Majalah teknokra edisi 128

28
N0.128 Edisi April 2013 ISSN 0215-8116 Teknologi, Inovasi, Kreativitas, dan Aktivitas Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh Majalah Mahasiswa Universitas Lampung RAMBU- RAMBU PEGAWAI UNILA

description

Majalah trimingguan UKPM Teknokra Universitas Lampung edisi 128.

Transcript of Majalah teknokra edisi 128

Page 1: Majalah teknokra edisi 128

N0.128 Edisi April 2013ISSN 0215-8116

Teknologi, Inovasi, Kreativitas, dan AktivitasIlmiah Bisa, Populer Juga Boleh

Majalah Mahasiswa Universitas Lampung

RAMBU- RAMBU PEGAWAI UNILA

Page 2: Majalah teknokra edisi 128

MAJALAH TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0727) 788717 E-Mail [email protected] WEBSITE www.teknokra.com

Pelindung: Prof.Dr.Ir.H.Sugeng P.Harianto,M.S Penasihat: Prof.Dr.Sunarto,SH,MH Dewan Pembina: Maulana Mukhlis, S.Sos., MIP. Anggota Dewan Pembina: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo,M.Sc., Asep unik SE.ME., Drs.M.Toha B Sampurna Jaya.MS., Ir.Anshori Djausal,MT., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nananng Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA

Pemimpin Umum: Rudiyansyah Pemimpin Redaksi: Rikawati Pemimpin Usaha: Rukuan Sujuda Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Aprohan Saputra Kepala Kesekretarian: Inayati Sofiah Redaktur Pelaksana: Vina Oktavia Redaktur Pelakasana Online: Lutfi Yulisa Redaktur Berita: Novalinda S,Yurike P Reporter :Sinta Septiana (Non Aktif), Hanna F Redaktur Foto: Alvindra Fotografer: Her-mawan S, Kurnia M Redaktur Artistik: M.Burhan Staf Artistik: Fitri Wahyuningsih Kameramen: Yovi L Redaktur Webdesign: Hermawan S Webdesigner: Faris Yursanto Manajer Keuangan: Puji Lestari Staf Keuangan: Desfi Dian M Koordinator Periklanan: Desfi Dian M Koordina-tor Pemasaran: M Faza P Staf Pemasaran: Imam G Staf Iklan: Veny P.S (Non Aktif) Staf Kesekretariatan: Hayatun Nisa Staf Litbang: Jenni Ayuningtyas Magang: Tara Mela A, Adi N, Andi, Puspita S, Adji Setyawan, Ayu Yuni A, Cherli Medika,Dhevi Maryanti,Fitria W, Iin Maryana, Khorik I, Lia Vivi F, Ramon M S, Rio A, Sindy N M, Suci Tri K, Winal P, Wina S, Zahidah S.

SALAM REDAKSI

2 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Tak sekadar celoteh kami mengangkat masalah di- siplin dan kinerja pegawai

Unila pada edisi kali ini. Awalnya, banyak keluhan mahasiswa yang kami terima via sms. Polling yang kami sebar ke beberapa maha-siswa di tiap fakultas juga menun-jukkan bahwa kinerja pegawai Unila masih buruk. Maka, sebagai lembaga pers mahasiswa kampus, kami tentu ingin menyalurkan as-pirasi mahasiswa. Berbekal info tersebut, hasil reportase reporter Teknokra hadir sebagai laporan utama.

Tentu ada konsekuensi yang harus kami terima. Anggapan menjelekkan ‘nama baik’ kampus datang dari beberapa pihak. Na-mun, tentu pembaca sendiri yang dapat menilai. Teknokra yang telah berusia 36 tahun ini tetap

LANGKAH KECIL TANPA AKHIR

berdiri di tempat yang sama sejak awal terbentuk. Tetap berusaha menjadi kontrol sosial bagi Unila. Tak ada maksud dan kepentingan apapun. Semua yang kami laku-kan sekadar ingin membukakan mata seluruh civitas akademika Unila. Teknokra selalu ingin men-jadi media pengingat mengenai masalah yang harus diperbaiki.

Teknokra tak ingin terjebak dalam iklim media yang tak sehat. Kami berusaha tetap berjalan di atas koridor yang tepat. Sebuah lembaga pers mahasiswa. Lemba-ga pers yang menampung aspirasi mahasiswa. Bukan pers yang menghamba pada kepentingan-kepentingan beberapa pihak.

Namun, tentu masih banyak kekurangan yang coba kami per-baiki. Berbagai diskusi dan pelati-han jurnalistik kami gelar. Semua

demi memperbaiki diri. Perbaikan yang akan selalu dilakukan seperti sebuah langkah kecil tanpa akhir.

Selain sebagai lembaga pers mahasiswa, Teknokra juga ber-peran sebagi unit kegiatan maha-siswa. Peran ini menuntut kami untuk menjaga eksistensi dengan mengadakan berbagai kegiatan. Maka, teknokra kembali menga-dakan Rally Photo season 7 yang bertema “PR Untuk Pemimpin Lampung”. Selain itu, Teknokra juga menggelar lomba opini den-gan tema “Mengkritisi Peaku Me-dia”.

Semua demi mewujudkan bangsa yang masyarakatnya cer-das dan kritis. Bangsa yang ma-syarakatnya berpikir merdeka. Selamat Membaca.=

Tetap Berpikir Merdeka!

Foto M.Burhan

Page 3: Majalah teknokra edisi 128

C O M M E N T

Judul:Rambu-rambu Pegawai Unila

Ide & Desain:Rikawati & Fitri W

COVER

3No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Universitas Lampung me miliki visi top ten university tahun 2025.

Hal itu mungkin bisa dicapai jika semua aturan yang berlaku di Unila dipatuhi dan dijalankan oleh semua civitas akademika. Namun, hal itu rupanya jauh dari harapan.Peraturan yang terkadang dia-sumsikan dibuat untuk dilanggar, ternyata melekat pada sebagian karyawan Unila. Betapa tidak, banyak mahasiswa mengeluh-kan kinerja karyawan yang be-gitu serabutan dalam me layani hak-hak mahasiswa. Terlebih lagi kurangnya pengawasan dari kepala bagian masing-masing bidang. Fenomena ini tidak hanya terjadi sesekali. Banyak maha-siswa geram dibuatnya. Namun, seolah sudah menjadi kebiasaan, fenomena ini hanya menjadi perbincangan tanpa ada tindak lanjut.

Jika dibandingkan dengan pegawai bank yang sangat men-junjung attitude, keadaan yang terjadi pada karyawan Unila sangat lah kontras. Bayangkan, ketika memasuki ruangan bank, kita selalu disambut dengan salam hangat dan sapaan lembut. Pegawai bank juga menanyakan

keperluan nasabah dengan per-kataan halus. Tak lupa nasabah akan diingatkan untuk kembali lagi jika memerlukan informasi yang ia perlukan. Memang ber-beda namun mengapa tidak konsep seperti iitu diterapkan pada peraturan pelayanan ke-mahasiswaan. Tak hanya di bank, jika kita berkunjung ke universitas lain juga disambut dengan cara yang serupa. Melayani dan mem-berikan informasi yang dibutuh-kan mahasiswa.

Sungguh ironis ketika mema-suki ruang kepegawaian 08.00 ternyata ruangan belum terisi oleh pegawai tersebut. Bahkan, hanya terlihat beberapa siswa yang sedang melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL). Tak hanya itu, terkadang pegawai lebih me-milih untuk menunda pe kerjaan yang seharusnya bisa ia kerjakan saat itu. Mereka lebih suka meng-gunakan fasilitas jejaring sosial yang mereka punya. Semua itu sudah menjadi kebiasaan yang terstruktur tanpa disadari.

Kurangnya perhatian dari kepala bagian, pelatihan ke-pemimpinan atau pelatihan ke-disiplinan serta wawasan luas tentang pelayanan membuat

pegawai terkukung pada habitat yang itu-itu saja. Perlu adanya per-aturan yang mengikat dalam pem-bentukan kedisiplinan pegawai sehingga angka kedisiplinan pada pegawai akan meningkat.

Perlu diluruskan bahwa tidak semua mahasisiwa Unila mengerti sistem birokrasi yang terdapat pada setiap bagian. Maka, diper-lukan karyawan untuk memberi informasi kepada mahasiswa terkait birokrasi yang ada. An-tara karyawan dan mahasiswa harus saling bersinergi. Karyawan sangat dibutuhkan karena maha-siswa sebagai wadah bantuan informasi untuk kelancaran hak yang mahasiswa butuhkan, se-baliknya mahasiswa pun harus mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan dan menjalankan birokrasi yang ada sehingga kelancaran aktivitas pemenuhan hak terwujud dengan baik dan sistematis. Selain itu, rektor dan pembantu rektor pun mengmini adanya kinerja yang buruk ter-tersebut. seharusnya di perlukan penanganan khusus bahkan per-aturan yang jelas sehingga hal ini bisa diatasi dan tidak dijadikan ke-biasaan yang berulang.=

KARTU KUNING PEGAWAI UNILA

Page 4: Majalah teknokra edisi 128

4 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Sejak Febuari 2013, Pembantu Rektor III, Prof. Sunarto mengeluarkan ke-

bijakan mengenai pelarangan peng gunaan Gedung Serba Guna (GSG) Unila. Pelarangan ini ber-laku bagi perguruan tinggi lain yang ingin mengadakan acara wisuda.

Menurut Sunarto, larangan tersebut cukup beralasan. Pasal-nya, Unila beberapa kali meng-alami kemacetan yang berasal dari arah GSG. Selain itu, selepas acara wisuda banyak sampah ber-serakan, dan menyebabkan toilet yang kondisinya memprihatinkan menjadi semakin buruk. Banyak tisu-tisu bekas menyumpat lubang toilet. Kejadian ini pernah terjadi saat Perguruan Tinggi DCC menggelar acara wisuda pada Februari lalu.

Selain itu, menurut Sunarto GSG merupakan aset Unila, arti-

Larangan Universitas Lain Gunakan GSG

nya Unila berhak untuk me larang perguruan tinggi lain meng-gelar acara wisuda di GSG Unila. “Ke bijakan ini diambil karena kita harus memprioritaskan ke-pentingan internal untuk meng-gunakan fasilitas yang ada di Unila, saat GSG disewakan untuk acara wisuda universitas lain, Unila harus melakukan perhitung-an yang rigit, untung rugi yang akan diperoleh,” ujarnya.

Ia menambahkan selama ini Unila hanya mengalami keru-gian. Biaya yang dikelurkan un-tuk perbaikan fasilitas GSG tidak sesuai dengan biaya sewa. Mulai dari kerusakan fasilitas yang ada di GSG dan sekitarnya. Masalah kebersihan pasca wisuda, ke-amanan, kemacetan yang ditim-bulkan. Terlebih lagi kebisingian dari acara wisuda mengganggu ke nyamanan mahasiswa dalam per kuliahan. “Ketika dibentuk

Badan Usaha artinya kita seharus-nya melakukan hitung-hitungan ekono mi, profit and lost harus di-pikirkan. Ketika GSG di sewakan seharusnya kita mendapatkan ke untungan, bukan kerugian,” te-gas Sunarto.

Akan tetapi, kebijakan ini tidak berlaku untuk semua per-guruan tinggi yang ada di Ban-darlampung. Politeknik Kesehat-an (Poltekes) Negeri Lampung ternyata masih diberikan izin menggunakan GSG Unila untuk menyelenggarakan wisuda pada Maret 2013. Sunarto menjelaskan bahwa Unila memiliki hubungan yang baik dengan Poltekes se-hingga kebijakan baru ini tidak diberlakukan. “Selama ini tidak ada masalah yang timbul ketika Poltekes menggunakan GSG Unila, Unila dan Poltekes juga me-miliki hubungan kerja sama,” ujar Sunarto.=

Pohon Tumbang.Tiga mahasiswa melewati salah satu pondok Ikatan Keluarga Alumni (IKA) di depan Gedung Balai Bahasa yang roboh karena tertimpa pohon tumbang. Foto dibidik, Kamis (11/4).

Oleh Hayatun Nisa

Foto Kurnia Mahardika

Page 5: Majalah teknokra edisi 128

5No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

“Study Ok, Prestasi Yes!”Teriakan itu menjadi

pe nyemangat peserta training motivasi yang di-

adakan Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Fosi di Gedung D Fakultas pertanian Unila, Minggu (7/4).

Salah seorang trainer nasional , Herdizal Rianda me-maparkan bahwa kebanyakan mahasiswa memang lebih me-milih untuk fokus pada bidang akademik ketimbang organisasi. Tak jarang pula mahasiswa yang memiliki paradigma jika aktif organisasi akan membuat ke-giatan akademik terbengkalai dan akhirnya merusak prestasi aka demik.

Menurut Herdizal hal itu merupakan kesalahan yang besar. Mahasiswa seakan menuhankan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang tinggi agar cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Padahal, menurutnya maha siswa yang hanya fokus kuliah tanpa aktif organisasi termasuk orang pintar tetapi bukan ter-masuk orang yang cerdas.

Ada beberapa hal yang men-jadi alasan mahasiswa kurang berminat dalam berorganisasi. Paradigma yang salah tentang berorganisasi, tidak adanya

motivasi yang kuat, dan sedikit-nya potensi dalam diri menjadi kendala. Selain itu, mahasiswa juga tak paham akan perannya sebagai social control, agent of change, sekaligus iron stock.

Lebih lanjut Herdizal me-ngatakan, terkadang mahasiswa sangat antusias ketika awal-awal mengikuti organisasi, hingga akhirnya prestasi mereka me-ngalami kemerosotan. Sejak saat itu, mahasiswa ragu untuk aktif lagi berorganisasi. Bahkan tidak jarang mereka menggerutu me-nyalahkan organisasi tersebut yang menyebabkan hal itu terjadi. “Sebenarnya hal itu akibat ke-tidakmampuan mahasiswa dalam mengatur waktu untuk akademik dan kegiatan berorganisasi, tidak dipungkiri hard skill termasuk hal yang penting, tetapi soft skill sangat dibutuhkan untuk men-capai kesuksesan,” terangnya.

Ketua Umum Fosi, Yasin Yahya (Teknik Pertanian ’10) menjelaskan bahwa tujuan dia-dakannya training motivasi ini adalah sebagai sarana menum-buhkan semangat mahasiswa un-tuk berorganisasi. Menurutnya, selain aktif di bidang akademik mahasiswa juga perlu aktif ber-organisasi. “Harapannya pasca training motivasi, pertama peser-

ta mampu menumbuhkan seman-gat baru untuk ber organisasi, kedua peserta mampu meng- implementa sikan ilmu yang sudah didapat pada kehidupan sehari-hari, dan yang terakhir peserta diharapkan mampu mengajak orang lain untuk ikut berorganisa-si dan mampu menyeimbangkan diri antara akademik dan organ-isasi,” ujarnya.

Aulia Aziza mahasiswi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika yang juga peserta training moti-vasi mengemukakan ketertarikan-nya terhadap tema yang diusung. “Pengen tahu aja tips-tips mereka, apalagi nanti ada mahasiswa yang berprestasi dan dapat IP 4,00, tapi tetap aktif gitu di organisasi,” ujar mahasiswa angkatan 2012 ini.

Selain itu, menurutnya ke-giatan ini luar biasa dan amat ber kesan. Banyak ilmu yang ia dapatkan dari pemateri yang dihadirkan. Ia mengharapkan lembaga dakwah yang lain dapat melakukan kegiatan semacam ini dan tetap terus berkelanjutan.

Selain Herdizal, turut hadir pula Sudjarwo peraih penghar-gaan UNESCO, dan Agus Paryanto yang merupakan mahasiswa ter-baik UKMF Fosi FP.=

KAMPUS IKAM

Kuliah Tanpa Organisasi, Pintar Bukan CerdasOleh Ayu Yuni A

Iklan

Page 6: Majalah teknokra edisi 128

6 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

KAMPUS IKAM

Ikatan Muli Mekhanai Kota Bandarlampung (Imkobal) be kerjasama dengan

Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi mengadakan audisi Muli Mekhanai di Gedung A FISIP, Sabtu (6/4).

Acara tersebut bertujuan menjaring pemuda dan pemudi di Lampung yang memiliki pe-ngetahuan luas mengenai budaya dan pariwisata yang ada di Lampung dan mampu mengem-bangkanya.

Selain seleksi Muli Mekhanai juga diadakan lomba solo song. Tak hanya lagu bergenre pop saja yang diperlombakan, lagu daerah Lampung juga menjadi lagu wajib bagi peserta. “Sesuai dengan

Imkobal dan HMJ Sosiologi Jaring Muli Mekhanai

tema, acara tersebut ber tujuan membentuk generasi yang peduli terhadap kesenian dan budaya Lampung,” ujar ketua HMJ Sosiologi, Zaqi Ilman Jiwandono

Acara tersebut dibuka oleh Pembantu Dekan (PD) III FISIP Drs. Pairulsyah. Ia mengatakan acara ini merupakan proses so-sialisasi budaya Lampung yang semakin lama semakin bergeser. “Muli dan Mekhanai diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan budaya yang ada di Lampung sendiri,” ujarnya.

Dari 30 peserta yang hadir terpilih 22 peserta Muli dan Me-khanai Unila yang akan mengi-kuti babak selanjutnya. Peserta terbaik diraih oleh Yulica Angraini

mahasiswa FISIP Sosiologi 2011.Panitia Imkobal, Wira

Kurniawan manjelaskan ajang tersebut diadakan di setiap kampus di Bandarlampung.

Pemenang dari masing-masing perguruan tinggi akan mengikuti workshop mengenai budaya, pariwisata, kesenian dan mengikuti tes tertulis. Saat semi final akan diadakan talk show di Auditorium Radio Republik In-donesi (RRI) dan akan dipilih 12 pasang finalis sebagai icon Kota Bandarlampung. Para finalis akan dikarantina dan mengikuti grand final, Mei 2013. Kriteria pemenang yaitu personality, mental, talent, serta fisik yang mendukung.=

Perbaikan. Seorang tukang bangunan dan dua orang pengurus BPH tengah memperbaiki teras Mushola Tarbiyah yang ambles. Foto di bidik, Minggu (7/4).

Oleh Suci Tri K

Foto Kurnia Mahardika

Page 7: Majalah teknokra edisi 128

7No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

KAMPUS IKAM

Pemerintah Kabupaten Way Kanan memberikan bea-siswa bagi mahasiswa D3

Perkebunan Fakultas Pertanian angkatan 2012. Berupa bebas SPP, tempat tinggal di Mess Dosen Unila Blok E, makan gratis tiga kali sehari, kontrak kerja selama tujuh tahun setelah lulus, dan seragam lengkap Resimen Mahasiswa (Menwa). Dari beasiswa yang di dapat, mereka diwajibkan untuk mengikuti Unit Kegiatan Maha-siswa (UKM) yang ada di Unila. Menwa ditahun petama, Pramuka di tahun kedua, dan Bela Diri Judo di tahun ketiga. Kewajiban ter-sebut tertera jelas di surat per-janjian kontrak yang ditetapkan oleh bupati Way Kanan.

Akan tetapi banyak dari mereka yang mangkir dari per-

janjian tersebut. Imam Hanafi (D3 Perkebunan) mengaku sudah tidak aktif lagi dalam ke-giatan Menwa. Dia beralasan saat menandatangani surat perjanjian tidak tahu apa itu Menwa. Selain itu, menurutnya saat ini ingin memprioritaskan kuliah. Terlebih lagi jadwal kuliah yang padat membuatnya kesulitan membagi waktu.

Berbeda dengan Imam, Ah-mad Syahroni mengatakan, dia masih aktif mengikuti organisasi. Walaupun saat ini sudah tidak se-rutin dulu. “Dulu masih aktif, tapi sekarang sudah jarang ikut ke-giatan di Menwa lagi,” terangnya.

Menanggapi hal itu, komandan kelompok markas, Arifin (Fakultas Hukum ‘11) me­nerangkan, mahasiswa D3 Per-

kebunan saat ini yang aktif hanya beberapa orang dan itu pun tidak begitu rutin mengikuti kegiatan di Menwa.

Lebih lanjut Arifin menjelas-kan, hingga kini Menwa tidak melaporkan kepada bupati Way Kanan. Alasannya, karena nanti akan berakibat tidak baik pada mahasiswanya. “Menwa send-iri tidak tahu harus melakukan apa karena itu kewajiban dari D3 Perkebunan sendiri,” ujarnya.

Pembantu Rektor III Prof Sunarto menjelaskan hal tersebut bukanlah tanggung jawabnya. Ia hanya bertugas untuk melan-tik anggota baru Menwa. “Yang seharusnya melapor ke Pemkab Way Kanan sendiri adalah koman-dan Menwa,” terangnya.=

D3 Perkebunan Mangkir Wajib OrganisasiOleh Suci Tri K

Senin 25 Maret 2013 Tim Kerja Pembantu Rektor III, Ahmadi meresmikan Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pusat Informasi Konseling Mahasiswa Respect and Advocation Youth Asosiation (PIK M RAYA).

UKM ini merupakan organisasi yang menangani masalah ter-kait seks bebas, Human Immuno Deviciency Virus dan Acquired Im-munodeficiency Syndrome (HIV & AIDS) dan Narkotika Psikotropika dan Zat Aditif (NAPZA). Aristiani Komsiati (FISIP Ilmu Komunikasi ’10) adalah pencetus berdirinya UKM PIK M RAYA. Berawal dari beban moral dan keprihatinan-nya terhadap pergaulan remaja yang semakin bebas, Aristiani ber-inisiatif mendirikan organisasi di

bidang konseling.Menurut Aris hingga tahun

2010 Unila belum memiliki Central of Excelent (CoE). Se-dangkan beberapa perguruan tinggi lain, seperti Universitas Muhammadiyah Lampung (UML), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan, dan Pergu-ruan Tinggi Darmajaya sudah mendirikannya. “Sayang donk kalo Unila gak punya CoE, sedang-kan universitas lain sudah punya,” ujarnya.

Selanjutnya, Aristiani mulai mengumpulkan beberapa rekan-nya yang tanggap dan peduli terhadap konseling sehingga ter-bentuk UKM PIK M RAYA yang difasilitasi oleh BKKBN. Pihak

rektorat Unila juga menyetujuinya melalui Surat Keputusan Rektor No. 156/UN 26/KM/2013.

Setelah terbentuk, UKM PIK M RAYA telah memiliki 10 orang pengurus yang diketuai oleh Aristiani Komsiati. Program kerja awal Aris dan rekan-rekannya adalah melakukan pembinaan untuk melahirkan pendidik baru. Tahun berikutnya Aris berencana mengadakan sosisalisasi PIK se-Bandarlampung. Duta mahasiswa lampung ini juga berharap pe-muda Lampung tidak ragu untuk berkonsultasi terkait masalah pribadi. “Anak muda jangan malu untuk berkonsultasi, kami itu ada untuk kamu. Kami itu sahabat untuk kamu,” tuturnya. =

Unila Resmikan UKM BaruOleh Sindy Nurul Mugniati

Page 8: Majalah teknokra edisi 128

8 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

KAMPUS IKAM

Locally integrated, globally connected merupakan pro-gram Masterplan Percepa-

tan Perluasan Pembangunan Eko-nomi Indonesia (MP3EI). Melalui program ini pemerintah berusaha melakukan pemerataan dengan mendorong pertumbuhan baru di daerah-daerah, program ini mengacu pada pertumbuhan dan perkembangan perekonomian In-donesia yang secara lokal saling terintegrasi dan terkoneksi secara global. Hal ini disampaikan Bam-bang Utoyo S pengamat ekonomi dalam seminar nasional ekonomi yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unila di Museum Lampung, Senin (8/7).

Lebih lanjut ia mengatakan, untuk mengimplementasikan pro-gram tersebut banyak yang harus dilakukan. “Menciptakan sistem yang mendukung program ini, bahkan reformasi birokrasi harus dilakukan ketika birokrasi yang ada saat ini tidak sesuai, menin-gkatkan kemampuan SDM, kes-iapan pasar untuk menyediakan bahan untuk pembangunan infra-stuktur,” paparnya.

Sementara itu, turut hadir sebagai pembicara dari staf ahli Kementerian Keuangan Dr. Su-priadi mengatakan program yang dicanangkan mulai 26 Mei 2013, memiliki 6 koridor salah satunya pulau Sumatera, yang mengusung tema “Sentra Produksi dan Pen-gelolahan Hasil Bumi, dan Lum-bung Energi Nasional”. Kelapa sawit, karet, batu bara dan besi baja merupakan empat kegiatan ekonomi utamanya. Selain itu juga Sumatera merupakan daerah yang memiliki potensi pertum-buhan perekonomian yang baik, pengelolaan akses dan aset akan mendorong dan meningkatkan pertumbuhan pusat perekonomi-

MP3EI, Peta Jalan Perekonomian SumateraOleh Hayatun Nisa F

an yang ada di Sumatera. Ia berpendapat dengan ke-

giatan ekonomi berbasis inovasi akan semakin meningkatkan per-ekonomian, misal menciptakan industri dasar di Lampung. me-lalui MP3EI ini pemerintah mem-berikan prioritas pada percepatan pembangunan ke proyek infra-struktur, seperti pembangunan jalan dan jembatan, kereta api, pelabuhan dan Bandar udara.

“ Hal ini dapat meningkatkan konektivitas dan membangun pusat pertumbuhan di koridor Su-matera seperti pembangunan JSS diharapkan dapat membuka dae-rah-daerah yang memiliki potensi ekonomi, menjadi sarana efisien untuk pengangkutan barang dan jasa antar pulau Sumatera-Jawa, dan meningkatkan daya tarik eko-nomi di Sumatera sendiri,” jelas Supriadi.

Ia melanjutkan, peningkatan koneksi dan infrastruktur seb-agai upaya menunjang pengem-bangan setiap kegiatan ekonomi utama koridor Sumatera, pem-bangunan struktur ruangnya disesuaikan dengan pola perger-akan kegiatan ekonomi utama dari kebun,dan tambang batu bara menuju tempat pengolahan dan atau kawasan industri yang selanjutnya menuju pelabuhan,

pembangunan diarahkan untuk melayani angkutan barang.

Dosen Fakultas Teknik Unila Drs. Rahayu Sulistio menjelaskan Misi MP3EI merupakan sarana un-tuk mencapai visi 2025, ada poin-poin yang harus dipenuhi dalam implementasi kebijakan yang merupakan road map percepatan, perluasan, dan pembangunan ekonomi seperti sistem yang ter-padu. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi pengola-han aset dan akses, SDA, kesiapan SDM, geografis, melalui pencip-taan kegiatan yang terintegrasi dan sinergis antar pusat kawasan pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut merupakan kerangka acuan untuk mewujud-kan perekonomian yang semakin tinggi, lapangan kerja semakin luas, dan kemiskinan akan makin dapat dikurangi dan pada giliran-nya kesejahteraan masyarakat dapat dicapai. “Pembangunan infrastruktur seperti jalan, jem-batan, jalur kereta api dan lainnya tidak akan mengganggu pereko-nomian atau meninggkatkan jum-lah pengangguran, malah akan meningkatkan sektor kerja yang baru, dan akan menjadi daya tarik ekonomi bagi daerah-daerah seki-tarnya,” ujar Rahayu=

Foto

Kurn

ia Ma

hard

ika

Page 9: Majalah teknokra edisi 128

9No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

KAMPUS IKAM

Antusias. Dua mahasiswa serius memperhatikan foto-foto yang terpajang dalam acara pameran foto pada pekan konservasi sumber daya alam ke-17 oleh Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio).Dalam pameran ini pengunjung juga bisa vote foto pilihannya. Foto dibidik Rabu, (10/4)

Fakultas Kedokteran (FK) Unila meraih akreditasi A yang sebelumya hanya ber-

akreditasi B. Walaupun tergolong fakultas baru, tetapi kini ditahun 2013 Fakultas Kedokteran mampu menjadi fakultas terbaik ke 13 dari 73 Fakultas Kedokteran di Indo-nesia berdasarkan hasil Uji Kom-pensi Dokter Indonesia (UKDI).

Dekan Fakultas Kedokteran Dr. Sutyarso ditemui di ruang kerjanya, Selasa (9/4) mengung-kapkan kegembiraannya atas akreditasi A yang telah diperoleh, terlebih lagi fakultas yang dip-impinnya memeperoleh indika-tor kinerjanya yang sudah diakui

tingkat nasional.Menurut Sutyarso, ber-

juang lebih mudah dibanding mempertahankan. Untuk itu, ia memepersiapkan dua hal yang ha-rus diperhatikan kedepanya yaitu infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, minimnya fasilitas dan SDM turut menjadi kendala dalam memper-tahankan akreditasi.

Sementara itu, untuk proses pembelajaran tetap tidak ada perubahan “Proses belajar yang di terapkan harus sesuai dengan mahasiswa. Apabila tidak sesuai atau kurang benar output, maka mahasiswa yang dihasilkan juga

pasti buruk,” terangnya.Sutyarso optimis bisa mem-

pertahankan akreditasi yang telah di dapat. Ia juga yakin menjadikan Fakultas Kedokteran Unila men-jadi Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia tahun 2025 sesuai visi Unila.

Taufik (FK ’11) berharap akre-ditasi A yang telah dicapai tetap bisa dipertahankan. Namun ia juga menyayangkan minimnya fasilitas yang menunjang proses belajar mahasiswa. “Fasilitas gedung kurang, terus saat diskusi papan tulis dan alat-alat tulis juga tidak ada,” terangnya.=

Akreditasi A, Fasilitas Jadi KendalaOleh Adji Styawan

Foto Kurnia Mahardika

Page 10: Majalah teknokra edisi 128

10 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

KAMPUS IKAM

Kampus Unila tersebar di tiga lokasi. Selain kampus utama yang terletak di

Gedung Meneng, terdapat dua kampus lagi yang berada di jalan Panglima Polim dan Kota Metro. Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) terle-tak di Kota Metro. Prodi Ini berdiri sejak tahun 1991 dengan membu-ka program Diploma. Sejak awal berdiri, PGSD mampu memenang-kan hibah PHK PGSDB (Program Hibah Kompetisi PGSDB) dari Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti), sehingga ditahun 2006 mendapat izin Dikti mendirikan Prodi S1. Ditahun yang sama PGSD juga memperoleh hibah DIABERMUTU (Dana Intensif Akreditasi Better Education through Reformed and Universal Teacher Upgrading) un-tuk kenaikan akreditasi.

“Hibah DIABERMUTU itu cuk-up bergengsi juga karena itu dari seluruh Universitas, hanya sepu-luh yang mendapatkan dari seki-tar dua ratusan jurusan PGSD di Universitas Negeri dan Swasta,” ujar Pembantu (PD) II Fakultas Ke-guruan dan Ilmu Pendidikan, Drs.

Arwin Ahmad M.Si.Ditemui di ruang kerjanya,

Senin (8/4) Ketua Program Studi PGSD Darsono membenarkan adanya hibah tersebut. Menurut Darsono beberapa waktu lalu ia mengajukan kenaikan akredi-tasi ke Badan Akreditasi Nasional (BAN) dan diperkirakan tiga bu-lan mendatang tim accesor akan berkunjung untuk memeriksa ke-layakan kenaikan akreditasi. “Bo-rang sudah disampaikan ke Jakar-ta. Senin lalu, akreditasi masih C sekarang, Februari 2011 lalu kami mengajukan kenaikan akreditasi ke B, tapi lebih baik ke A,” ujarnya.

Namun ditengah usaha me-naikkan akreditasi. Ternyata be-berapa masalah belum tersele-saikan, seperti fasilitas bangunan yang kurang layak. Terdapat be-berapa WC yang tidak layak pakai, atap gedung bocor, dan bebera-pa kaca yang pecah.

Aula yang merupakan pem-berian Pemerintah Kota Metro juga mengalami kerusakan lantai keramik dan kaca jendela.

Selain gedung yang digunakan untuk aktivitas kemahasiswaan,

PGSD Metro juga memiliki sebuah gedung yang digunakan sebagai tempat tinggal mahasiswa. Ge-dung tersebut dibatasi oleh pagar kawat yang berkarat. Di dalam-nya banyak ruang tidak terpakai dan sudah berlumut. Sementara itu, dibagian luar terdapat tumpu-kan bekas panen jagung.

Darsono menjelaskan bahwa asrama tersebut berasal dari proyek Dikti yang belum usai dik-erjakan kemudian ditinggalkan begitu saja lalu dikosongkan. “As-rama itu dulunya mau ada proyek dari Dikti, trus dikosongkan sampe sekarang tidak datang-datang lagi seolah-olah kosong,” tuturnya.

Tak hanya gedung yang bema-salah, fasilitas bangku kuliah juga dikeluhkan mahasiswa. “Bangku-nya kurang kalo di ruang besar ha-rus ngangkat-ngangkat dulu dari ruangan lain,” ujar Lia Wahida, mahasiswa FKIP PGSD ’12.

Senada dengan Lia, Dita Tri-candrianingsih (FKIP PGSD ’10) mengaku, ketika jam pelajaran berlangsung terkadang bangku kuliah di satu ruangan kurang dan

Tingkatkan Akreditasi dengan Fasilitas MinimOleh M. Faza PandunegoroFoto oleh Kurnia Mahardika

Page 11: Majalah teknokra edisi 128

11No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

KAMPUS IKAM

Jebol. Tampak plafon yang jebol di salah satu gedung kuliah PGSD yang berada di Kota metro

Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) Unila kembali menga-dakan Pekan Konservasi Sumber Daya Alam (PKSDA). Kegiatan ini pertama kali dilaksanakan sejak tahun 1996 dengan mengusung tema “Save me, langkah awal mengubah dunia”. Acara berlang-sung selama satu minggu sejak 8 hingga 14 April. Kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa, pelajar, dan umum ini memiliki beberapa rangkaian kegiatan. Antara lain aksi lingkungan di Taman Nasi-

Himbio Adakan Pekan KonservasiOleh Fitria Wulandari

onal way kambas, pameran bazar, lekat alumni, seminar konservasi, dan berbagai macam perlombaan seperti fotografi untuk umum, menggambar dan mewarnai un-tuk tingkat TK dan SD, serta lom-ba kabaret.

ketua jurusan biologi Dra.Nuning Cahyani menjelaskan konservasi sumber daya alam merupakan suatu kegiatan me-lestarikan, membudidayakan, dan memanfaatkan terutama menge-nai sumber daya alam yang ada

dilingkungan sekitar khususnya sumber daya alam yang sifatnya diperbaharui.

Aviy Ryshadi Yanta (FMIPA Bi-ologi ‘10), Ketua Pelaksana PKSDA mengatakan bahwa acara ini ber-tujuan untuk memperkenalkan dan menambah wawasan men-genai betapa pentingnya konser-vasi kepada masyarakat umum. Khususnya konservasi mengenai hewan-hewan di Lampung yang terancam punah. =

harus mengangkat dari ruangan lain. Tak hanya itu, kamar mandi juga sudah tidak layak pakai. “Ka-mar mandi juga yang layak cuma satu diantara 6, di sana seben-ernya gak layak, tapi karena kebe-let ya gimana,” keluh Dita

Menanggapi hal ini, Ketua UPP PGSD Metro, Asmaul Khoir menyanggah keterangan terse-but. “Nggak ada yang kurang, cu-

kup itu bangku. Kalo mahasiswa ya memang begitulah, biasa,” terangnya.

Ketika dikonfirmasi tentang infrastruktur yang memprihat-inkan, Darsono pun mengakui bahwa ada beberapa gedung yang beratap jebol dan WC yang ada di sana memprihatinkan. ”Ya, di sana memprihatinkan terlebih WC,” tuturnya.

Namun, menurut Darsono upaya rehabilitasi secara berkala terus dilakukan. Ia beralasan per-baikan gedung memang di blok-blokan supaya ada yang tersele-saikan.

Hal itu juga diakui PD II FKIP, menurut Arwin perbaikan PGSD difokuskan di kampus utama yang berada di jalan Gedung Meneng. “Kita bertahap pembangunannya tidak serta merta bisa dibelan-jakan, ya musti disetujui dulu di DPR Jakarta, 90% dana masih menunggu turunnya anggaran dari Kemendikbud,” jelasnya.

Arwin juga mengaku jarang berkunjung kampus PGSD yang berada di kota Metro. Ia berala-san karena memiliki tugas menga-jar dan menguji mahasiswa yang padat di kampus utama Unila. Sedangkan, untuk memantau perkembangan PGSD Metro ia mengirim orang kepercayaanya atau dengan menghubungi pega-wai melalui telepon. “Saya men-gunjungi PGSD paling tidak dua sampai tiga kali pertahun, kalau tahun ini saya sudah tiga kali ke-sana,” tambahnya.

Walaupun fasilitas banyak dikeluhkan, namun Darsono ber-harap berhasil menaikan akredi-tasi sesuai visi yang diembankan. “Ya harapannya bisa mendapat-kan akreditasi minimal B, terlebih lagi kita sudah memiliki labora-torium sendiri dan perpustakaan yang di upgrade setiap satu tahun sekali,” ujarnya.=

Page 12: Majalah teknokra edisi 128

12 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Inovasi

Sebagai sentra industri gen-teng di Lampung, Kabu-paten Pringsewu menjadi

pilihan bagi Yanuar Baharudin melakukan pengabdian masyara-kat melalui Program Dosen Hibah Pengabdian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Daerah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (IPTEKDA LIPI). Minimnya tenaga kerja ahli, pengerjaan masih den-gan cara manual, produksi yang dihasilkan dari industri genteng belum memenuhi Standar Nasion-al Indonesia (SNI), dan tidak efisi-ennya tenaga yang dipakai untuk pembuatan.

“Saya melihat indusrti gen-teng saat ini mengalami kekuran-gan ketersediaan tenaga kerja ahli, selain itu sebagian pekerja adalah wanita usia lanjut, sedan-gkan penggunaan alat cetak gen-teng yang manual memerlukan tenaga yang besar, tentu saja ini berdampak pada hasil produksi genteng,”ujar Yanuar.

Inovasinya ini terinspirasi dari alat cetak genteng manual dan mesin cetak genteng modern. Designnya sendiri sama seperti mesin cetak modern, hanya ada beberapa perubahan fungsi. Me-sin cetak genteng bertenaga hi-drolik dengan cetakan geser yang menggunakan tenaga manusia untuk mengatur naik turunnya hydraulis atau kran kontrol, alat yang akan ia buat itu memiliki banyak kelebihan dibanding alat atau mesin cetak genteng yang ada sebelumnya.

Awalnya dosen Fakultas Tek-nik Unila ini berencana membeli mesin cetak genteng bertenaga Hirdrolik, tetapi setelah dilakukan perhitungan, melihat kebutuhan listrik yang cukup tinggi tidak akan sesuai untuk industri kecil di Pringsewu.

Produksi Cepat, Hasil MeningkatOleh Hayatun Nisa F

Keterangan Mesin Genteng:

A : Bodi Mesin Terbuat Dari Besi Ketebalan 2 cm .B. Matras Atas .C : Cetakan Genteng ( Tiap model ada cetakannya sendiri ) .D : Meja Cetakan . E : Tabung Hydraulis , Diameter Piston = 22,5 cm .F : Per Spiral ( Untuk gerakan turunnya piston hydraulis ) .G : Selang Hydraulis.H : Check Valve .I : Selang Hydraulis J : Bak Hydraulis ( Kapasitas oli 80 liter ) .K : Pompa Hydraulis ( Merk Rexroth 22 cc / rev , 250 max ) .L ; Relief Valve ( Untuk menyetel kekuatan tekanan ) .M : Dinamo ( 5,5 HP , untuk menggerakkan pompa ) .N : Pressure gaugeO : Kran Kontrol ( Untuk mengontrol naik turunnya hydraulis ) .Tinggi Mesin keseluruhan : 1,25 meter . Lebar : 2 meter.

Adapun spesifikasi mesin cetakan genteng sebagai berikut:Kapasitas Produksi : 1.000 buah / hari.Hydraulic Pressure Max. : 250 Bar ( Kg/cm2 ).Average Hydraulic Press : 200 Bar (Kg/cm2).Pressing Pressure. : 100 Metric Ton.Electric Motor : 5,5 Hp / 4,2 Kilowatt ( 3 Fase ).Electric Voltage Input : 220/380 Volt (3 Phase).Hydraulic Pump : REXROTH .

Page 13: Majalah teknokra edisi 128

13No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Mesin cetak genteng inovasi-nya itu menggunakan tenaga list-rik yang cukup besar tapi dengan adanya dua cetakan sekaligus di satu mesin, produksi menjadi dua kali lipat dan dapat menutup pengeluaran yang cukup besar

kare

kebutuhan lisrtik yang besar. Berdasarkan perhitungan

kelayakan usaha (laba rugi) maka jumlah ekonomis genteng yang harus diproduksi minimal 2000 biji tiap hari atau 60000 biji tiap bulan. Jumlah minimal genteng yang akan diproduksi itu dapat di-penuhi dengan kemampuan me-sin cetak genteng sistem hidrolik yang diintroduksi dapat mencetak genteng sebanyak lebih dari 2000 biji tiap hari.

Selain itu juga alat ini memiliki keunggulan lain. Dalam proses percetakan genteng menggu-nakan alat cetak manual atau ban-ting, terlihat adanya ketebalan penampang genteng yang dihasil-kan dan gaya penekanan tidak se-ragam. Sehinnga mesin inovasi ini dilengkapi dengan sistem cetakan geser yang mudah pemasangan-nya dan mudah pengambilan gen-teng yang sudah dicetak. Mesin genteng ini juga digunakan untuk

mencetak semua model genteng dengan mengganti cetakannya.

Melalui cetakan yang akurat dan mudah disetel akan dihasilkan genteng yang berdimensi baik, kuat dan produktif. Dengan dua cetakan berbeda, sehingga selain memproduksi genteng dengan kualitas yang baik, dapat juga

memproduksi dua bentuk gen-teng yang berbeda. Ceta-

kan terdiri dua bagian yaitu bagian core

dan cavity.P r o s e s

penerapan t e k n o l o g i inovasi ini tidak terlalu b e r b e d a dengan me-sin cetak g e n t e n g tenaga hi-drolik yang sudah ada.

L a n g k a h awalnya, yaitu

proses persiapan bahan baku, dilakukan

pencampuran tanah liat, pasir dan air dengan cara diinjak-injak atau menggunakan molen tanah. Dalam tahap ini kehomogenan campuran menentukan kualitas genteng. Selanjutnya tanah yang sudah diaduk dikeluarkan dengan cetakan ukuran 50mm x 150mm.

Tanah liat yang keluar dari ekstruder dipotong-potong den-gan panjang 200 mm sehingga menjadi bahan yang siap dicetak atau dinamakan kuweh genteng. kemudian dianginkan agar meng-hasilkan bata yang keras. Tanah yang sudah diekstrusi (dikeluar-kan) dijaga kelembabannya sam-pai saat pencetakan. Setelah di-dapat bata yang keras dan sesuai untuk dicetak, maka bata terse-but di lunakkan dengan cara dipu-kul-pukul dan dicampuri dengan minyak bacin supaya hasil cetakan genteng bagus. Kemudian dima-sukkan di mesin cetak dan diberi tekanan dan akan menjadi produk genteng yang mentah.

Lalu diletakkan pada tatakan kayu, lalu dikeringkan. Setelah cukup keras, dibersihkan bagian-bagian kulit dan kerak genteng yang tidak sesuai dengan cetakan menggunakan pisau sisik. Setelah benar-benar rapi, kemudian dije-mur dibawah terik matahari sam-pai benar-benar kering.

Setelah cukup kering baru genteng dibakar sambil diangini. Penganginan ini agar genteng tidak pecah dan mempercepat pembakaran. Pembakaran dilaku-kan di tungku pembakar yang terbuat dari batu bata dan semen. Tungku pembakaran ini dirancang menurut sistem tungku api turun (down draft kiln) yang diberi cero-bong disamping tungku.

Genteng disusun rapi diten-gah-tengah tungku pembakaran dengan jumlah sesuai kapasitas muatnya. Menurut kebiasaan pengrajin genteng, antara 10000 – 12000 buah genteng sekali pembakaran, hal ini tidak ber-beda dengan penggunaan mesin inovasi ini. Setelah didiamkan kurang lebih setengah hari, maka genteng diambil dari tungku lalu ditata supaya genteng tetap utuh keadaannya. Untuk menjamin kualitas, dilakukan pemeriksaan genteng.

Genteng yang pecah atau re-tak disisihkan. Genteng yang baik kemudian diikat-ikat dengan tali plastik (plastic strapping) dengan jumlah 10 buah per ikat. Pengi-katan ini agar genteng terlihat rapi dan tidak mudah pecah bila ditumpuk. Kemudian genteng dil-etakkan di tempat penyimpanan dan genteng siap dijual dan dipas-arkan kepada konsumen. Yanuar mengungkapkan pembuatan me-sin cetak genteng ini dimulai bu-lan April dan diperkirakan selesai bulan Juli dan dapat digunakan pada bulan Agustus 2013. Ia ber-harap mesin inovasinya dapat berproduksi sesuai dengan indus-tri kecil di Pringsewu, dan dapat meningkatkan produksi genteng yang selama ini mulai menurun di kabupaten tersebut.=

Gambar tungku pembakaran genteng

Page 14: Majalah teknokra edisi 128

Kedisiplinan memang hal yang sulit bagi ma-hasiswa. Tak jarang banyak mahasiswa mengeluh akan ke-

disiplinanya. “Bapaknya sangat disiplin, sampai-sampai ketika ia masuk kelas saya berada diposisi belakangnya, ketika kaki kanan-nya mulai bersentak malangkah untuk masuk pintu, saya pun ma-suk lalu dosenya bilang “sudah, lebih baik anda keluar belajar di-luar dan anda tidak bisa mengikuti pelajaran saya” ujar Rifki Maha-siswa Hukum 2010 menggambar-kan betapa disiplin dosennya itu.

Tak hanya Rifki yang mera-sakan hal itu, tak jarang rekanya juga merasakan hal yang sama. Rasa cemas pasti menyelimuti mahasiswa jika datang terlambat.

Walapun sulit menerapkan di-siplin kepada mahasiswa, namun tak membuatnya patah arang. Itu-lah yang selalu diterapkan dosen Fakultas Hukum bernama, Rudi, S.H., LL. M.,LL. D . Sejak menjadi dosen Hukum Perdata 2003 silam tak hanya disiplin yang ia ajarkan kepada mahasiswa, tetapi juga ayah satu anak ini senantiasa memotivasi mahasiswanya. Ia nampaknya paham ketika ma-hasiswa mulai jenuh, bosan dan mengantuk dalam pembelaja-ran yang ceramah. Saai itu Rudi mulai bercerita dan memberikan dorongan supaya bisa menjadi mahasiswa yang aktif juga bisa menjadi agent perubahan

Organisasi dan PrestasiMemiliki ayah seorang jaksa

dan Ibu berprofesi sebagai guru membuat Rudy harus disiplin ses-uai yang diajarkan keuda orang-tuanya. Setiap hari ia dan kelima saudaranya bangun pagi lalu me-nimba air dan menyemir sepatu.

Tak hanya itu, sebelum berangkat sekolah harus membantu peker-jaan rumah terlebih dahulu. “Se-jak kecil saya diajarkan disiplin, mulai dari hal kecil seperti bangun tidur. Karena kunci dari kesuk-sesan adalah disiplin,” ujarnya.

Memasuki bangku Sekolah Dasar, pria yang suka fotografi-ini selalu menerapkan disiplin, tak terkecuali dalam belajar. Tak heran ia diterima di SMP Negeri 2 yang termasuk salah satu sekolah terbaik di Bandarlampung. Sejak saat itu kemampuan Rudi mulai terlihat, bukan hanya dibidang ak-ademik saja. Terbukti ia mewakili Lampung diajang lomba Pedoman Pendidikan dan Pengamalan Pan-casila yang diadakan di Jakarta.

Ia juga aktif mengikuti berb-agai organisasi di sekolah salah satunya Pramuka, pada tahun 1994 pria kelahiran Lampung ini menjadi utusan Lampung untuk mengikuti Lomba Cepat Tepat (LCT) dan memperoleh juara satu dengan rekor tak terkalahkan 10 kali menang di kompetisi yang sama.

Bebekal berbagai prestasi ia mencoba mendaftar SMA Negeri 2, ia pun diterima sesuai dengan yang ia inginkan. Ketika SMA ia terus meraih prestasi dan aktif diberbagai oraganisasi dan dia-manahkan sebagai Ketua Karya Ilmiah Remaja (KIR) serta memperoleh Juara 1 dalam lomba karya ilmiah tingkat provinsi. Organisasi Rohani Is-lam juga ia ikuti hingga kelas 3.

Akhirnya ia pun mendapat beasiswa jalur undangan yang disediakan oleh Pemerintah bagi siswa yang berprestasi untuk biasa kuliah tanpa test di perguruan tinggi negeri. Ketika itu ada 1 pilihan saja, Rudi me-

milih Universitas Indonesia. “Wa-lau kuliah luar Lampung, saya se-lalu ingat pesan orangtua selesai kuliah kembali ke Lampung untuk mengabdi, tanah Lampung tem-pat saya dilahirkan,” kata Rudi.

Keinginanya kuliah telah ter-capai, ia mulai beradaptasi den-gan rekan-rekanya dari berbagai provinsi, walau sibuk kuliah or-ganisasi tak bisa hilang dari bena-knya, sering kali ia mendengar perkataan dosen yang menga-jarnya bahwa kuliah adalah hal utama.”Tugas utama mahasiswa itu hanya kuliah cepat dari S1 lanjut S2. Karena target orang tua kamu itu belajar dan kuliah bu-kan organi-sai,” ujar Rudi me-n i r u k a n u c a p a n dose-nya.

Oganisasi dan Prestasi

14 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

EKSPRESI

Oleh Adi Nursalim

Rudy, S.H., LL. M., LL. D

Dok.

Page 15: Majalah teknokra edisi 128

15No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Tetapi hal tersebut tak mem-buatnya berhenti untuk aktif ber-organisasi, menurutnya organisa-si sangat penting agar mahasiswa itu mempunyai hal yang lebih dan memiliki wawasan dunia yang ti-dak didapat selama perkuliahan.

Sejak awal kuliah Rudy mulai membagi waktu antara akademik dan organisasi. Ia aktif dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan menjabat ketua kajian hukum Asean Law Student Association .

Organisasi tak menjadi penghalangnya untuk meraih akademik, terbukti dalam kurun waktu tiga tahun enam bulan ia bisa wisuda. Tak hanya itu, ia juga menjadi lulusan terbaik meraih comlaude. “Alangkah bangga ke-tika ia dipanggil menjadi lulusan terbaik. Inilah jerih payah selama saya kuliah,” terangnya.

Setelah bergelar sarjana ia menjadi asisten dosen di UI dan sempat menjadi seorang lawyer, tetapi tak bertahan lama karena Rudi mengundurkan diri karena menganggap lawyer hanya bisa bicara dan menang karena uang. “Saat itu saya pernah membela klien saya, lalu saya diminta me-

nyiapkan uang sebesar 100 juta oleh kejaksaan supaya hukuman-ya ringan. Jadi saya memutuskan mengundurkan diri menjadi law-yer,” terang Rudi mengingat pen-galaman buruknya itu.

2 tahun ayah satu anak ini mencoba bekerja di Jakarta, di tahun 2003 keinginanya untuk mengabdi di Lampung tercapai. Ia diterima menjadi dosen Hukum Tata Negara Unila.

Dua tahun berselang ia mendapat beasiswa S3 dari Dir-jen Pendidikan Tinggi (Dikti), saat itu ia merasa tidak percaya bisa mendapatkan beasiswa ke Jepang terlebih lagi hanya ada empat orang saja perwakilan dari Indonesia yang mendapat-kan beasiswa tersebut. ”Saat ada pengumuman saya mendapatkan beasiswa di Jepang saya sempat kaget dan terharu, dahulu untuk mencapai S1 saja Alhamdulillah. Ini mendapat beasiswa S2 ke je-pang lagi,” tuturnya tak percaya

Mengambil gelar magister bukan hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan, Rudy harus berusaha bersaing dengan rekan-rekanya yang ada di Jepang. Ia juga aktif di organisasi

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI).2007 ia lulus, selama dua ta-

hun lamanya ia menempuh gelar magister.Tidak lama dari kelulu-sannya dari master of law. Tahun 2008 ia pun mendapat beasiswa kembali untuk bisa mengambil gelar doctor. Pria berusia ... tahun ini langsung mengambil kesem-patan untuk kembali pendidikan di Negeri Sakura. “Saat kuliah S3 saya sempat cuti untuk pulang ke Indonesia karena ayah saya me-ninggal, saat itu saya ingin melihat jasadnya. Saya pun memutuskan untuk cuti,” ujar Rudi.

Kejadian tersebut membuat-nya semakin termotivasi untuk terus belajar, dua tahun di Jepang ia sudah meraih gelar doktor di usia kurang dari 30 tahun. “Terus lah menuntut ilmu selagi kesem-patan itu ada,” tuturnya.

Menurut sang istri Martina Anggi Silova, Rudi adalah sosok yang bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. “Pak Rudy itu perhatian, ia juga biasa mengurus anak. Ketik menger-jakan desertasi, anak kami Haruka rewel dan nangis, ia pun mengaja-knya mengerjakan desertasi,” ujar Anggi.=

Dok.

Page 16: Majalah teknokra edisi 128

16 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Laporan Utama

Senin 1 April 2013, jarum jam di gedung rektorat Universitas Lampung menunjukkan

pukul 08:30. Namun, di ruang BAAK hanya ada seorang siswi yang melaksanakanpraktek kerja lapangan (PKL). Menuju lantai dua di ruang bagian keuangan dan tim kerja Pembantu Rektor (PR) III pun hanya tiga orang siswi magang PKL yang sudah datang.

Perilaku tidak disiplin pegawai Unila rupanya tak terjadi sehari saja. Dua hari berselang, ruang BAAK rektorat Unila masih juga sepi. Belum ada seorang pegawai pun yang datang walaupun sudah pukul 08.00 WIB.

Didalam ruangan bagian akademik hanya terlihat seorang perempuan berseragam biru dan mengenakan rok abu-abu yang sedang membereskan salah satu meja.

Niken, siswi SMK Gajah Mada Bandarlampung yang sedang melaksanakan PKL mengatakan pegawai rektorat biasanya datang pukul 09.00 WIB. Bahkan, me-nurutnya masih ada pegawai yang baru datang pukul 10.00 WIB. “Kalau jam delapan pagi itu me-mang masih sepi banget, mung-kin yang datang itu baru dua atau tiga orang, itu juga yang datang baru anak-anak SMK yang ma-sih magang. Kalau karyawannya sih biasanya datang jam 9 atau jam 10. Jam 9 juga baru sedikit yang udah datang. Ya biasalah jam Indonesia, pasti molor kayak karet,” terang Niken.

Niken menilai pegawai

Oleh Hanna F. Arieska dan Kurnia M

rektorat tempat ia melaksanakan PKL tidak disiplin. “Memang karyawannya kurang disiplin banget, jam kerjanya kan jam 8, tapi mereka datangnya jam 10,” ujarnya.

Suasana sepi juga terjadi di beberapa ruangan yang ada di lantai dua gedung rektorat. Ruangan rektor, PR I, PR II, dan PR III belum didatangi penghun-inya. Bahkan, ruangam PR I dan PR II masih terkunci.

Sementara itu, ruangan PR III baru dihuni seorang siswi SMK Menggala, Wayan yang juga melaksanakan PKL. Wayan tak terlihat mengerjakan apa pun. Ia hanya duduk sambil mengotak-atik handphone yang ada digeng-gamannya. Ruangan rektor juga hanya terbuka tanpa penghuni seorang pun.

Pemandangan di ruang bagian keuangan juga hanya diisi kursi-kursi yang masih kosong. Pukul 09.00 WIB baru seorang pe-gawai yang terlihat sedang sibuk di hadapan komputer. Di lantai tiga, hanya pintu ruang bagian Hu-mas yang terbuka. Namun, sama seperti ruangan lainnya, ruangan itu pun belum dihuni pegawainya. Keadaan ruangan yang berada di lantai empat dan lima lebih parah lagi. Semua pintu ruangan di dua lantai itu masih terkunci.

***Kamis, 4 April 2013 pukul

14.00 WIB. Seorang pegawai BAAK Unila, Rosmiati terlihat asyik membuka situs zalora.com. Padahal, saat itu jam kerja pe-

gawai seperti Rosmiati belum usai. Saat diwawancarai, Rosmiati mengakui bahwa ia sedang mem-buka situs belanja online .”Iya, saya dari tadi lagi main internet karena sudah tidak ada kerjaan lagi, dari pada saya pulang cepet nanti dimarah sama atasan, ya su-dah saya disini aja sampai selesai jam kerja. Saya juga cuma buka si-tus belanja online, kalau twitteran saya jarang,” aku Rosmi.

Rosmiati mengaku hanya menggunakan fasilitas internet jika sudah tidak ada lagi pekerjaan yang harus ia selesaikan. “Saya ini internetannya cuma pas gak ada kerjaan saja lho. Kalau pas ada kerjaan, ya saya selesaikan dulu kerjaan saya”, tambah Rosmi sembari tersenyum malu dan me-nutup situs belanja online yang sedang dia buka.

Jum’at, 5 April 2013 pukul 9.00

RAMBU-RAMBU PEGAWAI UNILAFoto oleh Kurnia Mahardika

Page 17: Majalah teknokra edisi 128

17No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

WIB, dilantai empat gedung rek-torat, seorang staf kebersihan, Ilham terlihat mengeluarkan se-puntung rokok dari kantongnya. Ia hendak merokok selepas me-nyelesaikan tugasnya. “Larangan merokok itu ada, biasanya ditem-pel di dinding-dinding atau pintu ruangan. Tapi, ya setahu saya gak papa kalau merokok disini. Ini kan ruang terbuka. Kalau di ruangan yang ber-AC itu baru gak boleh. Biasanya saya ngerokok di dapur atau di ruangan terbuka pas lagi gak ada kerjaan. Kalau lagi ada kerjaan ya saya kerja dulu,” ujar Ilham.

Tak hanya masalah disiplin, pegawai yang bermain game dan merokok saat jam kerja. Pelayanan pegawai juga banyak mendapat keluhan terutama pelayanan di rektorat dan per-pustakaan.

Dwi Hardoyo (Fisip Ilmu Ko-munikasi ‘10), mengatakan bahwa layanan pegawai Unila kurang memuaskan. Dwi bercerita ketika itu ia pernah mendatangi ruangan pembantu rektor III untuk menan-yakan perihal beasiswa. Namun, pertanyaanya dijawab dengan nada datar tanpa senyum oleh pegawai rektorat. “Ya udah lihat aja di fakultasmu,” ujar Dwi me-nirukan ucapan pegawai tersebut.

“Kalau yang main game saya pernah liat, tapi saya lupa pas ka-pan. Kalau masalah pegawai yang merokok di jam kerja saya sering sekali melihatnya baik di rektorat

maupun di fakultas saya,” tam-bahnya.

Menteri Aksi dan Propagan-da Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unila, Pimal Ibrahim (Hu-kum ’09), menuturkan banyak mahasiswa yang melaporkan kin-erja rektorat kepada BEM, teru-tama mengenai keramahan para pegawai dan banyaknya pegawai yang main game saat jam kerja. “Sekitar bulan sebelas ada te-men saya yang melapor k esaya, dia itu mau minta cap di rektorat tapi pegawainya sedang main game, malah karyawan tersebut tidak langsung melayani tetapi melanjutkan games black jack, ” paparnya.

Hal senada juga pernah di-alami Dian Esti Rosiana maha-siswi FKIP Fisika 2012, dia merasa kecewa dengan pelayanan per-pustakaan.

“Nah saya ini kan masih anak baru jadi belum tau prosedur yang ada di perpustakaan, terus saya di suruh buat kartu perpus,pegawai yang melayaninya itu jutek ban-get, saya sampe jengkel, tapi ya kayak mana saya butuh ngerjain laporan sih,” keluh Dian.

Dian juga mengeluhkan pelay-anan pegawai yang bertugas menjaga tempat penitipan tas. Menurutnya, petugas yang saat itu ia temui tidak ramah. Saat itu, ia hendak mengerjakan laporan bersama teman-temannya. Seper-ti biasa, ia menitipkan tas miliknya ditempat penitipan. Namun, Dian mengaku lupa mengambil lap-top yang akan digunakan untuk mengerjakan laporan. Lalu ia ber-maksud untuk mengambil laptop miliknya. Namun, pegawai yang menjaga tas justru menanggapin-ya dengan nada tinggi. “Kenapa tadi gak diambil sekalian”, ujar Dian menirukan ucapan pegawai perpustakaan yang ia temui.

Dian juga mengaku sudah be-berapa kali mendapatkan pelay-anan yang kurang baik. “Setiap saya ke perpustakaan pasti kary-awannya jutek-jutek banget,” tambah Dian.

Sepi. Ruangan Ba-gian Keuangan Gedung Rektorat Unila tampak sepi oleh pegawai. Hanya ada dua siswi PKL. Foto dibidik Rabu, (10/4) pukul 08.38 WIB

Page 18: Majalah teknokra edisi 128

18 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Laporan Utama

Mahasiswa angkatan 2012 ini sangat menyayangkan sikap pegawai Unila yang kurang baik. Menurutnya, pegawai di pergu-ruan tinggi lain sangat ramah dan memberikan pelayanan yang baik. Ia pernah memasang pamflet ke Perguruan Tinggi Swasta Tek-nokrat Bandarlampung. Disana Dian mendapat sambutan hangat.

”Mau masang pamflet di ba-gian mana aja mbak dan jumlah pamfletnya berapa?,” ujar Dian menirukan ucapan pegawai tek-nokrat yang ia temui. Pelayanan yang seperti itu tidak pernah ia temui di Unila. “Coba kalau pega-wai Unila, belum ditanya saja su-dah masang muka yang sangar dan judes, bikin orang takut mau tanya,” keluhnya.

Beberapa kali mendapat pelayanan yang buruk membuat Dian enggan berkunjung ke per-pustakaan. Ia juga mengaku ma-las jika harus mengurus sesuatu di gedung rektorat. “Saya gak mau lagi datang ke rektorat, kecuali kalau ada urusan yang mewajib-kan saya untuk pergi ke gedung rektorat”, ungkap mahasiswa se-mester dua itu.

Menanggapi keluhan maha-siswa, Bahriyah yang bertugas di bagian penitipan tas mengatakan dirinya dan karyawan lain sudah

berusaha ramah. Namun, menu-rutnya terkadang ada mahasiwa yang kurang sopan seperti mem-berikan tas dengan tangan kiri. “Sebenarnya kita sudah berusaha ramah tapi kadang karena kita se-dang capek atau karena banyak pengunjung perpustakaan, kita suka spontan,” ungkap Bahriyah.

Seproni yang juga karyawan perpustakaan ikut memberikan tanggapannya. “Mungkin karena karakter kita yang keras, sebena-rnya saya sudah berusaha sopan tapi karakternya kan begini,” terangnya. Keduanya juga ber-harap mahasiswa tidak hanya me-nyalahkan sebelah pihak.

Kepala UPT Perpustakaan, Sugianto menjelaskan pihak perpustakaan sudah melakukan evaluasi mengenai pelayanan perpustakaan. Sugianto mengaku perpustakan kekurangan tenaga. Perpustakaan hanya memiliki 27 orang karyawan. 17 orang dian-taranya bertugas sebagai pusta-akawan. “Pihak perpustakaan su-dah mengevaluasi dan berusaha semaksimal mungkin, mungkin orang-orang yang ditempatkan kurang pas,” tutur Sugianto.

Saat ditanyai mengenai pega-wainya yang sering bermain game saat jam kerja, Sugianto menjelas-kan bahwa ia sering menegur

karyawan yang kedapatan ber-main game. Ia mengaku tidak melarang pegawainya bermain game, namun harus saat jam isti-rahat. Sugianto juga berterimaka-sih kepada pihak yang mengeluh-kan kinerja pegawai perpusakaan karena dapat ia jadikan bahan evaluasi.

Sementara itu, ditemui di halaman rektorat, Jumat (12/4) Pembantu Rektor II, Ir.Dwi Haryo-no mengakui kinerja pegawainya memang kurang baik. Namun, ia berjanji untuk membenahi ma-salah ini dengan adanya berbagai keluhan dari mahasiswa. “Kinerja pegawai memang merupakan pri-oritas bagi saya untuk tahun ini. Tahun 2012 sampai 2015 saya akan berusaha meningkatkan pelay-anan. Karyawan harus melakukan pelayanan prima terhadap maha-siswa,” ujar Dwi.

“Saat ini yang sedang saya lakukan bersama tim kerja saya adalah melakukan pelatihan soft skill untuk para pegawai”, tam-bah Dwi.

Mengenai masalah jam kerja, Dwi mengatakan seharusnya karyawan bekerja sejak pukul 08.00 sampai 16.00. “Kalau ma-salah pegawai mau berangkat jam 10 atau pulang jam 11 itu belum ada sanksi administratif, tetapi ada teguran dari saya,” katanya.

”Untuk selanjutnya saya akan menerapkan disiplin jam kerja di presensi sidik jari, biar lebih ke-tahuan siapa saja yang sering be-rangkat telat dan pulang duluan,” tambahnya.

Dwi mengatakan pegawai akan mendapatkan sanksi pem-ecatan jika tidak hadir selama 46 hari berturut-turut. Menurut Dwi, memang belum ada peraturan yang dapat menjerat karya wan yang suka bermain internet dan merokok. Namun, ia mengaku su-dah menegur karya wan yang ban-del. “Saya juga punya foto-foto karyawan yang sering main inter-net dan merokok saat jam kerja. Sudah banyak yang mendapat teguran dari saya,” terangnya. =

Berantakan. Ruangan Bagian Kepegawaian Gedung Rektorat lantai 3 terlihat belum dirapihkan meskipun waktu sudah menunjukan 09:50. Foto dibidik (4/4).

Page 19: Majalah teknokra edisi 128

Polling

Periode kedua Prof. Sugeng P. Hari-anto sebagai Rektor Unila men-guapayakn peningkatan pelayanan

terhadap mahasiswa. Kenyataannya, masih banyak mahasiswa yang melapor mengeluhkan pelayaan pegawai unila yang cenderung arogan dan semerawut.

Terkait hal tersebut, Divisi Pusat Penelitian dan Pengembangan UKPM Teknokra perlu melakukan survey men-genai “Kinerja Pegawai Unila”. Dari hasil survey, selisih 21%, responden menilai pelayanan pegawai Unila terhadap ma-hasiswa menjawab sebanyak 49% Cukup Baik, dan 28% menjawab Buruk. Namun tidak ada satupun responden memberi jawaban Sangat Baik.

Pelaksanan kinerja dan kerja-kerja pegawai tidak sedikit terpenuhnya fasilitas wifi maupun hotspot internet yang harapannya dapat memperlancar kerja-kerjanya. Namun, tak sedikit pula

mereka manfaatkannya untuk kepent-ingan pribadi. Sebanyak 36% responden menjawab Pernah melihat pegawai Unila main games/facebook/twitter/youtube saat jam kerja.

Peraturan atau himbauan Rektor Unila ‘Dilarang Merokok di Area Kampus’ sepertinya hanyalah sebuah pajangan saja yang tidak punya makna sesung-guhnya. Jangankan di area kampus , merokok di ruangan saat jam kerja sudah menjadi tontonan atau hal biasa disaksi-kan, terbukti 48% responden menjawab Pernah melihat pegawai Unila merokok di ruangan saat jam kerja.

Dalam keberhasilan peningka-tan pelayanan perlu kedisiplinan. Responden menilain 58% pegawai Unila Cukup Disiplin waktu dalam bekerja (datang dan pulang sesuai jam kerja) dan 33% responden memjawab pegawai Unila Tidak Disiplin. Terlebih dari itu,

responden menilai bahwa pegawai Unila Tidak datang kerja tepat waktu dengan presentase jawaban 61%.

Terlepas dari perihal peningkatan pelayanan dan kinerja para pegawai Unila, Responden berpendapat seban-yak 57% menjawab Cukup Baik mengenai kinerja Prof. Sugeng P. Harianto selama menjabat menjadi Rektor Unila sejak 2008 hingga sekarang, karena respon-den menilai masih banyak yang harus dibenahi seperti gedung-gedung banyak yang belum rampung, sehingga kuota mahasiswa untuk menggunakan ruangan kuliah melebihi batas kapasitas ruangan.

Terlaksananya kinerja pegawai Unila yang ideal perlu komitmen pengawasan dan penilain bagi seluruh karyawan maupun atasan agar terben-tuk sinergi yang sesuai bagi sivitas Unila. Sesuai apa yang telah dicita-citakan Unila, Top Ten University 2025.=

Supervisor : Aprohan SaputraEnumerator: M. Burhan, Faris Y, Yovi Y, Hanna F, Imam G, Kurnia M, Ayu YA, Fitria W, Lia VF, Sindy NM, Suci TK, Zahidah S.

Metode Polling

Polling ini dilakukan pada Rabu-Jumat, 17-19 April 2013. Re-sponden merupakan mahasiswa Unila aktif angkatan 2010, 2011, 2012 sebanyak 100 orang, yang diambil secara acak dari setiap Jurusan atau Program Studi di delapan fakultas Unila. Survey ini menggunakan metode Multistep Random Sampling yang di olah menggunakan program SPSS.

Oleh Aprohan Saputra

Pegawai Unila

TidakDisiplin

Apakah Pegawai Unila Datang Kerja Tepat Waktu?

No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Bagaimana Pelayanan Pegawai Unila terhadap Mahasiswa?

Apakah Pegawai Unila Disiplin Waktu dalam Bekerja (Datang dan Pulang Sesuia Jam Kerja)?

Bagaimana Pendapat Anda Mengenai Kinerja Prof.

Sugeng P. Harianto Selama Menjabat Rektor Unila (2008

s.d. Sekarang)?Pernahkan Anda

Melihat Pegawai Unila Merokok di Ruang

Kerja Saat Jam Kerja?

Perbahkah Anda Melihat Pegawai Unila Main

Games/Facebook/Twit-ter/Youtube Saat Jam

Kerja?

19

Page 20: Majalah teknokra edisi 128

20 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Artikel Tema

Mahasiswa bagian dari Pemuda, yang memi-liki kesempatan untuk

mengenyam pendidikan lebih tinggi.

Pemuda merupakan tenaga produktif yang menjadi penopang bagi kemajuan suatu negara, den-gan berbekal kemampuannya untuk mengembangkan penge-tahuan dan teknologi. Tentunya, hal tersebut harus mendapatkan dukungan penuh dari suatu neg-ara dengan menyelenggarakan sistem pendidikan yang mampu diakses secara luas tanpa ada diskriminasi, dengan materi pen-didikan yang mampu menjawab kebutuhan rakyat secara luas. Serta tersedianya lapangan pe-kerjaan secara luas bagi pemuda dan mendapatkan upah yang layak. Sehingga tenaga produktif tersebut dapat mem-berikan kon-tribusi

Skema Liberalisasi Pendidikan

yang besar bagi kemajuan suatu Negara.

Saat ini jumlah Pemuda Indo-nesia 62.926,00 Juta jiwa (usia 16-30 tahun), 60% pemuda usia 16-20 Tahun adalah penganggu-ran (Data BPS 2011). sedangkan yang berusia kuliah (usia 18-25 ) sebanyak 25 juta jiwa. Namun, yang dapat terserap kedalam jenjang pendidikan Tinggi hany-alah sebanyak 4,8 juta jiwa yang tersebar di Perguruan tinggi neg-eri maupun swasta. Dari data dia-tas dapat kita lihat bahwa jumlah pemuda yang dapat bekerja dan memperoleh pendidikan tinggi sangat minim.

Padahal UUD 1945 yang meru-pakan hukum tertinggi di negara kita sudah memandatkan bahwa Negara berkewajiban untuk me-nyelenggarakan pendidikan yang dapat di akses secara luas oleh rakyat dan menyediakan lapan-gan pekerjaan yang layak bagi rakyat.

Liberalisasi, Hilangnya Hak Men-gakses Pendidikan Mahalnya biaya pendi-dikan dan tidak ilmiahnaya kuriku-lum dan ilmu pengetahuan yang disajikan, membuat pemuda juga tidak terbebaskan dari intimidasi, kekerasan, pengekangan, hilang-nya kebebasan mimbar akademik dan berbagai bentuk tindakan anti demokrasi lainnya.

Berjalannya seluruh skema tersebut dengan begitu mulus, tidak terlepas dari Intervensi im-perialisme, utamanya Amerika serikat melalui berbagai kebijakan dan perjanjian kerjasama yang di-jalankan oleh pemerintah boneka didalam Negeri. Pasca ratifikasi perjanjian GATS-WTO Tahun 1995.

Kini melalui perjanjian ker-jasama komprehen-sif bilateral Amerika

Serikat-Indonesia (US-INDO Com-prehensif Partnership) tahun 2010, intervensi Amerika Serikat dila-pangan pendidikan kian menguat. Bahkan dalam setiap kerjasama bilateral tersebut, dunia pendi-dikan Indonesia menjadi sasaran paling strategis. Setelah berta-hun-tahun bank dunia dan bank pembangunan Asia “membina” pendidikan dasar dan menengah seperti program sertifikasi guru, sekarang Amerika Serikat sangat fokus menarik kalangan akademi-si di universitas untuk mendukung kepentingan imperialisme dan feodalisme di Indonesia. Konsep Otonomi ‘Palsu’ Perguruan Tinggi.

UU Pendidikan Tinggi sejak masih menjadi Rancangan Undang-Undang sudah banyak mendapat protes yang besar dari rakyat, karena isinya tidak lebih hanya untuk melegalkan praktek pelepasan tanggung jawab negara di sektor pendidikan tinggi dengan konsep otonomi kampus melalui dua bentuk (sebagaimana yang diatur pasal 65 ayat 1), full-otonom melalui bentuk Badan Hukum Pendidikan Tinggi (BHPT) dan semi-otonom melalui bentuk Badan Layanan Umum (BLU).

Otonomi kampus sendiri hakikatnya adalah sebuah konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi yang akan memberikan kewenangan kepada perguruan tinggi negeri untuk mengurus secara mandiri terkait penyelenggaran pendidikan tinggi, yang meliputi aspek akademik dan non akademik. Konsep otonomi kampus ini sendiri sudah pernah di uji cobakan tahun 1999, pemerintah melalui PP no 61 tahun 1999 yang telah mengubah 5 PTN menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (UI, ITB, IPB, UGM Ilustrasi Fitri Wahyuningsih

Page 21: Majalah teknokra edisi 128

Sampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa, dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_ Komentar. Kirim ke 082183353654, 08992268489 atau Teknokra Unila @TeknokraUnila

Suara Mahasiswa

Redaksi hanya akan memuat SMS/komentar yang disertai identitas lengkap dan bisa di-pertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami akan me ncocokkannya dengan data siakad Unila.

21No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Toto Sudiyanto (Administrasi Negara’11)

Setiap ke rektorat tidak ada sedikit pun ramah-ramahnya, seharusnya memberikan pelay-anan yang terbaik dong ke maha-siswanya

Rizky Syarifah (FKIP’ 12)

Saya sebagai mahasiswa san-gat kecewa terhadap staff TU di rektorat. Seperti saat pendaft-aran ulang dulu, stafnya begitu galak dan judes padahal wajahnya

cantik. Hanya salah penulisan satu angka pada lembar pendaf-tarannya, Tinggal dihapus saja, gak sampe 5 detik. Belum masuk kuliah aja sudah di sambut den-gan garang gitu. Beda dengan universitas lain yang pernah saya jumpai.

Ridhal Muhammad (Ilmu Pemer-intahan’09)

Tidak hanya diperpustakaan yang pegawainya miskin senyum dan cenderung arogan. Kinerja pegawai penjaga gedung pada

dan UNAIR). Sejak itu 5 PTN berusaha secara mandiri untuk mencari sumber pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, yang paling terasa sekali adalah kenaikan yang drastis dalam segi pembiayaan pendidikan yang ha-rus ditanggung oleh peserta didik dalam hal ini mahasiswa.

Adanya BLU memberikan banyak kewenangan pagi perguruan tinggi untuk melaksanakan sistem keuangan secara mandiri yang berujung pada komersialisasi pendidikan.

Unila pada tahun 2012, biaya Sumbangan Pengembangan Insti-tusi (SPI) untuk jalur Ujian Mandiri Lokal berkisar 10 s/ 15 juta. Semen-tara untuk biaya SPP nya pun sela-lu lebih mahal dibanding kan den-gan yang melalui jalur SNMPTN. Padahal fasilitas yang digunakan dan pelayanan yang diterima adalah sama.

Selain mengatur tentang otonomi ‘palsu’ kampus, UU PT juga mengatur tentang pembu-kaan perguruan tinggi oleh lemba-ga pendidikan asing. Hal ini yang kemudian semakin memperjelas kita, bahwa kepentingan yang ada di balik UU Pendidikan Tinggi adalah kepentingan dari pemilik modal monopoli internasional (Imperialis). Pembukaan pergu-ruan tinggi asing sudah pasti akan menjadi ancaman bagi perguruan tinggi swasta, karena pasti akan tergerus dengan perguruan tinggi asing yang ditunjang oleh modal yang stabil, dan prestise yang di tawarkan.

Artinya jelaslah sudah, ber-dasarkan pemaparan diatas bah-wa UU Pendidikan Tinggi hanya sebuah regulasi baru yang akan melegitimasi pelepasan tang-gung jawab negara dibidang pendidikan tinggi, setelah di

cabutnya Undang-undang Badan Hukum Pendidikan yang esen-sinya tidak berbeda dengan UU pendidikan tinggi. Dan terbukti mengkangkangi UUD 1945 yang mengamanatkan Negara harus bertanggung jawab terhadap pe-nyelenggaraan pendidikan. Upaya untuk menuntut dicabutnya UU no.12 tahun 2012 tentang Pendi-dikan Tinggi adalah bentuk peny-elamatan sektor pendidikan tinggi dari skema liberalisasi pendidikan yang hanya akan membuat biaya pendidikan semakin tinggi dan su-lit di akses oleh rakyat Indonesia. Mahasiswa bersatu lawan skema liberalisasi pendidikan=

Rajahot Sinterclaus.Ketua Umum Front Mahasiswa Nasional (FMN) Cabang Bandar Lampung.

Mahasiswa FISIP Ilmu Ad-ministrasi Bisnis angkatan 2009.

gedung D lt. 1 FISIP pun perlu ditegur. Banyak mahasiswa IP yang mengeluhkan sikapnya.

Hendry (narasumber dana PKL)

Redaksi Teknokra, saya Hendri mau konfirmasi kembali hal yang pernah saya katakan dengan redaksi masalah dana PKL. Saya tidak hanya menerima buku panduan dan name tag, tetapi peserta PKL menerima pem-bekalan 3 hari dan snack.

Page 22: Majalah teknokra edisi 128

22 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Selasa (9/4) Pukul 04.00 dini hari, kucuran air terdengar dari tiap-tiap lantai teru-

tama lantai empat. Suara guyuran pun tidak hanya terdengar dari satu kamar mandi.

“Air masih hidup gak?”“Masih, buruan mandi!”Kegaduhan itu mulai ter-

dengar jelas. Beberapa orang mulai turun ke lantai dasar untuk mengangkut air. Semua sudah paham dengan kegaduhan menjelang pagi hari.

Kejadian yang jarang di-temukan saat semester satu, kini hal menjadi rutinitas yang ter-jadi di Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa). “Air gak lancar, jadi kita harus ngambil air di lantai dasar dulu terus kita angkut kel-antai empat,” ujar Daryati maha-siswa Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi.

Sebelum mengangkut air ke lantai empat Daryati dan beberapa rekannya terlebih dahulu harus menimba air sumur

Rusunawa (Kembali) Menuai KeluhOleh Lia Vivi Farida

di lantai dasar. Bagi Daryati jika tidak ada air maka akan menjadi pilihan kuliah tanpa mandi.

Mahasiswa angkatan 2012 ini selalu bangun lebih awal di-banding rekan-rekan sekamarnya.Selain karena ia terbiasa bangun pagi, ia juga ingin menampung air untuk keperluan mandi sebelum air mati.

Kegaduhan karena minimnya air di Rusunawa kembali terden-gar menjelang senja.

“Ada air gak?”Pertanyaan itu kembali ter-

dengar diantara para penghuni Rusunawa. Jika tak ada air, sejak pukul 16.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB penghuni Rusunawa mulai terlihat menggangkut air. Saat hari sudah gelap tak jarang mereka lebih memilih untuk tidak mandi.

Lia Dwi Susanti mahasiswa FKIP Sejarah ‘12 mengatakan, ia pernah menanyakan hal tersebut kepada pengelola. Tetapi pihak pengelola beralasan para pen-

ghuni rusun menggunakan air dengan boros sehingga air sering mati. “ Sungguh gak masuk akal, kalau air mati karena kita boros menggunakan air. Padahal dulu semester satu kamar mandi nyala semua tapi tidak pernah mati airnya, kok sekarang kamar mandi yang satu sudah mati ditambah banyak kran yang rusak kok di-bilang kita boros gunainnya,” keluh Lia.

Tak jauh berbeda dengan ke-dua rekanya, Khasma mahasiswi FKIP Biologi 2012, mengaku sejak awal memang memiliki keinginan tinggal di Rusunawa karena yang ter bayang oleh fasilitas hotspot dan fasilitas lain yang mema-dai juga kenyamanan. Namun, kini tak sesuai dengan yang ia bayangkan.“Asrama itu ya dima-na-mana bagus, nyaman, bersih dan aman. Jadi saya mutusin ting-gal di Rusun. Lagian dulu belum sempat cari kosan,” ujar Khasma.

Seringnya mati lampu dan mati air menjadi kendala besar

Liputan Khusus

Foto Kurnia MahardikaRusunawa. Kondisi Rusunawa Yang kurang terawat ditambah fasilitas yang minim membuat para mahasiswa mengeluh . Foto di bidik Kamis (18/4).

Page 23: Majalah teknokra edisi 128

Ngekhibas

23No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Redaksi Menerima kritik/saran dan kirimkan berupa: Artikel (ketikan 1,5 spasi, panjang tulisan 4.000-6.000 karakter ), surat pembaca, apresiasi berupa puisi atau cerpen dan informasi keunilaan. Tulisan dikirimkan ke: [email protected] atau antar langsung ke Sekretariat UKPM Teknokra Unila, Grha Kemahasiswaan Lt.1 Unila.

bagi Khasma dan beberapa rekan-ya, tak hanya mengganggu waktu mandi saja tetapi juga wudhu saat ingin shalat juga menjadi terken-dala. “Apalagi dikala ingin shalat, mau gak mau kita harus mengam-bil air di bawah. Kalau gak ngam-bil air dibawah ya gak bisa shalat. Selain itu juga Jika mati listrik, pasti gak masak nasi dan mesti beli dikantin dan uangnya mesti ngeluarin lebih,” tambahnya.

Terjangkit Penyakit KulitTak hanya air dan seringnya

mati lampu yang dikeluhkan ma-hasiswa yang tinggal di Rusu-nawa, beberapa mahasiswa yang tinggal disana juga mulai terkena penyakit kulit akibat air yang ko-tor dan tidak jernih.

Evalia Novalianti mahasiswa FKIP Matematika mengatakan, dulunya ia memang pernah men-galami penyakit gatal. Namun, menurutnya penyakit yang ia de-rita tidak parah dan tidak pernah kambuh. “Awalnya itu cuma gatal biasa, eh.. kok lama kelamaan tambah lebar dan gatalnya mem-erah, jadi ya aku periksain lah ke dokter, ternyata aku terkena penyakit kulit seperti yang dulu.

Sesuai dugaan, aku memang gak cocok dengan air di Rusun,” terangnya.

Mahasiswa angkatan 2012 ini mengalami hal itu sejak bulan per-tama tinggal di Rusunawa. Sam-pai sekarang, ia masih mengalami hal serupa. “Terkadang kambuh lagi gatalnya kalau pakai air yang sedikit kotor,” tambahnya.

Hal senada juga dialami M. Nuzzul Eko Prasetyo mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geofisika 2012. Sejak awal tinggal dirusunawa ia sudah terkena pe-nyakit kulit. “Kalau dulu pertama dirusun gatel-gatel, tapi kalau sekarang sudah kebal” ujarnya dengan senyum.

Tak jauh berbeda dengan kedua rekanya, Siti Khodijah (FKIP Sejarah ’12) mengatakan bahwa sejak awal ia sudah melihat air yang biasa digunakan sehari-hari memang tidak bersih. “Kan aku masak air, kata teman airnya bau amis terus aku coba minum lah airnya. Emm.... ingin muntah rasanya,” ungkap Siti.

Saat dikonfirmasi, Kepala Badan Usaha Unila, I Komang Winatha yang ditemui di Ge-dung Serba Guna (GSG) enggan

menanggapi mengenai hal terse-but. Menurutnya segala ses-uatu yang berhubungan dengan Rusunawa bisa ditanyakan kepa-da Koordinator Rusunawa.

Hal yang tak jauh berbeda juga dikatakan Koordinator Ru-sunawa Ir. Suarno Sadar, ia eng-gan menananggapi banyaknya keluhan yang diutarakan maha-siswa. Menurutnya penyakit kulit yang dialami sebagian mahasiswa yang tinggal di Rusunawa bu-kan karena air yang tidak bersih. “Mungkin kulit mereka yang sen-sitif, bukan karena air yang tidak bersih saja,” terangnya. Selain itu, saat di tanya mengenai air di Rusunawa, Suarno menjawab ti-dak tahu menahu mengenai hal tersebut. Ia juga menambahkan bahwa hal itu bisa ditanyakan langsung kepada Pembantu Rek-tor (PR) III.

Setali tiga uang saat ditemui di ruanganya, PR III Prof. Sunarto pun memberi tanggapan serupa. Ia mengatakan tidak tahu menge-nai Rusunawa, baik bangunannya maupun mahasiswa yang tinggal didalamnya. Dia juga mengatakan hal tersebut bisa ditanyakan ke-pada Koordinator Rusunawa.=

Pegawai Unila galak-galak,Kayak ibu tiri aja

Gedung S1 PGSD tingkatkan Akreditasi,Tingkatkan dulu dong fasilitasnya!

Rusunawa menuai keluh,Perbaiki dong jangan malah saling lempar kebijakan!

Page 24: Majalah teknokra edisi 128

24 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

REGIONAL

Provinsi Lampung menjadi tuan rumah Turnamen Bulu Tangkis Djarum Sirkuit

Nasional (Sirnas) setelah Kota Balikpapan. Turnamen tersebut berlangsung sejak 8 hingga 13 april, terdapat 986 pemain dari 92 klub se-Indonesia yang berpartisi-pasi dalam turnamen ini.

Ketua Pelaksana Djarum Sirkuit Nasional Lampung Eko Agung Saputra mengatakan, keg-iatan ini bertujuan untuk mencari atlet Lampung sekaligus meng-gugah pecinta Bulutangkis Lam-pung untuk dapat membina Bulu-tangkis secara bersama-sama.

Menurut Eko kegiatan ini telah ia dipersiapkan bersama panitia sejak Januari lalu. Kon-disi gedung sempat menjadi ken-dala karena kondisi GOR Saburai

Lampung Minim Gedung Olahragayang minim fasilitas. Namun, hal tersebut segera diatasi dengan memperbaiki beberapa bagian gedung. Ia berharap Bulu Tangkis Lampung semakin berkembang

“Harapan saya dengan ad-anya Sirnas ini dapat menggugah pecinta Bulutangkis Lampung agar dapat membina bulutangkis secara bersama-sama,” ujar Eko.

Hal senada juga disampaikan Ketua PBSI Lampung Abdullah Fadri Auli, ia mengeluhkan minim-nya fasilitas gedung olahraga se-bagai tempat untuk mengadakan turnamen Nasional. Apalagi GOR Saburai merupakan gedung yang menjadi kebanggaan masyarakat Lampung dan dianggap paling layak.

“Gedung ini sudah tidak rep-resentatif, bocor, WC gak ada,

tempat jogging track gak ada, tempat latihan pemanasan juga gak ada,” keluh Adullah.

Abdullah juga menyarankan kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan dunia bulutang-kis di Lampung. Sampai saat ini, pemerintah sangat minim dalam memberi perhatian kepada dunia bulutangkis.

“Sangat minim, kalo ada minus kuadrat, ini sudah minus kuadrat,” ujar Abdullah.

Walau fasilitas yang tersedia minim, namun Abdullah berharap diadakannya Djarum sirkuit Na-sional ini dapat membuka mata semua pihak. “Lampung ini bukan apa-apa dan perlu banyak berbuat untuk kemajuan Bulutangkis Lam-pung,” ujarnya menutup perbin-cangan.=

Sepi. Banyak kursi penonton yang masih kosong pada kamis (11/4) di gelanggang olahraga saburai bandar lampung dalam acara sirkuit nasional.

Foto Kurnia Mahardika

Oleh Faris Yursanto

Page 25: Majalah teknokra edisi 128

25No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

“Priiit priiit priiit!”, bunyi pelu-it terdengar dari seorang pria berseragam biru laut

khas pegawai Dinas Perhubungan (Dishub). Ia sedang mengatur lalu lintas pengendara yang melintasi perlintasan rel tanpa palang pintu di Kelurahan Kampung Baru Bandarlampung, Kamis (04/04).

Berri Pranika Putra (24), sejak bu Februari 2013 bertugas sebagai penjaga di perlintasan kereta api tanpa palang pintu. Setiap pukul 08.00 ia kebagian shift menjaga perlintasan. “Tugasnya ngalang-in orang lewat saat ada kereta melintas,” ujarnya.

Setelah mendapatkan Surat Perintah Tugas (SPT) dari Dishub, Berri dan rekannya langsung pindah tugas ke perlintasan yang sudah lama tanpa palang pintu. “setahu saya ini adalah perintah pak walikota langsung. Setiap perlintasan yang gak ada palang pintunya dijaga oleh Dishub,” terangnya.

Berri mengaku mengalami

Perlintasan Kereta Tanpa Palang Pintu

kesulitan alat komunikasi seperti Hand Talk (HT) yang digunakan untuk memperlancar komunikasi dengan masinis kereta stasiun Labuhan ratu dan pos lainnya. Akibatnya, ia hanya mengandal-kan penglihatan dan pendenga-ran saat bekerja.

Ketua Rukun Tetangga (RT) Kampung Baru, Harianto (46) mengatakan tahun 2008 pernah ada peletakan batu pertama pem-bangunan palang pintu kereta oleh Rektor Unila dan Walikota Bandarlampung yang saat itu di-jabat Eddy Sutrisno. Namun, hing-ga kini hasilnya nihil karena per-lintasan yang selalu ramai de ngan aktivitas mahasiswa yang lalu lalang ini belum memiliki palang pintu. “Kalau gak percaya silahkan gali disitu pasti ada batunya,” ujar Harianto sambil menunjuk ke arah tumpukan batu bata yang ada dis-amping pos pangkalan ojek Kam-pung Baru.

Harianto menambahkan, se-

Oleh Imam Gunawan

belum ada penjaga perlintasan kereta, para tukang ojek diang-gap menjadi orang paling berjasa karena sering mengingatkan pe-ngendara jika ada kereta yang akan melintas. “Sekarang kan su-dah dijaga 3 petugas, kami hanya minta pak rektor untuk mendiri-kan palang pintu dan pos jaga, ka-lau gaji kan sudah dari Pemkot,” tutur Hari.

Rencananya Harianto dan warga sekitar perlintasan rel akan mengajukan proposal ke PT Kereta Api (PT KA) Indonesia un-tuk pembangunan palang pintu.

Syahrizal Efendi (Staf Humas PT KAI Sud Divre III Tanjung ka-rang) mengatakan hanya perlint-asan kereta api yang resmi saja yang dibangunkan Palang pintu oleh PT KAI. Menurutnya, per-lintasan ilegal adalah tanggung jawab Pemerintah Daerah atau Pamong Desa setempat. Hal ini mengacu pada UU N0 56 Tahun 2009 Tentang Perkereta apian=

Bahaya. Tidak adanya portal di perlintasan kereta api kampung baru membuat pengguna jalan bebas berlalu-lal-ang . Foto dibidik, Rabu (10/4).

Foto Kurnia Mahardika

REGIONAL

Page 26: Majalah teknokra edisi 128

POJOK PKM

26 No.128 Tahun XIII Trimingguan Edisi April 2013

Alangkah hebohnya Ujian Nasional (UN), sebuah ritual tahunan yang mem-

buat semua orang ketar-ketir. Heboh yang sengaja diciptakan. Bagaimana tidak, bayangkan saja untuk kepanitiaan provinsi pun dibentuk dari berbagai elemen, seperti Pemerintah Provinsi Lam-pung, Perguruan Tinggi termasuk Universitas Lampung dan pihak kepolisian. Mereka tak sadar telah mengabaikan tanggung jawab, dosen meninggalkan kewa-jibannya untuk ikut sebagai Tim Pengawas Independen, Aparat kepolisian ikut mengamankan padahal masih banyak yang perlu diamankan. Tak cukupkah ini di-lakukan oleh sekolah saja?

Betapa krusialnya UN hingga soalnya harus dijaga ketat oleh aparat kepolisian. Tak hanya sam-pai disitu, saat UN berlangsung sekolah juga dijaga oleh aparat. Sedih harusnya, pejabat pendidi-kan tak lagi dipercaya. Bukankah otoritas di bidang pendidikan selalu mengedepankan nilai-nilai kejujuran?

Nilai rata-rata kelulusan 5,50 selalu menghantui. Angka yang harus dicapai agar bisa terus meraih mimpi. Tekanan pun datang dari berbagai pihak, misal-nya saja, siswa mendapat tekanan dari sekolah. Bila suatu sekolah banyak siswanya yang tidak lu-lus maka tingkat kepercayaan masyarakat untuk menitipkan anaknya disekolah tersebut akan menurun. Hal ini yang membuat sekolah pun mengambil langkah seribu agar anak didiknya dapat lulus.

Parahnya lagi, pendidikan yang mengultuskan berpikir ra-sional tiba-tiba menjadi irasional. Menjelang UN bermunculan perilaku-perilaku irasional. Semua pihak seperti hendak menghadapi kondisi yang luar biasa. Misal-

nya saja, berbondong-bondong siswa mengadakan doa bersama (istighozah), bahkan di beberapa sekolah ada yang mencari dukun untuk meluluskan siswa-siswan-ya, mereka rela membayar jutaan rupiah asalkan siswanya dapat lu-lus semua.

Tidak ada yang bisa disalah-kan memang. Tapi kondisi ini sungguh memprihatinkan, pen-didikan yang diharapkan dapat menjadikan manusia lebih be-radab, justru masih percaya den-gan hal-hal irasional, yang secara empiris tidak bisa dibuktikan. UN menjadi momok yang membuat resah seantero negeri.

Terlihat jelas saat ini negara mengalami krisis percaya diri. Bagaimana tidak, sistem ujian seperti ini membuat siswa hilang rasa percaya dirinya, tak percaya dengan kemampuannya. Hal ini pun tak disadari oleh para pendi-dik mereka, tak menyadari bahwa pelan-pelan telah membunuh rasa percaya diri siswa. Yang lebih parahnya, guru tak lagi memper-cayai kemampuan siswanya se-hingga perilaku menyimpang pun dilakukan seperti membeli soal ataupun memberi kunci jawaban.

Sebenarnya banyak siswa yang mampu mencapai angka itu, namun lagi-lagi kegelisahan menyeruak,”kalau aku gagal UN, aku malu”. Sebenarnya gagal UN bukan akhir dari segalanya, lu-

lus UN tak menjamin siswa dan negeri ini akan lepas dari jerat kemiskinan. Bukankah seharus-nya sebagai pendidik tak hanya mengajarkan ilmu akademik saja, bukankah hal yang terpent-ing adalah membentuk karakter siswa sebagai kader penerus bangsa.

Salah satu karakter tersebut adalah rasa percaya diri yang ha-rusnya dibentuk sedini mungkin. Bayangkan saja bila seseorang tak lagi memiliki rasa percaya diri, bukan hanya UN yang membuat-nya berpikir irasional namun juga akan merambah dalam kehidupan bermasyarakat. Anehnya saat ini, seharusnya guru dan orang tua mendidik anaknya agar memiliki jiwa percaya diri justru malah ti-dak memberikan kepercayaan yang lebih pada anaknya. Tak percaya anaknya dapat masuk Perguruan Tinggi Negeri, sogok menyogok pun dilakukan. Apakah mereka tak sadar dengan didikan seperti ini, sebenarnya mereka telah menyetak koruptor-korup-tor untuk menggantikan Anas Ur-baningrum, menggantikan posisi Andi Malarangeng. Akan dibawa kemana negeri ini bila kader-kad-er penerus bangsa sudah tak me-miliki rasa percaya diri?

Mari kita membuka kembali memori tahun 80-an. Dimana UN tak menjadi penghalang untuk merajut mimpi, dimana tak ada nilai standar yang harus dicapai. Dengan demikian mereka tak per-lu takut bila nilainya kecil, percaya dengan kemampuannya, percaya dengan apa yang sudah dicapai. Akankah kita kembali meng-gunakan sistem ditahun 80-an? Menurunnya kualitas anak bangsa saat ini adalah korban dari sistem pendidikan yang selalu berganti-ganti? Kalau sudah begini, masih-kah kita harus mematuhi sistem? Ataukah menghapusnya?=

KRISIS KEPERCAYAAN DIRI

Rukuan SujudaPemimpin Usaha

Page 27: Majalah teknokra edisi 128
Page 28: Majalah teknokra edisi 128