Askep Tumor Paru

37
LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR PARU I. KONSEP DASAR A. Definisi Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau karsinoma bronkogenik. Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru. B. Etiologi Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan – bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan perana predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis. 1. Pengaruh rokok. Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain : polomium 210 dan 3,4 benzypyrene. 1

description

Tumor Paru

Transcript of Askep Tumor Paru

Page 1: Askep Tumor Paru

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR PARU

I. KONSEP DASAR

A. Definisi

Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain

adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma

bronkogenik.

Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau

karsinoma bronkogenik.

Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor

ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut

Susan Wilson dan June Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu

pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru.

B. Etiologi

Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih

belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari

bahan – bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa

mengesampingkan kemungkinan perana predisposisi hubungan keluarga

ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis.

1. Pengaruh rokok.

Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain :

polomium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat

menurunkan resiko terkenanya karsinoma bronkogenik, namun masih

tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok.

Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:

1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali

20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali

40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.

1

Page 2: Askep Tumor Paru

2. Perokok kedua

Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin dari

kanker paru pada bukan perokok. Dengan kata lain, individu yang

secara involunter terpajang pada asap tembakau dala lingkungan yang

dekat ( mobil, gedung ) berisiko terhadap terjadi nya kanker paru. Opini

publik telah mengarah pada berbagai kampanye untuk melarang

merokok pada tempat-tempat umum seperti restoran, kantor, dan

pesawat udara.

3. Pengaruh paparan industry

Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah asbestos,

yang dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali. Menyusul

kemudian industri bahan-bahan radioaktif, penambang uramium

mempunyai resiko 4 kali populasi pada umumnya. Paparan industri ini

baru nampak pengaruhnya setalah 15-20 tahun.

4. Radon

Radon adalah gas tidak berwarna, tidak berbau yang ditemukan dalam

tanah dan bebatuan. Selama bertahun-tahun, gas ini telah dikaitkan

dengan pertambangan uranium tetapi sekarang diketahui gas tersebut

dapat menyusup ke rumah-rumah melalui bebatuan didasar tanah.

5. Vitamin A

Riset menunjukan bahwa terdapat hubungan antara diet rendah

masukan vitamin A dan terjadinya kanker paru. Telah menjadi postulat

bahwa vitamin A berkaitan dengan pengaturan diferensiasi sel.

6. Pengaruh adanya penyakit lain atau predisposisi oleh karena adanya

penyakit lain.

Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi

karsinoma brinkogenik, melalui mekanisme hyperplasi – metaplasi -

karsinoma insitu-karsinoma - bronkogenik sebagai akibat adanya

jaringan parut tuberkulosis.

2

Page 3: Askep Tumor Paru

7. Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker

paru, yakni :

Proton oncogen.

Tumor suppressor gene.

Gene encoding enzyme.

8.  Diet

Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi

terhadap betakarotene, selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya

risiko terkena kanker paru.

9. Pengaruh genetik dan status imunologis.

Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh

keturunan yang terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini

membuka pendapat bahwa karsinoma bronkogenik dapat diturunkan.

Penelitian akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat dengan

enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis

penderita yang dipantau dari cellular mediated menunjukan adanya

korelasi antara derajat deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan

terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi umumnya

tidak memberikan tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat

meninggal.

C. Patofisiologi.

Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan

pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma

epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel

besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan

karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.

Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang

3

Page 4: Askep Tumor Paru

bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat

tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai prognosis buruk. Sedangkan

pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini

pertumbuhan lambat.

4

Page 5: Askep Tumor Paru

D. Gejala klinis

Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama

dan infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk

lama 2 minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain

dyspnea, hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia. Pada

keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti

nyeri tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma).

Rata – rata lama hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis

awal 2 – 5 tahun. Alasannya adalah pada saat kanker paru terdiagnosa,

sudah metastase ke daerah limfatik dan lainnya. Pada pasien lansia dan

pasien dengan kondisi penyakit lain, lama hidup mungkin lebih pendek.

E. Klasifikasi/Pentahapan Klinik (Clinical staging)

Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.

1. T : T0 : tidak tampak tumor primer

T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus

T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis,

namun berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada

efusi pleura.

T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah

dekat karina dan atau disetai efusi pleura.

2. N : N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional

N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral

N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau

kontralateral

N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal

3. M : M0 : tidak terdapat metastase jauh

M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ – organ lain.

F. Manifestasi klinis

         Tumor pada system bronkopulmonari dapat mengenai lapisan

saluran pernapasan, parenkim paru pleura, atau dinding dada. Penyakit

5

Page 6: Askep Tumor Paru

terjadi secara lambat ( biasanya selama beberapa decade ) dan seringkali

asimtomatik sampai lanjut dalam perkembangannya. Tanda dan gejala

tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi, dan keluasan

metastase ke tempat regional atau tempat yang jauh.

Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat

iritasi yang disebab kan oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan

gejala ini dan menghubungkan dengan merokok. Batuk mulai sebagai

batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sebagai titik

dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam berespon terhadap

infeksi sekunder.

      Batuk yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan terhadap

kanker paru.

Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam

berespons terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah

distal tumor. Pada kenyataannya, kanker paru harus dicurigai pada

individu yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas berulang yang

tidak sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering

ditemukan dengan metastasis ke tulang.

Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke nodus limfe

regional, pasien dapat menunjukan nyeri dada dan sesak, serak

( menyerang saraf lariengal )disfagia, edema kapala dan leher, dan gejala-

gejala efusi pleura atau pericardial. Tempat metastase yang paling umum

adalah nodus limfe, tulang, otak, paru kontralateral, dan kelenjar adrenal.

Gejala umum seperti kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan, dan

anemia tampak pada akhir penyakit.

G. Komplikasi

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya:

Reseksi Bedah dapat mengakibatkan gagal napas

Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru

Kemoterapi kombinasi radiasi  dapat menyebabkan pneumonitis

Kemoterapi menyebabkan toksisitas paru dan leukemia

6

Page 7: Askep Tumor Paru

H. Studi Diagnostik

1. Chest x – ray ( pandangan lateral dan poteroanterior), tomografi

dada dan CT scanning.

2. Radioisotop scanning

3. Tes laboratorium

i. Pengumpulan sputum untu sitologi, bronkoskopi dengan

biopsi, hapusan dan perkutaneus biopsi

ii. Mediastinoskopi

4. Radiologis

 Massa Radiopaque di paru

Obstruksi jalan nafas dengan akibat atelektasis

Pneumonia

Pembesaran Kelenjar Hilar

Kavitasi

Tumor Pancoast.Ca. Bronchogenik yang terdapat disuperior

pulmonary sulcus, pada apek lobus superior.

Kelainan pada pleura

Kelainan tulang

5. Bronkografi

Adapun gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik

adalah obstruksi stenosis irreguler, stenosis ekor tikus dan

indentasi cap jempol.

6. Sitologi

Dahak yang representatif dapat diperoleh melalui batuk spontan,

dengan bantuan aerosol ( 20% propylene glycol dalam larutan 10%

NaCl. Dihangatkan sampai kurang lebih 45-50 C.)atau melalui

bilasan/sikatan aspirasi bronkial.Tatalaksana pada Lung Cancer

Detection Program di New York adalah sbb. Saliva dan post nasal

discharge dikeluarkan dahulu, lalu penderita disuruh batuk dalam ,

dahak yang dihasilkan segera difiksasi, kesemuanya ini dilakukan

7

Page 8: Askep Tumor Paru

pada 3 hari berturut-turut, sebaiknya pada pagi hari.

7. Endoskopi

Meliputi pemeriksaan laringoskopi dan bronkoskopi serta bilasan

bronkial, kerokan/sikatan serta biopsi. Tujuan pemeriksaan

bronkoskopi ( serat optik ) adalah:

a. Mengetahui perubahan pada bronkus akibat kanker paru.

b. Mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologis.

c. Memperhatikan perubahan pada permukaan tumor/mukosa untuk  

d. Memperkirakan jenis keganasan.

e. Menilai keberhasilan terapi.

f. Menentukan operbilitas kanker paru.

8. Biopsi

Bahan biopsi dapat diperoleh melalui cara biopsi perkutaneus

transbronkial ataupun open biopsi. Sedangkan bahannya dapat

berupa jaringan kelenjar regional jaringan pleura ataupun jaringan

paru.

i. Imunologi

Adanya korelasi yang negatif antara kanker dan reaksi imnunologi

telah umum diketahui. Gangguan imunulogik terutama tampak

pada Cell mediated immunity yang dapat ditunjukan melalui

delayed hypersensitivity reaction yang jelak, toleransi terhadap skin

graft, jumlah circulatory T cell yang renadh, serta transformasi

limfosit invitro yang rendah. Pada saat ini pemeriksaan imunulogik

lebih banyak berperan sebagai faktor prognosis daripada faktor

diagnostik. Kesimpulan korelasi uji kulit dan tanggapan terhadap

sitostatika :

a. Kurang dari 1,0 cm. : prognosa jelek, penyakit luas.

b. Kurang dari 2,5 m.  ; prognosa lebih baik, penyakit terbatas,

tanggap terhadap khemoterapi baik.

8

Page 9: Askep Tumor Paru

I. Manajemen medis dan non medis

Penatalaksanaan medis

Sasaran penatalaksanaan ialah untuk memberikan penyembuhan jika

memungkinkan.

Secara umum, pengobatan dapat mencakup pembedahan, terapi radiasi

dan kemoterapi.

1. Pembedahan Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk

pasien dengan tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatiic

dan mereka yang fungsi jantung parunya baik. Reseksi bedah

jarang menghasilkan penyembuhan sempurna.

2. Terapi radiasi

Terapi radiasi dapat menyembukan pasien dalam persentasi kecil,

namun bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang tidak

dapat di reseksi tetapi yang ressponsif terhadap radiasi. Radiasi

dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor dan dapat

digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan

tekanan tumor, radiasi dapat membantu menghilangkan batuk,

nyeri dada, dispnea, hemoplisis, dan nyeri tulang serta hepar.

3. Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk menganggu pola pertumbuhan tumor,

untuk menanganii pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan

metastasis luas, untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

Penatalaksanaan non medis

1. Manganjurkan masyarakat ( pasien ) untuk tidak merokok.

2. Hidup dalam lingkungan yang tidak cemar polusi

3. Beri dukungan

9

Page 10: Askep Tumor Paru

II. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR PARU

A. Pengkajian

1. Riwayat  penyakit  sekarang

Keluhan  utama

Keluhan  yang  biasa  muncul  pada  klien  Kanker paru – paru biasanya batuk

terus menerus, dahak berdarah, sesak nafas dan pendek – pendek, sakit

kepala.

2. Riwayat  kesehatan terdahulu

Kemungkinan yang muncul pada riwayat kesehatan terdahulu pada pasien

dengan Ca Paru antara lain, perokok berat, lingkungan tempat tinggal di

daerah yang tercemar polusi udara, pernah menglami bronchitis kronik,

pernah terpajan bahan kimia seperti asbestos.

3. Riwayat  penyakit  keluarga

Di keluarga pasien ada yang pernah mengidap penyakit kanker paru – paru.

4. Riwayat  psikososial

Kaji  adanya emosi  kecemasan, pandangan klien terhadap dirinya, serta

interaksi social yang mungkin terhambat akibat gejala penyakit seperti batuk

yang berkepanjangan.

5. Pola – pola  fungsi  kesehatan    

a. Aktivitas/istirahat.: Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan

kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap

lanjut.

b. Sirkulasi Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung: gesekan

perikordial ( menujukan efusi ) tachycardia, disritmia, jari tabuh.

c.  Integritas Ego : Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi

yang berat, gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.

d. Eliminasi ; Diare yang hilang timbul ( ketidakseimbngan

hormonal,)Peningkatan frekuesnsi/jumlah urine ( Ketidakseimbngan

Hormonal ).

e. Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk,

penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan

10

Page 11: Askep Tumor Paru

masukan cairan. Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot

( tahap lanjut 0, Edema  wajah, periorbital ( ketidakseimbangan

hormonal ), Glukosa dalam urine .

f. Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat

dipengaruhi oleh perubahan posisi.Nyeri bahu/tangan, nyeri

tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon

pertumbuhan.Nyeri abdomen hilang/timbul\

g. Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya ,

peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan

karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat

merokok.Dsipnoe, meni gfkat dengan kerja, peningkatan fremitus

taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi ( ganguan aliran

udara ). Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal( area

yang mengalami lesi ) Hemoptisis.

h. Keamanan : Demam,  mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.

i. Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.

j. Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga, : adanya

riwayat kanker paru, TBC. Kegagalan untuk membaik.

6. Pemeriksaaan Fisik

a.       Inspeksi

Pola, frekuensi, kedalaman,jenis nafas, durasi inspirasi ekspirasi.

Kesimetrisan dada,

Retraksi otot-otot dada,

penggunaan otot-otot bantu pernafasan

Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan mengangkat

bahu, menunjukan peningkatan kerja pernapasan.

Kaji postur tubuh,

Pasien dengan penyakit paru obstruktif sering duduk dan

menyangga diri dengan tangan atau menyangga dengan siku di

meja sebagai upaya untuk tetap mengangkat klavikula sehingga

memperluas kernampuan ekspansi dada.

Sianosis (kebiruan)

11

Page 12: Askep Tumor Paru

Pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya terjadi sianosis

akibat dari gangguan pola nafas yang menyebabkan terjadinya

hipoksia

bentuk kuku

pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya memiliki kuku

berbentuk tabuh

kaji adanya edema

Biasanya terjadi edema pada muka, leher,dan lengan\

 kulit pucat

 akibat kesulitan bernafas

frekuensi batuk

batuk biasanya terus-menerus

karakteristik sputum

b. Palpasi

Nyeri pada dada

Ketika pemeriksa menekan bagian dada, pasien akan merasa

nyeri

Taktil fremitu

Pada pasien normal vibrasi taktil fremitus ada. Ini dapat menurun

atau tidak ada bila terdapat sesuatu dintara tangan pemeriksa dan

paru pasien serta dinding dada. Sebagai contoh, bila ada efusi

pleural, penebalan pleural atau pnemotorak akan menyebabkan

pemeriksa tidak mungkin merasakan vibrasi ini atau vibrasi

menurun

Denyut nadi,frekuensi,irama dan kekuatan

Capillary refill

c. Perkusi

Mengetuk dada memastikan adanya pembesaran organ paru

Ada penumpukan cairan (sekret)

d. Auskultasi

Suara nafas

12

Page 13: Askep Tumor Paru

Pada obstruksi jalan napas seperti penyakit paru obstruksi

menahun (PPOM) atau atelektasis, intensitas bunyi napas

menurun. Pada penebalan pleural, efusi pleural, pneumotoraks,

dan kegemukan ada substansi abnormal Jaringan fibrosa, cairan,

udara, atau lemak) antara stetoskop dan paru di bawahnya;

substansi ini menyekat bunyi napas dari stetoskop, membuat

bunyi napas menjadi tidak nyaring.

Suara tambahan nafas

 Bunyi napas bronkial, selain terdengar pada trakea orang normal, juga

terdengar pada beberapa situasi dimana ada konsolidasi-contohnya

pneumonia. Bunyi napas bronkial juga terdengar di atas efusi pleural

dimana paru normal tertekan. Bunyi crackles terjadi pada pneumonia,

gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles inspirasi

maupun ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Bunyi ekstra

seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat

disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas, stenosis, dan

lain-lain.

Tekanan darah

Denyut jantung

  Data penunjang

1) Radiologi

a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi

dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi

adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.

Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,

atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2) Laboratorium.

13

Page 14: Askep Tumor Paru

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi

kebutuhan ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada

kanker paru).

3) Histopatologi.

a. Bronkoskopi

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan

sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan

ukuran

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik

dengan cara torakoskopi.

d. Mediastinosopi.

Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening

yang terlibat.

e. Torakotomi,

f. Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam

– macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal

mendapatkan sel tumor.

4) Pencitraan.

 CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan

pleura

MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

14

Page 15: Askep Tumor Paru

Pengelompokan Data

1. Data Subjektif

Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif, Serak,

haus, Anoreksia, disfalgia, berat badan menurun, Peningkatan

frekuensi/jumlah urine, Takut

2. Data Objektif

Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi,

Sianosis, pucat, Edema, Demam Gelisah

B. Diagnosa keperawatan

a. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi

bronkial sekunder karena invasi tumor.

b. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli 

atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli

( atelektasis , edema paru , efusi, sekeresi

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan

saraf oleh tumor paru.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kelelahan dan dyspnea

e. Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan secara

umum.

C. Rencana Keperawatan

No

Diagnosa

Keperawat

an

P e r e n c a n a a n

Tujuan dan

kriteria hasilIntervensi Rasional

1. Tidak

efektif

bersihan

jalan

napas

berhubung

Bersihan jalan

napas akan paten

dengan kriteria

batuk hilang,

suara napas

bersih, x –ray

Auskultasi

paru akan

ronkii, rales

atau mengi.

Monotr

ABGs

Lihat adekuatnya

pertukaran gas dan

luasnya obstruksi jalan

napas karena skeret.

Melihat keseimbangan

asam dan basa dan

15

Page 16: Askep Tumor Paru

an dengan

obstruksi

bronkial

sekunder

karena

invasi

tumor.

bersih.

Monitor hasil

sputum

sitology

Beri posisi

optimal

kepala tempat

tidru

ditinggikan.

Atur humifier

oksigen

bantu pasien

dengan

ambulasi atau

ubah posisi.

anjurkan

intake air

hangat 1,5 – 2

L/hari kecuali

kontraindikasi

Bantu pasien

yang batuk

kebutuhan untuk terapi

oksigen

Melihat adanya sel

kanker

Sekret bergerak sesuai

gravitasi sesuai

perubaha posisi.

Meninggikan kepala

tempat tidur

memungkinkan

diafragma untuk

brkontraksi

Mensuplay oksigen

dan mengurangi kerja

pernapasan

Sekret bergerak sesuai

perubahan tubuh

terhadap gravitasi

Mengencerkan sekret

Batuk mengeluarkan

sekret yang

menunmpuk

16

Page 17: Askep Tumor Paru

2. Kerusakan

pertukaran

gas b/d gg.

Aliran

udata ke

alveoli,

perubahan

membran

alveolar

kapiler

( atelektasi

s, oedema

paru,

efusi,

sekresi

berlebihan

,

perdaraha

n aktif

Pertukaran gas

efektif.

Kriteria :

GDA dalam

batas

normal,. Mebubj

ukan ventilasi

adekuat

Menunjukan

oksigenasi

adekuat.

Menunjukan

perbaikan

distress

pernafasan.

Catat

frekluensi dan

kedalaman

pernafasan ,

penggunaan

otot bantu dan

nafas bibir.

Auskultasi

paru untuk

penurunan

bunyi nafas

dan adanya

bunyi

tambahan

krekels.

Observasi

ferfusi 

daerah akral

dan sianosis

( daun

telinga, bibir,

Takhipnoe dan dispnoe

menyertai obstruksi

paru.

Area yang tak

terventilasi dapat

diidentifikasikan 

dengan tak adanya

bunyi nafas.

Menunjukan

hipoksemia sistemik.

Jalan nafas

lengket/kolaps

menurunkan jumlah

alveoli yang berfungsi.

17

Page 18: Askep Tumor Paru

lidah dan

membran

lidah )

Lakukan

tindakan

untuk

memperbaiki

jalan nafas.

Tinggikan

kepala/tempat

tidur sesuai

dengan

kebutuhan.

Awasi tanda

vital

Kaji tingkat

kesadaran

Kaji toleransi

aktivitas.

Secara negatif

mempengaruhi

pertukaran gas.

Meningkatkan

ekspansi dada

maksimal, membuat

mudah bernafas

meningkatkan

kenyamanan.

Tahkikardi/takhipnoe,

dan perubahan pada

TD. Terjadi seirng

dengan perubahan

asidosis.

Hipoksemia sistemik

dapat ditunjukan

pertamakali oleh

gelisah dan rangsang

disertai penurunan

kesadaran.

Hipoksemia

menurunkan

kemampuan untuk

18

Page 19: Askep Tumor Paru

Kolaborasi:

Awasi seri

GDA.

Berikan

oksigen

dengan

metoda yang

tepat.

berpartisipasi dalam

aktivitas tanpa

dispnoea berat,

takikardia dan

disritmia.

Hipoksemia ada pada

berbagai

derajattergantung

pada jumlah obstruksi

jalan nafas. 

Memaksimalkan

sediaan oksigen untuk

pertukaran gas .

3. Gangguan

rasa

nyaman

nyeri

berhubung

an dengan

penekanan

saraf oleh

tumor

paru.

Mendemonstrasi

kan bebas nyeri

dengan kriteria

ekspresi wajah

rileks,

pengembangan

paru optimal,

menyatakan

nyeri hilang

Pantau

atau catat

kerakteristik

nyeri, catat

laporan verbal,

petunjuk non

verbal dan

respons

hemodinamik

(contoh:menan

gis, meringis,

gelisah,

berkeringat,

mencengkram

Variasi

penampilan dan prilaku

pasien karena nyeri

terjadi sebagai temuan

pengkajian. Cemas dan

stress menimbulkan

katekolamin yang akan

mengingakatkan

kecepatan jantung dan

tekanan darah

19

Page 20: Askep Tumor Paru

dada, napas

cepat,

TD/frekuensi

jantung

berubah)

Ambil

gambaran

lengkap

terhadap nyeri

dari pasien

menggunakan

analisa gejala

(PQRST)

Berikan

lingkungan

yang tenang,

aktivitas

perlahan dan

tindakan

nyaman (sprei

yang kering

atau yang

tidak terlipat,

gosokan

punggung)

pendekatan

yang tenang

Bantu

melakukan

teknik

relaksasi,

misalnya nafas

Nyeri sebagai

pengalaman subjektif

dan harus digambarkan

oleh pasien untuk

menilai nyeri dengan

membandingkannya

dengan pengalaman

yang lain

Menurunkan

rangsangan eksternal.

Membantu dalam

penurunan persepsi

atau respon nyeri.

Memberikan control

situasi, meningkatkan

20

Page 21: Askep Tumor Paru

dalam atau

perlahan,

perilaku

distraksi,

visualisaasi.

Periksa

tanda vital

sebelum dan

sesudah

pemberian

obat narkotik

Kaloboras

i dalam

pemberian

analgetik

sesuai indikasi

dan pemberian

oksigen sesuai

indikasi

perilaku positif.

Hipotensi atau

depresi pernafasan

dapat terjadi sebagai

akibat pemberian

narkotik

Menurunkan atau

mengontrol nyeri dan

menurunkan

rangsangan system

syaraf simpatis

4. Perubahan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubung

an dengan

kelelahan

dan

dyspnea

Status nutrisi

ditingkatkan

dengan kriteria

BB bertambah,

makan sesuai

diet seimbanmg,

albumin, limfosit

normal, lingkar

lengan normal

Kaji diet

harian dan

kebutuhannya

Timbang BB

tiap minggu

Kaji faktor

psikologi

Moniitor

albumin dan

Bantu menentukan diet

individu

Sesuai penngkatan

nutrisi.

Mengidentifikasi efek

psikologis yang

mempengaruhi

menurunnya makan

dan minum

Indikasi adekuatnya

protein untuk sistem

21

Page 22: Askep Tumor Paru

limfosit

Beri oksigen

selama makan

sesuai

keperluan

Anjurkan oral

care sebelum

makan

Atur anti

emetik

sebelum

makan

Berikan diet

TKTP

Atur

pemberian

vitamin

sesuai order

imun

Mengurangi dyspnea

dengan mengurangi

kerja paru

Menghilangkan rasa

sputum yang bisa

mengurangi napsu

makan pasien

Mengurangi mual yang

bisa mempengaruhi

napsu makan

Mendukung sistem

imun

Sebagai diet suplemen

atau tambahan

5. Aktivitas

intolerans

berhubung

an dengan

kelemahan

secara

umum.

Pasien mampu

melakukan

akvitas tanpa

keleahan atau

dyspnea dengan

kriteria hasil

mampu

melakukan

aktivitas

hariannya.

Observasi

respon

terhadap

aktivitas

Identifikasi

faktor yang

mempengaruh

i intolerans

seperti stres,

efek samping

obat

Rencanakan

periode

Melihat kemapuan

beraktivitas

Intevensi dilaksanakan

sesuai faktor yang

mempengaruhi

Mengurangi kelelahan

melalui isitirahat yang

22

Page 23: Askep Tumor Paru

istirahat di

antara waktu

bekerja

anjurkan

untuk lakukan

aktivitas

sesuai

kemampuan

pasien

berikan

program

latihan

aktivitas

sesuai

toleransi

Rencanakan

bersama

keluarga

mengurangi

energi yang

berlebihan

saat

melakukan

aktivitas

harian

cukup

Menemukan pasien

kebutuhannya tanpa

menyebabkan

kelelahan

Meningkatkan

independensi pasien

sendiri

Identifikasi menyimpan

energi .

23

Page 24: Askep Tumor Paru

D. Implementasi

Dari hasil entervensi yang telah tertulis implementasi / pelaksanaan yang

dilakukan disesuaikan dengan keadaan pasien dirumah sakit pekasanaan

perupakan pengelolahan dan perwujudan, dan rencana tindakan yang meliputi

beberapa bagina, yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan

keperawatan dan pengumpulan data.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang

keresahan klien dengan berdasar tujuan yang tela ditetapkan.

Dalam evaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :

- Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan dengan

standart yang telah ditetapkan.

- Tujuan tercapai sebagian : Pasien menunjukkan perubahan sebagai

sebagian sesuai dengan standart yang telah

ditetapkan.

- Tujuan tidak tercapai : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan

kemajuan sama sekali.

24

Page 25: Askep Tumor Paru

DAFTAR PUSTAKA

Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and

Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman

untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3,

alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih

bahasa Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta

Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin

Aih dkk, volume 4, edisi V, EGC, Jakarta

Alsagaff, Hood, dkk. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga

University Press, Surabaya.

Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD

Dokter Soetomo, Surabaya

Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby

Year Book, Toronto.