Makalah Dm Setya

download Makalah Dm Setya

of 26

description

MAKALAH DM SETYA.docx

Transcript of Makalah Dm Setya

BAB IPENDAHULUAN

1.I Latar BelakangDiabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguanfungsi insulin.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

Diabetes Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan, yang awitannya atau pertama kali dikenali selama masa kehamilan (ADA, 1990).

Ada beberapa tipe diabetes melitus yang dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi diabetes yang utama adalah : 1. Tipe I: Diabetes melitus tergantung insulin (insulin dependent diabetes melitus/IDDM)2. Tipe II : Diabetes melitus tidak tergantung insulin (non insulin dependent diabetes mellitus/NIDDM)3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.4. Diabetes melitus gestasional (gestational diabetes melitus/GDM)

1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian diabetes militus?2. Bagaimana etiologi dari diabetes militus ?3. Bagaimana patofisiologi dari diabetes militus?4. Bagaimana manifestasi klinis dari diabetes militus?5. Bagaimana Pemeriksaan fisik dari diabetes militus?6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari diabetes militus?7. Bagaimana komplikasi dari GBS?8. Bagaimana penatalaksanaan dari diabetes militus?9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien diabetes militus?

1.3 Tujuan MasalahA. Tujuan UmumDalam pembuatan makalah ini kami bertujuan untuk menyelesaikan tugas kelompok kami tentang Diabetes melitus yang mana bisa membuat kami mengerti tentang macam,pengertian dan cara penganan pada penyakit ini kalau nanti menemukannya di daerah dimana kami praktek ataupun sudah kerja nanti.

B. Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui definisi dari Diabetes melitus.2. Untuk mengetahui etiologi dari Diabetes melitus.3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Diabetes melitus.4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Diabetes mellitus.5. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dari Diabetes mellitus.6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Diabetes mellitus.7. Untuk mengetahui komplikasi dari Diabetes melitus.8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Diabetes melitus.9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Diabetes melitus.

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 DefinisiDiabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut/relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

Diabetes Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan, yang awitannya atau pertama kali dikenali selama masa kehamilan (ADA, 1990).

2.2 EtiologiDiabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah, berkurangnya glikogenesis, dan konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita. Beberapa hormon tertentu mengalami peningkatan jumlah. Misalnya hormon kortisol, estrogen, dan human placental lactogen (HPL). Peningkatan jumlah semua hormon tersebut saat hamil ternyata mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah. Kondisi ini menyebabkan suatu kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai "insulin resistance".

1. Diabetes tipe IDiabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta. Faktor-faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu kecenderungan atau predisposisi genetik ke arah terjadinya diabetes tipe I. kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA(human leucocyt antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tipe I meningkat tiga hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLLA tersebut. Faktor-faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi pada jaringan tersebut yang dianggapnnya seolah-olah jaringan asing. Factor-faktor ;lingkungan. Adanya faktor eksternal yang dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

2. Diabetes tipe IIFaktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes melitus II. Faktor-faktor ini adalah :a. Usia resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.b. Obesitasc. Riwayat keluargad. Kelompok etnik3. Diabetes Melitus gestasional (DMG)

Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah, berkurangnya glikogenesis, dan konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita. Beberapa hormon tertentu mengalami peningkatan jumlah. Misalnya hormon kortisol, estrogen, dan human placental lactogen (HPL). Peningkatan jumlah semua hormon tersebut saat hamil ternyata mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah. Kondisi ini menyebabkan suatu kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai "insulin resistance". Faktor-faktor:a. Umur sudah mulai tua.b. Multiparitas.c. Penderita gemuk (obesitas).d. Riwayat melahirkan anak lebih besar dari 4000 g.e. Riwayat kehamilan: sering meninggal dalam rahim, sering mengalami lahir mati, sering mengalami keguguran.f. Hipertensi.g. Suku bangsa tertentu (Afrika, Latin, Asia, dan Amerika).h. Mempunyai riwayat diabetes mellitus gestasional pada kehamilan sebelumnya. i. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.j. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.k. Obat-obatan.

2.3 PatofisiologiDiabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).

2.4 Manifestasi klinisGejala khas diabetes melitus adalah polifagi, polidipsi dan poliuria, lemas dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensi pada pria serta pruritis vulva pada wanita. Selain itu juga terjadi peningkatan kadar gula darah yaitu kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl dan kadar gula darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl.

2.5 Komplikasi a. Akut : hipoglikemia dan hiperglikemiab. Kronis : Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler). Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati. Neuropati saraf sensonik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler Proteinuria Kelainan koroner Ulkus / gangrene

2.6 Pemeriksaan penunjangYang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 120 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupaka kriteria diagnostik penyakit DM.

Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau skrining glukosa darah, ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia, Hemoglobin glikosida (HbA1c) yang menunjukkan kontrol diabetik (HbA1c lebih besar dari 8,5% khususnya sebelum kehamilan, membuat janin beresiko anomali kongenital, Pemeriksaan kadar keton urin untuk menentukan status gisi, Budaya urin untuk mengidentifikasi ISK asimtomatik, protein dan kliren kreatinin (24 jam) untuk memastikan tingkat fungsi ginjal, khusus pada diabetes durasi lama, tes`toleransi glukosa (GTT), kultur vagina mungkin positif untuk candida albicans, Contraction stress test ( CST), Oxytocin challenge test (OCT) menunujukkan hasil positif jika trjadi insufisiensi plasenta, Kriteria profil biofisik (BPP)

2.7 Penatalaksanaana. MedisTujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu : DietSyarat diet DM hendaknya dapat :1. Memperbaiki kesehatan umum penderita2. Mengarahkan pada berat badan normal3. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic4. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita5. Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah :1. Jumlah sesuai kebutuhan2. Jadwal diet ketat3. Jenis : boleh dimakan / tidak

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu :1. jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah2. jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya3. jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan normal)

Latihan Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :1. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.2. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore3. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen4. Meningkatkan kadar kolesterol high density lipoprotein5. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru.6. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

PenyuluhanPenyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya : leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

Obat1. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)1) Mekanisme kerja sulfanilureaObat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih. 2) Mekanisme kerja BiguanidaBiguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu : Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik Menghambat absorpsi karbohidrat Menghambat glukoneogenesis di hati Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraselluler InsulinIndikasi penggunaan insulin1. DM tipe I2. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD 3. DM kehamilan 4. DM dan gangguan faal hati yang berat5. DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)6. DM dan TBC paru akut7. DM dan koma lain pada DM8. DM operasi9. DM patah tulang10. DM dan underweight11. DM dan penyakit Graves

BAB IIIKONSEP ASKEP

3.1 PengkajianFokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pangkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut : Riwayat atau adanya factor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria sselama stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral). 1. Riwayat Kesehatana. Keluhan utama.Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.b. Riwayat kesehatan keluarga.c. Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.d. Riwayat kehamilanDiabetes mellitus gestasional, hipertensi karena kehamilan, infertilitas, bayi low gestasional age, riwayat kematian janin, lahir mati tanpa sebab jelas, anomali congenital, aborsi spontan, polihidramnion, makrosomia, pernah keracunan selama kehamilan.2. Pemeriksaan Fisika. Sirkulasi Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada diabetes yang lama. Edema pada pergelangan kaki atau tungkai. Peningkatan tekanan darah. Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.b. EliminasiRiwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poliuri.

c. Nutrisi dan Cairan Polidipsi. Poliuri. Mual dan muntah. Obesitas. Nyeri tekan abdomen. Hipoglikemi. Glukosuria. Ketonuria.

d. KeamananKulit : Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas injeksi insulin yang sering. Riwayat gejala-gejala infeksi dan/budaya positif terhadap infeksi, khususnya perkemihan atau vagina.

e. MataKerusakan penglihatan atau retinopati.

f. Seksualitas Uterus : tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal terhadap usia gestasi. Riwayat neonatus besa terhadap usia gestasi (LGA),Hidramnion,anomaly congenital, lahir mati tidak jelasg. Psikososial Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah. Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi. Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.

1) Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus : poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.

2) Pemeriksaan Diagnosisa. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200 mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.c. Hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.f. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.g. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya

3.2 Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer/hipoksia perifer).2. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik ; adanya abses akibat injuri eksterna/luka tusuk.3. Defisit volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan absorbsi cairan.4. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan. 5. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor biologis.

3.4 Intervensi dan Implementasi

No Diagnosa KeperawatanTujuanIntervensi

1Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis ( penurunan perfusi jaringan perifer)NOC:-Tingkat nyeri-Nyeri terkontrol-Tingkat kenyamananSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien dapat :1Mengontrol nyeri, dengan indikator : Mengenal faktor-faktor penyebab Mengenal onset nyeri Tindakan pertolongan non farmakologi Menggunakan analgetik Melaporkan gejala-gejala nyeri kepada tim kesehatan. Nyeri terkontrol Menunjukkan tingkat nyeri, dengan indikator: Melaporkan nyeri Frekuensi nyeri Lamanya episode nyeri Ekspresi nyeri; wajah Perubahan respirasi rate Perubahan tekanan darah Kehilangan nafsu makanManajemen nyeri Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik,onset/durasi, frekuensi,kualitas, dan beratnya nyeri. Observasi respon ketidaknyamanan secara verbal dan non verbal. Pastikan pasien menerima perawatan analgetik dengan tepat. Gunakan strategi komunikasi yang efektif untuk mengetahui respon penerimaan pasien terhadap nyeri. Evaluasi keefektifan penggunaan kontrol nyeri Monitoring perubahan nyeri baik aktual maupun potensial. Sediakan lingkungan yang nyaman. Kurangi faktor-faktor yang dapat menambah ungkapan nyeri. Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi sebelum atau sesudah nyeri berlangsung . Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memilih tindakan selain obat untuk meringankan nyeri. Tingkatkan istirahat yang adekuat untuk meringankan nyeri. Manajemen pengobatan Tentukan obat yang dibutuhkan pasien dan cara mengelola sesuai dengan anjuran/ dosis. Monitor efek teraupetik dari pengobatan. Monitor tanda dan gejala serta efek samping dari obat. Monitor interaksi obat. Ajarkan pada pasien keluarga cara mengatasi efek samping pengobatan.Pengelolaan analgetik Periksa perintah medis tentang obat, dosis & frekuensi obat analgetik. Periksa riwayat alergi pasien. Pilih obat berdasarkan tipe dan beratnya nyeri. Pilih cara pemberian IV atau IM untuk pengobatan, jika mungkin. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik. Kelola jadwal pemberian analgetik yang sesuai. Evaluasi efektifitas dosis analgetik, observasi tanda dan gejala efek samping, misal depresi pernafasan, mual & muntah, mulut kering, & konstipasi. Kolaborasi dgn dokter untuk obat, dosis & cara pemberian yg diindikasikan. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum pengobatan. Berikan obat dengan prinsip 5 benar

2Kerusakan integritas ja-ringan b.d faktor mekanik perubahan sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati).Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam wound healing meningkat, dengan kriteria - Luka mengecil dalam ukuran dan peningkatan granulasi jaringan.Wound care Catat karateristik luka, tentukan ukuran dan kedalaman luka dan klasifikasi pengaruh ulcers Catat karateristik cairan secret yang keluar Bersihkan dengan cairan antibakteri Bilas dengan cairan NaCI 0,9 % Lakukan nekrotomi Lakukan tampon yang sesuai Dresing dengan kasa steril sesuai dengan kebutuhan Lakukan pembalutan Pertahankan teknik dressing steril ketika melakukan perawatan luka Amati setiap perubahan pada balutan

3Defisit volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan absorbsi cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien selama 324 jam, pasien terbebas dari deficit volume cairan dengan kriteria hasil :1. Tanda vital dalam batas normal2. Hidrasi baik ; tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membran mukosa mulut lembab dan tidak ada rasa haus yang berlebihan Fluid management : 1 . Pertahankan cairan intake dan output yang adekuat Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,) Monitor vital sign Monitor masukan cairan/ makanan Dorong masukan oral Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Kolaborasi dengan dokter jika ada tanda cairan berlebih muncul memburuk

4Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemi jaringanSetelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien selama 324 jam, perfusi jaringan efketif dengan kriteria hasil :Sirkulasiyang baik, dengan kriteria hasil :- Tekanan darah dalam batas normal- Ekstremitas hangat- Nadi perifer kuat- Tidak ada perubahan warna kulit ekstremitasManajemen sensasi perifer :1.Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/ tumpul2.Monitor adanya paralese3.Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung4.Kolaborasi pemberian analgetik5.Monitor adanya tromboplebitis6.Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

5Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor biologis. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam status nutrisi meningkat, dengan kriteria:- Intake makan dan mi-numan adekuat- Energ meningkat Monitoring gizi - Amati kecenderungan pengurangan dan penambahan berat badan Monitor jenis dan jumlah latihan yang dilaksanakan Monitor respon emosional klien ketika ditempatkan pada suatu ke-adaan yang ada makanan Monitor lingkungan tempat makanan Amati rambut yang kering dan mudah rontok Monitor mual dan muntah Amati tingkat albumin, protein total, hemoglobin dan kelemahan Monitor tingkat energi, rasa tidak enak badan, keletihan dan kelemahan Amati jaringan penghubung yang pucat, kemerahan dan kering Monitor masukan kalori dan bahan makanan Manajemen nutrisi Kaji apakah klien ada alergi makanan Kerjasama dengan ahli gizi dalam me-nentukan jumlah kalori, protein dan le-mak secara tepat sesuai dengan kebu-tuhan klien Anjurkan masukan kalori sesuai kebutuhan Ajari klien tentang diet yang benar sesuai kebutuhan tubuh Monitor catatan makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori Timbang berat badan secara teratur Anjurkan penambahan intake protein, zat besi dan vit C yang sesuai Pastikan bahwa diet mengandung ma-kanan yang berserat tinggi untuk mencegah sembelit Beri makanan protein tinggi, kalori tinggi dan makanan bergizi yang sesuai Pastikan kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan Manajemen hiperglikemia Monitor gula darah sesuai indikasi Monitor tanda dan gejala poliuri, poli-dipsi, poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau sakit kepala Monitor tanda vital sesuai indikasi Kolaborasi dokter untuk pemberian insulin Pertahankan terapi IV line Berikan IV fluid sesuai kebutuhan Konsultasi dokter jika ada tanda hiperglikemi menetap atau memburuk Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi Batasi latihan ketika gula darah > 250 mg/dl khususnya adanya keton pada urine Anjurkan banyak minum Monitor status cairan intake output sesuai kebutuhan

D. Evaluasi Keperawatan1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi, Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.2. Kebutuhan cairan pasien terpenuhi, turgor kulit kembali normal, membrane mukosa lemba, BB stabil, tanda vital dalam batas normal3. Pasien tenang, mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan persalinan, Menggunakan strategi koping yang tepat4. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan, Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur5. Bebas cedera, Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemia6. Tetap normotensif, Mempertahankan normoglikemia., Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta.

BAB IVPENUTUP

4.1 KESIMPULAN Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.Latihan jasmani merupakan salah satu dari empat pilar utama penatalaksanaan diabetes mellitus.

Senam diabetes bermanfaat untuk mengontrol kadar gula darah, mencegah terjadinya komplikasi lanjut ke jantung, menurunkan berat badan, menurunkan kebutuhan akan pemakaian terhadap obat oral atau insulin dan mencegah terjadinya DM yang dini terutama bagi yang mempunyai riwayat keluarga dengan DM. Individu yang dapat melakukan senam diabetes adalah individu dengan kadar glukosa darah kurang dari 250 mg/dl, tidak ada gejala retinopati, neuropati atau nefropati, tidak ada masalah kardiovaskuler seperti angina, emboli atau aneurisma

4.2 SARAN Sebelum melakukan senam diabetes, dianjurkan untuk mengukur kadar gula darah, tekanan darah, minuman dan makanan kecil karena bisa saja terjadi hipoglikemia pada saat melakukan senam.

Perawat harus berperan aktif dalam promosi kesehatan tentang DM dan memotivasi serta mengajak pasien DM untuk melakukan senam diabetes sesuai kondisi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Miller, C.A. (1995). Nursing care of Older Adults, Theory and Practice. Philadelphia : J.B. Lippincott CompanyNettina, S.M. (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Penerbit EGC Jakarta Soeparman & Waspadji,. (1998),. Ilmu penyakit dalam, (jilid 1). Jakarta: FK UI

Utama, H. (2004). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.s Jakarta: FK UIPB. PERKENI. (2002). Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia.http: //www.homestead.com/ dr erik /kodrat2. Html.

3