LP Tumor Paru

19
Laporan Pendahuluan Tumor Paru 1. Pengertian Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Setiap tumor tumbuh pada kecepatan tertentu bergantung pada karakteristik penjamu dan tumor itu sendiri (Corwin, 2001). Pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign) (Brooker, 2001). Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price,2003). Istilah tumor paru digunakan untuk tumor yang berasal dari epitel saluran napas (bronkus, bronkiolus dan alveoli). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000). Karsinoma bronkogenik adalah tumor maligna yang timbul dari bronkus.tumor seperti ini adalah epidermoid, terletak dalam bronchi yang besar yang timbul jauh di luar paru(Smeltzer, 2001). 2. Etiologi Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi

description

lp

Transcript of LP Tumor Paru

Page 1: LP Tumor Paru

Laporan Pendahuluan Tumor Paru

1. Pengertian

Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal.

Setiap tumor tumbuh pada kecepatan tertentu bergantung pada karakteristik penjamu dan

tumor itu sendiri (Corwin, 2001). Pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas

(malignant) atau jinak (benign) (Brooker, 2001).

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan

kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan

langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh

(metastasis). Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price,2003). Istilah

tumor paru digunakan untuk tumor yang berasal dari epitel saluran napas (bronkus,

bronkiolus dan alveoli). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami

proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

Karsinoma bronkogenik adalah tumor maligna yang timbul dari bronkus.tumor seperti ini

adalah epidermoid, terletak dalam bronchi yang besar yang timbul jauh di luar paru(Smeltzer,

2001).

2. Etiologi

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui,

tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan

faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan

lain-lain.

a. Rokok tembakau, yaitu kandungan ‘tar’, suatu persenyawaan hidrokarbon aromatic

polisiklik

b. Polusi udara, banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker paru-paru,

diantaranya sulphur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan yang berasal dari pabrik.

c. Asap pabrik/industri/tambang.

d. Debu radioaktif/ledakan nuklir (radon), beberapa zat kimia antara lain asbes, arsen, krom,

nikel, besi, dan uranium.

e. Iradiasi

Page 2: LP Tumor Paru

f. Genetika, pada sel kanker paru-paru didapatkan sejumlah lesi genetic termasuk aktivasi

onkogen dominant dan resesif (inaktivasi supresor tumor). Terdapat perubahan/ mutasi

beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :

Proton oncogen.

Tumor suppressor gene.

Gene encoding enzyme.

g. Diet

Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A

menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

3. Klasifikasi

a. Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.

T : T0   : tidak tampak tumor primer

T1   : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus

T2   : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis,

namun  berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.

T3   : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat karina

dan atau disetai efusi pleura.

N : N0  : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional

N1  : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral

N2  : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral

N3  : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal

M : M0  : tidak terdapat metastase jauh

M1   : sudah terdapat metastase jauh ke organ – organ lain.

b. Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :

Karsinoma Bronkogenik.

Karsinoma epidermoid (skuamosa).

Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk

metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului

timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar.

Page 3: LP Tumor Paru

Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar

langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.

Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).

Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari

sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel

kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke

mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen

ke organ – organ distal.

Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar)

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung

mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang

dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial

kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini,

dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya

metastasis yang jauh.

Karsinoma sel besar.

Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan

sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung

untuk timbul pada jaringan paru – paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran

ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.

Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.

Lain – lain.

o Tumor karsinoid (adenoma bronkus)

o Tumor kelenjar bronchial.

o Tumor papilaris dari epitel permukaan.

o Tumor campuran dan Karsinosarkoma

o Sarkoma

o Mesotelioma.

o Melanoma.

o Tidak terklasifikasi

Page 4: LP Tumor Paru

4. Patofisiologi

Terlampir

5. Manifestasi klinis

Tumor pada system bronkopulmonari dapat mengenai lapisan saluran pernapasan, parenkim

paru pleura, atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat ( biasanya selama beberapa

decade ) dan seringkali asimtomatik sampai lanjut dalam perkembangannya. Tanda dan

gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi, dan keluasan metastase ke

tempat regional atau tempat yang jauh.

Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat iritasi yang

disebab kan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk

sputum, tetapi berkembang sebagai titik dimana dibentuk sputum yang kental, purulen

dalam berespon terhadap infeksi sekunder.

Mengi terjadi jika mengalami obstruksi secara parsial.

Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke nodus limfe regional, pasien

dapat menunjukan nyeri dada dan sesak, serak ( menyerang saraf lariengal )disfagia,

edema kapala dan leher, dan gejala-gejala efusi pleura atau pericardial.

Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering ditemukan dengan metastasis ke tulang.

Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam berespons

terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor.

Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering ditemukan dengan metastasis ke tulang.

Kelemahan, anoreksia, penurunan BB serta anemia mungkin terjadi pada tahap akhir

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Radiologi

Foto thorax posterior – anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.

Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.

Bronkhografi

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus

b. Laboratorium.

Page 5: LP Tumor Paru

Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe)

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

Tes kulit, jumlah absolute limfosit

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru)

c. Histopatologi

Bronkoskopi

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya

karsinoma bronkogenik dapat diketahui)

Biopsi Trans Torakal (TTB)

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,

sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %

Torakoskopi

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara

torakoskopi.

Mediastinosopi

Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat

Torakotomi

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur

non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

d. Pencitraan

CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura

MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

7. Penatalaksanaan

( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )

a. Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25% kasus

yang bias dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah hidup

setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada

Page 6: LP Tumor Paru

pneumonektomi. metoda ini lebih dipilih untuk pasien dengan tumor setempat tanpa

adanya penyebaran metastatiic dan mereka yang fungsi jantung parunya baik.

Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor,

bersamaan dengan margin jaringan normal.

Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.

Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini dilakukan jika

diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru.

b. Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa

dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya

menyembuhklan sedikit.

c. Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri lokal. Terapi radiasi

dapat menyembukan pasien dalam persentasi kecil, namun bermanfaat dalam

pengendalian neoplasma yang tidak dapat di reseksi tetapi yang ressponsif terhadap

radiasi. Radiasi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor dan dapat digunakan

sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor, radiasi dapat membantu

menghilangkan batuk, nyeri dada, dispnea, hemoplisis, dan nyeri tulang serta hepar.

d. Kemoterapi, Kemoterapi digunakan untuk menganggu pola pertumbuhan tumor, untuk

menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis luas, untuk

melengkapi bedah atau terapi radiasi.Peran kemoterapi pada kanker bukan sel kecil

belum jelas

e. Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat

memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang

signifikan

f. Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid

membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan 

Page 7: LP Tumor Paru

8. Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

Bersihan jalan nafas tidak

efektif b.d obstruksi jalan

napas, penumpukkan sekret

d.d :

DS :

Klien mengeluh sesak

DO :

Ronchi (+)

Batuk (+)

Produksi sputum (+)

RR > 20x/mnt

Tampak menggunakan

otot bantu pernapasan

NOC:

Respiratory status : Ventilation

Respiratory status : Airway patency

Aspiration Control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1x24 jam, pasien menunjukkan keefektifan jalan

nafas dibuktikan dengan kriteria hasil :

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara

nafas yang bersih (mampu mengeluarkan

sputum)

tidak ada sianosis dan dyspneu

tidak ada pursed lips

Menunjukkan jalan nafas yang paten

Frekuensi pernafasan dalam rentang normal

(16-20x/mnt)

Ronchi (-)

Saturasi O2 dalam batas normal

Airway suction

Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning

Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.

Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.

Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk

memfasilitasi suksion nasotrakeal

Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan

Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah

kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

Monitor status oksigen pasien

Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion

Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien

menunjukkan bradikardi, penurunan saturasi O2, dll.

Airway Management

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas

buatan atau pemberian oksigen

Pasang mayo bila perlu

Page 8: LP Tumor Paru

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Lakukan suction pada mayo

Berikan bronkodilator bila perlu

Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan

sekret

Monitor respirasi dan status O2

Gangguan Pertukaran gas

b.d ketidakseimbangan

perfusi ventilasi, perubahan

membran kapiler-alveolar

d.d :

DS:

Klien mengeluh sesak

napas

DO:

Penurunan CO2

Takikardi

Hiperkapnia

Hypoxia

NOC :

Respiratory Status : Gas exchange

Respiratory Status : ventilation

Vital Sign Status

Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam, pertukaran

gas adekuar, dengan kriteria hasil :

Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan

oksigenasi yang adekuat

Memelihara kebersihan paru paru dan bebas

dari tanda tanda distress pernafasan

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Berikan bronkodilator

Berikan pelembab udara

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

Monitor respirasi dan status O2

Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan

otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan

intercostal

Monitor suara nafas, seperti dengkur

Page 9: LP Tumor Paru

Sianosis

Hipoksemia

AGD abnormal

pH arteri abnormal

RR > 20x/mnt

mampu bernafas dengan mudah, tidak ada

pursed lips)

Tanda tanda vital dalam rentang normal

PH darah dalam rentang normal

Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,

hiperventilasi, cheyne stokes, biot

Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak

adanya ventilasi dan suara tambahan

Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental

Observasi sianosis khususnya membran mukosa

Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan

tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2,

Suction, Inhalasi)

Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut

jantung

Nyeri Kronis b.d

ketidakmampuan

fisik-psikososial kronis

(metastase kanker, injuri

neurologis, artritis) d.d

DS:

Klien mengatakan nyeri

Klien mengatakan merasa

mudah lelah

DO:

NOC:

Comfort level

Pain control

Pain level

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam, nyeri kronis pasien berkurang dengan

kriteria

hasil:

Tidak ada gangguan tidur

Tidak ada gangguan konsentrasi

Pain Management

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas

dan faktor presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri pasien

Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang

Page 10: LP Tumor Paru

Atropi otot

Gangguan aktifitas

Anoreksia

Perubahan pola tidur

Respon simpatis (suhu

dingin, perubahan posisi

tubuh , hipersensitif,

perubahan berat badan)

Tidak ada gangguan hubungan interpersonal

Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan

secara verbal

Tidak ada tegangan otot

ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non

farmakologi dan inter personal)

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi : relaksasi

napas dalam, distraksi

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak berhasil

Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri

sebelum pemberian obat

Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan

Page 11: LP Tumor Paru

frekuensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari

analgesik ketika pemberian lebih dari satu

Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya

nyeri

Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis

optimal

Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan

nyeri secara teratur

Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali

Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek

samping)

Page 12: LP Tumor Paru

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, dkk. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC) Fifth Edition. USA :

Mosby Elsevier

Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Herdman, Heather. 2012. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue dkk. 2004. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition. USA : Mosby Inc

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2001). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001

Underwood, J.C.E. 2000. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta : EGC