Makalah DM
-
Upload
little-ants -
Category
Documents
-
view
221 -
download
1
Transcript of Makalah DM
MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR
TUGAS MAKALAH KELOMPOK
“DIABETES MELITUS”
KELOMPOK V
KELAS KESMAS A SEMESTER IV
A. MIFTAHUL JANNAH
ANDI MULIADI
ASWARIN PRASTIANI
HERIANE’ SOMPO
KHAERUNNISA’
MUH. FADHLAN PUTRA AN
MUH. ISHAQ HASAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya makalah ini karena tanpa
ridho dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat
dirampungkan.
Makalah ini merupakan tugas kelompok bagi mahasiswa semester empat UIN
Alauddin Makassar Fakultas Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat, mata
kuliah Epidemiologi Penyakit Menular.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum begitu sempurna
dan jauh dari target yang ditentukan. Akan tetapi sebagai usaha yang didasari oleh
niat ingin belajar maka kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Tak
lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, baik dosen mata kuliah EPTM
maupun teman-teman seperjuangan.
Akhirnya, dengan penyusunan makalah ini, kami mengharapkan saran dan
kritik dari rekan-rekan. Kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
semata, kekurangan pastilah milik kami. Terima Kasih.
Makassar, Maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia sendiri menempati urutan
keempat negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak didunia sebagai
jumlah penderita terbanyak setelah India, China, dan Amerika. Jumlah
penderita diabetes diindonesia menurut World Health Organization (WHO)
pada tahun 2009 adalah 8 juta jiwa dan diprediksi akan meningkat menjadi 25
juta jiwa pada tahun 2025.
Masih menurut data dari WHO tahun 2009, 90 persen penyandang
diabetes disebabkan pola hidup di masyarakat yang cenderung tidak sehat,
seperti kurang olah raga dan pola makan tidak sehat dengan konsumsi
karbohidrat, lemak, dan lainnya secara berlebih.
Karena tingginya penderita diabetes di dunia, PBB menetapkan Diabetes
Melitus sebagai non-communicable diseases (NCD), penyakit tidak menular,
tetapi berlangsung lama dan sulit untuk di turunkan angkanya. Penetapan ini
diputuskan di High Level Summit di New York, Amerika Serikat. dengan
masuknya diabetes melitus ke dalam program kesehatan PBB, penyakit
diabetes melitus tidak bisa lagi dipandang sebelah mata.
Sementara itu, prevalensi diabetes mellitus terendah ada di provinsi Papua
(1,7 persen), diikuti NTT (1,8 persen), Prevalensi Toleransi Glukosa
Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8 persen), diikuti Sulbar (17,6 persen)
dan Sulut (17,3 persen), sedangkan terendah di Jambi (4 persen), diikuti NTT
(4,9 persen). Angka kematian akibat DM terbanyak pada kelompok usia 45-54
tahun di daerah perkotaan sebesar 14,7 persen, sedangkan di daerah pedesaan
sebesar 5,8 persen.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, angka
prevalensi diabetes mellitus tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat
dan Maluku Utara (masing-masing 11,1 persen), diikuti Riau (10,4 persen)
dan NAD (8,5 persen). Hasil RISKESDAS DEPKES 2008 menyatakan
prevalensi pre-diabetes di Indonesia yakni mencapai 10,2% yang merupakan
prevalensi glukosa darah puasa, diperkirakan sekitar 24 juta penduduk
Indonesia telah menderita kelainan ini.
B. RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN
Adapun rumusan masalah :
1. Bagaimanakah gambaran faktor risiko penyakit Diabetes Melitus?
2. Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap penyakit Diabetes Melitus?
3. Apa upaya pennaggulangan dan pencegahan terhadap terhadap penyakit
Diabetes Melitus?
4. Apakah program pemerintah sudah menanggulangi dengan baik penyakit
Diabetes Melitus?
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui gambaran faktor risiko penyakit Diabetes Melitus
2. Memaparkan Kebijakan pemerintah terhadap penyakit Diabetes Melitus
3. Mengatahui upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit
Diabetes Melitus
4. Mengetahui laporan hasil dari program pemerintah dalam menanggulangi
penyakit Diabetes Melitus
C. MANFAAT
1) Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai bagian dari informasi bagi mahasiswa tentang Diabetes Melitus
2) Untuk Institusi Kesehatan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menentukan tindakan
preventif dengan mengurangi factor risiko, sehingga diabetes mellitus yang
diderita tidak berlanjut ke penyakit akut
3) Untuk Penulis
Dapat digunakan sebagai masukan awal untuk dilakukan tindak lanjut
penulis
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI PENYAKIT DIABETES MELITUS
Diabetes melitus adalah suatu penyakit dengan kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup. Diabetes melitus (DM) adalah keadaan
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) yang kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal. Akibat gangguan hormonal tersebut
dapat menimbulkan komplikasi pada mata seperti katarak, ginjal (nefropati),
saraf dan pembuluh darah. Insulin merupakan hormon yang dilepaskan oleh
pankreas yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah.
Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia) 2006, seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar
gula darah puasa > 126 mg/dL dan pada saat tes > 200 mg/dL.
B. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES MELITUS
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi
penyebab kematian akibat Diabetes Mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun
di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah
pedesaan, Diabetes Mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di
seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total
populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada
tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari
populasi dunia. DM terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering (terutama
tipe 2) terjadi di negara berkembang. Peningkatan prevalens terbesar terjadi di
Asia dan Afrika, sebagai akibat dari tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup,
seperti pola makan “Western-style” yang tidak sehat.
Menurut penelitian epidemiologi yang sampai tahun delapan puluhan telah
dilaksanakan berbagai kota di Indonesia, prevalensi diabetes berkisar antara
1,5-2,3% kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6%.
Hasil penelitian epidemiologis berikutnya tahun 1993 di Jakarta (daerah
urban) membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1,7% pada tahun
1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993, kemudian pada tahun 2001 di Depok,
daerah sub urban di Selatan Jakarta menjadi 12,8%. Demikian pula prevalensi
DM di Ujung Pandang (daerah urban), meningkat dai 1,5% pada tahun 1981
menjadi 3,5% pada tahun 1998 dan terakhir pada tahun 2005 menjadi 12,5%.
Berdasarkan survei sentinel Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Surveilans rutin penyakit tidak menular pada puskesmas sentinel di Sulawesi
Selatan pada tahun 2008, ditemukan sebanyak 99.862 kasus penyakit tidak
menular, yang terdiri dari perempuan (50.862) kasus dan laki-laki (48.449)
kasus. Jumlah kematian karena PTM sebanyak 666 orang (0,7%).
Lima penyakit urutan terbesar ditemukan pada puskesmas sentinel tahun
2008 antara lain hipertensi (57,48%), kecelakaan lalu lintas (16,77%), asma
(13,23%), diabetes mellitus (7,95%), dan osteoporosis (1,20%). Tetapi 5
urutan penyebab kematian karena PTM yang ditemukan pada puskesmas
sentinel antara lain hipertensi (63,66%), kecelakaan lalu lintas (14,86%), asma
(9,91%), diabetes mellitus (9,76%), dan tumor genital (1,50%).
Sedangkan pada tahun 2009, ditemukan lima penyakit tidak menular urutan
terbesar di Puskesmas antara lain hypertensi (49,56%), Kecelakaan (16,96%),
Asma (14,21), Diabetes Mellitus (7,31%) dan Tumor (6,91%).
Sedangkan hasil surveilans PTM berbasis rumah sakit di Sulawesi Selatan
pada tahun 2008, diperoleh informasi bahwa lima urutan PTM terbanyak
ditemukan pada rumah sakit sentinel, yaitu kecelakaan lalu lintas (30,50%),
hypertensi (17,63%), asma (7,53%), diabetes mellitus (6,65%), dan stroke
(5,86%). Sedangkan lima urutan terbesar PTM penyebab kematian, yaitu
hypertensi primer (22,07%), kecelakaan lalu lintas (16,61%), hypertensi
sekunder (14,58%), stroke (6,66%), dan dibetes mellitus (6,28%).
Sedangkan pada tahun 2009, berdasarkan survei sentinel di rumah sakit
ditemukan lima penyakit tidak menular urutan terbesar, antara lain kecelakaan
(29,48%), hypertensi (20,87%), asma (7,43%), tindak kekerasan (5,67%), dan
diabetes mellitus (4,99%).
C. PATOFISIOLOGI PENYAKIT DIABETES MELITUS
Pada diabetes mellitus tipe 1, terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel β pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria).
Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan (diuresis osmotik). Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
Pada diabetes mellitus tipe 2, terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Pada kondisi normal, insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi
intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel β tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus tipe 2.
D. FAKTOR RISIKO PENYAKIT DIABETES MELITUS
Beberapa faktor resiko diabetes yaitu :
Orang yang mempunyai orang tua, saudara, atau saudara perempuan
dengan penyakit diabetes (keturunan) merupakan faktor resiko yang paling
umum yang tidak dapat di ubah, artinya dengan memiliki riwayat diabetes
dalam keluarga maka resiko seseorang untuk terkena penyakit gula darah
ini menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang lain yang tidak
memiliki riwayat kencing manis dalam keluarganya. Namun dengan
meningkatnya resiko yang dimilikibukan berarti orang tersebut pasti akan
menderita kencing manis, tentunya factor yang satu ini masih dapat
dikendalikan dengan factor pemicu diabetes lainnya.
Gaya hidup
Obesitas atau kegemukan
Umur lebih dari 45 tahun
Beberapa kelompok etnis atau suku (khususnya Afrika Amerika,
penduduk asli Amerika, Asia, Kepulauan Pasifik, dan Amerika Hispanik)
Gestational diabetes atau melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 9
pound
Tekanan darah tinggi
Tingkat trigliserida (molekul lemak) darah yang tinggi
Kadar kolesterol darah yang tinggi
Orang dengan aktivitas olahraga yang sangat minim
Asosiasi Diabetes Amerika menganjurkan untuk semua orang dewasa
yang berumur di atas 45 tahun sebaiknya diperiksa terhadap kemungkinan
mengidap penyakit diabetes minimal sekali tiap 3 tahun Orang-orang dengan
resiko tinggi sebaiknya diperiksa lebih sering.
E. DAMPAK PENYAKIT DIABETES MELITUS
Akhir-akhir ini diabetes semakin merebak saja jumlah penyandangnya.
Tak hanya didominasi oleh orang lanjut usia saja, tetapi juga sudah merambah
pada usia muda. Akibat diabetes melitus dan efek negatif yang muncul dari
penyakit gula ini tidak main-main.
Hal tersebut karena gula darah yang meningkat dalam tubuh akan
menyebar ke organ-organ tubuh yang lain. Lama kelamaan pun akan
menyebabkan munculnya penyakit yang lain atau komplikasi. Lalu, organ
tubuh yang terkena dampaknya adalah :
Jantung
Akibat diabetes melitus dan efeknya, bisa menimbulkan masalah pada
jantung karena tekanan darah yang tinggi. Resiko terhadap stroke menjadi dua
kali lipat dalam lima tahun sejak seseorang terkena diabetes. Diabetes ini
menyebabkan sirkulasi darah yang buruk sehingga bisa pengaruhi tekanan
darah dan gangguan pada jantung.
Kaki
Penyandang diabetes harus diamputasi kakinya. Infeksi pada kaki
disebabkan sirkulasi darah yang buruk akibat pembuluh darah kaki
menyempit. Namun, penyandang tidak bisa merasakan sakit atau panas
sehingga infeksi berkembang tanpa disadari.
Ginjal
Sebagai alat filter dalam tubuh, ginjal berfungsi untuk menyaring terlalu
banyak darah. Tapi, gula darah yang terlalu banyak akhirnya akan membuat
ginjal bekerja ekstra. Kerja keras ginjal yang terus menerus dapat membuat
ginjal berhenti bekerja suatu saat nanti dan berakhir pada gagal ginjal.
Mata
Kadar gula darah yang kerap kali berubah-ubah menyebabkan masalah
keseimbangan cairan pada lensa mata dan rusaknya saraf mata. Lama
kelamaan penglihatan pun akan kabur. Selain glaukoma dan katarak, diabetes
juga dapat menyebabkan kebutaan.
Kulit
Rasa gatal juga sering timbul karena adanya sirkulasi darah yang buruk
pada penyandang diabetes. Komplikasi diabetes yang menyerang kulit atau
yang biasa disebut diabetes dermopathy ditandai dengan adanya bercak merah
kecoklatan pada kulit.
F. KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT PENYAKIT DIABETES
MELITUS
1) Kebijakan
Untuk mencapai tujuan dari pengendalian DM dan PM perlu diterapkan
kebijakan teknis sebagai berikut :
1. Menerapkan standar, norma, pedoman, kriteria kesehatan dan prosedur kerja
dengan mengacu pada pedoman dan peraturan yang berlaku.
2. Penyelenggarakan pengendalian DM dan PM mmelaui pencegahan dan
penaggulangan faktor risiko, penemuan dan tata laksana kasus secara tepat,
surveilans epidemiologi dan komunikasi, informasi dan edukasi ( KIE ) DM
dan PM.
3. Mengembangkan dan meningkatkan surveilans epidemiologi di sarana
pelayanan kesehatan sebagai bahan informasi dan perencanaan program
pengendalian DM dan PM.
4. Meningkatkan kemampuan petugas masyarakat serta mengupayakan
ketersedian sarana dan prasarana dalam mengendalikan DM dan PM.
5. Meningkatkan jejaring kerja lintas program, lintas sektor dan stake holder
terkait baik di pusat maupun profinsi, dan kabupaten atau kota.
6. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat kearah kemandirian melaui
pendekatan kelembagaan di tingkat desa atau kelurahan.
7. Meningkkatkan peran pemerintah provinsi, kabupaten atau kota dan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan evaluasi supaaya pengendalian
DM dan PM.
2) Strategi
Untuk mencapai keberhasilan program secara efektif dan efisien, perlu
dikembangakan strategi pelaksanaan kegiatan, yaitu :
1. Pengendalian DM dan PM berdasarkan fakta (evidence-based) dan skala
prioritas.
2. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada pemerintah, pihak legislatif dan
stake holder serta pemerintah daerah.
3. Melakukan pembinaan dan monitoring serta evaluasi program pengendalian
DM dan PM.
4. Intensifikasi upaya pencegahan dan penanggulangan faktor risiko,
surveilans epidemiologi, penemua dan tatalaksana kasus serta KIE DM dan
PM.
5. Meningkatkan kemitran melalui jejaring kerja baik nasional, regional
maupun internasional.
6. Memanfaatkan ilmu pengatuhan dan teknologi serta hasil-hasil penelitian
atau kajian yang mendukung dalam upaya peningkatan program
pengendalian DM dan PM.
7. Pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan berbagai kelompok
masyarakat di desa/kelurahan seprti posyandu, poslansia, dll.
8. Meningkatkan peran dan fungsi sesuai kewenangan daerah serta
memanfaatkan sumberdaya pusat melalui sistem penganggaran ( dana
dekonsentrasi dan perbanyuan ).
3) Kegiatan
Pokok-pokok kegiatan pengendalian DM dan PM ( Sesuai dengan pedoman
umum PPTM ) adalah pencegahan dan penanggulangan faktor risiko,
penemuan dan tatalaksana kasus, surveilans epidemiologi, KIE, jejaring kerja
dan advokasi.
Kegiatan pokok pengendalian DM dan PM berdasarkan berbagai upaya
pencegahan penyakit baik primer, sekunder, maupun tersier dapat dilihat pada
sebagai berikut:
UPAYA PRIMER SEKUNDER SEKUNDER TERTIER
PENCEGAHAN
Sasaran Populasi Sehat Populasi RisikoKasus DM dan Kasus Kompulasi
PM pada Diabetes DM
Kegiatan Pokok Penggerakkan penggerakkan penggerakkan pelayanan
pengendalian peran serta peran serta peran serta spesialistik
Diabetes Masyarakat masyarakat masyarakat dan sub
Dan dalam PHBS dalam deteksi dalam deteksi spesialistik
dan tindak lanjut dan tindak lanjut efisien dan
dini faktor risiko dini kasus efektif pasien
DM dn PM DM dn PM dengan
komplikasi
DM dan PM di
rumah sakit
Penyakit Peningkatan Peningkatan PHBS penatalaksanaan perawatan kaaki
Metabolik PHBS di setiap tatanan kasus DM dan PM diabetes
( peningkatan kehidupan secara rasional oleh
aktifitas, tidak dokter umum di perawatan DM
merokok, diet tindak lanjut dini Yandas dan PM di rumah
kalori seimbang ) kasus faktor risiko ( Home care )
di setiap tatanan berbasis UKBM
Kehidupan
Monitoring / penatalaksanaan pelayanan KIE DM dan PM
deteksi dini kasus faktor risiko spesialistik melalui kunjungan
dan tindak lanjut DM dan PM efisien dan efek rumah
faktor risiko DM secara rasional oleh pasien DM dan PM ( Home visit )
dan PM berbasis dokter umum di di rumah sakit
UKBM Yandas
KIE faktor risiko monitoring / KIE pasien dan mencegah
DM dan PM di deteksi dini kasus keluarga pasien kecacatan
setiap tatanan DM dan PM DM dan PM akibat DM dan PM
Kehidupan berbasis UKBM dan
Yandas
Tujuan / Manfaat Mencegah mencegah mencegah adanya mencegah
timbulnya faktor terjadinya DM dan komplikasi DM dan kematian akibat
risiko DM dan PM PM PM DM dan PM
mawas diri mawas diri mawas diri direktorat
terhadap faktor terhadap terhadap komplikasi jendral
risiko DM dan PM terjadinya DM dan DM dan PM pelayanan medik
PM
Koordinator / direktorat jendral direktorat jendral Direktorat Jendral direktorat
penanggung
jawab pengendalian pengendalian pelayanan medik jendral
penyakit dan penyakit dan pelayanan medik
penyehatan penyehatan
Lingkungan lingkungan
Jejaring Kerja Penanggung jawab adalah pengelola program pengendalian DM dan PM di
setiap administrasi pemerintahan khususnya sektor kesehatan. Kemitraan :
lintas program terkait, lintas sektor terkait, organisasi profesi seperti PERKENI,
PEDI, Perguruan Tinggi, Kelompok masyarakat aktif organisasi masyarakat swasta
Berikut ini kegiatan-kegiatan pokok yang dilaksanakan tiap pemerintahan:
a. Pusat
1. Membuat perumusan dan kebijakan umum dan teknis
2. Menyusun norma, standar, prosedur, modul, dan pedoman.
3. Menyusun rencana program DM dan PM sesuai prioritas kegiatan.
4. Menyusun materi penyuluhan KIE melalui berbagai metode dan media
baik media cetak maupun media elektronik.
5. Mengadakan dan mendistribusikan bahan / alat deteksi dini / diagnosik
dalam rangka deteksi dini DM dan PM.
6. Menyelenggarakan TOT ( Training of Trainers ) kepada pemegang /
pengelola program DM dan PM provinsi.
7. Melakukan sosialisasi dan advokasi baik kepada lintas program, lintas
sektor dan pemegang kebijakan baik di pusat dan daerah.
8. Membentuk dan memfasilitasi jejaring kerja dalam pengendalian DM
dan PM di pusat, Provinsi dan kabupaten/Kota.
9. Memfasilitasi provinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan kegiatan
peningkatan kemandirian masyarakat dalam pengendalian DM dan PM
10. Melakukan bimbingan teknis program pengendalian DM dan PM
11. Melakiuakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan
DM dan PM
12. Menyusun laporan tahunan di bidang pengendalian DM dan PM
Kantor Kesehatan Pelabuhan ( KKP )
a. Menyusun rencana program DM dan PM sesuai prioritas kegiatan.
b. Melaksanakan pengendalian faktor risiko DM dan PM melalui berbagai
kegiatan di wilayah kerja.
c. Melaksanakan surveilans epidemiologi DM dan PM
d. Melaksanakan kegiatan deteksi dini DM dan PM di wilayah kerja
e. Menggandakan dan mendistribusikan media penyuluhan
f. Melaksanakan KIE melalui berbagai metode dan media penyuluhan DM
dan PM
g. Memfasilitasi pertemuan baik lintas program maupun lintas sektor di
bidang DM dan PM
h. Membangun dan memantapkan jejaring kerja DM dan PM serta
melakukan koordinasi secara berkesinambungan
i. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat atau peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pengendalian DM dan PM
j. Melakukan pemantauan, bimbingan teknis pelaksanaan dan pencapaian
program DM dan Pmdi wilayah kerja
k. Mengirimkan laporan hasil program secara rutin ke pusat.
Balai Besar / Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pemberantasan
Penyakit Menular ( BB / BTKL PPM )
a. Menyusun rencana program DM dan PM sesuai prioritas kegiatan.
b. Melaksanakan pengendalian faktor risiko DM dan PM melalui berbagai
kegiatan di wilayah kerja.
c. Melaksanakan surveilans epidemiologi DM dan PM
d. Melaksanakan kegiatan deteksi dini DM dan PM di wilayah kerja
e. Memfasilitasi pertemuan baik lintas program maupun lintas sektor
f. Membangun an memantapkan jejaring kerja serta melakukan koordinasi
secara berkesinambungan di bidang DM dan PM
g. Melakukan pemantauan, bimbingan teknis dan monitoring pelaksanaan
dan pencapaian program di wilayah kerja.
h. Mengirimkan laporan hasil program secara rutin ke pusat
b. Dinas kesehatan Provinsi
1. Melaksanakan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan dibidang
DM dan PM
2. Mensosialisasikan pedoman umum dan teknis, modul, standar dan
prosedur di bidang DM dan PM.
3. Melaksanakan deteksi dini DM dan PM di kabupaten atau kota dalam
rangka evidence atauu pengumppulan data
4. Melaksanakan survailans epidemmiologi DM dan PM
5. Menyelenggarakan TOT ( Training of Trainers ) kepada pemegang atau
pengelola program DM dan PM kabupaten dan kota
6. Melaksanakan penyuluhan DM dan PM melalui berbagai metode dan
media penyuluhan di kabupaten dan kota
7. Melakukan sosialisasi dan advokasi program pengendalian DM dan PM
kepada pemmerintah daerah, DPRD, lintas program, lintas sektor, dan
swasta.
8. Memfasilitasi pertemuan baik lintas program maupun lintas sektor
9. Membangun dan memantapkan kemitraan dan jejaring kerja DM dan
PM secara berkseinambungan.
10. Memfasilitasi kemandirian masyarakat dalam pengendalian DM dan
PM
11. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan teknis di kabupaten atau kota
12. Melaksanakan monitoring dan evaluasi di kabupaten atau kota
13. Melaksanakan pencatatan atau pelaporan serta mengirimkan ke pusat
c. Dinas kesehatan Kabupaten / Kota
1. Melaksanakan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan di
bidang pengendalian DM dan PM
2. Mensosialisasikan pedoman umum dan teknis, modul, standar
opersional prosedur di bidang DM dan PM
3. Melaksanakan deteksi dini DM dan PM di puskesmas dan masyarakat
dalam rangka Envcilance basic atau penguumpulan data
4. Melaksanakan surveilans epidemiologi DM dan PM
5. Melaksanakan KIE melalui berbagai metode dan media penyuluhan
kepada puskesmas, masyarakat atau kader
6. Menyyelenggarakan pelatihan dan penemuan dini dan tata laksana DM
dan PM bagi petugas puskesmas dan kader
7. Melakukan sosialisasi dan advokasi program pengendalian PTM
kepada pemerintah kabuupaten atau ota dan DPRD lintas program,
lintas sektor dan swasta dan masyarakat
8. Melaksanakan pertemuan lintas program maupun lintas sektor
9. Membangun dan memantapkan jejaring kerja secara
berkesinambungan
10. Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan pemberdayaan dan
peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian DM dan
PM yang sesuai dengan kondisi daerah ( lokal area spesific )
11. Melaksanakan dan pembinaan teknis di puskesmas
12. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program di puskesmas
13. Meksanakan pencatatan dan pelaporan serta mengirimkan ke provinsi
d. Rumah Sakit ( RS )
1. Melaksanakan deteksi dini terhadap faktor risiko DM dan PM
2. Melaksanakan penemuan dan tatalaksana kasus DM dan PM secara
aktif di RS
3. Menangani rujukan pasien DM dan PM secara berjenjang
4. Menyelennggarakan pelatiahan pengendalian DM dan PM
5. Melaksanakan surveilans epidemiologi DM dan PM
6. Melaksanakan KIE berbagai metode dan media penyuluhan di Rumah
sakit
7. Memfasilitasi pembentukan pembinaan dan pemantapan jejaring kerja
antara profesi dan LSM bidang DM dan PM secara berkesinambungan
8. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan serta mengirimkan ke
kabupaten atau kota, provinsi dan pusat
e. Pusat Kesehatan Msyarakat ( Puskesmas )
1. Melaksanakan deteksi dini terhadap faktor risiko DM dan PM
2. Melaksanakan penemuan dan tatalaksana kasus penyakit DM dan PM
di puskesmas
3. Melaksanakan rujukan pasien DM dan PM ke Rumah Sakit
4. Melaksanakan suurveilans epidemiologi DM dan PM
5. Menyelenggaran penyuluhan atau KIE pengendalian DM dan PM
kepada tokoh agama, toko masyarakat, toko pemuda maupaun
masyarakat melaui berbagai metode dan media penyuluhan
6. Memfasilitasi pembentukan, pembinaan dan pemantapan jejaring kerja
atau kelompok kerja masyarakat dalam bidang DM dan PM secara
berkesinambungan.
7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan di bdang DM dan PM serta
mengirimkan kek kabupaten atau kota.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA