MAKALAH APENDISITIS

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum ( Usus Buntu) dan lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang caecum ( Henderson ; 1992). Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren (FKUA ; 1989 ) Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks ( Puruhito ; 1993). Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi (Ingnatavicus; 1991). Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan diri dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya. Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan profesi lain secara mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita dan keluarganya mengenai

description

askep apendisitispathwaywocumbai cacingusus buntukeperawatan

Transcript of MAKALAH APENDISITIS

Page 1: MAKALAH APENDISITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum ( Usus Buntu) dan

lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks

mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada

iliaca kanan di belakang caecum ( Henderson ; 1992).

Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel,

tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma,

pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum

dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang

hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau

gangren (FKUA ; 1989 )

Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara

operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara

appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang

appendiks ( Puruhito ; 1993).

Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan

pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi

(Ingnatavicus; 1991).

Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi

hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang

mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan

penyuluhan tentang menjaga kesehatan diri dan menjaga kebersihan diri

serta lingkungannya.

Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik

untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan

profesi lain secara mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan

pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita dan keluarganya mengenai

Page 2: MAKALAH APENDISITIS

pentingnya mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi kalori dan

tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan penyakitnya serta

perawatan dirumah setelah penderita pulang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Apendisitis ?

2. Apa saja yang dapat menyebabkan Apendisitis ?

3. Apa saja tanda dan gejala Apendisitis ?

4. Apa saja komplikasi Apendisitis ?

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Dengan dilakukanya penyuluhan ini diharapkan semua peserta dapat

mengerti dan memahami tentang Apendisitis atau biasa disebut usus buntu.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Definisi Apendisitis

2. Etiologi Apendisitis

3. Patofisiologi Apendisitis

4. Manifestasi klinis Apendisitis

5. Komplikasi Apendisitis

6. Pencegahan dan pengobatan

7. Penatalaksanaan

8. Web Of Caution

9. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan

Apendisitis

Page 3: MAKALAH APENDISITIS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Apendisitis merupakan peradangan pada apendik periformis. Apendik

periformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar

pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan, di

bawah katup iliocaecal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah titik ( Mc

Burney ).

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis

akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah

rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat

(Smeltzer, 2001 dalam Docstoc, 2010). Apendisitis adalah kondisi dimana

infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa

perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran

umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi

dikarenakan oleh peritonitis dan syok ketika umbai cacing yang terinfeksi

hancur (Anonim, 2007 dalam Docstoc, 2010).

2.2. Etiologi

Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang

dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab

terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing

seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab

lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid) seperti berikut :

1. Ulserasi pada mukosa

2. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)

3. Pemberian barium

4. Berbagai macam penyakit cacing

5. Tumor

6. Striktur karena fibrosis pada dinding usus

Page 4: MAKALAH APENDISITIS

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan

menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan

peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus

yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar

umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,

kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,

peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,

sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut

dengan appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut

dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu

pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang

berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan

timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses.

Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang

relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan

tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada

gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila

appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul

dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).

Page 5: MAKALAH APENDISITIS

2.3. Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat

terlipat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses),

tumor atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan

intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atau menyebar hebat secara

progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari

abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus. (Corwin,

Elizabeth J, 2000).

Massa/Tinja/Benda Asing

Obstruksi lumen apendiks

Peradangan

Sekresi mukus tidak dapat keluar

Pembengkakan jaringan limfoid

Peregangan apendiks

Tekanan intra-luminal ↑

Suplai darah terganggu

Hipoksia jaringan

Nyeri

Apendisitis dapat mulai dimukosa dan kemudian melibatkan

seluruh lapisan dinding apendiks dalam wakru 24-48 janm pertama. Usaha

dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, yang secara salah

dikenal dengan infliltrare apendiks. Didalamnya dapat terjadi nekrosis

jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak

terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan masa periapendikuler akan

Page 6: MAKALAH APENDISITIS

menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan bisa sembuh

sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan

pelengketan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini

dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai eksarsebasi akut.

2.4. Manifestasi Klinis

Nyeri kuadran bawah kanan terasa dan biasanya disertai oleh

demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Keluhan

apendiks biasanya bermula dari nyeri didaerah umbilicus atau

periumbilicus yang berhubung dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan

beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila

berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam

yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-

kadang terjadi diare, mual dan muntah. (sjamsuhidajat R, dan Jong Win

de, 2004)

Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen

yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah

semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat

ditujunkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi jaringan pada

kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri

lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, psoas dan

obturator positif, akan semakin meyakinkan diagnosis klinis apendisitis.

2.5. Komplikasi

Koplikasi utama apendisitis dalah perforasi apendiks, yang dapat

berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10%

sampai 32,5%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi

secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencangkup demam

dengan suhu 37,7°C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau

nyeri tekan abdomen yang kontinyu.

Page 7: MAKALAH APENDISITIS

2.6. Pencegahan dan pengobatan

Pencegahan pada apendisitis yaitu dengan menurunkan resiko

obstruksi atau peradangan pada lumen apendik. Pola eliminasi klien harus

dikaji, sebab obstruksi oleh fecalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diit

serat, diit tinggi serat.

Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga meminimalkan

resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda apendiksitis

meminimalkan resiko terjadinya gangren, perforasi, dan peritonitis.

2.7. Penatalaksanaan

Pembedahan diindikasikan bila diagnose apendisitis telah

ditegakkan. Pemberian antibiotic, pemberian therapy cairan intra vena untuk

mengganti cairan yang hilang. Pemberian analgetik dapat diberikan setelah

diagnose ditegakkan.

Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan

sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Apendektomi dapat

dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah

atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat

efektif.

Page 8: MAKALAH APENDISITIS

2.8. Web of Caution

Masa / tinja / benda asing

Obstruksi lumen apendiks

Peradangan

sekresi, mukus tidak dapat

keluar

Pembengkakan jaringan

limpoid

Peregangan apendik

Tekanan intra luminal

suplai darah terganggu

Hipoksia

jaringan

Nyeri

Akut ---- Ulserasi + invasi

bakteri

Kronis ---- Nekrose +

perporasi

Page 9: MAKALAH APENDISITIS

2.5 Asuhan Keperawatan

Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan

pendekatan proses keperawatan dengan melalui beberapa tahap yaitu :

2.5.1 Pengkajian

a. Pengumpulan data

1. Anamnesa

a. Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau

jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang

tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua,

agama dan suku bangsa.

b. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama

nyeri yang disebabkan insisi abdomen.

c. Riwayat penyakit dahulu

Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti

hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah

masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah

mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah

diderita.

d. Riwayat penyakit keluarga

Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes

mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis

lainnya uapaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya .

e. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,

alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya),

bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok

dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.

2. Pola Tidur dan Istirahat

Page 10: MAKALAH APENDISITIS

Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat

sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.

3. Pola aktifitas

Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak

karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas

karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah

pembedahan.

4. Pola hubungan dan peran

Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak

bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam

masyarakat.

penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

5. Pola sensorik dan kognitif

Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan,

pearaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat

masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.

6. Pola penanggulangan stress

Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.

7. Pola tata nilai dan kepercayaan

Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana

cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.

2.5.2 Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Fisik

1. Status Kesehatan umum

Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit

tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.

2. Integumen

Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan

pada abdomen sebelah kanan bawah .

Page 11: MAKALAH APENDISITIS

3. Kepala dan Leher

Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna

pucat.

4. Torax dan Paru

Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,

gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi

pernafasan biasanya normal (16 – 20 kali permenit). Apakah ada

ronchi, whezing, stridor.

5. Abdomen

Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik

pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan

mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi

supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine

apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa

apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi

dengan baik.

6. Ekstremitas

Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri

yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.

b. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium.

a. Darah. Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.

b. Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .

2. Pemeriksaan Radiologi.

BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.

c. Analisa data.

Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan

menjadi data subyektif dan data obyektif lalu dianalisa sehingga

dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya

dapat dirumuskan diagnosa keperawatan (lismidar, 1990).

d. Diagnosa Keperawatan.

Page 12: MAKALAH APENDISITIS

Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan. Diagnosa

keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang diperoleh dari

pengkajian data. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada

penderita Apendisitis :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan insisi

pembedahan ( Ingnatavicius; 1991).

2. Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada luka operasi

( Doenges; 1989 ).

3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari team

kesehatan akan penyembuhan penyakit ( Ingnatavicius; 1991 ).

2.5.3 Perencanaan

Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan

sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.

Tujuan :

Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.

Kriteria Hasil :

Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi,

klien dapat istirahat dengan cukup.

Skala nyeri sedang

Rencana Tindakan :

a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.

b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.

c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.

d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.

Rasional :

a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat

diajak bekerja sama.

b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar

dapat mengurangi rasa nyeri.

Page 13: MAKALAH APENDISITIS

c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan

sehingga mengurangi rasa nyeri.

d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil

mungkin invasi kuman pada luka operasi.

e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka

operasi.

Tujuan :

Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Tidak ada tanda – tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.

Rencana tindakan :

a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan

tanda - tanda atau gejala infeksi.

b. Rawat luka secara teratur dan aseptik.

c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.

d. Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.

e. Observasi tanda – tanda vital.

f. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.

Rasional :

a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera

melapor bila ada tanda – tanda infeksi.

b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil

mungkin invasi kuman pada luka operasi.

c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan kuman.

d. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi pada luka operasi.

e. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi secepatnya

mengatasi .

3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik

Page 14: MAKALAH APENDISITIS

menghambat proses infeksi dalam tubuh.

Tujuan :

Rasa cemas berkurang.

Kriteria hasil :

Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien dapat

tidur dengan tenang dan berkomunikasi dengan teman sekamarnya.

Rencana Tindakan :

a. Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya

b. Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya (Penyembuhan

penyakit).

c. Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.

Rasional :

a. Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti sehingga klien

menerima dan beradaptasi dengan baik.

b. Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu klien berfikir

secara konstruktif.

c. Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau

kepercayaan diri klien. (FK UI; 1990)

2.5.4 Pelaksanaan

Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah

diberikan pada klien.

2.5.5 Evaluasi

Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah : Untuk menilai apakah tujuan dalam

keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang.

Untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak

tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.

Page 15: MAKALAH APENDISITIS

DAFTAR PUSTAKA

Baratajaya, Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990

Dona P. Ignatavicus, Medical surgical Nursing A Nursing Aproach , edisi I; 1991.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Digestive Surgency, Surabaya.

Lismidar, Proses keperawatan FKUI; 1990.

Marlyn E. Doenges, Nursing care Plans, F. A. Davis Company, Philadelphia;

1989.

M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia media,

1989.

Purnama Junaidi, Atiek S. Soemasto, Husna Amels,Kapita selecta kedokteran

edisi II Media Aeskulis, FKUI ; 1982.

Puruhito Dr, Soetanto Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik Operasi

“OPTEK” UNAIR Press; 1993.

Soeparman Sarwono, Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI;

1990.

Win Dejong, R, Syamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC; 1997.

Carpenito, L.J. (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC,

Jakarta