri, bukan suatu sinonim untuk

ketidakmampuan.

g. Kerusakan

Kehilangan atau abnormalitas struktur atau fungsi

h. Anak yang tergantung teknologi

Anak yang sejak lahir sampai usia 21 tahun menderita ketidakmampuan

kronis yang membutuhkan penggunaan rutin alat-alat medis untuk

mengompensasi hilangnya fungsi tubuh yang menunjang kehidupan,

perawatan dan atau pemantauan harian yang terus menerus dilakukan

oleh personel terlatih.(Wong L.W, Hockenberry M, 2009, pg 655)

Keluarga yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus tentu akan berbeda

dengan keluarga yang dengan anak normal. Ada beberapa dampak yang akan

terjadi pada keluarga yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus antara

lain:

a. Bagi keluarga

Waktu, energi, dan sumber keuangan orang tua dibutuhkan dalam

jumlah yang sangat besar. Bergantung pada peran yang ditanggung oleh

setiap orang tua, tanggung jawab ini mungkin dibagi atau dibebankan

lebih besar kepada satu orang keluarga. Dalam pembagian tugas, orang

Page 8: makalah ABK kelompok 5 final.docx

tua seringkali membagi dalam cara yang spesifik, berdasarkan

ketrampilan dan tingkat kenyamanan mereka. Dalam keluarga yang lain,

perubahan peran berarti menambah tanggung jawab untuk satu orang

tua. Misalnya ibu bekerja merasa perlu untuk terus bekerja agar dapat

membantu membiayai pengeluaran, tetapi ia juga mendapat beban

tambahan untuk mengurus anak lain dan tanggung jawab dirumah. Hasil

akhir dapat menjadi konflik pernikahan, jika seorang pasangan

menganggap tanggung jawab yang dipikulnya tidak sama. Selain itu

pasangan yang tidak terlibat dalam aktivitas perawatan merasa

diabaikan, karena seluruh perhatian diberikan pada anak. Selain itu

stressor yang dapat ditemukan pada keluarga adalah : ketakutan akan

kematian anak, sifat penyakit yang diturunkan (jika ada), takut akan

kehamilan.

b. Bagi anak

Reaksi anak terhadap penyakit kronis atau ketidak mampuan sebagian

besar bergantung pada tingkat perkembangan, tempramen dan

ketersediaan mekanisme koping anak.

a) Bayi

Penyakit dan atau ketidak mampuan seringkali merusak kemampuan

motorik anak dengan membuat anak terbaring di tempat tidur dan

mengurangi kontak dengan lingkungan. Kurangnya sensasi yang

menyenangkan dapat menyebabkan anak menjadi irritable dan tidak

bahagia

b) Toddler

Page 9: makalah ABK kelompok 5 final.docx

Penyakit dan atau ketidak mampuan dapat menghalangi mobilitas

dan menghilangkan kemampuan yang telah dikuasai anak. Selain itu

orang tua yang terlalu melindungi dapat memperbesar masalah

dengan menciptakan batasan pada eksplorasi dan eksperimentasi

anak terhadap rasa takut akan cedera atau takut berupaya. Bahkan

ketrampilan yang paling mendasar seperti makan,berpakaian

mungkin dilakukan untuk anak. Tugas sesuai usia seperti toilet

training mungkin terlambat.

c) Prasekolah

Gangguan dapat membatasi pembelajaran anak prasekolah mengenai

lingkungan, terutama dalam hal perkembangan social. Anak

prasekolah yang memiliki penyakit kronis yang aktivitasnya dibatasi

di rumah mungkin lambat untuk mengembangkan ketrampilan yang

berguna dalam kelompok atau lingkungan sekolah. Salah satu

pengaruh penting adalah perasaan bersalah bahwa mereka yang

menyebabkan keadaan berlaku buruk. Rasa bersalah ini dapat

mempengaruhi perkembangan harga diri anak yang rapuh.

d) Usia sekolah

Kerusakan fisik dapat sangat mempengaruhi kemampuan anak untuk

berhasil dan bersaing. Misalnya ketidakmampuan fisik dapat

menghalangi partisipasi dalam olah raga, dan sering tidak masuk

sekolah akibat sakit, dapat menempatkan anak pada kerugian

akademik. Mengulangi kelas karena tidak naik kelas dapat

membebani anak dengan perasaan malu, tidak adekuat dan

Page 10: makalah ABK kelompok 5 final.docx

inferioritas. Teman sebaya semakin mempengaruhi pandangan anak

usia sekolah terhadap diri dan harga diri mereka sendiri.Siapapun

yang menyebut anak sebagai “berbeda” dapat mempengaruhi rasa

memiliki mereka terhadap kelompok.

e) Masa remaja

Penyakit dan atau ketidak mampuan pada waktu ini mempengaruhi

rasa penguasaan dan pengendalian atas perubahan tubuh remaja.

Tahap perkembangan mereka berbeda ketika menjadi berbeda adalah

hal yang tidak diterima dalam kelompok teman sebaya, yang

mungkin memandang ketidakmampuan sebagai ancaman terhadap

keseragaman kelompok. Pada kenyataannya, remaja yang

mempunyai perbedaan fisik cenderung menyalahkan dirinya karena

mempunyai sesuatu yang buruk pada dirinya. Penampilan,

ketrampilan dan kemampuan sangat dihargai oleh teman sebaya.

Menurut WHO diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak

berkebutuhan khusus dari populasi anak, termasuk di Indonesia

(Kemenkes RI,2010 pg. 4). Salah satu masalah anak berkebutuhan khusus

yang lazim terjadi di Indonesia adalah Autis. Jumlah kasus Autis yang

terjadi di Indonesia masih bersifat sporadis, belum ada angka pasti jumlah

akumulasi. Angka yang bisa kita lihat adalah yang berasal dari pusat-pusat

laporan dari dokter yang menangani kasus autis. Paling tidak saat ini ada

tren peningkatan sekitar 3-5 kasus baru pertahun.. Autis merupakan

gangguan pada tumbuh kembang anak. Seorang anak yang mengalami

autis sebetulnya sudah dapat dikenali sejak memasuki usia kanak-kanak.

Page 11: makalah ABK kelompok 5 final.docx

Di kota-kota besar dengan berkembangnya tehnologi, informasi sekarang

ini masyarakat sudah mulai awere dengan dengan keberadaan anak

berkebutuhan khusus. Namun, di daerah-daerah masih banyak masyarakat

yang belum mengetahui permasalahan autis. Pada bab berikut kelompok

akan membahas mengenai autis dan perawatannya.

2.2 Anak dengan Autis

Autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang sangat beragam

yang ditandai dengan adanya tiga gejala, yaitu gangguan interaksi sosial,

komunikasi, dan tingkah laku yang terbatas dan berulang, terjadi sebelum

anak berusia tiga tahun (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2011). Autisme

adalah gangguan perkembangan pervasif, gejalanya meliputi perbedaan dan

gangguan di berbagai bidang, seperti: keterampilan komunikasi sosial,

keterampilan motorik halus, dan terkadang keterampilan intelektual (Rudy,

2009). Autisme adalah gangguan yang paling banyak ditemui di Autism

spectrum disorders (ASDs) dimana autisme ini merupakan gangguan

kompleks, dengan penyebab terbanyak salah satunya faktor genetik (James

et all, 2013). Jadi dapat disimpulkan autisme merupakan gangguan

perkembangan pervasif pada anak sebelum berusia 3 tahun, dengan gejala

gangguan komunikasi, interaksi sosial, dan perubahan tingkah laku.

National institute of environmental health science (NIEHS) tahun 2011,

melalui perkembangan penelitian mengidentifikasi mutasi genetik termasuk

faktor genetik dan genomik berhubungan dengan autisme (James et all,

2013). Mutasi genetik memberikan kontribusi pada gangguan autisme.

Page 12: makalah ABK kelompok 5 final.docx

Pertama, mutasi spontan berkaitan dengan keluarga pada satu kasus autisme.

Kedua, yang diwarisi, berkaitan dengan keluarga dengan anggota keluarga

yang banyak berpengaruh pada gangguan autisme ini. Autisme didapat dari

aspek neurobiologis dengan gangguan biologis dan emosional (Raviola et

all, 2011 dalam James et all, 2013.

UNESCO (2011) melaporkan, tercatat 35 juta orang penyandang

autisme di seluruh dunia. Ini berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia

mengidap autisme. Penelitian Center for Disease Control (CDC) di Amerika

(2008), menyatakan bahwa perbandingan autisme pada anak umur 8 tahun

yang terdiagnosa dengan autisme adalah 1:80. Di Asia, penelitian Hongkong

Study (2008) melaporkan tingkat kejadian autism dengan prevalensi 1,68 per

1000 untuk anak di bawah 15 tahun. Di Indonesia, bila merujuk pada data

dari Badan pusat statistik tahun 2010, diperkirakan terdapat lebih dari 112

ribu anak penyandang autisme pada rentang usia 5-19 tahun (Dirjen Bina

Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Autisme dapat menjadi ketidakmampuan yang berat, gangguan

perkembangan seumur hidup yang dikarakteristikkan dengan

ketidakmampuan kualitatif dalam bidang perkembanganantara lain

gangguan perkembangan sosial, komunikasi, dan tingkah laku.

1. Gangguan perkembangan sosial

a. Gejala pada bayi

Gejala pada bayi yang mengarah kepada autis dapat berupa kurang

perhatian terhadap rangsangan sosial, jarang tersenyum dan melihat

seseorang, tidak ada tanggapan saat dipanggil.

Page 13: makalah ABK kelompok 5 final.docx

b. Gejala pada balita

Gejala pada balita yang mengarah pada autis dapat berupa:

1) Kurang kontak mata, tidak ada komunikasi timbal balik,

berkomunikasi dengan menggunakan tangan orang lain (tidak

menunjuk, tetapi menarik tangan orang lain)

2) Pada usia 3-5 tahun dapat terjadi kesulitan dalam bermain

dengan teman sebaya, mendekati orang secara spontan,

meniru, bereaksi secara emosional, berkomunikasi non verbal

bergiliran dengan orang lain.

c. Anak yang lebih besar dan dewasa mengalami kesulitan dalam

mengenali wajah sedih, gembira, atau marah.

2. Gangguan perkembangan komunikasi

a. Gangguan komunikasi dapat terjadi sejak tahun pertama kehidupan

berupa terlambat mengoceh, tidak bisa menunjuk, tidak bereaksi

bila dipanggil

b. Pada usia 2-3 tahun biasanya anak autis:

1) Jarang mengoceh

2) Tidak dapat menggunakan kata

3) Tidak dapat merangkai kata

4) Bahasa tubuh tidak sesuai dengan kata

5) Jarang meminta dan membicarakan pengalaman

6) Lebih sering meniru tanpa arti

Page 14: makalah ABK kelompok 5 final.docx

7) Tidak dapat bermain pura-pura (masak-masakan, bermain

boneka)

c. Gangguan tingkah laku

1) Melakukan gerakan tidak bertujuan yang diulang-ulang seperti

menggerak-gerakkan tangan

2) Tidak mau melakukan hal yang berbeda

3) Mengerjakan sesuatu secara rutin/kaku terhadap kebiasaan

4) Bertingkah laku terbatas

5) Menyakiti diri sendiri

Kelainan-kelainan yang dapat menyertai autis anatara lain:

a. Gangguan sensorik berupa tidak mengenal rasa nyeri dan tidak tahu

bahaya

b. Gangguan sistem gerak berupa lemahnya otot, buruknya keterampilan

gerak, berjalan jinjit, gangguan keserasian gerak

c. Terdapat pemusatan perhatian yang berlebihan pada sesuatu seperti

senang melihat benda yang berputar, senang mendengar suara hujan

Langkah yang dilakukan orang tua atau keluarga terhadap anak autis antara

lain:

1. Apabila ada gangguan tersebut di atas, periksakan anak untuk

penilaian lanjutan

2. Gunakan cara penanganan yang sesuai dengan kondisi anak karena

penanganan anak akan berbeda sesuai dengan kondisinya

3. Mintalah bantuan tenaga kesehatan untuk menentukan cara

penanganan yang tepat

Page 15: makalah ABK kelompok 5 final.docx

4. Lakukan penanganan tingkah laku dan kecerdasan pada usia dini

melalui program pendidikan khusus yang terus-menerus sehingga

membantu anak autis meningkatkan kemandirian, kemampuan

interaksi sosial, keterampilan komunikasi, serta mengurangi gangguan

tingkah laku

5. Berikan obat sesuai anjuran dokter

6. Jangan menunda pengobatan karena akan berpengaruh pada

perkembangan selanjutnya

2.3 Pendidikan Anak dengan Autis

Dalam melakukan layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus di

sekolah dasar, ada beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain yaitu:

1. Identifikasi

Identifikasi merupakan langkah awal untuk menemukan dan menentukan

anak berkebutuhan khusus. Identifikasi dapat dilakukan dengan

beberapa teknik antara lain observasi, wawancara, dan tes. Observasi

dilakukan secara seksama dan sistematis, baik langsung maupun tidak

langsung. Wawancara ditujukan kepada orangtua, keluarga, teman

sepermainan ataupun pihak-pihak lain yang dapat memberikan

informasi tentang anak. Tes dapat diberikan sesuai dengan standar

maupun tes buatan guru.

2. Pengkajian

Pengkajian merupakan aktivitas yang amat penting dalam proses

pembelajaran di sekolah oleh karena itu pelaksanaannya harus obyektif

Page 16: makalah ABK kelompok 5 final.docx

dan komprehensif terhadap kondisi dan kebutuhan anak. Tujuan

pengkajian untuk anak berkebutuhan khusus diantaranya untuk selesksi

penempatan siswa berkebutuhan khusus sesuai dengan kemampuannya,

perencanaan program dan strategi pembelajaran, mengevaluasi serta

memantau perkembangan belajar siswa. Ada beberapa teknik yang dapat

dilakukan dalam upaya pelaksanaan asesmen untuk anak-anak

berkebutuhan khusus antara lain melalui observasi, tes formal dan

informal dan wawancara dengan didukung dengan beberapa instrumen

seperti check list ataupun skala penilaian.

Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu:

1. Bentuk Layanan Segregasi

Ada empat empat bentuk layanan pendidikan dengan sistem

segregasi antara lain:

a) Sekolah Luar Biasa

Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk unit pendidikan dengan

penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat dasar sampai tingkat

lanjutan berada dalam suatu unit sekolah dengan satu kepala sekolah.

b) Sekolah Luar Biasa Berasrama.

Sekolah Luar Biasa yang dilengkapi dengan asrama untuk peserta

didik yang ada di sekolah itu.

c) Kelas Jauh/Kelas Kunjung

Page 17: makalah ABK kelompok 5 final.docx

Kelas jauh atau kelas kunjung adalah lembaga yang disediakan

untuk memberi pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB.

d) Sekolah Dasar Luar Biasa

Sekolah Dasar Luar Biasa merupakan unit sekolah yang terdiri dari

berbagai kelainan peserta didik dalam satu atap.

2. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu

Bentuk layanan pendidikan terpadu atau integrasi adalah sistem

pendidikan yang memberi kesempatan pada anak berkebutuhan khusus

untuk belajar bersama-sama di sekolah dasar umum. Tiga bentuk

keterpaduan dalam layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus antara

lain:

a) Bentuk Kelas Biasa

Bentuk kelas ini dilaksanakan dengan anak berkebutuhan khusus

belajar bersama dengan anak-anak pada umumnya secara penuh

dengan menggunakan kurikulum untuk anak-anak pada umumnya.

b) Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus

Anak berkebutuhan khusus belajar dengan anak-anak pada umumnya

menggunakan kurikulum yang sama dengan yang digunakan oleh

anak-anak pada umumnya tetapi untuk pelajaran yang tidak bias

diikutinya mereka mendapatkan layanan khusus di ruangan khusus.

c) Bentuk Kelas Khusus

Anak berkebutuhan khusus beajar di sekolah umum tetapi dalam

kelas khusus dan menggunakan kurikulum SLB.

Page 18: makalah ABK kelompok 5 final.docx

3. Bentuk layanan Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif merupakan suatu sistem pendidikan yang

mensyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani di

sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya.

Hal ini berkenaan adanya hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan

yang baik. Menilik dari tujuan MDGs pada tujuan ke 2 yaitu mencapai

pendidikan dasar bagi semua khususnya target 3 yaitu menjamin pada

tahun 2015, semua anak, di manapun, laki-laki maupun perempuan,

dapat menyelesaikan pendidikan dasar maka peran semua pihak sangat

diperlukan dalam pemberian pendidikan bagi anak dengan autis. Tujuan

dari MDGs pada poin ini sangat memperhatikan pendidikan bagi anak

dengan kebutuhan khusus. Pendidikan bagi anak dengan kebutuhan

khusus sangat diperlu agar anak tersebut dapat menjamin pencapaian

prestasi dan dapat juga dijadikan sebagai media sosialisasinya dengan

lingkungan sekitarnya.

Anak dengan autis berhak memperoleh pendidikan sesuai dengan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70

Tahun 2009 tentang pendidikan inklusi bagi peserta didik yang memiliki

kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.

Salah satu bentuk pelayanan untuk anak autistik adalah melalui

pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan anak.

Pelayanan pendidikan anak autis terdiri atas layanan pendidikan awal

dan layanan pendidikan lanjutan. Layanan pendidikan awal terdiri atas

program terapi intervensi dini dan program terapi penunjang. Layanan

Page 19: makalah ABK kelompok 5 final.docx

pendidikan lanjutan terdiri atas kelas transisi atau kelas persiapan dan

program lanjutan lainnya seperti program inklusi, program terpadu,

sekolah khusus autistik, program sekolah di rumah dan griya rehabilitasi

autistik.

Program Pendidikan Inklusi dilaksanakan pada sekolah umum yang

menerima anak dengan kebutuhan khusus. Anak yang mengikuti

program ini adalah anak sudah mampu mengendalikan perilakunya

sehingga tampak berperilaku normal, berkomunikasi dan berbicara

normal, serta mempunyai wawasan akademik yang cukup sesuai anak

seusianya. Program inklusi sudah banyak dilakukan di Indonesia seperti

Sekolah Patmos terdiri atas TK, SD, SMP dan SMK yang beralamat di

Taman Meruya Ilir blok E.7, Jakarta Barat, Shining Stars Academy

(sekolah & pusat terapi) yang beralamat di Jl. Agung Perkasa X blok

J7/9-11 Sunter Agung, Podomoro, Jakarta Utara. Program Pendidikan

Inklusi dilaksanakan pada sekolah umum yang menerima anak dengan

kebutuhan khusus. Anak yang mengikuti program ini adalah anak sudah

mampu mengendalikan perilakunya sehingga tampak berperilaku

normal, berkomunikasi dan berbicara normal, serta mempunyai wawasan

akademik yang cukup sesuai anak seusianya.

2.4 Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Anak

dengan Autis berfokus pada Keluarga

Intervensi teraupetik untuk anak dengan autis membutuhkan peran serta

dari tenaga professional yang telah mengikuti pelatihan khusus.

Page 20: makalah ABK kelompok 5 final.docx

Pengoptimalan peran anak autis dengan lingkungannya membutuhkan

beberapa terapi. Tujuan dari terapi-terapi tersebut pada intinya untuk

meningkatkan kepedulian sosial, kemampuan komunikasi, reinformcement

positive, dan mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima lingkungan.

Peran perawat dalam mengelola autism dapat dimulai dari tatanan

perawatan dasar yaitu melakukan indentifikasi, screening, dan deteksi dini

serta melakukan rujukan untuk anak yang beresiko autis pada usia dini

(Pinto-Martin, Sauders, Giarelli dan Levy, 2005 dalam Margareta, 2012).

Deteksi dini penegakan diagnose autis dapat dilakukan dengan

menggunakan alat berupa kuesioner Modified Checklist For Autism In

Toddlers (M-CHAT). Kuesioner ini dapat digunakan pada anak usia 18-24

bulan. Kuesioner ini berisi tentang perilaku yang selalu dilakukan anak

sehari-hari.

Perawat yang telah mengikuti pelatihan khusus dapat juga berperan

sebagai konsultan bagi keluarga yang memiliki anak autis (Hockenberry,

2009). Peran sebagai konsultan dapat dilaksanakan dengan cara bekerja

sama dengan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif. Hal

sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 11 Ayat 5 bahwa sekolah inklusi dapat

bekerjasama dan membangun jaringan dengan satuan pendidikan khusus,

perguruan tinggi, organisasi profesi, lembaga rehabilitasi, rumah sakit dan

pusat kesehatan masyarakat, klinik terapi, dunia usaha, lembaga swadaya

masyarakat (LSM), dan masyarakat.

NAYLA, 10/17/13,
Buku ika yg bagi 2
Page 21: makalah ABK kelompok 5 final.docx

Pengkajian dan intervensi keperawatan yang dilakukan terhadap anak

autis ketika anak tersebut dirawat di pelayanan kesehatan tidak bisa

disamakan dengan anak pada umumnya. Perawat harus memahami bahwa

dalam memenuhi kebutuhan anak autis, misalnya kebutuhan untuk makan,

pemberian obat, pengkajian tanda-tanda vital harus dilakukan dengan

perhatian yang lebih.

Asuhan keperawatan pada anak autis dimulai dari proses pengkajian

sampai dengan evaluasi. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada

anak autis yaitu gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kondisi

psikologi, gangguan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan

perkembangan, gangguan proses piker berhubungan dengan gangguan

mental, resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitif,

gangguan koping keluarga berhubungan dengan memiliki anak dengan

kebutuhan khusus (Ball, 2010). Perencanaan dan intervensi keperawatan

yang diberikan upaya menstabilkan stimulasi lingkungan, memberikan

perawatan suportif, meningkatkan komunikasi, mempertahankan lingkungan

yang aman, memberikan bimbingan antisipasi (anticipatory guidance) pada

orang tua. Evaluasi yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan yang

diberikan yaitu meliputi tercapainya management perilaku pada anak,

memaksimalkan self-care, terjaganya keamanan lingkungan, progres

perkembangan yang konsisten, dan strategi komunikasi yang sukses.

Sesuai dengan konsep family centre care, seorang perawat harus

melibatkan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak

dengan autis. Keluarga dalam hal ini orangtua adalah lingkungan terdekat

Page 22: makalah ABK kelompok 5 final.docx

dan utama dalam kehidupan anak. Keefektifan program penanganan dan

peningkatan kemampuan hidup anak dengan autis sangat ditentukan oleh

peran serta dan dukungan penuh dari keluarga karena keluarga adalah pihak

yang mengenal dan memahami berbagai aspek dalam diri seseorang dengan

jauh lebih baik daripada orang-orang yang lain. Keluarga dilibatkan utuk

berusaha mempelajari hal baru dalam mencoba hal-hal baru terkait cara

membesarkan anak dengan autis. Peran serta keluarga akan memberikan

energi lebih bagi anak dengan autis. Penerimaan lingkungan terhadap anak

dengan autis akan membantu anak tersebut untuk meningkatkan kualitas

hidup dan mambantu anak untuk bersosialisasi. Penolakan atau bahkan

minimnya dukungan yang diterima dari keluarga anak member dampak

negative pada anak seperti anak semakin rendah diri dan menarik diri dari

lingkungan, ketakutan, dan ketidakmampuan anak untuk merawat dirinya

sendiri.

Page 23: makalah ABK kelompok 5 final.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan pada bab sebelumnya antara

lain:

3.1.1 Anak Berkebutuhan Khusus yaitu anak yang mengalami atau beresiko

mengalami hambatan baik fisik dan/atau mental sehingga mengalami

gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

3.1.2 Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak

sebelum berusia 3 tahun, dengan gejala gangguan komunikasi,

interaksi sosial, dan perubahan tingkah laku.

3.1.3 Pendidikan bagi anak dengan autis sangat penting karena dengan

pendidikan anak autis agar anak tersebut dapat menjamin pencapaian

prestasi dan dapat juga dijadikan sebagai media sosialisasinya dengan

lingkungan sekitarnya.

3.1.4 Pendidikan yang dapat diberikan kepada anak dengan autis sesuai

dengan tujuan ke 2 MDGs yaitu mencapai pendidikan dasar bagi

semua khususnya target 3 yaitu menjamin pada tahun 2015, semua

anak, di manapun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan

pendidikan dasar

Page 24: makalah ABK kelompok 5 final.docx

3.2 Saran

3.2.1 Perawat perlu meningkatkan kompetensinya dalam pemahaman

konsep, melakukan deteksi dini, dan memberikan asuhan keperawatan

pada anak dengan autis.

3.2.2 Keluarga perlu dilibatkan dalam pengasuhan anak dengan autis.

3.2.3 Kerjasama lintas program dan lintas sektor sangat dibutuhkan dalam

penanganan anak dengan autis.

Ball, J. W; Bindler, R. C; Cowen, K. J. 2010. Child Health Nursing :

Partnering with Children and Families 2 nd ed. New Jersey: Pearson

Education Inc

http://www2.gsu.edu/~psydlr/DianaLRobins/Official_M-

CHAT_Website_files/M-CHAT_Indonesian.pdf

http://www.un.org/special-rep/ohrlls/lldc/MDGs.pdf link unduh MDGs tanggal 26

September 2013 jam 09.45

http://kesehatananak.depkes.go.id/index.php?

option=com_phocadownload&view=category&download=2:pedoman-anak-

khusus&id=1:pedoman&Itemid=44 unduh tanggal 26 september 2013 jam 10.20

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Umum

Perlindungan Kesehatan Anak dengan Kebutuhan Khusus. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonsia.