makalah chindy blok 15.docx
-
Upload
edosarjo-seringmaindijamban -
Category
Documents
-
view
9 -
download
2
Transcript of makalah chindy blok 15.docx
Diagnosis dan Tatalaksana pada Dermatitis Kontak Iritan
Chindy Claritha Malinda Dau 102014126
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Abstrak
Dermatitis kontak adalah peradangan kulit sebagai respon terhadap bahan atau
substansi tertentu yang berkontak dengan kulit. Dermatitis kontak diklasifikasikan menjadi 2
bagian besar, yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) yang merupakan respon non imunologik
dan dermatitis kontak alergi (DKA) yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik, reaksi
hipersensitivitas tipe IV. Pada DKI penyebab utamanya ialah adanya pajanan terhadap bahan
yang dapat menyebabkan iritasi, dan bahan-bahan tersebut terdapat pada kehidupan sehari-
hari seperti sabun cuci piring, sabun cuci baju dan lain-lain. Keluhan yang dapat ditimbulkan
bergantung dari konsentrasi bahan iritan maupun ketahanan kulit masing-masing individu.
Kata kunci: dermatitis kontak iritan, kontak alergi, bahan iritan.
Abstract
Contact dermatitis is a skin inflamatory response caused by direct contact
withmaterials or particular substances. Contact dermatitis is classified into two types:
irritantcontact dermatitis (ICD) which is a non-immunologic response and allergic contact
dermatitis(ACD) which is caused by immunologic mechanisms, type IV hypersensitivity
reaction. In the city is the main cause of exposure to materials that can cause irritation , and
the materials found in everyday life such as dish soap, laundry soap and other things.
Complaints that can be generated depending on the concentration of irritants and skin
resistance of each individual.
Keywords: irritant contact dermatitis, allergic contact, irritant substances.
Pendahuluan
Tidak sedikit penyakit kulit yang dialami seseorang terjadi akibat kontak dengan
bahan-bahan iritan. Dermatitis merupakan salah satu penyakit kulit yang timbul gangguan
pada sistem imun, dermatitis kontak diawali oleh kontak langsung dengan bahan allergik atau
bahan iritan. Dermatitis yang disebabkan oleh faktor eksogen berupa bahan atau substansi
yang menempel pada kulit disebut dermatitis kontak. Dermatitis kontak terbagi menjadi
dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik, dimana keduanya dapat bersifat akut
maupun kronis. dermatitis bisa terjadi di seluruh daerah kulit tetapi yang sering terjadi pada
tangan dan kaki. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui penyebab dan mekanisme
terjadinya dermatitis kontak tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas lebih jelas lagi tentang
dermatitis kontak iritan.
Definisi
Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak
meradang dan iritasi sebagai respon terhadap faktor eksogen dan endogen.1
Anamnesis
Anamnesis adalah suatu wawancara yang bertujuan untuk mengetahui informasi
mengenai keadaan pasien. Anamnesis dapat dilakukan baik secara langsung (autoanamnesis)
maupun tidak langsung (alloanamnesis).Untuk pasien baru, sebaiknya dilakukan anamnesis
komprehensif agar mendapatkan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan riwayat
kesehatan pasien tersebut. Sedangkan untuk pasien lainnya dapat dilakukan anamnesis
spesifik yang berkaitan dengan keluhannya.2
Pada orang dewasa, terdapat tujuh komponen dari anamnesis komprehensif, yaitu
identifikasi data yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa,
pekerjaan, dan status perkawinan; keluhan utama yang menyebabkan pasien mencari
perawatan; riwayat penyakit sekarang yang memberatkan keluhan utama dan
mendeskripsikan lokasi, kualitas, kuantitas, waktu, kondisi saat terjadi gejala, faktor yang
memperburuk atau meredakan, dan manifestasi hal-hal lain yang terkait gejala; riwayat
pasien yang terdiri dari daftar penyakit dahulu dalam empat kategori (medis, bedah,
obstetric/ginekologi, dan psikiatri); riwayat keluarga yang mencakup daftar penyakit keluarga
dan keadaan anggota keluarga; riwayat pribadi dan sosial; dan tinjauan sistem mengenai
gejala yang umum pada masing-masing sistem tubuh.2
2
Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan adanya rasa gatal, perih, merah, dan
kering pada kedua tangannya. Pasien mengaku tidak ada minum obat sebelum gejala tersebut
timbul. Gejala timbul setelah pasien melakukan pekerjaan rumah salah satunya menyuci baju.
Pemeriksaan fisik
Teknik pemeriksaan yang digunakan pada pemeriksaan kulit adalah palpasi dan
inspeksi. Diawali terlebih dahulu dengan pemeriksaan tanda – tanda vital untuk mengetahui
keadaan umum pasien.2
1. Inspeksi Kulit: (1) Observasi tampilan keseluruhan pasien dari jarak 90 – 180 cm,
perhatikan corak kulit,warna keseluruhan,variasi warna dan tampilan umum; (2)
Perhatikan adanya bau badan, terutama bau yang tidak umum, seperti bau apek atau
asam. Ingat selalu bahwa latar belakang budaya pasien dapat mempengaruhi standar
hygine dan kerapian; (3) Perhatikan adanya gangguan pigmentasi, bintik-bintik, kutil,
dan kulit terbakar.3
2. Observasi dan dokumentasikan adanya lesi berdasarkan pertimbangan berikut:
Morfologi lesi (efloresensi) : perhatikan ukuran, bentuk atau konfigurasi, warna,
elevasi dan depresi, dan tekstur. Catat bau, warna, konsistensi, dan jumlah
eksudat. Gunakan senter untuk mengkaji warna lesi dan elevasi garis batasnya.
Gunakan Transiluminator untuk mengkaji cairan didalam lesi dengan
menggelapkan ruangan dan menempatkan ujung iluminator sejajar dengan sisi
lesi; lesi yang berisi cairan akan bersinar merah. Gunakan lampu woods untuk
mengkaji lesi jamur dan kaca pembesar untuk mnegkaji lesi yang kecil.
Distribusi dapat bervariasi sesuai dengan perkembangan penyakit atau faktor
eksternal. Perhatikan pola inspeksi pertama; banyak gangguan putih yang
melibatkan area kulit tertentu. Pengkajian distribusi termasuk meluasnya
gangguan, pola penyebaran dan karakteristik lokasi.
Lokasi (berhubungan dengan area kulit total). Perhatikan apakah pola lesi adalah
lokal, regional atau umum. Perhatikan juga area mana yang terkena, seperti
permukaan fleksor atau ekstensor.
Konfigursi atau pola : Konfigurasi dapat membantu menentukan penyebab.
Perhatikan apakah lesi tersebut bersifat diskret (terpisah dan jelas), coalesced
(menyatu atau bercampur), bergerombol, difusi, linear, anuler atau arciform
(bersusun berbentuk kurva atau lengkungan ).3
3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien compos mentis, tampak sakit
ringan, TTV dalam batas normal. Kemudian terdapat efloresensi primer berupa makula
dengan patch dan kulit terlihat kering.
Pemeriksaan penunjang
1. Patch Test
Untuk membantu menegakan diagnosis penyakit kulit akibat kerja selain pentingnya
anamnesa, juga banyak test lainnya yang digunakan untuk membantu. Salah satu yang paling
sering digunakan adalah patch test. Dasar pelaksanaan patch test adalah sebagai berikut: (a)
Bahan yang diujikan (dengan konsentrasi dan bahan pelarut yang sudah ditentukan)
ditempelkan pada kulit normal, kemudian ditutup. Konsentrasi yang digunakan pada
umumnya sudah ditentukan berdasarkan penelitian-penelitian; (b) Biarkan selama 2 hari
(minimal 24 jam) untuk memberi kesempatan absorbsi dan reaksi alergi dari kulit yang
memerlukan waktu lama. Meskipun penyerapan untuk masing-masing bahan bervariasi, ada
yang kurang dan ada yang lebih dari 24jam, tetapi menurut para peniliti waktu 24 jam sudah
memadai untuk kesemuanya, sehingga ditetapkan sebagai standar; (c) Kemudian bahan tes
dilepas dan kulit pada tempat tempelan tersebut dibaca tentang perubahan atau kelainan yang
terjadi pada kulit. Pada tempat tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis berupa: eritema,
papul, oedema atau fesikel, dan bahkan kadangkadang bisa terjadi bula atau nekrosis. Cara
penilaiannya ada bermacam-macam pendapat.4 Yang dianjurkan oleh International Contact
Dermatitis Research Group (ICDRG) sebagai berikut:
NT : Tidak diteskan
+ : hanya eritem lemah: ragu-ragu
++ : eritem, infiltrasi (edema), papul: positif lemah
+++ : bula: positif sangat kuat
- : tidak ada kelainan: iritasi (Sulaksmono, 2006).4
2. Kerokan kulit
Dapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya mikology pada infeksi jamur
superficial infeksi candida, pemeriksaan ini tergantung tempat dan morfologi dari lesi.
Pemeriksaan kultur bakteri bisa dilakukan apabila ada komplikasi infeksi sekunder bakteri.4
Pemeriksaan KOH bisa dilakukan bergantung pada tempat dan bentuk lesi. (1) Bersihkan
kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol 70% untuk menghilangkan lemak, debu dan
4
kotoran lainnya kemudian keroklah bagian kulit yang terdapat lesi; (2) Letakkan hasil
kerokan kulit pada kaca objek kemudian teteskan 1-2 tetes larutan KOH 10% pada kaca
objek; (3) Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan
pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup
dengan kaca penutup; (4) Biarkan ±15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama
beberapa detik untuk mempercepat proses lisis kemudian periksa dibawah mikroskop.4
Working diagnosis
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan
pengamatan gambaran klinis yang akurat, DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya
lebih cepat sehingga penderita lebih mudah mengingat penyebab terjadinya, DKI kronis
timbul lambat serta mempunyai gambaran klinis yang luas.
Different diagnosis
1. Dermatitis kontak alergi
Penyakit ini timbul akibat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap
suatu alergen yang berasal dari luar tubuh yang kontak dengan kulit sehingga mengaktifkan
reaksi alergi.4,6 Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah
mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau
reaksi hipersensitivitas tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbul secara lambat (delayed
hypersensitivity), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen.
Patogenesis hipersensitivitas tipe IV ini sendiri dibagi menjadi dua fase, yaitu fase sensitisasi
dan fase elisitasi. Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih
dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi
karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten (alergen yang
memilik berat molekul kecil yang dapat menimbulkan reaksi antibodi tubuh jika terikat
dengan protein untuk membentuk antigen lengkap).
Antigen ini kemudian berpenetrasi ke epidermis dan ditangkap dan diproses oleh
antigen presenting cells (APC), yaitu makrofag, dendrosit, dan sel langerhans (Hogan, 2009;
Crowe, 2009). Selanjutnya antigen ini dipresentasikan oleh APC ke sel T. Setelah kontak
dengan antigen yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk
berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik
dan sel memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem
5
limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase
saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau fase
sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu.
Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti
edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi
dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi
dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis
kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.5
Dermatitis Venenata
Gambaran spesifik, disebabkan oleh sekret/debris serangga terutama dari genus
paedrus,serta getah tumbuhan dengan bentuk lesi linier. Kulit yang terkena penyakit ini akan
menjadi merah dan melepuh, di sertai rasa panas dan terbakar. Fase merah, melepuh dan rasa
panas ini berlangsung 1-3 hari. Bila lesi digaruk maka lesi ini dapat menyebar dan meluas.
Gejala dari dermatitis venenata adalah tidak ada gejala prodormal(lesu,lemas,nafsu makan
menurun), lesi muncul tiba-tiba di pagi hari.5
Etiologi
Penyebab timbulnya dermatitis kontak iritan cukup rumit dan biasanya melibatkan
gabungan berbagai iritan. Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada
setiap orang jika terpapar pada kulit dalam konsentrasi, waktu dan frekuensi yang cukup.
Iritasi pada kulit merupakan sebab terbanyak dari dermatitis kontak. Faktor predisposisinya
mencakup keadaan panas dan dingin yang ekstrim, kontak yang frekuen dengan sabun serta
air, dan penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya.
Penggunaan berulang dari sabun basa kuat dan produk industri dapat merusak struktur
lunak pada sel. Asam dapat larut pada air dan menyebabkan dehidrasi pada kulit. Ketika kulit
telah mengalami gangguan, pajanan dari bahan iritan lemah pun dapat menyebabkan
inflamasi pada kulit. Besar intensitas dari inflamasi bergantung pada konsentrasi dari iritan
dan lamanya terpajan dari bahan iritan tersebut. Iritan yang lembut dapat menyebabkan kulit
kering, fissura, dan eritema. Zat kimia kuat dapat menyebabkan reaksi yang berat. Masing-
masing individu memiliki predisposisi yang berbeda terhadap berbagai iritan. Fungsi
pertahanan dari kulit akan rusak baik dengan peningkatan hidrasi dari stratum korneum
6
(oklusi, suhu dan kelembaban tinggi, bilasan air yang sering dan lama) dan penurunan hidrasi
(suhu dan kelembaban rendah).5,6
Bahan-bahan penyebab DKI: asam kuat, basa kuat (Kalsium hidroksida, natrium
hidroksida, kalium hidroksida), detergen, resin epoksi, etilen oksida, fiberglass, minyak
(lubrikan), pelarut-pelarut organik, dan serpihan kayu.6
Gambar 1: Dermatitis kontak iritan.7
Epidemiologi
Di Amerika, DKI sering terjadi pada pekerjaan yang melibatkan kegiatan mencuci
tangan atau paparan berulang pada kulit terhadap air, bahan makanan atau iritan lainnya.
Pekerjaan yang berisiko tinggi meliputi pembatu rumah tangga, pelayan rumah sakit, tukang
masak, dan penata rambut. Prevalensi dermatitis tangan karena pekerjaan ditemukan sebesar
55,6% di intensive care unit dan 69,7% pada pekerja yang sering terpapar (dilaporkan dengan
frekuensi mencuci tangan >35 kali setiap pergantian). Penelitian menyebutkan frekuensi
mencuci tangan >35 kali setiap pergantian memiliki hubungan kuat dengan dermatitis tangan
karena pekerjaan (odds ratio 4,13) (Hogan, 2009).
Jumlah penderita DKI diperkirakan cukup banyak, terutama yang berhubungan
dengan pekerjaan, namun angkanya secara tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan penderita
dengan gejala ringan dan tanpa keluhan tidak datang berobat (Djuanda, 2006). Dermatitis
kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis
kontak alergik kira-kira hanya 10-20%. Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik
diperkirakan terjadi pada 0,21% dari populasi penduduk (Sumantri, 2010).5,6
Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak
7
lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan
berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen
inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan
membebaskan asam arakidonat akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen
dan sistem kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang
akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets
yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diasil gliserida akan merangsang ekspresi gen
dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan keluarnya mediator-
mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis
yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi. Ada dua jenis bahan iritan yaitu :
iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan
pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling
rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban
udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.8
Jenis Dermatitis Kontak Iritan
Dua jenis bahan iritan, maka dermatitis kontak iritan juga ada dua macam yaitu
dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kronis.
1. DKI akut
Dermatititis kontak iritan akut penyebabnya iritan kuat (larutan asam sulfat, asam
hidroklorid, natrium hidroksida), biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas,
eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas
tegas dan asimetris.
Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada sejumlah bahan kimia yang
menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin, antralin, asam fluorohidrogenat,
sehingga dermatitis kontak iritan akut lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam
atau lebih. Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada
malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih setelah esok harinya, pada
awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.
8
2. DKI kronik
Dermatitis kontak iritan kronis atau dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh
kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma
mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut,
tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh karena
kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat
menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu.
Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun
kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting. Dermatitis
iritan kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering ditemukan.
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal
(hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung
akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang
mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit
kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan
dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian. Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi
yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif, misalnya : mencuci,
memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan berkebun.4,8
Penatalaksanaan
Terapi yang tepat didasarkan kasus yaitu menyingkirkan penyebabnya, namun karena
penyebabnya mulifaktor dan kadang juga tidak diketahui dengan pasti maka pengobatannya
bersifat simptomatis yaitu dengan menghilangkan/mengurangi keluhan dan gejala dan
menekan peradangan.
1. Non medika mentosa: (a) Jangan menggaruk / menggisok karena akan
memperburuk penyakit; (b) Bila gatal cukup ditekan-tekan atau kompres dingin
mengandung mentol/ fenol (bukan air panas); (c) Kurangi kontak dengan bahan iritan
misalnya dengan mengunakan sarung tangan
2. Medika mentosa
a. Oral: Pada kasus ringan diberikan anti histamin untuk mengurangi rasa gatal, pada
kasus akut dan berat berikan kortikosteroid (misalnya hidrokortison, betametason
valerat, fluokinolon). Steroid kuat seperti klobetasol dipropionat harus dihindari atau
9
hanya dipakai dalam jangka waktu yang pendek karena terdapat kemungkinan efek
samping obat. Antibiotik oral harus diberikan apabila ada kecurigaan infeksi bakteri
sekunder
b. Topikal: Pada dermatitis akut diberikan kompres terbuka dengan kalium permanganas
1:10000. Dermatitis subakut diberikan losio (bedak kocok), krim, dan linimentum
(pasta pendingin). Terakhir pada dermatitis kronik dapat diberikan salep.9
Prognosis
Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan dengan
sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi pada dermatitis kontak
iritan kronis yang penyebabnya multifaktor, juga pada penderita atopi.8
Kesimpulan
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada
sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis (reaksi peradangan setempat yang
non-imunologik pada kulit sesudah mendapat paparan iritan baik satu kali maupun berulang).
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja
kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkiran
lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air kulit. Terapi yang tepat didasarkan
kausa yaitu menyingkirkan penyebabnya, namun karena penyebabnya mulifaktor dan kadang
juga tidak diketahui dengan pasti maka pengobatannya bersifat simptomatis.
10
Daftar Pustaka
1. Hogan DJ. Contact Dermatitis, Irritant. eMedicine; 2009. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/762139.
2. Hartanto YB, Nirmala WK, Ardy, Setiono S, Dharmawan D, Yoavita, et.al.,
penyunting. Kamus saku kedokteran dorland. Edisi ke-28. Jakarta: EGC; 2008: h. 52.
3. Lieberman, P., Anderson, JA. Allergic diseases diagnosis and treatment. Ed. 3.
Totowa, New Jersey: Humana Press; 2007: h.108-9
4. Sularsito, SA., Djuanda, S. Dermatitis. Dalam: Djuanda, Adhi dkk. Ilmu penyakit
kulit dan kelamin. Edisi 5. Jakarta: FKUI; 2007: h. 63-4
5. Andersson, EB. Dermatopathology. Germany: Springer; 2006: h.45-6, 49-50
6. McPhee, SJ., dkk. Current medical diagnosis and treatment. McGraw-Hill. 2008: h.
90
7. Gambar 1 dermatitis kontak iritan. Sumber: www.academia.edu
8. Sularsito SA, Djuanda A. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Jakarta; 2007: h. 129-31
9. Gunawan, SG. Farmakologi dan terapi. Ed. 5. Jakarta: FKUI; 2007: h. 65-6
11