Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

16
Halaman 10 Salah satu faktor penyebab aklamasi se- cara berturut-turut karena adanya keke- cewaaan atau ketidakpercayaan dari sebagian mahasiswa terhadap sistem yang ada. www.teknokra.com Edisi Juni 2015 No 144 Tahun XV Trimingguan Halaman 6 Tahun ini Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila men- empati posisi teratas sebagai jurusan yang paling digandrungi tahun ini. Tetap Berpikir Merdeka! Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh TABLOID MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas Teknokra Unila @TeknokraUnila Halaman 5 Skripsi hanya salah satu cara mencetak calon sarjana yang memiliki kompeten- si penelitian. Masih banyak opsi lain seperti artikel yang diterbitkan atau re- sponsi tentang fenomena tertentu. RUSUNAWA RIWAYATMU KINI

description

Merupakan terbitan Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung

Transcript of Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

Page 1: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

Halaman 10Salah satu faktor penyebab aklamasi se­cara berturut­turut karena adanya keke­cewaaan atau ketidakpercayaan dari sebagian mahasiswa terhadap sistem yang ada.

www.teknokra.com

Ed i s i J un i 2015No 144 Tahun XV Trimingguan

Halaman 6Tahun ini Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila men­empati posisi teratas sebagai jurusan yang paling digandrungi tahun ini.

Tetap Berpikir Merdeka!Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh

TABLOID MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG

Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas

Teknokra Unila@TeknokraUnila

Halaman 5Skripsi hanya salah satu cara mencetak calon sarjana yang memiliki kompeten­si penelitian. Masih banyak opsi lain seperti artikel yang diterbitkan atau re­sponsi tentang fenomena tertentu.

RUSUNAWARIWAYATMU KINI

Page 2: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 20152 No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 201522SALAM KAMI

Judul : Rusunawa Riwayatmu Kini

Ide & Desain : Defi ka Putri Nastiti

KYAY JAMO ADIEN

Oleh Retno Wulandari

Kini dengan membayar 1,8 juta rupiah maka mahasiswa Unila dari angkatan berapa pun bisa tinggal dan menikmati semua fasi­litas Rusunawa Unila. Namun, mahasiswa yang terlanjur menjadi penghuninya harus gigit jari.

Seperti tak ada habisnya, penghuni Rusunawa kembali keluhkan hunian empat lantai bercat krem itu. Mulai dari lantai hingga atap yang tak lagi tampak terawat. Kesan kumuh menjadi hal pertama yang dirasakan siapa pun yang masuk ke sana.

Selain sarana dan prasarana yang tak layak, keamanan di lingkungan Rusunawa pun sudah menurun. Terbukti dari hila­ngnya motor mahasiswa yang di parkir di lantai dasar Rusunawa. Tak hanya motor, pencuri bahkan sudah mampu menjangkau areal kamar mahasiswa dan menggasak beberapa laptop. Mahasiswa hanya bisa pasrah. Satpam yang diharapkan mampu menjaga ke­amanan malah sering terlelap di tengah malam.

Dalam satu kamar berukuran 4x5 meter itu ditinggali empat mahasiswa. Dengan penghuni yang cukup banyak tersebut, sudah sepatutnya Rusunawa dijaga dan dirawat penghuninya sendiri. Namun, mahasiswa terlihat tidak peduli dengan kebersihan huni­annya. Mahasiswa Rusunawa seharunya tak hanya mengeluhkan sarana dan prasarana yang ada, gaya hidup mereka yang malas juga menyumbang kerusakan yang ada.

Hal yang lebih disayangkan pengelola rusun pun seperti tu­tup telinga dengan keluhan mahasiswa. Meski sudah diperbaiki beberapa kali, hasilnya selalu tak optimal. Usaha yang dilakukan hanya sebatas mendata keluhan dan kerusakan yang terjadi. Tapi tetap tak ada reaksi. Jika sudah seperti itu, siapa yang harus di­andalkan untuk menjaga Rusunawa? Tahun ini penghuni Rusun­awa diiming­imingi janji perbaikan dengan dana sebesar 800 juta rupiah. Mungkinkah Rusunawa menjadi bangunan yang terawat, dan kembali pada konsep awal pembangunannya, yaitu menjadi hunian student welfear. Mahasiswa hanya bisa menunggu realisasi dan hasilnya.=

Jurnalisme

Dalam bukunya yang berjudul Agama Saya adalah Jurnalisme, An­

dreas Harsono mencoba untuk menjelaskan tentang deideolo­gisasi tanpa bertendensi untuk berbicara tentang religiusitas. Buku ini hanya ingin menegas­kan betapapun sulitnya, jurnalis tidak boleh menonjolkan kecon­dongan ideologis tertentu da­lam karya jurnalistiknya.

Pemahaman kami tangkap bahwa jurnalis harus menge­sampingkan ideologi yang dianutnya ketika melakukan peliputan. Sebagaimana ke­dekatan personal, kecondongan ideologis dapat membuat jur­nalis bias dalam melihat fakta, bersikap dogmatis dalam menu­lis berita, dan akhirnya mudah terjebak dalam keberpihakkan yang tidak perlu.

Deideologisasi juga merupa­kan proses belajar kami selama di Teknokra, yang jelas kami sadari untuk menjadikan Tek­nokra tetap pada pakemnya yai­tu sebagai kontrol sosial. Maka sebagai penggiatnya kami harus melalui proses deideologi terse­

Sampul

but. Kami yang awalnya datang ke Pojok PKM ingin belajar un­tuk menulis, menggali bakat dan minat kami, perlahan berubah dalam memandang Teknokra.

Awalnya kami memandang Teknokra hanya sebatas orga­nisasi minat dan bakat, tak ada bedanya dengan UKM lain­nya. Namun, semua proses dan gem­blengan selama menjadi pe­nghuni Pojok PKM mengubah cara pandang kami tersebut. Kami yang awalnya hanyalah mahasiswa dari berbagai juru­san, bahkan di awal banyak dari kami yang merupakan anggota dari organisasi lain, baik inter­nal atau pun eksternal, perlahan mulai paham ideologi awal kami harus diganti dengan ideologi Teknokra yaitu jurnalisme.

Maka yang bertahan adalah orang­orang yang mau meneri­ma proses deideologi tersebut. Kami pun membuktikannya dalam kerja­kerja jurnalistik yang kami lakukan. Kami tak pandang bulu dalam meliput suatu peristiwa. Walaupun sulit, tapi sebisa mungkin kami meng­hindari bias yang mungkin akan

Comment

timbul jika kami tidak mening­galkan ideologi awal kami.

Hal inilah yang membuat kami berbeda dalam melihat se­suatu, yang tak jarang membuat kami mendapatkan intervensi dari pihak yang merasa kebe­ratan saat kami kritik, mulai dari mahasiswa sampai birokrat kampus. Tapi itulah Teknokra, mengajarkan kami untuk total dalam memaknai peran jurna­lisme dalam kehidupan. Me­ngajarkan kami untuk menjadi mahasiswa yang jauh dari kata apatis apalagi pragmatis.

Kembali kami terbitkan tabloid trimingguan Teknokra, yang ternyata dalam penggara­pannya kami butuh waktu leb­ih dari tiga minggu, untuk ke­terlambatan ini kami meminta maaf kepada para pembaca se­tia. Untuk membayar kekuran­gan kami ini, dalam tabloid edisi 144 kami memuat berita Rusu­nawa Unila dalam reportase khusus, dan aklamasi pemilihan Presma dalam liputan khusus, dan berita seputar Unila selama beberapa minggu ini.=

Tetap Berpikir Merdeka!

TABLOID TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0721) 788717 EMAIL [email protected], [email protected] WEBSITE www.teknokra.com Pelindung: Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, MS Penasihat: Prof. Dr. Sunarto, SH, MH Dewan Pembi na: Maulana Mukhlis, S.Sos.,MIP. Anggota Dewan Pembina: Prof. Dr. Ir. Muhajair Utomo, M.Sc., Asep Unik, SE. ME., Drs. M. Toha B. Sampurna Jaya, M.S., Dr. Eddy Riva’i, S.H., M.H., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Dr.Yuswa-nto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA, M. Burhan, Vina Oktavia, S.Pd., Yurike Pratiwi

Pemimpin Umum: Faris Yursanto Pemimpin Redaksi: Hayatun Nisa F Pemimpin Usaha: Fitri Wahyuningsih Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Kurnia Mahardika Kepala Kesekretarian: Lia Vivi Farida Redaktur Pelaksana: Ayu Yuni Antika Redaktur Pelaksana Daring: Khorik Istiana Redaktur Berita: Rika Andriani Reporter : Fahmi Bastiar (Non Aktif), Fitri Ardiani, Enindita Prastiwi, Retnoningayu JU Redaktur Foto: Wawan Taryanto Fotografer: Luvita Wilya H Redaktur Artistik: Retno Wulandari Staf Artistik: Defi ka Putri Nastiti Kameramen: Fajar Nurrohmah, Redaktur Daring: Yola Septika Manajer Keuangan: Fitria Wulandari Manajer Usaha : Imam Gunawan Staf Keuangan: Yola Savitri Staf Periklanan: Riska Martina, Enin-dita Prastiwi Staf Pemasaran: Yola Septika Staf Kesekretariatan: Fitri Ardiani Staf Analisis dan Perpustakaan: Fajar Nurrohmah Staf Pengkaderan dan SDM: Wawan Taryanto Magang: Aditya, Sheli P.S, Adi F, Agung M, Aldi H, Ana U, Ari A, Arif S, Ariz N, Bayu F.H, Eka S, Endani A, Faiza U.A, Febriel M, Fonny B, M. Ghufroni A, Niko F, Novita L, Nur Azizah D.A, Nur Intan F, Trias S.P.N, Winda S, Yessi E.N.

Rusunawa Butuh Realisasi!

Dok

.

Page 3: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 2015 3KAMPUS IKAM

NGEKHIBAS IMAPESI Gandeng FKIP EkonomiOleh Defi ka Putri Nastiti

FKIP-Tek: Program Studi Pen­didikan Ekonomi Universitas Lampung (Unila) mengikuti agenda Ikatan Mahasiswa Pen­didikan Ekonomi Seluruh Indo­nesia (Imapesi) bertempat di Universitas Surabaya (UNESA), Jumat­Sabtu (29­30/5). Agen­da tahunan Imapesi ini mem­bahas Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang dihadiri 21 Universitas seluruh Indonesia. Dalam pertemuan ini juga di­gelar seminar yang mengang­kat tema Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Sukur Pamudi (Pendidikan Ekonomi ’13) selaku ketua

umum Association of Econo mic Education Students (Assets) Unila mengaku bahwa awalnya ia hanya berkenalan dengan salah satu Sekretaris Jendral Imapesi. Kemudian ia diundang bersama ketiga rekannya yaitu, Avivah Nur Rahmah (Pendi­dikan Ekonomi ’13), Nurhoiri­yah (Pendidikan Ekonomi ’13) dan Panji Ari Wibowo (Pen­didikan Ekonomi ’13) untuk berangkat ke Universitas Sura­baya (UNESA). “Kami enggak dapat dana dari pihak universi­tas dan fakultas untuk berang­kat ke Surabaya, jadi kami be­rangkat ke sana memakai dana

dari hasil sumbangan dosen dan alumni serta dana pribadi, walau kami ke sana membawa nama Universitas,” Ujar Sukur saat ditemui di laboratorium akuntansi, Senin (8/6).

Salah satu dosen Pendidikan Ekonomi yang juga Pembina As­sets Unila, Pujiati mengatakan bahwa ia senang dan bang­ga atas prestasi Pendidikan Ekonomi Unila yang dapat ber­gabung dengan Imapesi. “Saya berharap Pendidikan Ekonomi dapat lebih maju lagi dan dapat meneruskan serta mengikuti setiap agenda Imapesi,” ujarnya berharap.=

Skripsi tidak diwajibkan?Buat Kajian dulu, baru ambil kebijakan

Hima yang tidak resmi saja aktifMasa yang resmi gak aktif?

Hima Pertanian aktif lagi?

Semoga enggak melakukan pelanggaran lagi deh!

800 juta untuk perbaikan Rusunawa?Terealisasi enggak ya?

Unila-tek: Unit Kegitan Ma­hasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung (Unila) adakan hajatan Teater 2015. Mengusung tema “Bersatu dalam Seni”, gelaran cara ini dilaksanakan pada 28 Mei­1 Juni 2015. Acara kali itu di­isi oleh beberapa teater lokal seperti Teater UKMF KSS FKIP Unila, Teater Jabal Tanggamus, Teater Tiga Topeng UKMBS Polinela, Teater Kita UKMBS Malahayati, Teater Nol SBI IAIN Raden Intan, Teater Kuntara Bandar Lampung, dan teater asal Jakarta, Teater Keliling.

Ketua Pelaksana Nevia Seti­ana (Ilmu Pemerintahan ’12) mengatakan kendala yang di­hadapi selama berlangsung­nya acara yaitu kondisi gedung yang memang bukan gedung khusus pertunjukkan sehingga penonton begitu sesak dan tak jarang menjadi gaduh. Selain itu ruangan tersebut juga dapat berpengaruh pada konsentrasi

Bersatu Dalam SeniOleh Wawan Taryanto

pemain dalam membawakan peran.

Menurutnya acara tersebut sukses karena sesuai dengan target, setidaknya ada delapan kelompok teater dari pergu­ruan tinggi berbeda memeri­ahkan acara ini. Terbukti dari banyaknya apresiasi yang muncul dari kelompok pecinta teater, penonton dan ahli seni pertunjukan Lampung.

Sebagai sutradara, Nevi mengutarakan masih banyak catatan untuk para aktor de­ngan penyesuaian kapasitas penonton . “Perlu upaya lebih keras bagi pemula untuk dapat tampil secara totalitas,” tam­bah Nevi.

Diakhir acara, para pen­gamat Rifian A. Chepy, Ari Pahala Hutabarat, dan Imas Sobariah, memberikan tangga­pannya pada pertunjukan yang disuguhkan tiap teater. Mulai dari setting ruang, pencaha­yaan, aksen para tokoh, hingga

tiap kata dan raut muka para tokoh tak luput untuk diamati.

Kemudian Imas Sobariah membacakan nominasi se­bagai wujud apresiasi pada Hajatan Teater 2015. Aktor terbaik diberikan kepada pe­meran Suminta Lakon “Sayang ada Orang Lain” dari Teater Ja­bal, Tanggamus, Aktris terbaik diberikan kepada pemeran Yusni lakon “Tanah” dari Teater UKMF KSS FKIP Unila, dan Sutradara terbaik diberikan kepada Sutradara lakon “Bila Malam Bertambah Malam” Teater Kurusetra UKMBS Unila, dan tiga grup terbaik yaitu Teater KSS FKIP Unila, Teater Kuntara Bandar Lampung, dan Teater UKMBS Unila.

Di akhir acara Ketua Umum UKMBS, Edythia Rio Wirawan (Manajemen’12) mengucapkan terimakasih atas respon positif dari pecinta teater dan semua pihak yang telah menyuk­seskan acara tersebut..=

Membangun . Seorang pekerja tengah bekerja untuk membangun taman di lingkungan FMIPA Biologi. Pem-bangunan dilakukan untuk menambah kawasan tempat belajar dan berkumpul mahasiswa. Foto dibidik Se-lasa (19/05).

Foto Luvita Willya Hendri

FEB-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (UKMF) Mahasiswa Ekonomi Pecinta Alam dan Lingkungan (Mahe­pel), merayakan dies natalies ke­18. Kegiatan yang berlangsung di Lapangan FEB, Kamis­Sabtu (21­23/05) ini mengusung tema “Fun and Healty with a Good Environtmen”. Kegiatan donor darah, �lying fox, kejuaraan catur untuk umum, dan lomba daur ulang untuk SMP dan SMA sederajat. Hari kedua masih dilakukan donor darah, �lying fox, penanaman pohon, �ind the case untuk lembaga kemahasiswaan, him­punan mahasiswa FEB Unila dan Mahasiswa Pecinta Alam se­Ban­dar Lampung, serta lomba Akustik. Puncak acara di hari terakhir, dilakukan Run for nature care yang dimulai dari FEB menuju Wisma Unila dan kembali ke garis finis di FEB. Dilanjutkan dengan dekorasi lingkungan penuh lampion dan pengumuman para juara pada malam harinya.

Ida Bagus Komang (Manajemen ’13) selaku Ketua Pelaksana men­gungkapkan tujuan dari kegiatan ini selain untuk memeriahkan ulang tahun Mahepel yang ke­18 juga untuk mengajak masyarakat Unila dan masyarakat umum agar menjaga lingkungan. “Agar masyarakat tahu cara menjaga lingkungan dan memanfaatkan limbah,” ujarnya.

M. Reza Budiman (Akuntansi ’12) selaku ketua umum Mahepel mengatakan kegiatan ini sebagai media penyambung silaturahmi in­ternal ekonomi dan silaturahmi dengan Mapala lainnya.=

Mapala Latih Anggota Muda

Dies Natalis Mahepel

Oleh Retnoningayu Janji Utami

Oleh Faiza Ukhti Annisa

Unila-Tek: Anggota baru selalu diharapkan menjadi bibit unggul yang menjadi nafas baru pada setiap organisasi. Sama halnya se­perti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pencipta Alam (Mapala) Unila yang mengadakan Latihan Pemantapan Anggota Muda Mapala 2015 pada Kamis, (4/6). Delapan anggota muda yaitu, Martin Saliman (FKIP Bahasa Indonesia ’13), Rangga Isriadi (Agroteknologi ’14), Renaldi Nur Rahma Putera (Agroteknologi ‘14 ), Giri Saputra (FMIPA ’14), Eca Wamrou (Hukum ’14), Deva Su­santi Dahra (Manajemen Ekonomi Pembangunan ’14), Hermawan Toni (FMIPA ’14), Afis Prada (Teknik Sipil ’14) telah melalui be-berapa pelatihan ruang. Seperti keorganisasian, pengenalan alat selam, fotografi, jurnalistik dan dilanjutkan dengan pemberian materi ruang dan pelatihan lapangan hingga 10 Agustus.

Pelatihan ini diikuti angkatan 23 dan 24 untuk menjadi anggota baru yang selanjutnnya akan menjadi anggota biasa melalui La­tihan Pemantapan (Lantap) dan Masa Bimbingan (Mabim) yang dilanjutkan dengan pengambilan nomor induk agar diangkat sebagai pengurus. Nantinya, para anggota muda ini akan turun lapang ke beberapa lokasi seperti Gunung di daerah Register 19 (Pesawaran), Tebing (Margodadi, Pesawaran), Goa di Krui, Arum Jeram (Wai Besai, Lampung Barat) serta Diving ke Pulau Tegal. “Se­moga semua anggota dapat menguasai materi yang diberikan dan dapat mempraktekannnya, serta nantinya dapat menjadi pengu­rus yang lebih baik,” harap Sior Putra selaku Koordinatoor Badan Diklat Mapala.=

Page 4: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 20154KAMPUS IKAM

Unila-Tek : Pemilihan Maha­siswa berprestasi tingkat Juru­san dan Universitas yang ber­langsung dari April hingga Juni, kini telah siap untuk mewakili Unila ke tingkat Nasional. Dari tujuh kandidat perwakilan se­tiap Jurusan, terpilihlah Rizki Putera Kesuma (Akuntansi’12) yang meraih peringkat perta­ma di Universitas dengan skor 93,72, disusul peringkat kedua Delima Nur Ramadhani (Per­taian’12) dengan skor 83,62, serta di peringkat ketiga James Reinaldo (Ilmu hukum) den­gan skor 74,55.

Pemilihan Mawapres yang diselenggarakan oleh Dik­ti dan Kemenristik ini me­ngangkat tema Kemandirian dan Kepribadian bangsa. Rizki Putera Kesuma (Akuntansi’12) mengangkat judul “Inkubasi Bisnis Sebagai Solusi Untuk Meningkatkan Keberlangsu­ngan Hidup dan Kinerja Usa­ha Dalam Industry Start up di Indonesia”.

“Setelah saya bandingkan dengan Amerika sebagai vari­able terikat, di Amerika per­tumbuhannya stabil, karena

Mawapres ke Tingkat NasionalOleh Retnoningayu Janji Utama

inkubator bisnisnya seimbang dengan start up , inkubator bisnis ini sebagai agen yang mementor industry start–up tadi. Mementor bantuan dana, perluasan investor, menga­jarkan bagaimana membuat model bisnis yag baik,” ujar Rizki.

Pada 28 Mei seluruh PTN di Indonesia sudah mengirim­kan delegasinnya. Penjurian tahap awal berlangsung 4­6 Juni , Pada 12 Juni akan di­umumkan peserta yang lolos 15 besar yang akan disaring lagi menjadi tiga peringkat ter­baik. Ada dua tahap dalam pe­nilain, pertama seleksi doku­men, dan kedua berdasarkan hasil penilaian naskah, presen­tasi, wawancara, diskusi dalam bahasa inggris, serta tes dan pengamatan kepribadian.

Sebagai perwakilan di ting­kat nasional kemampuan non akademik yang dimasukkkan oleh Rizki ialah menggunggu­lkan kejuaraan tertingginya sebagai google student ambas-sador 2014, pemenang story telling tingkat nasional , dan kejuaraan lainnya yang lebih

kepada kemampuan berbaha­sa inggrisnya.

Sebagai Mawapres unila dirinnya berharap bisa menginspirasi temen­teman di universitas lampung untuk berprestasi lagi bukan hanya dalam akademik maupun non akademik. Ia juga berharap di­rinya dapat memberikan ter­baik pada tingkat nasional ini. “menang atau kalah urusan belakangan, karena kunci dari kesuksesan adalah persiapan matang, kerja keras dan do’a, jadi apapun yang terjadi dan hasilnya nanti saya akan tetap memberikan yang terbaik,“ ungkapnya.

Sunarto selaku Wakil Rektor sidang Kemahasiswaan dan Alumni mengatakan Universi­tas akan mendukung seluruh Mawapres yang terpilih, kare­na telah mengharumkan nama baik Unila. “Kita ‘kan ada dana pembinaan, ya walaupun itu sedikit pasti kita dukung juga, seperti memfasilitasi sebelum dan saat keberangkatan, dan kalau memungkinkan untuk memberikan beasiswa, kita akan berikan,” ujarnya.=

Unila-Tek : Unit Pusat Te­knologi Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (UPT PKK) mengadakan Workshop Kiat Mencari Kerja (WKMK) di Balai Bahasa, Senin­Selasa (25­26/5). Workshop yang mengusung tema “Kiat Mencari Kerja” ini diikuti sekitar 50 mahasiswa berbagai jurusan di Unila.

Kepala UPT PKK, Ayi Ahadiat dalam sambutannya mengha­rapkan lulusan Unila siap menghadapi dunia kerja dan mulai menata kemampuan diri. Ia juga mengatakan bahwa ke­

FEB-Tek: Unit Kegiatan Pe­nerbitan Mahasiswa Fakul­tas (UKPM F) Pilar FEB Unila mengadakan Forum Publik di Lapangan gedung A FEB, Rabu (20/5).

Acara yang mengusung tema “Mahasiswa Aktif, Pers Infor­matif, Bandar Lampung Bangk­it” ini mengahadirkan Tobroni Harun (Wakil Walikota Ban­dar Lampung), Yoso Muliawan (Ketua Umum Aji Lampung),

Mahasiswa di Dunia Kerja

Mahasiswa Aktif, Pers Informatif

Oleh Fitri Adriani

Oleh Rika Andriani

cepatan pertumbuhan pencari kerja lebih cepat dari jumlah lapangan pekerjaan. “Kompe­tisi pencari kerja sangat ketat, semua harus bersertifikasi,” ungkapnya.

Diah Utaminingsih selaku Ketua Pelaksana, mengatakan kegiatan yang berlangsung tiga kali dalam setahun ini bertu­juan untuk mempersiapkan ma­hasiswa memasuki dunia kerja. Dalam workshop tersebut, pe­serta diajarkan cara membuat CV (Curiculum Vitae) dengan banar, diberikan wawasan men­

dan Dany Afriando (Gubernur BEM FEB) sebagai pembicara.

Diskusi membahas ten­tang peran pemuda khususn­ya mahasiswa dalam rangka pemba ngunan Indonesia yang semakin sejahtera. Saat ini mahasiswa seakan tertidur, terlena dengan dunia yang serba instan. Mahasiswa yang dulunya idealis kini menjadi pragmatis. “Mahasiswa jangan lagi loyo, ayo bangkit untuk

genai kondisi dunia kerja seka­rang dan apa yang akan mereka hadapi kelak saat akan mema­suki dunia kerja, serta diajar­kan bagaimana cara melakukan interview dengan baik.

Yaqub Rakhazoni (Agribisnis ’11) berharap workshop terse­but dapat memberikan bekal untuk terjun di dunia kerja dan dapat menambah pengetahuan tentang cara­cara melamar ker­ja dengan baik. “Semoga setelah lulus nanti bisa lebih cepat mendapat pekerjaan,” harap­nya.=

menyongsong Indonesia yang sejahtera,” ungkap Tobroni Ha­run.

Farhan Aulia (Manajemen ’14) selaku Ketua Pelaksana mengatakan diskusi publik yang di adakan dalam rangka mempe ringati hari Kebangk­itan Nasional tersebut bertu­juan untuk membangkitkan kembali semangat mahasiswa dalam menyongsong kese­jahteraan masyarakat.=

FKIP-Tek: Panitia Khusus (Pansus) mengadakan Pemilihan Raya (Pemira) anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Keguru­an dan Ilmu Pendidikan (DPM FKIP) Kamis, (28/5). Masing­mas­ing program studi hanya diperbolehkan mengirim lima calon ang­gota DPM. Mustofa Rudin (Pend. Ekonomi 14) selaku ketua Pansus mengatakan tahun ini Pansus hanya mempersiapkan Pemira untuk anggota DPM, karena Pemira Gubernur dan Wakil Gubernur terpi­lih lewat aklamasi. “Saya berharap tahun selanjutnya tidak akla­masi lagi. Kedepannya, lebih digencarkan sosialisasinya,” ujarnya.

Ahmad Ansori (Pend. Matematika ‘11) selaku Ketua DPM ber­harap pemira dapat berjalan lancar sesuai dengan azas Pemira. Agung Ardiansyah (PPKN ‘12) sebagai salah satu calon anggota DPM mengungkapkan siapapun yang terpilih bukan jadi masalah, yang terpenting kapasitas dari calon. Berbeda halnya dengan Dani Rasanjani (Kimia ‘12), ia mengaku sudah siap dengan hasil Pemira nantinya. “Terpilih atau enggaknya saya sudah siap,” ujarnya.

Risko Apriandi (Pend. Kimia ‘12) sebagai Gubernur terpilih mengatakan akan melakukan gebrakan terutama kebersihan dan parkir. “Lalu kami akan menyoroti prestasi mahasiswa lewat PKM dan PMW mahasiswa,” ungkapnya.=

Unila-Tek: Selasa (19/05), Unila menghelat kuliah umum di Ge­dung Serba Guna (GSG) Unila. Acara ini diikuti oleh seluruh maha­siswa di provinsi Lampung.

Kuliah umum yang bertemakan Eksistensi Indonesia di putaran Globalisasi ini menghadirkan Jendral TNI Dr. Moeldoeko sebagai pemateri. Panglima TNI KOREM 043 Garuda Hitam ini menyam­paikan tentang stabilitas politik, keamanan negara dan juga keta­hanan ekonomi di Indonesia.

Agenda yang menggaet Forum Komunikasi (Forkom) Bidikmisi Unila ini juga dihadiri Gubernur Lampung, Rektor Unila, Rektor Universitas se­Bandar Lampung, Wakil rektor III Unila dan bebe­rapa Dekan dari Universitas se­Lampung.

Andi Kurniaawan (Manajemen ’13) selaku ketua Forkom Bidik­misi mengungkapkan bahwa kuliah umum ini dilaksankan untuk memberikan informasi kepada seluruh elemen masyarakat Lam­pung khususnya mahasiswa tentang froxy war.

Qodar Hasani selaku ketua pengelola Bidikmisi mengatakan bahwa kuliah umum ini merupakan kegiatan Korem yang kebetu­lan salah satu tempatnya di Unila.=

Pemira DPM FKIP

Kuliah Umum Panglima TNI

Oleh Arif Sabarudin

Oleh Faiza Ukhti Annisa

Rektor Cup. Beberapa juri dari Pelestarian Burung Indonesia (PBI) se-dang menilai durasi dan keelokan kicau burung dalam ajang Rektor Cup yang diadakan di pelataran parkir gedung A Fakultas Pertanian Univer-sitas Lampung. Foto dibidik Minggu (31/05).

Foto Luvita Willya Hendri

Page 5: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 2015 5KAMPUS IKAM

Unila-Tek: Merebaknya kasus dugaan kecurangan hingga pe­malsuan ijazah dan skripsi ma­hasiswa S1 Mei lalu, membuat Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek­dikti) Mohamad Nasir angkat bicara. Ia melontarkan wacana agar skripsi tak lagi menjadi syarat wajib kelulusan pada program Sarjana (S1). Hal tersebut menuai tanggapan berbeda dari berbagai pihak di Universitas Lampung.

Bujang Rahman salah satun­ya, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan (FKIP) ini turut menganalisis wacana tersebut. Menurutnya perlu dilakukan peninjauan kemba­li terkait skripsi sebagai pra­syarat kelulusan mahasiswa. Skripsi hanya salah satu cara mencetak calon sarjana yang memiliki kompetensi peneli­tian. Ia meyakini masih banyak opsi lain seperti artikel yang diterbitkan atau responsi ten­tang fenomena tertentu. “yang menjadi substansi adalah bahwa seorang sarjana harus memiliki kompetensi dalam penelitian,” ujarnya.

Menurutnya, kecuran­

Skripsi Masih RelevanOleh Rika Andriani

gan­kecurangan dalam pem­buatan skripsi dapat dihindari dengan membentuk karakter mahasiswa yang jujur dan pengawasan saat proses uji­an yang benar. “Yang terpent­ing bukan skripsi itu dibuat oleh dia atau bukan, tetapi dia menguasai isi skripsin­ya atau tidak,” tambahnya. Ia pun menghimbau mahasiswa tidak perlu risau atau merasa galau dengan berbagai kebi­jakan, karena yang terpenting menguasai kompetensi dirin­ya untuk mengaktualisasikan ilmunya di dalam masyarakat.

Menanggapi hal itu, Slamet Riyanto (Pend. Bahasa Inggris ’11) menilai skripsi sebagai karya seorang mahasiswa ha­sil dari proses belajar di kam­pus. Skripsi menjadi ajang pembuktian diri sejauh mana kualitas mahasiswa dalam proses belajar. Ia pun ber­harap, skripsi tetap diadakan, karena sebagai wujud dari Tri Darma Perguruan Tinggi.

Senada dengan Fahmi Ba­dar (Ilmu Komputer ’09), ma­hasiswa FMIPA ini tetap ber­harap skripsi menjadi salah satu persyaratan kelulusan

seorang sarjana. Menurutnya skripsi bagian dari karya il­miah mahasiswa yang dapat diimplementasikan atau di­aplikasikan di masyarakat nantinya.

Mengenai skripsi yang di­hilangkan dengan dampak bagi sebuah Universitas itu sama sekali tidak ada. Dan un­tuk kualitas mahasiswa juga tergantung bagaimana cara mahasiswa tersebut meng­garapnya. “Mungkin ada yang dikerjakan orang lain, ada juga yang benar­benar murni gara­pannya ia sendiri”, Ujar Prof. Sudjarwo selaku ketua pro­gram pascasarjana P.IPS yang juga merupakan salah satu pa­kar pendidikan. Cara melihat kualitasnya juga dengan meli­hat bagaimana proses yang ia jalani.

Sejak abad 8 di jaman Daud Yusuf terdapat dua jalur yang biasanya dilewati oleh para mahasiswa yang ingin menem­puh Sarjana Strata 1. Yang per­tama jalur skripsi, dan yang kedua jalur non­skripsi. Mer­eka dibebaskan untuk memilih salah satu di antara kedua jal­ur tersebut.=

Selebrasi. Beberapa mahasiswa tengah berkeliling di lingkungan Uni-versitas Lampung merayakan terpilihnya presiden dan wakil presiden BEM Universitas Lampung periode 2015/2016. Foto dibidik Kamis (28/05).

Foto Luvita Willya Hendri

Rohingya. Seorang mahasiswi yang ter-

gabung dalam Forum Silaturahmi Lembaga

Dakwah Kampus (FSLDK) Universitas

Lampung sedang menggalang dana

untuk etnik Rohing-ya yang terdampar di Aceh silam, dari pengendara yang melintas di lampu merah Universitas

Lampung. Foto dibi-dik Senin (25/05).

Foto Luvita Willya Hendri

Unila Siapkan Para Wirausaha MudaOleh Rika Andriani

Unila-Tek: Universitas Lam­pung, kembali mencetak calon wirausahawan muda di kalan­gan mahasiswa. Program tahu­nan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Perguru­an Tinggi Negeri (Dikti) berha­sil meloloskan 60 mahasiswa dalam seleksi Proposal Maha­siswa Wirausaha (PMW).

Dari 282 mahasiswa yang mendaftar. Hanya 60 maha­siswa yang terpilih setelah proses wawancara. Tahun lalu, salah satu syarat calon peserta adalah sudah menempuh masa studi 80 SKS. Namun, tahun ini mahasiswa diperbolehkan mendaftar minimal sudah me­nempuh 36 SKS. Salah satu kriteria yang lolos adalah ma­hasiswa yang sudah memulai usahanya, atau yang pernah memulai tetapi berhenti karena tidak ada dana.

“Memang kami prioritas­kan untuk usaha yang sudah berjalan, tapi tidak menutup kemungkinan bagi yang akan memulai. Tapi memang tahun ini yang lolos, semua yang su­dah ada usaha,” ujar Hartono selaku pembimbing wirausaha.

Setiap mahasiswa akan diberi dana hibah dari Dikti se­besar lima juta per orang. Dana itu sebagai penunjang usaha yang nantinya akan ada penga­

wasan dari pihak Rektorat yang berperan sebagai konsultan bisnis. “Nanti, satu orang akan memegang 10 mahasiswa un­tuk menjadi pengawas dan kon­sultasi usaha,” tambah Hartono.

Hartono berharap, dengan adanya program ini mahasiswa menjadi bagian dari solusi pen­gangguran. Mahasiswa bukan lagi sebagi pelamar kerja, me­lainkan menjadi seorang pem­buka lapangan pekerjaan.

Singgih Samsuri (Ilmu Pem­bangunan ’12), salah satu ma­hasiswa yang memiliki usaha Centra Lele Barokah di Padang Cermin, merasa terbantu den­gan adanya program PMW. Dana hibah yang ia terima akan digunakan untuk mengem­bangkan usaha ysng sudah dir­intis selama tiga bulan. “Tahun depan mungkin kuota untuk mahasiswa yang mendapat dana stimulan dari PMW diper­banyak, dan jumlah dananya bisa ditambah lagi, supaya bisa benar­benar untuk pengem­bangan usaha,” ujarnya.

Fajar Wahyudi (Manajemen ’13) mahasiswa yang memili­ki bisnis kuliner ini berharap program PMW bisa konsisten berjalan. Supaya lebih banyak menampung mahasiswa yang berniat untuk menjadi seorang wirausahawan. =

FKIP-Tek: Beberapa Him­punan Mahasiswa Program Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan belum tercatat secara resmi di fakultas, namun masih tetap berkegiatan. Dani Rasanjani (Pend. Kimia’12) se­laku Ketum Forum Silaturahmi Mahasiswa Pendidikan Kimia (Fosmaki) mengatakan selama ini untuk berkegiatan mereka memperoleh dana dari ber­dikarya. “Seperti iuran pengu­rus dan mahasiswa, di sini juga ada bidang dana dan usaha yang mengkoordinir mahasiswa baru untuk peralatan­peralatan labo­ratorium seperti jas dan mask­er,” ungkapnya.

Produktif Meski Tak ResmiOleh Arif Sabarudin

Senada dengan Dani, Ari Wiranata (Pend. Matematika ’12), selaku Ketua umum Math-ematic Education Forum Ukhu-ah (MEDFU) mengungkapkan semua pendanaan kegiatan disiapkan mandiri dengan cara iuran dari pengurus. “Kalo ada event kami berusaha mencari link kerjasama dengan bebera­pa Perusahaan,” ujarnya.

Nurohim (PPKn’12) selaku ketum Forum Pendidikan Ke­warganegaraan (Fordika) men­gungkapkan untuk pendanaan mereka mengandalkan kas ma­hasiswa PPKn yang dikumpul­kan setiap sebulan sekali. “Kalau ada agenda besar biasanya kita

membuat proposal yang ditu­jukan ke alumni dan ke instansi pemerintahan,” paparnya.

Menanggapi hal itu, Muham­mad Fuad selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni mengungkapkan Hima sebaiknya membuat kegiatan seperti pembinaan jam belajar masyarakat, karena itu lebih terlihat nyata manfaatnya dan lebih relevan dengan maha­siswa FKIP. “Hima harus dapat membuat program yang ber­dampak lingkungan dan pendi­dikan. Harapannya prodi dapat memberikan gebrakan nyata yang tak hanya teori saja,” ung­kapnya.=

Page 6: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 20156KAMPUS IKAM

Pengaktivan Kembali Hima PertanianOleh Luvita Willya Hendri, Winda Septina

FP-Tek: Himpunan Mahasiswa Jurusan Tekhnologi Hasil Per­tanian (HMJ­THP) dan Persat­uan Mahasiswa Agroteknologi (Perma Agt) resmi aktif kembali pada 10 April lalu. Kedua him­punan mahasiswa ini sempat dibekukan karena dianggap melakukan pelanggaran tata pergaulan warga Unila berupa perploncoan atau kekerasan terhadap mahasiswa lain pada Medio tahun lalu.

Menurut Rendi Julian Sa­putra (Agroteknologi ’12) se­laku Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Pertanian (DPM FP) Universitas Lampung,

pembekuan kegiatan pada kedua Hima tersebut karena adanya miskomunikasi antara pihak mahasiswa, jurusan, dan dekanat. “Himanya tidak dibekukan, hanya kegiatannya saja yang dibekukan,” jelasnya.

Kini HMJ THP telah memilki Ketua Umum yang baru, Ma­hesa Reyhan Prayoga (THP ’12) yang terpilih pada Sabtu (23/5). Sebagai Ketua Umum baru HMJ THP Unila, Mahesa siap mengadakan beberapa kegiatan yang berkualitas di Himanya itu.

Sedangkan Perma AGT te­lah mengadakan kuliah umum,

(9/4) sebagai langkah awal keaktivannya. Untuk mence­gah hal yang sama terulang pihak DPM melakukan pema­ntauan lebih lanjut. DPM juga berencana membuat Standart Operation Program (SOP) pengkaderan dengan penga­turan serempak persatuan sistem pengkaderan.

Rendi mengaku merasa bangga keduanya dapat aktif kembali “Bisa mengharumkan nama pertanian dan Unila, dapat mendidik adik­adiknya menjadi lebih baik, dan hal­hal serupa tidak terjadi lagi,” harapannya.=

Unila-Tek: Sebanyak 18.342 calon mahasiswa mengiku­ti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SBMPTN) di panitia lokal Lampung (Panlok 27), Selasa (9/06). Dimana 6.840 orang diantaranya mengikuti ujian tulis Sains Teknologi (Saintek) yang terpusat di Universitas Lampung (Unila). Tahun ini jumlah pendaftar Unila yang masuk melalui jalur SBMPTN secara nasional berjum­lah 46.123 calon. Sebanyak 15.476 orang diantaranya menempatkan Unila sebagai pilihan pertama, 15.505 orang menempatkaan Unila sebagai pilihan kedua dan 15.142 orang menempatkan Unila pada posisi ketiga.

Tahun ini Jurusan Manaje­men, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila menempati posisi teratas sebagai jurusan yang paling digandrungi ta­

Peminat Unila MeningkatOleh Wawan Taryanto

hun ini. Jumlah pendaftar Ju­rusan Manajemen menembus angka 6.000 calon mahasiswa. Tak hanya itu, program studi baru seperti Teknik Informa­tika juga menunjukkan jumlah pendaftar yang mengejutkan. Karena tahun ini terdapat 1.200 pendaftar dengan kuota pene­rimaan yang hanya 12 kursi.

Musanif Alvian Revaldi (18), yang merupakan pe­serta lulusan Sekolah Mene­ngah Akhir (SMA) Kartikata­ma Metro mengaku memilih Unila sebagai pilihan ketiga. Ia beralasan tidak menja­dikan Unila pilihan pertama karena jurusan yang dike­hendaki orangtuanya tidak ada di Unila. Namun karena syarat pilihan harus ada dari wilayah I, maka ia pilih Unila. Dalam menghadapi SBMPTN ia mengaku bahwa pengawas dan panitia lokasi ujian ku­rang menyosialisasikan cara

pengisian lembar jawaban dan kurang teliti dalam pembagian soal, sehingga ada yang salah mendapatkan kode soal.

Muhammad Komarudin, se­laku Koordinator Hubungan Masyarakat SBMPTN men­gatakan, bahwa Unila yang dijadikan tempat untuk test mengalami kendala seperti adanya peserta yang keku­rangan berkas sehingga harus mengurus ke rektorat terlebih dahulu. Selain itu, ada peserta yang pingsan saat mengerja­kan soal sehingga membuat tim medis harus bekerja lebih sigap. Komar juga menam­bahkan keseluruhan pelaksa­naan SBMPTN berjalan lan­car, aman, tertib, terkendali dan terjauh dari hal­hal yang menciderai pelaksanaan ke­giatan ini. “Selanjutnya SB­MPTN akan diumumkan pada 9 Juli nanti”, ujarnya menutup pembi caraan.=

Membludak. Beberapa mobil parkir berjejer memakan badan jalan di seberang gedung dekanat teknik. Hal ini disebabkan parkir yang membludak di belakang rektorat. Foto dibidik Kamis (21/05).

Foto Luvita Willya Hendri

FKIP-Tek: Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris dan Magis­ter Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila mengadakan Seminar Nasional dan Temu Alumni Pendi­dikan Bahasa Inggris (SEMNASTA) 2015. Acara yang diselenggara­kan pada Sabtu, (23/5) di Aula K FKIP Unila tersebut dihadiri oleh lebih dari 140 alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unila.

Seminar yang membahas tentang keprofesionalan guru dalam pengajaran ini dihadiri oleh tiga pemateri inti, yaitu Siti Wachidah (Dosen UNJ), Bambang Setiyadi (Dosen Unila), dan Antoni Iswan­toro (Kepala MAN 1 Sukarame). M. Sukirlan selaku ketua pelaksa­na mengungkapkan bahwa acara ini bukan sekadar seminar sema­ta, tetapi juga sebagai ajang silaturahmi alumnus antar angkatan. “Tidak ada batasan dari angkatan berapa sampai berapa, semua alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Unila bisa ha­dir,” jelasnya.

“Saya ikut acara ini untuk mempererat tali silaturahmi antar alumnus yang kini sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia,” ujar Faizin (Pend. Bahasa Inggris ’97). Ina Mutmainah (Pend. Ba­hasa Inggris ’09) mengaku banyak mendapatkan materi tentang karakter profesionalitas pengajar yang dapat menambah wa­wasannya.=

Arsida in Action 2015

SEMNASTA, Pererat Ukhuwah

Oleh M. Ghufroni An’ars

Oleh M. Ghufroni An’ars

FKIP-Tek: Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (HMJ­PBS), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) menggelar acara bertajuk Arsida in Action 2015 di gedung F2 FKIP, Sabtu­Minggu (23­24/5). Ada berbagai perlombaan yang memeriah­kan acara tersebut, diantaranya pemilihan Duta Bahasa Unila, HMJ­PBS Got Talent, Cipta Puisi, Cipta Cerpen, serta Doodle yang juga diikuti oleh mahasiswa di luar Unila. Ardion Pandu Winata (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia ’14) selaku Ketua Angkatan Generasi Muda (Arsida) mengatakan bahwa tahun ini menjadi tahun ke­5 terselenggaranya acara tersebut.

Salah seorang peserta lomba Doodle, Mesia Wulan Adiputri (D3 Akuntansi Polinela ’14) mengaku antusias dengan diadakannya acara ini. “Kalau bisa diadakan terus setiap tahunnya, dan juga publikasinya dimaksimalkan lagi,” harapnya.

Reffky Reza Darmawan (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia ’13) se­laku Ketua Umum HMJ­PBS mengatakan bahwa Arsida in Action ini, menjadi tahun awal bagi para pemenang dari ajang pemilihan Duta Bahasa Unila yang dipandu oleh Kantor Bahasa Bandar Lampung un­tuk mengembangkan kemampuan berbahasa agar dapat maksimal dalam mengerjakan program kerja para duta bahasa. Risayanda (D3 Akuntansi ’13) pun terpilih sebagai Duta Bahasa Unila 2015.

Fajar Kurniasih (Pend. Bahasa Inggris ’12) sebagai Duta Bahasa Unila 2014 mengaku antusias dengan calon penerusnya. “Tahun ini Duta Bahasa akan dipandu langsung oleh Kantor Bahasa Bandar Lam­pung, jadi saya optimis program kerja Duta Bahasa Unila 2015 dapat terlaksana dengan maksimal,” ungkapnya.=

Unila-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa Zoom Unila menggelar pa meran foto “PASTA” (Photos About Some Taste) di Pendopo Beringin Unila. Acara yang diadakan selama tiga hari (10­12/6) merupakan pameran perdana angkatan bagi anggota baru ke­17 ZOOM. Menurut Ketua Pelaksana, Jerry Wandro Utama (Hukum ’14) pameran dengan tema kuliner ini bertujuan untuk mem­perkenalkan kuliner yang ada di Lampung sekaligus sebagai syarat merekrut anggota baru UKM Zoom.

Pameran wajib tiap tahun ini diikuti oleh sembilan orang ang­gota baru dengan penilaian terhadap karyanya dilakukan melalui kotak kritik saran dari para pengunjung. Ketua Umum UKM Zoom, Ade Putri Damayanti (Sosiologi ’12) berharap ke depan akan lebih baik dan mengalami peningkatan di bidang fotografi.

Salah satu pengunjung pameran, Erik Jonathan Sinaga (Pen­didikan Ekonomi ’13) mengatakan pameran tersebut menarik karena dapat menambah wawasan tentang cara mengambil foto, namun menurutnya foto yang dipamerkan kurang menarik. Ia ber­harap acara seperti ini bisa dilanjut dan diperbaiki sehingga bisa berjalan lebih baik.=

Kenali Rasa Lewat FotoOleh Luvita Willya Hendri

Page 7: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 2015 7ZONA AKTIVIS

Berbagai cara banyak dilakukan para maha­siswa untuk menunju­

kan kepedulian pada keseha­tan jasmani maupun rohani. Pemberdayaan insan yang kuat jasmani dan rohani pun men­jadi modal daya juang mereka. PIKM­RAYA Unila adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Lampung yang fokus di bidang tersebut.

Dua suku kata dalam nama PIKM­RAYA Unila memiliki dua kepanjangan. PIKM ada­lah Pusat Informasi dan Kon­seling Mahasiswa. RAYA ada­lah Respect and Advocation Youth Association. Lembaga

Oleh Yola Septika

Oleh Enindita Prastiwi

PergULatan dan pergaulan seni

PIKM-RAYA:peduli kesehatan pemuda

mahasiswa tingkat universitas ini mendapat dukungan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) dan Unila.

Organisasi yang berdiri sejak 22 Maret 2013 kini di nahkodai oleh Satya Wira tamas Riangga. Mahasiswa Fakultas Hukum Unila ini tak menyangka jika pertemuannya dengan Mu­hammad Zaini (Teknik Pertani­an ’11), Ketua Umum sebelum­nya di Forum Anak Lampung akan memba ngkitkan kembali sinar PIKM­RAYA yang sempat redup.

UKM ini berkontribusi aktif melalui pembinaan konseling,

menemukan solusi atas masalah yang dialami, dan mem­berikan pengeta­huan tentang Triad KRR (Kesehatan Reproduksi Rema­ja). Triad merupa­kan tiga masalah yang kerap diha­

dapi remaja saat ini yaitu, sex bebas, narkotika, psikotropika, dan zat aditif (Napza), serta HIV/AIDS. Sedang KRR mem-bahas penundaan usia kawin muda, serta memahami fungsi keluarga dan kesehatan re­produksi. Masih banyak ma­hasiswa yang acuh terhadap masalah ini. Satya mengatakan bahwa pengidap HIV/AIDS bu-kan untuk dijauhi melainkan harus tetap dirangkul.

Pasang surut dinamika or­ganisasi pun sudah mereka lalui. Tepat tanggal 9 Mei 2015 PIKM­RAYA kembali bangk­it mencapai visi dan misinya. PIKM­RAYA berusaha menca­

pai tujuan untuk mewujud­kan pemahaman masyarakat tentang bahaya masalah Triad KRR. UKM yang kini memiliki sekretariat di belakang Rusu­nawa Unila mendapat ban­tuan dari BkkbN berupa lap­top, proyektor dan LCD. Satya menambahkan kemungkinan awal bulan Juni atau sebelum bulan Ramadhan Surat Kepu­tusan Rektor Unila sudah kel­uar. Sehingga UKM ini dapat menjalankan semua program kerja yang telah disusun secara konkret.

Dalam proses perekrutan anggota, tidak ada persyaratan khusus asalkan mahasiswa tersebut berkompeten dan paham tentang PIK. Saat ini, anggota dan pengurusnya ku­rang lebih ada 15 orang. UKM ini juga mengembangkan program Generasi Berencana (GenRe). Program ini bertujuan untuk menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi para remaja dalam hal pendidikan, berkarir,

pekerjaan dan siklus kesehatan reproduksi.

Prestasi gemilang pun turut mewarnai roda kehidupan or­ganisasi ini. Juara 1 Duta Ma­hasiswa GenRe Putra Tingkat Provinsi Lampung 2014. 10 besar Duta Mahasiswa GenRe Tingkat Nasional 2014. Juara Duta Persahabatan Tingkat Nasional 2014. Pada Oktober 2014, PIKM­RAYA meraih juara 1 PIK seprovinsi Lampung. Kemudian mewakili PIKM­RAYA Unila ke jambore nasion­al di Lembang, Bandung. Juara harapan 1 yel­yel GenRe pada jambore PIK Nasional 2014.

Kedepannya PIKM­RAYA akan mengadakan kegiatan seminar, kampanye, gerakan 1000 tanda tangan mahasiswa Unila menolak kawin muda, memperingati hari AIDS sedu­nia, jambore provinsi dan na­sional dan GenRe action. GenRe action adalah cara sosialisasi PIKM­RAYA memperkenalkan tentang Triad KRR.=

Dok

.

Sastra atau pun teater bukan sekedar sebuah pementasan karya seni

semata, namun lebih dalam dan jauh lagi, yaitu sebagai salah satu media untuk men­capai pengetahuan tertinggi. Keduannya sebagai jalan, se­bagai disiplin hidup bagi para penggiatnya. Komunitas Ber­

kat Yakin (KoBER) yang berdi­ri pada 26 Mei 2002 menjadi media penyalur obsesi artistik para penggiat seni di Lam­pung.

Penggagasnya adalah Ari Pa­hala Hutabarat, ia merupakan alumni Teater Kurusetra Unit Kegiatan Mahasiswa Budaya dan Seni (UKMBS) Universitas

Lampung. Format komuni­tas sejak awal dipilih karena dianggap longgar, dan lebih mengutamakan kekeluargaan, sehingga memungkinkan sia­pa pun untuk turut terlibat, baik alumnus UKMBS Unila atau siapa pun yang sejalan dengan visi dan misi KoBER.

KoBER juga membuka kes­

empatan yang luas untuk me­masuki arena pergulatan dan pergaulan kesenian, baik tra­disi atau modern serta medan artistik, dalam pengertian sel­uas yang bisa dirambah, den­gan teater dan sastra sebagai basis utamanya.

Beralamat di Jl. Purnaw­irawan Gg. Swadaya 10, Gunung Terang, Bandarlam­pung, KoBER rutin menggelar p elatihan menulis (creative writting) setiap Rabu dan Sab­tu.

Berlatih menulis menurut Alexander GB tak hanya dipe­runtukkan bagi yang mencin­tainya saja. Urgensi menulis beralasan karena dengan menulis orang dapat merunut gagasan dalam hidupnya.

“Menulis kami anggap penting karena bisa menjadi metode untuk memperbaiki sistem penalaran atau logika pemikiran anggota KoBER dan siapapun yang turut terlibat kelas menulis,” kata Pelaksana Harian KoBER itu. Selain itu, menulis bertujuan untuk pem­berdayaan diri.

KoBER memiliki dua bidang kerja, yaitu Bidang Pertunju­kan dan Bidang Pendidikan dan Pelatihan. Setiap tahunnya

komunitas yang bekerjasama dengan berbagai komunitas teater yang ada di Indonesia ini memproduksi pertunju­kan, baik dalam rangka studi keaktoran maupun sosialisasi gagasan artistik KoBER.

Dengan memanfaatkan ge­dung Kominte Nasional Pemu­da Indosesia (KNPI) Bandarla­mpung, KoBER rutin berlatih teater tiap Kamis dan Minggu.

Pementasan Nyanyian Ang­sa karya Anton Chekov yang disutradarai Iswadi Pratama adalah pementasan perta­ma KoBER yang dihelat di halaman sekretariat Aliansi Jurnalisme Independen (AJI) Lampung, pada 2002. Sederet pementasan teater diseleng­garakan KoBER sendiri mau­pun berkobalorasi dengan kelompok seni lain. Pada 2004, KoBER mementaskan Inspek­torat Jendral. Tahun 2014 Ko­BER mementaskan Pinangan, Wu Wei, dan Pada Suatu Hari.

Selain pemantasan teater, KoBER melalui Lampung Liter­atur menggelar banyak work­shop dan pelatihan menulis antara lain, prosa, puisi, esei, opini, pengembangan diri, penerbitan jurnal dan buku­buku teater dan sastra.=

Dok

.

Komunitas

Komunitas Berkat Yakin:

Page 8: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 20158REPORTASE KHUSUS

Sejak berdiri pada 2007 lalu, gedung empat lan­tai yang terletak di ujung

areal kampus Unila itu kini tampak tak terawat. Gedung dengan cat krem itu mulai mengelupas. Peraturan yang melarang penggunaan alas kaki ke lantai atas rusun tidak diindahkan oleh mahasiswa, membuat kotor lantai berkera­mik putih itu. Tetesan air dari plafon sering terasa jatuh ke kepala di beberapa area lantai dasar karena air yang merem­bes. Sampah berserakan pun menjadi pemandangan yang mudah ditemukan. Saat me­nengok belakang gedung ini, terlihat sampah­sampah yang mengendap di dalam selokan. Mulai dari sampah plastik, lim­bah sabun serta sisa makanan bercampur menjadi satu menyebabkan bau busuk yang menyengat.

Saat berjalan menyusuri tangga ke lantai satu hingga empat, di depan kamar terli­hat sampah sisa makanan dan kertas yang berserakan. Areal pintu kamar pun dibuat becek akibat air yang menetes dari jemuran mahasiswa. Setiap lantai di Rusunawa dilengkapi empat toilet, tetapi hanya dua yang bisa digunakan. Itupun tidak bisa dikatakan berfungsi secara baik karena kail pen­gunci beberapa pintu kamar mandi rusak bahkan ada yang tidak dilengkapi dengan pin­tu. Kesan tak terawat kamar mandi pun terlihat jelas kala melihat genangan air di kamar mandi dan sawang di plafon kamar mandinya. Shower un­tuk mandi pun banyak yang rusak. Beberapa kamar mandi pun sudah ditutup.

Tak hanya kamar mandi, ka­mar yang ditempati Bayu Dir­gantara (Ilmu Komunikasi ’14) pun jauh dari kata layak. Ka­marnya yang berada di lantai dua dekat kamar mandi, sejak awal semester genap lalu air

terus merembes dari plafon­nya. “Tadinya nggak apa-apa. Tapi sejak semester dua ini udah bocor. Sekitar dua meter bocornya,” ungkap Bayu. Lain Bayu, lain Yayan. Lantai kamar yang ditempati Mahasiswa Ilmu Pemerintahan 2014 itu hampir 60 persen rusak dan lepas. “Ini sudah dari perta­ma kali saya tempatin. Lantai yang rusak banyak seperti ini pasti menggangu. Sudah

sempat melaporkan tapi yang dibenarkan hanya pintu kamar saja, dan untuk keramik lantai yang rusak ini belum ada ke­lanjutannya,” keluhnya. Koran dan banner bekas pun menjadi solusi menutup lantainya.

Perbaikan Tak OptimalMeski sudah beberapa kali

diperbaiki, namun hasilnya tak dirasa optimal oleh maha­siswa. Winanti Puspa (Agrib­isnis ‘12) yang telah tiga tahun

menghuni rusunawa menga­ku bahwa selama ia tinggal di Rusunawa baru tahun ini ada perbaikan di semester perta­ma. “Renovasinnya nggak mak­simal, pintunya ada, tapi masih ada yang bisa ketutup sendiri,” ungkapnya.

Tak nyaman dengan lam­pu kamar yang ditempatinya mati sejak satu bulan yang lalu, Wahyudi (D3 Perkebunan ‘14) akhirnya memutuskan untuk membeli terminal dan me­rakitnnya sendiri. Meski sem­pat melapor dan telah diben­ahi, tapi dua hari setelahnnya lampu rusak kembali. Tak han­ya itu, ketidakoptimalan dalam perbaikan toilet diungkapkan Aprian (Teknik Pertanian ’12). “Kamar mandi yang bisa di­gunkan cuma dua. Kalau pagi dari jam 6 sampai 7 itu saat penuh­penuhnnya, jadi kita ha­rus mengantri dulu,” ujar nya. Menurutnya, setelah maha­siswa 2013 menempati, tidak ada pembaharuan yang dilaku­kan. Meski sempat didata ke­rusakan yang dialami pe nghuni Rusun, tetap tak kunjung ada realisasinnya. Mahasiswa Bidik Misi yang menghuni Rusuna­wa harus membayar 1,8 juta per tahunnya dan menempati kamar ukuran 4x5 meter yang harus ditinggali oleh empat orang. Hal ini menurut Aprian sangat tak sebanding dengan

jumlah yang harus dibayar seluruh mahasiswa yang ada.

Lemahnya Keamanan Rusunawa

Lokasi yang letaknya cu kup jauh dari fakultas­fakultas, membuat beberapa penghuni Rusunawa memutuskan un­tuk memboyong kendaraan roda duanya ke Rusun. Beber­apa motor dan sepeda terlihat parkir di lantai dasar. Namun demikian, satu orang Satpam nampaknya tak cukup menjaga keamanan di Rusu­nawa. Penghuninya sering mengalami kehilangan. Tak ha nya kehilangan Handpone dan Lap­top, belum lama ini juga terjadi pencuri­an sepeda motor milik mahasiswa D3 Perkebunan, Ronot Sianturi. Motor Hon­da Beat yang belum memiliki nomor polisi raib dibawa pencuri Sampai saat ini belum ada perkembangan mes­ki sudah melapor ke Satpam dan Polsek Kedaton. Ia menge­luhkan Satpam yang kurang bertanggung jawab menjaga kea­manan Rusun. “Sat­pam kalau tengah

malam sudah pindah kamar. Portalnya lebih tepat wak­tu lagi, agar orang luar kalau masuk tidak semena­mena,” ujarnya.

Sebelum Ranot, Wahyudi (D3 Perkebunan ’14) juga mengala­mi hal serupa. Pagi itu, seki­tar pukul enam pagi setelah bangun dan berniat mencuci motor, betapa terkejutnya Wa­hyudi karna motor Jupiter MZ dengan BE 3446WF tak lagi nampak di tempat parkir. “Ka­lau bisa dibuatkan kartu rusun bagi mahasiswa yang tinggal di sini. Satpam juga diketatin lagi,” ujarnya berharap.

Bukan hanya kendaraan, Pi­tono Adiputra (D3 Perkebunan ’14) dan Hizbulloh (D3 Perke­bunan ‘14) mengaku telah ke­hilangan Laptop yang diting­galkan di dalam kamar. “Saat itu sedang ditinggal kuliah satu hari penuh, pas pulang jam lima laptop saya sudah tidak ada, sudah tiga minggu yang lalu,” jelas Pitono. Dari dua laptop yang ada dalam lemari, hanya miliknya yang hilang. Laptop Hizbulloh yang baru dua bulan ia miliki pun raib April lalu. Saat pulang kuliah pukul 17.00 WIB, ia mendapati kunci lemari kamarnya rusak. Benar saja, laptop barunya telah dicuri. ”Bukti tidak ada. Dugaan ada, orang dalam yang mengambil rasanya,” tebak Hizbulloh.

Menanggapi hal ini, Syafei se­

Oleh Retnoningayu Janji Utami

RUSUNAWA

Dibangun sebagai tempat pembinaan mahasiswa, kondisi Rusunawa kini jauh dari konsep awal yang ditawarkan. Fasil-itas, sarana dan prasa-rananya semakin dikeluh-kan mahasiswa.

Potret bangunan bagian dalam Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa) Universitas Lampung. Terlihat cat yang telah terkelupas dan memudar, ditambah tidak terdapat tempat menjemur pakaian yang memadai sehing-ga mahasiswa banyak menggantung pakaian sembarangan membuat Rusunawa menjadi tampak kurang

terawat. Foto dibidik Selasa (19/05).

Riwayatmu Kini

Keramik di lantai dua Rusunawa mengalami kerusakan dan tampak air yang menggenang di dalam retakannya. Foto dibidik Selasa (19/05).

“Rusunawa jika untuk sekedar

tempat tinggal untuk apa, rusunawa

untuk pembinaan kemahasiswaan baru

bermanfaat”

M. Toha B Sampurna Jaya

Page 9: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 2015 9REPORTASE KHUSUSlaku Kepala Satpam Unila me­nilai rentetan kehilangan terse­but bukan kesalahan Satpam semata. Perangkat kemamanan yang kurang memadai serta peraturan yang kurang jelas dianggap menjadi penyebabn­ya. “Jam 12 tepat harus di tut­upportalnya, tapi gemboknnya tidak ada. Seperti juga orang­orang yang bukan Rusunawa ti­dak jelas atu rannya. Setiap ke­jadian selalu menyorot Satpam, tapi tidak pernah menciptakan kemanan sendiri,” ujarnya. Ia juga berharap ada penamba­han personil dan pos Satpam dekat portal masuk Rusunawa yang dilengkapi CCTV agar bisa dipantau langsung. “Keamanan itu bukan hanya ditangan Sat­pam, tapi ditangan kita semua,” ujarnya saat ditemui di pos Sat­pam utama.

Tak Ada KoordinasiTahun ini, Denny Hellen

Prayoga (D3 Perkebunan ’14) dipilih sebagai RW un­tuk wilayah kamar bagian laki­laki. Sebagai RW dirinya mengatakan bahwa memang tidak ada jadwal khusus untuk bersih­bersih. “Lihat kondi­si saja, kalau kotor banget biasanya kita bersih­bersih bareng,” terangnya.

Tak mau tinggal diam atas keluhan mahasiswa. Pada Ma­ret lalu, dirinya telah melaku­kan pendataan seperti keru­sakan lampu, meja, pintu, dan kunci kamar ataupun lemari. Namun demikian, tetap tak ada tindakan. Denny merasa selama ini tidak ada koordina­si langsung dengan pengelola Rusunawa. Suarno Sadar, ber­dasarkan Surat Keputusan (SK) adalah koordinator Rusunawa terplih. Namun saat beberapa kali dimintai tanggapan dan in­formasi terkait keadaan Rusu­nawa, ia menolak memberikan komentarnya dengan alasan tak mempunyai kapasitas kare­na SK yang belum diperpan­jang.

Konsep AwalRusunawa dibangun atas

usulan Anshori Djausal (Wakil Rektor IV) dan M.Toha B Sam-purna Jaya (Wakil Rektor III) kepada Kementrian Perumah­an Rakyat (Kemenpera) pada 2006. Rusunawa yang ram­pung dibangun pada 2007 ini, termasuk program student welfare (Asrama, Poliklinik, serta Beasiswa) y ang dibangun untuk pembinaan kemaha­siswaan. “Rusunawa jika untuk sekedar tempat tinggal untuk apa, Rusunawa untuk pembi­naan kemahasiswaan baru ber­manfaat,” ujar M. Toha.

Konsep awal yang ditawar­kan saat itu adalah diiadakan­nya koperasi, fotokopi, tem­pat diskusi mahasiswa, dan kegiatan UKM lainnya. Hal ini diharapkan agar soft skill

mahasiwa selama di Rusun berkembang dan semakin tera­sah. Dahulu mahasiswa hanya diperbolehkan tinggal selama 11 bulan saja, waktu satu bu­lan yang tersisa digunakan un­tuk perbaikan bagi penghuni selanjutnya. Tetapi sekarang mahasiswa dibolehkan tinggal lebih dari satu tahun. Ia per­

caya bahwa Rusunawa akan menjadi lebih baik jika dijaga. “Dana yang berasal dari dana kemahasiswaan harus kembali lagi kepada mahasiswa. Meme­liharanya, harus dianggarkan dari dana yang dibayarkan ma­hasiswa itu,” terangnya.

Rencana PerbaikanTahun ini, dana APBN sebe­

sar 800 juta rupiah siap dige­lontorkan pemerintah pusat untuk perbaikan Rusunawa Unila. Perbaikan dikonsen­trasikan pada pembangunan gedung, perbaikan kamar man­di, lantai yang retak, kamar yang merembes, lampu, kunci kamar hingga pos Satpam un­tuk meningkatkan keamanan Rusunawa.

Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan yang diwaki­li oleh Badrul Huda (Humas Unila) mengatakan bahwa per­

Foto-Foto Luvita WH

Resensi

baikan ini sempat mengalami kendala karena perpindahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemedikbud) ke Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ke­menristekdikti). Ia beralasan dana sebelumnnya memang tidak besar untuk perbaikan. Menyinggung tak adanya fasilitas tempat menjemur pakaian, Badrul mengatakan bahwa hal ini juga telah men­jadi komitmen Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan untuk memfasilitasinya. “Akan ada dua alternatif yaitu di be­lakang Rusunawa, tepat di depan beberapa UKM­U dan yang kedua di atas balkon. Kita akan perbaiki dan penge­lolaan akan dimaksimalkan,” tegasnya.

Prof. Jhon Hendri (Wakil Rektor Bidang Perencanaaan ,Kerjasama,Teknologi Infor­masi dan Komunikasi) men­gatakan bawa perbaikan ini me rupakan bagian dari pe­rawatan. “Itu hanya untuk perbaikan fasilitas, bukan per­tambahan pembangunan ge­dung. Kita ingin memperbaiki fasi litas yang utility dalam bentuk perawatan,” terangnya. Dirinya juga berharap dapat menambah dua sampai em­pat Rusu nawa. “Visi kita siap untuk menerima mahasiswa asing, jadi harus ada dormi­torinnya. Mengenai biaya, ren­cana rusunawa yang baru ini akan disesuaikan. Kita lihat kemungkinan­kemungkinan yang tidak membebani maha­siswa dan institusi,” ujarnya mengakhiri.=

Menjadi seorang yang hebat haruslah menja­di pusat perhatian, menjadi seorang yang menarik haruslah seorang yang mudah ber­

gaul. Dunia ini menunjukkan dengan begitu dramatis cara setiap orang menilai orang lain bahkan diri me­reka sendiri, bahwa hidup sebagai seorang ektrovert adalah kehidupan yang paling ideal.

Para ekstrovert merupakan orang­orang dengan kepribadian yang berorientasi pada popularitas diri, mereka dinilai begitu menarik, karena mampu de­ngan mudah berasismilasi dengan lingkungan mana­pun, begitu mudah untuk berteman, dan tak pernah membosankan.

Di dunia yang mengagungkan pribadi ekstrovert ini, secara sadar atau tidak kita menyisihkan para introvert atau orang­orang yang cenderung pendiam dan memilih untuk menjauhi keramaian atau sering mereka anggap sebagai suatu kegaduhan yang mem­buat mereka tak nyaman. Lewat bukunya “Quiet: The Power of Introverts in A World That Can’t Stop Talking” Susan Cain seorang pengacara dan konsultan hukum yang juga seorang introvert mencoba untuk mengu­bah standar penilaian tersebut.

Quiet menunjukkan kepada pembaca, bias tentang introvert yang sebenarnya. Sekolah, tempat kerja, dan institut keagamaan memang didesain untuk para ekstrovert, dan karena itu para introvert merasa ada yang salah dengan diri mereka. Bias penilaian ini akhirnya berdampak pada pembunuhan kreativitas para introvert, mengubur secara paksa talenta yang dimiliki para introvert, bahkan kebahagiaan karena mereka dituntut untuk melakukan sesuatu dengan cara yang sulit untuk mereka lakukan.

Buku yang terbit sejak 2012 ini ditulis berdasar­kan penelitian tentang kekuatan yang dimiliki para introvert yang Susan lakukan selama lima tahun. Di awal bab melalui cerita dari Dale Carnagey, seorang anak petani intovert yang bermetamorfosa menjadi seorang public speaker. Kisah Dale itu menjadi awal kebangkitan dari kehidupan ekstrovert yang ideal.

Buku yang mendapatkan banyak penghargaan sep­erti New York Times Bestseller ini menjelaskan men­genai kepribadian introvert yang lebih mendalam, penyuka berkarya dan berpikir.

Buku yang sudah diterjemahkan lebih dari tiga pu­luh bahasa ini memberikan penyadaran kepada para pembaca bahwa seorang introvert dapat menjadi se­oarang pemimpin yang lebih baik dari pada seorang ekstrovert.

Buku nonfiksi ini berisi pengalaman orang-orang yang Susan temui, kemasan cerita pendek yang ditu­lis perbab mungkin akan membuat pembaca menik­mati kisah tentang para introvert tersebut, namun di lain sisi hal ini akan menjadi menjemukan bagi pem­baca yang cenderung ingin cepat mengambil poin dari buku ini.=

Melawan Dunia yang Tidak Bisa Diam

Judul buku : Quiet: The Power of Introvert in A World that Can’t Stop Talking

Penulis : Susan Cain

Penerbit : Crown

Tebal Buku : 352 halaman

Harga : U.S $16.00

Oleh Riska Martina

“Kita akan perbaiki dan

pengelolaan akan dimaksimalkan”

Badrul Huda

Beberapa keramik terlepas dan rusak dari permukaan lantai salah satu kamar penghuni Rusunawa lantai dua sehingga membuat lantai kamar menjadi berlubang. Foto dibidik Selasa (19/05)

Page 10: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 201510LIPUTAN KHUSUS

Oleh Rika Andriani

Aklamasi, Sinyal Buruk Dinamika Mahasiswa

Sore itu, Jumat 29 Mei hu­jan baru saja reda, ketika para mahasiswa yang ter­

gabung dalam Panitia Khusus Pemilihan Raya (Pansus Pemi­ra) Universitas Lampung 2015 mulai menata kursi­kursi plas­tik berwarna biru di tenda yang sudah berdiri di belakang Grha Kemahasiswaan Unila. Ada dua tenda yang didirikan disana, yang satu untuk meletakan kursi plastik, satunya lagi ten­da panggung yang sudah diisi dengan dua kursi plastik dan dua kursi rotan yang akan di­gunakan untuk tempat duduk Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa terpilih 2015­2016.

Satu­satu mahasiswa mu­lai datang dan duduk di kur­si­kursi yang disediakan Pan­sus. Dialog publik pun dimulai, Bambang Irawan (Administrasi Negara ’11) dan Deni Yuniardi (P. Bahasa Indonesia dan Sas­tra ’11) pun naik ke panggung setinggi setengah meter itu. Keduanya menyerukan jargon “Hidup Mahasiswa!” dan di­balas oleh seluruh mahasiswa lainnya.

Bambang kini telah terpilih sebagai Presiden Mahasiswa Unila, menggandeng Deni se­bagai wakilnya untuk kepengu­rusan Badan Eksekutif Maha­siswa Unila (BEM U) setahun ke depan. Selain penyampaian visi­misi, pasangan Presma dan wakilnya itu melakukan tanya jawab dengan kurang lebih 50 mahasiswa yang datang dari sekitar 25 ribu mahasiswa Unila.

Berdasarkan jadwal yang dibuat Pansus saat sosialisa­si Pemira, hari itu seharusnya merupakan hari penetapan hasil Pemira yang seharusnya diadakan pada 28 Mei lalu. Na­mun, Pansus dengan kecewa harus mengubah agenda yang sudah mereka tetapkan terse­but, karena pesta demokrasi bagi mahasiswa Unila kembali gagal digelar. Dua tahun ber­turut­turut terjadi aklamasi untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa.

Hal ini tentu sangat disay­angkan oleh banyak pihak, ter­masuk Bambang yang merasa kehilangan proses demokrasi

yang ia harapkan ada pertem­puran politik di dalamnya. Meski tak dipungkiri diri­nya memang senang karena mendapat kesempatan untuk memimpin BEM U setahun ke depan.

Mengetahui Unila kembali aklamasi, Mantan Ketua Umum Senat Mahasiswa Unila periode 1993­1994 pun angkat bicara. Menurut Habibullah Jimad, Pemira memberikan pembe­lajaran kepada mahasiswa tentang dunia demokrasi. Ter­jadinya aklamasi tidak sehat untuk kehidupan berdemokra­si. Ia menyarankan Pansus melakukan evaluasi. “Mengapa saat pendaftaran dari delapan pasangan Presma dan Wakil Presma yang mengambil ber­kas, hanya satu yang mengem­balikan berkas. Apakah krite­rianya yang terlalu berat, atau waktu yang terlalu sempit, atau ada faktor­faktor lain,” ujarnya.

Ia juga menilai aklamasi yang terjadi karena kinerja BEM U yang lalu belum optimal, belum bisa menggerakkan partisipasi mahasiswa Unila. Habibullah juga berharap Presma terpi­lih harus sering melakukan dialog dengan mahasiswa. Supaya mengerti kebutuhan mahasiswa saat ini, dan mem­fasilitasi apa yang dibutuhkan mahasiswa. Dedy Hermawan selaku Dosen Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila juga menyayangkan ter­jadinya aklamasi, ia menilai salah satu faktor penyebab ak­lamasi secara berturut­turut karena adanya kekecewaaan atau ketidakpercayaan dari sebagian mahasiswa terhadap sistem yang ada, sehingga me­reka memilih untuk tidak ikut di dalam Pemira. Ia memban­dingkan kondisi saat ini den­gan dinamika Unila beberapa tahun lalu yang sangat tinggi dan direpresentasikan oleh be­ragam sikap politik yang ber­beda atau warna politik yang berbeda, contohnya HMI, PMII, KAMMI dan kekuatan yang lain.

Menurutnya hal itu merupa­kan kemunduran yang dapat merusak dinamika mahasiswa. “Presiden lewat aklamasi se­cara politik dapat diakui karena sesuai dengan konstitusi. Tapi secara sosial kita tidak tahu seluruh mahasiswa mengakui atau tidak. Yang kita harapkan adanya legitimasi dari seluruh elemen mahasiswa, itu baru bagus,” katanya.

Ahmad Khairudin Syam (Ilmu Komputer ’10) yang ma­sih menjabat Presiden BEM U pun sepakat aklamasi me­rupakan suatu kemunduran. Menurutnya pihak yang tidak mencalonkan diri mungkin merasa lawannya nanti akan

berat, sehingga memang tidak siap. “Masalahnya bukan akla­masinya, yang penting dia mau kerja atau enggak. Banyak loh Gubernur BEM yang terpilih lewat cara pemilihan tapi gak ada kerja, ikut aksi gak pernah, kerjaannya cuma nongkrong dengan dekan,” ujarnya.

Kekecewaan terhadap ker­ja Pansus juga dirasakan oleh Ahmad Naufal A. Gaya (Ilmu Komunikasi ’14) yang tak jadi mencalonkan diri sebagai calon wakil Presma.

“Saya baru tahu Pemira ke­tika hari pertama pembukaan pendaftaran. Saya merasa be­rat untuk melengkapi berkas dengan hanya waktu seming­gu,” jelas Naufal. Menurutnya KTM terkadang tidak efektif. “Terkadang yang punya KTM tidak tahu kalau KTM nya difo­tokopi untuk Pemira oleh para tim sukses,” keluhnya.

Menanggapi berbagai kelu­han terhadap kerja­kerjanya, Pansus yang diwakili Tri Band­rio (T. Mesin ’13) selaku Ketua Pansus mengatakan aklamasi sampai terjadi kembali kare­na semangat mahasiswa Unila untuk berpolitik di kampus mulai menurun, khususnya untuk calon Presma. Menurut­nya kerja Pansus yang ia ketuai kali ini telah maksimal, mulai dari media cetak hingga media sosial.=

WAWANCARA KHUSUS

Dua tahun berturut-turut Presiden Mahasiswa Universitas Lampung terpilih secara aklamasi, banyak faktor yang menyebabkan aklamasi kembali terjadi. Hal ini menjadi sinyal buruk bagi dinamika pergerakan mahasiswa.

Gagalnya perhelatan pesta demokrasi di Unila dua tahun ber­

turut­turut, menimbulkan banyak pertanyaan, apa penye­babnya. Aklamasi kali ini mem­bawa Bambang Irawan muncul sebagai Presiden Mahasiswa terpilih. Jelas hal tersebut juga menjadi tantangan klise bagi Bambang untuk menyele­saikannya. Reporter Teknokra Rika Andriani melakukan wawancara dengan Presma terpilih pada Rabu, (27/5) un­tuk mengetahui tanggapannya.

Bagaimana perasaan Anda terpilih menjadi Presma se-cara aklamasi?

Terpilih menjadi presiden, yang penting bukan perasaan senangnya. Tapi ada tanggung jawab besar yang harus saya bawa nantinya.

Apa tanggapan Anda ketika dibilang melegitimasi diri sendiri?Saya tidak takut dibilang me­ligitimasi diri sendiri. Karena saya tidak serta merta menja­di Presma, karena ada proses yang berjalan. Saya mendaftar sesuai prosedur.

Bagaimana menurut Anda demokrasi di Unila saat ini?Demokrasi di Unila dari ta­hun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Kare­

na in dikator dari demokrasi ruhnya adalah dipilih secara langsung. Namun, tetap adanya mu syawarah mufakat. Namun, dua tahun terakhir terjadi akla­masi. Menurut saya ini sebuah penurunan.

Apa yang menjadi masalah terberat yang mengancam pergerakan mahasiswa saat ini?Menurut saya, salah satu ma­salah adalah peraturan masa studi lima tahun. Kemudian proses akademik yang terlalu mengekang. Gaya hidup yang hedonisme. Namun, semua itu kembali lagi ke manaje­men waktu masing­masing personal.

Apa solusi Anda menanggapi masalah tersebut?Visi misi kami adalah gerakan baru untuk Lampung dan In­donesia. Gerakan kami akan berbasis kajian strategis, ber­basis media, dan berbasis mas­

Bambang Irawan :“Saya Tidak Serta Merta Menjadi Presma”

sa. Dari segi kajian strategis, BEM U hanya sebagai fasilita­tor. Nanti kami cari profesor dan mahasiswa yang memiliki ide dan gagasan untuk diek­splor. Media akan dimasifkan lagi, bukan hanya pemberi­taan saja, tetapi lebih ke cara pembangun an sistem. Kami akan mencoba mengajak pihak rektorat untuk mengaktifkan webomatriks untuk seluruh UKM yang ada di Unila. BEM U akan mem­fasilitasi hal itu, baik dari segi bagaimana membuat web yang bagus dan lain­lain. Kita akan se­bar kor isu, lewat analisis perma­salahan perlini supaya lebih menjaring masa yang lebih ba­nyak.

Apa harapan

Anda untuk kepemimpinan BEM U selanjutnya?BEM U akan menjadi gerakan yang sifatnya membangun, mengkritisi, dan akan lebih

menggigit lagi. Baik dari segi jaringan

yang kuat dan kokoh, kekelu­argaan terjaga, dan gerakan yang lebih kuat

lagi.=

Dok.

Page 11: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 2015 11INOVASI

Iklan

Setiap harinya, sampah buangan manusia sema­kin bertambah. Tempat

pembuangan yang masih be­lum memadai mempunyai ma­salah tersendiri dan menim­bulkan berbagai bibit penya­kit. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan bahkan tidak jarang yang membuangnya ke sungai dann laut. Sampah yang hanyut di sungai maupun di laut sering kali meresahkan karena adanya dampak negatif yang akan ditimbulkan. Sep­erti laut di Pulau Pasaran dan sungai­sungai yang ada di kota Bandar Lampung, sampah yang ada di sepanjang sungai dan tepian laut membuat ke­resahan bagi warga sekitar, keresahan itulah yang mem­buat Dosen Teknik Elektro untuk membuat sebuah tero­bosan berbasis ekonomis.

Sri Ratna Sulastri mengusul­kan dua mahasiswa bimbin­gannya untuk dapat membuat alat yang dapat mengambil sampah­sampah di sungai sebagai tugas akhir. Mera­sa diberi amanah, Muham­mad Jerry dan Yudi Eka Putra bertekad untuk mencari tahu tugas yang dimaksud sang dosen. Banyak literatur yang mereka temukan, namun yang paling menarik bagi mere­ka adalah kapal pengangkut sampah di India. Cara kerja , desain dan perakitan yang se­derhana namun menarik dan

Oleh Wawan Taryanto

fungsional menjadi salah satu pertimbangan untuk mere­ka. Tak mau bergantung pada literatur, kedua Mahasiswa Teknik elektro 2010 tersebut membuat kapal pengangkut sampah yang lebih modern dengan kemampuan pengang­kutan lebih baik.

Untuk mendapatkan dana, Yudi dan Jerry membuat kelompok dari teman ang­katannya di jurusan Teknik Elektro. Kelompok yang ter­diri dari Muhammad Jerry, Yudi Eka Putra dan Andri Gu­nawan kemudian mengajukan proposal ke dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) tahun 2014. Mereka mena­makan projek mereka sebagai Monstrolibo, yakni akronim

dari Monster of River and Lit-ter Roboboat, sesuai dengan fungsinya untuk mengang­kut sampah di sungai secara otomatis.

Sri Ratna Sulastri, dan Kusmiyanto yang juga penjaga laboratorium turut ikut andil dalam design perancangan kapal. Dalam sebulan badan kapal berbentuk boat den­gan ukuran 100x60 cm yang terbuat dari tripleks berlapis resin dan bercatkan cat kapal selesai dibuat. Desain ini jauh lebih modern dibandingkan dengan contoh yang di India yang berbentuk sampan dan terbuat dari sterofoam be­rukuran kecil. Dana yang mer­eka dapatkan dari pengajuan proposal yaitu 7 juta. Lama

dalam berproduksi menjadi kendala bagi mereka karena perlu 2 minggu untuk men­datangkan setiap komponen mesin kapal dari Hongkong. Begitu juga dengan pengeta­huan tentang perkapalan yang masih sangat awam membuat mereka belajar merancang, mengukur, memperhitung­kan bahan dan program dari awal. Tahap pertama selesai dalam waktu 6 bulan, kapal pengangkut sampah dengan menggunakan remot ini se­benarnya berisi mesin kapal motor Brushless 620 KV, dengan penggeraknya motor Servo Cordi 16 Kilo, putaran baling­baling mencapai 6200 KV yang diatur oleh Electron-ic Speed Control (ESC) dan

baterai Lippo 6S 20 Ampere. Cara kerja monstrolibo ini menggunakan perintah dari remot helikopter mainan, dikirimkan melalui sinyal­sin­yal yang kemudian diterima oleh receiver. vb, ini memiliki 2 chanel perintah. Chanel perta-ma untuk menggerakan motor Brushless yang berfungsi un­tuk menggerakan kapal maju dan mundur. Chanel kedua untuk menggerakan motor Servo, yang berfungsi untuk menggerakkan kapal berbe­lok ke kiri maupun ke kanan. Kapal yang sudah diprogram selanjutnya diarahkan ke tar­get yaitu sampah yang akan diambil, dengan menggu­nakan jaring yang terpasang di kapal sepanjang 120 cm, kapal ditabrakkan langsung ke sampah sehingga sampah­sampah tersebut masuk kedalam jaring kapal, seperti halnya menangkap ikan meng­gunakan kapal nelayan. Kapal ini sebenarnya masih dalam proses pengembangan. Hasil akhirnya, tanpa harus meng­gunakan remot kapal dapat bergerak sendiri sesuai pe­tunjuk dari kamera yang ter­pasang secara otomatis diren­canakan selesai pada akhir Agustus tahun ini.

“Kita tak perlu repot untuk menggerakkan dan mengarah­kan kapal, tinggal taruh saja di sungai yang bersampah”, ujar Andri. =

Monstrolibo Si Pengangkut Sampah

Ilustrasi Waw

an Taryanto

Page 12: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 201512ARTIKEL TEMA

Iklan

Silahkan kirimkan kritik, saran, dan pertanyaan andake alamat e-mail Teknokra

[email protected]

Mahasiswa dan PancasilaOleh Erzal Syahreza Aswir*

Tabloid Teknokra menerima keluhan yang bisa disampaikan melalui rubrik konsultasi. Rubrik ini diasuh langsung oleh Dosen Bimbingan

Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)Unila, Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A, Psi. Lulusan Psikologi Universitas

Gajah Mada (UGM) ini akan menjawabpertanyaan seputar akademik, kejiwaan, dan pertanyaan lain yang dia­

jukan.

ilust

rasi

Agu

ng M

aula

na

Berbicara mengenai ma­hasiswa dan Pancasila merupakan sesuatu

yang sangat berhubungan. Mahasiswa yang merupakan estafet pergerakan bangsa ten­tunya harus benar­benar me­mahami makna yang terkand­ung dalam Pancasila. Tidak hanya itu, pengamalan akan nilai­nilai Pancasila pun harus dilakukan setiap hari, lantaran Pancasila merupakan ideolo­gi sebuah negara yang dahulu bernama Nusantara, yakni In­donesia.

Pancasila yang bisa dika­takan sebagai kebudayaan bangsa Indonesia merupa­kan way of live dalam berke­hidupan berbangsa dan bernegara. Tentunya tidak serta­merta Founding Father kita menetapan Pancasila se­bagai dasar ideologi negara ini, namun pertimbangan yang matang sangat mereka perhati­kan. Berdasarkan kebudayaan bangsa ini, mereka merumus­kan Pancasila yang mencak­up berbagai keanekaragaman yang ada tanpa mendiskredit­kan golongan tertentu.

Sebuah pedoman dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa ini sudah sangat tepat diterapkan di Indonesia. Pancasila yang merupakan asupan dari berbagai ideolo­gi besar dunia sudah diolah dengan baik oleh para peng­gerak bangsa kala itu, komu­nisme, sosialisme, serta tidak meninggalkan kehidupan be­ragama yang termaktub dalam sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Ideologi­ide­ologi berpengaruh dunia yang digodog oleg Founding Father kita yang dikolaborasikan den­gan kebudayaan Nusantara,

sehingga bisa diterima dan ses­uai dengan keadaan negara ini.

Selama perjalanan hing­ga saat ini, Pancasila sudah banyak mengalami berbagai permasalahan yang mengucil­kan Pancasila. Gerakan­ger­akan separatis sudah banyak berkembang di Indonesia. Seperti beberapa tahun silam muncul Gerakan Aceh Merde­ka (GAM) yang menginginkan Provinsi Aceh memisahkan diri dari Republik Indonesia. Dewa­sa ini muncul gerakan dari be­lahan Nusantara bagian timur, yakni Organisasi Papua Merde­ka (OPM).

Tidak hanya itu, ada pula gerakan­gerakan separatis yang mengatasnamakan agama sebagai penguat untuk meno­lak Pancasila. Pemberian label haram pada penghormatan Bendera Merah Putih. Pela­rangan mengajarkan lagu­lagu nasional dan daerah yang di­ganti dengan bangsa asing asal agama tersebut, pelarangan mengenakan batik yang diganti dengan kain putih sebagai sim­bol kesucian. Bangsa ini telah diserang nilai­nilai perbedaan­nya, diharamkan keindahannya oleh kelompok separatis­radi­kal.

Kelompok­kelompok seperti ini tentunya membahayakan eksistensi serta esensi Pancas­ila. Nilai­nilai Pancasila mu­lai luntur. Sebuah kemirisan ketika perbedaan dipandang sebagai titik kelemahan dan kekurangan yang harus diper­baiki. Pada hakikatnya per­bedaan memang sudah ditak­dirkan oleh Tuhan yang Maha Esa, juga merupakan sebuah keindahan yang harus disyuku­ri bersama. Bayangkan jika In­donesia hanya memiliki satu

bahasa, satu warna kulit, satu agama, satu suku, alangkah akan sempit Bangsa yang besar ini.

Hal­hal tersebut harus dian­tisipasi oleh mahasiswa, seh­ingga tidak terjerumus dalam jurang yang ingin meneng­gelamkan keindahan Pancasila. Mahasiswa harus peka dengan gerakan tersebut, lantaran ma­hasiswa merupakan proyek internalisasi nilai­nilai sepa­ratis­radikal. Pilihan menetap­kan mahasiswa sebagai objek utama lantaran mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa, dan pemimpin bangsa akan menja­di policy maker. Sehingga akan mempermudah jalan untuk

menggulirkan keagungan Pan­casila.

Secara historis, bangsa ini sudah rukun dengan segala perbedaannya, seperti pada zaman Majapahit ketika umat Hindu dan Budha dapat hidup bersama, bahkan memiliki pen­gelola agama berupa lembaga Dharmaadyaksa yang memiliki tugas mengelola kesejahteraan kedua umat beragama.

Dr. Daisaku Ikeda yang mer­upakan Presiden Soka Gakkai Internasional pernah men­gatakan dalam buku Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian karyanya den­gan KH. Abdurrahman Wahid, bahwa Indonesia merupakan tempat berbagai agama hid­up rukun, karena hakikatnya

perdamaian merupakan misi agama.

Sehingga, sebagai mahasiswa kita harus senantiasa paham serta menanamkan nilai­nilai Pancasila, juga menghargai se­gala bentuk perbedaan. Maha­siswa sebagai Agent of Change harus bisa mengubah keadaan yang saat ini nilai­nilai Pan­casila mulai memudar menjadi Pancasila yang memiliki eksis­tensi tinggi, serta menjadi pe­doman kehidupan berbangsa dan bernegara.=

*Mahasiswa Pendidikan Ekonomi, aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) rayon Fakultas Keguru­an

Page 13: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 2015 13APRESIASI

Sampaikan keluhanmu lewat SMS Mahasiswa, dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 08982252881/08978669233

Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami men-cocokkannya dengan data siakad Unila.

Suara Mahasiswa

KISAH TAK BERUJUNG

Kisah...

Engkau hadir tiba tiba

Menyergap seluruh perasaanku

Entah sejak kapan rasa ini hadir

Ku tak tau apakah rasa ini berbalas

Biarlah rasa ini terpendam

Ku kan letakan di tempat terbaik didalam hati ini

Maka esok, bila tiba waktunya kau kan tau

Itupun jika berbalas..

Jika tidak, maka biarlah rasa ini bersemi didalam hati ini...

Ini adalah kisah yang entah dimana ujung nya, aku menikmati setiap perjalanan

kisah ini berharap ketika sampai diujung akan ada sebuah kisah baru antara kau

dan aku yang membuat kisah ini tak berujung ...

M. Agung Perakoso

FP, Peternakan ‘14

Taman Beriklim Hutan Hujan

Beragam hara yang kautumbunkan di duniaku yang gersang

Menghasilkan perasaan yang ranum

Begitu manis; hingga beberapa kupu dan ngengat

Tak ketinggalan kolibri kecil

Terlibat pertarungan sengit yang disaksikan para sangit

Lihatlah waktuku--bertaburan atasmu

Hingga pinus tak lagi sungkan menjatuhkan buahnya

Sebagai sedekah dari hidup yang pahit dan keras

Di mana sebelumnya rimba malam adalah ceritanya

Maka gantilah panorama dan skenario hati

Sedikit demi sedikit; perlahan demi perlahan

Kian paripurna di antara selasar taman

Waktu yang seolah beku

Dan mengelijang karena ragu

Sementara awas penglihatan ini kian padu.

Prima HelaubudiFEB, Manajemen '10

Lembayung Jingga

Lembayung yang menyelimuti

Remang di balik warna-warni

Coba mengungkap tabir sang surya

Rahasia apa di balik senja

Jingga...

Mulai menembus celah kecil

Celah yang kian terkikis

Jingga yang akan lenyap

Seiring napas dihembuskan

Teka-teki yang tak teterka

Berduyun di pesisir lara

Menuntut jawaban,

Pantaskah jingga turut bersama senja?

Murni Mutia

FMIPA, Kimia ‘12

Sang Raja Hutan

Aku ini cuma kucing

Benar, cuma kucing, Yang katanya, sang penguasa

Aku punya sebuah kisah pilu,

Ini tentang teman-temanku

Mereka bertengkar, entah karena apa

Buaya melawan cicak. Menang siapa?Ya tikus.

Padahal mereka tahu, tikus harus diburu

Bukannya berteman. Eh, tahu-tahu malah berseteruBagaimana tikus tak girang?

Aku malu pada hutan jika tak bertitah

Aku ini cuma kucing,

Bisa apa?

Tapi aku ini ... Raja,

Jadi, aku harus apa?

Mohammad Ghufroni An’ars

FKIP, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ‘14

Anggun Puspi-ta Yuandari (FKIP SENI TARI ’14) 089681111XXX

Mohon untuk memperha­tikan sarana dan prasa­rana kampus 2 Unila di Jalan Panglima Polim. AC kelas tidak pernah hidup,

kami selalu kekurangan bangku untuk kuliah, akibatnya kami masih sering belajar di bawah pohon agar mendapatkan udara segar dan duduk bersama­sama di atas rumput. Penjaga keaman­an masih minim, sehing­ga orang luar kampus

mudah masuk sesukanya. Motor­motor banyak yang mengintai sehingga sering terjadi kehilangan.

Rifal A�iarudin (D3 Perkebunan ’14) 087899514xxx

Satpam Rusunawa Unila kurang baik dalam beker­jatidak mengutamakan keamanan melainkan hanya sebagai pelengkap.

Hizbullah (Agrote-knologi ’14) 081996930xxx

Semakin suka dengan Rusunawa, jalan menuju Rusunawa sudah di aspal. Tapi kebersihan dan kea­manannya masih kurang dan perlu diperhatikan.

Page 14: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 201514

Rep

ro

SEBAIKNYA ANDA TAHU

Musik khas Lampung terdengar mengiri­ngi suara bersu ngut­

sungut Ina Batin, janda tua itu begitu kesal karena bena ngnya tak kunjung masuk ke lubang jarum yang dipegang di tangan kirinya. Mengambil latar tahun 90an, rumah papan adat Lam­pung itu dihuni oleh Ina Batin, Rosim, dan Fatma.

Dalam lakon “Malam Bertam­bah Malam” itu Ina Batin yang diperankan Ayu Kartika Sari (Administrasi Negara’13) mam­pu membawa penonton mera­sakan kebencian yang dirasakan Fatma gadis yang sudah tiga be­las tahun hidup bersama janda tua itu, akibat hinaan dan maki­an yang selalu Ina Batin lontar­kan kepada Fatma.

Fatma Rahayu yang diper­ankan Kurnia Dwi Permatasari (Agribisnis ‘13) akhirnya tak tahan selalu dijadikan kambing hitam di rumah itu. Berkali­kali Ina Batin mengusir Fatma na­mun gadis itu tetap bertahan dan tak pergi. Hingga akhir nya

Oleh Retno Wulandari

Kebohongan Tuaia tak tahan dan angkat kaki dari rumah itu dengan kebencian ke­pada Ina Batin yang tak usai.

Tak hanya Fatma yang se­lalu kena semprot Ina batin yang sangat tempramen, Ros­im teman almarhum suaminya yang tinggal Reza Fadli meng­abdi di rumahnya juga menjadi objek luapan amarah Ina Batin setiap hari. Rosim yang dipe­rankan Reza Fadli (FH’12) itu mengundang gelak tawa para penonton, adegan ‘nakal’ Rosim yang membikin risih Ina Batin, terlihat lucu karena dilakukan oleh orang setua itu.

Sikap ketus yang Ina Batin tunjukan juga membuat Grha Kemahasiswaan malam itu riuh gelak tawa penonton. Merasa tak dihargai, Rosim pun diusirn­ya. Tinggalah Ina Batin di ruan­gan itu, meratapi hidupnya sem­bari memeluk foto lawas sua­minya yang meninggal karena ditembak orang dalam perang, ia pun tertidur di kursi kayu.

Kemudian muncul tokoh lain, yaitu Abdul Ghani. Tokoh

yang diperankan Edythia Rio Wirawan (Manajemen’12) mer­upakan anak semata wayang Ina Batin, yang merantau un­tuk bersekolah akhirnya pun pulang. Namun, bukannya se­nang melihat anaknya yang su­dah delapan tahun tak ditemuin­ya itu kembali. Ina Batin malah kembali marah­marah, tersebab Dul pulang kampung hanya un­tuk memberitahukan ibunya, ia ingin menikahi Fatma gadis yang baru saja pergi dari ru­mahnya itu.

Pertunjukkan lalu menampil­kan Rosim yang akan mening­galkan rumah dengan mem­

bawa buntelan dan bedil yang selama ini menjadi hiasan di rumah Ina Batin. Sebelum per­gi Rohim memberitahukan kenyataan yang selama ini tak diketahui oleh siapa pun, bahwa Dul adalah anak Rosim bersama Ina Batin. Mengetahui kenyata­an itu, Dul pun begitu marah kepada Rosim dan ibunya, lalu ia memutuskan untuk pergi dari rumah itu membawa raha­sia pahit yang baru terungkap selama berpuluh tahun. Selain itu terungkaplah bahwa orang yang membunuh suami Ina Ba­tin adalah Rohim, karena peng­hianatan yang dilakukan suami

Ina Batin saat sedang mengha­dapi perang.

Lakon yang disutradarai Ne­via Setiana (Ilmu Pemerin ta­han’12) mendapatkan komen­tar baik dari para pengamat seni yang datang malam itu terhadap setting tempat, pencahayaan dan tata suara yang menggam­barkan suasana lampung yang mendukung, membawa Nevia terpilih sebagi sutradara ter­baik dalam acara Hajatan Teater 2015 yang digelar UKMBS dan dimeriahkan juga oleh per­tunjukan teater dari beberapa teater yang ada di Lampung dan Jakarta.=

Foto

Ret

no W

ulan

dari

Seni

Belajar ke Negeri SakuraOleh Luvita Willya Hendri

Jepang sering kali menjadi tujuan para mahasiswa In­donesia yang ingin melan­

jutkan pendidikan di bangku kuliah, atau pun mereka yang ingin ikut pertukaran maha­siswa. Salah satunya program yang memberi kesempatan mahasiswa Indonesia untuk merasakan kuliah di Universi­tas Tokyo, yaitu Short­Term Exchange Program @Tokyo University of Agriculture and Technology (STEP@TUAT).

Program pertukaran maha­siswa ini dilakukan selama satu tahun antara Universitas Tokyo yang membidangi pertanian dan teknologi dengan pergu­ruan tinggi yang telah melaku­kan kerja sama. Program yang diadakan tiap tahun ini diikuti oleh 20 negara di seluruh dun­ia. Masing­ma sing negara par­tisipan dapat mengirimkan 3­5 delegasi, termasuk Indonesia. Program ini juga memungkink­

an untuk pertukaran peneli­ti dan dosen bagi yang ingin melanjutkan jenjang studi S2 maupun S3.

Sejak Oktober 2008 silam, Rektor UnilaProf. Sugeng P. Haryanto telah menandata­ngani MOU yang berisi kerjasa­ma antara Tokyo University of Agriculture and Technology dengan IPB, UGM, serta Unila. Program yang mulai berjalan di tahun 2011 ini sudah mengi­rimkan delegasi dari Unila sep­erti Eko Prasetyo (Kehutanan ), Shandy Utama (Komputer ) dan Leoni Delta Ellania (Ke­hutanan) di tahun 2012, Desis Kurniati (Agroteknologi) di ta­hun 2013 serta Tethy Maryebti (Agroteknologi), dan Chintya T. (Ekonomi) pada 2014.

Dalam satu tahun program STEP@TUAT, delegasi akan diberikan bekal enam bulan belajar bahasa Jepang , enam bulan selanjutnya tiap delegasi

memasuki laboratotium se­suai bidang ilmu yang digelu­ti. Informasi terkait program ini dapat diakses di www.tuat.com.

Syarat mengikuti program ini antara lain, mengumpulkan formulir pendaftaran, transkrip dicetak dalam bahasa Inggris dengan Indeks Prestasi mini­

mal 2,3, score Toefl 450, dan su-rat keterangan kesehatan serta diutamakan mahasiswa yang bisa berbahasa Jepang dengan tes Nihonggo Nouryouku Shik­en. Tes ini mengharuskan tiap peserta menguasai Hiraga­na, Katakana serta Kanji yang

mempunyai lima level. Tahun ini penyeleksian su­

dah dilakukan sejak akhir De­sember sampai Januari lalu dan pengumuman sudah disam­paikan pada 20 Maret. Program yang sudah berjalan empat generasi ini menerapkan inde­pendent study namun untuk mata kuliah yang sama dapat

mengambil nilainya dari Uni­versitas asal.

Yuli Damar Wati (Ilmu Ko­munikasi’12) adalah generasi kelima yang akan mewakili Unila. Ia mengaku sudah kedua kali nya mendaftar, namun ke­sempatan untuk ikut dalam

program tersebut baru ia akan rasakan tahun ini dengan jad­wal keberangkatan akhir Sep­tember.

Dalam program step@tuat ini Yuli akan mendapatkan bi­aya hidup dan kuliah tiap bulan sebesar 80.000 yen atau sekitar sepuluh juta rupiah, besarnya biaya akan bergantung naik turunnya kurs dari Japan Stu-dent Services Oranization(JAS-SO) Scholarship.

Yuli mengaku program ini merupakan ajang belajar ba­hasa Jepang, cara berinteraksi dan berkomunikasi, melaku­kan penelitian dengan maha­siswa­mahasiswa berbeda ke­budayaan. Ia berharap dengan mengikuti program ini terjadi perubahan besar dalam diri sendiri dan mendapatkan ban­yak manfaat, ilmu pe ngetahuan, serta pengalaman. “Harus bela­jar banyak dan mengambil ban­yak ilmu,” tambahnya.=

Dalam

Page 15: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015

No 144 Tahun XV Trimingguan | Edisi Juni 2015 15POJOK PKM

Indonesia, Sejarah, dan Dialektika

Sejarah dan dialektika itu yang membuat suatu bangsa maju. Eropa mempunyai latar belakang sejarah yang begitu panjang. Ber­bagai sistem pemerintahan sudah pernah dicoba. Dari demokrasi di Yunani, republik di Roma, monarki, bahkan sampai teokrasi. Eropa sejak dulu mempunyai sekolah. Tempat berbagai ilmu dipelajari, dan yang paling penting adalah mereka tidak mencaplok ilmu dari luar begitu saja. Proses berkembang ilmu terjadi pelan­pelan, perla­han tapi pasti, dan dikonstruksi sendiri dari dalam.

Sampai sekarang, kalau kita ingin melakukan dekonstruksi ter­hadap sesuatu, kita dapat memulainya dari model pertanyaan Soc­rates. Kalau ingin belajar tentang teori pemerintahan, bisa dimulai dari Plato. Kalau ingin belajar tentang logika, bisa dimulai dari Ar­istotles. Belajar matematika, bisa mulai dari Pythagoras atau Archi­medes.

Belajar dasar-dasar fisika (filsafat alam), bisa mulai dari Galileo dan Newton. Belajar dasar-dasar ekonomi (filsafat moral), bisa mulai dari Adam Smith. Belajar teori seni visual, bisa mulai dari Da Vinci, Michelangelo, Raphael, dan lainnya. Belajar teori seni audio, bisa mulai dari Bach, Mozart, Beethoven, dan masih banyak lagi to­koh­tokoh mereka yang sering kali kita jadikan acuan untuk mem­pelajari banyak hal.

Mereka memiliki banyak contoh. Mau membikin sistem demokra­si, bisa melihat Yunani. Mau melihat jeleknya monarki, bisa me­nengok ke revolusi Prancis. Atau ingin belajar intrik­intrik politik yang terjadi, bisa lihat ke Romawi dulu.

Berbagai sistem sudah pernah dicoba di Eropa. Sistem kontrol penuh dari pemerintah model Uskup Roma, hingga sistem limited government akhirnya dicoba di negara peranakannya, yaitu Ame­rika. Lahirnya konsep kapitalisme, sosialisme, komunisme, fasisme itu pun muncul di Eropa. Jika kita ingat genosida terhadap bangsa Yahudi oleh Hitler, hanya Eropa yang pernah melakukan pemban­taian sekejam itu.

Contoh-contoh tersebut tidak selalu bisa dipakai untuk daerah lain karena kecenderungannya untuk tidak sesuai konteks di daerah lain lebih besar. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Bangsa kita ti­dak mengenal zaman perunggu, karena saat bangsa kita baru akan memasuki zaman perunggu, bangsa lain masuk ke Indonesia mem­bawa seperangkat kebudayaan dan pemikirannya.

Dimulai dari Hindu yang kemudian berkembang di tanah air, be­gitu juga Buddha. Tapi saat bangsa kita berorientasi membangun peradaban yang Hindu dan Budha bawa, Islam masuk, baik dari Cina maupun dari Timur Tengah. Karena hal tersebut Kerajaan Majapahit pun hancur, dan kerjaan di nusantara kembali dirombak, dan bang­sa ini mulai dari awal menggunakan sistem baru dari bangsa lain.

Ketika kerjaan Islam sedang berkembang di berbagai wilayah di nusantara, meskipun tidak dalam satu kesatuan seperti zaman Majapahit, Eropa pun masuk. Tak berhenti di situ, masuknya Eropa membawa rakyat Indonesia untuk berjuang meraih kemerdekaan. Sampai akhirnya Soekarno membawa panji­panji merah putih un­tuk mempersatukan Nusantara, dengan pertumpahan darah yang semoga sampai sekarang tetap kita maknai sebagai perjuangan yang tak boleh dilupakan.

Tapi apa yang terjadi kemudian? Pemberontakan demi pem­berontakan terjadi. Tarik­menarik antara blok barat dan blok timur. Indonesiaku hancur lagi, tahun 1965 terjadi revolusi lagi. Dan Soe­harto yang saat itu merupakan Panglima Komando Strategi Angka­tan Darat dengan senang hati membantai lawan­lawan politiknya. Jutaan warga tanah air dibantai hanya karena dicap komunis.

Sampai akhirnya 1998, kembali kita melakukan revolusi. Berikut­nya, kita melakukan impeachment untuk Gus Dur, hingga ia pun ter­paksa turun dari kursi kepresidenan yang cukup menegangkan pada 2001. Kini pemerintahan Jokowi mulai menuai banyak protes, para mahasiswa yang tergabung dalam BEM SI melakukan demonstrasi menuntut janji Jokowi di setengah tahun pemerintahan nya. Entah kajian yang seperti apa yang dilakukan oleh para mahasiswa terse­but. Melihat kondisi tersebut, jelas bahwa bangsa ini tak pernah diberi waktu untuk berkembang dangan mengontruksi sistem sendiri.

Mungkin seharusnya Indonesia mulai merevolusi pemikiran bahwa untuk berkembang dengan baik, harus dilakukan perlahan seperti bangsa Eropa yang belajar perlahan tapi pasti. Maka sejarah tak pernah dilupakan, dan dialektika menjadi begitu penting.=

Oleh Yola Savitri

Foto

Luv

ita W

illya

Hen

dri

Kepandaian berbahasa Inggris ternyata menghantarkan Delima merasakan sejuknya hutan Robinson di Kentucky, Amerika Serikat. Membawanya untuk dapat berkontribusi membina warga Penyangga kawasan TNBBS, dan mema-hami kunci pelestarian alam.

Delima Nur Ramadhani,

Pandai Berbahasa Inggris dan Cinta Alam

Kasibukan bandar udara Kentucky menyambut kedatangan Delima Nur

Ramadhani serta dua rekan­nya. Siapa sangka bisa mera­sakan udara musim panas di Kentucky, Amerika Serikat, pada medio Juli tahun lalu. Kesempatan mengikuti kegia­tan di negeri Paman Sam itu ia dapatkan saat mengikuti lomba Bahasa Inggris di Unila, seorang juri yang tertarik den­gan kemampuan berbahasa Inggrisnya, menawarinya un­tuk mewakili Fakultas Perta­nian Unila dalam International Youth Water Justice Summit and Workshop yang diadakan Universitas Kentucky.

Kegiatan yang fokus meng­kaji hak atas air bersih serta isu lingkungan lainnya terse­but diikuti oleh perwakilan mahasiswa, NGO, dan pelajar dari seluruh penjuru dunia seperti Srilanka, Negara Ba­gian Ame rika dan lain­lain. Dalam kegiatan tersebut ia pun mendapatkan kesempa­tan merasakan sejuknya hutan Robinson selama lima hari ia di sana.

Ia kagum dengan lingku ngan kota yang tertata rapih dan asri, “Masih banyak pohonn­ya, semua serba teratur, kare­na setiap warganya punya kes­adaran untuk membayar,” ujar mahasiswi Jurusan Kehutanan tersebut.

Banyak yang ia persiapkan sebelum terbang ke Kentucky. Selama satu bulan ia melaku­kan studi ke perusahaan air minum serta mengadakan penelitian tentang hutan kemasyarakatan di Lam­pung Barat. Sebelum ke­berangkatan, materi diuji di tingkat fakultas untuk memantapkannya. Dalam presentasi yang akan dis­ampaikan di hutan Robinson tersebut, Delima dan rekan­nya mejelaskan mengenai regulasi penyediaan air baik di hulu dan hilir pada hutan kemasyarakatan, menjaga kelestarian air serta betapa penting fungsi hutan ke­masyarakatan yang dapat menjadi sumber ekonomi masyarakat dengan penge­

lolaan yang baik.Delima mendapatkan ban­

yak ilmu serta pengalaman baru yang sangat berharga. Ke­arifan masyarakat serta parti­sipasi peserta yang sangat be­sar dalam menjaga lingkungan mereka. Tempat yang tadinya berupa tambang direstorasi menjadi hutan kembali. “River keeper di sana juga ngajak buat ngukur air secara langsung, ngambil sampel hewan un­tuk indikator pencemaran lingkungan, juga pengukuran DAS sungai yang ada di Robin-son Forest, berkesan banget,” tambahnya.

Mahasiswi angkatan 2012 ini juga aktif Himpunan Maha­siswa Kehutanan (Himasylva), Delima aktif dalam kegiatan penanaman yang diadakan oleh jurusannya dalam rang­ka menjaga lingkungan misal­nya penanaman mangrove di Ketapang yang diadakan bulan April lalu, serta pembagian bib­it pohon buah gratis pada Hari Bumi. “Mengabdi pada Mas­yarakat dan melakukan banyak hal,” ujarnya.

S e p u l a n g ­nya dari

Amerika, Ia diminta oleh dosennya Cristin Wulandari yang memegang jabatan tinggi di proyek Tro pical Forest Con-servation Alert (TFCA)- Suma-tra yang bekerjasama dengan Unila Peduli Lingkungan untuk mengajar bahasa Inggris di ka­wasan Desa Penyangga Taman Nasional Bukit Barisn Selatan (TNBBS) Lampung. Selama dua minggu di bulan Agustus, Delima mengisi pelatihan un­tuk pemberdayaan masyarakat konservasi seperti Kubu Pra­hu. Ia melatih masyarakat lokal agar mahir berbahasa Inggris yang nantinya dapat diaplikasikan saat berkomu­nikasi dengan turis asing yang berkunjung ke resort mereka.

”Kegiatannya full tentang English Daily Communication and Application yang diarah­kan lebih bagaimana kalau mereka jadi tour guide,” ujar Delima menambahkan.

Antusias dari warga mem­buat Delima salut, pasalnya Desa yang terbilang tertinggal tersebut mau belajar dan in­gin menjadi Desa yang terus berkembang. .“Saya ingin menjadi ilmuwan kehutanan yang dapat membantu meru­bah pengelolaan alam menjadi lebih baik,” ujar Delima.

Tak semudah kelihatan nya, Delima tekun melatih kemam­

puan berbahasa Inggris nya sedari duduk di bangku

SMA, keaktifannya untuk mengikuti lomba­lomba newscasting, telah mem­bawanya sampai kancah nasional. Memasuki bangku perkuliahan, De­lima meneruskan hobi­nya dengan bergabung menjadi member di English Society (ESo)

dan fokus di bidang newscasting. Prestasi terakhir yang

ia dapat yaitu menjadi juara dua dalam Asian Law Student Assosiated UI tahun 2014 lalu. Tak henti sampai di situ, saat ini Delima masih aktif mela­tih juniornya di ESo, berbagai undangan juga Ia peroleh un­tuk menjadi juri lomba news-casting baik di tingkat Unila maupun di luar Lampung.=

Pemimpin Redaksi

Hayatun Nisa Fahmiyati

pun mendapatkan kesempa­tan merasakan sejuknya hutan Robinson selama lima hari ia di

Ia kagum dengan lingku ngan kota yang tertata rapih dan asri, “Masih banyak pohonn­ya, semua serba teratur, kare­na setiap warganya punya kes­adaran untuk membayar,” ujar mahasiswi Jurusan Kehutanan

Banyak yang ia persiapkan sebelum terbang ke Kentucky. Selama satu bulan ia melaku­kan studi ke perusahaan air minum serta mengadakan penelitian tentang hutan kemasyarakatan di Lam­pung Barat. Sebelum ke­berangkatan, materi diuji di tingkat fakultas untuk memantapkannya. Dalam presentasi yang akan dis­ampaikan di hutan Robinson tersebut, Delima dan rekan­nya mejelaskan mengenai regulasi penyediaan air baik di hulu dan hilir pada hutan kemasyarakatan, menjaga kelestarian air serta betapa penting fungsi hutan ke­masyarakatan yang dapat menjadi sumber ekonomi masyarakat dengan penge­

Bumi. “Mengabdi pada Mas­yarakat dan melakukan banyak hal,” ujarnya.

S e p u l a n g ­nya dari

Desa yang terbilang tertinggal tersebut mau belajar dan in­gin menjadi Desa yang terus berkembang. .“Saya ingin menjadi ilmuwan kehutanan yang dapat membantu meru­bah pengelolaan alam menjadi lebih baik,” ujar Delima.

Tak semudah kelihatan nya, Delima tekun melatih kemam­

puan berbahasa Inggris nya sedari duduk di bangku

SMA, keaktifannya untuk mengikuti lomba­lomba newscastingbawanya sampai kancah nasional. Memasuki bangku perkuliahan, De­lima meneruskan hobi­nya dengan bergabung menjadi English Society (ESo)

dan fokus di bidang newscasting. Prestasi terakhir yang

ia dapat yaitu menjadi juara dua dalam Assosiated Tak henti sampai di situ, saat ini Delima masih aktif mela­tih juniornya di ESo, berbagai undangan juga Ia peroleh un­tuk menjadi juri lomba castingmaupun di luar Lampung.

Page 16: Tabloid Teknokra Edisi 144 Juni 2015