Makalah Bahan Galian Industri Untuk Batuan Sedimen

29
BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN BATUAN SEDIMEN TUGAS I BAHAN GALIAN INDUSTRI Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Bahan Galian Industri Disusun oleh Sastra Diharlan Bahar 11.2014.1.00479 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

description

Sastra Diharlan Bahar

Transcript of Makalah Bahan Galian Industri Untuk Batuan Sedimen

BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN BATUAN SEDIMEN

TUGAS IBAHAN GALIAN INDUSTRI

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Bahan

Galian Industri

Disusun oleh

Sastra Diharlan Bahar11.2014.1.00479

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pertambangan tentunya erat dengan istilah bahan galian. Bahan

galian adalah unsur-unsur kimia, mineral, bijih, termasuk batu-batu mulia yang

merupakan endapan. Proses penambangan bertujuan untuk mengambil dan

mengeksploitasi bahan galian yang bernilai ekonomis tersebut.

Tujuan utama mempelajari suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan

dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-

sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan

(penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam

penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.

Dari alasan di atas maka dari itu mahasiswa dituntut untuk lebih

mengetahui dan memahami tentang bahan galian industri, salah satunya bahan

galian yang berupa endapan sedimen yang akan dijelaskan di makalah ini.

1.2 Pokok Bahasan

1. Definisi bahan galian industri

2. Penggolongan bahan galian industri

3. Kelompok BGI yang Berhubungan Dengan Batuan Sedimen

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian bahan galian industri

2. Mengetahui karakteristik bahan galian industri

3. Mengetahui golongan-golongan bahan galian industri

4. Memahami pemanfaatan bahan galian industri berdasarkan golongannya

5. Memahami kelompok BGI yang berasal dari batuan sedimen

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bahan Galian Industri

Bahan galian industri merupakan semua mineral dan batuan kecuali

mineral logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan akhir

industri dan konstruksi termasuk juga mineral logam yang bukan untuk dilebur

seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan lainnya.

2.1.1. Karakteristik Bahan Galian Industri

Karakteristik bahan galian industri diantaranya:

1. Multiguna jika dibandingkan dengan bahan galian lain, bahan galian

industri ini memiliki banyak kegunaan, misalnya batu gamping, yang

merupakan salah satu contoh bahan galian industri. Batu gamping

memiliki banyak kegunaan diantaranya untuk industri semen. Selain itu

ternyata batu gamping ini juga memiliki kegunaan sebagai pemutih kertas.

Disini terlihat jelas, bahwa bahan galian industri ini memiliki banyak

kegunaan.

2. Digunakan langsung Karakteristik BGI yang nyata yaitu dapat digunakan

langsung, khususnya untuk keperluan industri. Contohnya batu pasir yang

tanpa melalui proses pengolahan lebih lanjut, dapat langsung digunakan

untuk keperluan bahan bangunan dan lainnya.

3. Tidak melalui pemasaran internasional. Tidak seperti bahan galian lainnya,

pemasaran bahan galian industri tidak memerlukan pemasaran

internasional.

2.2 Penggolongan Bahan Galian Industri

Penggolongan bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi dengan batuan

tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk [1990, dalam

Sukandarumidi, 1999] adalah sebagai berikut :

a. Kelompok I : BGI yang berkaitan dengan Batuan Sedimen

Kelompok ini dapat dibagi menjadi :

1. Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batu gamping : Batu

gamping, dolomit, kalsit, marmer, oniks, Posfat, rijang, dan gipsum.

2. Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya :

bentonit, ballclay dan bondclay, fireclay, zeolit, diatomea, yodium,

mangan, felspar.

b. Kelompok II, BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api : obsidian,

perlit, pumice, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan, opal, kalsedon, andesit

dan basalt, paris gunung api, dan breksi pumice.

c. Kelompok III, BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam &

ultra basa : granit dan granodiorit, gabro dan peridotit, alkali felspar, bauksit,

mika, dan asbes.

d. Kelompok IV, BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu &

endapan letakan : lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zirkon, korundum,

kelompok kalsedon, kuarsa kristal, dan sirtu.

e. Kelompok V, BGI yang berkaitan dengan proses perubahan hidrotermal :

barit, gipsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas.

f. Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf : kalsit,

marmer, batusabak, kuarsit, grafit, mika dan wolastonit.

2.3 Kelompok BGI yang Berhubungan Dengan Batuan Sedimen

Kelompok Bahan Galian ini dibagi Menjadi Dua Kelompok yaitu  sub

kelompok A yang merupakan bahan galian industri yang berkaitan dengan batu

gamping dan Sub kelompok B yang merupakan bahan galian industri yang

berkaitan dengan batuan sedimen lainnya.

2.3.1. Sub Kelompok A

2.3.1.1. Batu Gamping

Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara

organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang

terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan

cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari

kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda,

abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.

Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan,

bahan campuran bangunan, industri karet dan ban, kertas, dan lain-lain.

Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di

seluruh kepulauan Indonesia. Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia

terdapat di Sumatera Barat.

Pada umumnya deposit batu gamping ditemukan dalam bentuk bukit. Oleh sebab

itu teknik penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dalam bentuk Quarry

tipe sisi bukit (Side hill type).

Gambar 2.1

Batu gamping

2.3.1.2 Dolomit

Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara

teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau

30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3,

CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit

di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-

sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral

dolomit terdapat juga     pengotor,       terutama        ion      besi. Dolomit berwarna

putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari

batugamping, yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat jenis antara

2,80 - 2,90, berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air

serta mudah dihancurkan.

Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping

dan magnesit. Akan tetapi, biasanya dolomit lebih disukai karena banyak terdapat

di alam. Madiapoera, T (1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang

cukup besar terdapat di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur dan Madura dan Papua. Di beberapa daerah sebenarnya terdapat juga

potensi dolomit, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-

lensa pada endapan batugamping.

Penambangan dolomit dilakukan sama dengan penambangan batu gamping.

Gambar 2.2

Dolomit

2.3.1.3 Kalsit

Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur

kimia pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai

sistem kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan

transparan. Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs);

bentuk prismatik; tabular; pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk

sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit

yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu,

dan hitam.

Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sektor yang

didasarkan pada sifat fisik dan kimianya. Penggunaan tersebut, meliputi sektor

pertanian, industri kimia, makanan, logam dan lainnya.

Kalsit terdapat di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian selatan

dan utara (sebagian kecil). Bentuk endapan dapat datar, bukit atau berupa lensa.

Cadangan yang diketahui merupakan klasifikasi cadangan tereka di daerah

Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta ton) dan Begelan di Kabupaten

Purwokerto (0,1 Juta ton).

Proses penambangan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan

secara sederhana antara lain gancu dan linggis.

Gambar 2.3

Kalsit

2.3.1.4 Marmer

Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa

atau malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh

gaya endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk

berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan

membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan

berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.

Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada

dua penampilan yaitu tipe ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya

digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan sebagainya,

sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung.

Proses penambangan marmer dilakukan secara sederhana dengan peralatan

sederhana seperti gergaji.

Gambar 2.4

Marmer

2.3.1.5. Oniks

Gambar 2.5

Oniks

Endapan oniks mempunyai komposisi kimia CaCO3 terdiri dari mineral

kalsit yang berlapis dengan ketebalan dan pola yang bervariasi. Umumnya

berwarna putih kekuningan dan agak bening sehingga tembus pandang. Oniks

terjadi pada rongga atau tekanan batu gamping yang berasal dari larutan kalsium

karbonat baik yang terjadi pada temperatur panas atau dingin. Bila oniks ini

terkena proses metamorfose maka akan terbentuk oniks marmer. Seperti marmer,

oniks tidak tahan terhadap larutan asam oleh sebab itu disarankan jangan sampai

terkena air hujan.

Oniks biasanya dimanfaatkan sebagai hiasan seperti asbak, vas, lampu duduk/

gantung atau bentuk dekorasi lainnya.

Endapan oniks yang sudah diketahui keberadaannya yaitu didaerah jawa barat

(Ciniru, kabupaten kuningan), Jawa tengah (Daerah wirosari), dan beberapa

daerah jawa timur.

Proses penambangan yang dilakukan sama seperti penambangan marmer.

2.3.1.6 Fosfat

Gambar 2.6

Fosfat

Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan

kandungan fosfor ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone

phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan

kandungan     P2O5.

          Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya

terdapat dalam mineral apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses

pembekuan magma. Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan

beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit. Sifat fisik yang

dimiliki adalah warna putih atau putih kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan

kekerasan 5 H. Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak

larut dalam air, tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan

menambahkan asam.

Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5, antara 4-42 %. Sementara

itu, tingkat uji pupuk fosfat ditentukan oleh jumlah kandungan N (nitrogen), P

(fosfat atau P2O5), dan K (potas cair atau K2O). Fosfat sebagai pupuk alam tidak

cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut dalam air sehingga sulit diserap

oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah

menjadi pupuk buatan. Di Indonesia, jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah

2,5 juta ton endapan guano (kadar P2O5= 0,17-43 %).

Keterdapatannya di Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan NTT, sedangkan tempat lainnya adalah

Sumatera Utara, Kalimantan, dan Irian Jaya.

Proses penambangan dilakukan dengan cara sederhana dengan peralatan

sederhana.

2.3.1.7 Rijang

Rijang (SiO2) Terbentuk dari proses replacement terhadap batu gamping

oleh silika organik atau anorganik. Rijang berbutir sangat halus umumnya

berwarna kehijauan atau kehitaman, nilai kekerasannya 7.

Rijang banyak tersebar diwilayah indonesia diantaranya daerah Istimewa aceh,

Jawa barat, Jawa tengah, Jawa timur, Kalimantan barat, Kalimantan selatan,

Sulawesi selatan, Nusa tenggara timur.

Rijang termasuk sebagai bahan batu setengah permata. Oleh sebab itu

kebanyakan dibentuk sebagai hiasan (ornament). Proses penambangan yang

dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana seperti linggis.

Gambar 2.7

Rijang

2.3.1.8 Gipsum

Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum

batuan, gipsit alabaster, satin spar, dan selenit. Gipsum umumnya berwarna putih,

namun terdapat variasi warna lain, seperti warna kuning, abu-abu, merah jingga,

dan hitam, hal ini tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan gypsum.

Gipsum umumnya mempunyai sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs),

berat jenis 2,31 – 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang meningkat

menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi menurun lagi ketika suhu semakin tinggi.

Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang

bervariasi. Gipsum merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses

evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah.

Sebagai mineral evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan di antara batuan-

batuan sedimen batugamping, serpih merah, batupasir, lempung, dan garam batu,

serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan

sedimen.

Gypsum banyak digunakan sebagai bahan tambahan semen portland, serta

alat kesehatan dan kimia. Sistem penambangan yang dilakukan dengan

menggunakan sistem quarry.

Gambar 2.8

Gipsum

2.3.2 Sub Kelompok B

2.3.2.1 Bentonit

Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit

dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral.

          Endapan bentonit Indonesia tersebar di P. Jawa, P. Sumatera, sebagian P.

Kalimantan dan P. Sulawesi, dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta

ton, serta pada umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit) . Beberapa lokasi

yang sudah dan sedang dieksploitasi, yaitu di Tasikmalaya, Leuwiliang,

Nanggulan, dan lain-lain. Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan

Brandan; Sorolangun-Bangko; Boyolali.

          Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi (filler), lumpur

bor, sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan

air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap.

Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu

atapulgit, sepiolit dan lempung lain yang telah diaktifkan.

          Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit dapat

dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga

terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan diharapkan terjadi peningkatan sifat

reologi dari suspensi mineral tersebut Agar mencapai persyaratan sebagai bahan

lumpur sesuai dengan spesifikasi standar, perlu ada penambahan polimer. Hal itu

dapat dilakukan melalui aktivasi bentonit untuk bahan lumpur bor.

Dikarenakan bentonit bersifat lunak, oleh karena itu penambangannya bisa

dilakukan dengan sistem quarry atau dengan peralatan sederhana.

Gambar 2.9

Bentonit

2.3.2.2 Ball Clay dan Bond Clay

Ball clay adalah jenis lempung yang tersusun dari mineral kaolinit yang

bentuk kristalnya tidak sempurna, ilit, kuarsa dan mineral lain yang mengandung

karbon. Apabila sifat-sifat fisik ball clay tersebut lebih rendah dari standart maka

lempung tersebut disebut bond clay.

Ball clay dan Bond clay hampir tersebar merata diseluruh indonesia.

Sistem penambangnnya dengan system quarry mining.

Ball clay dan Bond clay banyak digunakan untuk bahan industri

keramik dan bata tahan api, Campuran makanan ternak, Sebagai bahan

vulkanisir dalam industri karet.

Gambar 2.10

Ball Clay dan Bond Clay

2.3.2.3 Fire Clay

Fire clay adalah mineral yang terdiri dari mineral kaolinit yang bentuk

kristalnya tidak sempurna, dengan mengandung sedikit mika atau ilit, kuarsa, dan

mineral lempung yang bersifat lunak dan tidak mempunyai perlapisan. Lempung

tersebut mempunyai nilai PCE >19, sehingga tahan terhadap suhu tinggi (>15000

C) tanpa adanya pembentukan masa gelas. Fireclay terbentuk karena soil yang

tertimbun oleh sedimen lain di daratan atau cekungan lakustrin ataupun delta yang

umumnya mengandung batubara. Penggunaan fire clay terutama untuk refraktori,

isolator, dll.

Potensi fireclay terdapat di Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan

Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.

Teknik penambangan yang digunakan dengan sistem quarry dan

penambangan sederhana, dengan peralatan sederhana seperti linggis.

Gambar 2.11

Fire Clay

2.3.2.4 Zeolit

Gambar 2.12

Zeolit

Zeolit alam merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi, dengan unsur

utama yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga

dimensi dan mempunyai pori yang dapat diisi oleh molekul air.

Zeolit alam terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutir halus

dan bersifat riolitik dengan air pori atau air meteoric.

Penggunaan zeolit adalah untuk bahan baku water treatment, pembersih

limbah cair dan rumah tangga, untuk industri pertanian, peternakan, perikanan,

industri kosmetik, industri farmasi, dan lain-lain.

Zeolit terdapat di beberapa daerah di Indonesia yang diperkirakan

mempunyai cadangan zeolit sangat besar dan berpotensi untuk dikembangkan,

yaitu Jawa Barat dan Lampung.

Sistem penambangan yang digunakan dengan menggunakan sistem quarry.

2.3.2.5 Diatomit

Diatomit atau tanah diatomea adalah suatu batuan sedimen silika, yang

secara geologi terbentuk dari akumulasi dan pengendapan kulit atau kerangka

diatomea (fosil tumbuhan air atau binatang kersik atau ganggang bersel tunggal)

dan terendapkan di danau atau non marin.

Diatomit mempunyai sifat porous, permeabel, ringan, mudah pecah, dan

abrasif, densitas ruah 0,5 – 1 ton/m3, berat jenis, 2 – 2,3, porositas < 90%, dan

kandungan cangbangl 1,7 – 30 juta/cm3, dengan ukuran 0,001 – 0,4 mm.

Sebagian diatomit berwarna putih atau abu-abu, akan tetapi ada juga yang

berwarna kuning, coklat, merah muda, hitam, dan hijau, yang tergantung dari

unsur pengotornya. Secara kimia, komposisi utama diatomit adalah silika, tetapi

ada unsure lainnya seperti alumina, besi oksida, magnesium, sodium, potassium

oksida, titanium oksida, fosfat, dan kalsium oksida.

Potensi endapan diatomea di Indonesia tersebar di berbagai tempat, antara

lain di Sumatera Utara, Pulau Jawa, dan Maluku Utara.

Sistem penambangan yang digunakan dengan sistem Quarry mining.

Gambar 2.13

Diatomit

2.3.2.6 Yodium

Gambar 2.14

Yodium

Yodium biasanya terjadi di alam hanya sebagai yodat dan yodida atau

kombinasi keduanya. Unsur yodium dalam kerak bumi, diantaranya adalah

lautarit (IO3)2 atau kalsium yodat, dan dietzet (Ca (IO3)2 (CrO4) atau kalsium

yodat kromat.

        Keberadaan yodium di Indonesia tidak jauh berbeda kondisi kegeologiannya

dengan keberadaan air dan minyak bumi, yaitu merupakan air konat atau air purba

yang mengan-dung yodium dengan berbagai variasi dalam suatu endapan

permeabel yang terjebak bagian atas dan bawahnya oleh lapisan impermeabel..

        Dalam industri farmasi yodium dimanfaatkan sebagai bahan baku utama

untuk tingtur (larutan obat dalam alkohol), kesehatan (sanitary), industri

desinfektan, dan herbisida. Yodium digunakan dalam garam rakyat untuk

meningkatkan kualitas garam tersebut agar layak dan sehat untuk dikonsumsi.

Potensi yodium di Indonesia berdasarkan Tushadi Madiadipoera (1990) tersebar

di beberapa lokasi dengan cadangan yang umumnya masih sumberdaya.

Kandungannya berkisar dari yang terkecil hingga mencapai 182 mg/lt. Di

beberapa tempat, muncul sebagai air lolosan (seepage) dengan debit 0,5 – 170

m3/hari. Lokasi cadangan yodium yang sudah dieksploitasi adalah di Watokadon

Mojokerto, Jawa Timur dengan kapasitas 400 - 600 kl/air asin/hari dan mutu

sekitar 112 - 182 mg/lt. Yodium di daerah ini terdapat dalam Formasi Kalibeng

umur Miosen.

Sistem penambangan dilakukan dengan pengeboran hingga diperoleh

yodium.

2.3.2.7 Mangan

Gambar 2.15

Mangan

Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih

mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi

oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai

warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan 2 – 6,

berat jenis 4,8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang

berstruktur fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida lainnya namun

berperan bukan sebagai mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauxit,

manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat

adalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.

Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan

hidrotermal, cebakan sedimenter, cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava

bawah laut, cebakan metamorfosa, cebakan laterit dan akumulasi residu. Sekitar

90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses

produksi besi-baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi

antara lain untuk produksi baterai kering, keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.

Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun terdapat

di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Potensi tersebut terdapat di

Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi,

Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Sistem penambangan yang digunakan dengan tambang terbuka secara

gophering.

2.3.2.8 Feldspar

Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai kerangka

struktur tektosilikat yang menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur

tetraheral SiO2 yang dipakai juga oleh struktur tetraheral lainnya. Kondisi ini

menghasilkan kisi-kisi kristal seimbang terutama bila ada kation lain yang masuk

ke dalam struktur tersebut seperti penggantian silikon oleh aluminium.

Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, felspar

secara kimiawi dibagi menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium felspar

(KAlSi3O8), natrium felspar (NaAlSi3O8), kalsium felspar (CaAl2Si2O8) dan

barium felspar (Ba Al2Si2O8) sedangkan secara mineralogi felspar

dikelompokkan menjadi plagioklas dan K-felspar.

Plagioklas felspar hampir selalu memperlihatkan kenampakan melidah

yang kembar (lamellar twinning) bila sayatan tipis mineral tersebut dilihat secara

mikroskopis. Sifat optis yang progresif sejalan dengan berubahnya komposisi

mineralogi memudahkan dalam identifikasi mineral-mineral felspar yang

termasuk ke dalam kelompok plagioklas tersebut. Na-plagioklas banyak

ditemukan dalam batuan kaya unsur alkali (granit, sienit). Andesin dan oligoklas

terdapat pada batuan intermediate seperti diorit sedangkan labradorit, bitownit dan

anortit biasanya sebagai komponen batuan basa (gabro) dan anortosit.

Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda

dan felspar olahan untuk keperluan industri tertentu. Mineral ikutannya dapat

dimanfaatkan untuk keperluan industri lain sesuai spesifikasi yang ditentukan.

Industri keramik halus dan kaca/gelas merupakan dua industri yang paling banyak

mengkonsumsi felspar olahan, terutama yang memiliki kandungan K2O tinggi

dan CaO rendah.

Berbicara mengenai potensi endapan felspar di Indonesia, sebaran material

ini terdapat hampir di seluruh negeri dengan bentuk endapan berbeda dari satu

daerah dengan daerah yang lain tergantung jenis endapan, primer atau sekunder.

Data dari Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral menunjukkan cadangan

terukur (proved), tereka (probable) dan terindikasi (possible) masing-masing

sebesar 271.693, 11.728 dan 56.561 ribu ton.

Sistem penambangan dilakukan dengan Quarry mining dan benching

system.

Gambar 2.16

Feldspar

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Bahan galian industri merupakan semua mineral dan batuan kecuali

mineral logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan

akhir industri dan konstruksi termasuk juga mineral logam yang bukan

untuk dilebur seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan

lainnya.

2. Kelompok BGI yang berkaitan dengan Batuan Sedimen dapatdibagi menjadi:

i. Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batu gamping :

Batu gamping, dolomit, kalsit, marmer, oniks, Posfat, rijang, dan

gipsum.

ii. Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen

lainnya : bentonit, ballclay dan bondclay, fireclay, zeolit, diatomea,

yodium, mangan, felspar.

3. Keterdapatan bahan galian industri sedimen beragam di setiap daerah di

Indonesia