Makalah Andri

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Untuk menjelaskan keadaan fraktur, hal-hal yang perlu dideskripsikan adalah komplit atau tidak komplit, bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma, jumlah garis patah, bergeser atau tidak bergeser, terbuka atau tertutup serta komplikasi atau tanpa komplikasi. Fraktur komplit, bila garis fraktur melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang, sedangkan fraktur tidak komplit bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti hairline fracture (patah retak rambut), buckle fracture atau torus fracture bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya, biasanya pada distal radius anak-anak. Serta juga greenstick fracture yang mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang

description

sdgffewrgergher

Transcript of Makalah Andri

Page 1: Makalah Andri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan

atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada

lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa

trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan

tulang klavikula atau radius distal patah.

Untuk menjelaskan keadaan fraktur, hal-hal yang perlu dideskripsikan

adalah komplit atau tidak komplit, bentuk garis patah dan hubungannya dengan

mekanisme trauma, jumlah garis patah, bergeser atau tidak bergeser, terbuka atau

tertutup serta komplikasi atau tanpa komplikasi. Fraktur komplit, bila garis fraktur

melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang, sedangkan

fraktur tidak komplit bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang,

seperti hairline fracture (patah retak rambut), buckle fracture atau torus fracture bila

terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya,

biasanya pada distal radius anak-anak. Serta juga greenstick fracture yang

mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang

panjang anak. Bentuk garis fraktur dan hubungannya dengan mekanisme trauma

yang meliputi garis patah melintang (trauma angulasi atau langsung), garis patah

oblik (trauma angulasi), garis patah spiral (trauma rotasi), fraktur kompresi (trauma

aksial-fleksi pada tulang spongiosa) dan fraktur avulsi (trauma tarikan/traksi otot

pada insersinya di tulang, misalnya fraktur patela. Jumlah garis patah meliputi

fraktur kominutif bila garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan, fraktur

segmental bila garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua garis

patah disebut pula fraktur bifokal. Fraktur multiple bila garis patah lebih dari satu

tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur femur, fraktur kruris

dan fraktur tulang belakang. Deskripsi fraktur berikutnya adalah bergeser atau

tidak. Fraktur undisplaced (tidak bergeser), garis patah komplit tetapi kedua

fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh, sedangkan fraktur displaced

Page 2: Makalah Andri

(bergeser) bila terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi

fragmen. Berikutnya adanya komplikasi atau tanpa komplikasi yang akan penulis

bahas pada bagian yang selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengkajian pada pasien dengan Fraktur?

2. Apakakah diagnosa keperawatan pada pasien pasien dengan Fraktur?

3. Bagaimana perencanaan pada pasien pasien dengan Fraktur?

4. Bagaimana evaluasi pada pasien pasien dengan Fraktur?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

1. Mengetahui proses pengkajian pada pasien dengan pasien dengan Fraktur

2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan Fraktur

3. Mengimplementasikan perencanaan pada pasien dengan Fraktur

4. Mengetahui evaluasi pada pasien dengan Fraktur

2. Tujuan Khusus

Adapun Tujuan Khusu Pembuatan Makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas

Profesi Ners Mata Kuliah KDP yang diberikan oleh Dosen Pembimbing

Ns.Pawestri,S.Kep, M.Kes sekaligus menambanh pengetahuan bagi penulis.

D. Manfaat

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Fraktur yang

meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan dan evaluasi.

Page 3: Makalah Andri

BAB II

KONSEP DASAR

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

A. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall

C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang

datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.

Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan

antara fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain

menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena

kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 2002).

B. Etiologi

1) Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.

Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah

melintang atau miring.

2) Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari

tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling

lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

3) Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa

pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,

dan penarikan.

Page 4: Makalah Andri

C. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang

dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan

rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum

dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang

membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan

terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan

ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi

terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan

leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari

proses penyembuhan tulang nantinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

1) Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap

besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2) Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk

timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan,

dan kepadatan atau kekerasan tulang.

B. Klasifikasi

Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi

menjadi beberapa kelompok, yaitu:

Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh)

tanpa komplikasi.

2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan

kulit.

Page 5: Makalah Andri

E. Manifestasi Klinik

1. Deformitas

2. Bengkak/edema

3. Echimosis (Memar)

4. Spasme otot

5. Nyeri

6. Kurang/hilang sensasi

7. Krepitasi

8. Pergerakan abnormal

9. Rontgen abnormal

F. Penatalaksanaan

1. Fraktur Terbuka

Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan

disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman

belum terlalu jauh meresap dilakukan:

a. Pembersihan luka

b. Exici

c. Hecting situasi

d. Antibiotik

2. Seluruh Fraktur

a. Rekognisis/Pengenalan

Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakan

selanjutnya.

b. Reduksi/Manipulasi/Reposisi

Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti

semula secara optimun. Dapat juga diartikan Reduksi fraktur (setting tulang)

adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan

rotasfanatomis (brunner, 2001).

Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk

mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur,

Page 6: Makalah Andri

namun prinsip yang mendasarinya tetap, sama. Biasanya dokter melakukan

reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilaugan

elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada

kebanyakan kasus, roduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah

mulai mengalami penyembuhan.

Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus dipersiapkan untuk

menjalani prosedur; harus diperoleh izin untuk melakukan prosedur, dan

analgetika diberikan sesuai ketentuan. Mungkin perlu dilakukan anastesia.

Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus ditangani dengan lembut untuk

mencegah kerusakan lebih lanjut

Reduksi tertutup. Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan

dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling

berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

Ekstremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan, sementara gips,

biadi dan alat lain dipasang oleh dokter. Alat immobilisasi akan menjaga

reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x

harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam

kesejajaran yang benar.

Traksi. Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan

imoblisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

Sinar-x digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen

tulang. Ketika tulang sembuh, akan terlihat pembentukan kalus pada sinar-x.

Ketika kalus telah kuat dapat dipasang gips atau bidai untuk melanjutkan

imobilisasi.

Reduksi Terbuka. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka.

Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna

dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat paku, atau batangan logam digunakan

untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya sampai

penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi

tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang, alat tersebut menjaga

aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.

Page 7: Makalah Andri

c. Retensi/Immobilisasi

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga

kembali seperti semula secara optimun.

Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang

harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang

benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan

fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan,

gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna.

Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan

sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.

d. Rehabilitasi

Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya

diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan

imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler

(mis. pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan

ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.

Kegelisahan, ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai

pendekatan (mis. meyakinkan, perubahan posisi, strategi peredaan nyeri,

termasuk analgetika). Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk

meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah. Partisipasi

dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki ke-

mandirian fungsi dan harga-diri. Pengembalian bertahap pada aktivitas

semula diusahakan sesuai batasan terapeutika. Biasanya, fiksasi interna

memungkinkan mobilisasi lebih awal. Ahli bedah yang memperkirakan

stabilitas fiksasi fraktur, menentukan luasnya gerakan dan stres pada

ekstrermitas yang diperbolehkan.

Page 8: Makalah Andri

G. Pathways

Page 9: Makalah Andri

Konsep Dasar Kebutuhan Mobilisasi Fisik

A. Definisi / Deskripsi Kebutuhan

Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi

seseorang (Ansari, 2011).

Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan

bebas (Kosier, 1989 cit Ida 2009)

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan

teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi

diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit

khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan

perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi

gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah

sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak, 2008).

B. Tujuan Mobilisasi

1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

2. Mencegah terjadinya trauma

3. Mempertahankan tingkat kesehatan

4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari

5. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

C. Batasan karakteristik

1. Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan,

termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi.

2. Keengganan untuk melakukan pergerakan.

3. Keterbatasan rentang gerak.

4. Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot.

5. Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protocol-protokol

mekanis dan medis.

Page 10: Makalah Andri

6. Gangguan koordinasi

D. Factor – factor yang mempengaruhi fungsi system muskuloskeletal

1) Merokok, cenderung mempunyai pola pernafasan yang pendek, dengan

pernafasan yang pendek, gerakpun harus di batasi, dan juga dapat muncul

intoleransi aktivitas.

2) Multiple aklerosis / cidera pada saraf tulang belakang

3) Klien post operasi, cenderung membatasi gerakannya

4) Usia

E. Macam – macam gangguan

1) Fraktur

2) Gout

3) Arthritis oleh bakteri

4) Cidera jaringan lunak / keras

F. Pengkajian keperawatan.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam kebutuhan aktivitas dan latihan :

a. Identitas pasien.

Biodata pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan,

agama, dan alamat.

b. Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan meliputi :

· Riwayat aktivitas dan olah raga

· Toleransi aktivitas

· Jenis dan frekuensi olah raga

· Faktor yang mempengaruhi mobilitas

· Pengararuh imobilitas

c. Pemeriksaan Fisik : Data Focus

1) Kesejajaran tubuh

Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan dan

perkembangan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi pasien dari

Page 11: Makalah Andri

lateral, anterior, dan posterior guna mengamati :

a) bahu dan pinggul sejajar

b) jari - jari kaki mengarah kedepan

c) tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang lain

2) Cara berjalan

Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera akibat jatuh.

a) Kepela tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus

b) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki

c) Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang

berlawanan

d) Gaya berjalan halus, terkoordinasi,

3) Penampilan dan pergerakan sendi

Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif

atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji yaitu :

a) Adanya kemerahan / pembengkakan sendi

b) Deformitas

c) Adanya nyeri tekan

d) Krepitasi

e) Peningkatan temperature di sekitar sendi

f) Perkembangan otot yang terkait dengan masing – masing sendi

g) Derajat gerak sendi

4) Kemampuan dan keterbatasan gerak

Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :

a) Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk

bergerak

b) Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus, gips )

c) Keseimbangan dan koordinasi klien

d) Adanya hipotensi ortostatik

e) Kenyamanan klien

5) Kekuatan dan massa otot

Perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak,

langkah ini diambil untuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh

Page 12: Makalah Andri

baik pada klien maupun perawat.

6) Toleransi aktivitas

Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu meningkatkan kemandirian klien

yang mengalami : Disabilitas kardiovaskuler dan respiratorik

(Priharjo, 2006 : 159)

7) Pemeriksaan penunjang.

a. Laboratorium

b. Biopsi

c. Radiologi

CT – Scan

MRI

Sinar

Rontgen (X – Ray)

G. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,

terapi restriktif (imobilisasi)

b. Nyerii akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera

jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

c. Kerusakan integritas jaringan b/d fraktur terbuka , bedah perbaikan

d. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,

taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi,

keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada

(Doengoes, 2000)

H. Intervensi Keperawatan

1. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan

rangka neuromuskuler

Page 13: Makalah Andri

Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan

keperaawatan

Kriteria hasil :

a. Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

b. Mempertahankan posisi fungsinal

c. Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit

d. Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan

b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit

c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada

ekstrimitas yang sakit dan tak sakit

d. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur

ketika bergerak

e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup

keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi

dengan melakukan aktivitas

g. Ubah psisi secara periodic

h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi

2. Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang

Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan

Kriteria hasil :

a. Klien menyatajkan nyei berkurang

b. Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan

tepat

c. Tekanan darah normal

d. Tidak ada peningkatan nadi dan RR

Intervensi :

a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri

b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring

Page 14: Makalah Andri

c. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan

aktivitas hiburan

d. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi

e. Jelaskanprosedu sebelum memulai

f. Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif

g. Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan

nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan

h. Observasi tanda-tanda vital

i. Kolaborasi : pemberian analgetik

3. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan

Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan

Kriteria hasil :

a. Penyembuhan luka sesuai waktu

b. Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Intervensi:

a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae

b. Monitor suhu tubuh

c. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol

d. Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh

e. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan

f. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol

g. Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi

h. Kolaborasi pemberian antibiotik.

Page 15: Makalah Andri

BAB III

LAPORAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 28 September 2015

A. BIODATA

Identitas :

Nama : Tn. T

Umur : 34 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jangli Dalam Semarang

Tanggal masuk : 25 September 2015

NO. Registrasi : 337510

Diagnosa medis : Fraktur tibia prox. Sinista

Penanggung Jawab :

Nama : Ny. S

Umur : 30 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan dg pasien : Istri

Page 16: Makalah Andri

B. Riwayat kesehatan

1. Keluhan Utama

Nyeri dibagian kaki kirinya pada saat bergerak

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien dirujuk dari IGD RSUD Kota Semarang dan dirawat diruang Nakula

1 dengan diagnosa medis Fraktur tibia prox. Sinistra. Pada saat pengkajian

klien mengatakan nyeri dibagian kaki pada saat bergerak, klien

mengatakan habis jatuh dari motor pada saat sedang mengantar anaknya

sekolah, klien mengatakan kaki kirinya tertimpa motor pada saat terjatuh,

klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 7 cukup berat ( nyeri hebat

tetapi bisa dicontrol ). Pada saat dilakukan rontgen hasil yang didapat

adanya Dislokasi dibagian lutut kiri, klien mengatakan aktifitas sehari-hari

maupun berpindah tempat terganggu / terhambat seperti BAK dan BAB,

klien hanya dapat tidur tertentang. Pasien tampak lemas, wajah klien

tampak meringis kesakitan, aktifitas klien tampak dibantu oleh keluarga.

Hasil data TD : 130/80 S : 36,7 N : 90 RR : 24 Skala nyeri : 7

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat seperti ini dan

mengalami penyakit seperti ini sampai nyeri / fraktur , klien mengatakan

biasanya hanya sakit biasa / ringan seperti batuk, flu dan masuk angin.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita Fraktur

dan menderita penyakit menular seperti ( TBC, AIDS, & HIV ) maupun

penyakit menahun seperti ( Jantung, ginjal, dll ).

C. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL/GORDON

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Klien mengetahui mempunyai penyakit Fraktur dikaki kiri yang

dialaminya semenjak dirawat di RSUD Kota Semarang, upaya yang bisa

dilakukan klien untuk mempertahankan kesehatannya klien langsung

dibawa ke IGD RSUD Kota Semarang agar diberikan tindakan intensif

sehingga Fraktur kaki klien mendapatkan perawatan yang optimal, klien

Page 17: Makalah Andri

hanya mengkonsumsi air putih saja.

2. Pola nutrisi dan metabolik

Sebelum dirawat : klien mengatakan klien dapat makan dengan

porsi banyak tanpa bersisa, sebanyak 3 kali dalam sehari, nafsu makan

baik kemudian minum 5-6 gelas dalam sehari.

Setelah dirawat : klien mengatakan dapat menghabiskan makanan

dari rumah sakit dengan habis tanpa sisa sebanyak 2 kali, nafsu makan

masih stabil, kemudian minum 4-5 kali dalam sehari.

3. Pola Eliminasi

Sebelum dirawat : klien mengatakan dapat BAB 2 kali dalam

sehari dengan konsistensi feces kuning, lunak dan berbau khas, klien dapat

BAK 2-4 kali dengan warna kuning pekat.

Setelah dirawat : klien mengatakan dapat BAB 1-2 kali dalam

sehari dengan konsistensi feces kuning, lunak dan berbau khas, klien dapat

BAK 3-4 kali dalam sehari dengan warna kuning pekat.

4. Pola Aktifitas dan Latihan

Sebelum dirawat : Klien mengatakan dapat beraktifitas dengan

lancar, dan tanpa bantuan dari orang lain maupun keluarga, klien dapat

melakukan aktifitas secara mandiri.

Setelah dirawat : Klien mengatakan tidak dapat beraktifitas sehari-

hari secara mandiri, klien selalu ketergantungan pada orang lain / keluarga

untuk melakukan aktifitas seperti BAK / BAB dan berpindah tempat.

5. Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum dirawat : Klien mengatakan dapat istirahat tidur dengan

nyenyak dan tanpa terbangun ditengah malam dengan konsistensi waktu 7-

8 jam.

Setelah dirawat : Klien mengatakan awalnya tidak dapat istirahat

tidur dengan nyenyak karena sering terbangun mengeluh nyeri dan pegal

pada kaki kirinya dengan konsistensi waktu kurang lebih 5 jam, setelah

kaki klien dimobilisasi klien dapat tidur nyenyak.

Page 18: Makalah Andri

6. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif

Persepsi sensori terhadap nyeri menggunakan pendekatan P, Q, R, S, T

P : Klien mengatakan nyeri bertambah pada saat kaki kiri digerakan

Q : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk – tusuk benda tajam

R : Lokasi nyeri dibagian kaki kiri tepatnya dilutut

S : Skala nyeri 7

T : Nyeri berlangsung selama 1-2 menit kemudian hilang

7. Pola hubungan dengan orang lain

Klien dikenal dengan orang yang ramah dan baik, mudah bergaul terhadap

orang terdekat maupun di dalam keluarganya, klien mengatakan tidak ada

masalah komunikasi didalam keluarganya maupun orang terdekat.

8. Pola mekanisme koping

Pasien mengetahui penyakitnya dan keluhannya, pasien dapat bersabar

dengan kondisinya saat ini, pasien juga mendapatkan support dari keluarga

terutama dari istrinya agar dapat sembuh dengan cepat.

9. Pola nilai kepercayaan dan keyakinan

pasien beragama islam, sebelum sakit pasien mengatakan dapat beribadah

dengan lancar tetapi saat ini pasien hanya dapat bersabar dan berdoa untuk

kesembuhan penyakit yang diderita saat ini, di dalam keluarga pasien

beragama islam semua.

10. Pola produksi dan seksual

Klien mengatakan mempunyai 2 orang anak, yang anak pertamanya

seorang laki-laki yang berumur 13 tahun dan anak ke-2 seorang anak

perempuan berumur 8 tahun yang masih duduk di Sekolah Dasar.

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Tampak lemah dan kesakitan

2. Tingkat kesadaran : Composmetis

E : 4 M : 6 V : 5

3. Tanda – tanda vital ( 29 september 2015 )

TD : 110/70 N : 88

S : 36,7 RR : 24

Page 19: Makalah Andri

4. Pengukuran Antropometri

TB : 172 cm

BB : 70 kg

Lila : 32 cm

5. Kepala : Bundar (oval), bersih dan tidak ada luka

a. Rambut : Hitam, tebal, pendek, dan bersih

b. Mata : Penglihatan normal, tidak ada sekret, konjungvita tidak

anemis

c. Hidung : Bersih, tidak ada polip / sekret

d. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada tanda infeksi

e. Mulut : Bersih, bibir tidak cyanosis, bibir tidak ada stomatis

f. Gigi : Tidak ada carang gigi

g. Kuku : Tidak panjang, putih, bersih

6. Dada dan thorax :

Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, pernafasan normal, tidak

ada alat bantuan nafas.

7. Paru-paru

In : bentuk kanan & kiri simetris, suara nafas regular

Pa : ekspansi dinding dada maximal

Pe : pekak seluruh lapang paru

Au : suara nafas vesikuler, tidak ada suara ronchi maupun wheezing

8. Jantung

In : jantung kanan & kiri saat nafas simetris

Pa : tidak ada benjolan & pembesaran jantung

Pe : rectus cardis teraba

Au : jantung I & II berbunyi (Lup – Dup)

9. Abdomen

In : bentuk simetris

Au : terdengar bising usus 17x/menit

Pe : suara thympani

Pa : tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba adanya benjolan

Page 20: Makalah Andri

10. Genital

Tampak bersih, tidak menggunakan kateter, tidak ada luka dibagian

perienal, klien tidak menggunakan pempers, klien mengatakan pada saat

BAK & BAB klien hanya menggunakan Pispot.

11. Ekstremitas atas : warna kulit sawo matang, terpasang infus ditangan

kanan, turgor kulit baik, tidak ada infeksi didaerah tusukan infus

Ekstremitas bawah : Adanya pembengkakan dikaki kiri dan terasa

hangat , warna kulit sawo matang, tidak ada oedema dikaki kanan,

ekstremitas tidak ada luka dan panjang sejajar

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN HASIL LABORATORIUM

Hematologi

Golongan darah O

HB 13,4

HT 41,2

Jumlah eritrosit 4,7

Jumlah leukosit 13,6

Jumlah trombosit 373

Kimia Klinik

ureum 27,2

Kreatinin 0,9

Natrium 139

Kalium 4,10

Kalsium 1,17

Imunologi

HbsAg Negatif

Program Therapy Injeksi :

1. Inf RL 20 Tpm 4. Ranitidin 1 x 1

2. Methyl 3 x 125 mg

3. Deksketo 2 x 1

F. ANALISA DATA

Page 21: Makalah Andri

DATA (DS & DO) MASALAH (P) ETIOLOGI (E)

DS :- Px mengatakan

sulit untuk mengubah posisi - Px mengatakan

tidak dapat melakukan ADL secara mandiri

DO : - Px tampak

kesulitan mengubah posisi - Gerakan klien tampak tremor- Px tampak dibantu ADLnya oleh

keluarga - Px BAK menggunakan pispot - Kaki kiri klien tempat dipasang

bidai

GANGGUAN MOBILITAS

FISIK

KERUSAKAN RANGKA

NEUROMUSCULER

DS :- Px mengatakan nyeri

dikaki kirinya - Px mengatakan nyeri

muncul pada saat kaki digerakan DO :

- Skala nyeri 7- Px tampak menahan nyeri dikaki - wajah pasien tampak meringis

kesakitan P : Px mengatakan nyeri bertambah pada saat kaki Kiri digerakan Q : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk tusuk benda tajam R : Lokasi nyeri dikaki kiri tepatnya dilutut S : Skala nyeri 7 T : Nyeri berlangsung selama 1-2 menit

NYERI TERPUTUSNYA

KONTINUITAS

JARINGAN PADA

TULANG /

FRAKTUR.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler

2 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan

pada tulang / fraktur.

H. PERENCANAAN

Page 22: Makalah Andri

No Waktu Tujuan & KH Rencana Rasional

1. 28-09-2015 Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x12 jam

diharapkan kerusakan

mobilisasi fisik klien

dapat berkurang dengan

KH :

- Mampu

melakukan aktifitas

sendiri

-

Mempertahankan

posisi fungsional

- Klien mampu

berpindah tempat

1. Kaji

kemampuann pasien

dalam mobilisasi

2. Latih pasien

dalam pemenuhan

kebutuhan ADL

secara mandiri

3. Berikan posisi

semi fowler pada

klien

4. Berikan

dorongan pada

pasien dalam

memenuhi

mobilisasi maupun

ADL

5. Melakukan

kolaborasi fisioterapi

pada klien

1. Untuk

membantu klien

dalam melakukan

aktifitas

2. Untuk melatih

kemandirian pasien

dalam beraktifitas

3. Untuk

memberikan rasa

nyaman pada klien

4. Agar

pemenuhan ADL

klien terpenuhi

walaupun belum

mandiri

5. Agar pasien

dapat merubah

posisi secara mandiri

2. 29-09-2015 Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan klien tahu cara

mengatasi nyeri timbul

akibat fraktur yang

dialami klien dengan KH :

- Klien dapat

meneyebutkan cara

mengurangi nyeri

- Intensitas nyeri

berkurang

- Ekspresi muka

rileks

1. Kaji

tingkat nyeri

2. Atur posisi yang

nyaman pada klien

3. Ajarkan tehnik

relaksasi nafas dalam

4. Berikan

lingkungan nyaman,

aman, dan tenang

5. Kolaborasi untuk

pemberian obat

analgetik pada klien

1. Untuk

mengetahui skala nyeri

yang dirasakan klien

2. Dapat

memberi rasa nyaman

pada klien.

3. Denga

n teknik ini perhatian

klien tidak terpusat

pada nyeri.

4. Lingku

ngan yang nyaman

dapat memberikan

suasana yang

nyaman..

5. Pemeb

Page 23: Makalah Andri

erian obat analgetik

dapat menekan rasa

nyeri pada klien

I. TINDAKAN KEPERAWATAN

No Tanggal / jam 

Implementasi  Respon hasil  Paraf 

1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

-mempertahankan

mobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring

dan spalk 

-meninggikan dan

mendukung ekstrimitas

yang terkena

-mengevaluasi keluhan

nyeri lokasi,karakteristik

dan intensitasnya

-mengukur TD pasien 

Mengkolaborasikan

pemberian obat analgetik

sesuai indikasi yaitu:

ranitidin

membantu mobilisasi

dengan kruk dan

mengintruksikan

keamanan dalam

menggunakan alat

mobilitas

Mempertahankan

mobilisasi bagian yang

sakit dengan tirah baring

dan spalk

Meninggikan dan

mendukung eksremitas

Nyeri

berkurang

Nyeri

berkurang tapi

masih edema

Neri pada prox

sinistra Nyeri

nyilu skala 7

TD : 130/80

mmHg

 

Ranitidin 1x1

amp IV

 

Membantu

menyembuhkan

dan

menormalisaka

n fungsikan

organ

 

Nyeri

berkurang

 

Page 24: Makalah Andri

 

 

 

 

 

yang terkena

Mengevaluasi keluhan

nyeri 

Mengukur TD pasien

Berkolaborasi dalam

pemberian obat analgetik

sesuai indikasi yaitu :

Ranitidin

membantu mobilisasi

dengan kruk dan

mengintruksikan

keamanan dalam

menggunakan alat

mobilitas

Mempertahankan

mobilasasi bagian yang

sakit dengan tirah baring

dan spalk

Meninggikan dan

medukung eksremitas

yang terkena

Mengevaluasi keluhan

nyeri

Mengukur TD pasien 

Berkolaborasi dalam

pemberian obat analgetik

sesuai indikasi yaitu :

ketrolak

membantu mobilisasi

dengan kruk dan

mengintruksikan

keamanan dalam

menggunakan alat

mobilitas

 

Nyeri

berkurang tapi

masih edema

 

Skala nyeri 7

 

TD : 130/90

Ranitidin 1x1

amp IV

Membantu

penyembuhan

dan normalisai

fungsi organ

Nyeri

berkurang

Nyeri

berkurang tapi

masih edema

Skala nyeri 6

TD : 130/90

Ranitidin 1x1

amp IV

Membantu

penyebuhan dan

normalisasi

fungsi organ

Page 25: Makalah Andri

J. CATATAN PERKEMBANGAN

Hr/tgl/jam  No.  Evaluasi Keperawatan   paraf 

29-09-15 1. 

S : Keluarga pasien mengatakan aktivitas pasien masih dibantu oleh keluargaO : Pasien masih tampak dibantu oleh keluarga dalam beraktivitasA : Masalah belum teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi

- pantau KU pasien - pantau mobilisasi dan ADL pasien - berikan posisi yang nyaman semi fowler

 

2. 

S : Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurangO : skala nyeri : 6, pasien masih tampak lemahA : Masalah belum teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi - mengobservasi TTV - mengkaji tingkat nyeri - mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

 

NO WAKTU( TGL / JAM)

EVALUASI

1. 30 – 09 - 2015 S : Klien mengatakan dapat beraktifitas walaupun belum mandiri sepenuhnya O : Klien tampak berlatih ADL secara mandiri A : Masalah teratasi sebagian P : Pertahankan intervensi - pantau KU pasien - pantau mobilisasi dan ADL pasien - berikan posisi yang nyaman semi fowler

2. S : Klien mengatakan rasa nyeri dikaki kiri berkurang O : wajah klien tampak rileks A : Masalah teratasi sebagian P : Pertahankan intervensi - mengobservasi TTV - mengkaji tingkat nyeri - mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

Page 26: Makalah Andri

BAB IV

PEMBAHASAN

Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress

pada tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn sesuai

dengan tahapan-tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi.

Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung

yang penulis dapatkan dari keluarga pasein dan pasien itu sendiri, selain itu juga

penulis mendapatkan informasi dari perawat dan catatan medik pasien. Dua

diagnosa yang penulis temukan pada pasien setelah dilakukan pengkajian yaitu :

4. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka

neuromuskuler

5. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas

jaringan pada tulang / fraktur

Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasien penulis mengacu pada

konsep dasar askep yang kemudian disesuaikan dengan kemampuan pasien dan

ruangan perawatan pasien. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak

melakukan semua yang ada dalam rencana keperawatan karena keterbatasan

sarana, kemampuan pasien dan waktu yang ada

Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan rencana yang

telah ada, tetapi masih banyak diagnosa yang belum teratasi.

Page 27: Makalah Andri

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,

misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius

dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu

pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.

Imobilisasi lengan atau tungkai menyebabkan otot menjadi lemah dan

menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani terapi fisik.

Terapi dimulai pada saat imobilisasi dilakukan dan dilanjutkan sampai

pembidaian, gips atau traksi telah dilepaskan. Pada patah tulang tertentu

(terutama patah tulang pinggul), untuk mencapai penyembuhan total,

penderita perlu menjalani terapi fisik selama 6-8 minggu atau kadang lebih

lama lagi.

B. SARAN

Pada penderita fraktur sangat dibutuhkan istirahat total dan

minimalkan pengeluaran energi, jadi hal yang paling utama yang dapat

dilakukan pasien dan keluarganya jika terjadi komplikasi adalah berupaya

untuk beristirahat total.

Page 28: Makalah Andri

DAFTAR PUSTAKA

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi. Vol. 2 Ed 6. Jakarta : EGC;

2006.h. 1365

Gleadle Jonathan. At a glance. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta :

Erlangga; 2007.

Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: EGC; 2009

Departemen farmakologi dan terapeutik FKUI. Farmakologi dan terapi. Ed 5.

Jakarta: FKUI; 2009.

Rasjad C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi III. Makassar: Yarsif

Watampone 2007.

Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edidi ke 5.

Jakarta: FKUI;2007

Carpenito, L.J. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC, 2001

Doengoes, E. Marilyn. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC, 2000

Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC,

2009

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI,

2007

Page 29: Makalah Andri

NANDA. Diagnosis Keperawatan 2000. Alih bahasa mahasiswa PSIK – FK

UGM Angkatan 2002