Referat Traktus Spinothalamikus Andri
-
Upload
kahfi-rakhmadian-kira -
Category
Documents
-
view
53 -
download
9
description
Transcript of Referat Traktus Spinothalamikus Andri
Referat Kecil
TRAKTUS SPINOTHALAMIKUS
Oleh:
Andria Prima Rosyadi, S.Ked
NIM. 0908113674
Pembimbing:
Dr. Agus Tri Joko, Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
TRAKTUS SPINOTALAMIKUS
1. PENDAHULUAN
Traktus spinotalamikus adalah suatu jalur asenden yang berasal dari medulla
spinalis dan berjalan disepanjang medula spinalis sampai bersinaps di talamus.
Terdapat dua jalur yang tergabung dalam sistem ini, yakni traktus spinotalamikus
anterior dan traktus spinotalamikus lateral. Traktus spinotalamikus anterior
merupakan jalur asendens yang menghantarkan impuls sensorik dari reseptornya.
Reseptor adalah organ sensorik khusus yang mampu mencatat perubahan fisik dan
kimia didalam dan sekitar organisme, serta mengubahnya menjadi impuls yang
diproses oleh sistem saraf.1
Hubungan manusia dengan dunia luar terjadi melalui reseptor sensorik yang
berupa reseptor eksteroseptif, propioseptif, interoseptif. 1,2
a. Eksteroseptor merupakan reseptor yang dipengaruhi oleh lingkungan
di luar tubuh manusia. Terdiri atas meissner dan badan merkel sebagai reseptor
raba, krause sebagai reseptor dingin, ruffini merupakan reseptor panas, serta
ujung saraf bebas yang berfungsi sebagai reseptor nyeri.
b. Propioseptor merupakan reseptor yang memberi tahu posisi dan arah
gerak sendi. Menerima rangsangan dari korpus pacini, reseptor sendi, serabut
otot, dan tendon golgi.
c. Enteroseptor yang disebut juga viseroseptor merupakan reseptor dari
organ internal tubuh, terdiri dari baroreseptor, kemoreseptor dan osmoreseptor.
Rangsangan yang diterima oleh berbagai reseptor selanjutnya akan
dilanjutkan oleh 3 neuron panjang dan interneuron akan mengkonduksi stimulus dari
reseptor (atau ujung bebas) ke korteks somatosensorik. 3 neuron tersebut adalah:1,2
Neuron pertama: badan sel dari neuron pertama terletak di ganglion radiks
dorsalis.
Neuron kedua: sel neuron kedua menyilang dan berakhir biasanya di thalamus.
Neuron ketiga: sel neuron ketiga terletak di thalamus dan memproyeksikan
2
rangsangan ke korteks sensorik. Lalu otak akan memproses informasi yang
dihantarkan oleh neuron ini, menginterpretasikan lokasi, kualitas dan intensitas
lalu memberikan respon yang sesuai.
Gambar 1 Anatomi Reseptor 3
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
A. Traktus Spinotalamikus Anterior
Traktus spinotalamikus anterior berhubungan dengan persepsi raba dan
tekanan ringan (kasar). Akson-akson memasuki medulla spinalis melalui ganglion
radix posterior dan menuju ujung columna grisea posterior, kemudian terbagi dua
menjadi cabang asendens dan desendens. Cabang-cabang ini berjalan sejauh satu atau
dua segmen medula spinalis dan memberikan kontribusi pada tractus posterolateral
Lissauer. Serabut neuron tingkat pertama ini diduga berakhir dengan bersinaps pada
sel-sel di dalam kelompok substansia gelatinosa columna grisea posterior.1,4
3
Selanjutnya, akson-akson neuron tingkat kedua menyilang dengan sangat
oblik ke sisi kontralateral di substansia grisea anterior dan commisura alba dalam
beberapa segmen medula spinalis, dan naik di dalam columna alba anterolateral sisi
kontralateral sebagai traktus spinotalamikus anterior. Saat traktus spinotalamikus
anterior naik melalui medula spinalis terjadi penambahan serabut-serabut baru pada
sisi aspek medial traktus ini sehingga pada segmen cervicalis atas medula spinalis
serabut sacralis terletak paling lateral dan segmen cervicalis paling medial.4
Ketika traktus spinotalamikus naik melalui medula oblongata, traktus ini
diikuti oleh traktus spinotalamikus lateralis dan traktus spinotectalis yang secara
bersama-sama membentuk lemniscus spinalis.4
Lemniscus spinalis terus naik ke bagian posterior pons, serta tegmentum
medula spinalis dan serabut-serabut traktus spinotalamikus anterior berakhir dan
membentuk sinaps dengan neuron tingkat ketiga di nucleus ventroposterolateral
thalami. Rasa raba dan tekan diyakini dapat diapresiasikan disini.4
Selanjutnya, akson-akson tingkat ketiga pada nucleus ventroposterolateral
thalami berjalan melalui crus posterius capsula interna dan corona radiata untuk
mencapai area somestesia di gyrus postcentralis cotex cerebri. Setengah bagian
kontralateral tubuh diwakili secara terbalik, yaitu dengan tangan dan mulut terletak
pada bagian inferior. Kesadaran mengenai apresiasi sensasi raba dan tekan
bergantung pada aktivitas cortex cerebri. Sensasi hanya dapat ditentukan lokasinya
secara kasar, dan intensitasnya hanya dapat sedikit dibedakan.4
4
Gambar 2. Lintasan-lintasan Raba dan Tekanan Ringan (Traktus Spinotalamikus
Anterior)4
B. Traktus Spinotalamikus Lateral
Reseptor nyeri dan suhu pada kulit seta jaringan lainnya adalah ujung-ujung
saraf bebas. Impuls nyeri ditransmisikan ke arah medula spinalis, yaitu di dalam
serabut-serabut penghantar cepat delta tipe A dan serabut-serabut penghantar lambat
5
tipe C. Serabut-serabut penghantar cepat membuat individu menyadari permulaan
nyeri tajam, serta serabut penghantar lambat berfungsi untuk rasa nyeri seperti
terbakar yang lama dan menyakitkan. Sensasi panas dan dingin juga berjalan melalui
serabut delta A dan C.1,4
Akson-akson yang masuk ke dalam medula spinalis dari ganglion radix
posterior langsung menuju ujung columna grisea posterior dan terbagi menjadi
cabang asendens dan desendens. Cabang-cabang tersebut berjalan dengan jarak satu
atau dua segmen medula spinalis dan membentuk tractus posterolateral Lissauer.
Serabut-serabut neuron tingkat pertama ini berakhir dengan membentuk sinaps
dengan sel-sel di dalam columna grisea posterior, termasuk sel-sel di dalam
substansia gelatinosa. Substansi P, yaitu suatu peptida yang diduga merupakan
neurotransmiter pada sinaps-sinaps ini. 1,4
Selanjutnya, akson-akson neuron tingkat kedua menyilang secara oblik
menuju sisi kontralateral di substansia grisea anterior dan commisura alba dalam satu
segmen medula spinalis, naik di dalam columna alba kontralateral sebagai traktus
spinotalamikus lateral. Traktus spinotalamikus lateralis terletak di medial traktus
spinocerebellaris anterior. Ketika traktus spinotalamikus lateralis naik melalui medula
spinalis, terjadi penambahan serabut-serabut baru di aspek anteromedial traktus ini
sehingga di dalam segmen cervicalis atas medulla spinalis serabut-serabut sacralis
terletak di lateral dan segmen cervicalis di medial. Serabut-serabut yang membawa
sensasi nyeri terletak sedikit anterior dari serabut-serabut yang membawa sensasi
suhu. 1,4
Ketika traktus spinotalamikus lateralis naik melalui medula oblongata, traktus
ini terletak dekat permukaan lateral serta di antara nucleus olivarius inferior dan
nucleus traktus spinalis nervus trigeminus. Di sini, traktus spinotalamikus lateralis
disertai oleh traktus spinotalamikus anterior dan traktus spinotectalis; ketiganya
bersama-sama akan membentuk lemniscus spinalis. 1,4
Lemniscus spinalis terus berjalan ke atas melalui bagian posterior pons. Di
dalam mesencephalon, lemniscus terletak dalam tegmentum di lateral lemniscus
medialis. Banyak serabut traktus spinotalamikus lateralis berakhir dan bersinaps
6
dengan neuron tingkat ketiga di dalam nucleus ventroposterolateralis thalami. Hal ini
diduga bahwa disini terjadi apresiasi sensasi nyeri dan suhu serta dimulainya reaksi
emosional. 1,4
Akson-akson neuron tingkat ketiga di dalam nucleus ventroposterolateral
thalami berjalan melalui crus posterior capsula interna dan corona radiata untuk
mencapai area somesthesia di gyrus paracentralis posterior cortex cerebri. Dari sini,
informasi diteruskan ke area-area lain di cortex cerebri untuk digunakan oleh area
motorik dan asosiasi parietalis. Peran cortex cerebri adalah menginterpretasikan
kualitas informasi sensorik pada tingkat kesadaran. 1,4
7
Gambar 3. Lintasan-Lintasan Nyeri dan Suhu (Traktus Spinotalamikus Lateral).4
3. GANGGUAN PADA TRAKTUS SPINOTALAMIKUS
A. Spinotalamikus Anterior
Kenyataan bahwa cabang sentral dari neuron pertama berjalan ke atas dan ke
bawah di dalam funikulus, dan berhubungan melalui banyak kolateral dengan
8
“neuron kedua”, merupakan alasan mengapa cedera bagian lumbal dan toraks dari
traktus spinotalamikus biasanya tidak menyebabkan hilangnya sensasi taktil yang
penting. Impuls dapat dengan mudah melintas daerah cedera. Jika kerusakan
mencakup bagian servikal traktus spinotalamikus anterior, dapat menyebabkan
hipestesia ringan pada tungkai kontralateral.1 Kerusakan traktus ini menimbulkan
kehilangan sensibilitas raba dan tekanan ringan dibawah tingkat kontralateral
terhadap lesi. Ingatlah bahwa rasa raba diskriminatif akan selalu terdapat, karena
informasi ini dihantarkan melalui fasikulus grasilis dan fasikulus kuneatus. Pasien
tidak akan merasakan raba ringan dari sepotong kapas yang disentuhkan pada kulit
atau tidak merasakan tekanan benda pada tumpul yang menyentuh.3
B. Spinotalamikus Lateralis
Jika traktus spinotalamikus lateral cedera, sensasi nyeri dan sensasi suhu akan
rusak, meskipun tidak selalu dalam derajat yang sama. Pemotongan traktus
spinotalamikus lateral pada ventral substansia alba medula spinalis menghilangkan
sensasi nyeri dan suhu kontralateral sekitar 1 sampai 2 segmen di bawah tingkat
operasi.1 Kerusakan pada traktus ini menimbulkan kehilangan sensibilitas nyeri dan
suhu di bawah tingkat lesi. Karena itu, pasien itu tidak akan memberikan respon
terhadap tusukan jarum atau mengenali benda dingin dan panas yang mengenali
kulit.3
C. Sindrome pemotongan jaras sensorik1
9
Gambar 4. Jalur pemotongan jaras sensoris1
1. Lesi pada a dan b, yaitu di kortikal atau subkortikal akan menyebabkan
parastesi dan mati rasa pada masing-masing ekstremitas sisi yang berlawanan.
2. Lesi pada c yaitu dibawah talamus, menyebabkan hilangnya semua kualitas
sensorik separuh tubuh kontralateral.
10
3. Lesi pada d, yaitu pada jaras sensorik lain selain nyeri dan suhu, terjadi
hipestesi kontralateral wajah dan tubuh, sensasi nyeri dan suhu tetap utuh.
4. Lesi terbatas pada e yaitu pada lemnikus trigeminalis dan traktus
spinotalamikus lateral pada pusat otak, maka tidak akan ditemukan sensasi
nyeri dan suhu pada wajah dan tubuh kontra lateral. Tapi semua kualitas
sensorik lainnya tidak terganggu.
5. Keterlibatan lesi di f yaitu pada lemnikus dorsalis dan traktus spinotalamikus
anterior, menyebabkan kehilangan kualitas sensorik pada kontralateral tubuh,
kecuali sensasi nyeri dan suhu.
6. Lesi di g berupa kerusakan nukleus, traktus trigeminalis dan traktus
spinotalamikus lateral, menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada
wajah ipsilateral dan tubuh kontralateral.
7. Kerusakan di h yaitu pada funikulus posterior menyebabkan hilangnya
sensasi sikap, getaran, diskriminasi dan sensasi lain yang berhubungan dengan
ataksia ipsilateral.
8. Lesi di i yaitu pada kornu posterior menghilangkan sensasi suhu dan nyeri
ipsilateral. Semua kualitas sensorik lain tetap utuh.
9. Lesi pada k dengan cedera beberapa radiks posterior yang berdekatan diikuti
oleh parastesi radikuler, nyeri dan penurunan atau hilangnya semua kualitas
sensorik pada masing-masing segmen tubuh.
4. PEMERIKSAAN SENSORIK
A. Pemeriksaan nyeri superfisial5
Cara :
- Pemeriksaan menggunakan jarum bundel dan jarum suntik.
11
- Rangsangan diberikan kepada pasien secara berganti-ganti antara tusukan
jarum tajam dan tumpul, dan pasien diminta untuk membedakan kedua
rangsangan tersebut.
- Rangsangan yang serupa dilanjutkan pada daerah yang abnormal (rasa nyeri
terganggu) dan daerah yang normal pada sisi kontralateral pada area yang
sama.
- Pemeriksaan dilakukan pada area yang paling terganggu dan bergerak ke area
yang normal, mintalah pasien menyebutkan mulai daerah mana yang
sensasinya mulai ada.
B. Pemeriksaan raba5
Cara : Pemeriksaan dilakukan menggunakan bahan-bahan kapas / kertas. Teknik dan
urutan pemeriksaannya sama dengan pemeriksaan nyeri superfisial.
C. Pemeriksaan suhu5
Cara :
- Bahan yang digunakan adalah botol berisi air panas dan air dingin.
- Pasien diperiksa dalam keadaan mata ditutup.
- Pasien diperiksa pada area yang sama dengan menempelkan botol panas dan
dingin secara bergantian dan pasien disuruh menginterpretasikan sensasi yang
diberikan.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr M et Frotscher. Duus’ Topical Diagnosis inNeurology, Anatomi-
Phisiology-Sign-Symptoms. Newyork: Thieme Stuttgart.2005, 43-5.
2. Lumbantobing. Sistem Sensorik. Dalam: Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik
dan Mental. Jakarta: FKUI, 2006.115-24.
3. Exploring Nature Educational Resource. Diakses pada tanggal (15 Juni 2015).
Dari: http://www.exploringnature.org/db/detail.php?dbID=25&detID=47.
4. Snell RS. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 5. Jakarta
: ECG. 2002. 160-6.
5. Juwono T. Pemeriksaan Klinik Neurologi Dalam Praktek. Jakarta : EGC.
1995
13