ventilasi mekanik

24
ventilasi mekanik Konsep dasar ventilasi mekanik A. Pengertian 1. Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru- paru melalui jalan nafas buatan. Ventilasi mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001) 2. Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi ( Brunner dan Suddarth, 2002). 3. Ventilasi mekanik (Ventilator) adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)

description

g

Transcript of ventilasi mekanik

Page 1: ventilasi mekanik

ventilasi mekanik

Konsep dasar ventilasi mekanik

A. Pengertian

1.   Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator adalah suatu alat bantu mekanik

yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif

pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilasi mekanik merupakan peralatan “wajib” pada

unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)

2.   Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas

pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas

buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi

untuk mempertahankan oksigenasi ( Brunner dan Suddarth, 2002).

3.   Ventilasi mekanik (Ventilator) adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk

menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian

dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan

memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)

B.  Tujuan pemasangan ventilasi mekanik

1.   Mengurangi kerja pernapasan

2.   Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien

3.   Pemberian MV yang akurat

4.   Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi

5.   Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

C.  Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik

Page 2: ventilasi mekanik

1.   Pasien dengan gagal nafas.

Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak

teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah

mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang

sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi.

Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot

pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).

2.      Insufisiensi jantung.

Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan primer. Pada pasien

dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan

(sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung

kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga

beban kerja jantung juga berkurang.

3.      Disfungsi neurologist

Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga mendapatkan

ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien

serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra

cranial.

4.      Tindakan operasi

Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan

keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative

sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.

D.    Klasifikasi

1.      Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua

kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.

a)      Ventilator Tekanan Negatif

Page 3: ventilasi mekanik

Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan

mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-

paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas

kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular,

sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Saat ini sudah jarang di pergunakan lagi karena

tidak bias melawan resistensi dan conplience paru, disamping itu ventla tor tekanan negative ini

digunakan pada awal – awal penggunaan ventilator.

b)      Ventilator Tekanan Positif

Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif

pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada

ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas

digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif

yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.

2. Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat dibagi menjadi empat

jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time Cycled, Flow Cycle.

1)      Volume Cycled Ventilator.

Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan di ruangan unit

perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin

berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan

volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume

tidal yang konsisten. Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan gangguan

paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan gangguan

pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang paru (atelektasis, edema paru). Hal ini

dikarenakan pada volume cycled pemberian tekanan pada paru-paru tidak terkontrol, sehingga

dikhawatirkan jika tekanannya berlebih maka akan terjadi volutrauma. Sedangkan penggunaan

pada bayi tidak dianjurkan, karena alveoli bayi masih sangat rentan terhadap tekanan, sehingga

memiliki resiko tinggi untuk terjadinya volutrauma.

2)      Pressure Cycled Ventilator

Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin

berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada

Page 4: ventilasi mekanik

titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type

ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah.

Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak

dianjurkan, sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada luas

lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.

3)      Time Cycled Ventilator

Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau

waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan

inspirasi (jumlah napas permenit). Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.

4) Berbasis aliran (Flow Cycle)

Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan aliran yang sudah diset.

D. Kriteria Pemasangan Ventilasi Mekanik

Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik

(ventilator) bila :

a)      Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.

b)      Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.

c)      PaCO2 lebih dari 60 mmHg

d)     AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.

e)      Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

E. Modus operasional ventilasi mekanik

Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :

a.    Controlled Ventilation

Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Pemberian volume dan frekuensi

pernapasan diambil alih oleh ventilator. Ventilator tipe ini meningkatkan kerja pernafasan klien.

b.    Assist/Control

Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien gagal

untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur berdasarkan atas frekuensi

pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian

ventilator.

Page 5: ventilasi mekanik

c.   Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)

SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan

efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada

aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas

kurang adekuat.

  d.  Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)

Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah

bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis

dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

E.     Setting ventilator

Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang diperlukan

untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :

a.    Frekuensi pernafasan permenit

Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu menit. Setting

normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah

nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas

12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau

hipoventilasi.

b.    Tidal volume

Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali

bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance, dan

jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB,

sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume

diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika

pasien menggunakan time cycled.

c.    Konsentrasi oksigen (FiO2)

FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator ke

pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan ventilator

direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit

Page 6: ventilasi mekanik

pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan

pemeriksaan AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.

d.   Rasio inspirasi : ekspirasi

Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi

Waktu inspirasi + waktu istirahat

Waktu ekspirasi

Keterangan :

1)      Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau

mempertahankan tekanan.

2)      Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi

3)      Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara pernapasan

4)      Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis

inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih

lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.

e.    Limit pressure / inspiration pressure

Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume cycled. Tekanan

terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.

f.     Flow rate/peak flow

Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal pernapasan yang

telah disetting permenitnya.

g.    Sensitifity/trigger

Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien dalam

memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -

20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai

pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya

digunakan pada pasien yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas

ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin

susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien

yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.

h.    Alarm

Page 7: ventilasi mekanik

Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat

tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien

(ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya

peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain.

Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap

dan harus dipasang dalam kondisi siap.

i.   Positive end respiratory pressure (PEEP)

PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP

mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan

penyerapan O2 oleh kapiler paru.

F.     Komplikasi

Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat

bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

1. Pada paru

a.       Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.

b.      Atelektasis/kolaps alveoli diffuse

c.       Infeksi paru

d.      Keracunan oksigen

e.       Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.

f.       Aspirasi cairan lambung

g.      Tidak berfungsinya penggunaan ventilator

h.      Kerusakan jalan nafas bagian atas

2. Pada sistem kardiovaskuler

Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena akibat

meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.

3. Pada sistem saraf pusat

a.    Vasokonstriksi cerebral

Page 8: ventilasi mekanik

Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari

hiperventilasi.

b.   Oedema cerebral

Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari hipoventilasi.

c.    Peningkatan tekanan intra kranial

d. Gangguan kesadaran

e. Gangguan tidur.

4. Pada sistem gastrointestinal

a. Distensi lambung, illeus

b.Perdarahan lambung

5.      Gangguan lainnya

a.    Obstruksi jalan nafas

b.   Hipertensi

c.    Tension pneumotoraks

d.   Atelektase

e.    Infeksi pulmonal

f.    Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan

g.   Gastrointestinal.

h.   Kelainan fungsi ginjal

i.     Kelainan fungsi susunan saraf pusat

Page 9: ventilasi mekanik

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK

A. Pengkajian

1. pengkajian persistemPerawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator. Dalam

mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :

      Biodata klien

      Riwayat penyakit atau riwayat keperawatan

      Tanda-tanda vital

      Bukti adanya hipoksia

      Frekuensi dan pola pernafasan

      Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat

      Kebutuhan pengisapan

      Upaya ventilasi spontan klien

      Pemerikasaan system respirasi

a)      Gerakan napas sesuai dengan irama ventilator.

b)      Keadaan ekspansi dada kanan dan kiri.

c)      Suara napas : Ronchi, wheezing, vesikuler

d)     Gerakan cuping hidung, dan penggunaaan otot bantu tambahan

e)      Secret : jumlah, konsistensi, warna, bau

f)       Humidifier, kehangtan, dan batas air

g)      Keadaan tubbing/ circutit ventilator

h)      Hasil analisa gas darah terakhir, SPO2

i)        Hasil poto torax terakhir.

      Sistem kardivaskuler

a)      Perfusi (sianosis)

b)      Berkeringat banyak

c)      Gangguan irama jantung

Page 10: ventilasi mekanik

d)     Perubahan tanda vital

e)      Gangguan hemodinamik yang diakibatkan :

Setting ventilator dan hipoksia

      Sistem neurologi

a)      Tingkat kesadaran

b)      Nyeri kepala

c)      Rasa ngantuk

d)     Gelisah

e)      Kekacauan mental

      Sistem urogenital

a)      Penurunan produksi urine (berkurangnya urine menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).

      Status cairan dan nutrisi

a.)    Adanya gangguan statrus nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan seperti cairan yang

berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.

      Status psikososial

a)      Depresi mental yang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi, merasa

terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.

2. Pengkajian Peralatan

Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator pengaturannya telah dibuat

dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikan hal-hal berikut :

            Jenis ventilator

            Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)

            Pengaturan volume tidal dan frekunsi

            Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)

            Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.

            Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.

3.Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi mekanik yaitu :

Pemeriksaan fungsi paru

Page 11: ventilasi mekanik

Analisa gas darah arteri

Kapasitas vital paru

Kapasitas vital kuat

Volume tidal

Inspirasi negative kuat

Ventilasi semenit

Tekanan inspirasi

Volume ekspirasi kuat

Aliran-volume

Sinar X dada

Status nutrisi / elaktrolit.

1.      Diagnosa Keperawatan

1)         Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan intubasi, ventilasi, proses

penyakit, dan kelelahan

Tujuan :

Jalan napas pasien terpelihara baik

Intervensi :

  Auskultasi sura napas setiap 2-4 jam

  Lakukan suction apabila terdapat secret

  Pantau humidifier ventilator dan temperature (950-1000 F)

  Pantau status hidrasi pada pasien

  Pantau tekanan jalan napas pada ventilator

  Lakukan fisioterapi dada, ubah posisi pasien setiap 2-4 jam

  Berikan bronchodilator (kolaborasi dengan dokter)

2)         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pengembangan paru yang belum efektif

Tujuan :

  PaO2 = 80 - 100 mmHg

  PaCO2 dalam batas normal

Page 12: ventilasi mekanik

  PH darah arteri dalam batas normal

Intervensi :

  Periksa analisa gas darah 10-30 menit setelah perubahan modus ventilator

  Pantau analisa gas darah selama proses penyapihan

  Observasi posisi pasien yang mengakibatkan penurunan PaO2 atau pernapasan tidak nyaman

  Pantau tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia

3)         Gangguan pola napas berhubungan dengan gangguan ventilasi atau sumbatan pada ETT

Tujuan :

  Ventilator berfungsi baik

  Sumbatan pada ETT tidak ada

Intervensi :

  Periksa ventilator setiap 2 jam

  Evaluasi semua fungsi alarm dan pastikan sebelum pemakaian

  Pastikan bahwa resuscitator secara manual selalu tersedia disamping tempat tidur

  Lakukan pemantauan untuk mengetahui bahwa tidak ada sambungan selang yang terlepas,

tertekuk, dan tersumbat

  Evaluasi kebocoran balon ETT

  Pasang guedel untuk mencegah pasien menggigit ETT

  Kaji fiksasi ETT, suara paru kiri dan kanan

  Atur pasien pada posisi yang nyaman sehingga ETT tidak menganggu

  Jelaskan pada pasien untuk tidak mencabut ETT, jika pasien orientasinya tidak bagus dapat

diberikan ikatan pada tangannya

  Kaji letak ETT yang tepat pada photo rontgen dan auskultasi bunyi paru

4)         Ketidakmampuan mempertahankan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot

pernapasan, ARDS, gangguan metabolik

Tujuan:

Setelah intervensi keperawatan pasien mampu memperthankan ventilasi spontan dengan Kriteria

hasil :

Page 13: ventilasi mekanik

  RR = 12-16 x/ menit

  Tidal volume cukup

  Tidak mengguanakan otot bantu napas

  Tidak ada sianosis

  Saturasi O2 95-100%

Intervensi :

  Monitor otot-otot pernapasan

  Set dan aplikasikan mesin ventilator

  Jelaskan pada pasien atau keluarga alasan penggunaan mesin ventilator

  Monitor setting ventilator secara kontinyu

  Pastikan system alarm dalam kondisi “ON”

  Cek keberadaan konektor-konektor

  Jaga humidifikasi

  Monitor saturasi oksigen

  Monitor tanda-tanda sianotik

  Monitor AGD

  Observasi efek penggunaan mesin ventilator

5)         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru, ARDS

Tujuan :

Setelah intervensi keperawatn, pertukaran gas optimal dengan Kriteria hasil :

  RR= 12-16 x/menit

  PaO2 = 95-100%

  PCO2= 35-45 mmHg

  Tidak sianosis

  Ventilasi alveolar meningkat

Intervensi :

  Manajemen airway

  Manajemen cairan

Page 14: ventilasi mekanik

  Ventilasi mekanik

  Manajemen asam basa

  Monitor respirasi

  Kolaborasi antibiotic

6)         Nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik

Tujuan :

Setelah intervensi keperawatan nyeri hilang atau berkurang dengan Kriteria hasil :

  Melaporkan penurunan rasa nyeri atau ketidaknyamanan

  Mampu mengidentifikasi cara-cara untuk mengatasi nyeri

  Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai dengan

kebutuhan individu

  Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi :

Manajemen nyeri :

  Kaji adanya nyeri, bantu pasien menidentifikasi tingkat nyeri

  Evaluasi peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah, dan pantau perubahan tanda-tanda vital.

  Berikan tindakan peningkatan rasa nyaman dengan perubahan posisi, massage, kompres hangat/

dingin sesuai toleransi pasien

  Dorong penggunaan teknik relaksasi atau latihan napas dalam bila mungkin

Kolaborasi pembertian analgetik :

  Identifikasi nyeri sebelum pengobatan

  Cek riwayat alergi

  Tentukan pilihan analgetik secara tepat berdasarkan keparahan nyeri

  Monitor tanda vital sebelum dan setelah pengobatan

  Berikan obat dengan prinsip 5 benar

  Monitor reaksi dan efek samping obat

  Dokumentasikan

7)         Cemas berhubungan dengan penyakit kritis, takut tehadap ancaman kematian

Page 15: ventilasi mekanik

Tujuan :

Setelah intervensi keperawatan cemas dapat berkurang atau hilang dengan Kriteria hasil :

  Mampu mengekspresikan kecemasan

  Tidak gelisah

  Kooperatif

Intervensi :

  Lakukan komunikasi terapeutik

  Dorong pasien agar mampu mengekespresikan perasaanya

  Berikan sentuhan

  Berikan support mental

  Berikan kesempatan kunjungan keluarga pada saat-saat tertentu

  Berikan informasi realistis pada tingkatan pemahaman klien

8)         Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasang alat intubasi

Tujuan :

Setelah intervensi keperawatan Pasien mampu mempertahankan komunikasi non verbal

menggunakan metode al;ternatif dengan Kriteria hasil :

  Mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat

  Mampu berkomunikasi secara tertulis

  Mampu berkomunikasi dengan gambar

  Pasien mengerti tentang pesan yang disampaikan

  Dapat menangkap pesan secara langsung

Intervensi :

  Sediakan metode komunikasi alternative

  Libatkan keluarga bila mungkin

  Lakukan komunikasi dengan lambat dan suara yang jelas

  Gunakan kalimat yang singkat

  Berikan support system untuk mengatasi ketidakmampuan

  Berikan reinforcemen positif pada pasien dan yakinkan bahwa suara akan kembali bila alat

dilepas

Page 16: ventilasi mekanik

9)         Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan alat-alat invasive

Tujuan :

Setelah intervensi keperawatan infeksi atau tanda-tanda infeksi tidak terjadi dengan Kriteria hasil

:

  Tidak ada tanda-tanda infeksi

  Tanda vital dalam batas normal

  Hasil lab dalam batas normal

Intervensi :

  Monitor tanda infeksi local dan sistemik

  Monitor kulit membran mukosa

  Monitor nilai lab terutama angka leukosit

  Monitor tanda vital

  Terapkan prinsip steril

  Cuci tangan sebelum ke klien

10)     Resiko cedera berhubunmgan dengan ventilasi mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress.

Tujuan :

Setelah intervensi keperawatan Pasien bebas dari cidera selama ventilasi mekanik dengan

Kriteria hasil :

  Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jalan napas

  Tidak terjadi barotrauma

  Babas dari jatuh

  Bebas dari abrasi, laserasi kulit

Intervensi :

  Monitor ventilator terhadap peningkatan secara tajam

  Yakinkan napas pasien sesuai dengan irama ventilator

  Mencegah terjadinya fighting kalau perlu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian sedasi

Page 17: ventilasi mekanik

  Observasi tanda dan gejala barotrauma

  Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati dan gunakan kateter suction yang lunak dan

ujungnya tidak tajam

  Lakukan fiksasi bila pasien gelisah

  Atur posisi selang/ tubing ventilator dengan cepat

Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta

Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC, Jakarta

Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis, Philadelphia

Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan I,

Universitas Airlangga, Surabaya