MAKALAH APENDISITIS
description
Transcript of MAKALAH APENDISITIS
![Page 1: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum ( Usus Buntu) dan
lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks
mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada
iliaca kanan di belakang caecum ( Henderson ; 1992).
Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel,
tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma,
pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum
dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang
hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau
gangren (FKUA ; 1989 )
Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara
operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara
appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang
appendiks ( Puruhito ; 1993).
Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan
pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi
(Ingnatavicus; 1991).
Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi
hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang
mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan
penyuluhan tentang menjaga kesehatan diri dan menjaga kebersihan diri
serta lingkungannya.
Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik
untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan
profesi lain secara mandiri. Upaya rehabilitatif yaitu memberikan
pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita dan keluarganya mengenai
![Page 2: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/2.jpg)
pentingnya mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi kalori dan
tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan penyakitnya serta
perawatan dirumah setelah penderita pulang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Apendisitis ?
2. Apa saja yang dapat menyebabkan Apendisitis ?
3. Apa saja tanda dan gejala Apendisitis ?
4. Apa saja komplikasi Apendisitis ?
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Dengan dilakukanya penyuluhan ini diharapkan semua peserta dapat
mengerti dan memahami tentang Apendisitis atau biasa disebut usus buntu.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Definisi Apendisitis
2. Etiologi Apendisitis
3. Patofisiologi Apendisitis
4. Manifestasi klinis Apendisitis
5. Komplikasi Apendisitis
6. Pencegahan dan pengobatan
7. Penatalaksanaan
8. Web Of Caution
9. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan
Apendisitis
![Page 3: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Apendisitis merupakan peradangan pada apendik periformis. Apendik
periformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar
pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan, di
bawah katup iliocaecal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah titik ( Mc
Burney ).
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis
akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah
rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer, 2001 dalam Docstoc, 2010). Apendisitis adalah kondisi dimana
infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa
perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi
dikarenakan oleh peritonitis dan syok ketika umbai cacing yang terinfeksi
hancur (Anonim, 2007 dalam Docstoc, 2010).
2.2. Etiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang
dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab
terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing
seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab
lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid) seperti berikut :
1. Ulserasi pada mukosa
2. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
3. Pemberian barium
4. Berbagai macam penyakit cacing
5. Tumor
6. Striktur karena fibrosis pada dinding usus
![Page 4: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/4.jpg)
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan
menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan
peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus
yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar
umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,
sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut
dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu
pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang
berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan
timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses.
Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang
relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan
tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada
gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila
appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul
dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).
![Page 5: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/5.jpg)
2.3. Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat
terlipat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses),
tumor atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan
intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atau menyebar hebat secara
progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari
abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus. (Corwin,
Elizabeth J, 2000).
Massa/Tinja/Benda Asing
↓
Obstruksi lumen apendiks
↓
Peradangan
↓
Sekresi mukus tidak dapat keluar
Pembengkakan jaringan limfoid
↓
Peregangan apendiks
↓
Tekanan intra-luminal ↑
Suplai darah terganggu
↓
Hipoksia jaringan
↓
Nyeri
Apendisitis dapat mulai dimukosa dan kemudian melibatkan
seluruh lapisan dinding apendiks dalam wakru 24-48 janm pertama. Usaha
dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, yang secara salah
dikenal dengan infliltrare apendiks. Didalamnya dapat terjadi nekrosis
jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak
terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan masa periapendikuler akan
![Page 6: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/6.jpg)
menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan bisa sembuh
sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan
pelengketan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini
dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai eksarsebasi akut.
2.4. Manifestasi Klinis
Nyeri kuadran bawah kanan terasa dan biasanya disertai oleh
demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Keluhan
apendiks biasanya bermula dari nyeri didaerah umbilicus atau
periumbilicus yang berhubung dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan
beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila
berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam
yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-
kadang terjadi diare, mual dan muntah. (sjamsuhidajat R, dan Jong Win
de, 2004)
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen
yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah
semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat
ditujunkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi jaringan pada
kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri
lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, psoas dan
obturator positif, akan semakin meyakinkan diagnosis klinis apendisitis.
2.5. Komplikasi
Koplikasi utama apendisitis dalah perforasi apendiks, yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10%
sampai 32,5%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi
secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencangkup demam
dengan suhu 37,7°C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau
nyeri tekan abdomen yang kontinyu.
![Page 7: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/7.jpg)
2.6. Pencegahan dan pengobatan
Pencegahan pada apendisitis yaitu dengan menurunkan resiko
obstruksi atau peradangan pada lumen apendik. Pola eliminasi klien harus
dikaji, sebab obstruksi oleh fecalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diit
serat, diit tinggi serat.
Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga meminimalkan
resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda apendiksitis
meminimalkan resiko terjadinya gangren, perforasi, dan peritonitis.
2.7. Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnose apendisitis telah
ditegakkan. Pemberian antibiotic, pemberian therapy cairan intra vena untuk
mengganti cairan yang hilang. Pemberian analgetik dapat diberikan setelah
diagnose ditegakkan.
Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Apendektomi dapat
dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah
atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat
efektif.
![Page 8: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/8.jpg)
2.8. Web of Caution
Masa / tinja / benda asing
Obstruksi lumen apendiks
Peradangan
sekresi, mukus tidak dapat
keluar
Pembengkakan jaringan
limpoid
Peregangan apendik
Tekanan intra luminal
suplai darah terganggu
Hipoksia
jaringan
Nyeri
Akut ---- Ulserasi + invasi
bakteri
Kronis ---- Nekrose +
perporasi
![Page 9: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/9.jpg)
2.5 Asuhan Keperawatan
Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan
pendekatan proses keperawatan dengan melalui beberapa tahap yaitu :
2.5.1 Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Anamnesa
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau
jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang
tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua,
agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama
nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti
hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah
masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah
mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah
diderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes
mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis
lainnya uapaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya .
e. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,
alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya),
bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok
dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola Tidur dan Istirahat
![Page 10: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/10.jpg)
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak
karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas
karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah
pembedahan.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak
bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam
masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan,
pearaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat
masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana
cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
2.5.2 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
1. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit
tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.
2. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan
pada abdomen sebelah kanan bawah .
![Page 11: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/11.jpg)
3. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna
pucat.
4. Torax dan Paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,
gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi
pernafasan biasanya normal (16 – 20 kali permenit). Apakah ada
ronchi, whezing, stridor.
5. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik
pada usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan
mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi
supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine
apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa
apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi
dengan baik.
6. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri
yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium.
a. Darah. Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.
b. Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .
2. Pemeriksaan Radiologi.
BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
c. Analisa data.
Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan
menjadi data subyektif dan data obyektif lalu dianalisa sehingga
dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya
dapat dirumuskan diagnosa keperawatan (lismidar, 1990).
d. Diagnosa Keperawatan.
![Page 12: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/12.jpg)
Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang diperoleh dari
pengkajian data. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
penderita Apendisitis :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan insisi
pembedahan ( Ingnatavicius; 1991).
2. Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada luka operasi
( Doenges; 1989 ).
3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari team
kesehatan akan penyembuhan penyakit ( Ingnatavicius; 1991 ).
2.5.3 Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana perawatan
sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan :
Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi,
klien dapat istirahat dengan cukup.
Skala nyeri sedang
Rencana Tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.
b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.
c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.
d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.
Rasional :
a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat
diajak bekerja sama.
b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar
dapat mengurangi rasa nyeri.
![Page 13: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/13.jpg)
c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan
sehingga mengurangi rasa nyeri.
d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil
mungkin invasi kuman pada luka operasi.
e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.
2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka
operasi.
Tujuan :
Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.
Rencana tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan
tanda - tanda atau gejala infeksi.
b. Rawat luka secara teratur dan aseptik.
c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.
d. Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.
e. Observasi tanda – tanda vital.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.
Rasional :
a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera
melapor bila ada tanda – tanda infeksi.
b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil
mungkin invasi kuman pada luka operasi.
c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman.
d. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi pada luka operasi.
e. Mengetahui sedini mungkin tanda – tanda infeksi secepatnya
mengatasi .
3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik
![Page 14: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/14.jpg)
menghambat proses infeksi dalam tubuh.
Tujuan :
Rasa cemas berkurang.
Kriteria hasil :
Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien dapat
tidur dengan tenang dan berkomunikasi dengan teman sekamarnya.
Rencana Tindakan :
a. Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya
b. Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya (Penyembuhan
penyakit).
c. Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.
Rasional :
a. Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti sehingga klien
menerima dan beradaptasi dengan baik.
b. Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu klien berfikir
secara konstruktif.
c. Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau
kepercayaan diri klien. (FK UI; 1990)
2.5.4 Pelaksanaan
Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah
diberikan pada klien.
2.5.5 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah : Untuk menilai apakah tujuan dalam
keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang.
Untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruhnya atau tidak
tercapai dapat dibuktikan dari prilaku penderita.
![Page 15: MAKALAH APENDISITIS](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020117/563dba1a550346aa9aa2bfcf/html5/thumbnails/15.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Baratajaya, Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1990
Dona P. Ignatavicus, Medical surgical Nursing A Nursing Aproach , edisi I; 1991.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Digestive Surgency, Surabaya.
Lismidar, Proses keperawatan FKUI; 1990.
Marlyn E. Doenges, Nursing care Plans, F. A. Davis Company, Philadelphia;
1989.
M.A. Henderson, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Penerbit Yayasan essentia media,
1989.
Purnama Junaidi, Atiek S. Soemasto, Husna Amels,Kapita selecta kedokteran
edisi II Media Aeskulis, FKUI ; 1982.
Puruhito Dr, Soetanto Wibowo Dr, Soetomo Basuki Dr, Pedoman Tehnik Operasi
“OPTEK” UNAIR Press; 1993.
Soeparman Sarwono, Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI;
1990.
Win Dejong, R, Syamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC; 1997.
Carpenito, L.J. (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC,
Jakarta