Tumor Paru Case
-
Upload
renny-anggraini -
Category
Documents
-
view
685 -
download
80
Transcript of Tumor Paru Case
Laporan kasus
TUMOR PARU
Disusun oleh :
R ENNY ANGGRAINI
0708112073
PEMBIMBING
dr. Adrianison, Sp.P
BAGIAN ILMU KESEHATAN PARU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2012
1
TUMOR PARU
Definisi tumor paru
Tumor paru adalah penyakit yang ditandai dengan tidak terkontrolnya
pertumbuhan sel di jaringan paru. Paru primer yang berasal dari saluran pernapasan.
Lebih dari 90% tumor paru primer merupakan tumor ganas, dan 95% tumor ganas ini
termasuk karsinoma bronkogenik. Bila kita menyebut kanker paru maka yang
dimaksud adalah karsinoma bronkogenik.1
Meskipun pernah dianggap sebagai suatu bentuk keganasan yang jarang
terjadi, insiden kanker paru di Negara industry telah meningkat sampai tahap
epidemic sejak tahun 1930. Kanker paru sekarang ini telah menjadi penyebab utama
kematian akibat kanker pada laki-laki maupun perempuan. Insiden tertinggi terjadi
pada usia antara 55-65 tahun. Peningkatan ini diyakini berkaitan dengan makin
tingginya kebiasaan merokok yang sebenarnya dapat dihindari. 1
Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari tumor paru masih
belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan-
bahan karsinogenik merupakan factor utamanya, tanpa menyampingkan
kemungkinan predisposisi hubungan keluarga (genetik) ataupun suku bangsa/ras serta
imunologis. Bahan karsinogenik yang paling banyak diduga sebagai penyebab kanker
paru adalah rokok.Bahan karsinogenik, sepertiasap rokok, zat kimia (asbes, arsen,
uranium, nikel, besi, dan chromium).2
Pathogenesis Kanker Paru
Berdasarkan teori onkogenesis terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya
gen supresor tumor dalam genom (genom). Adanya inisator mengubah gen supresor
tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (inersi/inS) sebagai
susunan pasangan basanya, tampilnya gen erB1 dan atau neu/erB2 berperan dalam
2
anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah programmed cell dead).
Perubahan gen menyebabkan sel paru berubah menjadi sel kanker.3
Pada umumnya, sel kanker membentuk sebuah tumor, kecuali pada leukemia.
Sebelum tahun 1960, peneliti kanker berpendapat bahwa asupan nutrisi yang
mencapai tumor terjadi oleh karena adanya jaringan pembuluh darah yang telah ada,
namun penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa lintasan angiogenesis
diperlukan bagi tumor untuk berkembang dan menyebar. Tanpa lintasan
angiogenesis, sebuah tumor hanya akan berkembang hingga memiliki diameter
sekitar 1-2 mm, dan setelah itu perkembangan tumor akan terhenti. Sebaliknya,
dengan angiogenesis, sebuah tumor akan berkembang hingga melampaui ukuran
diameter 2 milimeter.[16] Oleh karena itu, sel tumor memiliki kemampuan untuk
mensekresi protein yang dapat mengaktivasi lintasan angiogenesis. Dari berbagai
protein yang dapat mengaktivasi lintasan angiogenesis seperti acidic fibroblast
growth factor, angiogenin, epidermal growth factor, G-CSF, HGF, interleukin-8,
placental growth factor, platelet-derived endothelial growth factor, scatter factor,
transforming growth factor-alpha, TNF-α, dan molekul kecil seperti adenosina, 1-
butyryl glycerol, nikotinamida, prostaglandin E1 dan E2; para ilmuwan telah
mengidentifikasi dua protein yang sangat penting bagi pertumbuhan tumor yaitu
vascular endothelial growth factor (VEGF) dan basic fibroblast growth factor
(bFGF). Kedua protein ini disekresi oleh berbagai jenis sel kanker dan beberapa jenis
sel normal.4,5
Sekresi VEGF atau bFGF akan mengikat pada pencerap sel endotelial dan
mengaktivasi sel tersebut untuk memicu lintasan metabolisme yang membentuk
pembuluh darah baru.[18] Sel endotelial akan memproduksi sejumlah enzim MMP
yang akan melakukan degradasi terhadap jaringan matriks ekstraselular yang
mengandung protein dan polisakarida, dan berfungsi untuk sebagai jaringan ikat yang
menyangga jaringan parenkima dengan mengisi ruang di sela-sela selnya. Degradasi
jaringan tersebut memungkinkan sel endotelial bermigrasi menuju jaringan
parenkima, melakukan proliferasi dan diferensiasi menjadi jaringan pembuluh darah
yang baru. 4,5
3
Reaksi antara asam tetraiodotiroasetat dengan integrin adalah penghambat
aktivitas hormon tiroksin dan tri-iodotironina yang merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam angiogenesis dan proliferasi sel tumor. 4
Metastasis terjadi karena tumor paru ini merupakan satu-satunya tumor yang
mampu berhubungan dengan sirkulasi arterial, sehingga dapat menyebab hampir ke
semua organ. 2
Klasifikasi tumor
Secara klinis untuk tujuan pengobatan, kanker paru dapat dibagi menjadi: 1,2,3
1. Small cell lung cancer (SCLC)
2. Non small cell lung cancer
o Karsinoma epidermoid (skuamosa)
o Adenokarsinoma
o Karsinoma sel besar
Kanker paru primer diklasifikasikan menurut jenis histologinya, semuanya
memiliki riwayat alami dan respons terhadap pegobatan yang berbeda.
Menurut WHO tahun 1999 klasifikasi kanker paru primer dapat dibagi menjadi: 1,2,3
karsinoma bronkogenik
o Karsinoma epidermoid (skuamosa)
o Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat)
o Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar)
o Karsinoma sel besar
o Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid
lain-lain
o Tumor karsinoid (adenoma bronkus)
o Tumor kelenjar bronchial
o Tumor papilaris dari epitel permukaan
4
o Tumor campuran dan karsinosarkoma
o Sarkoma
o Tak terklasifikasi
o Mesotelioma
o Melanoma
Diagnosis Kanker Paru
Anamnesis
Keluhan utama yang sering ditemui, yaitu: 1,2,3
Batuk dengan atau tanpa dahak Hemoptisis
Sesak napas
Napas berbunyi (mengi)
Suara serak
Nyeri dada atau nyeri perut
Sulit atau sukar menelan
Benjolan dipangkal leher (kelenjer region lobi)
Sembab wajah
Keluhan lainnya:
Berat badan menurun
Nafsu makan menurun
Demam hilang timbul
Lekas mengalami kelelahan
Manifestasi klinis dapat bersifat, yaitu:
1. Gejala intrapulmonal (lokal)
Batuk lebih dari 2 minggu
Batuk darah
Nyeri dada
5
Mengi (wheezing, stridor) karena obstruksi saluran napas
Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
Atelektasis
2. Gejala intratorasik ekstrapulmonar
nyeri dada
dispnea karena efusi pleura
invasi ke pericardium terjadi tamponade atau aritmia
sindrom vena cava superior
sindrom horner
suara serak
sindrom pancoas
3. Gejala ekstratorasik non metastatik
Neuropatia karsinomatosa
Hypertropic pulmonary osteoathropathy
Migratory thromboplebitis
4. Gejala ektratorasik metastatik
Satu-satunya tumor yang mampu berhubungan langsung dengan sirkulasi
arterial, sehingga bisa menyebar hampir ke semua organ, terutama di
otak, hati, tulang, dan adrenal
Pemeriksaan Penunjang
Melakukan rontgen dada adalah langkah pertama jika pasien melaporkan
gejala-gejala yang mungkin menyarankan kanker paru-paru. Hal ini dapat
mengungkapkan massa yang jelas, pelebaran mediastinum (sugestif menyebar ke
kelenjar getah bening di sana), atelektasis (kolaps), konsolidasi ( pneumonia ), atau
efusi pleura . Jika tidak ada temuan radiografi tapi kecurigaan yang tinggi (seperti
perokok berat dengan dahak yang berlumuran darah), bronkoskopi dan / atau CT scan
6
dapat memberikan informasi yang diperlukan. Bronkoskopi atau CT, biopsi sering
digunakan untuk mengidentifikasi jenis tumor. Temuan abnormal pada sel-sel ("
atypia ") dalam sputum berhubungan dengan peningkatan risiko kanker paru-paru.
Sputum sitologi pemeriksaan dikombinasikan dengan pemeriksaan skrining lain
mungkin memiliki peran dalam deteksi dini kanker paru-paru.4
Foto rontgen
Dapat ditemukan: 4
Massa radiopaque di paru
Obstruksi jalan napas, dengan akibat atelektasis
Pembesaran kelenjar hilar
Kavitasi
Tumor pancoas
Efusi pleura
Kelainan tulang, biasanya bersifat osteolitik
Secara umum kanker paru lebih banyak ditemukan pada paru kanan
dibandingkan paru kiri , serta melibatkan lobus superior daripada lobus inferior
dengan perbandingan (3:2). Berdasarkan jenis histopatologik, karsinoma epidermoid
dan karsinoma oat sel, bisa terletak di sentral atau di perifer, namun adeno karsinoma
hampir selalu di perifer. 2
Bronkoskopi
Pemeriksaan bronkoskofi sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis
kanker paru. Adapun gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik adalah
obstruksi stenosis irregular, stenosis ekor tikus, dan indentasi cap jempol. Hasil
positif dengan bronkoskofi ini dapat mencapai 95% untuk tumor yang letaknya
sentral dan 70-80% untuk tumor yang letaknya perifer. 2
7
Tomografi dan Computed Tomografi
Pemeriksaan ini lebih baik dibandingkan bronkoskofi, oleh karena dapat
menunjukkan dengan jelas lokalisasi, ekstensi ekstrabronkial, kavitasi kalsifikasi dan
umbilikasi. Computed tomografi (CT merupakan prosedur yang paling akurat untuk
mengevaluasi mediastinum secara non invasive, namun untuk kalainan di paru,
tampaknya tidak mempunyai keuntungan disbanding foto toraks standar PA dan
lateral). 2,3
Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada
keluhan batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena
tergantung dari: 3
Letak tumor terhadap bronkus
Jenis tumor
Tekhnik pengeluaran sputum
Jumlah sputum yang diperiksa. Dianjurkan 3-5 hari berturut-turut
Waktu pemeriksaan sputum (sputum harus segar)
Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat
memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan
sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis
dini kanker paru. 3
Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnosis lain untuk diagnostic kanker paru
dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal,
supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi. 3
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan, yaitu: 2,3
Endoskopi
Torakoskopi
Mediastinoskopi
8
Biopsy
Imunologi
Biochemical marker
Klasifikasi /stadium kanker paru
Tabel. Stadium tumor paru3
Derajat system TNM
Occurlt Ca Tx No Mo
Derajat 0 Tis No Mo
Derajat I T1,T2 No Mo
Derajat II T1,T2 N1 Mo
Derajat III A T1,T2,
T3
N2
N0,N1,N2
Mo
Derajat III B Semua T,
T4
N3
Semua N
Mo
Derajat IV Semua T Semua N M1
Keterangan:
Berdasarkan T N M:
T = Tumor : N= Nodul (kelenjer limfe) ; M=Metastasis
a T: T-0 : Tidak tampak tumor primer
T-1 : Diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
T-2 : Diameter tumor > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis,
namun berjarak > 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura
T-3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasike sekitar (dinding thoraks,
diafragma, atau mediastinum) atau sudah berada dekat karina dan
atau disertai efusi pleura.
b N: N-0 : Tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe
9
N-1 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N-2 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
N-3 : Terdapat penjalaranke kelenjar limfe ekstratorakal
c M : M-0 : Tidak terdapat metastase jauh
M-1 : Sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain
Penatalaksaan Tumor Paru
Tujuan pengobatan kanker,yaitu: 3
Kuratif :menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit
dan meningkatkan angka harapan hidup pasien.
Paliatif : mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup
Rawat rumah pada kasus terminal : mengurangi dampak fisik maupun
psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga
Suportif : menunjang pengobatan kuratif paliatif dan terminal, seperti
pemberian nutrisi, transfuse daran dan komponen darah,
growth factors obat anti nyeri dan obat anti infeksi.
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk kanker paru, yaitu: 2,3
Pembedahan
Cara terbaik
Pilihan pertama pada stadium I dan II
Radioterapi
Pilihan ke dua setelah pembedahan
Kurang efektif pada jenis epidermoloid dan adeno karsinoma
Tujuan paliatif pada:
o Mengurangi obtruksi vena cava superior
o Mengurangi metastase ke tulang dan nyeri
o Paska bedah
Kemoterapi
10
o Terapi baku mulai dari stadium III aA dan untuk pengobatan
paliatif
o Kemoterapi adjuvant mulai stadium II
o Digunakan bila tumor luas, metastase (+)
Imunoterapi
o Meningkatkan data tahan tubuh
o Meningkatkan hasil terapi lain (post operatif)
o Obatnya:
Vaksin BCG
Corynebacterium pavuum
Levamisol, 3x50 mg 2 x/minggu selama 3-6 bulan
11
ILUSTRASI KASUS
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Seorang laki-laki, Tn A, umur 69 tahun, datang ke RSUD Arifin Achmad
Propinsi Riau pada tanggal 16 Maret 2012 dengan keluhan sesak nafas yang semakin
berat sejak 2 minggu SMRS.
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluh mengalami sesak nafas, sesak nafas
pasien tidak berhubungan dengan posisi tubuh dan membaik jika dipijat-pijat, batuk-
batuk (+), demam (+) hilang timbul, nafsu makan pasien menurun. Pasien juga
merasakan nyeri pada dada, dada terasa panas seperti disayat pisau, nyeri yang
dirasakan pasien hampir pada seluruh bagian dada menjalar hingga ke punggung,
leher dan lengan. Pasien telah berobat ke poli Paru dan diberi obat, tetapi lupa
namanya dan keluhan berkurang.
Sejak 2 minggu SMRS, sesak semakin hebat, nyeri dada seperti ditusuk-tusuk
atau disayat pisau, pasien tidak mau makan, makan hanya satu sendok dan dibantu
ditelan dengan air, pasien juga merasa sulit menelan, berat badan pasien turun hingga
5 kg, batuk-batuk (+), demam hilang timbul (+), mual (+) dan muntah (-).
Pasien tidak pernah memiliki riwayat TB paru, riwayat asma (-), riwayat
hipertensi (-), riwayat penyakit jantung (-), serta riwayat DM (-).
Tidak anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
Pasien merupakan seorang pensiunan PNS, pasien memiliki kebiasaan
merokok sejak kelas V SD, 1 bungkus per 2 hari dan berhenti sejak 3 tahun ini.
Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik tanggal 16 Maret 2012 didapatkan:
Kesadaran : komposmentis
Keadaan umum : tampak kesakitan berat
Keadaan gizi : gizi kurang (TB= 155 cm, BB= kg)
IMT kg/m2
12
Vital sign
Tekanan darah: 110/60 mmHg
Nadi : 100 kali/menit
Pernapasan : 28 kali/menit
Suhu tubuh : 36,6o C
Kepala :
Mata : konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax :
Paru
Inspeksi : Pergerakan napas simetris
Palpasi : fremitus kiri melemah
Perkusi : Lapangan paru sinistra bagian superior pekak sedangkan
lapangan paru dextra sonor.
Auskultasi : vesikuler sinistra melemah, ronki (-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan pada linea parasternalis dektra, batas
jantung kiri pada dua jari medial linea midclavikula sinistra
Auskultasi : bunyi jantung normal, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar, venektasi (-)
Palpasi : teraba supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), H/L tidak teraba,
shiffting dullness (-)
13
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Eksttremitas : akral pucat, hangat, sianosis (-), pitting edema (-)
PEMERIKSAAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan:
Rontgen : terdapat perselubungan pada superior sinistra
Bronkoskopi : terdapat adanya massa pada lobus superior paru sinistra
Darah rutin (16-3-2012)
Hb : 6,9 gr%
Leukosit : 25.200 / mm3
Trombosit : 504.000/mm3
Ht : 20.4 vol%
Glu : 133 AST : 8
BUN : 12 ALT : 24
CRS : 0,88 Ureum : 25,7
Alb : 2,1
Resume
Pasien Tn. A, laki-laki 75 tahun, datang ke RSUD Arifin Achmad pada
tanggal 16 Maret 2012 dengan keluhan sesak nafas yang semakin berat sejak 1
minggu SMRS. Sesak nafas tidak membaik dengan perubahan posisi. Nafsu makan
menurun, dan berat badan turun. Pasien tidak mengeluh perutnya terasa menyesak
kedada, nyeri perut (-).
Pada riwayat dahulu didapatkan bahwa pasien tidak memiliki riwayat
hipertensi, pasien belum pernah didiagnosis penyakit paru. Pasien mempunyai
mempunyai kebiasaan merokok.
14
Pada pemeriksaan fisik ditemukan TD 110/60. RR 24 kali/menit, Lapangan
paru dekstra bagian inferior pekak dan terdengar ronkhi.
Pada pemeriksaan penujang, rontgen menunjukkan terdapat perselubungan
pada lobus superior paru sinistra. Dan dari bronkoskopi didapatkan adanya massa
pada lobus superior sinistra.
Daftar masalah
Tumor paru, anemia, hipoalbumin
Rencana Pemeriksaan Penunjang
CT Scan thorax
Pemeriksaan histopatologi
Rencana Penatalaksanaan
Non Farmakologi
Istirahat (bed rest)
02 3 L/menit
Farmakologi
Transfusi PRC
IVFD RL 20 tetes/menit
Inj. Cefriakson 1gr 2x1
OBH sirup
Transfusi plasbumin 20% 1x1
15
PENGKAJIAN
Anemia merupakan suatu gejala klinis yang menunjukkan penurunan jumlah
massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Pada pasien ini ditemukan adanya
tanda-tanda klinis anemia berupa konjungtiva anemis dan akral pasien yang pucat.
Dan diperkuat dengan adanya pemeriksaan Hb 6,9 gr%. Pada kasus ini dapat
dipikirkan adanya anemia karena suatu keganasan atau karena penyakit yang kronis
yang terjadi pada pasien karena riwayat perdarahan seperti batuk darah, muntah
darah, ataupun BAB berdarah tidak ada. Anemia karena adanya fungsi ginjal yang
terganggu dapat disingkirkan dengan melihat kadar kreatinin serum yang normal.
Hipoalbuminemia dapat terjadi pada pasien dikarenakan adanya intake yang
buruk pada pasien. Pasien dikarenakan karena sesak dan batuknya mengalami
penurunan nafsu makan. Dapat dipikirkan kemungkinan lain bahwa hipoalbuminemia
disebabkan adanya proteinuria.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Wilson LM. Tumor ganas paru. price S, Wilson LM., editors. Dalam; Patofisiologi.EGC; 2006; 843-49.
2. Amin M, Alsagaff, Saleh WB. Ilmu penyakit paru. Airlangga Uneversitas Press:2000;91-106
3. Amin Z. Kanker paru. Sudoyo AW, Setiyohadi B, alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Dalam; Ilmu penyakit dalam. FKUI; 2007; 4 (2);1005-10
4. Wikipedia. Kanker paru. [dikutip tanggal 12 Januari 2012]. Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Lung_cancer
5. Farmasia. Symposia:Karsinoma bronkogenik: An Evidence Based Approach. Oct 2006; 4(3)
6. Wikipedia. Lung Cancer. [cited 11 January 2012]. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Lung cancer)
17