LP SH.doc

37
BAB I KONSEP DASAR MEDIK A. Pengertian Berikut ini adalah beberapa pengertian mengenai stroke menurut beberapa ahli : 1. Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). 2. CVA atau stroke merupakan salah satu manifestasi neurologi yang umum yang timbul secara mendadak sebagai akibat adanya gangguan suplai darah ke otak (Depkes, 1995). 3. Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). 4. Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price, 2006) B. Insidensi Kejadian Di negara industri, stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomor tiga pada kelompok usia lanjut setelah penyakit jantung dan kanker. Insiden stroke adalah 200 per 100.000 penduduk dalam satu tahun. Bila dilihat dari usia, angka kejadian dalam dalam satu tahun dikelompokkan sebagai berikut : sumber kutipan supaya ditulis!! 1. Usia 35-44 tahun insidennya adalah 0,2 0 / 0 2. Usia 45-54 tahun insidennya adalah 0,7 0 / 0

Transcript of LP SH.doc

Page 1: LP SH.doc

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian

Berikut ini adalah beberapa pengertian mengenai stroke menurut beberapa ahli :

1. Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).

2. CVA atau stroke merupakan salah satu manifestasi neurologi yang umum yang timbul

secara mendadak sebagai akibat adanya gangguan suplai darah ke otak (Depkes,

1995).

3. Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa

defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau

langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan

peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).

4. Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang

terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri

otak (Sylvia A Price, 2006)

B. Insidensi Kejadian

Di negara industri, stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomor tiga

pada kelompok usia lanjut setelah penyakit jantung dan kanker. Insiden stroke adalah

200 per 100.000 penduduk dalam satu tahun. Bila dilihat dari usia, angka kejadian dalam

dalam satu tahun dikelompokkan sebagai berikut : sumber kutipan supaya ditulis!!

1. Usia 35-44 tahun insidennya adalah 0,2 0/0

2. Usia 45-54 tahun insidennya adalah 0,7 0/0

3. Usia 55-64 tahun insidennya adalah 1,8 0/0

4. Usia 65-74 tahun insidennya adalah 2,7 0/0

5. Usia 75-84 tahun insidennya adalah 10,4 0/0

6. Usia >85 tahun insidennya adalah 13,9 0/0

Di AS stroke merupakan peringkat ketiga penyebab kematian. Diperkirakan angka

kejadian 400.000 setiap tahunnya, kira-kira 200.000 orang dengan kematian dan

200.000 orang dengan gejala sisa. Sedangkan di United Kingdom terdapat 110.000

kasus baru setiap tahunnya sedangkan di Australia 250.000 orang setiap tahunnya. 10%

- 15% lebih banyak terserang pada laki-laki dibandingkan pada perempuan., namun di

Indonesia belum ada data pasti. Sebagai gambaran dari 900 kasus pada tahun 1996,

25% adalah kasus stroke dan kebanyakan mengenai usia diatas 50 tahun dan beberapa

mengenai usia di bawah 35 tahun.sumber kutipan supaya ditulis

Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang saja!!
Page 2: LP SH.doc

Dengan insiden diatas dapat disimpulkan bahwa angka kejadian makin meningkat

dengan bertambahnya usia manusia.tidak perlu disimpulkan !!

C. Anatomi Fisiologi

1. Otak

Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100

triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),

serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon (Satyanegara,

1998)

Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks

serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan

area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur

parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi

sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area

sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks

penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.

Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater

yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian

posterior serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang

mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan

kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.

Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula oblongata,

pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks

yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,

pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang

penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan

serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi

aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat

stimulus saraf pendengaran dan penglihatan sumber supaya ditulis

Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan

hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal

yang penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi

pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan

kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan

Page 3: LP SH.doc

pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan

pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai

ekspresi tingkah dan emosi (Sylvia A. Price, 2006)

2. Sirkulasi darah otak

Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi

oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh

dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga

kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis,

yaitu sirkulus Willisi.(Satyanegara, 1998)

Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri76a karotis komunis

kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan

bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan

media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti

nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan

bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk

korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk

lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.

Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang

sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi

perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri

basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini

bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-

cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons,

serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan

cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis

dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (Sylvia A. Price,

1995)

Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna,

yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena

eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke

sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-

vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung. (Harsono, 2000)

D. Klasifikasi

Stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke hemoragik (SH) dan stroke non

hemoragik (SNH).

1. Stroke Hemoragik

Page 4: LP SH.doc

Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan

parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.

Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak. Stroke hemoragik

biasanya terjadi saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat

istirahat.

Stroke hemoragik terjadi karena salah satu pembuluh darah di otak

(aneurisma,mikroaneurisma,kelainan pembuluh darah congenital) pecah atau

robek.Keadan penderita stroke hemoragik umumnya lebih parah .Kesadaran

umumnya menurun. Mereka berada dalam keadaan somnolen, spoor, atau koma

pada fase akut.

Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and

Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:

a. Perdarahan Intraserebral (PIS)

Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah pendarahan terjadi di dalam otak.

Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab

lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti

hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa

dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.

b. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)

Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah pendarahan di daerah antara otak dan

jaringan tipis yang menutupi otak, keadaan terdapatnya/masuknya darah ke

dalam ruangan subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena pecahnya

aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV (5%), berasal dari

PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.

c. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena

jembatan ( bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan

sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.

2. Stroke Non-Hemoragik

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan

trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau

di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan

hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Arif Muttaqin, 2008)

Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan

proses patologik (kausal):

a. Berdasarkan manifestasi klinik:

Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang saja!!
Page 5: LP SH.doc

1) Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA) Gejala neurologik

yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang

dalam waktu 24 jam.

2) Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit

(RIND)

Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari

24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.

3) Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation) Gejala neurologik

makin lama makin berat.

4) Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)

Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

b. Berdasarkan Kausal:

1) Stroke Trombotik

Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah

di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan

pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi

akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang

cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol

jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah

kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil

terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit

aterosklerosis.

2) Stroke Emboli/Non Trombotik

Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan

lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang

mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

Perbedaan Stroke Non Haemorragic dan Stroke Haemorragic

Gejala Stroke Non Hemoragik Stroke HemoragikSaat kejadian Nyeri kepala Kejang Muntah Adanya tanda peringatanTIASakit kepala

Reflek patologisPembengkakan otak

Mendadak, saat istirahatRingan, sangat ringanTidak adaTidak ada Ada AdaTergantung luas daerah yang terkenaTidak adaTidak ada

Mendadak, sedang aktifitasHebat Ada Ada Tidak adaTidak adaMulai dari pingsan – koma

AdaAda

Page 6: LP SH.doc

Perbandingan Stroke Kiri dan Kanan tulis sumber kutipan

Stroke Hemisfer Kanan Stroke Hemisfer KiriParalisis pada tubuh kanan Paralisis pada sisi kiri tubuhDefek lapang pandang kanan Defek lapang pandang kiriAfasia (ekspresif, reseptif, atau global) Deficit persepsi-khususPerubahan kemampuan intelektual Peningkatan distraktibilitasPerilaku lambat dan kewaspadaan Perilaku impuls dan penilaian buruk,

kurang kesadaran terhadap deficit

E. Etiologi tulis sumber kutipan

Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi, yang

menekankan dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik

adalah:

1. Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat

pecah.

2. Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa.

3. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara,

kulit, dan tiroid.

4. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri

di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.

5. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).

6. Overdosis narkoba, seperti kokain.

F. Faktor Risiko Stroke

Bisa dikendalikanPotensial

bisa dikendalikan

Tidak bisaDikendalikan

- Hipertensi- Penyakit jantung : Endokarditis,

Fibrilasi atrium, Stenosis mitralis, Infark jantung, Merokok

- Konsumsi alkohol- Stress- Anemia sel sabit- Transient Ischemic Attack (TIA)- Stenosis karotis asimtomatik- Kontrasepsi oral (khususnya

dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi),

- Kolesterol tinggi,

- Diabetes Militus

- Hiperhomosisteinemia

- Hipertrofi ventrikel kiri

- Umur- Jenis kelamin- Herediter- Ras dan etnis- Geografi

Page 7: LP SH.doc

- Penyalahgunaan obat (kokain),- Makanan lemak dan faktor usia.

G. Manifestasi Klinis Stroke Hemorraghic tulis sumber kutipan

1. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)

Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala

berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan

pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang

hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan

cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam,

dan 12% terjadi setelah 3 jam).

2. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)

Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan

punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan

pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi rangsangan

selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada

gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi

ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula

darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.

3. Gejala Perdarahan Subdural

Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam

penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit neurologik

daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga berbulan-

bulan setelah terjadinya trauma kepala.

Defisit Neurologic Stroke: Manifestasi dan Implikasi Keperawatan

Defisit Neurologik ManifestasiImplikasi Keperawatan atau Penerapan

Penyuluhan PasienDefisit Lapang PenglihatanHomonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan)

Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan penglihatan

Mengabaikan salah satu sisi tubuh

Kesulitan

Tempatkan objek dalam lapang penglihatan pasien yang utuh

Dekati pasien dari sisi lapang pandang yang utuh

Instruksikan atau ingatkan pasien untuk memalingkan kepala ke arah kehilangan lapang pandang

Dorong penggunaan kaca mata bila

Page 8: LP SH.doc

menilai jarak tersedia. Ketika mengajarkan pasien, lakukan

dalam lapang panjang pasien yang utuh.Kehilangan penglihatan perifer

Kesulitan melihat pada malam hari

Tidak menyadari objek atau batas objek

Tempatkan objek dalam pusat lapang penglihatan pasien.

Dorong penggunaan tongkat atau objek lain untuk mengidentifikasi objek di perifer lapang pandang.

Hindari berkendara pada malam hari atau aktivitas beresiko dalam kegelapan.

Diplopia Penglihatan ganda Jelaskan pada pasien lokasi objek ketika menempatkannya dekat pasien.

Secara konsisten tempatkan barang perawatan pasien di lokasi yang sama.

Defisit MotorikHemiparesis Kelemahan wajah,

lengan, dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer yang belawanan).

Tempatkan objek dalam jangkauan pasien pada sisi yang tidak sakit

Instruksikan pasien untuk latihan dan meningkatkan kekuatan pada sisi yang tidak sakit.

Hemiplegia Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).

Dorong pasien untuk memberikan latihan rentang gerak pada sisi yang sakit.

Berikan mobilisasi sesuai kebutuhan pada sisi yang sakit.

Pertahankan kesejajaran tubuh dalam posisi fungsional.

Latih tungkai yang tidak sakit untuk meningkatkan mobilitas, kekuatan, dan penggunaan.

Ataksia Berjalan tidak mantap, tegakTidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas.

Dukung pasien selama fase ambulasi awal.

Berikan alat penyokong untuk ambulasi (mis. walker, kruk, tongkat).

Instruksikan pasien untuk tidak berjalan tanpa bantuan atau alat penyokong.

Disartria Kesulitan dalam membentuk kata

Memberikan pasien metode alternatif untuk berkomunikasi

Memberi pasien cukup waktu untuk berespons untuk komunikasi verbal.

Dukung pasien dan keluarga untuk menghilangkan frustasi yang b.d. kesulitan berkomunikasi.

Disfagia Kesulitan menelan Uji refleks faring pasien sebelum memberikan makanan dan cairan.

Bantu pasien saat makan. Tempatkan makanan pada sisi mulut

yang tidak sakit. Berikan waktu yang cukup untuk

Page 9: LP SH.doc

makan.Defisit SensoriParestesia (terjadi pada sisi berlawan dari lesi)

Kebas dan kesemutan pada bagian tubuhKesulitan dalam proporsional

Instruksikan pasien untuk menghindari penggunaan bagian tubuh ini sebagai tungkai domain

Berikan rentang gerak pada area yang sakit dan berikan alat korektif yang diperlukan.

Tempatkan barang perawatan pasien ke arah sisi yang tidak sakit.

Defisit VerbalAfasia ekspresif Tidak mampu

membentuk kata yang dapat dipahami; mungkin mampu bicara dalam respons kata tunggal

Dorong pasien untuk mengulang bunyi alfabet.

Afasia reseptif Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan: mampu bicara tetapi tidak masuk akal.

Bicara perlahan dan jelas untuk membantu pasien membentuk bunyi.

Afasia global Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif

Bicara perlahan dan dalam kalimat sederhana; gunakan sikap tubuh atau gambaran bila mampu.

Defisit kognitif Kehilangan memori jangka pendek dan panjang

Penurunan lapang perhatian

Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi

Perubahan penilaian

Reorientasikan pasien pada waktu, tempat, dan situasi dengan sering.

Gunakan petunjuk verbal dan auditorius untuk mengorientasikan pasien.

Berikan objek keluarga (foto keluarga, foto favorit)

Gunakan bahasa tidak rumit dengan pasien.

Cocokan tugas visual dengan petunjuk verbal: memegang sakit gigi, mensimulasikan sakit gigi dengan mengatakan “Saya ingin menyikat gigi Anda sekarang”

Minimalkan suara dan gambaran distraksi ketika menyuluh pasien

Ulang dan tekankan instruksi dengan sering.

Defisit Emosional Kehilangan kontrol diri

Labilitas emosional

Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan

Dukung pasien selama kejadian tidak terkontrol

Diskusikan dengan pasien dan keluarga bahwa kejadian tersebut karena proses penyakit.

Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas kelompok

Page 10: LP SH.doc

stress Depresi Menarik diri Rasa takut,

bermusuhan, dan marah

Perasaan isolasi

Berikan stimulasi untuk pasien Kontrol situasi penimbul stress bila

mungkin. Berikan lingkungan yang aman Dorong pasien untuk

mengekspresikan perasaan dan frustasi yang berkaitan dengan proses penyakit.

H. Komplikasi tulis sumber kutipan

1. Perdarahan ulang

2. Vasospasme

3. Kelumpuhan total

4. Dekubitus

5. Berhubungan dengan immobilisasi ; infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,

konstipasi dan thromboflebitis.

6. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,

deformitas dan terjatuh

7. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dansakit kepala.

8. Hidrocephalus

9. Peningkatan tekanan intrakranial

10. Herniasi

11. Deteorisasi

12. Disabilitas Permanen

I. Pemeriksaan Penunjang

(Doenges E, Marilynn,2000)

1. CT Scan : Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.

2. Angiografi serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti

perdarahan atau obstruksi arteri.

3. Pungsi Lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal, peningkatan tekanan dan

adanya cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.

4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) : Menunjukan daerah yang mengalami infark,

hemoragik.

5. EEG (Electroencephalography) : Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena

7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

8. Pemeriksaan kimia darah : Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah

dapat mencapai 250 mg didalam serum.

Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang saja!!
Page 11: LP SH.doc

J. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Predossi (2007) sebagai berikut :

1. Stadium Hiperakut tulis sumber kutipan

Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan merupakan

tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak

tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan

kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan

pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan

jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk

elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat

Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan

penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.

2. Stadium Akut tulis sumber kutipan

Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun penyulit.

Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah

sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga

pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata

cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.

a. Terapi umum

Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,

perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung

memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid

atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130

mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan

darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2

menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv

0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan

tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala

dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat penanganan stroke iskemik),

dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan umum sama dengan

pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral,

sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan

fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.

b. Terapi khusus

Page 12: LP SH.doc

Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah

mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya

kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus

akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan

perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan

ancaman herniasi. Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis

Kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun

gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena

(arteriovenous malformation, AVM).

3. Stadium Subakut

Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara,

dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang

panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit

dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan melaksanakan

program preventif primer dan sekunder.

Terapi fase subakut:

Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya, penatalaksanaan komplikasi,

restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien), yaitu fisioterapi, terapi wicara, terapi

kognitif, dan terapi okupasi, prevensi sekunder, edukasi keluarga dan Discharge

Planning.

Page 13: LP SH.doc

ALGORITMA PENATALAKSAAN STROKE (Pudiastuti, 2011)

Medikamentosa 5 B( Brain, Blood, Bowel, Bladder):Posisi kepala 20o-30o, posisi dekubitus kiri bila

disertai muntahBebaskan jalan nafas dan ventilasi adekuat, bila

perlu berikan O2 1-2 L/mntKosongkan kandung kemih dengan kateterisasiKendalikan tekanan darahKoreksi hiperglikemi atau hipoglikemiSuhu tubuh dipertahankan normalNutrisi peroral, gangguan menelan atau penderita

dengan kesadaran menurun, pasang pipa nasogastrik

Infus cairan kristaloid atau keloid, hindari kandungan glukosa murni atau hipotonik

Bila terjadi akut iskhemik stroke, rujuk 5 No:No AntihipertensivesNo diuretikNo DexametasoneNo glucosa infusionNo anticoagulan

Stroke terkontrol: kendalikan faktor risiko dengan pola hidup sehat

Teruskan pengobatan dan evaluasi berkala

Stroke tidak terkontrol

Rehabilitasi/preventif

Rujuk ke RS

Risiko Rendah Risiko Tinggi

Non Medika MentosaPengendalian faktor risikoPromosi kesehatan dalam

rangka pengendalian faktor risiko

Diuretik

Anamnesa

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan PenunjangDarah LengkapEKG: fibriasi atrium

iskhemik/infrak jantung

Identifikasi faktor risiko

Page 14: LP SH.doc

K. Konsep Asuhan Keperawatan tulis sumber kutipan

Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam

MRS, nomor register, diagnose medis.

2. Riwayat kesehatan klien

a. Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,

bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. Klien juga mengeluh

pusing, klien mengeluh kesulitan dalam beraktivitas, kelemahan,

kehilangan sensasi atau paralysis, klien mengeluh mudah lelah,

kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot). Klien mengeluh kesemutan

atau kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh atau mati, klien

mengeluh nafsu makan hilang, klien mengeluh mengalami nausea

atau vomitus dan klien mengeluh mengalami gangguan rasa

pengecapan

b. Riwayat penyakit sekarang

Serangan   stroke   hemoragik   seringkali berlangsung sangat

mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya

terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,

disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi

otak yang lain (Siti Rochani, 2000)

c. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,

riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan

obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,

kegemukan (Donna D. Ignativicius, 1995)

d. Riwayat keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun

diabetes militus (Hendro Susilo, 2000)

3. Keadaan kesehatan saat ini

a. Aspek fisik-biologis

1) Pola nutrisi dan metabolisme

Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang
Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang
Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang
Page 15: LP SH.doc

Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual

muntah pada fase akut.

2) Pola eliminasi

Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi

biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

3) Pola aktivitas dan latihan

Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,

kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah

4) Pola tidur dan istirahat

Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena

kejang otot/nyeri otot

5) Pola reproduksi seksual

Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa

pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi,

antagonis histamin.

b. Askep Mental-Intelektual-Sosial-Spiritual

1) Pola hubungan dan peran

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami

kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.

2) Pola persepsi dan konsep diri

Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,

tidak kooperatif.

3) Pola sensori dan kognitif

Pada pola sensori klien mengalami gangguan

penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun

pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif

biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.

4) Pola penanggulangan stress

Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah

karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.

5) Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku

yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi

tubuh (Marilynn E. Doenges, 2000)

Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang
Page 16: LP SH.doc

6) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan

obat kontrasepsi oral.

Pemeriksaan Fisik Tulis sumber

a. Keadaan umumkutipan

1) Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran

2) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar

dimengerti, kadang tidak bisa bicara

3) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi

bervariasi

b. Pemeriksaan sistematik head to toe

1) Kepala : bentuk normocephalik

2) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi

3) Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

4) Rambut : umumnya tidak ada kelainan

5) Pemeriksaan integumen

Jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika

kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu

juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang

menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3

minggu

6) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

7) Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar

ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak

teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

8) Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama,

dan kadang terdapat hipertimpani.

9) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

10) Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

11) Pemeriksaan neurologi

Page 17: LP SH.doc

Pemeriksaan nervus cranialis. Umumnya terdapat gangguan

nervus cranialis VII dan XII central.

12) Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan salah satu sisi

tubuh.

13) Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

14) Pemeriksaan refleks

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.

Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali

didahuli dengan refleks patologis (Jusuf Misbach, 2008)

4. Pemeriksaan penunjang tulis sumber kutipan

a. Pemeriksaan radiologi

1) CT scan

2) MRI

3) Angiografi serebral

4) Pemeriksaan foto thorax

b. Pemeriksaan laboratorium

1) Pungsi lumbal

2) Pemeriksaan darah rutin

3) Pemeriksaan kimia darah : gula darah dapat mencapai 250 mg

dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali

(Jusuf Misbach, 1999)

4) Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah

itu sendir (Linardi Widjaja, 1993)

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan

intracerebral (Marilynn E. Doenges, 2000)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia

3. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan

penekanan pada saraf sensori, penurunan penglihatan (Marilynn E.

Doenges, 2000)

Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang
Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang
Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang
Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang
Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang
Page 18: LP SH.doc

4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi

darah otak

5. Konstipasi berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak

adekuat

6. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot

mengunyah dan menelan.

7. Defisit self care berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi

8. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

9. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

penurunan refleks batuk dan menelan.

10. Gangguan eliminasi urin (inkontinensia uri) ( Carpenito, 1998).

Intervensi Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan

intracerebral.

Tujuan : Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal

Kriteria hasil :

Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, GCS  456, Tanda-

tanda vital normal

Intervensi RasionalBerikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya

Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan

Anjurkan kepada klien untuk bed rest total

Untuk mencegah perdarahan ulang

Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua jam

Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat

Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan  letak jantung (beri bantal tipis)

Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral

Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan

Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang

Ciptakan lingkungan yang tenang Rangsangan aktivitas yang

Page 19: LP SH.doc

dan batasi pengunjung meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya

Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor

Memperbaiki sel yang masih viabel

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia

Tujuan : Klien melaksanakan aktivitas fisik sesuai kemampuannya

Kriteria hasil

Tidak terjadi kontraktur sendi, Bertambahnya kekuatan otot, Klien

menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

Intervensi RasionalUbah posisi klien tiap 2 jam Menurunkan resiko terjadinnya

iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan

Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit

Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan

Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit

Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan

Tinggikan kepala dan tangan Aliran darah ke otak semakin lancar

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

Melemaskan otot-otot yang kaku

3. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan

penekanan pada saraf sensori, penurunan penglihatan

Tujuan : Meningkatnya persepsi sensorik : perabaan secara optimal.

Kriteria hasil :

Klien dapat mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi persepsi,

Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan

Page 20: LP SH.doc

merasa, Klien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi

terhadap perubahan sensori

Intervensi RasionalTentukan kondisi patologis klien Untuk mengetahui tipe dan lokasi

yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan

Kaji kesadaran sensori, seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian tubuh/otot, rasa persendian

Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan perasaan kinetik berpengaruh terhadap keseimbangan/posisi dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko terjadinya trauma.

Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti memberikan klien suatu benda untuk menyentuh, meraba. Biarkan klien menyentuh dinding atau batas-batas lainnya.

Melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi diri. Membantu klien untuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan dari daerah yang terpengaruh.

Lindungi klien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lindungan yang berbahaya. Anjurkan pada klien dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan terhadap suhu air dengan tangan yang normal

Meningkatkan keamanan klien dan menurunkan resiko terjadinya trauma.

Anjurkan klien untuk mengamati kaki dan tangannya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh yang sakit.

Penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalan mengintegrasikan sisi yang sakit.

Hilangkan kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan

Menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan/kebingungan yang berhubungan dengan sensori berlebih.

Lakukan validasi terhadap persepsi klien

Membantu klien untuk mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus.

4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi

darah otak

Tujuan : Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal

Page 21: LP SH.doc

Kriteria hasil :

Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi,

Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal dan isarat

Intervensi RasionalBerikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isarat

Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien

Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi

Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain

Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak”

Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat Komunikasi

Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien

Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif

Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi

Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi

Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara

Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar

5. Konstipasi berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak

adekuat

Tujuan : Klien tidak mengalami konstipasi

Kriteria hasil : Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa

menggunakan obat, Konsistensi feses lunak, Tidak teraba masa pada

kolon ( scibala ), Bising usus normal ( 7-12  kali per menit )

Intervensi RasionalBerikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi

Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi

Auskultasi bising usus Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik

Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat

Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi regular

Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi

Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi regular

Page 22: LP SH.doc

Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien

Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus otot abdomen

Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)

Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi

6. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot

mengunyah dan menelan.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisi

Kriteria hasil : BB dipertahankan/ditingkatkan, Hb dan albumin dbn

Intervensi RasionalTentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk

Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien

Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan

Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi

Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan

Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler

Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu

Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan

Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang

Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar

Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air

Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi

Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan

Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak

Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam program latihan/kegiatan

Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan

Page 23: LP SH.doc

Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv  atau makanan melalui selang  

Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut

7. Defisit self care berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi

Tujuan : Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil : Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai

dengan kemampuan klien, Klien dapat mengidentifikasi sumber

pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan

Intervensi Rasional  Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri

Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual

Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh

Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus

Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan

Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan

Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya

Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi

Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus

8. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

Tujuan : Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit

Page 24: LP SH.doc

Kriteria hasil : Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, Klien

mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka, Tidak ada tanda-tanda

kemerahan atau luka

Intervensi Rasional Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin

Meningkatkan aliran darah kesemua daerah

Rubah posisi tiap 2 jam Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah

Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol

Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol

Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi

Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler

Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit

Mempertahankan keutuhan kulit

9. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

penurunan refleks batuk dan menelan (Lynda Juall Carpenito, 1998)

Tujuan : jalan nafas tetap efektif.

Kriteria hasil :Klien tidak sesak nafas, Tidak terdapat ronchi, wheezing

ataupun suara nafas tambahan, Tidak retraksi otot bantu pernafasan,

Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit

Intervensi Rasional Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat ketidakefektifan jalan nafas

Klien dan keluarga mau berpartisipasi dalam mencegah terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Rubah posisi tiap 2 jam sekali Perubahan posisi dapat melepaskan sekret dari saluran pernafasan

Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari)

Air yang cukup dapat mengencerkan sekret

Observasi pola dan frekuensi nafas Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas

Auskultasi suara nafas Untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas

Bu Harmilah, 12/14/14,
Tulis nama belakang
Page 25: LP SH.doc

Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien

Agar dapat melepaskan sekret dan mengembangkan paru-paru

10. Gangguan eliminasi urin (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan

penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk

berkomunikasi.

Tujuan : Klien mampu mengontrol eliminasi urinya

Kriteria hasil : Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya

inkontinensia, Tidak ada distensi bladder

Intervensi Rasional Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih sering

Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi kandung kemih yang berlebih

Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari

Pembatasan cairan pada malam hari dapat membantu mencegah enuresis

Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan kutaneus dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal)

Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih

Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada jadwal yang telah direncanakan

Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga memerlukan untuk lebih sering berkemih

Berikan penjelasan tentang pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc per hari bila tidak ada kontraindikasi)

Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal

Page 26: LP SH.doc

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta:

Penerbit buku kedokteran, EGC

Herdman, Heather. 2010. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan. Jakarta:

Penerbit: EGC

Harsono. 1996. Buku Ajar : Neurologi Klinis. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada

University press

Hudaya, Prasetya. 2003. Patologi Umum. Surakarta: Politeknik Keseshatan

Surakarta Jurusan fisioterapi.

Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama.

Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pudiastuti, Ratna D. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Penerbit Nuha

Medika

Smeltzer, S. dan Bare, B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.

Volume 3. Jakarta: Penerbit EGC