Makalah Afiksia

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke kehidupan ekstra uterin hingga berusia kurang dari 1 bulan Asfiksia neonatus akan terjadi apabila saat lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluran CO2. Pada keadaan ini biasanya bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Sampai sekarang asfiksia masih merupakan salah satu penyebab pentiong morbilitas dan mortalitas perinatal. Banyak kelainan pada masa neonatus mempunyai kaitan dengan faktor asfiksia ini. Aspirasi melonium, infeksi dan kejang merupakan penyakit, yang sering terjadi pasca asfiksia. Pada penderita asfiksia dapat pula ditemukan penyakit lain yaitu gangguan fungsi jantung, renjatan neonatus, gangguan fungsi ginjal, atau kelainan gastrointestinal. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran telah benyak berperan dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan neonatus. Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan 28 hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Angka kejadian akibat asfiksia di Rumah sakit di Jawa Barat adalah 25,2% dan angka kematian di rumah sakit 1

description

Makalah Afiksia

Transcript of Makalah Afiksia

Page 1: Makalah Afiksia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke

kehidupan ekstra uterin hingga berusia kurang dari 1 bulan

Asfiksia neonatus akan terjadi apabila saat lahir mengalami gangguan

pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan

kesulitan pengeluran CO2. Pada keadaan ini biasanya bayi tidak dapat bernapas secara

spontan dan teratur segera setelah lahir. Sampai sekarang asfiksia masih merupakan salah

satu penyebab pentiong morbilitas dan mortalitas perinatal. Banyak kelainan pada masa

neonatus mempunyai kaitan dengan faktor asfiksia ini.

Aspirasi melonium, infeksi dan kejang merupakan penyakit, yang sering terjadi

pasca asfiksia. Pada penderita asfiksia dapat pula ditemukan penyakit lain yaitu

gangguan fungsi jantung, renjatan neonatus, gangguan fungsi ginjal, atau kelainan

gastrointestinal. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran telah benyak berperan dalam

menurunkan angka kematian dan kesakitan neonatus.

Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan 28

hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi

diluar rahim.

Angka kejadian akibat asfiksia di Rumah sakit di Jawa Barat adalah 25,2% dan

angka kematian di rumah sakit rujukan propinsi di Indonesia mencapai 41,94%. Data

mengungkapkan bahwa sekitar 10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan

bantuan bernafas, dari yang ringan hingga resusitasi ekstensif.

Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan

sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk

mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam

menghadapi bayi dengan asfiksia.

Melihat dari prosentasi diatas bayi yang mengalami asfiksia akan menimbulkan

masalah lanjut seperti kematian. Oleh karena peran perawat sangatlah penting dalam

memberikan asuhan keperawatan diantaranya preventif, promotif, kuratif dan

rehabilitatif. Upaya preventif yaitu mencegah asfiksia ini terjadi degan cara ibu menjaga

1

Page 2: Makalah Afiksia

nutrisi saat kehamilan dan perat tim medis dalam membantu persalinan. Upaya promotif

yaitu pendidikan kesehatan bagi keluarga.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari asfiksia?

2. Apa saja Etiologi dari asfiksia?

3. Bagaimana Patofisiologi dari asfiksia?

4. Apa saja Manifestasi dari asfiksia?

5. Apa saja klasifikasi dari asfiksia?

6. Apa saja Komplikasi dari asfiksia?

7. Bagaimana penatalaksanaan dari asfiksia?

8. Bagaimana Pemeriksaan diagnostic dari asfiksia?

9. Bagaimana farmakologi dari asfiksia?

10. Bagaimana Asuhan keperawatan dari asfiksia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari asfiksia.

2. Untuk mengetahui etiologi dari asfiksia.

3. Untuk mengetahui patofisiologi dari asfiksia.

4. Untuk mengetahui manifestasi dari asfiksia.

5. Untuk mengetahui klasifikasi dari asfiksia.

6. Untuk mengetahui komplikasi dari asfiksia.

7. Untuk mengetahui penatalaksanan asfiksia.

8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari asfiksia.

9. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan dari asfiksia.

10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari asfiksia.

1.4 Manfaat

1. Sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan padi bayi asfiksia.

2. Bisa memberikan tindakan keperawatan secara tepat pada bayi asfiksia.

2

Page 3: Makalah Afiksia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Asfiksia (berasal dari bahasa Yunani sphyzein yang artinya "denyut yang

berhenti") merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernafasan yang bersifat

mengancam jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan hipoksemia dan

hiperkapnia yang disertai dengan metabolik asidosis. Asfiksia timbul karena adanya

depresi dari susunan saraf pusat ( CNS ) yang menyebabkan gagalnya paru-paru untuk

bernafas.

Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan

teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan

akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)

Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas

secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila

proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian.

Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001)

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara

spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan

hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,

atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila

penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada

bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala

lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)

2.2 Etiologi

A. Penyebab asfiksia pada bayi menurut monhtar (1989)

1. Asfiksia dalam kehamilan :toksik obat bius,anemia berat,cacat bawan.

2. Asfiksia dalam persalinan : Asfiksia ini karena bayi Kekurangan O2 saat

persalinan,adapun penyebabya adalah :

a. partus lama

b. kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke

uri,tekanan terlalu kuat dari kepala anak ke plasenta.

B. Penyebab asfiksia menurut Straight 2004 :

3

Page 4: Makalah Afiksia

1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag diinduksi

oleh kehamilan, obat-obataTinfeksi.

2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal.

3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi

plasenta.

4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.

5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan

kelahiran.

C. Penyebab asfiksia menurut Towel (1996)

1. Faktor ibu

a. Hipoksia ibu

Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pembertian obat analgetik atau

anastesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan

segala akibatnya.

b. Gangguan aliran darah uterus

Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya

aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan

pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena

perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi, dsb.

2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi

plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada

plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solution plasenta, dsb.

3. Faktor fetus

Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam

pembuluh darah umbilicus dan menghambat gas antara ibu dan janin.

Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat

menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin,

dll.

4. Faktor neonatus

Depresi pusat pernapasan bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal

yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi

saat persalinan misalnya perdarahan intracranial, kelainan congenital pada

4

Page 5: Makalah Afiksia

bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran

pernapasan, hipoplasia paru.

D. Faktor Tali Pusat

1. Lilitan tali pusat

2. Tali pusat pendek

3. Simpul tali pusat

4. Prolapsus tali pusat

E. Faktor Bayi

1. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi

vakum, ekstraksi forsep)

2. Kelainan bawaan (kongenital)

3. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

2.3 Patofisiologi

Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap

nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2

terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini

rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler

dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa

kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat

dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.

Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai

menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi

memasuki periode apneu primer.

Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus

menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas

(flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu

sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam

darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan

5

Page 6: Makalah Afiksia

tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika

resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

6

Page 7: Makalah Afiksia

Hipoksia ibu,ganggun aliran darah uterus,faktor plasenta,faktor fetus,faktor tali pusat

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 dan kadar CO2

Nafas cepat

dipneu

Pola nafas inefektif

Suplai O2 dalam darah

Suplai O2 di perifer

Perfusi jaringan

Gangguan perfusi jaringan

hipotermi

Gangguan termoregulasi

Alveoli terisi cairan

Gangguan pertukaran gas

2.4 WOC

7

Page 8: Makalah Afiksia

2.5 Manifestasi Klinis

1. Pada Kehamilan

Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan

ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.

a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia

b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia

c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahir

a. Bayi pucat dan kebiru-biruan

b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada

c. Hipoksia

d. Asidosis metabolik atau respiratori

e. Perubahan fungsi jantung

f. Kegagalan sistem multiorgan

g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik :

kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.

2.6 Klasifikasi

Cara yang digunakan untuk menentukan derajat asfiksia yaitu dengan penilaian

APGAR. Apgar mengambil batas waktu 1 menit karena dari hasil penyelidikan

sebagian besar bayi baru lahir mempunyai apgar terendah pada umur tersebut dan

perlu dipertimbangkan untuk melakukan tindakan resusitasi aktif. Sedangkan nilai

apgar lima menit untuk menentukan prognosa dan berhubungan dengan kemungkinan

terjadinya gangguan neurologik di kemudian hari. Ada lima tanda (sign) yang dinilai

oleh Apgar, yaitu :

8

Page 9: Makalah Afiksia

Tabel 2.2 Penilaian Apgar

Tanda-tanda Vital Nilai = 0 Nilai = 1 Nilai = 2

1. Appearance

(warna kulit)

Seluruh tubuh

biru atau putih

Badan merah,

kaki biru

Seluruh tubuh

kemerah-merahan

2. Pulse

(bunyi jantung)

Tidak ada Kurang dari

100 x/ menit Lebih dari

150 x/ menit

3. Grimance

(reflek)

Tidak ada

Lunglai

Menyeringai

Fleksi ekstremitas

Batuk dan bersin

4. Activity

(tonus otot)

Tidak ada

Fleksi kuat, gerak

aktif

5. Respirotary

effort

(usaha bernafas)

Lambat atau

tidak ada Menangis kuat

atau keras

Dari kelima tanda diatas yang paling penting bagi jantung karena peninggian

frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka. Keadaan akan memburuk bila

frekuensi tidak bertambah atau melemah walaupun paru-paru telah berkembang.

Dalam hal ini pijatan jantung harus dilakukan. Usaha nafas adalah nomor dua. Bila

apnea berlangsung lama dan ventilasi yang dilakukan tidak berhasil maka bayi

menderita depresi hebat yang diikuti asidosis metabolik yang hebat. Sedang ketiga

tanda lain tergantung dari dua tanda penting tersebut.

Ada 3 derajat Asfiksiaa dari hasil Apgar diatas yaitu :

1. Nilai Apgar 7-10, Vigorous baby atau asfiksia ringan.

Bayi dalam keadaan baik sekali. Tonus otot baik, seluruh tubuh kemerah-

merahan. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan

istimewa.

9

Page 10: Makalah Afiksia

2. Nilai Apgar 4-6 Mild Moderat atau asfiksia sedang.

Pada pemeriksaan fisik akan dilihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali

permenit, tonus otot kurang baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3. Nilai Apgar 0-3, asfiksia Berat

Pada pemeriksaan ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit,

tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas

tidak ada.

2.7 Klomplikasi

a.Edema otak & Perdarahan otak

Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut

sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan

menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang

berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan

otak.

b.Anuria atau oliguria

Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan

ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai

dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak

mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan

terjadinya

hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan

pengeluaran urine sedikit.

c. Kejang

Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas

dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan

pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena

perfusi jaringan tak efektif.

d.Koma

Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan

koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

10

Page 11: Makalah Afiksia

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Penatalaksanaan Berdasarkan Penilaian Apgar Skor Adalah Sebagai Berikut :

1. Apgar skor menit I : 0-3

a. Jaga agar bayi tidak kedinginan, sebab dapat menimbulkan hipotermis dengan

segala akibatnya. Jangan diberi rangsangan taktil, jangan diberi obat perangsang

nafas lekukan resusitasi.

b. Lakukan segera intubasi dan lakukan mouth ke tube atau pulmanator to tube

ventilasi. Bila intubasi tidak dapat, lakukan mouth to mouth respiration kemudian

dibawa ke ICU.

c. Ventilasi Biokemial

Dengan melakukan pemeriksaan blood gas, kalau perlu dikoreksi dengan Natrium

Bicarbonat. Bila fasilitas Blood gas tidak ada, berikan Natrium Bicarbonat pada

asfiksia berat dengan dosis 2-4 mcg/kg BB, maksimum 8 meg/kg BB / 24 jam.

Ventilasi tetap dilakukan. Pada detik jantung kurang dari 100/menit lakukan pijat

jantung 120/menit, ventilasi diteruskan 40 x menit. Cara 3-4 x pijat jantung

disusul 1 x ventilasi (Lab./UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994 : 167).

2. Apgar skor menit I : 4-6

Seperti yang diatas, jangan dimandikan, keringkan seperti diatas.

Beri rangsangan taktil dengan tepukan pada telapak kaki, maksimum 15-30 detik.

Bila belum berhasil, beri O2 dengan atau tanpa corong (lebih baik O2 yang

dihangatkan).

Skor apgar 4-6 dengan detik jantung kurang dari 100 kali permenit lakukan bag

dan mask ventilation dan pijat jantung.

3. Apgar skor menit I : 7-10

Bersihkan jalan nafas dengan kateter dari lubang hidung dahulu (karena bayi

adalah bernafas dengan hidung) sambil melihat adakah atresia choane, kemudian

mulut, jangan terlalu dalam hanya sampai fasofaring. Kecuali pada bayi asfiksia

dengan ketuban mengandung mekonium, suction dilakukan dari mulut kemudian

hidung karena untuk menghindari aspirasi paru.

Bayi dibersihkan (boleh dimandikan) kemudian dikeringkan, termasuk rambut

kepala, karena kehilangan panas paling besar terutama daerah kepala.

Observasi tanda vital sampai stabil, biasanya 2 jam sampai 4 jam.

11

Page 12: Makalah Afiksia

2.7.2 Pelaksanaan Resusitasi

Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal secara cepat supaya

bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak. Tindakan ini

merupakan langkah awal resusitas bayi baru lahir. Tujuannya supaya intervensi yang

diberikan bisa dilaksanakan secara tepat dan cepat (tidak terlambat).

a. Membuka Jalan Nifas

1. Tujuan : Untuk memastikan terbuka tidaknya jalan nafas.

2. Metode :

Meletakkan bayi pada posisi yang benar.

Letakkan bayi secara terlentang atau miring dengan leher agak eksentensi/

tengadah. Perhatikan leher bayi agar tidak mengalami ekstensi yang berlebihan

atau kurang. Ekstensi karena keduanya akan menyebabkan udara yang masuk ke

paru-paru terhalangi.

Letakkan selimut atau handuk yang digulug dibawah bahu sehingga terangkat 2-3

cm diatas matras.

Apabila cairan/lendir terdapat bar dalam mulut, sebaiknya kepala bayi

dimiringkan supaya lendir berkumpul di mulut (tidak berkumpul di farings bagian

belakang) sehingga mudah disingkirkan.

Membersihkan Jalan Nafas

Apabila air ketuban tidak bercampur mekonium hisap cairan dari mulut dan

hidung, mulut dilakukan terlebih dahulu kemudian hidung.

Apabila air ketuban tercampur mekonium, hanya hisap cairan dari trakea,

sebaiknya menggunakan alat pipa endotrakel (pipa ET).

Urutan kedua metode membuka jalan nafas ini bisa dibalik, penghisapan

terlebih dahulu baru meletakkan bayi dalam posisi yang benar, pembersihan jalan

nafas pada semua bayi yang sudah mengeluarkan mekoneum, segera setelah lahir

(sebelum baru dilahirkan) dilakukan dengan menggunakan keteter penghisap no

10 F atau lebih. Cara pembersihannya dengan menghisap mulut, farings dan

hidung.

2.7.3 Mencegah Kehilangan Suhu Tubuh / Panas

1. Tujuan : Mencegah komplikasi metabolisme akibat kehilangan panas.

2. Metode :

12

Page 13: Makalah Afiksia

Meletakkan bayi terlentang dibawah pemancar panas (Infant warmer) dengan

temperatur untuk bayi aterm 34°C, untuk bayi preterm 35°C.

Tubuh dan kepala bayi dikeringkan dengan menggunakan handuk dan selimut

hangat, keuntungannya bayi bersih dari air ketuban, mencegah kehilangan suhu

tubuh melalui evaporosi serta dapat pula sebagai pemberian rangsangan taktik yang

dapat menimbulkan atau mempertahankan pernafasan.

Untuk bayi sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram) atau apabila suhu

ruangan sangat dingin dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastik tipis yang

tembus pandang.

2.7.4 Pemberian Tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)

1. Tujuan : untuk membantu bayi baru lahir memulai pernafasan.

2. Metode :

Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar.

Agar VTP efektif kecepatan memompa (Kecepatan Ventilasi dan tekanan ventilasi

harus sesuai, kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60 kail/menit.

Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut :

Nafas pertama setelah lahir membutuhkan 30-40 cm H2O.

Setelah nafas pertama membutuhkan 15-20 cm H2O.

Bayi dengan kondisi / penyakit paru-paru yang berakibat turunnya compliance

membutuhkan 20-40 cm H2O.

Tekanan ventilasi hanya dapat diukur apabila digunakan balon yang mempunyai

pengukur tekanan.

Observasi gerak dada bayi

Adanya gerakan dada bayi naik turun merupakan bukti bahwa sungkup terpasang

dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti menarik nafas dangkal.

Apabila dada bergerak maksimum, bayi seperti menarik nafas panjang, menunjukkan

paru-paru terlalu mengembang, yang berarti tekanan diberikan terlalu tinggi. Hal ini

dapat menyebabkan pneumotorax.

Observasi gerak perut bayi

Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang efektif. Gerak perut

mungkin disebabkan masuknya udara kedalam lambung.

Penilaian suara nafas bilateral

13

Page 14: Makalah Afiksia

Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara nafas di kedua

paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar.

Observasi pengembangan dada bayi

Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan mengurangi meremas

balon. Apabila dada kurang berkembang, mungkin disebabkan oleh salah satu sebab

berikut :

Perlekatan sungkup kurang sempurna.

Arus udara terhambat.

Tidak cukup tekanan (Prawirohardjo Sarwono, 2000; 351-254).

2.9 Pemeriksaan Diagnostik

a. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat

rendah menunjukkan asfiksia bermakna.

b. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.

c. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-

antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.

d. Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan

kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-

nya adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai

dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Dengan penilaian pH darah janin

dapat ditemukan derajat asfiksia yaitu :

3. Tabel 2.1. Penilaian pH Darah Janin

NO Hasil Sikor Apgar Derajat Asfiksiaa Nilai pH

1. 0 – 3 Berat < 7,2

2. 4 – 6 Sedang 7,1 – 7,2

3. 7 – 10 Ringan > 7,2

Sumber : Wiroatmodjo, 1994

14

Page 15: Makalah Afiksia

2.9 Farmakologi

Obat-obatan diperlukan apabila frekuensi jantung bayi tetap 80 per menit walaupun

telah dilakukan ventilasi adekuat (dengan oksigen 100%) dan kompresi dada untuk

paling sedikit 30 detik atau frekuensi jantung nol.

Obat-obatan yang diperlukan pada bayi asfiksiaa :

1. Beri adrenalin (larutan 1 : 10.000) dengan dosis 0,1-0,3 ml/kg berat badan,

apabila bayi mengalami bradikardia menetap diberikan sublingual atau diberikan

intravena, sementara NaHCO3 tetap diberikan, disertai pernafasan buatan.

2. Natrium bicarbonat (NaHCO3) diberikan dengan dosis 2 ml/kg berat badan

(cairan 7,5%) dilarutkan dengan Dextrose 10% dalam perbandingan 1 : 1

disuntikkan perlahan-lahan kedalam Vena umbilikus dalam waktu 5 menit.

3. Infus NaCL 0,9% atau Ringer laktat 10 ml/kg berat badan.

15

Page 16: Makalah Afiksia

2.10 Asuhan Keperawatan

2.10.1 Tahap pengkajian

1. Identitas umum

Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah

saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan

dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.

2. Data riwayat kesehatan

a. Keluhan Utama

Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas

b.   Riwayat kehamilan dan persalinan

Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi belakang

kaki atau sungsang

3. Kebutuhan dasar

a. Pola Nutrisi

Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh terutama

lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya

aspirasi pneumonia

b. Pola Eliminasi

Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama pencernaan

belum sempurna

c. Kebersihan diri

Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat b.a.b dan

b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya

d. Pola tidur

Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas, pergerakan

tremor.

b. Tanda-tanda Vital

Pada umunya terjadi peningkatan respirasi

c. Kulit

Pada kulit biasanya terdapat sianosis

d. Kepala

16

Page 17: Makalah Afiksia

Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura belum

menutup dan kelihatan masih bergerak

e. Mata

Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya

f. Hidung

Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping hidung.

g. Dada

Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi pernafasan

yang cepat

h. Neurology / reflek

Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)

6.Gejala dan tanda

a. Aktifitas; pergerakan lemah

b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis

4. Pemeriksaan penunjang

Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa

atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.

Pemeriksaan yang diperlukan adalah :

Darah

a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :

Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun

karena O2 dalam darah sedikit.

Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi

preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.

Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)

Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena sering

terjadi hipoglikemi.

b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :

pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.

PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik

sering terjadi hiperapnea.

PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung turun

karena terjadi hipoksia progresif.

HCO3 (normal 24-28 mEq/L)

17

Page 18: Makalah Afiksia

Urine

Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :

Natrium (normal 134-150 mEq/L)

Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)

Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)

Photo thorax

Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

4. Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas infektif b/d kadar CO2 meningkat di paru.

2. Gangguan perfusi jaringan b/d suplai O2 di perifer menurun.

3. Gangguan pertukaran gas b/d alveoli terisi oleh cairan.

4. Gangguan termoregulasi b/d hipotermi.

Dx 1. pola nafas inefektis b/d kadar CO2 meningkat.

Tujuan :

a. Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi

(-)

b. Pasien bebas dari dispneu

Intervensi

1. Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya

R/ Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha

dalam bernafas

2. Observasi dari kemampuan exspansi dada dan peningkatan fokal fremitus

R/ Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya

cairan dapat meningkatkan fremitus

cairan dapat meningkatkan fremitus

3. Catat karakteristik dari suara nafas

18

Page 19: Makalah Afiksia

R/ Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo

branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran

nafas

5. Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu

R/ Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten

Dx 2. Gangguan perfusi jaringan b/d suplai O2 dalam darah menurun.

Tujuan

setelah dilakukan asuha keperawatan, maka klien menunjukkan keefektifan pompa

jantung, perfusi jaringan jantung dan perfusi jaringan perifer.

Intervensi

1. Monitoring gas darah

R/ menegetahui keadaan normal

2. Kaji denyut jantung

R/ Untuk mengetahui keadaan normal denyut jantung DJJ 80-120 x/menit

3. Monitoring system jantung dan paru (resusitasi)

R/ Untuk mengetahui fungsi kerja jantung dan paru secara normal.

4. Berikan O2 secara adekuat

R/ Agar kebutuhan O2 terpenuhi dan tidak terjadi sianosis.

Dx 3. Gangguan pertukaran gas b/d alveoli terisis oleh cairan

Tujuan

a. Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai BGA

normal

b. Bebas dari gejala distress pernafasan

Intervensi

1. Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas

R/ Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha

nafas

19

Page 20: Makalah Afiksia

2. Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan

wheezing

R/ Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi karena

peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan

permeabilitas membran alveoli – kapiler. Wheezing terjadi karena bronchokontriksi

atau adanya mukus pada jalan nafas

3. Kaji adanya cyanosis

R/ Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis

muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya

hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas adalah

vasokontriksi.

4. Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat

R/ Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium

5. Berikan istirahat yang cukup dan nyaman

R/ Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen

6. Berikan humidifier oksigen dengan masker rebreathing / non rebreathing jika ada

indikasi

R/ Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan yang

sesuai

Dx 4. Gangguan termoregulasi b/d hipotermi

Tujuan

a. Tidak terjadi hipotermia

Kriteria

b. Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C

20

Page 21: Makalah Afiksia

c. Akral hangat, Warna seluruh tubuh kemerahan

Intervensi

1. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer)

R/ Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga meletakkan bayi

menjadi hangat

2. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas

handuk / kain yang kering dan hangat.

R/ Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi

3. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.

R/ Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat hipotermia

21

Page 22: Makalah Afiksia

BAB III

TINJAUAN KASUS

Contoh kasus

Ny.G 26 th suku batak pendidikan SMA pekerjaan IRT agama Kristen alamat jln

ciliwung no 1 Bengkulu dan Tn.B 29 th suku batak pendidikan SMA pekerjaan PNS

agama Kristen alamat jln ciliwung no 1 Bengkulu.Datang ke klinik bersalin Irmia

dengan kehamilan 39 minggu. Sebelumnya Ny.G periksa ANC 6X selama kehamilan

ke bidan. Kemudian Ny.G melahirkan anak “C” perempuan merupakan anak pertama

dengan pertolongan dokter secara pervaginaan. Kala I :18 jam,kala II :2,5 jam, kala

III:20 menit dank ala IV :2 jam. Keadaan bayi tidak langsung menangis warna kulit

kebiruan dan terlihat sianosis tonus otot lemah. Pada pemeriksan fisik diperoleh data

RR:28x/menit,HR :98x/menit,suhu :35,5oC,BB :3200 gram,PB :43 cm,lil:14

cm,LK/LD :32/32 cm.

PENGKAJIAN

A.   Data Subjektif

1. Biodata

Nama Bayi          : an”c”

Umur                    :  BBL 1 jam yang lalu

Jenis Kelamin      : Perempuan

Anak Ke                : 1

   

Nama Orang Tua

Nama Ibu             : Ny. G

Umur                     : 26 tahun                       

Suku/bangsa       : Batak/Indonesia          

Pendidikan          : SMA                               

Pekerjaan            : IRT                                 

Agama                  : Kristen                           

Alamat                  : Jl.Ciliwung no 1 Bengkulu

                                                                         

Nama Ayah         : Tn.B

Umur                     : 29 tahun                       

22

Page 23: Makalah Afiksia

Suku/bangsa       : Batak/Indonesia          

Pendidikan          : SMA                               

Pekerjaan            : PNS                               

Agama                  : Kristen                           

Alamat                  : Jl.Ciliwung no 1 Bengkulu

                                                            

2.Keluhan Utama

Ibu mengatakan saat anaknya lahir,bernafas dengan megap,warna kulitnya kebiru-biruan

dan ekstremitas terkulai

3.Riwayat Kesehatan

a.Penyakit Menular

Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit TBC,Hepatitis,PMS

b.Penyakit Keturunan

Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak ada menderita penyakit DM,Asma dan jantung

4.Riwayat Kehamilan

-  Umur Kehamilan                           : 39 Minggu

-  Periksa ANC                                   : ke Bidan

-  Frekuensi ANC                              : 6x selama hamil

-  Penyakit Ibu Selama hamil         : ada Diametes melitus

5.Riwayat Persalinan

-  Jenis Persalinan                             : Pervaginam dengan tindakan vakum

-  Atas Indikasi                                 : Diabetes Melitus

-  Partus di                                          : Klinik Bersalin Irmia

-  Ditolong oleh                                  : Dokter

-  Kala 1                                              :18 jam : Kala II : 2,5 Jam : Kala III: 20

                                                      Menit Kala IV:2 Jam                 

-  Keadaan bayi saat lahir                    :-Bayi tidak langsung menangis

                                                      -Warna kulit kebiru-biruan dan tonus

                                                       Otot lemah

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum Bayi   : Lemah

Kesadaran                     : Compos Mentis

23

Page 24: Makalah Afiksia

·         Tanda-tanda vital           :

                                            RR    : 28 x/menit

                                            Pols  : 98 x/menit

                                            Temp : 35,5 0C

·         Antropometri

                                             BB  : 3200 gr

                                             PB    : 43 cm

                                             LILA      : 14 cm

                                             LK/ LD  : 32 cm / 32 cm   

C. Kebutuhan dasar

a. Pola Nutrisi

Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh terutama

lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya

aspirasi pneumonia

b. Pola Eliminasi

Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama pencernaan

belum sempurna

c. Kebersihan diri

Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat b.a.b dan

b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya

d. Pola tidur

Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas, pergerakan

tremor.

b. Tanda-tanda Vital

Pada umunya terjadi penurunan respirasi

c. Kulit

Pada kulit biasanya terdapat sianosis

d. Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura

belum menutup dan kelihatan masih bergerak

24

Page 25: Makalah Afiksia

e. Mata

Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya

f. Hidung

Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping

hidung.

g. Dada

Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi pernafasan

yang cepat

h. Neurology / reflek

Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)

6.      Gejala dan tanda

a. Aktifitas; pergerakan lemah

b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis

c.  Tanda-tanda vital;

hipotermi Tanda : ketidakefektifan termoregulasi

25

Page 26: Makalah Afiksia

Analisa data dan perumusan masalah

No. Data Etiologi Masalah

1.

2.

3.

4.

4.

DS: px mengatakan nafas

anaknya megap dan

terdapat cuping hidung.

DO: RR : 28x/menit

DS:ibu mengatakan

ekstremitas anaknya

berwarna

kebiruan,pergerakan

ekstreitas lemah

DO: sianosis

DS :ibu mengatakan

DO :terdapat cairan amnion

di alveoli

DS :ibu mengatakan

bayinya akr

DO :akral dingin,suhu :35,5 0C

Polas nafas inefektif

Gangguan perfusi

jaringan

Gangguan

pertukaran gas

Gangguan

termoregulasi

26

Nafas cepat

dipsneu

Pola nafas inefektif

Suplai O2 dlm darah

Suplai O2 di perifer

Perfusi jaringan

Alveoli terisi cairan

Gangguan pertukaran gas

Suplai O2 dalam darah

hipotermi

Gangguan termoregulasi

Page 27: Makalah Afiksia

2.10.2 Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas infektif b/d kadar CO2 meningkat di paru.

2. Gangguan perfusi jaringan b/d suplai O2 di perifer menurun.

3. Gangguan pertukaran gas b/d alveoli terisi oleh cairan.

4. Gangguan termoregulasi b/d hipotermi.

27

Page 28: Makalah Afiksia

2.10.3 Rencana keperawatan

No Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

1 Pola nafas inefektif b/d

meningkatnya kadar

CO2

Tujuan:

a. Pasien dapat

mempertahankan

jalan nafas

dengan bunyi

nafas yang jernih

dan ronchi (-)

b. Pasien bebas dari

dispneu

c. Mengeluarkan

sekret tanpa

kesulitan

d. Memperlihatkan

tingkah laku

mempertahankan

jalan nafas

e. Jalan napas

paten

1. Catat perubahan

dalam bernafas dan pola

nafasnya.

2. Observasi dari

kemampuan

exspansi dada dan

peningkatan fokal

fremitus

3. Catat karakteristik

dari suara nafas

Penggunaan otot-otot

interkostal/abdominal/lehe

r dapat meningkatkan

usaha dalam bernafas

Pengembangan dada dapat

menjadi batas dari

akumulasi cairan dan

adanya cairan dapat

meningkatkan fremitus

Suara nafas terjadi karena

adanya aliran udara

melewati batang tracheo

branchial dan juga karena

adanya cairan, mukus atau

sumbatan lain dari saluran

28

Page 29: Makalah Afiksia

nafas

4. Pertahankan posisi

tubuh/posisi kepala

dan gunakan jalan

nafas tambahan bila

perlu

Pemeliharaan jalan

nafas bagian nafas

dengan paten

No Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

5. Kolaborasi dengan team

medis dalam pemberian

O2 dan pemeriksaan

Menjamin oksigenasi

jaringan yang adekuat

terutama untuk jantung

29

3

Page 30: Makalah Afiksia

kadar gas darah arteri. dan otak. Dan

peningkatan pada kadar

PCO2 menunjukkan

hypoventilasi

2

2

Gangguan perfusi

jaringan b/d suplai O2

dalam darah menurun.

Tujuan

setelah dilakukan asuhan

keperawatan, maka klien

menunjukkan keefektifan

pompa jantung, perfusi

jaringan jantung dan perfusi

jaringan perifer.

1. Monitoring gas

darah

2. Kaji denyut jantung

3. Monitoring system

jantung dan paru

(resusitasi)

4. Berikan O2 secara

adekuat

menegetahui keadaan

normal gas darah.

Untuk mengetahui

keadaan normal

denyut jantung DJJ

80-120 x/menit

Untuk mengetahui

fungsi kerja jantung

dan paru secara

normal.

Agar kebutuhan O2

terpenuhi dan tidak

terjadi sianosis.

Gangguan pertukaran

gas b/d alveoli terisis

oleh cairan

Tujuan

d. Pasien dapat

5. Kaji status

pernafasan,

catat

Takipneu adalah

mekanisme

kompensasi untuk

30

Page 31: Makalah Afiksia

memperlihatkan

ventilasi dan

oksigenasi yang

adekuat dengan

nilai BGA

normal

e. Bebas dari gejala

distress

pernafasan

peningkatan

respirasi atau

perubahan

pola nafas

6. Catat ada

tidaknya

suara nafas

dan adanya

bunyi nafas

tambahan

seperti

crakles, dan

wheezing

7. Kaji adanya

cyanosis

hipoksemia dan

peningkatan usaha

nafas

Suara nafas

mungkin tidak

sama atau tidak ada

ditemukan. Crakles

terjadi karena

peningkatan cairan

di permukaan

jaringan yang

disebabkan oleh

peningkatan

permeabilitas

membran alveoli –

kapiler. Wheezing

terjadi karena

bronchokontriksi

atau adanya mukus

pada jalan nafas

Selalu berarti bila

diberikan oksigen

31

Page 32: Makalah Afiksia

8. Berikan

istirahat yang

cukup dan

nyaman

9. Berikan

humidifier

oksigen

dengan

(desaturasi 5 gr dari

Hb) sebelum

cyanosis muncul.

Tanda cyanosis

dapat dinilai pada

mulut, bibir yang

indikasi adanya

hipoksemia

sistemik, cyanosis

perifer seperti pada

kuku dan

ekstremitas adalah

vasokontriksi.

Hipoksemia dapat

menyebabkan

iritabilitas dari

miokardium

Menyimpan tenaga

pasien, mengurangi

penggunaan oksigen

32

Page 33: Makalah Afiksia

masker

rebreathing /

non

rebreathing

jika ada

indikasi

Memaksimalkan

pertukaran oksigen

secara terus menerus

dengan tekanan yang

sesuai

e

3

3

.

Gangguan perfusi

berhubunga dengan

suplai dalam darah

menurun.

Tujuan

setelah dilakukan askep,

maka klien

menunjukkan

keefektifan pompa

jantung, perfusi jaringan

jantung dan perfusi

jaringan perifer.

1. Monitoring gas darah

2. Kaji denyut jantung

3. Monitoring system

jantung dan paru

(resusitasi)

4. Berikan O2 secara

adekuat

menegetahui keadaan

normal

Untuk mengetahui keadaan

normal denyut jantung DJJ

80-120 x/menit

Untuk mengetahui fungsi

kerja jantung dan paru

secara normal

Agar kebutuhan O2

terpenuhi dan tidak terjadi

33

Page 34: Makalah Afiksia

sianosis.

5. Gangguan

termoregulasi

berhubungan dengan

hipotermi

Tujuan

Tidak terjadi hipotermia

Kriteria

Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C

Akral hangat

1. Letakkan bayi terlentang

diatas pemancar panas

(infant warmer)

Mengurangi kehilangan

panas pada suhu

lingkungan sehingga

meletakkan bayi

menjadi hangat

Warna seluruh tubuh

kemerahan

2. Singkirkan kain yang

sudah dipakai untuk

mengeringkan tubuh,

letakkan bayi diatas

handuk / kain yang

kering dan hangat.

2. Mencegah kehilangan

tubuh melalui konduksi.

No Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

34

Page 35: Makalah Afiksia

3. Observasi suhu bayi

tiap 6 jam.

3. Perubahan suhu tubuh

bayi dapat menentukan

tingkat hipotermia

4. Kolaborasi dengan

team medis untuk

pemberian Infus

Glukosa 5% bila ASI

tidak mungkin

diberikan.

4. Mencegah terjadinya

hipoglikemia

35

Page 36: Makalah Afiksia

36

Page 37: Makalah Afiksia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan

dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran

gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan

kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia.

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan /

persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila

tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau

tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai

dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan

menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan

berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan

ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.Disamping perubahan klinis juga

terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat

awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob

yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung

berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan

fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yamh tidak adekuat sehingga

menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak

yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat tim penyusun sampaikan untuk mahasiswa Prodi S1

Keperawatan agar dapat memahami masalah pada anak dengan asfiksia neonatorum, agar

dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dalam memberikan tindakan keperawatan

pada pasien

37