LP THALASEMI1.doc

28

Click here to load reader

Transcript of LP THALASEMI1.doc

Page 1: LP THALASEMI1.doc

RS/Ruangan Tgl : Nilai Tgl : Nilai Rata - Rata

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung/

Talasemia

Paraf CI : Paraf Dosen :

Nama : Jeri CrostianNPM : 214115003

LAPORAN PENDAHULUAN

THALASEMIA

1. Pengertian

Talasemia merupakan penyakit anemia hemalitik dimana terjadi kerusakan

sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi

pendek kurang dari 100 hari (Hassan, 2005).

Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang

diturunkan secara resesif. (Mansjoer, 2000).

Talasemia adalah suatu golongan darah yang diturunkan ditandai oleh

defisiensi produksi rantai globin pada hemoglobin. (Suriadi, 2001).

2. Klasifikasi Talasemia

Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2

jenis yang utama adalah :

a. Alfa Thalasemia (melibatkan rantai alfa) Alfa – Thalasemia paling

sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1

gen). Merupakan thalasemia dengan defisiensi pada rantai a

b. Beta Thalasemia (melibatkan rantai beta) Beta – Thalasemia pada

orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara. Merupakan anemia

yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek yang diturunkan

dalam sintesis rantai beta hemoglobin. Thalasemia beta meliputi:

1) Thalasemia beta mayor, Bentuk homozigot merupakan anemia

hipokrom mikrositik yang berat dengan hemolisis di dalam

Page 2: LP THALASEMI1.doc

sumsum tulang dimulai pada tahun pertama kehidupan.Kedua

orang tua merupakan pembawa “ciri”. Gejala – gejala bersifat

sekunder akibat anemia dan meliputi pucat, wajah yang

karakteristik akibat pelebaran tulang tabular pada tabular pada

kranium, ikterus dengan derajat yang bervariasi, dan

hepatosplenomegali.

2) Thalasemia Intermedia dan minor Pada bentuk heterozigot, dapat

dijumpai tanda – tanda anemia ringan dan splenomegali. Pada

pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb bervariasi, normal

agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam serum

meningkat, kadar bilirubin sedikit meningkat

c. Thalasemia b-d (gangguan pembentukan rantai b dan d yang letak gen

nya diduga berdekatan).

d. Thalasemia d (gangguan pembentukan rantai d)

3. Etiologi

Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang

diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen

cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus

memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang

diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak

menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.

a. Thalasemia Mayor

Karena sifat sifat gen dominan. Thalasemia mayor merupakan penyakit

yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.

Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan

anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak

dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan

memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya. Penderita

thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18

bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa

Page 3: LP THALASEMI1.doc

muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies

cooley. Faies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang

hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang

yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.

Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih

khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani

transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang

baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-

8 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi

tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat

penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi

darah.

b. Thalasemia Minor

Individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu

hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau

thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan

thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak

mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini

akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam

keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering

mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan

akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan

transfusi darah di sepanjang hidupnya.

4. Tanda dan gejala

Pada talasemia mayor gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur

kurang dari 1 tahun. Gejala yang tampak adalah anak lemah, pucat,

perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur, berat badan kurang. Pada

anak yang besar sering dijumpai adanya gizi buruk, perut membuncit,

karena adanya pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba. Adanya

pembesaran limpa dan hati tersebut mempengaruhi gerak pasien karena

Page 4: LP THALASEMI1.doc

kemampuan terbatas, limpa yang membesar ini akan mudah ruptur hanya

karena trauma ringan saja.

Gejala lain (khas) ialah bentuk muka mongoloid, hidung pesek tanpa

pangkal hidung; jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.

Hal ini disebabkan karena adanya gangguan perkembangan tulang muka

dan tengkorak. (Gambaran radiologis tulang memperlihatkan medula yang

besar, korteks tipis dan trabekula kasar).

Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan. Jika pasien telah sering mendapat

tranfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan

besi dalam jaringan kulit.

Penimbunan besi (hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar,

limpa, jantung akan mengakibatkan gangguan fatal alat-alat tersebut

(hemokromatosis) (Margan. 2007).

5. Patofisiologi

Kelebihan pada rantai alpha ditemukan pada beta thalasemia dan

kelebihan rantai beta dan gama ditemukan pada alpha thalasemia.

Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presippitasi dalam sel eritrosit.

Globin intra eritrosik yang mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai

rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil-

badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis.

Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi

RBC yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow,

produksi RBC secara terus-menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan

cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi

hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC, menimbulkan tidak

adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC

menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.

Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder.

Penyebab primer adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang

tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler. Penyebab

Page 5: LP THALASEMI1.doc

sekunder adalah karena defisiensi asam folat,bertambahnya volume plasma

intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh

system retikuloendotelial dalam limfa dan hati. Penelitian biomolekular

menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa

atau beta dari hemoglobin berkurang. Tejadinya hemosiderosis merupakan

hasil kombinasi antara transfusi berulang,peningkatan absorpsi besi dalam

usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis serta proses

hemolisis.

Pathway :

6. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium.

Page 6: LP THALASEMI1.doc

Pada hapusan darah topi di dapatkan gambaran hipokrom mikrositik,

anisositosis, polklilositosis dan adanya sel target (fragmentasi dan

banyak sel normoblas). Kadar besi dalam serum (SI) meninggi dan

daya ikat serum terhadap besi (IBC) menjadi rendah dan dapat

mencapai nol Elektroforesis hemoglobin memperlihatkan tingginya

HbF lebih dari 30%, kadang ditemukan juga hemoglobin patologik.

Di Indonesia kira-kira 45% pasien Thalasemia juga mempunyai HbE

maupun HbS. Kadar bilirubin dalam serum meningkat, SGOT dan

SGPT dapat meningkat karena kerusakan parankim hati oleh

hemosiderosis. Penyelidikan sintesis alfa/beta terhadap refikulosit

sirkulasi memperlihatkan peningkatan nyata ratio alfa/beta yakni

berkurangnya atau tidak adanya sintetis rantai beta.

b. Pemeriksaan radiologis Gambaran radiologis tulang akan

memperlihatkan medula yang labor, korteks tipis dan trabekula

kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan “hair-on-end” yang

disebabkan perluasan sumsum tulang ke dalam tulang korteks.

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Studi hematologi : terdapat perubahan – perubahan pada sel

darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anosositosis,

poikilositosis, sel target, eritrosit yang immature, penurunan

hemoglobin dan hematrokrit.

2) Elektroforesis hemoglobin : peningkatan hemoglobin

3) Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang

hiperaktif terutama seri eritrosit. Hasil foto rontgen meliputi

perubahan pada tulang akibat hiperplasia sumsum yang

berlebihan. Perubahan meliputi pelebaran medulla, penipisan

korteks, dan trabekulasi yang lebih kasar.

4) Analisis DNA, DNA probing, gone blotting dan pemeriksaan

PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan jenis

pemeriksaan yang lebih maju.

7. Penatalaksanaan Medis

Page 7: LP THALASEMI1.doc

Menurut (Suriadi, 2001) Penatalaksaan Medis Thalasemia antara lain :

a) Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 9-10g/dl. Komplikasi dari

pemberian transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan

terjadinya penumpukan zat besi yang disebut hemosiderosis.

Hemosiderosis ini dapat dicegah dengan pemberian deferoxamine

(Desferal), yang berfungsi untuk mengeluarkan besi dari dalam tubuh

(iron chelating agent). Deferoxamine diberikan secar intravena,

namun untuk mencegah hospitalisasi yang lama dapat juga diberikan

secara  subkutan dalam waktu lebih dari 12 jam.

b) Splenectomy : dilakukan untuk mengurangi penekanan pada abdomen

dan meningkatkan rentang hidup sel darah merah yang berasal dari

suplemen (transfusi).

c) Pada thalasemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan

pemberian tambahan asam folat. Penderita yang menjalani transfusi,

harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersifat

oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa

menyebabkan keracunan.Pada bentuk yang sangat berat, mungkin

diperlukan pencangkokan sumsum tulang. Terapi genetik masih dalam

tahap penelitian.

8. Pengkajian

a) Identitas

Nama, umur (kebanyakan terjadi pada anak-anak), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa (banyak dijumpai

pada bangsa disekitar laut tengah/mediterania), tanggal dan jam

masuk rumah sakit, nomer register, diagnosis medis.

b) Riwayat kesehatan

Keluhan utama

Page 8: LP THALASEMI1.doc

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta

pertolongan kesehatan adalah Pasien biasanya lemah, sesak nafas,

pucat yang menunjukkan anemia.

Riwayat kesehatan sekarang

Kulit kuning dan perut kelihatan  membesar, hilangnya nafsu

makan dan kadang mual. Anak cenderung mudah terkena infeksi

saluran napas bagian atas infeksi lainnya. Hal ini mudah

dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat

transport.

Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya Riwayat

transfuse darah/ komponen darah, penyakit ginjal kronis, hepar,

kanker, infeksi kronis, pernah mengalami pendarahan, dan alergi

multiple.

Riwayat kesehatan keluarga

Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah

orang tua yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua

menderita thalassemia, maka anaknya berisiko menderita

thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah

sebenarnya perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui

adanya penyakit yang mungkin disebabkan karena keturunan.

c) Pertumbuhan dan perkembangan

Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan

terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya

pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi

terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah

kecil untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan

seksual, seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak.

Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada jenis

thalasemia minor sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak

normal.

Page 9: LP THALASEMI1.doc

d) Pola makan

Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan,

sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan

usianya.

e) Pola aktivitas

Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak

tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah

merasa lelah

f) Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core – ANC)

Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam

adanya faktor risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa

dirinya sehat. Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu

diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya

nanti setelah lahir. Untuk memestikan diagnosis, maka ibu segera

dirujuk ke dokter.

g) Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan

diantaranya adalah:

Keadaan umum

Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak

selincah aanak seusianya yang normal.

Kepala dan bentuk muka

Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai

bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah

mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua

mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar.

Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan

Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman

Dada

Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat

adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik.

Perut

Page 10: LP THALASEMI1.doc

Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran

limpa dan hati ( hepatosplemagali).

Kulit

Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering

mendapat transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu

seperti besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan

kulit (hemosiderosis).

9. Diagnosa keperawatan

a) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang menghantarkan oksigen atau nutrisi.

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai O2 dan kebutuhan.

c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan anoreksia

d) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi

dan neurologis.

e) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak

adekuat, penurunan Hb, leukopenia atau penurunan granulosit.

f) Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan interpretasi informasi dan tidak mengenal

sumber informasi

10. Rencana keperawatan

No DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d berkurangnya komponen seluler yang menghantarkan oksigen/nutrisi

NOC

   Perfusi Jaringan : Perifer

   Status sirkulasi

Kriteria Hasil:

NIC

1.    Monitor Tanda Vital

Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis sistem kardiovaskuler, pernafasan dan suhu untuk menentukan  dan

Page 11: LP THALASEMI1.doc

   Klien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat yang ditunjukkan dengan terabanya nadi perifer, kulit kering dan hangat, keluaran urin adekuat, dan tidak ada distres pernafasan.

mencegah komplikasi

Aktifitas:

1. Monitor tekanan darah , nadi, suhu dan RR tiap 6 jam atau sesuai indikasi

2. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

3. Monitor pola pernapasan abnormal

4. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit

5. Monitor sianosis perifer

2. Monitor status neurologi

Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk meminimalkan dan mencegah komplikasi neurologi

Aktifitas:

1. Monitor ukuran, bentuk, simetrifitas, dan reaktifitas pupil

2. Monitor tingkat kesadaran klien

3. Monitor tingkat orientasi

4. Monitor GCS

5. Monitor respon pasien terhadap pengobatan

6. Informasikan pada dokter tentang perubahan kondisi pasien

3. Manajemen cairan

Definisi:    Mempertahankan

Page 12: LP THALASEMI1.doc

keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal.

Aktifitas:

1. Mencatat intake dan output cairan

2. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit jelek, mata cekung, dll)

3. Monitor status nutrisi

4. Persiapkan pemberian transfusi ( seperti mengecek darah dengan identitas pasien, menyiapkan terpasangnya alat transfusi)

5. Awasi pemberian komponen darah/transfusi

6. Awasi respon klien selama pemberian komponen  darah

7. Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, Besi serum, angka trombosit)

2. Intoleransi aktifitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan dan suplai oksigen

NOC

  Konservasi Energi

  Perawatan Diri: ADL

Kriteria Hasil:

   Klien dapat melakukan aktifitas yang dianjurkan dengan tetap mempertahankan tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal

NIC

1.    Manajemen energi

Definisi: Mengatur penggunaan energi untuk mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi

Aktifitas:

1. Tentukan keterbatasan aktifitas fisik pasien

2. Kaji persepsi pasien tentang penyebab kelelahan yang dialaminya

3. Dorong pengungkapan peraaan klien tentang adanya kelemahan fisik

Page 13: LP THALASEMI1.doc

4. Monitor intake nutrisi untuk meyakinkan sumber energi yang cukup

5. Konsultasi dengan ahli gizi tentang cara peningkatan energi melalui makanan

6. Monitor respon kardiopulmonari terhadap aktifitas (seperti takikardi, dispnea, disritmia, diaporesis, frekuensi pernafasan, warna kulit, tekanan darah)

7. Monitor pola dan kuantitas tidur

8. Bantu pasien menjadwalkan istirahat dan aktifitas

9. Monitor respon oksigenasi pasien selama aktifitas

10. Ajari pasien untuk mengenali  tanda dan gejala kelelahan sehingga dapat mengurangi aktifitasnya.

2. Terapi Oksigen

Definisi: Mengelola pemberian oksigen dan memonitor keefektifannya

Aktifitas:

1. Bersihkan mulut, hidung, trakea bila ada secret

2. Pertahankan kepatenan jalan nafas

3. Atur alat oksigenasi termasuk humidifier

4. Monitor aliran oksigen

Page 14: LP THALASEMI1.doc

sesuai program

      5. Secara periodik, monitor ketepatan pemasangan alat

3. Ketidakseimbangan nitrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

NOC

   Status Nutrisi

   Status Nutrisi: Energi

   Kontrol Berat Badan

Kriteria Hasil : Klien menunjukkan

   Pencapaian berat badan normal yang diharapkan

   Berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan

         Bebas dari tanda malnutrisi

NIC

1.    Manajemen Nutrisi

Definisi: Membantu dan atau menyediakan asupan makanan dan cairan yang seimbang

Aktifitas:

1.      Tanyakan pada pasien tentang alergi terhadap makanan

2.      Tanyakan makanan kesukaan pasien

3.      Kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan (TKTP)

4.      Anjurkan masukan kalori yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan energi

5.      Sajikan diit dalam keadaan hangat

2.    Monitor   Nutrisi

Definisi : Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan malnutrisi

Aktifitas:

1. Monitor adanya penurunan BB

2. Ciptakan  lingkungan nyaman selama klien makan.

3. Jadwalkan pengobatan dan

Page 15: LP THALASEMI1.doc

tindakan, tidak selama jam makan.

4. Monitor kulit (kering) dan perubahan pigmentasi

5. Monitor turgor kulit

6. Monitor mual dan muntah

7. Monitor kadar albumin, total protein,Hb, kadar hematokrit

8. Monitor kadar limfosit dan elektrolit

9. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.

4. Kelelahan b.d  malnutrisi, kondisi sakit

NOC

  Konservasi Energi

Kriteria Hasil: Klien menunjukkan

         Istirahat dan aktivitas seimbang

         Mengetahui keterbatasanan energinya

         Mengubah gaya hidup sesuai tingkat energi

         Memelihara nutrisi yang adekuat

         Energi yang cukup untuk beraktifitas

NIC

1.  Manajemen energi

Definisi: Mengatur penggunaan energi untuk mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi

Aktifitas:

1. Tentukan keterbatasan aktifitas fisik klien

2. Kaji persepsi pasien tentang penyebab kelelahan

3. Dorong pengungkapan  perasaan tentang kelemahan fisik

4. Monitor intake nutrisi untuk meyakinkan sumber energi yang cukup

5. Konsultasi dengan ahli gizi tentang cara peningkatan energi melalui makanan

6. Monitor respon kardiopumonari terhadap

Page 16: LP THALASEMI1.doc

aktifitas (seperti takikardi, dispnea, disritmia, diaporesis, frekuensi pernafasan, wwarna kulit, tekanan darah)

7. Monitor pola dan kuantitas tidur

8. Bantu klien  menjadwalkan istirahat dan aktifitas

2. Terapi Oksigen

Definisi: Mengelola pemberian oksigen dan memonitor keefektifannya

Aktifitas:

1. Bersihkan mulut, hidung, trakea bila ada secret

2. Pertahankan kepatenan jalan nafas

3. Atur alat oksigenasi termasuk humidifier

4. Monitor aliran oksigen sesuai program

5. Secara periodik, monitor ketepatan pemasangan alat

3.  Manajemen cairan

Definisi:  Mempertahankan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal.

Aktifitas:

1. Persiapkan pemberian transfusi (seperti mengecek

Page 17: LP THALASEMI1.doc

darah dengan identitas pasien, menyiapkan terpasangnya alat transfusi)

2. Awasi pemberian komponen  darah/transfusi

3. Awasi respon klien selama pemberian komponen  darah

4. Monitor hasil laboratorium (kadar Hb, Besi serum)

5. Kecemasan (orang tua) b.d kurang pengetahuan

NOC :

         Kontrol Kecemasan

Kriteria Hasil :

         Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

         Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas

         Vital sign (TD, nadi, respirasi) dalam batas normal

         Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.

         Menunjukkan peningkatan

NIC

1.    Menurunkan cemas

Definisi: Meminimalkan rasa takut, cemas, merasa dalam bahaya atau ketidaknyamanan terhadap sumber yang tidak diketahui.

Aktifitas:

1.      Gunakan pendekatan dengan konsep atraumatik care

2.      Jangan memberikan jaminan tentang prognosis penyakit

3.      Jelaskan semua prosedur dan dengarkan keluhan klien

4.      Pahami harapan pasien dalam situasi stres

5.      Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

6.      Bersama tim kesehatan, berikan informasi  mengenai

Page 18: LP THALASEMI1.doc

konsentrasi dan akurasi dalam berpikir

diagnosis, tindakan prognosis

7.      Anjurkan keluarga untuk menemani anak dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

8.      Lakukan massage pada leher dan punggung, bila perlu

9.      Bantu pasien mengenal penyebab kecemasan

10.  Dorong pasien/keluarga  untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi tentang penyakit

11.  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi (sepert tarik napas dalam, distraksi, dll)

12.  Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E., dkk . 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Hassan, Rusepno. 2005. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Jakarta : FKUI

Page 19: LP THALASEMI1.doc

Mansjoer, Arif. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : FKUI

Margan Speer, Kathleen. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical Pathway Edisi 3. Jakarta: EGC

Nursalam.2005. Asuhan Keperawatan bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika

Suriadi S.Kp dan Yuliana Rita S.Kp, 2001. Asuhan Keperawatan Anak, Edisi I. Jakarta : PT Fajar Interpratama.