Tabloid teknokra edisi 136

12
Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh Tetap Berpikir Merdeka! Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas No 136 Tahun XIV Trimingguan Edisi Mei 2014 www.teknokra.com FB: Teknokra Unila @TeknokraUnila Halaman 8 Kondisi minimnya RPH yang ada di Lampung dapat membawa kekhawatiran akan kualitas kesehatan daging yang dipasarkan di masyara- kat. Halaman 12 “Yang paling membanggakan bagi saya adalah mampu membawa anak didik saya juara nasional!,” ujarnya. Halaman 3 Warna dinding GSG juga tak kalah kusam den- gan lantai. Coretan-coretan tampak di bebera- pa bagian dinding. POTRET ‘GERSANG’ Kampus Hijau

description

POTRET GERSANG KAMPUS HIJAU

Transcript of Tabloid teknokra edisi 136

Page 1: Tabloid teknokra edisi 136

Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh

Tetap Berpikir Merdeka!Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung

Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas

No 1

36 T

ahun

XIV

Trim

ingg

uan

Edisi

Mei

201

4

ww

w.te

knok

ra.co

mFB

: Tek

nokr

a Un

ila@

Tekn

okra

Unila

Halaman 8Kondisi minimnya RPH yang ada di Lampung dapat membawa kekhawatiran akan kualitas kesehatan daging yang dipasarkan di masyara-kat.

Halaman 12“Yang paling membanggakan bagi saya adalah mampu membawa anak didik saya juara nasional!,” ujarnya.

Halaman 3Warna dinding GSG juga tak kalah kusam den-gan lantai. Coretan-coretan tampak di bebera-pa bagian dinding.

POTRET ‘GERSANG’Kampus Hijau

Page 2: Tabloid teknokra edisi 136

2 No 136 Tahun XIV TrimingguanEdisi Mei 2014Comment Salam Kami

Foto

Lia V

ivi F

arida

TABLOID TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0721) 788717 EMAIL [email protected], [email protected] WEBSITE www.teknokra.com

Pelindung: Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, MS Penasihat: Prof. Dr. Sunarto, SH, MH Dewan Pembi na: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc Anggota Dewan Pembina: Asep Unik, SE. ME., Drs. M. Toha B. Sampurna Jaya, M.S., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Maulana Mukhlis, S.Sos., MIP., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA, Rudiyansyah, Rikawati, S,Sos., Rukuan Sujuda, S.Pd.

Pemimpin Umum: Muhamad Burhan Pemimpin Redaksi: Vina Oktavia Pemimpin Usaha: Yurike Pratiwi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Novalinda Silviana Kepala Kesekretarian: Fitri Wahyuningsih Redaktur Pelaksana: Aprohan Saputra, Hayatun Nisa, Yovi Lusiana Redaktur Berita: Ayu Yuni Antika Reporter : Fahmi Bas-tiar, Siti Sufia Redaktur Foto: Kurnia Mahardika Fotografer: Lia Vivi F Redaktur Artistik: Imam Gunawan Staf Artistik: Retno Wulandari Kameramen: Kurnia Mahardika Webmaster: Khorik Istiana Mana-jer Keuangan: Faris Yursanto Manajer Usaha : Imam Gunawan Staf Keuangan: Yola Savitri Staf Periklanan: Sindy Nurul Mugniati Staf Pemasaran: Wawan Taryanto Staf Kesekretariatan: Fitria Wulandari, Staf Pusat Penelitian dan Pe ngembangan: Hayatun Nisa, Fajar Nur-rohmah Magang: Rika A, Yola Septika, Ahmad R, Ana Pratiwi M, Diah Permatasari, Kurnia Dwi P.S, Meri Herlina, M. Erig R, M. Ziea U.A, Nur Kholik, Purwo Kuncoro, Ridha P, Riska Martina.

UnilaHarus Berbenah

Cover

Ide & DesainRetno Wulandari

Fungsi dan Eksistensi

Sejak 2010, Universitas Lampung mengikuti pemeringkatan universitas se-dunia berdasarkan kriteria UI Green Metric World University Ranking. Pemeringkatan ini merupakan inisiatif dari Universitas Indonesia (UI). Greenmetric memilih 95 perguruan tinggi dari 35 negara. Di Indonesia, Universitas Lampung menempati urutan ke-9 dari yang sebelumnya men-empati posisi ke-7. Di tingkat dunia, Unila sempat menempati posisi ke-52 pada tahun 2010, sedangkan tahun berikutnya Unila turun menduduki peringkat 98.

Lantas apa acuan penentuan peringkat tersebut? ternyata mengacu pada hasil korespondensi dan survei serta pemeringkatan langsung yang dilaku-kan secara online. Indikator dan kriteria penilaian meliputi pengaturan dan infrastruktur. Lokasi kampus , luas area termasuk ruang hijau dan terbuka, luas bangunan, pemakaian listrik, hingga jumlah kendaraan yang dimiliki ikut andil menjadi kriteria penilaian. Jumlah keluar-masuk mobil, sepeda, program lingkungan yang berkelanjutan, sampai keberadaan situs website, terutama kaitannya dengan konten informasi mengenai kampus hijau juga dinilai.

Berbagai kebijakan yang diambil pihak kampus, seperti program daur ulang limbah, pengelolaan sampah organik, dan metode pembuangan sam-pah menjadi hal penting lainnya. Bahkan,peringkat ini menilai hingga sys-tem konservasi air, persentasi luas wilayah, serta sistem pipa dan sumber air. Ketersediaan bus kampus, serta kebijakan mengenai jalur sepada dan pejalan kaki menjadi salah satu contoh kebijakan yang dinilai.

Melihat semua kriteria penilaian tersebut, tak aneh rasanya jika Uni-versitas Lampung turun peringkat Greenmetriks.Lihat saja, Unila belum memiliki fasilitas yang mayoritas menjadi penilaian. Universitas Lampung juga rasanya masih setengah hati melakukan usaha perubahan peningka-tan kualitas sebagai kampus hijau . Saat ini, Unila masih jauh dari kriteria kampus hijau. Pengolahan limbah, sistem drainase, sarana transportasi ramah lingkungan belum tersedia di ‘kampus hijau’ Unila.

Memang, mengurusi kampus yang berpenghuni puluhan ribu maha-siswa tak semudah yang dibayangkan. Namun, Unila telah berani mengam-bil langkah menjadi peserta Greenmetriks sejak empat tahun lalu. Pilihan itu harusnya dibarengi dengan kesadaran untuk terus memperbaiki berb-agai fasilitas demi terciptanya kampus hijau yang sesungguhnya.

Unila seharusnya segera berbenah, mulai dari kebijakan dari rektorat untuk segera menerapkan program-program kampus hijau yang sejak lama sudah dibuat, sehingga tak sekedar menjadi wacana atau hanya men-jadi julukan tanpa makna. Rektorat harusnya berani ambil sikap dan tak nanggung mengambil kebijakan demi perbaikan kampus hijau.

Semua upaya tersebut harus dibarengi dengan kepedulian dari semua civitas akademika Unila, Tentu saja, kedisiplinan dari warga Unila menen-tukan keberhasilan program kampus hijau selanjutnya. Pun kebijakan dan pengawasan dari pihak kampus harus lebih diperketat. Semoga Unila men-jaga nama baik kampus hijau. =

“Wah, Kok udah terbit lagi ? Cepet banget ya, Hebat! ”

Itu adalah kata yang sempat dilon-tarkan beberapa mahasiswa saat tabloid Teknokra edisi 135 tengah

dibagikan. Mendengar kalimat itu, kami amat terharu. Banyak makna yang terkandung dari kalimat yang dilontar-kan.

Kami selalu berusaha memberikan informasi up to date yang berimbang, berkualitas, sekaligus mencerdaskan pada tiap edisi. Tak mudah rasanya ketika harus dihadapkan dengan jad-wal kuliah yang padat. Belum lagi harus menjalankan fungsi sebagai lembaga pers kampus yang ingin tetep menjaga eksistensinya.

Sekilas, tak terasa perbedaan men-colok yang terlihat antara kami dan ma-hasiswa lainnya. Perbedaan baru terli-hat saat malam tiba ketika mahasiswa lain mengisi waktu malam dengan menonton televisi atau sekadar duduk santai menikmati cemilan bersama te-man dan keluarga di rumah, kami ma-sih setia di kampus dengan jadwal rapat dan aktivitas menulis berita.

Dibandingkan empat terbitan sebel-umnya, tak berlebihan rasanya jika ini-lah edisi yang paling banyak menguras energi. Waktu, tenaga, dan pikiran telah tercurah demi membawa tabloid ini ke tangan pembaca sekalian. Tak hanya di-

tuntut deadline terbitan, kami juga ha-rus membagi fokus demi mempersiap-kan kegiatan nasional di akhir bulan. Tentu saja time management yang baik menjadi kunci yang harus didapatkan demi suksesnya dua kesibukan ini.

Lelah, kantuk, hingga perasaan bosan sering kali menjadi kerikil yang melukai langkah kaki kami. Berkali-kali berha-dapan dengan situasi dan kondisi yang berpeluang menjadi penghalang mem-buat kami terus bangkit dan percaya pada proses. Ya, bagai intan yang hanya mampu tercipta 150 km di bawah per-mukaan bumi pada tekanan tinggi dan suhu yang tak kurang dari 2.000 derajat Fahrenheit. Kami percaya bahwa suhu tinggi serta tekanan yang menempa kami dari segala arah akan memben-tuk kami menjadi pribadi yang seindah, sekuat, dan seberharga intan.

Kepada para pembaca, dengan penuh kebanggaan kami persembahkan tab-loid UKPM Teknokra edisi 136. Edisi kali ini, tabloid Teknokra mengupas tentang Konsep Kampus Hijau Unila yang pada kenyataannya tak terlihat hijau. Pohon yang tua dan rapuh, sampah yang ber-serakan, penebangan pohon demi pem-bangunan, hingga pengelolaan limbah yang belum layak. Terimakasih kepada pembaca yang tetap yakin dan percaya pada kami untuk terus memberikan in-formasi yang bermanfaat.=

Tetap Berpikir Merdeka!

Fitri Wayhuningsih

Page 3: Tabloid teknokra edisi 136

3No 136 Tahun XIV TrimingguanEdisi Mei 2014 Kampus Ikam

Kotor. Seorang mahasiswa hendak masuk ke Gedung Serba Guna (GSG) Univer-sitas Lampung yang kotor karena dicoret-coret dengan pilok. Selain din ding, lantai keramik GSG juga menge-lupas dan ambles. Foto dibi-dik, Rabu (8/5).Foto Kurnia Mahardika

Unila-Tek: Siang itu (1/5), sepuluh mahasiswa terli-hat asyik memainkan games kekompakan di pelataran Ge-dung Serba Guna (GSG) Uni-versitas Lampung. Beberapa mahasiswa lainnya terlihat se-dang latihan senam. Pedagang kaki lima yang biasa mangkal di GSG tetap membuka lapak-nya meski hari itu libur nasi-onal.

Sayangnya, sampah juga nampak bertebaran di bebera-pa sudut. Di bawah tangga pintu selatan, terdapat dua gerobak makanan yang tak digunakan pemiliknya. Lantai keramik GSG terlihat lebih kusam dari warna asli. Di beberapa bagian, ter-dapat tanah yang membentuk jejak sepatu. Di lantai dua sela-sar GSG, rumput bahkan dapat tumbuh di tengah keramik yang pecah-pecah.

Warna dinding GSG juga tak kalah kusam dengan lantai. Coretan-coretan tampak di be-berapa bagian dinding. Bekas kotak nasi berserakan begitu saja. Sebuah kotak pop mie bertengger di salah satu jen-dela lantai dua.

GSG Unila memang kerap kali digunakan mahasiswa dan masyarakat umum. Salah seorang mahasiswa, Eka Maha-rani (Kimia’13) berpendapat GSG seperti gedung tak terpak-ai. Menurutnya, toilet kerap tak dapat digunakan. Ia juga men-geluhkan GSG yang tak dapat lagi menampung mahasiswa baru saat melaksanakan Prop-ti. Mahasiswa lain, Meylinda A. (Sekretaris ’13) mengatakan ruangan GSG sangat panas karena AC tidak berfungsi. Se-lain itu, banyak bangku yang sudah rusak. ”Goyang-goyang

GSG Unila Tak Kunjung Diperbaiki

kalo didudukin,” ujarnya. Ia berharap agar fasilitas GSG segera diperbaiki.

Suhaesti J. (Pend. Fisika ’13) punya pengalaman tak enak saat mengikuti Propti. Ia terpaksa berdiri karena tak kebagian kursi untuk duduk. Sependapat dengan Eka, ia juga mengeluhkan toilet GSG yang bau dan minim fentilasi udara. Mahasiswa FP, Alawi-yah (Agroteknologi ’10) men-gatakan kerap merasa malu ketika mengadakan kegiatan di GSG yang melibatkan peserta dari luar kampus. Peserta ha-rus pergi ke toilet di mushola Fakultas Pertanian saat buang hajat. Hal ini terjadi karena hanya ada satu toilet yang bisa digunakan. “Bayangin, ri-buan mahasiswa pake toilet itu,” ujarnya. Ia menilai, Unila belum banyak melakukan re-novasi gedung. “Sejak saya ma-suk tahun 2010, sampai saat ini belum ada perubahan yang signifikan,” ujarnya.

Ayu Widia P. (Administrasi Negara ’12) juga sependapat dengan empat mahasiswa lain. Menurutnya, kondisi GSG kerap menimbulkan kekece-waan orang tua yang hadir saat acara wisuda. Ia juga menge-luhkan soal dana yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa saat menggelar acara di GSG. “Harus bayar sebesar 6 juta,” ujarnya.

Menanggapi keluhan maha-siswa, Aristianto Husin yang menjabat Sekretaris Badan Usaha Unila (BUU) men-gatakan perawatan GSG men-jadi tanggungjawab Bagian Rumah Tangga Unila. Menu-rutnya, selama ini BUU hanya mengkoordinir masalah pe-

nyewaan gedung. Ia mengatakan tak semua

mahasiswa yang menggelar acara dikenai biaya. Banyak mahasiswa yang menggunakan fasilitas GSG secara gratis atas rekomendasi pimpinan. Pa-dahal, seharusnya mahasiswa dikenai uang sewa sebesar 3 juta rupiah. Ia menjelaskan, dana 6 juta yang mahasiswa berikan digunakan untuk bi-aya operasional saat kegiatan dan sisanya disetor sebagai uang sewa. “Tiga juta disetor ke kas negara,” ujarnya. Menu-rutnya, penggunaan hasil sewa baru dapat dipakai tahun beri-kutnya.

Pengurus yang baru bekerja dua bulan ini mengaku dana untuk perawatan GSG berasal dari badan layanan umum dan APBN. Dana itu masuk ke bagian rumah tangga Unila dan digunakan untuk seluruh keperluan Unila, mulai dari universitas, fakultas, maupun jurusan. Aris menambahkan, dana perbaikan GSG tidak ter-lalu besar.

Menanggapi over kapasitas GSG, Aris mengatakan sebai-knya kegiatan Propti tahun de-pan dibagi dua bagian. Menu-rutnya, perluasan GSG akan sangat sulit dilakukan karena membutuhkan biaya yang amat besar. Tahun ini, Unila berencana memperbaiki WC dan selasar GSG. Ia berharap perawatan GSG dapat dilaku-kan tiap tahun dan civitas aka-demika Unila dapat ikut men-jaga kebersihan GSG.

Kepala Bagian Rumah Tang-ga Unila, Sulaemi mengatakan perawatan harian GSG men-jadi tanggung jawab BUU. Ia membenarkan pendapat Aris bahwa toilet GSG akan segera diperbaiki pada Juni-Juli men-datang. Ia menambahkan, dana perbaikan toilet mencapai 200 juta rupiah. Menurutnya, sejak 2011 baru kali ini GSG diada-kan perbaikan.

Sulaemi mengatakan keru-sakan yang terjadi di GSG dise-babkan oleh pengguna yang tak peduli usai menggelar acara. Kerusakan selasar GSG terjadi akibat aktivitas mahasiswa yang sering bermain skate board. Senada sengan Aris, ia berharap mahasiswa dapat menjaga ke-bersihan GSG Unila.=

Oleh Siti Sufia

Oleh Nur Kholik

Oleh Siti Sufia

FMIPA-Tek: Kerohanian Islam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ROIS FMIPA) mengadakan acara FMIPA Islamic Festival. Kegiatan ini diselenggarakan pada Minggu (11/5) di aula C Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Acara yang mengusung tema Man Jadda Wa Jadda ini dihadiri maha-siswa Unila dan masyarkat umum. Bedah Buku yang direncanakan menjadi acara inti pada fes-tival ini menghadirkan penulis trilogi novel Negeri 5 Menara, Ranau 3 Warna dan Rantau 1 Muara, yaitu Ahmad Fuadi. Tak hanya itu, peserta disuguhi lantunan merdu dari group nasyid GSV dan berkesempatan meraih tanda tangan penulis.Selain bedah buku, kegiatan ini juga diwarnai oleh bazar, ber-bagi jilbab gratis, talkshow dan launching buku de Orange. Pa-nitia juga mengadakan Rapat Koordinasi Wilayah Jaringan Rois MIPA Nasional (Rakorwil-JRMN) diakhir kegiatan. Ketua pelak-sana, Arif Al-Furqopn (Komputer ‘12) berharap acara ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh peserta.=

Festival Islam dan Bedah BukuOleh Wawan Taryanto

Unila-Tek: Jumat (9/5) Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM-K) menyelenggarakan perayaan paskah di GSG Unila. Acara bertema Mati dan Bangkit Bersama Kristus ini dibuka oleh Pembantu Rektor (PR) I Unila, Prof. Hasriadi Mat Akin. Ketua pelaksana, Michael Jackson M. (Teknik Mesin’12) men-gatakan acara ini digelar demi menghimpun mahasiswa un-tuk merayakan ibadah paskah bersama. Acara ini juga men-gundang jemaat gereja yang ada di Bandarlampung. Michael berharap paskah tahun ini bisa menjadikan momentum untuk menjalani kehidupan yang baru dan lebih baik.=

UKM Kristen Rayakan Paskah

Unila-Tek: Website siakad.unila.ac.id berubah tampilan. War-na hijau terlihat dominan saat pertama kali membuka beranda website. Selain lebih aman, tampilan baru ini juga memung-kinkan para orang tua untuk memasukan nomor seluler yang dapat dihubungi. “Universitas bisa memberikan laporan ten-tang kemajuan belajar anak mereka melaui SMS gateway,” ujar kepala BAAK Unila, Harsono Sucipto.

Sucipto mengatakan sosialisai sudah dilakukan dalam rapat pimpinan, pengelola akademik fakultas, kepala jurusan, dan dosen. Menurutnya, sosialisasi ke mahasiswa tak terlalu pent-ing karena mahasiswa hanya mengisi KRS. “Pengisian KRS tidak mengalami banyak perubahan dari sistem siakad yang lama,” ujarnya. Menurutnya, sudah banyak mahasiswa yang mengetahui perubahan ini. Reza Baharsyah ( Agroteknologi ‘13) mengaku menyukai tampilan baru siakad karena lebih menarik. Sementara, Rizky Ramadiansyah (Kehutanan ‘13) mengaku siakad tidak banyak berubah. “Hanya berubah war-na saja,” Ia berharap, siakad juga memberikan info yang lebih lengkap seputar Unila.=

Wajah Baru Siakad Unila

Page 4: Tabloid teknokra edisi 136

4 No 136 Tahun XIV TrimingguanEdisi Mei 2014Kampus Ikam

Oleh Kurnia MahardikaTak Tertib. Sejumlah mahasiswa baris tidak beraturan dalam upacara memperingati Hardiknas, Jumat (2/5). Selain mengobrol, sejumlah mahasiswa juga datang terlambat.

Oleh Fajar Nurrohmah

Unila-Tek: Demi menyaring calon mahasiswa yang berkual-itas, tahun ini Unila membuka lima jalur pendaftaran. Peser-ta dapat mendaftar di Unila melalui Seleksi Nasional Ma-suk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Neg-eri (SBMPTN), Penerimaan Ma-hasiswa Perluasan Akses Pen-didikan (PMPAP), Ujian Lokal, atau Penerimaan Mahasiswa Program Diploma (PMPD).

Kepala UPT Pusat Komuni-kasi Unila, M. Komarudin men-gatakan kuota penerimaan mahasiswa Unila tahun ini meningkat. Menurutnya, Unila telah mempertimbangkan ket-ersediaan fasilitas dan dosen Unila sehingga yakin akan kembali menambah jumlah mahasiswa baru.

Menurutnya, kuota peneri-maan mahasiswa untuk tiap jalur berbeda. Jalur SNMPTN dan SBMPTN mendapat porsi terbanyak, yakni mencapai 50% dan 30%. Sementara 15% dise-diakan untuk jalur ujian lokal dan 5% sisanya untuk PMPAP dan PMPD. Komar menjelaskan, tahun ini kuota jalur PMPAP tak

Unila Buka Lima Jalur Pendaftaranmengalami kenaikan karena bi-aya kuliah mahasiswa PMPAP berasal dari SPP mahasiswa yang mendapatkan UKT tinggi. “Jika kuota PMPAP ditambah, bisa jadi UKT mahasiswa seka-rang juga bertambah,” Ucap M. Komarudin.

Sejak pendaftaran SNMPTN resmi ditutup 31 Maret lalu, sebanyak 28.887 calon maha-siswa telah mendaftarkan diri melalui jalur SNMPTN. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) menjadi juru-san yang paling banyak dilirik dengan jumlah pendaftar men-capai 2.885 orang. Posisi kedua diduduki Prodi PGSD dengan 2.810 calon mahasiswa dan di-susul oleh Kedokteran dengan 2.197 pendaftar. Rencanaya, ha-sil SNMPTN ini akan diumum-kan 27 Mei mendatang.

Sementara itu, peneri-maan mahasiswa melalui jalur SBMPTN baru akan dibuka 12 Mei-6 Juni mendatang. Peserta dapat melakukan pendaftaran secara online dari daerah ma-sing-masing. Biaya pendaftaran SBMPTN tahun ini hanya 100 ribu rupiah. Jumlah ini lebih mu-rah dari tahun sebelumnya yang

mencapai 150 ribu untuk pilihan IPA atau IPS serta 175 ribu untuk IPC. Tes SBMTPN sendiri akan di-lakukan pada 17 Juni Mendatang. Tiga jalur lainnya akan mulai di-buka setelah pelaksanaan hasil seleksi SBMPTN diumumkan.=

Unila-Tek: Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unila akan mengikuti Lomba di Barcelona, Spanyol. Lomba yang diada-kan oleh Inter Culture Spanyol ini rencananya dihelat pada 26 Oktober hingga 3 November 2014 mendatang. Meskipun masih lima bulan lagi, namun PSM telah rutin berlatih setiap Rabu dan Jumat.

PSM berencana mengirimkan 40 perwakilannya yang akan mengikuti lomba lagu klasik, lagu daerah, dan solo. Peserta yang dikirimkan sendiri terdiri dari mahasiswa angkatan 2011-2013. M. Harowi (Peternakan ‘10), koordinator PSM mengatakan bahwa tujuan pemberangkatannya peserta demi mempromosikan budaya Indonesia dan Universitas Lampung. Menurutnya, kendala yang dihadapi sampai saat ini adalah dana. ”Setiap peserta diwajibkan memberikan iuran sebesar 10 juta rupiah,” imbuhnya.

Demi mengumpulkan dana tersebut, anggota PSM men-gadakan program usaha dengan berjualan kripik. Nala Tri Kusuma (D3 Keuangan ‘11) yang juga sekretaris umum PSM mengatakan kegaiatan berjualan ini untuk membantu pem-bayaran dana 10 juta. Salah satu anggota PSM, Haryanti (Ilmu Kmmputer’12) mengatakan sejauh ini persiapan menghadapi lomba berjalan lancar. “Kami telah terbiasa dengan itu,” kat-anya.=

PSM Goes to SpanyolOleh Wawan Taryanto

Unila-Tek: Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) meru-pakan pertemuan tahunan Mahasiswa Pencinta Alam se-In-donesia sejak 1988. Acara ini menjadi wadah yang mampu memfasilitasi dan mengakomodasi pertemuan Mapala se-Indonesia.

Pada acara TWKM sebelumnya di Ambon, Mapala Unila ter-pilih menjadi tuan rumah TWKM yang akan digelar Oktober mendatang. Mapala terpilih melalui pemungutan suara kare-na memperoleh suara tertinggi. TWKM XXV ini mengusung tema “Peran Mapala di Perguruan Tinggi se-Indonesia Seb-agai Inisiator dan Penggerak Tanggap Bencana serta Peduli Lingkungan Hidup”.

Kegiatan Temu Wicara akan membahas kondisi internal dan eksternal organisasi sekaligus pembahasan isu strategis terkait persoalan lingkungan hidup dan pengelolaan bencana. Tujuannya untuk menyatukan persepsi dan gagasan dalam upaya memetakan solusi atas permasalahan yang dibahas. Se-mentara acara Kenal Medan adalah pertemuan para anggota dalam rangka pengembangan ilmu melalui aktivitas olah raga di alam bebas, berupa pendakian gunung, Rock Climbing, Ca­ving, Diving, dan Rafting.= (Rilis)

Mapala Unila Jadi Tuan Rumah TWKM se-Indonesia

Unila-Tek: Pesta demokrasi di Universitas Lampung untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa akan gelar 26 Mei mendatang. Demi suk-sesi hajatan besar ini, Dewan Perwakilan Mahasiswa Unila (DPM-U) telah membentuk panitia khusus (Pansus) yang telah diresmikan pada (20/4).

Usai sosialisasi jadwal Pe-milihan Raya (Pemira), Senin (5/5), tim Pansus yang dike-tuai Fitrizal (THP’12) segera melakukan persiapan lainnya, seperti membuka pendaftaran, verifikasi berkas, hingga ber-bagai persiapan untuk hari-H. Saat ini, tim Pansus gencar melakukan sosialisasi Pemira melalui berbagai media, sep-erti facebook, twitter, dan lima buah banner yang akan dipas-ang di Unila serta kampus lokal.

Mengenai pendaftaran, ter-dapat perbedaan syarat dari tahun sebelumnya. Tahun lalu, kandidat hanya diminta men-gumpulkan sejumlah KTM sebagai bentuk dukungan mahasiswa. Namun, tahun ini kandidat juga harus mengum-pulkan 200 KTM dan mencan-tumkan tanda tangan asli pen-dukung pada fotokopi KTM.

Sayangnya, masih banyak mahasiswa yang tak ikut me-

Geliat Pemira, Terkendala Partisipasi Mahasiswa

milih saat Pemira. Salah satu-nya Uce Ajami. Ia mengatakan tidak mengetahui soal Pe-mira dan tak mengenal calon yang ditawarkan. Ia enggan memilih pada Pemira karena calon Presiden tak berasal dari fakultasnya. Vina Eviana (Eko-nomi Pembangunan ’10) juga tidak memilih pada Pemira ta-hun lalu karena tidak menge-tahui jadwal Pemira. “Sampek sekarang aja aku nggak tau Pe-mira itu kapan,” ujarnya. Lain lagi dengan Bunga Mayang S. yang mengaku tak memilih karena tidak tertarik dengan politik. Berbeda dengan tiga rekannya, M. Fadlan A. (Pend. Geografi ’11) ikut berpartisi-pasi ingin ikut peduli dengan perubahan yang ada di Unila. “Memilih dalam pemira be-rarti kita memilih menjadi pe-nyambung lidah mahasiswa ke badan Rektorat,” ucapnya.

K e t u a D P M - U , F i a n Kusmardiana membenarkan bahwa kendala yang dihadapi saat Pemira adalah soal partisi-pasi mahasiswa. Banyak maha-siswa yang tidak menggunakan hak pilih karena merasa tidak ada calon kandidat yang me-wakili aspirasinya. “Susah men-arik masa. Jika tidak ada calon dari fakultasnya mereka males

milih,“ ujar mahasiswa Teknik Kimia 2009 ini. Fian mengaku menyayangkan sikap maha-siswa ini karena menurutnya Pemira merupakan ajang pem-belajaran politik di kampus.

Meski begitu, Fian tetap op-timis Pemira tahun ini ramai karena berdekatan dengan pe-milihan legislatif dan pemili-han presiden. “Atmosfer pemilu masih ada,” ujarnya. Pihaknya mengaku terus melakukan pen-gontrolan kinerja Pansus setiap minggu.

Nanda Satriana selaku Pres-iden BEM U berharap pemira tahun ini berlangsung sportif dan tidak ada keributan. “Su-paya dapat melahirkan pribadi dewasa yang lebih demokra-tif,” ujarnya. Senada dengan Fitrizal, ia berharap banyak mahasiswa yang berpartisi-pasi. Sependapat dengan Fian dan Nanda, Fitrizal juga opti-mis Pansus berhasil menggelar Pemira dengan sukses meski-pun persiapannya terhitung lebih singkat dari tahun lalu. Apalagi, sudah ada tujuh calon kandidat presiden mahasiswa yang mendaftar. Ia juga ber-harap lebih banyak mahasiswa yang menggunakan hak pilih-nya pada Pemira tahun ini.=

Oleh Rika Andriani

Page 5: Tabloid teknokra edisi 136

5No 136 Tahun XIV TrimingguanEdisi Mei 2014 Kampus IkamSel Surya,Alternatif Baterai Mobil Listrik

Tahap Dua. Seorang pekerja bangunan mengangkut material kerikil untuk merenovasi Aula Fakultas Per-tanian. Renovasi tahap kedua ini, memperbaiki atap dan plafon, serta pembuatan tiang penyangga bangu-nan. Foto dibidik, Jumat (9/5).

Foto Kurnia Mahardika

Oleh Yola Septika

Oleh Siti Sufia

Unila-Tek: Kemunculan mobil listrik yang digadang-gadang sebagai cikal bakal trans portasi massal membawa angin segar bagi dunia IPTEK. Universitas Lampung sebagai salah satu perguruan tinggi negeri mulai melirik pengembangan mobil hemat energi ini. Langkah awal mewujudkan impian itu di-lakukan oleh Himpunan Maha-siswa Teknik Elektro (Himatro) Universitas Lampung dengan menggelar Seminar Mobil Lis-trik pada (30/4). Acara yang berlangsung di Ge-dung Serba Guna (GSG) Unila ini menghadirkam pembicara dari Kementerian Riset dan Teknolo-gi serta Dosen Teknik Elektro Unila. Dekan Fakultas Teknik, Prof. Suharno yang hadir dalam

acara tersebut mengatakan fakultasnya siap bekerjasama dengan Kemenristek untuk pengembangan mobil listrik.Asisten Deputi Bidang Rele-vansi dan Produktivitas Ke-menristek, Bambang Sutedja yang hadir sebagai pembicara mengungkapkan mobil listrik dapat menjadi alternatif sa-rana transportasi yang hemat energi dan ramah lingkungan. Namun, menurutnya kendala pengembangan mobil listrik ini terletak pada baterai. Ia me-nambahkan, Indonesia belum mampu menciptakan baterai mobil yang hemat dan tahan lama. Biaya untuk pembuatan baterai sendiri mencapai 40% dari total biaya produksi. Pembicara kedua yang merupak-

Oleh Yola Savitri

an dosen Teknik Elektro Unila, Noer Sudjarwanto menjawab permasalahan yang di sampaikan Bambang. Ia menuturkan bahwa sel surya dapat menjadi alterna-tif bahan penggerak mobil listrik. Selain lebih hemat, sel surya juga mudah dikembangkan. Indonesia sendiri memiliki catatan panjang tentang mobil listrik. Tahun 1977, Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI) telah berhasil membuat mobil listrik untuk pertama kalinya. LIPI kembali men-ciptakan prototipe riset sedan hibrid tahun 2009 dan 2010. Belakangan, Institut Teknologi Semarang (ITS) menciptakan mobil listrik Ezzy ITS 2 yang sudah diuji coba pada acara Tour De Java 2-6 Mei lalu.=

Guru Profesional Harus Lewat PPG FKIP-Tek: Kehadiran Pro-gram Pendidikan Profesi Guru (PPG) bagi lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sempat membawa isu bahwa mahasiswa non FKIP ti-dak boleh menjadi guru. Isu ini mendapat tanggapan beragam dari mahasiswa.

Ahmad Ari Aldino (Matema-tika ‘12) mengaku tidak setuju jika kebijakan itu diterapkan. Menurutnya, setiap orang ha-rusnya mempunyai peluang yang sama untuk menjadi guru. Ia mengatakan maha-siswa non keguruan mempela-jari ilmu yang lebih mendalam dan ilmu mengajar bisa dipe-lajari secara ototidak. Imam Purnama (Pend. Matematika ’10) tak sependapat. Menurut-

nya, butuh kemampuan dasar mengajar untuk bisa menjadi guru secara profesional. Ke-mampuan membuat Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembe-lajaran (RPP), dan psikologi anak didik juga harus dikuasai.

Namun, isu tersebut diban-tah oleh Pembantu Dekan (PD) I FKIP Unila, M. Toha B Sam-purna Jaya. Menurutnya, seko-lah lebih mempertimbangkan kemampuan seseorang yang ingin menjadi guru. “Kita bi-cara soal kualitas,” ujarnya.

Undang-Undang Guru dan Dosen tahun 2005 juga me-nyebutkan bahwa lulusan non keguruan bisa menjadi guru dengan mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG). Mereka yang mengikuti program terse-

but akan mendapat mata kuli-ah matrikulasi sebelum mengi-kuti PPG selama satu tahun. Bahkan, lulusan non FKIP juga masih bisa menjadi guru tanpa melalui PPG. “Namun mereka belum bisa disebut guru pro-fessional,” imbuh Thoha.

Sayangnya, Unila belum dapat menyelenggarakan pro-gram PPG. Lembaga pendi-dikan yang boleh menggelar PPG harus mempunyai sekolah laboratorium untuk praktek. FKIP telah menjalin kerjasa-ma dengan sekolah anak usia dini, sekolah dasar, dan seko-lah menengah atas. Namun, masalah asrama yang belum memadai masih menjadi ken-dala dalam menyelenggarakan PPG.=

“Career Day”,Buka Kesempatan KerjaUnila-Tek: Pusat Jasa Ketena-gakerjaan (PJK) akan menggelar Unila Enterpreneurship Day dan Unila Career Day. Kegiatan yang bersi workshop dan pelatihan kewirausahaan ini akan digelar pada 5-8 Mei mendatang. Peserta dkhususkan untuk 50 orang ma-hasisswa 2013 yang mendaftar dan telah lolos psikotest. Peserta diperuntukkan untuk mahasiswa 2013. Selain workshop dan pela-tihan, akan ada kegiatan outbond di Wira Garden. Acara ini di-harapkan dapat menghasilkan calon wirausahawan muda yang selanjutnya akan dididik hingga lulus dari Unila.

Acara dilanjutkan dengan membuka bursa kesempatan kerja pada 20-22 Mei 2014 di GSG Unila. Acara sejenis Job Fair ini akan menghadirkaan 40 pe-rusahaan yang siap menerima karyawan baru. Dedi Aprilani se-laku penanggungjawab kegiatan mengatakan sampai saat ini sudah ada 10 perusahaan yang

siap bekerjasama. Selain bursa kerja, acara akan dimeriahkan oleh pameran, bazar kewirausa-haan, bazar buku, panggung kreativitas mahasiswa, dan pusat kuliner mahasiswa. Ia berharap banyak mahasiswa dan lulusan Unila yang ikut berpartisipasi. “Target peserta dan pengunjung sebanyak 20.000 orang,” ujarnya.

Untuk bergabung, peserta dikenai biaya tiket masuk sebesar 20 ribu rupiah. Panitia juga me-nyediakan potongan harga 50% bagi peserta yang membawa potongan iklan kegiatan terse-but dari koran Radar Lampung. Rencananya, PJK akan kembali menggelar kegiatan serupa ta-hun depan. Dedi menambahkan, kegiatan ini disupport oleh Bank BNI sebagai bentuk pengemban-gan pojok BNI. Ia berharap acara dapat berjalan lancar dan sesuai tujuan yang dimaksud PJK. “Un-tuk menambah pengetahuan dan informasi secara detail bagi para pelamar,” ujarnya.=

Perpustakaan Mulai Perbaiki SistemUnila-Tek: Berbagai kritik yang sempat dialamatkan ke Per-pustakaan Universitas lampung membuat unit pelayanan ini melakukan perbaikan. Tahun ini, Perpustakaan telah menambah 1.700 koleksi buku dan 6.000 jurnal online yang dapat diakses setiap saat. Tak hanya itu, Per-pustakaan juga menambah jam buka sampai melakukan perbai-kan sistem pelayanan. Sistem daynik buatan luar negeri yang semula dianggap sebagai solusi untuk manajemen penge-lolaan data ternyata memerlu-kan tenaga ahli yang tak dapat di-penuhi Unila. Perpustakaan lalu beralih pada sistem senayan un-tuk pengelolaan data, layanan pe-minjaman, pengembalian buku, serta penelusuran buku dengan mesin pencari. Tak merasa puas, Perpustakaan juga bekerjasama dengan Pusat Komputer Unila untuk merancang sistem baru. Kepala Perpustakaan Unila, Sugi-yanta mengatakan bahwa sistem baru ini merupakan kombi-nasi sistem daynik dan senayan. “Rencananya mau diganti yang senayan ini karena masih ban-yak kekurangan,” ujarnya. Ia mengatakan pihaknya belum menyepakati nama yang akan di-berikan pada sistem baru ini. Selain itu, Perpustakaan akan mulai menerapkan sistem online untuk mahasiswa yang akan me-nyerahkan skripsi. “Hanya harus

menyerahkan CD beserta upload data,” ujar Sugiyanta. Ide ini mun-cul karena Perpustakaan tak pu-nya ruang cukup untuk menam-pung semua skripsi mahasiswa. Selain itu, dengan meng-upload di server yang nanti disediakan, mahasiswa dapat meng akses kembali jika ada keperluan. “Tinggal download saja,” tam-bahnya. Perbaikan juga dilakukan pada tempat penitipan barang. Kini, mahasiswa diberikan loker beserta kuncinya untuk me-nyimpan tas. Salah seorang ma-hasiswa, Agung Dwi Tamtomo merasa lebih aman dengan adan-ya sistem ini. “Kalau kita mena-ruh barang di tas tidak khawatir karena kunci kita yang bawa,” ujar mahasiswa pendidikan geo-grafi 2010 ini. Hal senada dis-ampaikan Nur Safida. Ia merasa terbantu karena tak harus mem-bawa berbagai barang berharga saat masuk ke ruang baca. Menurut Sugiyanta, peruba-han ini terinspirasi setelah ia melakukan kunjungan kerja ke Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Ia menambahkan, sampai saat ini pihaknya belum mene-mui kendala. Ia berharap Unila dapat menyediakan loker lebih banyak. Ia juga meminta maha-siswa untuk memanfaatkan per-pustakaan secara maksimal.=

Oleh Ahmad Roihan

Page 6: Tabloid teknokra edisi 136

No 136 Tahun XIV TrimingguanEdisi Mei 20146 Reportase Khusus

Potret ‘Gersang’Kampus HijauSejak 2004, Universitas Lampung telah mendeklarasikan diri sebagai kampus hijau. Enam tahun ber­kutnya, Unila juga telah melakukan sosialisasi dan pelaksanaan Green Matriks UI. Namun, hingga kini penerapan konsep Green Campus di lingkungan Unila masih terkendala komitmen semua pihak.

Oleh : Fahmi Bastiar, Ayu Yuni AntikaLaporan : Fahmi Bastiar, Ayu Yuni Antika, Siti Sufia

Ilust

rasi

Ret

no W

ulan

dari

(Lanjut ke halaman 8)

Tak jauh dari tugu Universi-tas Lampung (Unila), ucapan Selamat Datang di Kampus Hi­jau berdiri tegak bersanding dengan foto Rektor. Di sisi kiri Jalan Soemantri Brodjonegoro No. 1 ini, area pembangunan Rumah Sakit Pendidikan yang belum kelihatan bentuknya menjadi pemandangan har-ian. Dari situ, pengunjung akan disuguhi pemandangan deretan kantin yang berdiri di sepanjang sisi jalan utama. Tak kurang dari sepuluh kantin berdiri dengan berbagai warna tenda yang ditawarkan. Dere-tan kantin ini menimbulkan kesan semrawut.

Sebuah air mancur yang merupakan salah satu icon Unila dibangun ditengah bun-deran Unila. Bersisian dengan air mancur tersebut, terdapat kawasan yang dikenal maha-siswa sebagai Beringin Unila. Di kawasan itu, berdiri dua pohon beringin besar. Banyak mahasiswa Unila melepas le-lah di kawasan itu karena dis-ana sengaja dibangun delapan tempat duduk dari semen. Dis-ana juga berdiri sebuah Gazebo seukuran ruang belajar. Hanya ada satu buah kotak sampah yang diletakkan tak jauh dari Gazebo.

Seperti siang itu, Kamis (8/5), terlihat dua belas orang mengisi enam tempat duduk yang ada di Beringin Unila. Salah satunya, Mirna Andita Sari (Hukum ’13) yang sedang mengerjakan tugas kuliah ber-sama satu orang rekannya. Ia mengaku sering mengerjakan tugas di Beringin Unila karena suasana sejuk yang ditawar-kan. “Nyaman jika berada di bawah beringin Unila,” ujarnya. Namun, Andita mengeluhkan minimnya kotak sampah yang ada di area itu. Ia mengaku seringkali kesulitan saat akan membuang sampah. Andita lebih memilih menyimpan sampah dan membuangnya saat menemui kotak sampah ditempat lain. Ia menilai, se-harusnya kotak sampah dise-diakan dibanyak sudut sekitar beringin agar mahasiswa mu-dah membuang sampah.

Mahasiswa lain yang dite-

mui ditempat berbeda, Agung Prasetyo (Biologi ’11) menilai Unila masih layak mendapat predikat kampus hijau jika melihat kawasan yang masih banyak ditumbuhi pepohonan. Namun, ia menilai kesadaran mahasiswa belum menun-jukkan pribadi civitas yang menerapkan konsep Kampus Hijau. Ketua Himpunan Maha-siswa Biologi ini menilai, akan sulit menerapkan kebijakan kampus hijau jika kesadaran mahasiswa masih kurang.

Sementara itu menurut Ris-ka Ayu Pratiwi secara umum Unila masih layak disebut kampus hijau karena masih memiliki cukup banyak lahan terbuka hi-jau dan pepo-honan ujar m a h a s i s w i Administrasi Negara 2013 ini. Namun, dia menutur-kan bahwa di fa k u l t a s nya cukup ger-sang karena m i n i m n y a p e p o h o n a n apalagi den-gan lahan yang sempit dan begitu banyak ge-dung. Seperti saat kuliah di Gedung D yang terasa panas meski di dalam ruangan terdapat Pendin-gin (AC). Air pun terkadang cukup sulit ditemui saat hendak sholat di mushola ujarnya. Sedangkan saat musim hujan, banjir yang menggenangi pelataran FISIP. Mengenai penanganan sampah dia cukup puas karena di FISIP relatif bersih dan ada tempat penampungan sampah.

Fida Al-Hikmah (Geografi ’13) mengatakan bahwa pepo-honan di beringin Unila cukup rindang. Namun, ia menilai kebersihan berbagai fasilitas belum cukup terawat. Ia sering kali melihat sampah organik dan non organik berteba-ran di berbagai tempat. Se-

lain managemen kebersihan yang kurang optimal, tingkat kepedulian mahasiswa juga minim. “Kalo di Gazebo dise­diain sapu sih kita nyapu,” ujarnya. Mengenai predikat kampus hijau, ia menilai su-dah cukup layak, namun ada beberapa fakultas lainnya yang masih gersang. Menurutnya, kampus hijau idealnya ditum-buhi pepohonan yang merata, memberikan kesejukan, dan tidak banyak sampah. “Disertai dengan kesadaran civitas aka-demika untuk mem-perhatikan ling-k u n g a n , ”

ujarnya. M. Hanif (Teknik Elektro

‘13) berpendapat bahwa Unila belum layak mendapat predi-kat kampus hijau. Meskipun di fakultasnya banyak pepo-honan, menurutnya sampah daun yang seringkali berser-akan menyebabkan lingkun-gan terlihat kotor. “Walaupun sebutanya kampus hijau bukan berarti harus dibiarkan seperti hutan,” ujarnya. Menurutnya, kampus hijau hanya menjadi predikat tanpa bukti nyata

yang dapat ia rasakan saat be-rada di Unila.

Hanif menilai seharusnya Unila mengadakan program kerja bakti untuk selurih ma-hasiswa Unila dan mengajak setiap UKM memperhatikan lingkungan. Selain itu, Unila juga perlu memperbanyak lampu surya dan menjalankan program pengolahan sampah dedaunan menjadi kompos. “Setiap fakultas harus me-nyumbangkan kontribusinya untuk kampus hijau,” ujarnya.

Melewati Perjalanan Pan­jang

Konsep Kampus Hijau Unila sebenarnya sudah diterapkan sejak lama. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Satria Bangsawan menjelaskan, ta-hun 2010 Unila pernah mengi-kuti pemeringkatan kampus hijau yang diadakan Universi-tas Indonesia. Dengan mengi-kuti Greenmatriks ini, Unila dapat posisi Unila dibanding-kan perguruan tinggi lain yang menerapkan konsep serupa. Tahun 2010, Unila berhasil

m e n d u d u k i peringkat ke-7 melewati IPB yang hanya ada di peringkat ke-9. Satu tahun setelahnya, po-sisi Unila turun ke peringkat 8. Tahun 2012, Unila kembali m e n d u d u k i peringkat 7. Namun, posisi Unila kembali tak strategis di tahun 2013 yang turun dua peringkat menjadi uru-tan ke-9 dari (berapa) PTN yang dinilai.

Perjalanan Unila me-n y a n d a n g p r e d i k a t

k a m p u s hijau sebena-

rnya dimulai pada 1995 sejak

terbentuknya Pro-gram Studi Kehutanan.

Di tahun yang sama, diben-tuk pula Arboretum Unila yang merupakan koleksiberbagai jenis pohon yang ada di Indo-nesia. Tahun 1996, Unila telah mengeluarkan kebijakan ter-kait pengomposan sampah dan bebas asap rokok. Namun, ke-bijakan ini belum berjalan den-gan baik. Tahun 2003, Unila membangun penangkaran Rusa Sambar ( Cervus unicolor ) untuk menunjang konsep Kampus Hijau. Pada 2004, ba-rulah Unila secara resmi be-rani mendeklarasikan predikat Kampus Hijau.

Tak Sekadar HijauMengenai konsep Kam-

pus Hijau, Satria mengang-gap kampus hijau seharusnya tak hanya fokus pada pepo-honan hijau. Banyak indika-tor penilaian lainnya, seperti pengolahan sampah, bentuk bangunan, kebersihan, hingga kondisi kampus yang harusnya bebas dari polusi udara. Satria menambahkan bahwa Unila sebenarnya telah berkonsep hijau. Namun, menurutnya ci-vitas akademika masih kurang disiplin menjaga lingkungan.

Ketidisiplinan ini tak hanya muncul dari mahasiswa Unila yang ia nilai kurang peduli dengan lingkungan. Dosen dan karyawan juga masih banyak yang merokok ditempat umum dan membuang sampah sem-barangan. “Seharusnya selu-ruh akademika Unila baik itu dosen, karyawan, serta maha-siswa harus peduli terhadap lingkungan,” ujarnya. Ia ber-harap Unila dapat merealisasi-kan progam kampus hijau.

Ahli bidang kehutanan, Agus Setiawan yang juga Ketua Juru-san Kehutanan Fakultas Perta-nian mengungkapkan sebena-rnya konsep hijau tak harus didominasi pepohonan besar, Jenis pepohonan perdu dan aneka bunga juga dapat men-jadi pilihan. Agus berpendapat, pohon yang sudah tua harus ditebang dan diganti dengan yang baru. “Pepohonan besar yang terlihat rapuh bisa mem-bahayakan,” ujarnya.

Menurutnya, pohon baru yang sedang mengalami per-tumbuhan akan lebih banyak menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen yang lebih baik. “Hal yang terpenting dalam menyukseskan konsep kampus hijau adalah perilaku manusianya, tidak hanya hijau yang menjadi garis besar tapi bagaimana konsep hijau terse-but mampu memberikan fung-si estetika sekaligus edukatif,” ujarnya menjelaskan.

Konsep Tak TerealisasiTahun 2010, Unila telah

membuat sebuah kepanitiaan khusus demi mengurus pro-gam kampus hijau yang dik-etuai oleh Jamalam Lumban Raja. Bersama beberapa dosen lainnya, ia berusaha mewujud-kan kampus hijau yang baik di Unila. Dosen fakultas Per-tanian Unila ini menjelaskan bahwa sebenarnya prinsip dari kampus hijau itu ialah manaje-men kampus yang hemat en-ergi dan bersih lingkungan.

Menurutnya, tim kepanitiaan saat itu telah mempersiapkan kebijakan yang pro terhadap lingkungan, namun tidak ada realisasi atas konsep itu. Menu-rutnya, hal tersebut terjadi akibat kurang berperannya

Page 7: Tabloid teknokra edisi 136

No 136 Tahun XIV TrimingguanEdisi Mei 2014 Polling

inovasiCegah Andropause dengan Lada HitamOleh Retno Wulandari

Ilustrasi Retno Wulandari

Supervisor : Novalinda SilvianaEnumerator: Fajar Nurrohmah, Wawan Taryanto, Yola Savitri, Yola Septika, Ahmad Roihan, Diah Permata Sari, Nur Kholik,

Apatisme Menurunkan Citra MahasiswaOleh : Hayatun Nisa Fahmiyati, Fajar Nurrohmah

7

Lada hitam atau dalam ba-hasa latin dikenal sebagai Piper ningrum L ternyata

memiliki khasiat lain selain seb-agai bumbu masakan. Sutyarso, Dosen Biokimia meneliti lada hitam sebagai anti-aging yang diuji cobakan terhadap mencit.

Menurut Sutyarso, dikait-kan dengan angka harapan hidup di negara terutama negara berkembang semakin meningkat, jadi dari titik angka harapan hidup yang semakin meningkat, berbagai macam terkait kesehatan dikaitkan dengan usia lanjut, yang dikenal dengan penyakit degeneratif. Secara kesuluruhan dinamakan proses menua, dan tiap orang mengalami proses penuaan. Di dalam tubuh kita, organ tubuh mengalami penurunan fungsi.

Selama ini yang kita ketahui

mengenai penuaan hanyalah mengenai keriput di wajah, dan bertambahnya umur. Dibalik itu semua, Sutyarso meneliti kemampuan lada hitam dalam

memperbaiki fungsi reproduk-si, khususnya reproduksi pada pria, dengan media mencit se-bagai bahan uji coba.

Pada pria yang telah be-rumur 55 tahun keatas akan

mengalami Andropouse, yaitu penurunan fungsi reproduksi. Lain dengan perempuan yang mengalami menopause, yaitu fungsi reproduksi yang ber-

henti.Langkah pertama ialah de-

ngan mengekstrak lada hitam, hingga didapatkan senyawa yang diingikan, lalu hasil ekstrak lada hitam dicampur-

kan pada makanan mencit. Mencit dilihat perkembangan-nya sejak umur lima bulan hingga Sembilan bulan. Hasil-nya diketahui mencit yang

mengonsumsi ekstrak lada hitam fungsi reproduksinya ti-dak seperti mencit seumurnya yang tidak mengonsumsi lada hitam.

Dari hasil penelitian diketa-

hui Fungsi ekstrak lada hitam yaitu meningkatkan fungsi tes-tosterone, meningkatkan motili-tas sperma,dan meningkatkan jumlah sperma yang seharusnya menurun pada usia tersebut.

Lada hitam, selain menye-babkan rasa pedas, senyawa di dalamnya juga memiliki khasiat beragam, salah satu-nya Piperine, piperin ternyata mampu meningkatkan kapa-sitas pencernaan dan secara signifikan menurunkan waktu transit makanan pada usus.

Pada usia lanjut yang tentu saja mengalami penurunan fungsi kerja organ tubuh, salah satunya usus, bisa meningkat-kan penyerapan zat-zat dan nutrisi makanan secara lebih optimal.

Pada mencit yang diuji coba diketahui lada hitam memban-tu penyerapan betakaroten, vi-tamin a, yang diketahui meru-pakan vitamin untuk mata.

Penelitian yang didanai oleh BUPTN ini berlangsung sejak 2013 awal hingga akhir.=

Kehidupan kampus sangatlah beragam. Banyak sisi kehidupan yang bisa dilihat di kampus, namun apatisme mahasiswa seolah menjadi fenomen tersendiri yang mulai menggeser peranan mahasiswa yang selalu digadang-gadangkan sebagai agen perubahan serta kontrol sosial di lingkungan kampus dan di tengah kehidupan masyara-kat. Krisis kepemimpinan dan kepedulian dari mahasiswa sendiri makin terlihat dari pola hedonis yang mulai dianut sebagian besar mahasiswa. Organisasi merupakan sebuah wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan bakatnya dan kesempatan untuk menjalankan perannya sebagai mahasiswa, bukan hanya berorientasi pada ke-hidupan kampus yang identik dengan akademik atau menghabiskan waktu untuk berhura-hura selama kuliah. Mahasiswa seharusnya juga peduli dengan dinamika yang terjadi di kampusnya. Divisi Pusat Penelitian dan Pengembangan UKPM Teknokra melakukan survey mengenai “Apatisme Mahasiswa Unila” untuk mengetahui persentase mahasiswa yang aktif dan tidak aktif berorganisasi, alasan mereka memilih untuk mengikuti organisasi, serta tanggapan mereka terkait fenomena mahasiswa apatis.Dari hasil survey yang dilakukan, 86% responden menyatakan mengikuti organisasi tingkat universitas maupun tingkat fakultas, 13% responden menyatakan tidak mengikuti organisasi, sedangkan 1% memilih untuk tidak menjawab. Organisasi juga di nilai penting oleh 97% responden, 1% menjawab organisasi tidak penting, dan 2% tidak menjawab. Responden beralasan mengikuti organisasi menjadi proses untuk mereka belajar dan mengembangkan bakat, sebagian besar menganggap organisasi untuk memperluas jaringan dan menambah pengalaman. Sebagian mahasiswa juga menganggap organisasi terlalu membuang waktu atau menganggap bahwa akademik lebih penting daripada organisasi, 2% memberikan alasan tersendiri dan 84% memilih untuk tidak menjawab. 45% responden merasa mahasiswa apatis menurunkan citra mahasiswa, 24% menyatakan mahasiswa apatis tidak menurunkan citra mahasiswa dan 31% nya tidak menjawab.Mengenai alasan mahasiswa apatis dapat menurunkan citra mahasiswa 40% responden menyatakan bahwa mahasiswa seharusnya menjadi agent of change (agen perubahan), 11% menilai bahwa mahasiswa itu harus memiliki peran kekinian, 8% memberikan alasan sendiri, sedangkan 41% tidak menjawab. Namun, menurut 18% koresponden mahasiswa punya pilihan untuk menjadi tipe apapun, 6% responden menyatakan mahasiwa tak harus selalu berorientasi pada kegiatan kampus, 7% responden memberikan alasan sendiri dan 69% responden tidak memberikan jawaban.

Poling ini dilakukan pada 8-9 mei 2014. Responden merupakan mahasiswa aktif Unila angkatan 2012 dan 2013 sebanyak 100 responden, yang diambil secara acak dari setiap jurusan atau program studi di delapan fakultas. Survey ini menggunakan metode Multistep Random Sampling yang diolah menggu-nakan SPSS.

Apakah menurut anda organisasi penting untuk diikuti mahasiswa?

Apakah anda paham tentang maha-siswa apatis?

Menurut anda, apakah mahasiswa apatis menu-runkan citra mahasiswa?

Apakah anda mengikuti organisasi?

Page 8: Tabloid teknokra edisi 136

8 No 136 Tahun XIV TrimingguanEdisi Mei 2014Regional

Oleh Kurnia Mahardika

(Lanjutan halaman 6)

Tak Ada Jaminan Halaldari Pemerintah

Suasana Pasar Tugu yang terletak di Jl. Hayam Wuruk, Bandar Lampung disesaki pembeli pada Minggu (24/4). Beberapa pedagang tampak

melakukan aktivitas tawar-menawar sebelum barang dagangannya laku dijual. Pasar yang terletak dite-ngah kota ini memang menyediakan berbagai barang kebutuhan sandang dan pangan. Tak terkecuali da-ging ayam, kambing, dan sapi yang menjadi konsumsi masyarakat.

Salah seorang penjual daging, M. Saun Setiawan (51) tengah sibuk menjajakan daging sapi jualannya. Laki-laki paruh baya ini mengaku biasa mengambil daging yang akan dijual dari RPH di Way Laga. Selain tidak jauh dari rumahnya, rumah potong hewan tersebut selama ini mampu memenuhi kebutuhan dagingnya.

RPH Way Laga memang kerap kali menjadi tempat pemotongan hewan untuk memenuhi konsumsi da-ging di Bandarlampung. RPH ini terbentuk berkat ker-jasama antara pemerintah Provinsi Lampung dan DKI Jakarta. April lalu, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo bahkan sempat mengunjungi RPH yang terletak di Ke-camatan Panjang ini.

Namun, tak semua kabupaten di Provinsi Lampung memiliki RPH. Saat ini, Lampung hanya memiliki enam RPH yang berlokasi di kabupaten Lampung Barat, Pringsewu, Tulang Bawang, Bandar Lampung,

Lampung Timur, dan Kota Metro. Kabupaten lainnya, seperti Mesuji dan Pesawaran belum mempunyai RPH. Sementara, RPH yang ada di Kabupaten Lampung Se-latan belum beroperasi.

Salah satu penjual daging di Pasar Natar, Suparyono (52) mengaku tidak pernah membeli daging dari RPH. Dirinya enggan membeli daging di RPH karena lokasi rumah potong di daerahnya masih terbilang jauh. Selama ini ia memilih memotong sapi sendiri untuk memenuhi kebutuhan jualannya. “Ya kalau nggak kuat potong sendiri, beli tempat orang,” terangnya. Ia me-ngaku bahwa RPH di Lampung Selatan masih minim sehingga pedagang daging seperti dirinya kesulitan mendapatkan daging dari RPH.

Kondisi minimnya RPH yang ada di Lampung dapat membawa kekhawatiran akan kualitas kesehatan da-ging yang dipasarkan di masyarakat. Tak hanya itu, status halal daging tersebut juga dipertanyakan oleh warga Lampung yang mayoritas muslim. Kekhawati-ran itu bahkan dikatakan oleh Arsyad yang menja-bat Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Menurutnya, keberadaan rumah potong ini penting karena daging yang beredar di masyarakat harus berasal dari RPH. Lelaki yang bekerja di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung ini mengatakan status halal da ging

yang tak dipotong di RPH jelas diragukan. “Hewan yang tidak dipotong di rumah-rumah itu, pemerintah tidak menjamin,” jelasnya. Menurutnya, jika da ging yang berasal dari RPH sudah dipastikan berstatus halal dan aman dikonsumsi karena pemerintah telah memenuhi standar operasional prosedur (SOP).

Asyad menjelaskan, Peraturan Gubernur No.36 ta-hun 2013 tentang sistem keamanan pangan terpadu Provinsi Lampung telah mengatur standar pemo-tongan hewan. Hewan yang dipotong di RPH akan diperiksa kesehatannya terlebih dahulu. Setelah di-pastikan dalam keadaan sehat, barulah hewan boleh dipotong. Selama ini, pihaknya juga aktif melakukan berbagai pelatihan pemotongan hewan kepada ma-syarakat.

Mengenai kebutuhan daging di tiap kabupaten, Arsyad mengatakan selama ini satu RPH sebenarnya mampu memenuhi kebutuhan daging untuk tiap ka-bupaten. Ia menghimbau agar masyarakat ikut peka terhadap daging yang beredar di Pasaran. “Cek saja dagingnya, kalau ada stempel halal itu dari rumah po-tong,” imbuhnya.

Ahmad Fatoni, salah satu dosen agama di Unila menjelaskan cara penyembelihan hewan ikut menen-tukan status halal atau haram daging tersebut. Menu-rutnya, islam mengharamkan memakan daging yang disembelih secara keji, misalnya dicekik atau dipukul. Hewan yang mati karena tertanduk atau dimakan he-wan buas juga haram dikonsumsi. Selain itu, bagi ma-syarakat muslim, hewan juga harus disembelih atas nama Allah agar halal dimakan.

Dosen yang akrab dipanggil Toni ini menambahkan, daging yang disembelih dengan tata cara islam pun dapat diharamkan jika memiliki akibat buruk apabila dimakan. Hewan yang terkena penyakit sapi gila jelas dilarang untuk dikonsumsi karena dapat menimbul-kan bahaya. Ia menghimbau agar mayarakat memper-hatikan daging yang akan dibelinya. “Saat membeli daging harus yakin daging tersebut halal,” ujarnya.=

Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1983 mengamanatkan agar setiap daerah memiliki Rumah Potong Hewan (RPH). Minimnya RPH di beberapa daerah yang ada di Lampung membawa kekhawatiran soal kesehatan daging sampai status halal­haram daging yang akan dikonsumsi.

Unila dalam mewujudkan kampus hijau, kurangnya pengawasan, serta kebiasaan civitas akademika yang sulit berubah. “Faktor utama terhambatnya perwuju-dan kampus hijau yang sebenarnya di Unila,” ujarnya. Ia juga mengeluhkan banyaknya mahasiswa yang tak memiliki idealisme dan peduli lingkungan.

Butuh Penerapan TeknologiSaat ditemui di ruangannya, Jamal mengatakan se-

harusnya Unila dapat menghemat energi dengan cara memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan. Unila seharusnya mampu menggunakan listrik yang efisien dengan cara mengaudit penggunaan listrik dari setiap gedung yang ada di Unila dan mengatur pemetaan instalasi listrik. Selain itu, Unila juga dapat menekan penggunaan kendaraan bermotor di dalam kampus dan menggantinya dengan kendaraan yang lebih ramah lingkungan seperti sepeda.

Lebih lanjut ia menjelaskan, Unila dapat meman-faatkan energi yang terbarukan, seperti panel surya untuk penerangan. Menurutnya, panel surya dapat menggantikan atap-atap bangunan yang ada di Unila. Dengan begitu, penerangan di setiap gedung diperoleh panel surya yang sekaligus menjadi atap bangunan. Kontruksi gedung juga harus lebih efisien dengan mengatur pencahayaan. “Dengan hal itu kita tidak akan memerlukan penerangan lagi di siang hari dan akan meminimalisirkan penggunaan pendingin ruangan,” ujarnya.

Harus Memperhatikan Semua aspekPermasalahan Unila yang tak mencerminkan kam-

pus hijau juga termasuk pengelolahan limbah, pen-gelolaan sampah, hingga pengelolaan air. Jamalam berkeinginan Unila dapat menciptakan proses pen-golahan air sendiri sehingga nanti pengolahan air di Unila akan berpusat di satu tempat dan dapat diminum secara langsung. Penanganan limbah juga harus diper-baharui, terutama limbah laboratorium. Unila harus memiliki minimal tiga kotak sampah untuk sampah organik, sampah anorganik, dan sampah kaleng dan kaca. Kotak sampah ini harusnya disediakandalam

jumlah banyak dan diletakkan di berbagai sudut kam-pus. Kampus juga membangun area kantin dalam satu kawasan sehingga nantinya kantin yang ada di Unila terpusat dan dapat terjaga kehigeinisan makanannya.

Agar lebih hemat energi, Unila juga perlu mengga-gas penggunaan bahan-bahan daur ulang, seperti ker-tas daur ulang. Ia berharap Unila dapat menerapkan kebijakan kampus hijau sebagaimana mestinya dan dapat memberikan contoh penanganan lingkungan yang baik kepada setiap mahasiswa.

Dosen Jurusan Teknik Arsitektur, Daud Haniman mengatakan arsitektur Unila berpotensi dikembang-kan menjadi lebih baik. Namun, menurutnya hal itu akan tergerus jika masyarakat Unila tidak peduli. Menurut Daud, proporsi ideal untuk suatu bangunan adalah menyisakan minimal 40% lahan untuk tana-man hijau. “Green arsitecture pada dasarnya adalah bangunan dengan arsitektur yang tidak merusak sum-ber daya alam,” jelasnya.

Menurutnya, perilaku civitas akademika yang sering tak peduli dengan kebersihan dan tidak menggu-nakan barang yang tak dapat didaur ulang menjadi kebiasaan yang harus diubah. Minimnya kesadaran ci-vitas akademika dikarenakan tak adanya format baku tentang konsep kampus hijau. Daud berharap, Unila akan meninggalkan penggunaan jendela-jendela ke-cil di tiap gedung, dan mengurangi penggunaan AC. Ia juga menghimbau agar dibangun gedung percontohan menerapkan konsep green arsitektur agar bisa men-jadi standar bagi pembangunan gedung ke depannya.

Terkendala Sistem Pendanaan Rektor Unila, Prof. Sugeng P. Hariyanto mengung-

kapkan bahwa kebijakan kampus hijau di Unila ses-ungguhnya telah terprogram. Kebijakan itu yang selanjutnya akan disosialisasikan ke fakultas dan setiap fakultas memiliki wewenang untuk memiliki otonominya sendiri mengenai progam kampus hijau tersebut. “Namun, tak boleh terlepas dari kebijakan kampus hijau yang ditetapkan di kampus,” ujarnya.

Sugeng menambahkan, nantinya setiap dua tahun Unila akan mengevaluasi kebijakan tentang kampus

hijau tersebut. Ia menghimbau agar mahasiswa dapat ikut terlibat menjaga lingkungan yang ada di Unila, contohnya dengan mengikuti bersih-bersih yang diada-kan setiap hari Jumat. Pihaknya juga akan mengevalu-asi progam bersih-bersih tersebut, karena saat bersih-bersih tersebut masih banyak karyawan dan staf yang tidak bekerja bahkan dijadikan lahan mengobrol. “Ma-hasiswa pun tak ada yang ikut terlibat,” ujarnya.

Menurutnya, Unila tak bisa disamakan dengan UI karena menurutnya kebijakan kedua PTN ini berbeda. Sugeng menjelaskan, Unila termasuk Badan Layanan Umum, sedangkan UI merupakan perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara. Perguruan tinggi yang berbasis BLU memiliki perencanaan keuangan yang cukup rumit karena perguruan tinggi harus meren-canakan anggaran keuangan untuk satu tahun ke de-pan. Sedangkan perguruan tinggi BHMN dapat den-gan mudah mengatur rencana keuangannya karena sistem keuangannya telah sepenuhnya menjadi tang-gung jawab perguruan tinggi BHMN. “Dalam proses pencairan anggaran Unila harus menunggu dan men-gaturnya terlebih dahulu,” ujarnya. Menurutnya, hal tersebut menjadi salah satu penyebab kebijakan kam-pus menjadi terbatas.

Tak Jadi Prioritas UtamaSelama memimpin Unila, Sugeng mengaku lebih

mengutamakan norma ketenteraman. Ia tak ingin membuat kebijakan yang menciptakan konflik dengan pemaksaan kebijakan kampus hijau ini. “Fokus kita dalam Tridharma perguruan tinggi,” tutur Sugeng. Mengenai peringkat kampus hijau yang makin turun, menurutnya hal tersebut bukan sebuah masalah be-sar. “Ke depan Unila akan melakukan perbaiki pering-kat tersebut,” ujarnya. Saat ini, ia sedang fokus mem-benahi masalah sampah yang ada di Unila terutama untuk kebersihan kampus. Dirinya berharap semua warga Unila baik itu dosen, karyawan maupun ma-hasiswa dapat bersama-sama gotong royong mewu-judkan kampus hijau yang baik dan berusaha disiplin serta menjaga lingkungan. “Unila milik kita bersama,” ujarnya menutup pembicaraan.=

Page 9: Tabloid teknokra edisi 136

9No 136 Tahun XIV TrimingguanEdisi Mei 2014 Apresiasi

Iklan

NgekhibasKuota Mahasiswa Unila akan bertambahYakin, ruangan kelas cukup menampung?

GSG Unila tak kunjung diperbaikidari dulu juga gitu!

Perpustakaan Unila perbaiki sistemBagus dong, semoga selalu up-date!

Peringkat Green Metrik Uila turunProgramnya nggak terlalu terlaksana sih

Redaksi menerima kritikan dan saran serta kiriman berupa : Artikel atau opini, surat pembaca, dan informasi seputar Unila (diketik font cambria, ukuran 12 pt). Tulisan yang masuk menjadi milik redaksi dan redaksi berhak menyunting naskah sepanjang tidak me ngubah makna tulisan. Redaksi juga membuka rubrik konsultasi. Rubrik ini diasuh oleh dosen Bimbingan Konseling, Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A, Psi. Lulusan psikologi UGM ini akan menjawab pertanyaan seputar akademik, kejiwaan, dan pertanyaan lain yang diajukan.Silahkan kirim kritik, saran, dan pertanyaan anda ke alamat email ukpm [email protected]

Sampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa,dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 08981735868/ 08982252881

Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami mencocokkannya dengan data siakad Unila

Suara Mahasiswa

Betapa indahnya fajar Buat orang-yang bisa melihat fajar Betapa indahnya warna langit yang memerah Untuk orang-orang yang mampu melihat langit

Ya Allah aku di mabuk rasa dunia terbawa jauh tanpa terasa... terdengar hanya suara bukan laku entah siapa namun ada lagu mengalun merdu di udara dari arah jendela suara itu makin kudengar sungguh merdu, mendayu-dayu memacah kesunyian pagi Ya allah… Kenalkan aku dengan lafaz cintaMU Meski gelap duniaku Jangan pula kau hitamkan hatiku..

Mahabah sang fajarMahabah sang fajar

Kematangan kini telah dirasakan Saat makna menyulapnya menjadi dewasaTumbuh…dan terus tumbuh Menjadi pribadi utuh yang kian tangguh

Padam…itu hanya seketikaLuruh bersama terpaan angin lalu Meski mereka terus melonglongBagai anjing yang terikat dalam kerandaNamun tekad tak pernah luruh untuk meng-gapai asa

Wajahnya kian cerah merona Seterang sang raja siangterus menyinari tanpa henti membakitkan jiwa-jiwa yang mati

PADAM

Afri Puspita SariFLP BandarlampungFEB Akuntansi 2010

Nur Amalia (Teknik Pertanian ’13) 085658793xxxTeknokra untuk edisi mendatang tolong muat tentang pendaftaran SBMPTN dan PMPAP dong.

Erma Yuswari (Teknik Pertanian ’11) 085768162xxxTransparansi uang Praktik Umum (PU) belum jelas, banyak maha-siswa yang mengeluhkan tentang banyaknya uang yang dipakai untuk

mendaftar, tapi tidak ada kejelasan untuk apa uang itu di pakai. Terus pelayanan perpustakaan yang bu-kanya telat, tapi tutupnya cepat tidak sesuai dengan jam kerja, Terimaka-sih.

Dini Widyastuti (Pend. Fisika ’13) 085788919xxxAssalamu’alaykum. Afwan saya ingin menyampaikan aspirasi mengenai CD PROPTI. Saya telah membayar CD

PROPTI Rp12000 yang telah dijanji-kan oleh BEM Fakultas akan dibagi-kan setelah kami membayarkannya. Itu kami membayarkannya setelah ada perintah pelunasan bayar CD proptidan dikatakan juga itu wajib harus membayar. Tapi kenyataannya sampai sekarang saya belum me-nerima CD PROPTI tersebut. Apak-ah CD PROPTI akan dibagikan saat wisuda? Atau bagaimana? Tolong kejelasannya. TERIMAKASIH

Page 10: Tabloid teknokra edisi 136

10 No 136 Tahun XIV TrimingguanEdisi Mei 2014

Oleh : Hidayatur Rohman*

Artikel Tema

OBITUARI

Selamat Jalan, Pak!Oleh Siti Sufia

Ilustrasi Wawan Taryanto

Kepergian Pembantu Dekan III Fakultas Ke-dokteran Unila, Mu-

hammad Masykur Berawi me-nyisakan duka mendalam bagi civitas akademika Unila. Duka itu terasa dari banyaknya ka-rangan bunga yang kirimkan keluarga dan kerabat terdekat almarhum.

Kediamannya yang berada di Jalan KH. Ahmad Dahlan No. 39 Pahoman Bandarlampung ramai oleh kerumunan orang-orang yang melayat. Ucapan belasungkawa datang dari se-tiap tamu yang mengenalnya. Mereka sengaja hadir demi memberikan penghargaan un-tuk dedikasinya semasa hidup.

Almarhum menghembuskan nafas terakhir pada 22 April 2014 lalu di usia 46 tahun. Ia meninggalkan seorang istri, Yennie Agustin dan dua orang anaknya, Faisal dan Jihan. Ma-sykur dikenal sebagai sosok

yang tak suka mengeluh. Meski-pun ia masih dalam kondisi yang kurang sehat, ia acap kali tetap datang ke berbagai acara yang diadakan oleh organisasi mahasiswa di fakultasnya. Se-jak setahun lalu, ia memang menderita diabetes yang sema-kin lama semakin parah.

Semasa hidup, Masykur bekerja sebagai dokter di be-berapa rumah sakit yang ada di Bandarlampung. Ia juga dosen sekaligus bapak mahasiswa di FK Unila. Ia juga diketahui membuka praktek di Kebi-danan Poltekes. Namun, sejak kondisi kesehatannya menu-run, almarhum memutuskan untuk mengundurkan diri di beberapa rumah sakit. Meskip-un begitu, banyak pasien yang

tetap mencari almarhum un-tuk berobat karena sosoknya yang ramah dan kompeten di bidangnya.

Salah seorang kerabatnya, Yusmaidi mengatakan bahwa almarhum adalah sosok pe-kerja keras dan aktif di dunia pendidikan. “Dia kan PD III, co-cok ditempatkan di sana,” ujar dosen bedah FK itu. Menurut-nya, Masykur merupakan salah seorang perintis pendirian FK Unila. Semasa hidup, ia aktif membantu pendirian rumah sakit pendidikan Unila. Say-angnya, harapan itu belum ter-wujud hingga ia tutup usia.

Yennie mengenang sua-minya sebagai sosok yang tak tergantikan. Baginya, Masykur adalah imam yang rajin iba-

dah, penyabar, dan penyayang keluarga. “Saya bangga pu-nya suami dia,” ujarnya sembari menangis. Menu-rutnya, banyak orang yang ter-kejut mendengar kabar keper-gian suaminya. “Apalagi saya istrinya,” ujar dosen Fakultas Hukum Unila itu menahan tangis.

Usai kepergian suamin-ya, Yennie mengaku selalu menjaga amanah Almarhum untuk kedua buah hatinya. Masykur berpesan agar anak-anaknya tidak meninggalkan

M. Masykur Berawi,

sholat. Ia ingat, Masykur san-gat marah ketika anaknya me-ninggalkan sholat, apalagi suka mengeluh dan cengeng. Yennie ingin membesarkan anak-anak mereka sesuai dengan pesan suaminya. “Menjadikan mere-ka anak-anaknya yang sukses,” ujarnya penuh tekad. =

Ilustr

asi R

etno W

uland

ari

Bullying,Duri Dunia Pendidikan KitaMaraknya pemberi-

taan di media massa terkait dengan ke-

kerasan terhadap anak di ling-kungan sekolah, nampaknya semakin melegitimasi tuduhan miring soal gagalnya sistem pendidikan di Indonesia. Ke-kerasan yang terjadi bukan han-ya yang kasat mata saja yang bisa diamati seperti tawuran antar pelajar saja. Melainkan, ada bentuk kekerasan lain yang bersifat laten dengan dampak buruk yang jangka panjang na-mun terus terjadi secara terse-lubung, yakni bullying. Prin-sipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap pihak lain hingga mengakibatkan keadaan tidak nyaman bahkan terluka secara fisik maupun psikis (Ah-mad Prasetyo, 2011).

Bahaya BullyingBullying bisa terjadi ka-

pan pun, dimana pun, terha-dap siapa pun selagi terdapat proses interaksi sosial antar manusia, khususnya di periode kanak-kanak yang memang belum mengerti tata pemila-han dalam bersikap. Terlebih di lingkungan sekolah yang notabene merupakan ruang menimba ilmu bagi begitu ba-nyaknya siswa dengan latar belakang dan jenjang pendi-dikan yang majemuk. Seko-lah yang seharusnya menjadi tempat belajar yang nyaman dan aman bagi anak, seringkali menjadi momok menakutkan karena hadirnya fenomena bullying.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sejak Januari-Maret 2014 menemukan 19 kasus bullying terjadi di seko-lah. Jumlah ini terkesan sedikit karena hanya berdasarkan laporan langsung yang mereka terima. Kasus bullying sesung-guhnya hampir setiap hari terjadi baik dalam bentuk kon-tak fisik langsung (memukul, mendorong) ataupun kontak verbal langsung (meng ancam, mempermalukan). Bentuk ter-akhir ini justru lebih berbaha-ya meski terkesan le bih lunak sebab dampak negatif yang ditimbulkan sangat mendalam, selain itu bentuk ini juga akan sulit diidentifikasi dan dicegah karena minimnya bukti per-buatan.

Kasus teranyar yang menelan korban jiwa adalah mening-galnya Renggo Khadafi (11), siswa kelas V SD di Jakarta Timur tewas setelah diani-aya kakak kelasnya lantaran korban tak sengaja menyeng-gol pelaku hingga jajanannya jatuh (2/5). Akhir Maret lalu kita juga sempat dikejutkan dengan tewasnya Muhammad Syukur (6), bocah kelas 1 SD di Makassar yang tewas akibat dikeroyok tiga orang teman sekelasnya saat pulang sekolah. Tak hanya di usia kanak-kanak, kasus bullying yang lebih ter-

struktur juga terjadi di ber-bagai sekolah kedinasan yang selalu mengedepankan disiplin dan hierarki, contohnya Dimas Dikita Handoko (19) taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) di Jakarta Timur tewas dengan luka lebam sekujur tu-buh akibat dianiaya seniornya lantaran dianggap bersikap kurang hormat (25/4).

Mirisnya, berbagai macam fenomena bullying ini masih belum dianggap serius oleh kebanyakan orangtua mau-pun tenaga pendidik. Perilaku seperti mengolok-olok masih sering dipandang sebagai hal wajar dari dinamika inter-aksi sosial anak. Padahal dari peristiwa pelecehan kepriba-dian yang sederhana seperti itulah kelak akan terakumulasi menjadi konflik fisik atau seti-daknya akan sangat menggun-cang psikis anak, tentu hal ini sangat bertentangan dengan tujuan pendidikan yang ingin menciptakan insan berbudi pekerti luhur yang kelak ber-manfaat bagi bangsa.

Perspektif Interaksionis­me Simbolik

Dalam ilmu sosiologi, dike-nal teori interaksionisme simbolik yang bisa digunakan untuk menguraikan fenomena bullying. Teori ini berusaha

menjelaskan bahwa interaksi antar indi-vidu selalu melibatkan penggunaan simbol-simbol untuk saling memahami. Ketika ber-interaksi dengan orang lain, kita selalu beru-saha mencari simbol yang cocok untuk me-nyampaikan makna tertentu padanya. Pun sebaliknya, kita akan menginterpretasikan apa yang dimaksud orang lain me-lalui simbolisasi yang ia ban-gun (Paramawati, 2013).

Dalam perspektif ini, bully­ing merupakan bentuk inter-aksi kekuasaan (power) yang dibangun antar siswa dengan menggunakan simbol-simbol kekerasan. Saat praktek bully­ing berlangsung, para pelaku memberikan simbol pada kor-ban seperti mengancam, mem-permalukan, hingga melukai untuk menunjukan kekuatan yang dimilikinya. Motifnya agar eksistensi dirinya sebagai sosok yang patut disegani akan tertanam dalam benak korban yang dianggap lebih lemah. Kor ban biasanya memberi reaksi berupa perasaan ter-intimidasi, takut, malu, hingga merasa rendah diri terhadap pelaku. Meski reaksinya malah berbalik berontak pun, akan tetap menimbulkan situasi so­

cial disorder atau ketidakhar-monisan dalam relasi sosial mereka.

Fenomena ini ibarat duri dalam daging dunia pendidikan kita, alih-alih dirasa sepele, se-cara perlahan tapi pasti bully­ing terus menggerogoti kualitas pendidikan. Semestinya ma-salah ini dihentikan secara seri-us. Tentu kita tak rela jika kelak di iklim globalisasi yang ganas, putra-putri Indonesia justru tumbuh dengan kepribadian yang minder, apalagi jika harus banyak yang tewas sia-sia. Di-perlukan komitmen bersama untuk memutus mata rantai budaya kekerasan ini, terutama dengan digalakkannya pema-haman tentang budaya bangsa kita yang ramah, guyub, dan toleran sejak dini.=

*) Bergiat di Komunitas Sosi-olog Muda Lampung. Maha-siswa Sosiologi FISIP

Page 11: Tabloid teknokra edisi 136

ww

11No 136 Tahun XIV TrimingguanEdisi Mei 2014 Pojok PKMTeka-Teki Silang

Wiji dan Sikap Anti Kritik

Vina Oktavia

Pemimpin Redaksi

Iklan

Oleh Sindy Nurul Mugniati

Mendatar 1. salah satu karakteristik manusia4. hutan yang lebat sekali7. deretan9. terkenal di Jakarta10. pantulan bunyi13. alami15. tingkatan status masyara-kat17. bibi18. menggali informasi20. etnis dari jawa barat21. lampu, pelita23. teras depan rumah25. antonym dari kecewa27. salah satu warna 29. tergelitik30. perdu yang merambat31. gas yang membentuk at-mosfer32. angka33. pergi35. dan (bahasa arab)36. lempar; lepaskan; keluar-kan;38. bahan bangunan sejenis semen40. segolongan manusia yang mempunyai cirri-ciri fisik yang sama41. binatang jenis anjing43. kain khas lampung45. baru47. pengisahan suatu cerita atau kejadian48. membuat sesuatu men-jadi tidak lancar49. tindakan memilih kera-bat atau sanak saudara send-iri untuk memegang pemer-intahan50. pemrosesan secara sa-dar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar infor-masi yang tersedia

Menurun

1. pulau paling barat Indonesia2. tidak atau bukan3. pemeriksaan yg teliti; penyeli-dikan4. tempat berlabuh (kapal, pera-hu, pesawat, dsb)5. air susu ibu6. adik8. variasi9. ungkapan tidak suka10. kata tanya11. saya14. rambut yg sudah putih atau mulai memutih15. rumah tempat berjualan ma-dat secara legal16. coba17. foto jarak jauh19. tempat tinggal

22. cabang pohon24. negara di afrika26. orang yang berkecimpung di-bidang seni28. berdiri berderet29. penjaga atau pemiara bina-tang (ternak)30. kurang percaya; ragu-ragu terhadap sesuatu34. satu35. menang36. tersangka yang dicari37. gabungan 2 titik39. melakukan sesuatu secara tiba-tiba)42. mengatur (bilah, daun pan-dan, dsb) tindih-menindih dan silang-menyilang (spt membuat tikar, bakul)44. baris berderet46. buku keluar masuknya uang

Kirimkan Jawaban Kamu Ke:UKPM Teknokra UnilaWajib follow Twitter Teknokra : @TeknokraUnilaPengumuman akan diumumkan di website Teknokra tanggal 21 Mei 2014Raih bingkisan menarik untuk 3 pemenangKhusus Mahasiswa Unila

DEADLINE 19 MEI 2014

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan Dituduh subversif dan mengganggu keamanan Maka hanya ada satu kata: lawan!.

Penggalan sajak diatas adalah ruh perjuangan seorang Wiji Thukul. Tentu, ada kegetiran dibalik lirik sajaknya. Ia menggam-barkan kegamangan rakyat dan selalu punya jawaban atas keg-amangan itu. Lawan!

Miris, ia menjadi salah satu daftar orang hilang saat reformasi muncul tahun 1998. Entah siapa pelakunya. Sejak Maret 1998, Wiji lenyap bersamaan dengan penghilangan paksa para aktivis menjelang jatuhnya rezim orde baru.

Wiji adalah bukti sikap pengecut segelintir pemimpin yang memilih membungkam suara rakyat. Sajak-sajaknya yang berani mengkritik pemerintahan saat itu menjadi bumerang baginya. Namun, usaha membungkam suaranya dengan Wiji rasanya salah besar. Ia tetap bernyawa dalam sajak-sajaknya. Bahkan, keyakinan ini telah ia tulis dalam sebuah penggalan sajak : Kata­kata itu se­lalu menagih/ Padaku ia selalu berkata/ Kau masih hidup// Aku memang masih utuh/ dan kata­kata belum binasa//

Pagi tadi, saat langit masih gelap, mengenang Wiji membuat saya mengingat sosok Saidhatul Fitriah. Ia adalah fotografer Tek­nokra yang meninggal pada tragedi UBL berdarah 28 September 1999 lalu. Pun sama, pelaku kekerasan yang menyebabkan Atul meninggal tak kunjung terungkap. Namun, tujuh foto hasil bidi-kannya pada aksi demonstrasi menolak penerapan UU Penang-gulangan Keadaan Bahaya (PKB) menjadi bukti kekerasan negara terhadap anak bangsa sendiri.

Sejarah mencatat, sikap anti kritik pemerintah negeri ini telah merenggut hak hidup anak bangsa. Kini, saat demokrasi telah berdiri tegak, sikap anti kritik lebih sering kita lihat sebagai per-ang argumen. Pemegang kekuasaan kerap kali menuding rakyat hanya bisa mengkritik dan berpangku tangan. Aspirasi yang mer-eka keluarkan seringkali dimentahkan. Padahal, bagi saya, kritik adalah sebuah usaha melawan lupa. Ia adalah bentuk pembe-basan pikiran terhadap sebuah keadaan dan kontrol sosial yang baik bagi pemerintah.

Tak bijak rasanya, jika rakyat tidak diberikan ruang untuk berkomentar. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentu membutuhkan pandangan rakyat. Pandangan ini akan membuk-tikan, siapa yang pura-pura bekerja untuk sebuah penghargaan publik dan siapa bersungguh-sungguh membuat perubahan. Tetap Berpikir Merdeka!

Page 12: Tabloid teknokra edisi 136

12 No 136 Tahun XIV TrimingguanEdisi Mei 2014Ekspresi

Iklan

Suci Aprodity,

Oleh Yola Septika

Foto

Kurn

ia Ma

hard

ika

Meletakkan Mimpi di Sepatu Roda

On your mark. Ready?Go!,” teriak gadis berambut panjang itu sambil me-

niupkan peluit. Anak-anak yang sejak tadi sudah bersiap pun mengikuti arahan sang pelatih. Mereka meluncur menggunakan sepatu roda melewati sebelas traffic cones yang disusun berbaris lurus. Beberapa anak terlihat sudah piawai melewatinya.Namun, ada yang memilih berbalik arah sebelum cones yang ha-rus mereka lalui habis karena belum bisa menirukan gerakan berbelok sang pelatih.

“Liat kak Popo ya,” ujar gadis itu sekali lagi sembari meluncur zigzag melewati traffic cones. Anak-anak berusia 7-15 tahun itu pun riuh dengan tepuk tan-gan sembari takzim memper-hatikan gerakan pelatihnya.

Suci Aprodity, mahasiswa Ju-rusan Ilmu Administrasi Neg-ara 2011 ini sudah sejak kecil berhasil menaklukkan sepatu roda. Kesulitan permainan ini justru membuatnya tertantang menggeluti dunia sepatu roda. Tekad untuk membuat anak didiknya berprestasi membuat Suci semakin bersungguh-sungguh. Kini, ia tak hanya mahir meluncur diatas sepatu roda. Suci juga memberikan waktunya untuk melatih anak-

anak yang punya kegemaran pada sepatu roda. Seperti pagi ini, Minggu (26/4), ia melatih anak-anak meluncur dengan sepatu roda di Lapangan Sabu-rai, Bandar Lampung.

Meski sempat vakum be-berapa tahun, mahasiswi yang akrab dipanggil Popo ini kembali akrab dengan sepatu roda sejak menjadi mahasiswa baru. Berawal dari ajakan seorang teman yang lebih dulu aktif menggeluti sepatu roda, ia kembali tertarik untuk ber-gabung. Ia pun mengisi waktu di luar jam kuliahnya dengan berlatih sepatu roda.

Wanita bermata sipit ini mengaku sepatu roda bu-kanlah olahraga yang mudah untuk digeluti. Menurutnya, butuh latihan keras dan keber-anian untuk bisa menakluk-kan permainan ini. Awalnya, ia seringkali terjatuh hingga lutut dan kakinya memar. Namun, hal itu tak membuat Popo ka­pok. Satu tahun belajar secara otodidak, ia mahir dalam be-berapa teknik bersepatu roda.

Tahun lalu, ia mendapat ke-sempatan untuk mengikuti ke-juaraan Semarang Open 2013. Kejuaran sepatu roda tingkat nasional ini mengantarkannya menjadi juara II Classic Slalom Senior Women, juara IV Slide

Slalom Senior Women, dan juara V Screet Cross Slalom Se­nior Women.

Tak lama setelah menyabet semua juara tersebut, di tahun yang sama Popo mengikuti In­donesia Rookie Championship dan menyabet tiga kemenan-gan sekaligus. Kemenangan yang ia raih, yakni juara II Speed Slalom Senior Women, juara IV Slide Slalom Senior Women, dan juara VI Screet Cross Slalom Women.

Usai kejuaraan perdananya, ia tak ingin medali yang ia dapat sekadar menjadi bukti prestasi. Ia ingin membuat perubahan yang lebih besar. Popo dan kedua temannya, Razi Atthobari dan Febriyan-to akhirnya mendirikan club sepatu roda. Club yang mereka beri nama Wheeling Lampung Inline Skating ini resmi berdiri sejak 19 Januari 2013.

Popo dan kedua temannya mendirikan Club perkumpulan para pecinta sepatu roda ini demi regenerasi atlet sepatu roda di Lampung. Awalnya, mereka mengumpulkan orang-orang yang menyukai sepatu roda untuk berlatih bersama. Latihan dilakukan di sekitar kampus Unila setiap akhir pe-kan. Rupanya, lebih banyak anak-anak yang tertarik pada sepatu roda. Mereka pun me-nyewa Gedung Sumpah Pemu-da PKOR dan Lapangan Sabu-rai dari uang iuran para murid untuk latihan setiap Sabtu dan Minggu. Anak-anak yang ikut berlatih sepatu roda bersama Popo kini sudah mencapai 50 orang.

Bukan tidak ada hambatan bagi putri sulung dari tiga bersaudara ini selama meng-geluti hobi olahraganya itu.

Kedua orangtuanya sempat ti-dak mengijinkan karena ingin Popo fokus kuliah. Berkat usa-hanya meyakinkan orang tua dan sederet prestasi yang ia raih, Popo berhasil mendapat dukungan atas hobi sepatu ro-danya itu.

Tahun ini, ia kembali menun-jukkan kemampuannya di ke-juaraan Semarang Open 2014 yang diadakan Januari 2014 lalu. Popo kembali menyabet tiga juara, yakni juara I Speed Slalom Senior Women, juara V Classic Slalom Senior Women, dan juara VI Skate Classic Cross Slalom Women.

Selain aktif di olahraga sepatu roda, Popo juga pernah menjadi penyiar di salah satu stasiun radio lokal. Ia juga aktif sebagai volunteer di beberapa komunitas sosial, salah sa-tunya komunitas berbagi nasi. Meski banyak kegiatan, ia tak kelimpungan soal akademik. Popo masih mampu memper-tahankan prestasi belajarnya. Terbukti, ia masih menerima Beasiswa Bidik Misi setiap se-mester.

Kegigihan Popo melatih anak-anak hingga mahir sepa-tu roda membuahkan hasil. Meski clubnya belum memiliki lisensi, namun 14 muridnya sudah pernah mengikuti ke-juaraan tingkat nasional. Bah-kan, beberapa anak meraih juara dalam kompetisi yang mereka ikuti.

Saat ini, Popo bahkan men-jadi atlet perempuan, pengajar, sekaligus pendiri club sepatu roda satu-satunya di Lampung. Ia bertekad terus menularkan ilmunya. Ia ingin atlet sepatu roda yang berkualitas ber-munculan di Lampung sebagai penerus perjuangannya. =