LP STRUMA

25
1 LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA 1. Pengertian Struma Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan. 2. Etiologi Struma Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain : a) Defisiensi iodium Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan. b) Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid. c) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang kedelai). d) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan litium). 3. Patofisiologi Struma Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid.

description

nursing science

Transcript of LP STRUMA

Page 1: LP STRUMA

1

LAPORAN PENDAHULUAN STRUMA1. Pengertian Struma

Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan.

2. Etiologi Struma

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :

a) Defisiensi iodiumPada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.

b) Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.

c) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang kedelai).

d) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

3. Patofisiologi Struma

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi TSH dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH

Page 2: LP STRUMA

2

oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.

4. WOC Struma

Dampak gangguan sistem terhadap KDM pada pre operasiDefisiensi yodium

Kelainan metabolik kongenital yang mengandung hormon tyroidPenghambatan sintesa hormon oleh zat kimia/obat-obatan

Pengurangan tyroditiroksin dan tetratiroksikosis

Mencegah inhibisi umpan balik TSH yang normal

Peningkatan massa thyroid

Hyperplasia kelenjar thyroid (Struma)

Perubahan status kesehatan klien

Klien selalu bertanya tentangpenyakitnya dan perosedur

pembedahan

Informasi yang diberikanTidak akurat

Kurang pengetahuan

Stressor meningkat

Anxietas

Dampak gangguan sistem terhadap KDM pada post operasi

Penekanan pada tyroid pembuluh darah

Merangsang hipothalamus

Peningkatan kerja saraf

Simpatis

Nyeri

Berkurangnya aliran di sekitar leher

Suplai O2 ke jaringan

berkurang

Iskemia

Kelemahan fisik

Cepat lelah

Kurang motivasi perawatan diri

Defisit perawatan diri

Anxietas

Nyeri

Involusi kelenjar

Benjolan pada kelenjar

Gangguan body image

Penekanan pada esofagus

Intake tidak adekuat

Gangguan body image

Pemenuhan nutrisi

Page 3: LP STRUMA

3

Struma

Strumectomi(Tindakan pembedahan)

Terputusnya kontinuitas

Jaringan

Pelepasan neurotransmittermediator kimia (bradikinin,serotonin, prostaglandin dan

histamin)

Merangsang ujung-ujungsaraf tepi

Dihantarkan ke hipothalamius

dan korteks cerebri

Nyeri

Manipulasi pada tindakan strumectomi subtotal

Resiko peningkatan pengeluaran hormon tiroid

Resiko krisis tiroid

Resiko terjadinya mixedema

Kemunduran proses metabolik

5. Manifestasi Klinis Struma

Resiko cedera pada trakhea

Kemungkinan terjadinya

pendarahan

Resiko terjadi obstruksi

Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas

tidak efektif

Cedera pita suara

Gangguan fungsi suara

Gangguan komunikasi verbal

Nyeri

Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak

efektif

Resiko terjadinya tetani/cedera

Page 4: LP STRUMA

4

Pada penyakit struma tyroid membesar dengan lambat. Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.\

6. Pemeriksaan Diagnostik Struma

1) USG

 Dilakukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara klinis belum dapat dipalpasi. Di samping itu, pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat maupun kistik dan beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau jinak.  serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan biopsy aspirasi jarum halus.

2) Scanning tiroid (pemeriksaan sidik tiroid)

untuk menentukan fungsi tiroid.  Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Nal peroral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang ditan

3) Radiologi

Thorax : adanya deviasi trakea

4) Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)

 Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Cara pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis suspek maligna ataupun benigna.

7. Penatalaksanaan Struma

A. Medikamentosa

Page 5: LP STRUMA

5

Pengobatan ditujukan untuk : 1. Mengurangi besarnya kelenjar gondok; 2. Mengoreksi adanya keadaan hipotiroidisme, kalau memang ada.

Solusio lugol 5 tetes/hari dalam 1/2 gelas air bersama dengan iodium 10 – 15 mg/hari diberikan beberapa minggu sampai kelenjar tiroid kembali normal.

Selanjutnya penderita dianjurkan menggunakan garam dapur beriodium.

Struma sporadik diobati dengan ekstrak tiroid 50 – 150 mg/hari atau tiroksin 150 –300 mg/hari.

Bila ada persangkaan keganasan segera rujuk ke rumah sakit.

B. Pembedahan

Tindakan pembedahan dikerjakan dengan alasan; adanya nodule atau benjolan tunggal di salah satu bagian anatomis kelenjar tersebut yang dikhawatirkan bisa berkembang menjadi ganas. Adanya multi nodul – banyak benjolan - yang berat, penekanan terhadap saluran nafas dan dengan alasan estetik atau penampilan diri seseorang yang mengalami pembesaran di bagian leher depan itu. Tentu operasi dikerjakan setelah syarat-syaratnya terpenuhi termasuk hasil pemeriksaan lab yang menunjukkan fungsi kelenjar thyroid ini yang sebisa mungkin tidak sedang mengalami gangguan (hyper atau hipothyroid). Untuk menurunkan kadar hormone thyroksin dapat diberikan obat-obatan yang bisa menekan thyroid agar tidak memproduksi hormone yang berlebihan.

Pembedahan kelenjar thyroid disebut thyroidectomi. Pada pelaksanaannya ada yang mengangkat sebagian kelenjar (hemithyroidectomi, subtotal thyroidectomi, isthmolobectomi), keseluruhan (total thyroidectomi) atau bisa juga radikal thyroidectomi pada kasus kanker. Pemilihan itu tergantung dari kasus atau kelainan yang dijumpai. Pada perkembangan saat ini, untuk kasus tertentu, pengangkatan nodule thyroid bisa dikerjakan dengan minimal invasive surgery. Pengaturan hormon tubuh jika thyroid diangkat total dapat digantikan dengan obat yang berfungsi seperti hormone tiroksin yang mesti teratur diminum sepanjang hidup.

Page 6: LP STRUMA

6

8. Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pengumpulan data1. Anamnese

Dari anamnese diperoleh:1) Identifikasi klien.

2) Keluhan utama klien.Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan

pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.

3) Riwayat penyakit sekarangBiasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada

leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunyapernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.

4) Riwayat penyakit dahuluPerlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang

berhubungan dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.

5) Riwayat kesehatan keluargaDimaksutkan barangkali ada anggota keluarga yang

menderitan sama dengan klien saat ini.

6) Riwayat psikososialAkibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas

atau sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.

Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Page 7: LP STRUMA

7

Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.

2) Kepala dan leherPada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan

adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.

3) Sistim pernafasanBiasanya pernafasan lebih seak akibat dari penumpukan sekret efek

dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.

4) Sistim NeurologiPada pejmeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri

ajkandipaspatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.

5) Sistim gastrointestinalKomplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam

lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.

Pemeriksaan Penunjang1) Pemeriksaan penunjang

Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid) Kadar T3, T4 Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11 Darah rutin Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal

antara –10s/d +15 Kadar calsitoxin (hanya pada pebnderita tg dicurigai carsinoma meduler).

2) Pemeriksaan radiologis Dilakukan foto thorak posterior anterior Foto polos leher antero posterior dan laterl dengan metode soft tissu

technig . Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.

Diagnosa Keperawatan

Page 8: LP STRUMA

8

1. Diagnosa kepeawatan pada pre operasiyang lazim terjadi pada struma pre operasi :1) Gangguan rasa

nyaman nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar tyroid.2) Gangguan body image

berhubungan dengan involusi kelenjar tyroid.3) Gangguan pemenuhan

nutrisi berhubungan dengan penekanan pada esofagus, kesulitan menelan.

4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

2. Perencanaan tindakan keperawatan sesuai prioritas masalah1) Gangguan

rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hyperplasia kelenjar tyroid.Tujuan : mengatasi nyeri klien.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri klien

2. Anjurkan klien untuk makanan lunak.

3. Menganjurkan klien supaya makan sedikit-sedikit tapi sering.

4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.

1. Mengetahui tingkat nyeri klien dan sebagai dasar untuk menentu-kan rencana tindakan selanjutnya.

2. Mengurangi resiko nyeri saat menelan.

3. Dengan makan sedikit-sedikit tidak akan memperberat rasa sakit saat menelan.

4. Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga impuls nyeri tidak diteruskan ke otak

2) Gangguan body image berhubungan dengan involusi kelenjar tyroid.Tujuan : Klien mengerti tentang adanya perubahan bentuk

tubuh dan mau menerima keadaannya serta mengembangkan mekanisme pemecahan masalah dan beradaptasi dengan baik.

INTERVENSI RASIONAL1. Diskusi dengan klien bagaimana 1. Sebagai informasi

Page 9: LP STRUMA

9

proses penyakitnya pengaruhnya.

2. Kaji kesulitan yang dialami klien

3. Berikan suport pada klien dalam melakukan pengobatan dan beri pengertian.

tambahan untuk memulai proses metode pemecahan masalah.

2. Perasaan klien terhadap kondisi fisiknya merupakan hal yang nyata dimana perawat harus bisa meyakinkan klien bahwa dengan kemajuan teknologi masalah klien bisa diatasi.

3. Klien tidak menganggap peruba-han yang dialaminya sebagai suatu masalah yang cukup berat.

3) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penekanan pada esofagus, kesulitan menelan.Tujuan : Pasien mengatakan berat badannya stabil dan

bebas dari tanda-tanda malnutrisi.INTERVENSI RASIONAL1. Monitor intake tiap hari

2. Anjuran klien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan kaya akan gizi.

3. Kontrol faktor lingkungan seperti bau yang tidak sedap dan hindari makanan yang pedas dan berminyak.

1. Nutrisi merupakan kebutuhan yang harus tetap terpenuhi setiap hari untuk mencegah terjadinya malnut-risi.

2. Suplemen makanan tersebut akan mempertahankan jumlah kalori dan protein dalam tubuh tetap dalam keadaan stabil.

3. Lingkungan yang buruk akan memperburuk keadaan mual dan menyebabkan muntah, efektifitas diet merupakan hal yang individual untuk dapat mengatasi adanya mual.

4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

Page 10: LP STRUMA

10

Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuannya dan dapat mendemonstrasikan teknik perawatan diri.

INTERVENSI RASIONAL1. Bantuan klien dalam

melaku-kan perawatan diri.2. Anjuran keluarga klien

untk berpartisipasi dalam perawa-tan diri klien.

3. Anjuran klien untuk melaku-kan perawatan diri secara bertahap.

4. Bantu klien untuk melaku-kan perawatan diri secara bertahap.

5. HE kepada klien dan keluarganya tentang penting-nya kebersihan.

1. Membantu dalam mempertahankan personal hygiene klien.

2. Klien tidak merasa terbebani dalam melakukan perawatan diri.

3. Mempersiapkan diri klien untuk tidak tergantung pada orang lain karena adnya kelemahan fisik.

4. Mempermudah klien dalam melakukan perawatan diri.

5. Klien dan keluarganya bisa termotifasi untuk tetap menjaga personal hygiene klien.

5) Anxietas berhubungan dengan interpretasi yang salah dan prosedur pembedahanTujuan : Klien dapapt mengungkapkan bahwa

kecemasannya sudah berkurang atau sudah tidak cemas lagi.

INTERVENSI RASIONAL1. Kaji tingkat kecemasan

klien.

2. Berikan dorongan kepada klien untuk mengekspresikan

1. Sebagai dasar dalam melakukan intervensi selanjutnya.

2. Dukungan perawat akan membawa klien untuk mengenal sedini mungkin perasaannya dan membagi kepada orang lain untuk

Page 11: LP STRUMA

11

perasaannya.

3. Berikan penjelasan singkat tentang penyakitnya dan prosedur pembedahannya.

4. Beri support positif kepada klien.

5. Anjurkan kepada klien untuk selalu melakukan pendekatan spritual.

mengurangi gangguan perasaannya.3. Penyelesaian singkat dan benar

akan menghilangkan persepsi yang salah tentang penyakitnya.

4. Suport positif dapat membantu klien untuk melakukan koping untuk mengatasi masalah.

5. Pendekatan spritual membantu klien untuk tetap tabah dalam menghadapi penyakitnya.

3. Diagnosa keperawatan post operasi (Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan, 2001).1) Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.

2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.

3) Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.

4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.

4. Perencanaan Keperawatan / Intervensi1) Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.Tujuan : Mempertahankan jalan napas paten dengan mencegah

aspirasi.INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja perna-fasan

2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi

1. Pernafasan secara normal ka-dang-kadang cepat, tetapi ber-kembangnya distres pada perna-fasan merupakan indikasi kom-presi trakea karena edema atau perdarahan

2. Ronchi merupakan indikasi adanya obstruksi.spasme lari-

Page 12: LP STRUMA

12

3. Kaji adanya dispnea, stridor, dan sianosis. Perhatikan kualitas suara

4. Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher, menyokog kepala dengan bantal

5. Bantu dalam perubahan posisi, latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi

6. Lakukan pengisapan lendir pada mulut dan trakea sesuai indikasi, catat warna dan karakteristik sputum

7. Lakukan penilaian ulang terhadap balutan secara teratur, terutama pada bagian posterior

8. Selidiki kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral

9. Pertahankan alat trakeosnomi di dekat pasien

10. Pembedahan tulang

ngeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat

3. Indikator obstruksi trakea/spasme laring yang membutuhkan evaluasi dan intervensi segera

4. Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena pembedahan

5. Mempertahankan kebersihan jalan nafas dan evaluasi. Namun batuk tidak dianjurkan dan dapat menimbulkan nyeri yang berat, tetapi hal itu perlu untuk membersihkan jalan nafas

6. Edema atau nyeri dapat mengganggu kemampuan pasien untuk mengeluarkan dan membersihkan jalan nafas sendiri

7. Jika terjadi perdarahan, balutan bagian anterior mungkin akan tampak kering karena darah tertampung/terkumpul pada daerah yang tergantung

8. Merupakan indikasi edema/per-darahan yang membeku pada jaringan sekitar daerah operasi

9. Terkenanya jalan nafas dapat menciptakan suasana yang mengancam kehidupan yang memerlukan tindakan yang darurat

10. Mungkin sangat diperlukan untuk penyambungan/perbaikan pem-buluh darah yang mengalami perdarahan yang terus menerus

Page 13: LP STRUMA

13

2) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.Tujuan : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana

kebutuhan dapat dipahamiINTERVENSI RASIONAL

1. Kaji fungsi bicara secara periodik

2. Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak

3. Memberikan metode komunikasi alternatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar

4. Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin. Kunjungan pasien secara teratur

5. Beritahu pasien untuk terus menerus membatasi bicara dan jawablah bel panggilan dengan segera

6. Pertahankan lingkungan yang tenang

1. Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan karena pembedahan pada saraf laringeal yang berakhir dalam beberapa hari kerusakan saraf menetap dapat terjadi kelumpuhan pita suara atau penekanan pada trakea

2. Menurunkan kebutuhan beres-pon, mengurangi bicara

3. Memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan

4. Menurunnya ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi.

5. Mencegah pasien bicara yang dipaksakan untuk menciptakan kebutuhan yang diketahui/me-merlukan bantuan

6. Meningkatkan kemampuan men-dengarkan komunikasi perlahan dan menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat didengarkan

3) Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan pada sistem saraf pusat.Tujuan : Menunjukkan tidak ada cedera dengan komplikasi

terpenuhi/terkontrol.INTERVENSI RASIONAL

Page 14: LP STRUMA

14

1. Pantau tanda-tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardi (140 – 200/menit), disrtrimia, syanosis, sakit waktu bernafas (pembengkakan paru)

2. Evaluasi refleksi secara periodik. Observasi adanya peka rangsang, misalnya gerakan tersentak, adanya kejang, prestesia

3. Pertahankan penghalang tempat tidur/diberi bantalan, tmpat tidur pada posisi yang rendah

4. Memantau kadar kalsium dalam serum

5. (Kolaborasi) Berikan pengobatan sesuai indikasi (kalsium/glukonat, laktat)

1. Manipulasi kelenjar selama pembedahan dapat mengakibat-kan peningkatan pengeluaran hormon yang menyebabkan krisis tyroid

2. Hypolkasemia dengan tetani (biasanya sementara) dapat ter-jadi 1 – 7 hari pasca operasi dan merupakan indikasi hypopara-tiroid yang dapat terjadi sebagai akibat dari trauma yang tidak disengaja pada pengangkatan parsial atau total kelenjar paratiroid selama pembedahan

3. Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang

4. Kalsium kurang dari 7,5/100 ml secara umum membutuhkan terapi pengganti

5. Memperbaiki kekurangan kal-sium yang biasanya sementara tetapi mungkin juga menjadi permanen

4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi.Tujuan : Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. Menunjukkan

kemampuan mengadakan relaksasi dan mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai situasi.

INTERVENSI RASIONAL1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri

baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya

2. Letakkan pasien dalam posisi

1. Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan in-tervensi, menentukan efektivitas terapi

2. Mencegah hiperekstensi leher

Page 15: LP STRUMA

15

semi fowler dan sokong kepala/ leher dengan bantal pasir/bantal kecil

3. Pertahankan leher/kepala dalam posisi netral dan sokong selama perubahan posisi. Instruksikan pasien menggunakan tangannya untuk menyokong leher selama pergerakan dan untuk menghindari hiperekstensi leher

4. Letakkan bel dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang mudah

5. Berikan minuman yang sejuk/ makanan yang lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan

6. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif

7. (Kolaborasi) Beri obat analgetik dan/atau analgetik spres tenggorok sesuai kebutuhannya

8. Berikan es jika ada indikasi

dan melindungi integritas garis jahitan

3. Mencegah stress pada garis jahitan dan menurunkan tegangan otot

4. Membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operasi

5. Menurunkan nyeri tenggorok tetapi makanan lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan

6. Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif

7. Beri obat analgetik dan/atau analgetik spres tenggorok sesuai kebutuhannya

8. Menurunnya edema jaringan dan menurunkan persepsi terhadap nyeri

Page 16: LP STRUMA

16

Daftar Pustaka

Doenges M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta.

Smeltzer, Suzanne, 2001, Buku ajar   Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Volume 1. Jakarta : EGC.

Djokomoeljanto, 2001., Kelenjar Tiroid Embriologi, Anatomi dan Faalnya., Dalam : Suyono, Slamet (Editor)., 2001., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.,FKUI., Jakarta

Guyton, Arthur C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Editor, Irawati. S, Edisi : 9, EGC ; Jakarta.

Page 17: LP STRUMA

17

‘LAPORAN PENDAHULUAN

STRUMA

Disusun Oleh:

N I Z A R

14420140089

Page 18: LP STRUMA

18

PRECEPTOR LAHAN

(.....................................................)

PRECEPTOR INSTITUSI

(.....................................................)

PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2014