Makah Blok 13

25
18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak akhir Perang Dunia II hingga dewasa ini, penelitian epidemiologi telah banyak dilakukan oleh para ahli, terutama di Negara-negara maju. Di Amerika Serikat, berbagai hasil penelitian epidemiologi telah banyak dimanfaatkan dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di negara ini, demikian pula halnya pada negara-negara maju lainnya. Walaupun perkembangan disiplin ilmu epidemiologi tampaknya berjalan agak lambat, tetapi pada saat ini telah banyak digunakan dalam berbagai disiplin ilmu kesehatan serta yang erat hubungannya dengan bidang kesehatan secara umum. Dewasa ini epidemiologi sebagai salah satu disiplin ilmu yang relatif masih baru walaupun telah digunakan secara luas, tetapi masih diliputi oleh berbagai selisih pendapat maupun perbedaan pengertian yang bukan saja dalam hal definisi epidemiologi secara umum, tetapi juga dalam hal pengertian terhadap berbagai istilah dan pengukuran. Penggunaan rate atau ratio yang masih sering salah serta kesepakatan tentang arti angka insidensi (incidence rate) masih sering muncul di permukaan. Berbagai konsep dalam penelitian epidemilogi harus lebih dimantapkan terutama dalam penelitian hubungan sebab akibat yang merupakan inti penelitian epidemiologi.

description

mmmm

Transcript of Makah Blok 13

18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSejak akhir Perang Dunia II hingga dewasa ini, penelitian epidemiologi telah banyak

dilakukan oleh para ahli, terutama di Negara-negara maju. Di Amerika Serikat, berbagai hasil

penelitian epidemiologi telah banyak dimanfaatkan dalam usaha meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat di negara ini, demikian pula halnya pada negara-negara maju lainnya.

Walaupun perkembangan disiplin ilmu epidemiologi tampaknya berjalan agak lambat,

tetapi pada saat ini telah banyak digunakan dalam berbagai disiplin ilmu kesehatan serta yang

erat hubungannya dengan bidang kesehatan secara umum.

Dewasa ini epidemiologi sebagai salah satu disiplin ilmu yang relatif masih baru

walaupun telah digunakan secara luas, tetapi masih diliputi oleh berbagai selisih pendapat

maupun perbedaan pengertian yang bukan saja dalam hal definisi epidemiologi secara umum,

tetapi juga dalam hal pengertian terhadap berbagai istilah dan pengukuran. Penggunaan rate

atau ratio yang masih sering salah serta kesepakatan tentang arti angka insidensi (incidence

rate) masih sering muncul di permukaan. Berbagai konsep dalam penelitian epidemilogi

harus lebih dimantapkan terutama dalam penelitian hubungan sebab akibat yang merupakan

inti penelitian epidemiologi.

Epidemiologi telah banyak mengalami perubahan sejak awal penggunaannya secara

tradisional, baik yang bersifat perubahan filosofis maupun perubahan dalam teknis

penggunaannya. Namun demikian, dengan kemajuan ilmu dan teknologi sekarang ini, telah

banyak mendorong para ahli epidemiologi untuk mengembangkan diri dan sekaligus

berusaha mengembangkan disiplin ilmu epidemiologi agar dapat sejajar dengan berbagai

ilmu dasar lainnya.

18

1.2 MasalahAdapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

Definisi epidemiologi

Faktor dan ineraksi multifakor yang menyebabkan penyakit gigi dan mulut (HAE)

Indeks derajat kesehatan gigi dan mulut, metode pengukuran, dan jenis

pengukuran.

Rancangan untuk penelitian epidemiologi

Penanggulangan, pencegahan, kontrol penyakit masalah kesehatan gigi dan mulut

di masyarakat.

1.3 TujuanPembuatan makalah ini bertujuan:

Untuk mengetahui definisi dari epidemiologi

Untuk mengetahui faktor dan ineraksi multifakor yang menyebabkan penyakit

gigi dan mulut (HAE)

Untuk mengetahui indeks derajat kesehatan gigi dan mulut, metode pengukuran,

dan jenis pengukuran.

Untuk mengetahui rancangan untuk penelitian epidemiologi

Untuk mengetahui penanggulangan, pencegahan, kontrol penyakit masalah

kesehatan gigi dan mulut di masyarakat.

BAB II

18

PEMBAHASAN

2.1 Epidemiologi

2.1.1 DefinisiIstilah epidemiologi berasal dari bahasa yunani, yaitu: ‘epi’ yang berarti atas, ‘demos’

yang berarti rakyat atau penduduk dan ‘logos’ yang berarti ilmu, sehingga epidemiologi

diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi atau menimpa

penduduk. Epidemiologi ini tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi (wabah) saja

tetapi epidemiologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang penyebaran

penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya, mencakup juga studi tentang pola-

pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut.1

Pengertian lainnya, epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk

menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk

tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk

tujuan pencegahan maupun penanggulangan. Epidemiologi merupakan filosofis dasar disiplin

ilmu-ilmu kesehatan termasuk kedokteran, yakni suatu proses login untuk menganalisis serta

memahami hubungan interaksi antara proses fisik, biologis, dan fenomena sosial yang

berhubungan erat dengan derajat kesehatan, kejadian penyakit maupun gangguan kesehatan

lainnya.2

Selain itu, ada beberapa definisi lainnya menurut para ahli antara lain:

1. Hirsch (1883); epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis-jenis

penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan

dengan kondisi eksternal.

2. Greenwood (1934); epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang penyakit

dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok (herd) penduduk.

3. Moris (1964); epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu

penduduk.

4. Brian Mac Mahon (1970); epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab

frekuensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu.

5. Wade Hampton Frost (1972); epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang fenomena

massal (Mass Phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (Natural History)

penyakit menular.

18

6. Abdel R. Omran (1974); epidemiologi adalah suatu penyakit mengenai terjadinya suatu

penyakit dan distribusi keadaan kesehatan, panyakit dan perubahan pada penduduk,

begitu juga determinannya serta akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.

7. Lilienfeld (1977); epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang

berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan

populasi.

8. Anders Ahlbom & Staffan Norel (1989); epidemiologi adalah ilmu pengetahuan

mengenai terjadinya penyakit pada manusia.

9. Robert H. Fletcher (1991); epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang

distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.

10. Last (1988); epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan determinan-dterminan dari

keadaan atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan di dalam populasi tertentu,

serta penerapannya untuk mengendalikan masalah-masalah kesehatan.3

Dari berbagai definisi atau pengertian yang telah dikemukakan para ahli epidemiologi

yang pada dasarnya memiliki persamaan pengertian yakni epidemiologi adalah suatu ilmu

yang mempelajari, menganalisis, serta berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan

maupun masalah yang erat hubungannya dengan kesehatan pada suatu kelompok penduduk

tertentu.

18

2.1.2 Faktor- faktor dan interaksi multifaktor yang menyebabkan penyakit gimul

Segitiga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelaskan

konsep berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjadinya penyakit

terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ketiganya.

Segitiga epidemiologi yang saling terkait satu sama lain:

1. Host (penjamu)

Keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor resiko untuk

terjadinya suatu penyakit. Faktor penjamu yang biasanya menjadi faktor untuk timbulnya

suatu penyakit sebagai berikut:

Umur

Jenis kelamin

Ras, suku (etnik) ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang berbeda

kerentanan terhadap suatu penyakit.

Genetik

Status kesehatan umum termasuk status gizi.

Bentuk anatomis tubuh.

Fungsi fisiologis

Keadaan imunitas dan respon imun

Kemampuan interaksi antara host dan agent

Penyakit yang diderita sebelumnya.

Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri.

18

Karakteristik host

manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit

yang bisa berupa:

Resistensi: kemampuan dari host untuk bertahan terhadap suatu infeksi.

Terhadap suatu infeksi kuman terentu maka manusia mungkin mempunyai

mekanisme pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.

Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis

dapat secara alamiah maupun diperoleh sehingga tubuh kebal terhadap suatu

penyakit tertentu.

Infektioness: potensi host yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada

orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh

seseorang berpindah pada orang lain disekitarnya.

2. Agent

Disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang oleh mikroorganisme

(virus, bakteri, jamur, parasit, protozoa, metazoa, dll), unsur nutrisi karna bahan makanan

yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karna

bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri(karbon monoksid, obat-obatan, arsen,

pestisida) unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benturan, dll.

Karakteristik agent

Infektivitas: kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap

lingkungan dari host untuk mampu tinggal dan berkembang biak dalam jaringan

host.

Patogenesis: kesanggupan untuk organisme untuk menimbulkan suatu reaksi

klinis khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada host yang diserang.

Virulensi: kesanggupan untuk organisme tertentu menghasilkan reaksi patologis

berat yang mungkin hingga menyebabkan kematian. Virulensi kuman

menunjukkan beratnya penyakit.

Tosisitas: kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksin

oleh substansi kimia yang dibuatnya.

Invasitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologi dalam

host.

18

Antigensitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologi

dalam host. Beberapa organisme mempunyai antigenisitas lebih kuat dibanding

yang lain. Jika menyerang pada aliran darah akan lebih merangsang

imunorespone dari pada yang menyerang permukaan membran.

.

3. Environment( lingkungan)

Faktor lingkungan adalah faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit, faktor

datangnya dari luar.

Faktor lingkungan ini dibagi menjadi:

Lingkungan biologis

Lingkungan fisik

Lingkungan sosial ekonomi.

Ineraksi multifaktor

Segitiga epidemiologi disebut juga dengan ecological atau epidemiologi triads.

Menurut John Gordon, model ini menggambarkan interaksi tiga komponen

penyebab penyakit yaitu:

1. Manusia (host)2. Penyebab (agent)3. Lingkungan (environment)

Penyakit dapat terjadi karna adanya ketidakseimbangan antara ketiga komponen tersebut. Model ini dikenal dengan model triangel epidemiologi atau trial epidemiologi dan cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi. Sebab peran agent (yaitu mikroba) mudah diisolasikan dengan jelas dari lingkungannya.2

Jika E natural kemudian virulen dari EA sebagian dinetralkan oleh ketahan tubuh H simbiosis (subclinical disease).

18

Jika resistensi H>E selalu menguntungkan H dan kemudian H mengalahkan EA (etiological agent) dan menang H good health.

Jika virulensia EA sangat tinggi, ketahanan H sangat rendah dan E sangat menguntungkan EA

death of host.

Jika E hanya sedikit menguntungkan H dan EA kurang virulen serta ketahanan H sedang chronic disease.

Jika EA lebih virulen dan host lemah E menguntungkan EA maka EA mengatakan H acute disease.

2.1.3 Indeks derajat kesehatan gigi dan mulut, metode pengukuran, dan jenis pengukurannya.

18

1. Indeks OHI-S

Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut dapat digunakan OH simplified dari green

dan vermillion (OHIS).

OHIS = debris indeks + dengan kalkulus indeks

= DI + CI

a. Penilaian debris indeks

Debris indeks = jumlah penilaian debris

Jumlah gigi yang diperiksa

b. Penilaian kalkulus indeks

Kalkulus indeks = jumlah penilaian kalkulus

Jumlah gigi yang diperiksa

Status OHIS:

Baik = 0 – 1,1

Sedang = 1,2 – 3

Buruk = >3

2. Indeks CPITN (ccomunnity periodontal indeks for treatments needs)

Dipergunakan untuk mendapatkan gambaran tingkat kondisi jaringan periodontal.

Penilain CPITN mengharuskan menggunakkan probe periodontal. Gigi geligi kemudian

dibagi kedalam 6 sexton:

1. Sexton 1 = gigi 4,5,6,7 kanan RA

2. Sexton 2 = gigi 1,2,3 kanan kiri RA

3. Sexton 3 = gigi 4,5,6,7 kiri RA

4. Sexton 4 = gigi 4,5,6,7 kanan RB

5. Sexton 5 = gigi 1,2,3 kanan kiri RB

6. Sexton 6 = gigi 4,5,6,7 kiri RB

Cara pengukuran CPITN:

18

Pengkuran dilakukan tanpa menimbulkan rasa sakit. Tekanan yang diberikan tidak

boleh lebih dari 20 gram.

Probe dimasukkan kedalam saku gusi kemudian gigi indeks , kemudian mengikuti

konfigurasi anatomidan pemukaan akar gigi dari arah distal ke mesial dengan cara

menarik turunkkan probe.

Cara perhitungan CPITN:

a. Mengetahui tingkat keparahan jaringan periodontal

Jumlah orang dengan skor tertinggi

Jumlah orang yang diperiksa

b. Mengetahui luasnya masalah

Rata-rata sexton yang tidak terkena penyakit periodontal

Jumlah orang dengan skor tertinggi

Jumlah orang yang diperiksa

Rata-rata sexton dengan skor berdarah

Jumlah orang denga skor tertinggi 1,2,3,4

Jumlah orang yang diperiksa

Rata-rata sexton dengan skor karang gigig

Jumlah orang dengan skor tertinggi 1,2,3,4

Jumlah orang yang diperiksa

Rata-rata sexton dengan poket dangkal atau lebih tinggi

Jumlah orang dengan skor tertinggi 3,4

Jumlah orang yang diperiksa

Rata-rata sexton dengan skor poket dalam

Jumlah orang dengan skor tertinggi 4

Jumlah orang yang diperiksa

c. Mengetahui kebutuhan perawatan

Persentase orang yang membtuhkan instruksi kebersihan dan prevalensi

penyakit periodontal.

Jumlah orang dengan skor tertinggi (1+2+3+4) x 100 %

Jumlah orang yang diperiksa

18

Kriteria perawatan:

Kode kebutuhan perawatan

- 0 - tidak membutuhkan

- 1 - memerlukan perbaikkan OH

- 2 dan 3 - perbaikkan OH dan skelling profesional

- 4 - perbaikkan OH dan skelling professional serta

perawatan komphrensif

Ukuran dalam epidemiologi:

a. Prevalensi

Frekuensi suatu penyakit pada suatu jangka waktu tertentu dikelompok

masyarakat tertentu.

b. Insidensi

Frekuensi timbulnya penyakit-penyakit baru selama satu jangka waktu tertentu

pada kelompok masyarakat tertentu.2

2.1.4 rancangan untuk penelitian epidemiologi

Di sini ada 3 pendekatan yang digunakan dalam epidemiologi, antara lain:

1. Epidemiologi Deskriptif

Pendekatan ini dapat memberikan gambaran tentang adanya masalah dalam populasi

tertentu dengan membandingkan populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan

populasi yang sama pada waktu yang berbeda. Pendekatan ini banyak digunakan dalam

mencari keterangan tentang keadaan derajat kesehatan maupun masalah kesehatan dalam

suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Di samping itu

epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi

timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu dengan

menggunakan analisis data epidemiologi serta data informasi lain yang bersumber dari

berbagai disiplin seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial

ekonomi, dan sumber keterangan lainnya.

18

Variabel-variabel epidemiologi terdiri dari:

Orang (Person)

Di sini akan dijelaskan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan

etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.

a) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan-penyelidikan

epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan

menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang dapat membacanya

dengan mudah dan melihat pola kesakitan menurut golongan umur.

b) Jenis Kelamin

Di luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi di kalangan wanita

sedangkan angka kematian lebih tinggi di kalangan pria.

Perbedaan angka kematian disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik:

faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal

karena berperannya faktor-faktor lingkungan, mis: lebih banyak pria menghisap

rokok, minum-minuman keras, bekerja keras, berhadapan dengan pekerjaan-

pekerjaan berbahaya, lebih suka pada hal-hal yang menantang atau yang beresiko

tinggi, dst.

Perbedaan angka kesakitan yang lebih tinggi di kalangan wanita, di Amerika Serikat

dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan.

c) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka

kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang.

Kelas sosial ini ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan, penghasilan, juga tempat

tinggal. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi bagaimana pemeliharaan kesehatan

seseorang.

d) Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan, yakni:

Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan

seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, dsb.

Situasi pekerjaan yang penuh dengan stess (yang telah dikenal sebagai faktor

yang berperan pada timbulnya hypertensi, ulcus lambung).

18

Ada tidaknya “gerak badan” di dalam pekerjaan; di AS ditunjukkan bahwa

penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang

mempunyai pekerjaan di mana kurang adanya “gerak badan”.

Karena berkerumun dalam satu tempat yang relatif sempit, maka dapat terjadi

proses penularan penyakit antara para pekerja.

Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan

di tambang.

e) Penghasilan

Yang sering kita nilai adalah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai

cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dsb.1

f) Golongan Etnik

Golongan etnik meliputi kelompok homogen berdasarkan kebiasaan hidup maupun

homogenitas biologis/genetik.

Ras; ada penyakit yang tampak karena perbedaan ras tetapi lebih dipengaruhi

oleh lingkungan dan kebiasaan hidup, mis: perbedaan insidensi penyakit pada

ras Cina dengan Indonesia asli.

Agama; adanya perbedaan makanan yang terlarang (trichinosis)

Hubungan garis keturunan dan antarkeluarga; adanya penyakit dengan garis

keturunan yang jelas seperti gondok, diabetes, asma yang dipengaruhi gaya

hidup, genetik atau sosial. Adanya penyakit menular yang berpusat pada rumah

tangga seperti tuberkulosis, scabies, dll.2

g) Status Perkawinan

Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin

dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang

tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih

sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam

gaya hidup yang berhubungan secara klausal dengan penyebab penyakit-penyakit

tertentu.

h) Besarnya Keluarga

Di dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena

penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.

i) Struktur Keluarga

18

Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit

menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga

yang besar karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka

mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bergizi.

j) Paritas

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu

maupun si anak. Kecenderungan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang

berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu

seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis, dst.

Tempat (Place)

Banyak penyakit yang berpengaruh pada tempat tertentu. Misalnya penyakit demam

kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya

“reservoir” infeksi (manusia atau kera), vektor (Aedes aegypty), penduduk yang rentan

dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah di

mana vektor dan persyaratan iklim ditemukan, tetapi tak ada sumber infeksi, disebut

“receptive area” untuk demam kuning.

Contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang frekuensinya tinggi

pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah di mana terdapat vektor snail

atau keong (Lembah Nil, Jepang); gondok endemik (endemic goiter) di daerah yang

kekurangan zat yodium.

Waktu (Time)

Perubahan penyakit dalam masyarakat menurut waktu dapat dibedakan: 1) fluktuasi

jangka pendek, di mana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari,

minggu, dan bulan. 2) perubahan-perubahan secara siklus di mana perubahan–perubahan

angka kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa

bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun, dan 3) perubahan-perubahan angka kesakitan

yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluhan

tahun, yang disebut “secular trends”.

2. Epidemiologi Analitik

18

Pendekatan ini dipergunakan untuk menguji data serta informasi-informasi yang

diperoleh.

Ada 2 studi tentang epidemiologi ini, antara lain:

Studi riwayat kasus (case history studies); dalam studi ini akan dibandingkan antara dua

kelompok orang, yakni kelompok yang terkena penyebab penyakit dengan kelompok

orang yang tidak terkena penyakit.

Studi kohort (kohortbstudies); dalam studi ini sekolompok orang dipaparkan pada suatu

penyebab penyakit. Kemudian diambil sekelompok orang yang mempunyai ciri-ciri yang

sama dengan kelompok pertama tetapi tidak dipaparkan atau tidak dikenakan pada

penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol. Kemudian dicari

perbedaan antara kedua kelompok tersebut, bermakna atau tidak.

3. Epidemiologi Eksperimen

Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok

subjek, kemidian dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenakan percobaan.1

2.1.5 Penanggulangan, pencegahan, kontrol penyakit masalah kesehatan gigi dan mulu di masyarakat.

1. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut (promotif)

Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Misal: entang gigi berlubang, cara

menggosok gigi, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

18

Pelatihan kader terpadu: melatih kader kesehatan setempat (guru, dokter kecil,

dll) untuk mampu memberikan penyuluhan, deteksi dini terhadap kelainan

gimul, pengobatan darurat sederhana, melakukan kegiatan rujukan.

2. Upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut ( preventif)

Tindakan mengotrol agar penyakit tidak terjadi:

Kontrol diet: banyak makan buah

Kontrol plak: menggosok gigi

Memperkuat lapisan email gigidengan pemberian larutan fluor topikal

Lakukan perawatan fissure sealant.

3. Kuratif

Tindakan penyembuhan penyakit (kuratif) sesuai dengan kompetensi:

Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit (relief of pain)

Penumpatan dengan ART (Atraumatic Restoratif Treatment).1

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta

2. Noor, Nasri Noor. 1997. Dasar Epidemiologi. Ujung Pandang: PT. Rineka Cipta

18

3. Beaglehole, R., dkk. 1997. Dasar-dasar Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

4. http://elearning.gunadarma.ac.id/epidemiologi-kebidanan.html 5. http://suyatno.blog.undip.ac.id/ 6. http://www.depkes.go.id/ 7. http://arviant.web.ugm.ac.id/ 8. http://akademik.unsri.ac.id/journal/IKM/Epidmenular 9. http://infoanda.com/penyakit-pasca-banjir 10. http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-imunisasi-tujuan-manfaat-cara-dan-jenis-

imun isasi-pada-manusia 11. http://pppl.depkes.go.id/ 12. Mn, Bustan. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta13. Leavell, H.R and Clark, E.G. 1965. Preventive Medicine for the Doctor in his Community

3th Edition. New York: Mc Graw-Hill Inc