LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

23
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA MEKANIK MATA DI RUANG MATA RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PERIODE TANGGAL 6 ME1 2002 S/D 10 MEI 2002 DI SUSUN OLEH : SUBHAN NIM 010030170 B DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

description

trauma mata

Transcript of LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

Page 1: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

TRAUMA MEKANIK MATA

DI RUANG MATA RSUD DR. SOETOMO

SURABAYA

PERIODE TANGGAL 6 ME1 2002 S/D 10 MEI 2002

DI SUSUN

OLEH :

SUBHAN

NIM 010030170 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN

SURABAYA

2002

Page 2: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan Trauma Mekanik Mata

Di Ruang Mata RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Surabaya, 10 Mei 2002

Mahasiswa

Subhan

NIM. 010030170 B

Mengetahui

Kepala Ruang Mata

Arie Sunarno, AMD Kep.

NIP.

Pembimbing Akademik

Joni Haryanto, SKp.

NIP. 140 271745

2

Page 3: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA MEKANIK MATA

DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO

SURABAYA

Trauma mekanik pada mata sering menyebabkan kebutaan unilateral pada

anak-anak dan orang dewasa muda. Pada kelompok inilah trauma pada mata sering

terjadi (50%) yaitu umur kurang dari 18 tahun (di USA).

Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari rongga orbita, rima orbita,

alis, tulang pipi dan hidung, lemak orbita, reflex mengedip, bulu mata, sekresi

kelenjar kelopak mata dan konjungtiva, juga dengan telah dibuatnya macam-macam

alat untuk melindungi mata, tetapi frekwensi kecelakaan masih tinggi. Terlebih -

lebih dengan bertambah banyaknya kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan

bertambah banyak pula, juga dengan bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di

jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang juga

mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat main

panahan, ketepel, senapan angin atau akibat lemparan, tusukan dari gagang mainan.

Sebaiknya bila ada trauma mekanik mata segera dilakukan pemeriksaan dan

pertolongan karena kemungkinan fungsi penglihatan masih dapat dipertahankan.

Adapun pemeriksaan - pemeriksaan yang diperlukan :

1. Anamnesa

Kapan, dimana, ada saksi atau tidak, bagaimana visus sebelum trauma,

penderita memakai kacamata atau tidak, kalau memakai kacamata pecah atau

tidak,apakah ada benda asing masuk pada mata atau tidak.

2. Status Lokalis

Dilakukan pemeriksaan pada setiap jaringan mata secara teliti dan cermat

serta keadaan sekitar mata.

Trauma mekanik pada mata dibedakan ada 2 macam yaitu :

1). Trauma mekanik tumpul

2). Trauma mekanik tajam.

I. TRAUMA MEKANIK TUMPUL

Gelombang tekanan akibat trauma menyebabkann tekanan yang sangat tinggi

dalam waktu singkat didalam bola mata. Tekanan dalan bola mata ini akan menyebar

antara cairan vitreus dan sclera yang tidak elastis. Akibatnya terjadi peregangan dan

robeknya jaringan pada tempat dimana ada perbedaan elastisitas, misal daerah

limbus, sudut iridocorneal, ligamentum zinni dan corpus ciliaris.

3

Page 4: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

Respon jaringan akibat trauma menimbulkan : 1). Gangguan molekuler.

Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan kromatolisis sel. 2). Reaksi

Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga aliran

darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah maka

terjadi edema. 3). Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada

cornea, sclera dan sebagainya.

A. Palpebra

1. Perdarahan di palpebra = ecchymosis, black eye

Pada perdarahan hebat, palpebra menjadi bengkak dan berwarna kebiru-

biruan, karena jaringan ikat palpebra halus, perdarahan ini dapat menjalar ke jaringan

lain di muka, juga dapat menyeberang melalui pangkal hidung ke mata yang lain

menimbulkan hematom kacamata (bril hematom) atau menjalar ke belakang

menyebabkan eksofthalmos. Bila ecchymosisi tampak segera sesudah trauma,

menunjukkan bahwa traumanya hebat, oleh karenanya harus dilakukan pemeriksaan

seksama dari bagian mata yang lainnya. Juga perlu pemeriksaan foto rontgen

tengkorak.

Bila tak terdapat kelainan mata lainnya dapat diberikan kompres dingin dan

24 jam kemudian kompres hangat untuk mempercepat resorpsi, disamping obat

koagulansia. Bila perdarahan timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan adanya

fraktura dari dasar tengkorak. Dari waktu antara trauma terjadi sampai timbulnya

ecchymosis dapat diketahui kurang lebih letak fraktura tesebut. Kalau perdarahannya

timbul 3 - 4 hari setelah trauma, maka frakturanya terletak di belakang sekali.

2. Emfisema palpebra

Menunjukkan adanya fraktura dari dinding orbita, sehingga timbul hubungan

langsung antara ruang orbita denga ruangan hidung atau sinus- sinus sekeliling orbita.

Sering mengenai lamina papyricea os ethmoidalis, yang merupakan dinding medial

dari rongga orbita, karena dinding ini tipis.

Pengobatan : berikan balutan yang kuat untuk mempercepat hilangnya udara

dari palpebra dan dinasehatkan jangan bersin atau membuang ingus karena dapat

memperhebat emfisemanya. Kemudian disusul dengan pengobatan dari frakturanya.

3. Luka laserasi di palpebra

Bila luka ini hebat dan disertai dengan edema yang hebat pula, jangan segera

dijahit, tetapi bersihkanlah lukanya dan tutup dengan pembalut basah yang steril. Bila

pembengkakannya telah berkurang, baru dijahit. Jangan membuang banyak jaringan,

4

Page 5: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

bila tidak perlu. Bila luka hebat, sehingga perlu skingraft, yang dapat diambil dari

kulit retroaurikuler, brachial dan supraklavikuler.

4. Ptosis

Kausa : - parese atau paralise m. palpebra superior (N. III.)

- pseudoptosis, oleh karena edema palpebra

Bila ptosisnya setelah 6 bulan pengobatan denga kortikosteroid dan neurotropik tetap

tak menunjukka perbaikan, mak dilakukan operasi.

B. Konjungtiva

1. Perdarahan subkonjungtiva

Tampak sebagai bercak merah muda atau tua, besar, kecil tanpa atau dsertai

peradangan mata.

Pengobatannya, simptomatis dengan Sulfazinci, antibiotika bila taku terkena

infeksi. Perdarahannya sendiri dapat diabsorbsi dalam 1 – 2 minggu, yang dapat

dipercepat dengan pemberian kompres hangat selam 10 menit setiap kali. Kompres

hangat jangan diberikan pada hari pertama, karena dapat memperhebat

perdarahannya, pada waktu ini sebaiknya diberikan kompres dingin.

2. Edema

Bila masif dan terletak sentral dapat mengganggu visus. Kondisi ini dapat

diatasi dengan jalan reposisi konjungtiva atau menusuk konjungtiva sehingga terjadi

jalan untuk mengurangi edema tersebut. Dapat juga dibantu dengan cairan saline

yang hipertonik untuk mempercepat penyerapan.

3. Laserasi

Bila laserasi sedikit ( < 1 cm) dapat diberi antibiotika untuk membatasi

kerusakan. Daya regenerasi epitel konjungtiva yang tinggi sehingga akan tumbuh

dalam beberapa hari. Bila > 1 cm dijahit dan diberikan antibiotika.

C. Kornea

1. Erosi Kornea

Bila pennderita mengeluh nyeri, photofobi, epifora, blefarospasme, perlu kita

lakukan pemeriksaan pengecatan fluorescein. Bila (+) berarti sebagian kornea tampak

hijau yang berarti ada suatu lesi atau erosi kornea. Pengobatan dengan bebat mata dan

diharapkan 1 - 2 hari terjadi penyembuhan. Bila erosi luas maka perlu tambahan

antibiotika.

5

Page 6: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

2. Edema Kornea

Dapat berupa edema yang datar atau edema yang melipat dan menekuk ke

dalam masuk ke membran bowman dan descemet. Pengobatan dengan bebat mata

dan antibiotika, kadang-kadang diperlukan lensa kontak untuk melindungi kornea

pada fase penyembuhan.

D. Bilik Mata Depan

1. Hifema

Perdarahan ini berasal dari iris atau badan siliar. Merupakan keadaan yang

gawat. Sebainya dirawat, Karena takut timbul perdarahan sekunder yang lebih hebat

daripada perdaran primer, yang biasanya timbul hari kelima setelah trauma.

Perdarahan sekunder ini terjadi karena bekuan darah terlalu cepat diserap, sehingga

pembuluh darah tak mendapat waktu cukup untuk regenerasi kembali, dan

menimbulkan perdarahan lagi. Adanya darah di dalam bilik mata depan, dapat

menghambat aliran aquos ke dalam trabekula, sehingga dapat menimnbulkan

galukoma sekunder. Hifema dapat pula menyebabkan uveitis. Darah dapat terurai

dalam bentuk hemosiderin, yang dapat meresap masuk ke dalam kornea,

menyebabkan kornea berwarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio

kornea. Jadi penyulit yang harus diperhatikan pada hifema adalah : glaucoma

sekunder, uveitis dan hemosiderosis atau imbibisio kornea. Hifema dapat sedikit

dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan

tekanan intraokuler normal. Perdarahan yang mengisi setengah bilik mata depan,

dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraokuler, sehingga mata

terasa sakit oleh glaukomanya. Jika hifemanya mengisi seluruh bilik mata depan rasa

sakit bertambah dan visus lebih menurun lagi, karena tekanan intraokulernya

bertambah pula.

Pengobatan: Harus masuk rumah sakit. Istirahat ditempat tidur dengan elevasi

kepala 30 – 45 derajat. Kepala difiksasi dengan bantal pasir dikedua sisi, supaya tak

bergerak. Keadaan ini harus dipertahankan minimal 5 hari. Pada anak-anak mungkin

harus diikat tangan dan kakinya ditempat tidur. Kedua mata ditutup, atau dapat pula

mata yang sakit saja yang ditutup. Beri salep mata, koagulansia. Bila terisi darah

segar, berikan antifibrinolitik, supaya bekuan darah tak terlalu cepat diserap, untuk

memberi kesempatan pembuluh darah menyembuh, supaya tak terjadi perdarahan

sekunder. Pemberiannya tak boleh melewati 1 minggu, karena dapat mengganggu

aliran humor aquos, menimbulkan glaucoma dan imbibisio kornea. Dapat diberikan 4

kali 250 mg transamic acid. Selama dirawat yang perlu dipehatikan adlah hifema

penuh atau tidak, tekanan intraokuler naik atau tidak, fundus terlihat atau

6

Page 7: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

tidak.Hifema yang penuh dengan kenaika intra okuler, perlu pemberian diamox,

gliserin yang harus dinilai dalam 24 jam. Jika tekanan intraokuler tetap tinggi atau

turun, tetapi tetap diatas normal, dilakukan parasentese. Jika tekanan menjadi normal,

diamox tetap diberikan dan dinilai setiap hari. Bila tekanan ini tetap normal dan darah

masih terdapat sampai hari ke 5 – 9,dilakukan parasentese. Bila terdapat glaukoma

yang tak dapat dikontol dengan cara diatas, maka dilakukan iridenkleisis, dengan

merobek iris, yang kemudian diselipkan diantara insisi korneo skleral, sehingga pupil

tampak sebagai lubang kunci yang terbalik.

E. Iris

1. Iridoplegi

Merupakan kelumpuhan otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis.

Iridoplegi ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pengobatan

sebaiknya istirahat untuk mencegah terjadi kelelahan sfinter dan pemberian

roboransia.

2. Iridodialisis

Merupakan robekan pada akar iris, sehingga pupil agak kepinggir letaknya,

pada pemeriksaan biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada

dasar iris tempat iridodialisa. Pada pemerisaan oftalmoskop terdapat warna merah

pada pupil dan juga pada tempat iridodialisa, yang merupakan reflek

fundus.Pengobatan dapat dicoba dengan midriatika, sehingga pupil menjadi lebar dan

menekan pada akarnya. Istirahat ditempat tidur. Mata ditutup. Bila menimbulkan

diplopia, dilakukan reposisi, dimana iris dikaitkan pada sclera.

F. Pupil

1. Midriasis

Disebabkan iriodoplegi, akibat parese serabut saraf yang mengurus otot

sfingter pupil. Iridoplegi ini dapat terjadi temporer 2 – 3 minggu, dapat juga

permanen, tergantung adanya parese atau paralise dari otot tersebut. Dalam waktu ini

mata terasa silau. Pengobatan sebaiknya istirahat untuk mencegah terjadi kelelahan

sfingter dan pemberian roboransia.

G. Lensa

1. Dislokasi Lensa

Dislokasi lensa terjadi karena ruptura dari zonula zinni. Dapat sebagian

(subluksasi), dapat pula total (luksasi). Lepasnya dapat kedepan dapat pula ke

7

Page 8: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

belakang. Bila tak menimbulkan penyulit glaucoma atau uveitis, dibiarkan saja,

dengan memberi koreksi keadaan refraksinya. Baru dilakukan ekstraksi lensa bila

kemudian timbul penyulit glaucoma, uveitis dan katarak, setelah glaucoma dan

uveitisnya diredakan dahulu.

2. Katarak Traumatika

Katarak ini timbul karena gangguan nutrisi. Ada macam-macam katarak

traumatika yaitu vosius ring, berbentuk roset(bintang), dengan kapsula lensa yang

keriput. Pengobatan tergantung saat terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya

dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah

ambliopia dapat dipasang lensa intraokuler primer atau sekunder. Pada katarak

trauma bila tidak terjadi penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila

terjadi penyulit seperti glaucoma, uveitis dan lai sebagainya maka segera dilakukan

ekstraksi lensa.

H. Badan Kaca

1. Perdarahan Badan Kaca

Darah berasal dari badan siliar, koroid dan retina. Karenanya bila terdapat

perdarahan didalam badan kaca, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi,

untuk mengetahui keadaan dibagian posterior mata.

Pengobatan dapat diberikan koagulansia per oral atau parenteral disamping

istirahat di tempat tidur. Tindakan operatif vitrektomi, baru dilakukan bila setelah 6

bulan dilakukan pengobatan, masih terdapat kekeruhan, untuk memperbaiki tajam

penglihatan.

I. Retina

1. Edema Retina

Edema retina biasanya didaerah polus posterior dekat macula atau di perifer.

Tampak retina dilapisi susu. Bila terjadi di macula, visus sentral terganggu dengan

skotoma sentralis. Dengan istirahat, edema dapat diserap dan refleks fovea tampak

kembali. Untuk mempercepat penyerapan dapat disuntikkan kortison subkonjungtiva

0,5 cc 2 kali seminggu.

2. Ruptura Retina

Robekan pada retina menyebabkan ablasi retina = retinal detachment.

Umumnya robekan berupa huruf V didapatkan di daerah temporal atas. Melalui

robekan ini, cairan badan kaca masuk ke celah potensial di antara sel epitel pigmen

8

Page 9: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

dan lapisan batang dan kerucut, sehingga visus dapat menurun, lapang pandang

mengecil, yang sering berakhir kebutaan, bila terdapat ablasi total.

Pengobatan harus dilakukan segera, dimana prinsipnya dilakukan pengeluaran

cairan subretina, koagulasi ruptura dengan diatermi.

3. Perdarahan Retina

Dapat timbul bila trauma tumpul menyebabkan pecahnya pembuluh darah.

Bentuk perdarahan tergantung lokalisasinya. Bila terdapat dilapisan serabut saraf

tampak sebagai bulu ayam, bila tampak lebih keluar tampak sebagai bercak yang

berbatas tegas, perdarahan di depan retina mempunyai permukaan yang datar di

bagian atas dan cembung di bagian bawah. Darahnya dapat pula masuk ke badan

kaca. Penderita mengeluh terdapat bayangan-bayangan hitam di lapangan

penglihatannya, kalau banyak masuk kedalam badan kaca dapat menutup jalannya

cahaya, sehingga visus terganggu.

Pengobatan dengan istirahat di tempat tidur, istirahat mata, di beri

koagulansia, bila masuk ke badan kaca diobati sebagai perdarahan badan kaca.

J. Sklera

1. Robekan Sklera

Kalau robekannya kecil, sekitar robekan didiatermi dan robekannya dijahit.

Pada robekan yang besar lebih baik dilakukan enukleasi bulbi, untuk hindarkan

oftalmia simpatika. Robekan ini biasanya terletak di bagian atas.

K. Nervus Optikus

1. Avulsi Papil saraf Optik

Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di

dalam bola mata. Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang

berat dan sering berakhir dengan kebutaan.Penderita ini perlu dinilai kelainan fungsi

retina dan saraf optiknya.

2. Optik Neuropati Traumatik

Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian

pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik.

Penglihatan akan berkurang setelah cedera mata. Terdapat reaksi defek aferen

pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat ditemukan

adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil saraf optik dapat

normal dalam beberapa minggu sebelum menjadi pucat.

9

Page 10: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

Pengobatan adalah dengan merawat penderita pada waktu akut dengan

memberi steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu

dipertimbangkan untuk pembedahan.

K. Enoftalmus

Disebabkan robekan besar pada kapsula tenon yang menyelubungi bola mata

di luar sclera atau disebabkan fraktura dasar orbita. Oleh karena itu harus dibuat foto

rontgen dari tulang tengkorak. Seringkali enoftalmus tidak terlihat selama masih

terdapat edema. Gejalanya : penderita merasa sakit, mual, terdapat diplopi pada

pergerakan mata keatas dan ke bawah. Saraf infra orbita sering rusak dan penderita

mengeluh anesthesia pada kelopak mata atas dan ginggiva.

Pengobatan : operasi, dimana dasar orbita dijembatani dengan graft tulang

kartilago atau badan aloplastik.

L. Eksoftalmos

Biasanya disebabkan perdarahan retrobulber berasal dari A. Oftalmika beserta

cabang-cabangnya. Dengan istirahat di tempat tidur perdarahan diserap kembali, juga

diber koagulansia. Bila eksoftalmus disertai pulsasi dan souffles, berarti ada

aneurisma antara arteri karotis interna dan sinus kavernosus.

Pengobatan : pengikatan pada a. karotis sisi yang sama.

10

Page 11: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

II. TRAUMA MEKANIK TAJAM

Pada trauma mekanik tajam ada baiknya diberi anestesi lokal, supaya

pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti dan pada luka-luka yang hebat, yang dapat

menimbulkan prolaps dari isi bola mata. Serum antitetanus harus diberikan pada

setiap luka akibat benda tajam.

A. Palpebra

Kalau pinggiran palpebra luka dan tak diperbaiki, dapat menimbulkan

koloboma palpebra akwisita. Bila besar dapat akibatkan kerusakan kornea oleh

karena mata tak dapat menutup dengan sempurna. Oleh karena itu tindakan harus

dilakukan secepatnya. Kalau tidak kotor dapat ditunggu sampai 24 jam. Pada

tindakan tersebut harus diperbaiki kontinuitas margo palpebra dan kedudukan bulu

mata. Jangan sampai menimbulkan trikiasis. Bila robekan mengenai margo inferior

bagian nasal, dapat memotong kanalikuli lakrimal inferior, sehingga air mata tak

dapat melalui jalan yang seharusnya dan mengakibatkan epifora. Rekanalisasi dapat

dikerjakan secepatnya, bila ditunggu 1 –2 hari sukar untuk mencari ujung-ujunng

kanalikuli tersebut.

B. Konjungtiva

1. Perdarahan

Penatalaksanaan sama dengan rudapaksa mata mekanis tumpul.

2. Robekan

Bila kurang dari 1 cm tidak dijahit, diberikan anestesi lokal. Bila lebih dari 1

cm dijahit denga benang cut gut atau sutera berjarak 0,5 cm antara tiap-tiap jahitan.

Diberikan antibiotika lokal selam 5 hari dan bebat mata untuk 1 - 2 hari.

C. Kornea

1. Erosi Kornea

Penatalaksanaan seperti rudapaksa tumpul.

2. Luka Tembus Kornea

Dari anamnesa didapatkan teraba nyeri, epifora, photofobi dan

blefarospasme. Pada pemeriksaan didapat tes fluorescein (+).

Pengobatan: tanpa mengingat jarak waktu antara kecelakaan dan pemeriksaan,

tiap luka terbuka kornea yang masih menunjukkan tanda-tanda adanya kebocoran

harus diusahakan dijahit. Jaringa intraokuler yang keluar dari luka, missal: badan

kaca, prolap iris sebaiknya dipotong sebelum luka dijahit. Janganlah sekali-kali

dimasukkan dalam bolamata. Jahitan kornea dilakukan secara lamellar untuk

11

Page 12: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

menghindari terjadinya fistel melalui bekas jahitan. Luka sesudah dijahit dapat

ditutup lembaran konjungtiva yang terdekat. Tindakan ini dapat dianggap dapat

mempercepat epitelialisasi. Diberikan antibiotika lokal dalam bentuk salep, tetes atau

subkonjungtiva. Atropin tetes 0,5 – 1% tiap hari. Dosis dikurangi bila pupil sudah

cukup lebar. Bila ada tanda-tanda glaucoma sekunder dapat diberikan tablet.

Analgetik, antiinflamasi, koagulasi dapat diberika bila perlu.

3. Ulkus Kornea

Sebagian besar disebabkan oleh trauma yang mengalami infeksi sekunder.

Dari anamnesa teraba nyeri, epifora, photofobi, dan blefarospasme. Dari pemeriksaan

nampak kornea yang edema dan keruh dan tes flurescein (+).

Pengobatan dapat diberikan antibiotika lokal tetes, salep atau subkonjuntiva,

scraping atau pembersihan jaringan nekrotik secara hati-hati bagian dari ulkus yang

nampak kotor, aplikasi panas, cryo terapi.

D. Sklera

1. Luka Terbuka atau Tembus

Luka ini lekas tertutup oleh konjungtiva sehingga kadang sukar diketahui.

Luka tembus sclera harus dipertimbangkan apabila dibawah konjungtiva nampak

jaringan hitam (koroid).

Pengobatan: sama dengan luka tembus pada kornea. Bila luka sangat besar

dan diragukan bahwa mata tersebut masih dapat berfungsi untuk melihat, maka

sebaiknya dienukleasi untuk menghindarkan timbulnya oftalmia simpatika pada mata

yang sehat.

E. Badan Siliar

1. Luka pada Badan Siliar

Luka disini mempunyai prognosis yang buruk, karena kemungkinan terbesar

dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis, yang dapat berakhir dengan ptisis

bulbi pada mata yang terkena trauma, sedang pada mata yang sehat dapat timbul

oftalmia simpatika. Oleh karena itu bila lukanya besar, disertai prolaps isi bola mata

sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya dilakukan enukleasi bulbi

supaya mata yang sehat masih tetap baik.

F. Bilik Mata Depan

Penatalaksanaan sama denga trauma tumpul.

12

Page 13: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

G. Iris

1. Iritis

Sering akibat dari trauma. Dari anamnese didapatkan keluhan nyeri, epifora,

photofobi, dan blefarospasme. Dari pemeriksaan didapatkan pupil miosis, reflek pupil

menurun dan sinekia posterior.

Pengobatan dapat diberikan Atropin tetes 0,5 – 1% 1 - 2 kali selama sinekia

belum lepas dan antibiotika. Diberikan diamox bila ada komplikasi glaukoma.

H. Lensa

1. Dislokasi Lensa

Penatalaksanaan sama dengan trauma mekanik tumpul.

2. Katarak

Penatalaksanaan sama denga trauma mekanik tumpul.

I. Segmen Posterior

Penatalaksanaan sama denga trauma mekanik tumpul.

J. Luka dengan Benda Asing (Corpus Alienum)

Pemeriksaan yang teliti secara sistimatis sangat diperlukan untuk dapat

menentukan adanya, macamnya, lokalisasi dari benda tersebut.

1. Anamnese :

Terutama pada penderita yang bekerja di perusahaan, dimana benda logam

memegang peranan. Harus ditanyakan apa pekerjaannya dan benda asing apakah

kiranya yang masuk ke dalam mata.

2. Pemeriksaan :

Benda asing tersebut harus dicari secara teliti maemakai penerangan yang cukup

mulai dari palpebra, konjungtiva, fornixis, kornea, bilik mata depan.Bila mungkin

benda tersebut berada dalam lensa, badan kaca diman perlu pemeriksaan tambahan

berupa funduskopi, foto rontgen, ultrasonografi, pemerisaan dengan magnet, dan

coronal CT Scan. MRI merupakan kontra indikasi untuk benda logam yang

mengandung magnet.

Benda asing yang dapat masuk ke dalam mata dibagi dalam beberapa

kelompok:

1. Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah hitam, besi tembaga.

Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit.

2. Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan tumbuh-tumbuhan, bahan pakaian.

13

Page 14: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

3. Benda inert, yaitu benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan

reaksi jaringan mata, kalau terjadi reaksipun hanya ringan saja dan tidak

mengganggu fungsi mata. Contoh: emas, platina batu, kaca, dan porselin.

4. Benda reaktif : terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan

mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel,

aluminium, tembaga, bulu ulat.

Pengobatan yaitu dengan mengeluarkan benda asing tersebut. Bila lokalisasi

di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah

pemberian anestesi lokal.Untuk mengeluarkan perlu kapas lidi atau jarum suntik

tumpul atau tajam.Arah pengambilan adalah dari tengah ke tepi.Bila benda bersifat

magnetik maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable atau giant magnet.

Kemudian diberi antibiotika lokal, sikloplegik dan mata dibebat. Pecahan besi yan

terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui luka ini

ujaung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda tersebut, bila tidak berhasil

dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut. Pecahan

besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan magnit pula

seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik denga magnit, sesudah

dibuat sayatan di limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa

denga cara ekstraksi linier pada orang muda dan ekstraksi ekstra kapsuler atau

intrakapsuler pada orang yang lebih tua. Bila lokalisasinya di dalam badan kaca dapat

dilakukan pengeluaran dengan magnit raksasa, setelah dibuat sayatan dari skera. Bila

tidak berhasil atau benda asing itu tidak magnetik dapat dikeluarkan dengan opersai

viterektomi. Bila benda asing itu tidak dapat diambil harus dilakukan enukleasi bulbi

untuk mencegah timbulnya oftalmia simpatika pada mata sebelahnya.

PENUTUP :

Trauma mekanik mata merupakan keadaan darurat mata, karena dapat terjadi

bermacam-macam kerusakan yang bila tidak segera mendapat pertolongan dapat

mengakibatkan penurunan fungsi mata atau berakhir dengan kebutaan.

Oleh karena itu alangkah baiknya kelak sebagai dokter umum juga waspada

akan akibat rudapaksa ini dan segera menanggulanginya, mana yang dapat diobati

sendiri dan mana yang harus dirujuk.

14

Page 15: LP TRAUMA MEKANIK MATA..doc

DAFTAR PUSTAKA

Nana Wijana : Ilmu Penyakit Mata, pp 312 – 323

Vaughn D et all : General Ophthalmology, Lange Medical Publication, 14th ed, 1989,

pp 356 – 363

Sidarta Ilyas : Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta, 266 – 278

15